Anda di halaman 1dari 8

TUGAS BUDI PEKERTI

Adaptasi di Lingkungan Baru

Disusun oleh:

RE HAURA AZZAHRA
NIM: P07125319008
AFNIATI
NIM: P07125319044
Jurusan: Alih Jenjang D-IV Keperawatan Gigi

Dosen pengampu:

Desi Rochmawati

JURUSAN KEPERAWATAN GIGI


POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA
TAHUN 2019
A. Lingkungan Baru
Hidup kita sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan hidup kita, seperti:
keluarga (orang tua, suami, istri anak-anak), tetangga, teman sekolah, teman sekantor,
teman setempat kost dan lain-lain. Manusia hidup berkelompok artinya masih ada orang-
orang lain yang hidup berdekatan dengan kita. Masing-masing saling mempengaruhi hidup
kita. Orang bijak pernah berkata “Kalau ingin pandai bergaullah dengan orang pandai,
kalau mau kaya bergaullah dengan orang yang kaya. Benar juga perkataan beliau ini.
Berteman dengan orang pandai akan berdampak kepada kita. Kita juga ingin sepandai
mereka, akibatnya memberi semangat kepada kita untuk berupaya agar kita juga bertambah
pandai. Kalau berteman dengan orang yang kaya, maka suatu saat bila kita membutuhkan
uluran tangan mereka maka akan lebih mudah. Kalau kita hidup di dalam sebuah Asrama
atau Panti, dimana disana ada peraturan yang harus ditaati, maka ini berarti untuk
kepentigan bersama dan bukan untuk membuat hidup menjadi tidak nyaman.
Lingkungan baru yang kami hadapi saat ini adalah Daerah Istimewa Yogyakarta,
karena sebelumnya kami berasal dari daerah pulau jawa yaitu Kota Padang dan Lombok
dan sangat baru mengenal daerah jawa terutama Yogyakarta. Hal yang menjadi perbedaan
yang sangat signifikan adalah bahasa, makanan, kebiasaan dan tata krama. Cuaca dan iklim
disini sama dengan kampung halaman yaitu panas terik akibat gunung yang meletus, macet
dimana-mana.
Pengertian
Adaptasi
Adaptasi ialah penyesuaian diri individu, manusia terhadap lingkungan. Manusia
dapat beradaptasi sesuai dengan lingkungan yang ditempati. Menurut Odum, semua bentuk
tingkah laku pada hakekatnya adalah bentuk adaptasi atau reaksi manusia terhadap kondisi
lingkungan demi kelangsungan hidup. Manusia dapat belajar dan berfikir merupakan
organisme yang paling berhasil beradaptasi secara tingkah laku, sehingga manusia dapat
menyesuaikan diri didalam semua tempat atau semua lingkungan yang dihuni. Namun,
kesanggupan adaptasi manusia bukanlah tanpa batas. Kemajuan teknologi manusia tidak
dapat melepaskan pengaruh lingkungan hidup.
Lingkungan
Lingkungan digambarkan sebagai dunia di dalam dan di luar manusia. Lingkungan
merupakan masukan (input) bagi manusia sebagai sistem yang adaptif sama halnya
lingkungan sebagai stimulus internal dan eksternal. Lebih lanjut stimulus itu
dikelompokkan menjadi tiga jenis stimulus yaitu : fokal, kontekstual dan residual.
Stimulus fokal yaitu rangsangan yang berhubungan langsung dengan perubahan
lingkungan misalnya polusi udara dapat menyebabkan infeksi paru, kehilangan suhu pada
bayi yang baru lahir.
Stimulus kontekstual yaitu : stimulus yang menunjang terjadinya sakit (faktor
presipitasi) keadaan tidak sehat. Keadaan ini tidak terlihat langsung pada saat ini. Misalnya
: daya tahan tubuh yang menurun, lingkungan yang tidak sehat.
Stimulus residual yaitu : sikap, keyakinan dan pemahaman individu yang dapat
mempengaruhi terjadinya keadaan tidak sehat atau disebut dengan faktor presdiposisi
sehingga terjadi kondisi fokal. Misalnya : persepsi klien tentang penyakit, gaya hidup dan
fungsi peran.
Lebih luas lagi lingkungan didefinisikan sebagai segala kondisi, keadaan di sekitar
yang mempengaruhi keadaan, perkembangan dan perilaku manusia sebagai individu atau
kelompok.

A. Proses Adaptasi Lingkungan Baru


Model Konsep Adaptasi
Model konsep adaptasi pertama kali dikemukakan oleh Suster Callista Roy (1969).
Konsep ini dikembangkan dari konsep individu dan proses adaptasi seperti diuraikan di
bawah ini. Asumsi dasar model adaptasi Roy adalah :Manusia adalah keseluruhan dari
biopsikologi dan sosial yang terus-menerus berinteraksi dengan lingkungan. Manusia
menggunakan mekanisme pertahanan untuk mengatasi perubahan-perubahan
biopsikososial. Setiap orang memahami bagaimana individu mempunyai batas kemampuan
untuk beradaptasi. Pada dasarnya manusia memberikan respon terhadap semua rangsangan
baik positif maupun negatif. Kemampuan adaptasi manusia berbeda-beda antara satu
dengan yang lainnya, jika seseorang dapat menyesuaikan diri dengan perubahan maka ia
mempunyai kemampuan untuk menghadapi rangsangan baik positif maupun negatif. Sehat
dan sakit merupakan adalah suatu hal yang tidak dapat dihindari dari kehidupan manusia.
Roy mengemukakan bahwa manusia sebagai sebuah sistem adaptif. Sebagai sistem
adaptif, manusia dapat digambarkan secara holistik sebagai satu kesatuan yang mempunyai
input, kontrol, output dan proses umpan balik. Proses kontrol adalah mekanisme koping
yang dimanifestasikan dengan cara- cara adaptasi. Lebih spesifik manusia didefenisikan
sebagai sebuah sistem adaptif dengan aktivitas kognator dan regulator untuk
mempertahankan adaptasi dalam empat cara-cara adaptasi yaitu : fungsi fisiologis, konsep
diri, fungsi peran dan interdependensi.
Dalam model adaptasi keperawatan, manusia dijelaskan sebagai suatu sistem yang
hidup, terbuka dan adaptif yang dapat mengalami kekuatan dan zat dengan perubahan
lingkungan. Sebagai sistem adaptif manusia dapat digambarkan dalam istilah karakteristik
sistem, jadi manusia dilihat sebagai satu-kesatuan yang saling berhubungan antara unit
fungsional secara keseluruhan atau beberapa unit fungsional untuk beberapa tujuan. Input
pada manusia sebagai suatu sistem adaptasi adalah dengan menerima masukan dari
lingkungan luar dan lingkungan dalam diri individu itu sendiri. Input atau stimulus
termasuk variabel standar yang berlawanan yang umpan baliknya dapat dibandingkan.
Variabel standar ini adalah stimulus internal yang mempunyai tingkat adaptasi dan
mewakili dari rentang stimulus manusia yang dapat ditoleransi dengan usaha-usaha yang
biasa dilakukan.
Proses kontrol manusia sebagai suatu sistem adaptasi adalah mekanisme koping.
Dua mekanisme koping yang telah diidentifikasi yaitu: subsistem regulator dan subsistem
kognator. Regulator dan kognator digambarkan sebagai aksi dalam hubungannya terhadap
empat efektor atau cara-cara adaptasi yaitu: fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan
interdependen.
Adaptasi yang bebas energi dari koping yang inefektif dan mengizinkan manusia
berespons terhadap stimulus yang lain. Adaptasi adalah komponen pusat dalam model
adaptasi keperawatan. Di dalamnya menggambarkan manusia sebagai sistem adaptif.
Proses adaptasi termasuk semua interaksi manusia dan lingkungan terdiri dari dua
proses. Bagian pertama dari proses ini dimulai dengan perubahan dalam lingkungan
internal dan eksternal yang membutuhkan sebuah respons. Perubahan- perubahan itu
adalah stresor atau stimulus fokal dan ditengahi oleh faktor- faktor kontekstual dan
residual. Bagian kedua adalah mekanisme koping yang merangsang untuk menghasilkan
respons adaptif atau inefektif.
Produk adaptasi adalah hasil dari proses adaptasi dan digambarkan dalam istilah
kondisi yang meningkatkan tujuan-tujuan manusia yang meliputi: kelangsungan hidup,
pertumbuhan, reproduksi dan penguasaan yang disebut integritas. Kondisi akhir ini adalah
kondisi keseimbangan dinamik equilibrium yang meliputi peningkatan dan penurunan
respons. Setiap kondisi adaptasi baru dipengaruhi oleh tingkat adaptasi, sehingga dinamik
equilibrium manusia berada pada tingkat yang lebih tinggi. Jarak yang besar dari stimulus
dapat disepakati dengan suksesnya manusia sebagai sistem adaptif. Jadi peningkatan
adaptasi mengarah pada tingkat-tingkat yang lebih tinggi pada keadaan sejahtera atau sehat.
Adaptasi Lingkungan DI Yogyakarta
Kita sebagai individu, hampir bisa dipastikan akan memasuki lingkungan baru.
Pertama kali masuk kuliah, masuk kelas les, mendapat kelompok KKN, pertama kali
bekerja di tempat baru, pertama kali ke kos baru. Banyak sekali dunia baru di depan kita.
Kita masuki satu persatu pintu-pintu baru tersebut tanpa bisa menghindar. Apa yang kita
pikirkan ketika akan memasuki lingkungan yang benar-benar baru? Takut? Penasaran?
Pasti banyak tanda tanya besar di kepala kita. Seringkali kita takut bahkan menolak masuk
ke lingkungan baru hanya karena bayangan atau pikiran kita Berorientasi pada tugas.
Misalnya :
 Seseorang yang menghadapi kegagalan kemungkinan bereaksi,
 Penyesuaian diri berupa serangan (bekerja lebih keras) atau menghadapi secara
terang-terangan,
 Menarik diri dan tidak mau tau lagi (tidak berusaha),
 Kompromi atau mengurangi keinginannya lalu memilih jalan tengah.
Reaksi tersebut menunjukkan langkah-langkah :
 Mempelajari dan menentukan persoalan,
 Menyusun alternatif penyelesaian,
 Menentukan tindakan yang mempunyai kemungkinan besar akan berhasil,
 Bertindak,
 Menilai hasil tindakan dan dapat mengambil langkah yang lain bila kurang
memuaskan .

Hal yang kami lakukan dalam beradaptasi dengan lingkungan yogyakarta


1. Menyesuaikan tata krama ketika menyapa orang sekitar harus sedikit membungkuk
2. Mempelajari bahasa
3. Berpikiran terbuka menerima setiap culture di Yogyakarta
4. Menyesuaikan lidah dengan makanan manis dari yang sebelumnya makanan pedas
5. Menyesuaikan diri dengan style kerja dokter jawa saat bekerja
6. Menghargai setiap perbedaan yang ada
7. Bertanya jika sesat dijalan karena belum tau lokasi, gmaps kadang tidak akurat
8. Minta bantuan jika merasa kesulitan
9. Menyesuaikan diri dengan lingkungan kampus
10. Mempelajari budaya kota Yogyakarta

B. KARAKTERISTIK PENYESUAIAN DIRI TERHADAP LINGKUNGAN BARU


Bentuk Adaptasi
Ada dua bentuk adaptasi yang dilakukan oleh manusia, diantaranya yaitu:

1. Adaptasi morfologi, yaitu suatu penyesuaian diri manusia yang dilihat dari bentuk luar
dan susunan tubuh manusia. Tolong ditambahi yaaa, hehehe
2. Adaptasi fisiologi, yaitu penyesuaian diri yang berlangsung dalam tubuh manusia.
Menggigil karena kedinginan dan berkeringat pada waktu panas merupakan contoh
adaptasi secara fisiologi. Olahragawan yang hendak bertanding di pegunungan (dataran
tinggi) kadar oksigennya agak rendah bila dibandingkan dengan dataran rendah
memerlukan waktu untuk adaptasi fisiologi pernafasan dan peredaran darah untuk dapat
bertanding degan baik.

Salah satu bentuk adaptasi manusia terhadap berbagai faktor lingkungan yang menarik
adalah penggunaan perubahan yang teratur secara periodik, beberapa faktor lingkungan
fisik sebagai isyarat untuk mengatur suatu aktivitas. Dengan demikian, manusia dapat
merencanakan daur hidup agar dapat memanfaatkan kondisi lingkungan yang
menguntungkan untuk kelangsungan hidup. Cahaya, suhu, dan air merupakan faktor-
faktor yang secara ekologis sangat penting di darat, sedangkan dilaut, cahaya, suhu dan
salinitas atau kadar garam amat penting.

Suhu merupakan salah satu lingkungan fisik yang penting. Suhu menentukan perbedaan
daerah tropis sebagai lingkungan bersuhu tinggi (panas) dan daerah kutup sebagai
lingkungan yang bersuhu rendah. Oleh karena itu, sebagian makhluk hidup contohnya
manusia dapat hidup didaerah dingin dan dapat hidup didaerah panas dengan suatu
proses adaptasi terhadap lingkungan.
Naik turunnya suhu secara teratur biasanya bersamaan dengan turun naiknya intensitas
cahaya matahari dan kelembaban udara, ini dapat mengendalikan aktivitas tumbuhan,
binatang, dan manusia karena suhu mempengaruhi metabolism atau proses-proses
kimiawi dalam tubuh manusia.

Radiasi matahari merupakan satu-satunya sumber energy bagi makhluk hidup termasuk
manusia. Radiasi matahari menuju bumi dalam bentuk gelombang-gelombang panjang
yang amat penting bagi makhluk hidup, yaitu radiasi ultra violet (UV) dengan panjang
gelombang antara 300-390 mili mikro, radiasi cahaya matahari yang dapat dilihat
dengan panjang gelombang 390-760 mili mikro, radiasi infra merah (gelombang panas)
dengan panjang gelombang antara 760-1000 mili mikro.

Air, kuantitas dan kualitas air merupakan faktor penting bagi kehidupan manusia.
Manusia tidak dapat hidup tanpa air, apabila manusia kekurangan air maka tubuh
manusia akan dehidrasi. Air menjadi kebutuhan sehari-hari dalam kehidupan manusia,
diantaranya untuk minum, pengairan sawah, mencuci pakaian, mandi, menyirami
tanaman. Banyaknya air di udara menentukan kelembaban udara yang sangat
berpengaruh bagi kehidupan manusia dan organism. Hanya air bersih yang bermanfaat
bagi kehidupan makhluk hidup.

Tanah, tanah biasanya diberi batasan-batasan sebagai lapisan-lapisan kulit bumi yang
telah lapuk tercampur dengan bahan organik dari penguraian organism yang telah mati.
Tanah terdiri dari partike-partikel batuan dasar yang halus yang telah mengalami
pelapukan dan bercampur dengan sisa-sisa orgaanisme yang telah membusuk atau
hancur. Ruang-ruang partikel berisi air dan udara. Berdasarkan besarnya partikel-
partikel batuan tanah, dibedakan atas tanah pasir, tanah gembur (biasa), dan tanah liat.
Susunan kandungan bahan kimia dan penggemburan tanah merupakan sifat penting
yang menentukan kesuburan tanah.

Salinitas, salinitas atau kadar garam adalah banyaknya kandungan garam dalam air.
Salinitas merupakan salah satu faktor lingkungan yang sangat penting dalam kehidupan
manusia.

Oksigen, oksigen merupakan faktor esensial dalam lingkungan hidup makhluk hidup.
Manusia tanpa menghirup oksigen atau O2 maka akan lemas dan mati, tidak hanya
manusia, makhluk hidup lainnya juga dapat mati danpa menghirup oksigen. Manusia
dalam kegiatan agro industry mengambil oksigen dalam jumlah yang sangat besar untuk
membakar jutaan ton bahan bakar Kayu api, bahan bakar fossil). Sumber lain yang dapat
mengeluarkan oksigen yaitu tumbuhan.

C. Hambatan Yang Dilalui Saat Beradaptasi Dengan Lingkungan Baru


 Mempelajari bahasa dan logat jawa yang sulit dimengerti
 Makanan yang sangat manis membuat lidah sumatra dan lombok pati rasa
 Dunia jawa masih sangat kental dengan kerajaan sehingga dalam dunia kerja seperti
di klinik gigi X menganut unsur diktat, membuat sumatra dan lombok bergejolak
menahan diri untuk sanggup menjadi suruhan.
 Daerah jawa Khusunya kota Yogyakarta mengunakan logat, tutur kata dan bahasa
yang lembut, membuat kita yang dari sumatra dan lombok harus berusaha
menyusaikan diri dan membiasakan diri tidak mengeluarkan kata-kata/bahasa yang
bisa menyimpang dari budaya Yogyakarta.

Kesimpulan
Adaptasi adalah proses dimana dimensi fisiologis dan psikososial berubah dalam
berespon terhadap stress. Perubahan lingkungan merangsang seseorang untuk membuat respon
adaptasi. Dalam beradaptasi,individu menggunakan mekanisme koping yang positif dan
negatif.. Kemampuan beradaptasi dipengaruhi oleh 3 komponen yaitu penyebab utama
terjadinya perubahan, kondisi dan situasi yang ada dan keyakinan dan pengalaman dalam
beradaptasi. Dua elemen penting yang termasuk dalam Model Adaptasi adalah 1) manusia; 2)
lingkungan

DAFTAR PUSTAKA

Referensi: Siahaan, N.H.T, S.H, M.H, 2004. Hukum Lingkungan dan Ekologi Pembangunan.
Jakarta: Erlangga.

Amsyari, Fuad, 1981. Prinsip-prinsip Masalah Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta: Balai


Aksara.

Arianto, Ismail, Drs, MP, dkk, 1988. Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup untuk
Ikip dan Fkip. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan
Tinggi dan Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah.

Masruri, Muhsinatun Siasah, Dr, M.Pd, 2002. Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan
Hidup. Yogyakarta: UPT MKU Universitas Negeri Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai