TRILAS
SARDJITO
08123210399
Trilas Sardjito
MAKSUD
• Menanggulangi gangguan Reproduksi
pada sapi potong betina.
• Mengurangi kegagalan reproduksi bagi
sapi betina produktif yang telah
dikawinkan.
• Meningkatkan angka kebuntingan dan
kelahiran
• Memperpendek DO dan Calving Interval
TUJUAN
• MEMPEROLEH ANAK SEKALI
SETAHUN
• MEMPERBAIKI PERFORMAN
REPRODUKSI
3
Target Reproduksi
Kondisis saat ini Angka ideal
4
ILUSTRASI ORGAN REPRODUKSI BETINA
SERVIK
VAGINA
UTERUS
CORPUS
UTERI
VULVA
Serviks dan vagina
Review of Anatomical Relationships
Important for A.I
SERVIK BIASANYA
MEMILIKI 3 - 4 CINCIN
ATAU LIPATAN, MULUT
FORNIK SERVIK MENONJOL KE
ARAH VAGINA
SEKELILING MULUT
SERVIK MEMBENTUK
KANTONG BUNTU 360 º
YANG DISEBUT FORNIK
1 2 3
4 5 6
COUNTINUES
7 8 9
10 11
Hormon Reproduksi
Hormon steroid
Estrogen (folikel ovarium)
Progesteron (corpus luteum)
Testosteron (sel leydig testis)
24
Fungsi Hormon Reproduksi
(Hipofisis anterior)
FSH : Merangsang pertumbuhan dan pematangan
folikel pada ovarium
Polaktin/LTH :
Merangsang produksi air susu dan memelihara
korpus luteum (tikus)
25
Hormon Reproduksi
(Ovarium & Testis)
26
Hormon Reproduksi
(Uterus)
Prostaglandin F2α(PGF2α) :
Melisiskan (regresi) korpus luteum dan merangsang
kontraksi uterus
27
PREPARAT PGF2α
1. ESTRUMET (ICI, UK)
2. REPRODIN (BAYER, INDONESIA)
3. PROSOLVIN (INTERVET, HOLLAND)
4. LUTALYSE (UP JOHN, USA)
5. GLANDIN (TAD, GERMAN)
6. CAPRIGLANDIN (SANBE, INDONESIA)
28
PREPARAT GONADOTROPIN
• FSH • LHCHORULON
– FSHp (SCHERING, (INTERVET-
USA) HOLLAND)
– SUPER-OV (AUSA- • FSH+LH
USA)
– PG 600 (INTERVET –
– FOLLTROPIN-V HOLLAND)
(VETREPHARM-UK)
– PMSG/FOLLIGON
– OVASET (SANOFI- (INTERVET-
CANADA) HOLLAND)
– ANTRIN (DENKA-
• GnRH
JEPANG)
– GONADORELIN
– CYSTORELIN 29
PREPARAT PROGESTERON
• SINKRONISASI • POTA HORMON
BIRAHI (INJEKSI)
– PRID (Progesteron
Released Intravaginal
Device)
– CIDR (Controle CIDR PRID
Internal Drug Release)
– CRESTAR
– SYNCRO MATE B
30
Hasil Evaluasi Pemeriksaan Gangguan
Reproduksi pada Ternak Sapi Potong di Jawa
Timur Tahun 2012
Diagnosis BKW BKW BKW BKW
MADIUN BOJONEGORO PAMEKASAN MALANG
35
GANGGUAN REPRODUKSI
A. BIRAHI
1. REPEAT BREEDER( KAWIN BERULANG)
2. NYMPHOMANIA (SISTIK FOLIKEL/KAWIN
TERUS)
3. ANESTRUS
a) CLP
b) SISTIK LUTEAL
c) HIPO FUNGSI OVARIUM
d) ATROPI OVARIUM
36
1. REPEAT BREEDER
37
Repeat Breeder/Kawin Berulang
Syarat adalah :
• Sapi sudah pernah beranak
• Berumur kurang dari 10 th
• Mempunyai siklus birahi normal
• Tidak ada kelainan alat reproduksi
• Di IB 2-3 x tidak menghasilkan
kebuntingan
38
Mengapa
Merugikan peternak
harus ditanggulangi
Menurunkan efisiensi
?
reproduksi & produk
tivitas
39
Kasus kasus kawin berulang
• 5 – 10% di negara negara maju peternakannya
• 38% di Jawa Timur dan Jawa Tengah (Putro, 1987)
• Lebih sering terjadi pada sapi betina yang di IB dari pada
kawin alam
• Dapat terjadi pada sapi dara maupun induk yang sudah
beberapa kali melahirkan, tetapi lebih sering terjadi pada
induk yang tua
40
Faktor faktor Penyebab Kawin
Berulang
41
Diagnosis
• Pemeriksaan alat kelamin betina melalui:
Eksplorasi rektal
Endoskopi
Ultrasonografi
• Biopsi mukosa uterus
• Pemeriksaan hormon (gonadotropin dan
steroid) melalui: RIA atau ELISA
42
• KELAINAN OVULASI :
Menghasilkan sel telur (ovum) cacat
a. kegagalan ovulasi:
-fol.de Graff gagal pecah krn gangguan
sekresi FSH & LH serta adanya kista fol. &
kista luteal.
b. ovulasi tertunda :
-Siklus birahi yg dipengaruhi musim
-Ovulasi tertunda selama musim kurang baik
43
c.ovulasi ganda :
-ovulasi dgn ovum kembar berarti ada
kegagalan pembuahan dr salah satu telur
44
• SEL TELUR YG ABNORMAL :
Ovum normal : - ukuran 120-200 u
- zona pelusida tdk mgkerut
- bulat
- masa subur 12-24 jam
• Ovum abnormal :
1. degenerasi ovum >>dind. Mengkerut
2.zona pelusida robek
3.ovum muda
4.ovum bentuk gepeng
45
5.ovum bentuk lonjong
6. ovum terlalu kecil ukurannya.
7. ovum terlalu besar ukurannya
8.ovum yg sitoplasmanya ada vakuola >
9. ovum polar bodi >
• SPERMAZOA YG ABNORMAL
-sp-zoa normal :- motilitas tinggi
- mengalami kapasitasi
46
-sp-zoa abnormal : - ekor ganda
- kepala ganda
- jalan mundur,berputar
- sitoplasmik droplet/muda
hal ini menyebabkan spz kehilangan
kemampuan utk membuahi.
• Kegagalan sp. Membuahi ovum disebabkan
1. m.o banyak atau radang pd sal. Betina
2. Spermatozoa terlalu tua krn terlalu lama
menunggu di T.F
47
Spermatozoa
50
51
Lakukan I B dengan benar
3. perlakuan yg tdk baik pd air mani
(pemeriksaan,pengelolaan,penyimpanan )
4. waktu I.B.
• KESALAHAAN PENGELOLAAN
REPRODUKSI :
1.kurang teliti dlm mendeteksi birahi
2. pelaksanaan I.B kurang baik
3. kurang pakan (vit, mineral)
4. kesalahan perlakuan air mani.
(pengenceran,pembekuan,penyimpanan)
5. suhu kandang yg tidak serasi
53
PENANGANAN REPEAT BREEDER
PERBAIKAN MANAJEMEN IB :
1. KESUBURAN PEJANTAN
2. KUALITAS SPERMA
3. HANDLING SPERMA :
• PENYIMPANAN SEMEN BEKU
• THAWING SEMEN BEKU
4. DETEKSI BIRAHI
5. TEKNIK DAN WAKTU IB
6. PEMBERIAN HORMON
54
2. SISTIK FOLIKEL/NYMPHOMANIA
55
Folikel dipermukaan ovarium yang tidak tumbuh
sampai matang dan membentuk kista
Causa : Kadar LH didalam darah rendah
sementera itu kadar FSH didalam darah
cukup untuk merangsang terbentuknya
folikel, tetapi folikel – folikel tersebut tidak
mengalami ovulasi
56
Dagnosis : nimfomania, pada perabaan per –
rektal pada permukaan ovarium terasa
ada satu atau lebih benjolan besar dan
bulat (Ø 2,5 – 5 cm) dengan permukaan
halus/licin berisi cairan dan berdinding
tipis sehingga mudah pecah bila ditekan
Pengobatan : memecah kista secara manual
atau pemberian LH atau hCG
57
TANDA KLINIS SISTIK folikel
•HIPERESTROGENIA
•NYMPHOMANIA, BIRAHI PANJANG
•PRODUKSI SUSU TURUN
•MOUNTING, SELALU NAIK-MENAIKI
58
CYSTIC folikel
59
3. ANESTRUS
a. CORPUS LUTEUM PERSISTEN (CLP)
Definisi CL persistent :
61
Corpus luteum persistent
Tanda klinis :
Tdk menunjukkan gejala birahi dan bisa kabur dengan bunting
CLP memproduksi progesteron sehingga terjadi feedback negative thd hipotalamus dan
sekresi GnRH terhambat
CLP CL normal 62
Korpus luteum yang ukuran besarnya dan
fungsinya terutama dalam menghasilkan hormon
progesteron menetap dalam waktu yang jauh
lebih lama daripada normal
64
PENGOBATAN CLP
65
b. Sistik luteal
•Progesteron tinggi
•tdk menunjukkan gejala birahi
66
Bila pada kista folikel kadar LH dalam darah rendah
disertai pula kadar LTH yang tinggi maka akan terjadi
proses luteinisasi pada kista folikel dan dindingnya
menebal
67
PENGOBATAN KISTA LUTEAL
68
c. Kista korpus luteum
69
d. Hipofungsi
Ovarium
– Korelasi positif dg
BCS rendah (< 2,0)
– Defisiensi nutrisi
kurang FSH ovaria
inaktif
– Ovaria mengecil, halus
– Uterus lembek tidak
bertonus
• Terapi:
• Perbaikan BCS (3,0)
• Memacu pertumbuhan folikel
– PMSG (Folligon, 1.000-1.500 IU
im) (hati-2 sangat antigenik!)
– Lebih aman + Anti-PMSG
(Neutra-PMSG) 3 hari
berikutnya. Birahi timbul 72 jam.
– GnRH (Fertagyl, gonadorelin)
100-250 mikrogram (1-2,5 ml)
i.m.
– Senyawa progesteron
» Implan progesteron
intravagina (CIDR) insersi
intravagina 9 hari birahi
72 jam
» Progesteron oral (MGA,
MAP) selama 2 minggu
birahi 72 j
71
Perbaiki kondisi tubuh, BCS, dg pakan hijauan &
konsentrat, pemberian obat-2an endoparasit, perbaiki
status kesehatan.
Pemberian roboransia, vitamin, mineral.
Upayakan mendekati BCS 3,0 atau lebih.
Untuk mempercepat pulihnya siklus ovaria, setelah
BCS mendekati (3,0), dapat dipacu dengan
pemberian hormon, misalnya:
HCG (ChorulonTM) 1.000 – 1.500 IU im.
GnRH (FertagylTM) 100 – 250 mcg im.
72
Body Condition Scores (BCS)
BCS = 3
BCS = 4
BCS = 5
BCS = 6
BCS = 7 73
e. ATROPI OVARIUM
Hipofungsi ovarium bila berlangsung lama tidak
mendapatkan perbaikan kuantitas dan kualitas
pakan dapat berlanjut lebih parah dan berubah
menjadi atropi ovarium
76
2. KEMATIAN EMBRIO TUA
(LATE EMBRYONIC DEATH)
77
PENYEBAB KEMATIAN EMBRIO DINI
• Faktor genetik
• Stres
• Infeksi yang disertai peningkatan suhu tubuh
• Penyakit degenerasi melemak dari hati
• Defisiensi nutrisi dan kelebihan nutrisi
• Defisiensi, asinkroni dan ketidak seimbangan hormonal
• Agens infeksius yang non – spesifik
• Agens infeksius spesifik (Tritrichomonas fetus, Campylobacter
fetus
venerealis, virus Bovine viral diarrhoea /BVD, Infectious bovine
rhinotracheitis /IBR, bovine herpes virus 1 /BHV – 1, Catarrhal
vagino –
cervicitis, Chlamydia psittaci, Haemophilus somnus)
78
3. KEMATIAN FETUS
Mumifikasi fetus
Setelah fetus mati terjadi pengeluaran cairan fetus, dehidrasi
jaringan tubuh fetus dan selaputnya.
Korpus luteum graviditatum menjadi persisten (KLP)
Fetus beserta selaputnya menetap di dalam uterus
Fetus dan selaputnya steril (tidak ada kuman yang meng –
infeksi)
Gejala/tanda – tanda adanya mumifikasi pada sapi :
Induk sapi tidak melahirkan pada waktunya
Tidak ada perubahan dan perkembangan ambing pada trimester
akhir dari kebuntingan
79
• Pada palpasi rektal : uterus dan isinya (fetus) teraba
seperti benda keras, karunkula dan kotiledon dan
fremitus tidak teraba
• Penyebab kematian fetus pada mumifikasi tidak
diketahui
• Fetus dapat dikeluarkan dengan penyuntikan PGF2α
dan pemberian bahan pelicin pada jalan kelahiran
80
MASERASI FETUS
• Hewan bunting, mengalami
gangguan, kematian fetus, tidak
diabortuskan, , kuman masuk
kedalam uterus dan terjadi
proses pembusukan dan
autolisis dari fetus dan
selaputnya, sehingga tinggal
tulang belulangnya saja,involusi
uterus, cairan diserap, tinggal
tulang belulang
• Gejala: sering merejan, keluar
leleran
81
• Terapi: Operasi, PGF2α, Antibiotik
Maserasi fetus
82
Stillbirth
Adalah kelahiran pedet
mati sesudah
kebuntingan berumur 272
hari, sebagian besar
stillbirth terjadi pada saat
partus
83
Abortus
• Keluarnya fetus dalam keadaan mati atau hidup kurang dari 24
jam
pada umur kebuntingan kurang dari 271 hari sesudah
kawin/inseminasi
• Abortus dianggap normal apabila kejadiannya berkisar antara 1 –
2%
dari seluruh ternak yang bunting, tetapi bila kejadian abortus
meningkat sampai lebih dari 3% harus dilakukan investigasi
• Perlu diperhatikan pula adanya kasus – kasus stillbirth dan
kelahiran
prematur
• Penyebab abortus dikelompokkan menjadi 2 yakni :
Non – infeksius
Infeksius
84
ABORTUS NON - INFEKSIUS
• Abnormalitas kongenital akibat kelainan genetik atau
teratogenik
• Defisiensi atau ekses endokrin
• Keracunan tanam – tanaman
• Substansi beracun misalnya nitrat, mikotoksin, warfarin,
goitrogen
dan derivatnya
• Defisiensi nutrisi misalnya defisiensi vitamin A, yodium
• Stres temperatur lingkungan
• Kesalahan dalam pemberian pengobatan : PGF2α atau
analognya,
estrogens, corticosteroids dan derivatnya
85
ABORTUS INFEKSIUS
86
BRUCELLOSIS
87
BRUCELLOSIS
88
BRUCELLOSIS
Ditemukan di :
Endometrium, ruang antara kotiledon,
villi plasenta,
Fetus : paru-paru & cairan lambung
Pejantan : epididymis, vas deferens, prostat,
bulbourethralis,
testis (tubuli seminiferi)
Penanganan :
Kuman di luar sel, pengobatan tidak efektif
Vaksinasi umur 3 – 8 bulan (sapi perah) atau 10
bulan (sapi potong)
Vaksinasi :
Subcutan pada pangkal leher,
dosis 4 – 6 x 106 bakteri dalam 5 cc
Intradermal, dosis 0,2 – 0,5 cc
dengan kandungan kuman tetap
Test brucellosis dipotong
Mencegah cara penularannya
90
LISTERIOSIS
Listeria monocytogenes
menyerang fetus dalam kandungan
mati anoxia karena banyak lysis
darah merah
fetus mati lesi / necrotic pada hati,
limpa, paru – paru dan organ – organ
lain
Sapi dewasa :
– Abortus > bunting 4 bulan
– Retensio secundinarum
– Metritis
metritis 91
LISTERIOSIS
92
TUBERCULOSIS
93
PENGENDALIAN PENYAKIT BAKTERI
PADA SALURAN REPRODUKSI
Pengobatan :
Sulfanamid
Yodium (VIDONE) antiseptic untuk pembersih
prolaps uteri, irigasi retensi secundinarum
Injeksi antibiotik
94
Endometritis (klinis)
• Abnormalitas teraba per rektum:
– Dinding uterus teraba tebal, tidak bertonus,
konsistensi tebal-lembek.
– Kemungkinan ada eksudat dr vulva pd saat saat
dipalpasi traktus reproduksinya.
• Patogenesis:
– Infeksi oleh mikroba non spesifik atau jamur.
• Penanganan:
– intrauterina (spoel) dg antibiotika, mis: Penicillin 3
jt IU & Streptomycin 1000 mg dlm akuades 50 ml,
atau
– intrauterina (spoel) yodium povidon 1-2%
sebanyak 100 – 250 ml, diulang beberapa kali.95
Endometritis (subklinis)
• Abnormalitas teraba per rektum:
– Rabaan ovaria, uterus, servik normal, tidak ada
kelainan.
• Gejala & patogenesis:
– Repeat breeding tinggi.
– Infeksi ringan, tidak menghentikan siklus estrus,
masih ada PGF yang dihasilkan uterus, namun
sudah menggagalkan konsepsi.
• Penanganan:
– intrauterina (spoel) dg antibiotika, mis: Penicillin
3 jt IU & Streptomycin 1000 mg dlm akuades 50
ml, atau
– intrauterina (spoel) yodium povidon 1-2%
sebanyak 100 – 250 ml, diulang beberapa kali. 96
Metritis
• Infeksi endometrium setelah melahirkan
• Metritis akut, terjadi dalam waktu 2 mg setelah
melahirkan
• Metritis toksik, terjadi dalam waktu 3-5 hari setelah
melahirkan
• Penyebab : kuman koliform
• Gejala klinis :
• Lesu, menahan sakit, suhu tubuh sub normal atau diatas
normal(40-410C)
• Produksi air susu turun, konstipasi atau bisa diare
• Dehidrasi, anoreksia, dalam keadaan berat hewan tdk bias
berdiri
• Cairan yang keluar dari vulva berbau busuk, keruh dan
berwarna merah coklat
97
Infeksi uterus pasca melahirkan
Metritis (septika)
• Abnormalitas teraba per rektum:
– Radang uterus, penebalan dinding.
– Rabaan uterus lembek seperti tanah liat
basah (doughy).
– Terkadang ada eksudasi dari vulva saat
dipalpasi.
– Teraba korpus luteum persisten.
• Gejala & patogenesis:
– Biasanya ada demam, (kasus akut).
– Tidak ada demam pada kasus kronis.
99
Metritis (septika) (lanjutan)
• Penanganan:
– PGF2a (LutalyseTM) 25 mg im, 5 mg iu.
– intrauterina (spoel) dg antibiotika, mis:
penicillin 3 jt IU & streptomycin 1000 mg
dlm akuades 50 ml, atau
– intrauterina (spoel) yodium povidon 1-2%
sebanyak 100 – 250 ml, diulang beberapa
kali.
– Diikuti pemberian antibiotika sistemik
setiap hari, selama 5 hari berturut-turut,
mis: Penicilline 3 juta IU & Streptomycine 5
gram im. 100
Metritis (septika) (lanjutan)
• Penanganan:
– PGF2a (LutalyseTM) 25 mg im, 5 mg iu.
– intrauterina (spoel) dg antibiotika, mis:
penicillin 3 jt IU & streptomycin 1000 mg
dlm akuades 50 ml, atau
– intrauterina (spoel) yodium povidon 1-2%
sebanyak 100 – 250 ml, diulang beberapa
kali.
– Diikuti pemberian antibiotika sistemik
setiap hari, selama 5 hari berturut-turut,
mis: Penicilline 3 juta IU & Streptomycine 5
gram im. 101
Metritis dan leleran vagina
102
103
Pyometra
• Merupakan penyakit yang ditandai
dengan terisinya rongga uterus
oleh nanah, biasanya terlihat 3
minggu setelah kelahiran sampai
sepanjang masa laktasi
• Penngobatan :
– Estradiol 3-10 mg + Oxytocin 100
IU
– Ergonovin maleat 2-3 mg
– Antibiotik dan sulfa
– Penyuntikan 20-25 mg PGF2α
secara inta muscular atau 12,5 mg
secara inta vena
– Irigasi uterus dengan larutan lugol
0,5-2 % sebanyak 50-500 ml
104
TORSIO UTERI
108
Diagnosis dan prognosis
Awalnya pada inspeksi kondisi nya tidak jelas, polip pada
vagina dan
tersembulnya selaput fetus dapat menyebabkan kesalahan
diagnosis.
Prolapsus berderajat ringan yang terjadi dalam kurun waktu
seminggu sebelum melahirkan tidak begitu penting;
prolapsus yang
lebih berat terutama terjadi lebih dari 6 minggu sebelum
melahirkan
harus ditangani. Kegagalan menangani kasus tersebut dapat
berakibat rusaknya mukus penutup serviks, invasi kuman
kedalam
uterus, kematian fetus dan abortus.
109
PENANGANAN
Tujuan utama dari penanganan kasus prolapsus ini adalah menahan
serviks dan mukosa vagina yang tersembul tersebut sampai dengan
induk melahirkan. Besar kemungkinan bahwa prolapsus akan
kembali terjadi pada kebuntingan berikutnya dan adanya
kecenderungan bahwa kasus ini menurun.
Anestesi epidural caudal dilakukan untuk mengurangi perejanan,
mukosa dibersihkan dengan cairan yang tidak iritasi (NaCl fisiologis
atau akuades), dikeringkan dan digosok dengan petroleum jelly atau
atau pelumas lainnya kemudian direposisi dan ditahan pada posisi
normal semula dengan jahitan sementara sebagai berikut :
Tali bundel; Jahitan sederhana pada vulva; Jahitan perivulva
menggunakan benang nilon “Buhner method”; Operasi Caslick
Jahitan sementara diambil pada saat melahirkan
Jahitan permanen yakni reseksi submukosa atau fiksasi
serviko – vaginal dapat dilakukan tetapi sulit pelaksanaannya
110
Prolapsus Vagina
111
Pengobatan prolapsus vagina
113
C. GANGGUAN PADA SAAT
KELAHIRAN
114
Tahapan Kelahiran :
115
Tapap I kelahiran :
118
Akhir tahap III
• Bila dystocia:
• Palpasi untuk
menentukan
kelainan
119
Tanda kelahiran abnormal :
120
Indikasi pertolongan :
• Vaginal:
• Kantong ketuban?
• Posisi pedet?
• Besar pedet?
121
Distokia
• Proses kelahiran sulit
dan lama (calon pedet
tidak dapat keluar)
• Penyebab: genetik, gizi,
infeksi, traumatik
• Penanganan:
Reposisi
Tarik paksa
Pemotongan janin
(Fetotomi)
Operasi Secar
Penyebab utama dystocia
123
DISTOKIA (hanya kepala)
124
DISTOKIA (kaki depan)
125
DISTOKIA (hanya ekor)
126
D. GANGGUAN PASCA
KELAHIRAN
• RETENSIO SECUNDINARUM
• PROLAPSUS UTERI
127
RETENSIO SECUNDINARUM
128
Retensio
Secundinarum
• Placenta dikeluarkan
scr manual bila
kurang dari 3 hr
• Irigasi dg antiseptik
• Obat penguat
/vitamin
129
PROLAPS UTERI
• Penyembulan mukosa uterus keluar
setelah beranak
• terjadi pada hewan tua > 4 tahun, kurang
exercise
• Bila > 6 jam menggembung isi udara
Pengobatan :
– Anastesi epidural
– Cuci dengan antiseptik (Iodin /
VIDONE, rivanol, KMnO4, Karbol,
Lysol, dll) dengan konsentrasi rendah
– Angkat semua isi ke atas setinggi
diatas vulva
– Reposisi mulai dari yang terdekat
dengan vulva : irigasi dengan cairan
VIDONE 0,5-1% / Rivanol,
COLIBACT 2 bolus
– Jahit vulva lalu dibuka 3 x 24 jam
130
Prolapsus uteri
Penyembulan mukosa uterus setelah beranak
Sering pada hewan tua > 4 tahun & kurang
exercise
131
Teknik penjahitan
vulva
132
E. GANGGUAN REPRODUKSI KARENA
FAKTOR PAKAN
Gizi rendah waktu lama :
kurus, gangguan reproduksi & fetus lemah
Defisiensi vitamin, mineral & zat-zat lainnya
133
Hijauan
Makanan gizi rendah pd anak sapi pertumbuhan
terhambat dan irreversible/ sulit dipulihkan organ
reproduksi tidak sempurna
135