Anda di halaman 1dari 17

REPEAT BREEDER

Oleh:

Prof. DR. H. Soehartojo Hardjopranjoto., M.Sc., drh


KAWIN BERULANG
(REPEAT BREEDER )

Definisi:
-induk hewan yg mempunyai siklus birahi normal,
gejala birahi jelas, tetapi setelah dikawinkan (IB/kawin
alam) tidak pernah menjadi bunting walaupun dgn
pejantan yang subur atau air mani yang baik
kualitasnya
(Lanjutan Repeat Breeder)

• Kondisi tubuh baik


• Kesehatan baik
• Gejala klinis penyakit tidak ada
• Kasus di Indonesia: 38%
• Efisiensi reproduksi menurun:
- CR rendah
- S/C tinggi
- Service period Panjang
- Calving Interval Panjang
- Calving Rate Rendah
Kasus Kawin Berulang
• Di Amerika: 15,1 % (Zemjanis, 1980), Swedia : 10,2 %
(Hewett, 1968), Indonesia : 38 % (Putro, 1987)
• Kasus kawin berulang pada sapi:
- lebih sering pd sapi induk yg di IB daripada kawin alam
- lebih sering pd sapi berumur tua
- pada sapi yg kondisi uterusnya kurang serasi untuk
bunting (Ayalon, 1984)
- kebuntingan pd kelompok induk sapi penderita kawin
berulang 22,2% sedang kelompok sapi dara 26,4%
(Hunter, 1982)
- penyebab kawin berulang:
kelainan alat kelamin 13,5% (dara) & 39,5% (induk)
- Conception Rate (CR) pd kelompok sapi penderita kawin
berulang 50% - 72% (Diskin & Sreenan, 1980)
Kawin Berulang – Dapat Disebabkan

I. Kegagalan Fertilisasi
II.Kematian Embrio Dini
I. Kegagalan Fertilisasi

I. Kegagalan Fertilisasi (genetik & non genetik):


1. Tuba Falopii yg buntu (berbagai bentuk)
2. Kelainan ovulasi
3. Cacat spermatozoa atau Ovum
1. Tuba Falopii yang buntu (2% - 9%)

a. Ada perlekatan dinding tuba (adhesio dinding tuba)


b. Perlekatan antara ovarium dgn bursa ovari
c. Radang saluran tuba (Salpingitis) Akut & Kronis
d. Hidrosalping
e. Pyosalping, Pneumosalping, Mucosalping
f. Salpingitis Kronis
g. Kista Saluran Tuba
h. Aplasia Tuba (Hipoplasia Tuba)
i. Uterus Unicornis (uterus didelpis, ovulasi pd ovarium yg
sama sisi dgn cornua yg mengalami cacat/sel mani
didepositkan pd cornua yg normal)
j. Tumor Tuba m. vaginitis
k. Endometritis Kronis
l. Servisitis
2. Kelainan Ovulasi (3%-5%)

a. Kegagalan Ovulasi
b. Ovulasi terhambat (CR=36%)
c. Ovulasi dengan 2 atau lebih ovarium
(pada sapi), kasusnya 13,1%
3. Sel Mani Cacat (Abnormal/mati)
Kegagalan sel mani membuahi disebakan oleh:
a.Mikroorganisme meningkat populasinya dlm rongga vagina
atau uterus
b.Cairan mukus dari radang ringan pada vagina atau uterus
c.Sel mani terlalu tua karena IB yg terlalu awal dari masa birahi
d.Perlakuan yg tidak baik trhadap air mani:
- terlalu panas - antibiotik terlalu banyak
- terlalu dingin - pengenceran terlalu tinggi
- terlalu dikocok
- diluter tidak cocok
Cacat sel mani Gagal membuahi sel telur
•24%-39% pada Induk Repeat Breeder
•12%-13% pada Dara yang Repeat Breeder
II. Kematian Embrio Dini (20-30%)
1. Cacat genetik:
a. Sel telur yg terbuahi abnormal
b. Embrio abnormal
c. Mempunyai gen lethal
2. Penyakit atau Infeksi (penyakit menular kelamin & bakteri
non spesifik) :
a. Sel telur tertular
b. Embrio transfer
3. Lingkungan tidak serasi pada oviduk atau uterus :
a. Radang uterus estrogen tinggi kontraksi
b. Hormonal progesteron rendah abortus
c. Nutrisi kualitas rendah
d. Genetik
(Lanjutan)

• Kematian embrio abnormal : 44,2%


• Kematian sel telur abnormal dibuahi: 36,7%
• Perkawinan sapi dara dgn pejantan subur:
- 96% sel telur dibuahi
- 10% embrio mati sebelum 33 hari
- 10% lagi mati pd hari ke 60-90
• Embrio berkembang tergantung bberapa faktor:
a. Bahaya yg mengancam
b. Kecelakaan
c. Kelemahan genetik
d. Lingkungan embrio
(Lanjutan)

Hewan Unipara:
-Sel telur abnormal lebih banyak dihasilkan pada ovulasi
ganda
-Sel telur abnormalitas lebih banyak dihasilkan pada
superovulasi
-Sel telur tua lebih banyak menghasilkan kematian embrio
dini
-Penyimpanan air mani dlm diluter yg lebih lama kematian
embrio dini
-Musim dingin perkawinan menghasilkan kematian
embrio dini D/P bulan lain
-Antibiotika dlm diluter pd IB menurukan angka kematian
embrio dini (khusus pemakaian pejantan kurang subur)
(Lanjutan)

Adanya populasi mikroorganisme yg tinggi pada saluran


reproduksi:
a.Setelah partus pada sapi: 90% ada mikroorganisme
dlm saluran reproduksi
b.Sanitasi kandang yg jelek
c.Distokia foetalis
d.Retensio secundinarum
e.Macam microorganisma:
- E. coli, P. Aeroginosa, Streptococcus,
Stafilococcus, Corine B. Pyogenes
Mikroorganisme akan membunuh sel mani dlm
saluran reproduksi betina / embrio dlm uterus
Diagnosa
1. Pemeriksaan klinis alat kelamin
a. Dgn eksplorasi rektal : servik, uterus, ovarium,
bursa ovarium
b. Dgn USG / Endoscope pada alat kelamin
2. Pemeriksaan biopsi cairan vagina, uterus tentang
populasi & macam mikroorganisme dlm vagina /
uterus dgn mikroskop dan uji kultural pada Plat Agar
periksa bentuk koloni
3. Pemeriksaan Hormonal :
- Hormon Gonadotropin
- Hormon Steroid
*dengan teknik RIA
(Lanjutan)

4. Pemeriksaan sitologi untuk mendeteksi kelainan


genetik :
a. Dalam hal kawin berulang disebabkan karena
adanya ketidakseimbangan hormon reproduksi
berikan gonadotropin Releasing Hormon (GnRH)
dosis 100-250 mg
b. Deteksi birahi yang baik
c. Tingkatkan mutu pakan
d. Sanitasi kandang diperbaiki
e. Lingkungan yang lebih baik
Faktor Lain Penyebab Kematian Embrio Dini

1. Umur induk yang sudah tua (> 9 tahun)


kasus kawin berulang 13,3%
- uterus menurun kondisinya (kendor)
- kelenjar endokrin menurun fungsinya
2. Pakan kurang:
- aktivitas kelenjar endokrin menurun hormon
reproduksi menurun
3. Induk terlalu muda
- belum mampu menerima embrio
Penanggulangan

1. Cari penyebabnya
2. Hindari perkawinan sebapak
3. Sanitasi kandang yang baik
4. Antibiotika dalam uterus setelah kelahiran sukar (distokia)
5. Habituasi Abortus karena faktor hormonal (progesteron
kurang beri progest setelah bunting)
6. Bila penyebabnya karena faktor genetik, induk
dikeluarkan dari peternakan diganti dengan induk yang
lebih baik daya reproduksinya
7. Pada kondisi populasi kuman yang berlebihan dalam
uterus/vagina beri larutan antibiotika menjelang birahi

Anda mungkin juga menyukai