Anda di halaman 1dari 5

Nama : Yorine Valeska

NIM : 1810623003

Dosen : Dr. Ir. Hendri, MS

02 PYK_Bioteknologi Ternak

Tugas II

A. Pengenceran Semen

Semen yang ditampung setelah memenuhi kualitasnya kemudian dilakukan pengenceran


agar didapat semen beku yang banyak. Pengenceran semen ini membutuhkan pengencer untuk
menjamin terjadinya proses metabolisme dan respirasi spermatozoa selama pendinginan,
pencetakan dalam straw atau selama pembekuan.
Syarat dari pengenceran:
a. Bahan tidak bersifat toxic terhadap spermatozoa
b. Mengandung sumber energi
c. Bersifat isotonis
d. Mengandung buffer
e. Melindungi dari pengaruh pendinginan secara cepat
f. Menghambat pertumbuhan bakteri
g. Meningkatkan volume sehingga bisa digunakan beberapa kali IB
h. Melindungi spermatozoa dari semen beku

Bahan pengencer yang biasa digunakan:


• Pengencer Tris Aminomethan Kuning telur yang terdiri dari tris aminomethan, asam sitrat,
laktosa/levulosa, fruktosa, raffinosa, penicillin dan streptomycin.
• AndroMed merupakan medium tanpa kuning telur untuk semen beku. Pengencer ini
tersusun atas aquabidest, fruktose, glyserol, asam sitrat, buffer, phosfolipid,
spectynomycine, lincomycine 5 mg, tylocin 5 mg, gentamycine 25 mg.
• Pengenceran TCM 199 Kuning Telur yang dibuat hasil campuran TCM 199 produk Sigma,
Serum, Kuning Telur.
• Pengenceran semen alternatif yang menggunakan sari buah (pisang, alpukat, tomat, wortel,
dll), susu, kuning telur, madu.
B. Pembekuan Semen

Pembekuan semen memiliki tahapan yaitu:

1. Pengenceran semen

2. Pendinginan semen pada suhu 4℃ selama 2-4 jam, pengepakan dengan mini straw

3. Prefreezing semen pada suhu -140℃ dengan uap nitrogen cair

4. Freezing semen pada suhu -196℃ pada Nitrogen cair

5. Penyimpanan semen dalam qontainer nitrogen cair

6. Thawing semen pada suhu 37℃ selama 30-60 detik

C. Pengujian Kualitas Semen

Pengujian kualitas semen dilakukan sesudah penempungan semen sebelum dilakukan


pengenceran. Pengujian dapat dilakukan dengan uji makroskopis dan uji mikroskopis. Uji
Makroskopis meliputi Volume, Warna, Konsistensi dan pH, sedangkan Uji Mikroskopis
meliputi Motilitas massa, Motilitas individu, persentasi hidup-mati, Konsentrasi dan
Abnormalitas.

Teknik Pemeriksaan Makroskopis:

a. Volume: volume semen yang ditampung pada 1 kali penampungan diukur dengan melihat
langsung pada tabung berskala.

b. pH: diukur dengan cara mengambil sedikit semen segar dengan menggunakan ose dan
diletakkan dikertas lakmus atau pH meter dan kemudian dilihat pH pada semen. pH pada semen
normal: 6,2-6,8.

c. Warna: dilihat pada tabung penampungan (abnormal = mengandung air, darah, rambut
preputium, nanah air kotor dan bau yang tidak normal). Semen normal berwarna putih
kekuningan atau putih susu.

d. Konsistensi: konsistensi berkorelasi dengan konsentrasi spermatozoa, encer (< 1000.106


spermatozoa/ml semen), sedang (1000.106 - 1500.106 spermatozoa/ml semen), pekat
(>1500.106 spermatozoa/ml semen).

Teknik Pemeriksaan Mikroskopis:


a. Uji Motilitas massa: penilaian spermatozoa yang telah diencerkan atau setelah freezing dan
thawing yang diamati dibawah mikroskop tanpa cover glass dengan pembesaran 400x atau
100x pada suhu yang konstan 37 ℃.

b. Motilitas individu: evaluasi motilitas semen segar atau semen yang telah diencerkan (Ax et
al, 2008). Evaluasi motilitas semen segar atau yang telah diencerkan untuk mengamati fungsi
kelenjar aksesoris dalam menghasilkan seminal plasma. Gerakan individu spermatozoa dapat
diamati dengan mikroskop dengan perbesaran 400x pada suhu 37℃ menggunakan cover glass.

c. Persentase Hidup- Mati (Viabilitas): Spermatozoa yang hidup dan mati dapat dibedakan
reaksinya pada warna tertentu, sel spermatozoa yang tidak motil atau mati akan menghisap
warna dan sel spermatozoa yang motil atau hidup tidak berwarna. Bahan pewarna yang biasa
digunakan adalah eosin negrosin.

d. Konsentrasi Spermatozoa: Konsentrasi semen sapi bervariasi dari 1000-1800 juta


spermatozoa tiap mililiter atau 800-2000 juta spermatozoa tiap mililiter (Garner and Hafez,
2008). Konsenttrasi semen dapat dihitung menggunakan haemositometer, colorimeter atau
spectrophometer.

Teknik penghitungan spermatozoa adaah konsentrasi spermatozoa dihitung


menggunakan haemocytometer dengan cara kerja : Semen dihisap menggunakan pipet eritocyl
sampai angka 0,5 kemudian NaCl 3% dihisap sampai angka 10,1 kemudian digoyang-goyang
selama 2-3 menit. Setelah semen membentuk angka delapan kemudia dituang pada kamar
hitung yang diatasnya sudah ditutupi dengan cover glass sebanyak satu tetes. Spermatozoa
dihitung pada 5 kotak pada sudut kanan dan kiri atas, sudut kanan dan kiri bawah dan tengah.
Jumlah spermatozoa dihitung secara manual. Saat ini metode digantikan dengan
spektrophometer atau colorimeter yang telah dikalibrasi dari perhitungan menggunakan
haemositometer. Larutan yang digunakan pada semen sodium sitrat 2,9% dan 5 ml pada 10%
formalin/liter.

Perhitungan Mortalitas Semen Perhitungan Abnormalitas Semen


Mortalitas semen = p x 100% Abnormalitas semen = B x 100%
p+q A+B
A= sel spermatozoa yang berbentuk normal
Dimana: p = sel sperma yang berwarna putih B= sel spermatozoa yang berbentuk tidak
q = sel sperma yang berwarna merah normal
D. Faktor Inseminator dalam Program IB

1) Kualitas semen beku ditingkat peternak


2) Pengetahuan dan kepeduliaan peternak dalam mendeteksi birahi
3) Body Condition Score (BCS) sapi
4) Kesehatan ternak terutama yang terkait dengan alat-alat reproduksi
5) Keterampilan dan sikap inseminator dan waktu IB yang tepat.

E. Kelebihan dan Kekurangan IB

Keuntungan IB:

• Menghemat biaya pemeliharaan ternak jantan

• Dapat mengatur jarak kelahiran ternak dengan baik

• Mencegah terjadinya kawin sedarah pada sapi betina (inbreeding)

• Dengan peralatan dan teknologi yang baik spermatozoa dapat simpan dalam
jangka waktu yang lama

• Semen beku masih dapat dipakai untuk beberapa tahun kemudian walaupun
pejantan telah mati

• Menghindari kecelakaan yang sering terjadi pada saat perkawinan karena fisik
pejantan terlalu besar.

Kerugian IB:

• Apabila identifikasi birahi (estrus) dan waktu pelaksanaan IB tidak tepat maka
tidak akan terjadi terjadi kebuntingan

• Akan terjadi kesulitan kelahiran (distokia), apabila semen beku yang


digunakan berasal dari pejantan dengan breed / turunan yang besar dan
diinseminasikan pada sapi betina keturunan / breed kecil

• Bisa terjadi kawin sedarah (inbreeding) apabila menggunakan semen beku dari
pejantan yang sama dalam jangka waktu yang lama
• Dapat menyebabkan menurunnya sifat-sifat genetik yang jelek apabila
pejantan donor tidak dipantau sifat genetiknya dengan baik (tidak melalui
suatu progeny test).

Anda mungkin juga menyukai