Anda di halaman 1dari 59

MENGIDENTIFIKASI DAN

MENANGGULANGI GANGGUAN
REPRODUKSI PADA TERNAK

MENGIDENTIFIKASI DAN MENANGGULANGI


GANGGUAN REPRODUKSI PADA TERNAK
Dr. drh Euis Nia Setiawati, MP

Cimahi – Bandung , 12 Nopember ........


Alamat Jl. Pertanian Komplek PPMKP / Surya , Ciawi -
Bogor , Jawa Barat
Pekerjaan PNS KEMENTAN – BBPKH CINAGARA BOGOR
(Widyaiswara Ahli Utama)

Pendidikan 1. FKH –IPB Bogor


2. Pasca Sarjana
3. S3 : Genetik Dan Reproduksi
Hobi Membaca Buku Yang bermamfaat

Moto Hidup
Bermanfa’at untuk Rakyattt... Lebih Dahsyatttttt....
Proses TIDAK AKAN Menghianati HASIL ….yakinlahhhh
KOMPETENSI DASAR
Mampumengidentifikasidan
menanggulangigangguanreroduksipada
ternakdenganbenar
GANGGUAN REPRODUKSI

 Segala proses yang menyebabkan


terhambatnya atau kegagalan untuk
menghasilkan keturunan
 Akibatnya: Jarak antar kelahiran menjadi
panjang (kerugian)
 Bentuknya: Infertil (jika masih bisa
diperbaiki) dan steril (jika tidak bisa
diperbaiki)
HAL-HAL YANG DIPERLUKAN

 Anamnese : Sejarah kejadian


 Kesiapan pemeriksa : personal yang
mampu dan handal mengidentifikasi
masalah (dokter hewan, ATR)
 Ketersediaan sarana dan prasarana:
Peralatan sederhana (vaginoskop),
canggih (ultrasonografi) dan obat-
batan atau hormon yang diperlukan
 Kemungkinan laboratorium
penunjang: untuk kasus infeksius
TUJUAN:
BETERNAK SAPI Efisisensi Reproduksi
Calving Interval 12 bulan

HAMBATAN
Gangguan Reproduksi

Infertilitas dan sterilitas

Pengulangan
Perkawinan, Tidak Bunting, Gagal Bunting

KERUGIAN
1. Biaya pemeliharaan dan pakan
2. Produktivitas menurun
KAPAN KEJADIAN GANGGUAN REPRODUKSI?

DAYS OPEN KEBUNTINGAN


LAHIR
85 HARI 280 HARI

Gangguan Reproduksi: -Kematian embrional -Retensio


Endometritis, -Abortus secundinae
Pyometra, Anestrus, -Mummifikasi -Distokia
CLP, Cystic Ovari, -Maserasi -Hypocalcemia
Silent heat, kawin -Mola -Hypoglicemia
berulang, aspesifik

DAYS OPEN KEBUNTINGAN


LAHIR
??? HARI 280 HARI
KETERAMPILAN YANG DIPERLUKAN
UNTUK MENANGGULANGI GANGGUAN
REPRODUKSI
 Menentukan status bunting dan tidak bunting
(diagnosa kebuntingan),
 Menentukan kelainan-kelainan pada organ
reproduksi,
 Memiliki pengetahuan obat-obatan dan hormon,
 Mengetahui status normal tidaknya proses
reproduksi,
 Menguasai penggunaan peralatan terkait (USG)
PENANGGULANGAN EFISISENSI
GANGGUAN REPRODUKSI REPRODUKSI

DIAGNOSA DAN TERAPI


YANG TEPAT

PELATIHAN dan
PENANGGULANGAN
SDM HANDAL DAN GANGGUAN
TERLATIH REPRODUKSI
PENYEBAB GANGGUAN REPRODUKSI

 Penyakit infeksi (Trichomoniasis, vibriosis, brucelosis, BVD,


IBR, Neosporosis)
 Gangguan hormonal (kista ovarium, kegagalan estrus
dll)
 Penyebab nutrisional/gizi (kurang hijauan, protein,
vitamin, mineral)
 Penyebab Conginetal atau Keturunan (hypoplasia,
freemartin, white feifer disease)
 Penyebab patologis – tumor, peradangan pada
ovarium, oviduct, uterus, serviks, vagina dan vulva
 Penyebab management (pengamatan berahi, teknik IB,
pemeriksaan kebuntingan, penanganan post partus)
Definisi Infertility
 Fertility adalah kemampuan sapi melahirkan
pedet hidup dengan interval + 12 bulan
 Sterility adalah ketidakmampuan sapi
menjadi bunting dan melahikan pedet.
 Infertility or subfertility adalah berkurangnya
fertility/kesuburan, contoh: sapi dapat
bunting dan melhirkan pedet namun
intervalnya jauh lebih lama dari 12 bulan.
Faktor2 yang mempengaruhi
reproduksi
 Nutrisi: Formukasi dan manajemen pakan
 Deteksi waktu birahi dan IB
 Skill IB
 Semen: penyimpanan semen beku,
bawaan genetik pejantan
 Karakter Genetic garis induk
 Kegagalan Reprodusi
 Pemeriksaan teratur catatan dan
kesehatan reproduksi
 Pengetahuan dan kemauan peternak
pada hasil reproduksi
PENGATURAN HORMONAL FUNGSI REPRODUKSI BETINA

Hypotalamus

GnRH

Hypophysa
Positive anterior
Negative
Feedback Feedback
FSH LH

Inhibin

Pertumbuhan Ovarium Ovulasi


Folikel

Corpus luteum

Estradiol
Progesteron
Prioritas Distribusi Nutrisi

1. Maintain tubuh

2. Pertumbuhan

3. Laktasi

4. Reproduksi

5. Lemak tubuh (Accumulation of energy)


Prioritas Kebutuhan Energi

kegemukan
Reproduksi
(siklus Estrus)

Kebutuhan Produksi Susu


Energi

Maintain tubuh
(metabolisme dasar)
Konsep Kegagalan Reproduksi
1. Melahirkan ke estrus
2. Estrus ke IB
3. IB ke bunting
4. Selama kebuntingan
5. Saat melahirkan dan setelah melahirkan

melahirkan estrus IB bunting melahiran


Infertilitas
 Setelah IB, rata2 kelahiran lebih dari 55%. (jika 100 sapi
di Ibsatu kali hanya 55 yang akan melahirkan pedet.)

 sekitar 45%yang di- IB yang gagal lahir;


 10-15% oocytes terovulasi tidak fertil
 15-20% oocytes fertil atau embrio mengalami
kematian dini sebelum hari ke 13 pada siklis estrus
 10% embro mati antara hari ke 14 dan 42
 5% kematian fetus setelah hari ke 42

 Kegagalan fertilisasi atau kematian embrio dini →


Kembalinya estrus pada interval normal 18-24 hari
(25-35%)
Ovariopathy (1)
 1. Subfungsi Ovari
 Hypoplasia Ovari :Anestrus lebih dari12 bulan
pada dara tua; ovari kecil dan “plane”.
 Ovari quiescence :anestrus sementara setelah
melahirkan, ovarium hampir normal dengan folikel
kecil.
 Atropi Ovari :Anestrus, ovarium atropi.
 Treatment:
 hCG (1,500 – 3,000 IU)
 GnRH: (Fertirelin acetate 100 μg / Conceral)
 (Buserelin acetate 10 – 20μ/ Estomal)
 CIDR
 Folikel ovulasi pada 30-36 jam. Setelah administrasi. Subsequent
CL regressi lebih cepat, oleh krn itu interval antara ovulasi
pertama dan kedua 8-15 hari. Check estrus pada 10, 20, 30
hari setelah treatment.
Attitude of Treatment of
Ovarian quiescence

baik ovariopathy Treatemnt


Siklus Management
Peningkatan
Estrus Pakan Tdk baik management pakan
(-)
Anestrus Masalah Nutrisi
(稟告) Masalah Fasilitas
Silent heat Managemen klp. ternak
Estrus Masalah sapi
cycle Masalah lainnya
(+)
Kegagalan
deteksi Peningkatan management
Estrus reproduksi
Ovariopathy (2)
 2. Siste Folikular
 Diameter folikel lebih dari 2.5 cm & tidak ada CL.
 Pada kasus diameter lebih dari 2.5 cm dalam 40 hari
setelah melahirkan, akan degenerasi tanpa treatmen.
 Treatment:
 GnRH: (Fertirelin acetate 100μg/Conceral)
 (Buserelin acetate 10-20μg/ Estmal)
 hCG (5,000 – 10,000 IU)
 CIDR
 Traetmen efektif ketika terbentuk Cl pada 7 - 14 hari setelah
administrasi.
 JIka ada folikel baru(1.5 - 2.0 cm) dengan siste folikel, sapi di IB.
QUISTE FOLIKEL
Del 10-15% Estro continuo
(3-10 días)
Pared delgada

Pared gruesa
(Luteinización)

QUISTE LUTEAL
Efek sapi dengan siste Folikel
dan CIDR
Sustained Progesterone Level as functional CL by CIDR
Frekuensi LH pulse↓

Regresi Dominan Folikel (siste follikel)

Luteinisasi sel Granulosa

Pencabutan CIDR

Frekuensi LH pulse↑

Estrus
Ovariopathy (3)

 3. Siste Luteal
 Anestrus
 Tidak terjadi ovulasi folikel dengan diameter lebih
dari 2,5 cm dan luteinisasi dalam dinding folikel
sehingga menjadi siste luteal.
 Siste Luteal mudah salah diagnosa dengan Cystic
CL. Namun Cystic CL memiliki siklus estrus dan ujung
CL dapat dipalpasi.
 Treatment
 PGF2α
 Kriteria kesembuhan adalah ovulasi dalam 10 hari
dan kemudian terbentuk CL normal.
Cystic Corpus Luteum
Protuberancia de ovulación

NORMAL FOLLICLE
Ovariopathy (4)
 4. Kegagalan Ovulasi
 Ovulasi terlambat :
 Tanda estrus berlangsung 3 hari atau lebih dengan folikel
berkembang.
 Anovulation
 Tanda estrus muncul namun tidak ovulasi dan folikel masih
tetap ada selama 7-10 hari tanpa CL.
<Treatment>
 GnRH-A (Fertirelin acetate 100μg/ Conceral),
 (Buserelin acetate 10-20μg/ Estomal)
 hCG (1,500 – 3,000 IU)
 Kriteria keberhasilan adalah ovulasi dalam 30-36
jam setelah treatmen bukan dalam 29 jam.
Ovariopathy (5)
 5. Silent heat
 Tidak ada tanda birahi external namun tanda
birahi internal jelas.
 Melalui CL yang berubah ketika di cek kembali
pada 10-14 hari setelah palpasi pertama,
tanda birahi external tidak muncul sementara
waktu.
<Treatment>
 PGF2α in lueal phase.
 Estradiol benzoate 2-5 mg under existence of
regressed CL and growing follicle.
 Povidone iodine 20-30 ml into uterus. (Pay attention
the heat within 6-11 days)
 CIDR
Ovariopathy (6)
 6. Luteal hypoplasia (
 (1) Ateliotic CL. (
 Luteinisasi setelah ovulasi tidak cukup dan CL kecil.
 Pudendal edema, mucus, kontraksi uterus and
luteal hypoplasia ditemukan pada 5 hari setelah IB.
 <Treatment>
 hCG (1,500 – 3,000 IU) pada 5 hari setelah IB
 GnRH-A pada estrus berikutnya.

 (2) Cystic CL (
 Diameter CL lebih dari 3-4 cm didalamnya
terdapat cairan.
Ovariopathy (7)

 7. Persistent CL
 Sesuatu (mummified fetus, pus, mucus,
inflammation) berada dalam uterus atau abnormal
sekresi GTH dari anterior lobe of pituitary.
 <Treatment>
 PGF2α

 treatmen uterus
1. Kegagalan Reproduksi dengan
Ovariopathy
Reproductive Disorder caused by Ovarian Dysfunction
卵巣に起因した繁殖障害

90 days 21 days 21 days N


Calving Estrus → Estrus → Estrus Pregnant → In
AI AI AI it

90 days no pregnant until 3 times services R


Calving Estrus
Pada normal Estrus
siklus→estrus → Estrus → Confirm →O
AI AI AI ovulation (f
disebut “normal” sampai IB ke 3
Diagnosa: Estrus Normal (no pregnant) →A

more than 90 days 7 ~ 10 days 卵


卵巣に起因した繁殖障害

2. Kegagalan
90 days Reproduksi
21 days 21 days

dengan Ovariopathy
Calving Estrus →
AI
Estrus
AI
→ Estrus
AI
Pregnant →

90 days no pregnant until 3 times services


Calving Estrus → Estrus → Estrus → Confirm →
AI AI AI ovulation

(no pregnant) →

Tidak bunting sampai 3 7kali


more than 90 days ~ 10 IB
days
Calving Anestrus → Palpation → Palpation →
Diagnosa: Repeat Breeder
(no signs of estrus) (no follicle)

more than 90 days 7 ~ 10 days Uterus


Kelainan
Calving (1) Anestrus →
Ovulasi Palpation → Palpation →
(no signs of estrus) (confirm follicles) (confirm CL)
Gagal IB atau kualitas semen

more than 90 days 7 ~ 10 days


Calving (2) TidakAnestrus → Malfungsi
Palpation → Ovari
Palpation →
ovulation
(no signs of estrus) (confirm follicles) (no CL)
PRECAUTION IB

 Perhatikan precautions untuk mencegah


kecelakaan pada diri anda dan sapi.
 Perhatikan hygiene setiap saat.
 Ikuti manual alat/properti untuk waktu dan
suhu.
 Masukan gun IB melalui kanal cervix canal
dengan benar (juka dipaksa, dapat
menyebabkan luka).
 Jika memungkinkan, tempatkan semen
pada kornua uteri yang memiliki folikel.
 Jangan terlalu lama meng-IB.
 Tingkatkan akurasi palpasi rektal seluas
mungkin.
Waktu IB dalam hubunganya antara
Ovulasi dan Pregnancy Rate
Waktu IB Jumlah yg Jumlah yg Pregnancy
di-IB bunting rate (%)
25-40 jam
17 0 0
sebelum ovulasi
21-24 20 9 45
17-20 19 12 63
13-16 27 19 70
9-12 19 15 79
5-8 17 13 76
1-4 15 9 60
0-4h setelah ovulasi 17 8 47
()
90 days no pregnant until 3 times services

3. Kegagalan
Calving Reproduksi
Estrus → dengan
AI
Estrus
AI
→ Estrus
AI
→ C
o
Ovariopathy (no pregnant)

more than 90 days 7 ~ 10 days


Calving Anestrus → Palpation → Palpation
(no signs of estrus) (no follicle)

more than 90 days 7 ~ 10 days


Calving Tidak ada tandaAnestrus
estrus dan → tidak ada folikel→ Palpation
Palpation
(no signs of estrus) (confirm follicles) (confirm CL)

more than 90 days 7 ~ 10 days


Calving Diagnosa:Anestrus
Ovarian → quiescence Palpation → Palpation
(no signs of estrus) (confirm follicles) (no CL)
4. Kegagalan Reproduksi dengan
Ovariopathy
Calving
more than 90 days 7 ~ 10 days
Anestrus → Palpation → Palpation
(no signs of estrus) (no follicle)

more than 90 days 7 ~ 10 days


Calving Anestrus → Palpation → Palpation
(no signs of estrus) (confirm follicles) (confirm CL)

No heat No heat No heat


more than 90 days 7 ~ 10 days
Calving Anestrus → Palpation → Palpation
Tidak ada tanda estrus, tapi ada folikel dan
(no signs of estrus) (confirm follicles) (no CL)
normal CL berkembang.
Juga salah satu kemungkinan adalah
kegagalan deteksi birahi.

Diagnosa: Silent Heat


Waktu Observasi Estrus dan
Rata-rata deteksi
Waktu observasi estrus dan rata2 deteksi (

Waktu observasi per hari Rataan deteksi Estrus


1 kali 60%
2 kali 80%
3 kali 90%
4 kali 100%
100%
100%
80% 90%
80%
60%
60%
40%

20%

0%
1 time/day 2 times 3 times 4 times
Periode waktu tanda estrus
Periode waktu tanda estrus
Jam Estrus (o’clock) Tanda estrus(%)
1~6 43%
6~12 22%
12~18 10%
18~24 25%
50%

40%
43%
30%

20% 25%
22%
10%
10%
0%
1~ 6時 6~ 12時 12~ 18時 18~ 24時
(Mualey, 1990)
(no signs of estrus) (no follicle)
5. Kegagalan Reproduksi dengan
more than 90 daysOvariopathy 7 ~ 10 days
Calving Anestrus → Palpation → Palpation
(no signs of estrus) (confirm follicles) (confirm CL)

more than 90 days 7 ~ 10 days


Calving Anestrus → Palpation → Palpation
(no signs of estrus) (confirm follicles) (no CL)

Terdapat folikel, dan kemudian folikel


tertahan, tidak ada CL berkembang

Diagnosa: Kegagalan Ovulasi


Hypoplasia Luteal)
Kegagalan Reproduksi setelah
melahirkan
 Retensio Plasenta
 10~15% sapi perah, 7% sapi potong
 Recovery uterus lambat
 15~25%
 Uteritis
 5~40%
 Silent Heat or kegagalan deteksi Estrus
 20~40% sapi perah
 Anestrus dalam 60 hari setelah melahirkan
 5~15% sapi perah, 20~80% sapi potong
 Siste Folikel
 5~8%
 Repeat Breeder
 15~20%
ENDOMETRITIS
Endometritis (Hysteropathy)
 gejala:
 Anestrus
 Keluar mucus kotor
 Cairan dalam uterus
 Penyebab:
 peradangan pada endometrium karena bakteria, virus,
fungi and protozoa. Staphylococcus, Streptococcus,
E.coli, Actinomyces, Pseudomonas dan lainnya.
 Setelah distokia, retensi plasenta, pertolongan kelahiran
yang kurang baik
 Supervene Ovarian cyst dan ovarian quiescence pada
bbrp kasus
 Mekanisme Hormonal :
 Estrogen → proteksi infeksi bakteri dalam uterus
 Progesterone → menekan aksi estrogen → membuat
lingkungan yang cocok untuk pertumbuhan bakteri
Endometritis
 Treatment:
1. Subchronical endometritis: pemberian antibiotik kedlm uterus
2. Chronic endometritis: irigasi uterus dan pemberian antibiotik
 Irigasi Uterus: physiological saline saline, 40-42 C, 2-4 L
 Pemberian Antibiotik into uterus: banyaknya obat sekitar 10%
dosis untuk treatmen sistemik, 30-50 ml untuk menutupi seluruh
permukaan endometrium.
 <Contoh>
 Ampicillin: 500mg
 Benzylpenicillin procaine: 400,000 IU
 Dihydrostreptomycin sulfate: 400mg
 2% Povidone iodine solution: povidone iodine 20mg/ml、pure
iodine 2mg), 50 ml
 → PG in luteal phase、dinoprost 15-25mg i.m.
 7-14 hari recheck
Anastesi Epidural

Daerah Orientasi :
- Anterior : antara os saccrum dan os coccygea 1
- Posterior : antara os coccygea 1-2-3
→ epidural space ….
Anastetika dan dosis :
~ Lidocaine, Procaine, dll (Lidocaine : 35-45 mg/100 kgBB)
~ Kadang-kadang ditambah vasokonstriktor buluh darah
(adrenalin, epinefrin, dll)
- Pangkal ekor gerakkan
atas-bawah perlahan
- Cari celah antar-tulang
saccrum-coccygea - Anastesi 2-3 tts
ke dalam jarum
- Cairan terisap
- Sambung spoit ke
jarum, anastesi
2/3 - 3/4 dosis
- Lepas spoit, jarum
tetap nusuk

- Jarum (No. 18-20G)


dipisah dari spoit
- Dimasukkan pada
celah antar-tulang Yudi 2007
2/3 – 3/4 bagian
PYOMETRA
Pyometra (hysteropathy)
 Gejala:
 Tidak ada tanda estrus
 Purulent exudate terdapat dalam rongga uterus.
 Uterus membesar dan tidak ada elstisita/contractibility pada
dinding uterus.
 Uterus terasa seperti bunting.
 Sulit didiagnosa, pengecekan kembali harus dilakukan beberapa
minggu kemudian.

 Treatment: PGF2α administration


 Dinoprost: 12-15mg
 Tromethamine dinoprost: 15-25mg
 Cloprostenol: 500μg
 Etiproston tromethamin: 5mg
 Fenprostalene: 1mg

 → untuk mengeluarkan exudat purulent dari uterus, ikuti prosedur


treatmen untuk endometritis.
Treatment Endometritis
Table 1 : Perbandingan Conception rate pada pemberian AB
intrauterine dengan uterus yang diirigasi dan tanpa irigasi uterus

Hari stlh
Sblm 90 hari Stlh 91 hari Total
melahirkan

*Intrauterin AB 33.3%(3/9) 23.1% (3/13) 27.3% (6/22)

Intrauterine AB +
33.3% (2/6) 43.8% (7/16) 40.9% (9/22)
Uterin irrigation

*intrauterine AB : intrauterine administration with antibiotic


Retensio Plasenta (hysteropathy)
 Definisi:
 Plasenta yang normal dikeluarkan 3-8 jam setelah melahirkan.
Pada kasus retensio plasenta, plasenta tidak keluar lebih dari 12
jam setelah melahirkan.
 Penyebab: sapi pada produksi susu tinggi, sapi gemuk, aborsi, lahir
prematur, stillbirth, distokia, melahirkan kembar dan melahirkan
yang dibantu.

 Treatmen:
 Pada dasrnya tidak ada treatmen.
 Secara normal plasenta keluar sebagai lochia seperti eksudat dan
dikeluarkan dalam 7-10 hari setelah melahirkan.
 Pemberian PG
 Ikuti treatmen endometritis
 Jika sapi sakit dan demam, berikan antibiotik broad spektrum.
 Pengeluaran Manual tidak boleh dilakukan
 1. Uterus dapat terinfeksi dari jari dan tangan→ infeksi bakteri
 2. dapat menyebabkan perlukaan pada uterus, infeksi bakteri,
puerperal metritis, peritonitis, adhesion,/perlekatan organ
reproduksi
Waktu Pengeluaran Plasenta
(

45
40
35
30
25
頭数
20
Jumlah sapi

15
10
5
0
0~<1 3~<4 6~<7 9~<10 12~<24
Jam dari melahirkan

(
Efek Retensio Plasenta pada CR

100 hari setelah Endometritis Kontrol


melahirkan Retensio Plasenta (n=111)
(n=29)
Rataan IB 79.2% 92.8%

Conception rate 43.5% 60.2%

Pregnancy rate 34.5% 55.9%

Melahirkan – 113.5 92.7


bunting (hari)
Efek Pemberian Oxytocin
Setelah 3 jam melahirkan
Pengeluaran Retensio Rataan
plasenta Plasenta (%) days open
(jam)
Pemberian
6.7** 12.5* 127.7
Oxytocin
(n=40)
Kontrol (n=80)
10.4** 33.8* 137.1
Kontrol dan Treatmen pada
Gangguan Reproduksi

 Kontrol gangguan reproduksi


 Perbaikan suplay pakan
 Perbaikan managemen
 Melakukan catatan reproduksi
 Treatmen gangguan reproduksi
 Analisis catatan reproduksi
 Pemeriksaan organ reproduksi

Anda mungkin juga menyukai