Anda di halaman 1dari 134

Department of Veterinary Reproduction

Faculty of Veterinary Medicine


Airlangga University 2014
PENANGANAN
Gangguan Reproduksi
Pada Sapi

TRILAS
SARDJITO
08123210399
Trilas Sardjito
MAKSUD
• Menanggulangi gangguan Reproduksi
pada sapi potong betina.
• Mengurangi kegagalan reproduksi bagi
sapi betina produktif yang telah
dikawinkan.
• Meningkatkan angka kebuntingan dan
kelahiran
• Memperpendek DO dan Calving Interval
TUJUAN
• MEMPEROLEH ANAK SEKALI
SETAHUN
• MEMPERBAIKI PERFORMAN
REPRODUKSI

3
Target Reproduksi
Kondisis saat ini Angka ideal

 CI 20 bln (14 bln)

 CR < 35% (60 %)

 S/C 3,30 kali (1,3 kali)

4
ILUSTRASI ORGAN REPRODUKSI BETINA
SERVIK
VAGINA
UTERUS

CORPUS
UTERI

VULVA
Serviks dan vagina
Review of Anatomical Relationships
Important for A.I
SERVIK BIASANYA
MEMILIKI 3 - 4 CINCIN
ATAU LIPATAN, MULUT
FORNIK SERVIK MENONJOL KE
ARAH VAGINA

SEKELILING MULUT
SERVIK MEMBENTUK
KANTONG BUNTU 360 º
YANG DISEBUT FORNIK

KEBERADAAN FORNIK MENJADI HAMBATAN DALAM


MELAKUKAN PRAKTIKUM IB, KARENA seakan akan
UJUNG GUN IB TELAH MEMASUKI SERVIK.
Locating The Servix
• Feeling the Cervix with Left Hand in Rectum
Proper Holding of the Cervix
• Wrong Fixation of the Cervix
AI TECHNIQUE IN CATTLE

1 2 3

4 5 6
COUNTINUES

7 8 9

10 11
Hormon Reproduksi

Hormon protein (peptida)


GnRH (hipotalamus)
Hormon PIH dan PRH (hipotalamus)
Reproduksi FSH, LH dan LTH/prolactin (hipofisa anterior)
Oksitosin dan melatonin (hipofisa posterior)

Hormon steroid
Estrogen (folikel ovarium)
Progesteron (corpus luteum)
Testosteron (sel leydig testis)

Prostaglandin (Hormon asam lemak)


23
Fungsi Hormon Reproduksi
(Hipotalamus)

GnRH : Merangsang produksi dan sekresi FSH


dan LH dari hipofisis anterior

PRH : Merangsang produksi dan sekresi


hormon prolaktin/LTH

PIH : Menghambat produksi dan sekresi


hormon prolaktin

24
Fungsi Hormon Reproduksi
(Hipofisis anterior)
FSH : Merangsang pertumbuhan dan pematangan
folikel pada ovarium

LH : Bersama FSH merangsang pematangan folikel,


dan membanjirnya LH (LH surge) menyebabkan
terjadinya ovulasi, merangsang pembentukan
dan pemeliharaan korpus luteum

Polaktin/LTH :
Merangsang produksi air susu dan memelihara
korpus luteum (tikus)
25
Hormon Reproduksi
(Ovarium & Testis)

Estrogen : Umpan balik (feedback) positif terhadap LH


dan negatif terhadap FSH, menimbulkan
tanda – tanda birahi, efek luteolisis ringan
Progesteron : Umpan balik (feedback) negatif terhadap
LH, menekan tanda - tanda birahi dan
ovulasi
Relaksin : Relaksasi simfisis pelvis/pubis

26
Hormon Reproduksi
(Uterus)

Prostaglandin F2α(PGF2α) :
Melisiskan (regresi) korpus luteum dan merangsang
kontraksi uterus

27
PREPARAT PGF2α
1. ESTRUMET (ICI, UK)
2. REPRODIN (BAYER, INDONESIA)
3. PROSOLVIN (INTERVET, HOLLAND)
4. LUTALYSE (UP JOHN, USA)
5. GLANDIN (TAD, GERMAN)
6. CAPRIGLANDIN (SANBE, INDONESIA)

28
PREPARAT GONADOTROPIN
• FSH • LHCHORULON
– FSHp (SCHERING, (INTERVET-
USA) HOLLAND)
– SUPER-OV (AUSA- • FSH+LH
USA)
– PG 600 (INTERVET –
– FOLLTROPIN-V HOLLAND)
(VETREPHARM-UK)
– PMSG/FOLLIGON
– OVASET (SANOFI- (INTERVET-
CANADA) HOLLAND)
– ANTRIN (DENKA-
• GnRH
JEPANG)
– GONADORELIN
– CYSTORELIN 29
PREPARAT PROGESTERON
• SINKRONISASI • POTA HORMON
BIRAHI (INJEKSI)

– PRID (Progesteron
Released Intravaginal
Device)
– CIDR (Controle CIDR PRID
Internal Drug Release)
– CRESTAR
– SYNCRO MATE B

30
Hasil Evaluasi Pemeriksaan Gangguan
Reproduksi pada Ternak Sapi Potong di Jawa
Timur Tahun 2012
Diagnosis BKW BKW BKW BKW
MADIUN BOJONEGORO PAMEKASAN MALANG

1. Hipofungsi 46,0% 41,2% 60,1% 30,7%


2. CLP 30,0% 15,1% 28,4% 29,2%
3. Sistik Ovari 10,0% 7,5% 2,3% 12,5%
4. Endometritis 9,0% 7,0% 5,4% 7,6%
5. Atropi
0,5% 3,0% 2,5% 8,0%
ovarium
6. Pyometra 0,5% 1,2% 1,1% 0,9%
7. Lain-lain 4,5% 24,7% 10,7%
GAMBARAN KASUS
Hasil Pemeriksaan Gangguan Reproduksi
pada Ternak Sapi Potong di Jawa Timur
Tahun 2013

Diagnosis Jumlah Sapi Persentase


(%)
1. Hipofungsi ovarium 10982 46,3
2. Korpus luteum persisten 6478 27,3
3. Sistik ovari 2174 9,18
4. Endometritis 1904 8,04
5. Lain-lain 2133 9,01
6. Jumlah kasus 23671
URUTAN KASUS
1. HIPOFUNGSI OVARIUM
2. KORPUS LUTEUM PERSISTAN
3. SISTIK OVARI
4. ENDOMETRITIS/PIOMETRA
5. LAIN-LAIN : REPEAT BREEDER
PROLAPSUS
RETENSIO SEKUNDINARUM
DISTOKIA
TORSIO UTERI
PEMBAGIAN BERDASAR MASALAH
A. BIRAHI
B. KEBUNTINGAN
C. KELAHIRAN
D. PASCA LAHIR
E. PAKAN

35
GANGGUAN REPRODUKSI
A. BIRAHI
1. REPEAT BREEDER( KAWIN BERULANG)
2. NYMPHOMANIA (SISTIK FOLIKEL/KAWIN
TERUS)
3. ANESTRUS
a) CLP
b) SISTIK LUTEAL
c) HIPO FUNGSI OVARIUM
d) ATROPI OVARIUM

36
1. REPEAT BREEDER

Kawin berulang …..


Berulang-ulang kawin …..
Aduuh bingung nih!.. kenapa sih!

37
Repeat Breeder/Kawin Berulang
Syarat adalah :
• Sapi sudah pernah beranak
• Berumur kurang dari 10 th
• Mempunyai siklus birahi normal
• Tidak ada kelainan alat reproduksi
• Di IB 2-3 x tidak menghasilkan
kebuntingan

38
Mengapa
Merugikan peternak
harus ditanggulangi
Menurunkan efisiensi
?
reproduksi & produk
tivitas

Angka kebuntingan (CR)


Jarak beranak (CI)
Jarak beranak s/d bunting (SP, DO)
Angka perkawinan per-kebuntingan (S/C)
Angka kelahiran (C/R))

39
Kasus kasus kawin berulang
• 5 – 10% di negara negara maju peternakannya
• 38% di Jawa Timur dan Jawa Tengah (Putro, 1987)
• Lebih sering terjadi pada sapi betina yang di IB dari pada
kawin alam
• Dapat terjadi pada sapi dara maupun induk yang sudah
beberapa kali melahirkan, tetapi lebih sering terjadi pada
induk yang tua

40
Faktor faktor Penyebab Kawin
Berulang

Kegagalan fertilisasi Kematian embrio dini


Siklus berulang normal Siklus panjang(28 Hari)
• Kelainan ovulasi • Kelainan genetik
• Sel telur yang abnormal • Penyakit
• Sel mani yang jelek • Lingkungan dalam saluran
• Kesalahan pengelolaan reproduksi yang kurang serasi
reproduksi • Gangguan hormonal

41
Diagnosis
• Pemeriksaan alat kelamin betina melalui:
Eksplorasi rektal
Endoskopi
Ultrasonografi
• Biopsi mukosa uterus
• Pemeriksaan hormon (gonadotropin dan
steroid) melalui: RIA atau ELISA

42
• KELAINAN OVULASI :
Menghasilkan sel telur (ovum) cacat
a. kegagalan ovulasi:
-fol.de Graff gagal pecah krn gangguan
sekresi FSH & LH serta adanya kista fol. &
kista luteal.
b. ovulasi tertunda :
-Siklus birahi yg dipengaruhi musim
-Ovulasi tertunda selama musim kurang baik

43
c.ovulasi ganda :
-ovulasi dgn ovum kembar berarti ada
kegagalan pembuahan dr salah satu telur

Ovulasi tertunda disebabkan :


1.FSH cukup tapi LH dibawah nilai ambang shg
penurunan darah dlm folikel kurang
menyebabkan pertumbuhan folikel kurang
>>>ovulasi lambat/ tertunda.

44
• SEL TELUR YG ABNORMAL :
Ovum normal : - ukuran 120-200 u
- zona pelusida tdk mgkerut
- bulat
- masa subur 12-24 jam
• Ovum abnormal :
1. degenerasi ovum >>dind. Mengkerut
2.zona pelusida robek
3.ovum muda
4.ovum bentuk gepeng

45
5.ovum bentuk lonjong
6. ovum terlalu kecil ukurannya.
7. ovum terlalu besar ukurannya
8.ovum yg sitoplasmanya ada vakuola >
9. ovum polar bodi >

• SPERMAZOA YG ABNORMAL
-sp-zoa normal :- motilitas tinggi
- mengalami kapasitasi

46
-sp-zoa abnormal : - ekor ganda
- kepala ganda
- jalan mundur,berputar
- sitoplasmik droplet/muda
hal ini menyebabkan spz kehilangan
kemampuan utk membuahi.
• Kegagalan sp. Membuahi ovum disebabkan
1. m.o banyak atau radang pd sal. Betina
2. Spermatozoa terlalu tua krn terlalu lama
menunggu di T.F

47
Spermatozoa
50
51
Lakukan I B dengan benar
3. perlakuan yg tdk baik pd air mani
(pemeriksaan,pengelolaan,penyimpanan )
4. waktu I.B.

• KESALAHAAN PENGELOLAAN
REPRODUKSI :
1.kurang teliti dlm mendeteksi birahi
2. pelaksanaan I.B kurang baik
3. kurang pakan (vit, mineral)
4. kesalahan perlakuan air mani.
(pengenceran,pembekuan,penyimpanan)
5. suhu kandang yg tidak serasi

53
PENANGANAN REPEAT BREEDER

PERBAIKAN MANAJEMEN IB :

1. KESUBURAN PEJANTAN
2. KUALITAS SPERMA
3. HANDLING SPERMA :
• PENYIMPANAN SEMEN BEKU
• THAWING SEMEN BEKU
4. DETEKSI BIRAHI
5. TEKNIK DAN WAKTU IB
6. PEMBERIAN HORMON

54
2. SISTIK FOLIKEL/NYMPHOMANIA

• Folikel tdk mengalami ovulasi selama lebih dari 10


hari(diameter, >25 mm)

• Tdk ada CL yang berfungsi

• Ditandai dengan gejala birahi abnormal (irregular


oestrus intervals, nymphomania atau anoestrus).

55
Folikel dipermukaan ovarium yang tidak tumbuh
sampai matang dan membentuk kista
Causa : Kadar LH didalam darah rendah
sementera itu kadar FSH didalam darah
cukup untuk merangsang terbentuknya
folikel, tetapi folikel – folikel tersebut tidak
mengalami ovulasi

56
Dagnosis : nimfomania, pada perabaan per –
rektal pada permukaan ovarium terasa
ada satu atau lebih benjolan besar dan
bulat (Ø 2,5 – 5 cm) dengan permukaan
halus/licin berisi cairan dan berdinding
tipis sehingga mudah pecah bila ditekan
Pengobatan : memecah kista secara manual
atau pemberian LH atau hCG

57
TANDA KLINIS SISTIK folikel

•HIPERESTROGENIA
•NYMPHOMANIA, BIRAHI PANJANG
•PRODUKSI SUSU TURUN
•MOUNTING, SELALU NAIK-MENAIKI

58
CYSTIC folikel

• kiste (isi cairan / benda setengah padat)


• ≈ nymphomania (birahi terus menerus/
berlebihan / tidak teratur)
• Sering pd sapi yang pernah beranak 
kurangnya LH menjelang ovulasi
• vulva bengkak atau terbuka bahkan prolaps
 Pengobatan :
– Pemencetan / pemecahan kiste per rectal
 berhasil  37%
– Injeksi LH

Kiste pd ovarium kiri

59
3. ANESTRUS
a. CORPUS LUTEUM PERSISTEN (CLP)
Definisi CL persistent :

• Corpus luteum yang tetap bertahan lebih dari 1 siklus


birahi disebut CLP.

• Luteolysis terjadi pd hari ke 17 siklus birahi. Luteolysis


disebabkan oleh sekresi PGF2α untuk memulai siklus
birahi baru dan ovulasi.

61
Corpus luteum persistent
Tanda klinis :
Tdk menunjukkan gejala birahi dan bisa kabur dengan bunting
CLP memproduksi progesteron sehingga terjadi feedback negative thd hipotalamus dan
sekresi GnRH terhambat

CLP CL normal 62
Korpus luteum yang ukuran besarnya dan
fungsinya terutama dalam menghasilkan hormon
progesteron menetap dalam waktu yang jauh
lebih lama daripada normal

Causa : patologi uterus, kematian embrio atau


fetus endometritis, pyometra, maserasi fetus,
mumifikasi fetus

Diagnosis : palpasi rektal

Pengobatan : mengobati penyebabnya (causa


primanya) dan pemberian PGF2α im atau iu

64
PENGOBATAN CLP

65
b. Sistik luteal

•Progesteron tinggi
•tdk menunjukkan gejala birahi

66
Bila pada kista folikel kadar LH dalam darah rendah
disertai pula kadar LTH yang tinggi maka akan terjadi
proses luteinisasi pada kista folikel dan dindingnya
menebal

Causa : merupakan kelanjutan sistik folikel dengan


kadar LH didalam darah rendah dan LTH tinggi
misalnya pada sapi perah dengan produksi susu
tinggi atau menyusui

Diagnosis : anestrus, palpasi rektal meraba kista dan


dikombinasi dengan pemeriksaan laboratoris kadar
hormon progesteron yang cukup tinggi didalam darah

Pengobatan : Prostaglandin F2α im

67
PENGOBATAN KISTA LUTEAL

PGF2α (e.g. Cyclix, Prosolvin, 2ml)

68
c. Kista korpus luteum

Korpus luteum yang di bagian dalamnya mempunyai


rongga berisi cairan

Causa : gangguan hormonal (gonadotropin) pasca


kelahiran

Diagnosis : pada palpasi rektal sulit dibedakan dengan


korpus luteum normal

Pengobatan : Prostaglandin F2α atau PRID, CIDR

69
d. Hipofungsi
Ovarium
– Korelasi positif dg
BCS rendah (< 2,0)
– Defisiensi nutrisi 
kurang FSH  ovaria
inaktif
– Ovaria mengecil, halus
– Uterus lembek tidak
bertonus
• Terapi:
• Perbaikan BCS (3,0)
• Memacu pertumbuhan folikel
– PMSG (Folligon, 1.000-1.500 IU
im)  (hati-2 sangat antigenik!)
– Lebih aman + Anti-PMSG
(Neutra-PMSG) 3 hari
berikutnya. Birahi timbul 72 jam.
– GnRH (Fertagyl, gonadorelin)
100-250 mikrogram (1-2,5 ml)
i.m.
– Senyawa progesteron
» Implan progesteron
intravagina (CIDR) insersi
intravagina 9 hari  birahi
72 jam
» Progesteron oral (MGA,
MAP) selama 2 minggu 
birahi 72 j

71
Perbaiki kondisi tubuh, BCS, dg pakan hijauan &
konsentrat, pemberian obat-2an endoparasit, perbaiki
status kesehatan.
Pemberian roboransia, vitamin, mineral.
Upayakan mendekati BCS 3,0 atau lebih.
Untuk mempercepat pulihnya siklus ovaria, setelah
BCS mendekati (3,0), dapat dipacu dengan
pemberian hormon, misalnya:
HCG (ChorulonTM) 1.000 – 1.500 IU im.
GnRH (FertagylTM) 100 – 250 mcg im.

72
Body Condition Scores (BCS)

BCS = 3

BCS = 4

BCS = 5

BCS = 6

BCS = 7 73
e. ATROPI OVARIUM
Hipofungsi ovarium bila berlangsung lama tidak
mendapatkan perbaikan kuantitas dan kualitas
pakan dapat berlanjut lebih parah dan berubah
menjadi atropi ovarium

Causa : Kurang pakan baik kualitas maupun kuantitas


dalam waktu lama, disertai rendahnya kadar FSH
dan LH didalam darah

Diagnosis : anestrus, pada perabaan per – rektal


ovarium terasa lebih kecil dari normal dengan
permukaan halus/licin

Pengobatan : Perbaikan kuantitas dan kualitas pakan


digemukkan 74
B. GANGGUAN PADA PERIODE
KEBUNTINGAN
1. Kematian embrio dini ( early embryonic death)
Prenatal
2. Kematian embrio tua (late embryonic death)
3. Kematian fetus : Mumifikasi, Maserasi, Stillbirth, Abortus
4. Abnormalitas kongenital
5. Prolapsus serviko – vaginal
6. Torsio uteri
7. Ruptura uteri
8. Hidrops amnii dan hidrops alantois
9. Peradangan plasenta
10. Perdarahan plasenta
11. Tumor plasenta
12. Kebuntingan diluar uterus
13. Hernia uteri
75
1. KEMATIAN EMBRIO DINI
(EARLY EMBRYONIC DEATH)

•Embrio mati sebelum hari ke 13 umur kebuntingan


•Embrio beserta selaputnya diresorbsi, induk sapi
kembali bersiklus dan menunjukkan tanda – tanda
birahi pada waktu yang normal, oleh karena itu
sulit dibedakan dengan kegagalan fertilisasi

76
2. KEMATIAN EMBRIO TUA
(LATE EMBRYONIC DEATH)

• Embrio mati antara hari ke 13 dan 42 dari umur


kebuntingan
• Cairan fetus diresorbsi dan embrio selaputnya
mengalami autolisis
• Kemungkinan terdapat lendir dan selaput fetus yang
keluar dari vulva tetapi tidak diperhatikan.
• Induk sapi kembali berahi pada waktu yang lebih
panjang dari normal

77
PENYEBAB KEMATIAN EMBRIO DINI

• Faktor genetik
• Stres
• Infeksi yang disertai peningkatan suhu tubuh
• Penyakit degenerasi melemak dari hati
• Defisiensi nutrisi dan kelebihan nutrisi
• Defisiensi, asinkroni dan ketidak seimbangan hormonal
• Agens infeksius yang non – spesifik
• Agens infeksius spesifik (Tritrichomonas fetus, Campylobacter
fetus
venerealis, virus Bovine viral diarrhoea /BVD, Infectious bovine
rhinotracheitis /IBR, bovine herpes virus 1 /BHV – 1, Catarrhal
vagino –
cervicitis, Chlamydia psittaci, Haemophilus somnus)

78
3. KEMATIAN FETUS

Mumifikasi fetus
 Setelah fetus mati terjadi pengeluaran cairan fetus, dehidrasi
jaringan tubuh fetus dan selaputnya.
 Korpus luteum graviditatum menjadi persisten (KLP)
 Fetus beserta selaputnya menetap di dalam uterus
 Fetus dan selaputnya steril (tidak ada kuman yang meng –
infeksi)
 Gejala/tanda – tanda adanya mumifikasi pada sapi :
 Induk sapi tidak melahirkan pada waktunya
 Tidak ada perubahan dan perkembangan ambing pada trimester
akhir dari kebuntingan

79
• Pada palpasi rektal : uterus dan isinya (fetus) teraba
seperti benda keras, karunkula dan kotiledon dan
fremitus tidak teraba
• Penyebab kematian fetus pada mumifikasi tidak
diketahui
• Fetus dapat dikeluarkan dengan penyuntikan PGF2α
dan pemberian bahan pelicin pada jalan kelahiran

80
MASERASI FETUS
• Hewan bunting, mengalami
gangguan, kematian fetus, tidak
diabortuskan, , kuman masuk
kedalam uterus dan terjadi
proses pembusukan dan
autolisis dari fetus dan
selaputnya, sehingga tinggal
tulang belulangnya saja,involusi
uterus, cairan diserap, tinggal
tulang belulang
• Gejala: sering merejan, keluar
leleran
81
• Terapi: Operasi, PGF2α, Antibiotik
Maserasi fetus

82
Stillbirth
Adalah kelahiran pedet
mati sesudah
kebuntingan berumur 272
hari, sebagian besar
stillbirth terjadi pada saat
partus

83
Abortus
• Keluarnya fetus dalam keadaan mati atau hidup kurang dari 24
jam
pada umur kebuntingan kurang dari 271 hari sesudah
kawin/inseminasi
• Abortus dianggap normal apabila kejadiannya berkisar antara 1 –
2%
dari seluruh ternak yang bunting, tetapi bila kejadian abortus
meningkat sampai lebih dari 3% harus dilakukan investigasi
• Perlu diperhatikan pula adanya kasus – kasus stillbirth dan
kelahiran
prematur
• Penyebab abortus dikelompokkan menjadi 2 yakni :
 Non – infeksius
 Infeksius

84
ABORTUS NON - INFEKSIUS
• Abnormalitas kongenital akibat kelainan genetik atau
teratogenik
• Defisiensi atau ekses endokrin
• Keracunan tanam – tanaman
• Substansi beracun misalnya nitrat, mikotoksin, warfarin,
goitrogen
dan derivatnya
• Defisiensi nutrisi misalnya defisiensi vitamin A, yodium
• Stres temperatur lingkungan
• Kesalahan dalam pemberian pengobatan : PGF2α atau
analognya,
estrogens, corticosteroids dan derivatnya

85
ABORTUS INFEKSIUS

Penyebab abortus pada ternak sapi sangat luas meliputi


berbagai macam bakteri, virus, protozoa dan jamur
• Spirochaeta : Leptospira interrogan, L. pomona, L. canicola,
L ichterohaemorrhagiae, L grippotyphosa and L hardjo.
• Abortus umumnya terjadi pada umur kebuntingan 4 s/d 6 bulan.
• Gejala klinisnya adalah sebagai berikut panas badan tinggi yang
akut,
disertai dengan “agalactiae” atau “leptospiral mastitis”
• Diagnosis : identifikasi leptospira pada organ fetus secara
langsung
atau dikultur, tehnik imunofluoresen, “fetal serology” untuk
diagnosis individual atau “maternal serology” untuk screening
pada
kelompok ternak.

86
BRUCELLOSIS

Penularan makanan/minuman terkontaminasi kulit,selaput lendir.


Sumber infeksi cairan vagina,susu,cairan fetal, feses,
semen

Gejala Abortus 6 – 9 bulan kebuntingan,


Meskipun sembuh masih 2 – 3 kali abortus,
Metritis, Retensio secundinae.

87
BRUCELLOSIS

• Brucella abortus bang


• Sub klinis & kronis
(sulit diagnosa)
• Bertahan bertahun-tahun pada
uterus & kelenjar susu
• Pencernaan  sirkulasi darah 
alat reproduksi
• Alat IB/coitus, tercemar
• MbR 100%, 
abortus 90%

88
BRUCELLOSIS
Ditemukan di :
Endometrium, ruang antara kotiledon,
villi plasenta,
Fetus : paru-paru & cairan lambung
Pejantan : epididymis, vas deferens, prostat,
bulbourethralis,
testis (tubuli seminiferi)

Hygroma pada sendi


lutut akibat infeksi
brucella
Plasenta brucellosis
89
BRUCELLOSIS

Penanganan :
 Kuman di luar sel, pengobatan tidak efektif
 Vaksinasi umur 3 – 8 bulan (sapi perah) atau 10
bulan (sapi potong)
 Vaksinasi :
Subcutan pada pangkal leher,
dosis 4 – 6 x 106 bakteri dalam 5 cc
Intradermal, dosis 0,2 – 0,5 cc
dengan kandungan kuman tetap
 Test brucellosis   dipotong
 Mencegah cara penularannya

90
LISTERIOSIS

 Listeria monocytogenes
 menyerang fetus dalam kandungan
 mati anoxia  karena banyak lysis
darah merah
 fetus mati  lesi / necrotic pada hati,
limpa, paru – paru dan organ – organ
lain
 Sapi dewasa :
– Abortus > bunting 4 bulan
– Retensio secundinarum
– Metritis

metritis 91
LISTERIOSIS

Penyebaran  peralatan dan pakan terkontaminasi

92
TUBERCULOSIS

 Mycobacterium TBC tipe bovine


 Bermanifestasi dalam alat reproduksi
betina
 Tuberkel tumbuh pada serviks, uterus,
vagina, tuba fallopi hingga ke ovarium
 = tumor saluran reproduksi (bila diraba),
tapi tuberkel lebih menyebar / banyak
 Majir karena cairan tuba F, Uterus bersifat
asam

93
PENGENDALIAN PENYAKIT BAKTERI
PADA SALURAN REPRODUKSI

Pengobatan :

 Sulfanamid
 Yodium (VIDONE)  antiseptic untuk pembersih
prolaps uteri, irigasi retensi secundinarum
 Injeksi antibiotik

94
Endometritis (klinis)
• Abnormalitas teraba per rektum:
– Dinding uterus teraba tebal, tidak bertonus,
konsistensi tebal-lembek.
– Kemungkinan ada eksudat dr vulva pd saat saat
dipalpasi traktus reproduksinya.
• Patogenesis:
– Infeksi oleh mikroba non spesifik atau jamur.
• Penanganan:
– intrauterina (spoel) dg antibiotika, mis: Penicillin 3
jt IU & Streptomycin 1000 mg dlm akuades 50 ml,
atau
– intrauterina (spoel) yodium povidon 1-2%
sebanyak 100 – 250 ml, diulang beberapa kali.95
Endometritis (subklinis)
• Abnormalitas teraba per rektum:
– Rabaan ovaria, uterus, servik normal, tidak ada
kelainan.
• Gejala & patogenesis:
– Repeat breeding tinggi.
– Infeksi ringan, tidak menghentikan siklus estrus,
masih ada PGF yang dihasilkan uterus, namun
sudah menggagalkan konsepsi.
• Penanganan:
– intrauterina (spoel) dg antibiotika, mis: Penicillin
3 jt IU & Streptomycin 1000 mg dlm akuades 50
ml, atau
– intrauterina (spoel) yodium povidon 1-2%
sebanyak 100 – 250 ml, diulang beberapa kali. 96
Metritis
• Infeksi endometrium setelah melahirkan
• Metritis akut, terjadi dalam waktu 2 mg setelah
melahirkan
• Metritis toksik, terjadi dalam waktu 3-5 hari setelah
melahirkan
• Penyebab : kuman koliform
• Gejala klinis :
• Lesu, menahan sakit, suhu tubuh sub normal atau diatas
normal(40-410C)
• Produksi air susu turun, konstipasi atau bisa diare
• Dehidrasi, anoreksia, dalam keadaan berat hewan tdk bias
berdiri
• Cairan yang keluar dari vulva berbau busuk, keruh dan
berwarna merah coklat

97
Infeksi uterus pasca melahirkan
Metritis (septika)
• Abnormalitas teraba per rektum:
– Radang uterus, penebalan dinding.
– Rabaan uterus lembek seperti tanah liat
basah (doughy).
– Terkadang ada eksudasi dari vulva saat
dipalpasi.
– Teraba korpus luteum persisten.
• Gejala & patogenesis:
– Biasanya ada demam, (kasus akut).
– Tidak ada demam pada kasus kronis.
99
Metritis (septika) (lanjutan)

• Penanganan:
– PGF2a (LutalyseTM) 25 mg im, 5 mg iu.
– intrauterina (spoel) dg antibiotika, mis:
penicillin 3 jt IU & streptomycin 1000 mg
dlm akuades 50 ml, atau
– intrauterina (spoel) yodium povidon 1-2%
sebanyak 100 – 250 ml, diulang beberapa
kali.
– Diikuti pemberian antibiotika sistemik
setiap hari, selama 5 hari berturut-turut,
mis: Penicilline 3 juta IU & Streptomycine 5
gram im. 100
Metritis (septika) (lanjutan)

• Penanganan:
– PGF2a (LutalyseTM) 25 mg im, 5 mg iu.
– intrauterina (spoel) dg antibiotika, mis:
penicillin 3 jt IU & streptomycin 1000 mg
dlm akuades 50 ml, atau
– intrauterina (spoel) yodium povidon 1-2%
sebanyak 100 – 250 ml, diulang beberapa
kali.
– Diikuti pemberian antibiotika sistemik
setiap hari, selama 5 hari berturut-turut,
mis: Penicilline 3 juta IU & Streptomycine 5
gram im. 101
Metritis dan leleran vagina

102
103
Pyometra
• Merupakan penyakit yang ditandai
dengan terisinya rongga uterus
oleh nanah, biasanya terlihat 3
minggu setelah kelahiran sampai
sepanjang masa laktasi
• Penngobatan :
– Estradiol 3-10 mg + Oxytocin 100
IU
– Ergonovin maleat 2-3 mg
– Antibiotik dan sulfa
– Penyuntikan 20-25 mg PGF2α
secara inta muscular atau 12,5 mg
secara inta vena
– Irigasi uterus dengan larutan lugol
0,5-2 % sebanyak 50-500 ml
104
TORSIO UTERI

• Perputaran uterus pada sumbu memanjangnya pada ternak yang


sedang bunting
• Sering terjadi pada bunting tua dan pada saat melahirkan
• Gejala klinis timbul bila perputaran uterus lebih dari 180° yakni :
Rasa tidak enak (nyeri) pada perut pada bunting tua
Meningkatnya denyut nadi
• Diagnosis :
Palpasi per – vaginal pada sapi induk (bukan dara/premipara)
Palpasi per – rektal
• Penanganan/koreksi :
Dengan memutar induk ternak
Laparotomi
Baringkan dengan posisi kepala pada tempat yang lebih
rendah, pantat / vulva pada bagian yang lebih tinggi.
Pada kasus tertentu dapat terjadi kematian fetus dengan mumifikasi
atau ruptura uteri dengan pseudo ectopic pregnancy
105
106
Pengobatan Torsio Uteri
- Penggulingan hewan tanpa /
disertai fiksasi uterus
- Operasi

Teknik merobohkan sapi


107
PROLAPSUS SERVIKS DAN VAGINA (CERVICO –
VAGINAL)
Terjadi akibat kelemahan dari musculus konstriktor vestibulum
vagina dan vulva serta berkurangnya ketegangan ligamentum
suspensori dari tractus genitalis
Beberapa faktor predisposisi pada kondisi ini adalah :
o Genetik, seringkali terdapat pada sapi potong bangsa Hereford dan
Charolais
o Obesitas, terutama akibat deposisi lemak yang berlebihan pada
daerah retroperitoneal
o Kebuntingan : sering terjadi pada bunting tua , mungkin berhubungan
erat dengan relaksasi vagina dan perineum akibat perubahan status
hormonal pada waktu bunting
o Ransum berserat kasar tinggi, rumen menjadi sesak dan membesar
akibatnya meningkatkan tekanan intra abdominal
o Self – perpetuation, pada saat prolapsus mulai terjadi mukosa vagina
yang tersembul keluar mengering, lemah, luka dan terinfeksi,
akibatnya merangsang induk sapi untuk merejan.

108
Diagnosis dan prognosis
 Awalnya pada inspeksi kondisi nya tidak jelas, polip pada
vagina dan
tersembulnya selaput fetus dapat menyebabkan kesalahan
diagnosis.
 Prolapsus berderajat ringan yang terjadi dalam kurun waktu
seminggu sebelum melahirkan tidak begitu penting;
prolapsus yang
lebih berat terutama terjadi lebih dari 6 minggu sebelum
melahirkan
harus ditangani. Kegagalan menangani kasus tersebut dapat
berakibat rusaknya mukus penutup serviks, invasi kuman
kedalam
uterus, kematian fetus dan abortus.

109
PENANGANAN
 Tujuan utama dari penanganan kasus prolapsus ini adalah menahan
serviks dan mukosa vagina yang tersembul tersebut sampai dengan
induk melahirkan. Besar kemungkinan bahwa prolapsus akan
kembali terjadi pada kebuntingan berikutnya dan adanya
kecenderungan bahwa kasus ini menurun.
 Anestesi epidural caudal dilakukan untuk mengurangi perejanan,
mukosa dibersihkan dengan cairan yang tidak iritasi (NaCl fisiologis
atau akuades), dikeringkan dan digosok dengan petroleum jelly atau
atau pelumas lainnya kemudian direposisi dan ditahan pada posisi
normal semula dengan jahitan sementara sebagai berikut :
Tali bundel; Jahitan sederhana pada vulva; Jahitan perivulva
menggunakan benang nilon “Buhner method”; Operasi Caslick
Jahitan sementara diambil pada saat melahirkan
 Jahitan permanen yakni reseksi submukosa atau fiksasi
serviko – vaginal dapat dilakukan tetapi sulit pelaksanaannya
110
Prolapsus Vagina

111
Pengobatan prolapsus vagina

ABDUL SAMIK-FKH UNAIR 2013 112


Teknik penjahitan
vulva

113
C. GANGGUAN PADA SAAT
KELAHIRAN

114
Tahapan Kelahiran :

Tahap 1 Dilatasi cervix

Tahap 2 Kelahiaran pedet

Tahap 3 Pengeluaran placenta

115
Tapap I kelahiran :

• Pedet berotasi menuju posisi yang benar


• Uterus mulai berkontraksi
• Cervix mengalami dilatasi
• Kantung ketuban menyembul keluar dr vulva

Sapi menunjukan gejala :


• Nervous
• Melihat kearah samping
• Berbaring
• Sedikit merjan

Dara : 4-6 hours


Dewasa : 2-3 hours
116
Tahap II kelahiaran :

• Pedet masuk pada lubang kelahiran


• Kepala bertumpu pada kaki menyembul keluar
• Pedet lahir

Sapi induk menunjukkan gejala :


• Frekuensi merejan semakin kuat dan cepat
• Selaput fetus pecah
• Keluar cairan ketuban

Dara : 3-6 hours


Dewas : 2-4 hours
117
Tahap III kelahiran :

• Ikatan Carunculae merelaks


• Uterus berkontraksi mengeluarkan selaput
fetus

Sapi induk menunjukkan gejala :


• Merejan
• Selaput fetus keluar
• Keluar cairan

Dara dan induk : 2-8 hours


Abnormal bila > 12 hours

118
Akhir tahap III

• Bila dystocia:
• Palpasi untuk
menentukan
kelainan

119
Tanda kelahiran abnormal :

• Tidak ada kontraksi selama 30 menit

• Keluar kepala, tapi tidak disertai kaki

• Hanya ekor yang keluar

• Tahap II: > 2 jam

120
Indikasi pertolongan :

• Vaginal:

• Cervix: Dilatasi? (anda dapat merasakan?)

• Kantong ketuban?

• Posisi pedet?

• Besar pedet?

121
Distokia
• Proses kelahiran sulit
dan lama (calon pedet
tidak dapat keluar)
• Penyebab: genetik, gizi,
infeksi, traumatik
• Penanganan:
Reposisi
Tarik paksa
Pemotongan janin
(Fetotomi)
Operasi Secar
Penyebab utama dystocia

• Abnormal fetus (terlalu besar)


• Salah posisi

123
DISTOKIA (hanya kepala)

124
DISTOKIA (kaki depan)

125
DISTOKIA (hanya ekor)

126
D. GANGGUAN PASCA
KELAHIRAN

• RETENSIO SECUNDINARUM
• PROLAPSUS UTERI

127
RETENSIO SECUNDINARUM

• Selubang Fetus & placenta


tertahan setelah melahirkan
• Normal, dikeluarkan maks. 12
jam post partus
• akibat :
– abortus, distokia atau
lahir premature
– Bakteri : Brucellosis,
Vibriosis, Strepto /
Staphylococosis 
Endometritis
– Kekurangan Vitamin A, I
dalam ransum

128
Retensio
Secundinarum

• Placenta dikeluarkan
scr manual bila
kurang dari 3 hr

• Bila lebih dari 3 hari,


Estrogen +
oksitoksin

• Irigasi dg antiseptik

• Antibiotik intra uterin

• Obat penguat
/vitamin

129
PROLAPS UTERI
• Penyembulan mukosa uterus keluar
setelah beranak
• terjadi pada hewan tua > 4 tahun, kurang
exercise
• Bila > 6 jam menggembung isi udara

 Pengobatan :
– Anastesi epidural
– Cuci dengan antiseptik (Iodin /
VIDONE, rivanol, KMnO4, Karbol,
Lysol, dll) dengan konsentrasi rendah
– Angkat semua isi ke atas setinggi
diatas vulva
– Reposisi mulai dari yang terdekat
dengan vulva : irigasi dengan cairan
VIDONE 0,5-1% / Rivanol,
COLIBACT 2 bolus
– Jahit vulva lalu dibuka 3 x 24 jam

130
Prolapsus uteri
 Penyembulan mukosa uterus setelah beranak
 Sering pada hewan tua > 4 tahun & kurang
exercise

131
Teknik penjahitan
vulva

132
E. GANGGUAN REPRODUKSI KARENA
FAKTOR PAKAN
Gizi rendah waktu lama :
kurus, gangguan reproduksi & fetus lemah
Defisiensi vitamin, mineral & zat-zat lainnya

133
Hijauan
Makanan gizi rendah pd anak sapi  pertumbuhan
terhambat dan irreversible/ sulit dipulihkan  organ
reproduksi tidak sempurna

Gizi rendah pd induk  anak yang dilahirkan lemah

Infestasi cacing  gizi rendah  produktivitas


rendah

Hijauan yang cukup & exercise (merumput) 


jarang terjadi gangguan reproduksi

135

Anda mungkin juga menyukai