Anda di halaman 1dari 17

KEMAJIRAN DOG AND CAT, by: Mrs.

PTS :D
Reproductive problems: proestrus dan estrus pada anjing dan
kucing, terdiri dari
Kegagalan untuk mendeteksi estrus
Disebabkan oleh:
-ketidaktahuan pemilik
-pendarahan pada vulva sedikit
-terisolasi dari anjing lain
diagnosa /management
-pengetahuan tentang sejarah
-pemeriksan secara periodik/ teratur
-edukasi terhadap pemilik
Estrus tidak terjadi karena:
-kegagalan pematangan ovarium
-diferensiasi sexual yang abnormal
-hypoplasia ovarium
-pengaruh obat: terapi yang buruk dari androgen/ progesteron
-hypothyroidism
-primary disfunction: hypothalamic-hypophyseal- ovarian axis
-kegagalan pematangan ovarium: kecacatan dapat berupa
kegagalan diferensiasi ovarium yang menyebabkan kegagalan
interseks dan kegagalan pematangan gonad yang menyebabkan
kurangnya produksi hormon tyroid
-diferensiasi seksual yang abnormal:
-hermaphrodite
- pseudohermaphrodite jantan/betina
Penyebab gangguan interseks
1. Gangguan kromosom/mutasi
2. Pseudohermaphrodite pada hewan jantan, terdiri dari:
- sintesis testosteron pada janin yang berlebih
- kecacatan reseptor androgen pada organ target
- respon yang kurang efektif terhadap faktor penghambat
3. pseudohermaphrodite pada betina, terdiri dari::
- paparan androgen eksogen ke uteri
- kesalahan metabolisme yang mengakibatkan penurunan
kortika
- administrasi senyawa progestasional selama kehamilan
Gejala klinis gangguan interseks:
1. Pubertas terunda/ terlambat
2. Iritasi kronis pada vulva dan pembesaran klitoris
Diagnosis:
1. Ukuran organ genitl luar yang abnormal (bisa lebih kecil
atau lebih besar)
2. gross examonation dari gonad
3. karyotyping pada lympocytes perifer
4. Radiografi
Treatment/pengobatan:
1. Ovariohysterectomy dan clitorio dectomy
2. Neutering
Absence of estrus
Ketiadaan estrus/ estrus tidak terjadi karena:
1. Agenesis bawaan dari ovarium (hypoplasia), menyebabkan:
- gejala estrus tidak nampak samapai selama 24 bulan
- produksi LH bertambah karena umpan balik negatif, efek
sampingnya :
Silent heat
interseks melalui karyotyping
endometrinopaty (hypotyroidism, hypoadrenocorticoid)
produksi steroid berlebih
2. primary dysfunction ((hypotalamic-hyphophyseal-ovarian
axis)
penyebab:
faktor nutrisi

stress (kerja berat,latihan, showing)


penyakit kronis dan parasite
endocrynopaty (hypotyroidism, hypoadrenocortism)
diagnosa dan pengobatan
pemeriksaan fisik
pemeriksaan aliran darah dan imaging
fecal flotation
teatment dilakukan sesuai penyebab
Induksi estrus/sinkkronisasi estrus:
induksi estrus dapat diartikan sebagai tindakan untuk
menimbulkan birahi diikuti ovulasi fertil pada sekelompok atau
individu hewan dengan tujuan utama untuk menghasilkan
konsepsi atau kebuntingan.
Dapat dilakukan dengan cara:
1. Injeksi
PMSG (Pregnant Mare Serum Gonadotropin)
dengan dosis 250-500 IU (IM/SQ) atau 20 IU/kg SQ Q24 hr
for 8-10 hari
2. Injeksi HCG dengan dosis 500 IU pada hari ke 2 estrus
3. Kebuntingan pada hari selanjutnya
4. Pendarahan/ bleeding proestral biasanya akan terjadi 3-5 hari
pasca injeksi pertama
5. Tetapi respon sebenarnya tidak dapat diperkirakan
6. Injeksi PMSG (Pregnant Mare Serum Gonadotropin) dengan
dosis 50-100 IU/ kg berat badan/ hari (SQ/IM) sekali
seminggu untuk treatment ke 3
7. Selanjutnya diikuti dengan:
injeksi HCG dengan dosis 500-1000 IU pada hari pertama
atau ke 2 estrus
injeksi GnRH dengan dosis 50 mcg
8. ovulasi dapat terjadi dengan atau tanpa HCG&GnRH
9. injeksi GnRH menyebabkan konsentrasi progesteron rendah
dan fase luteal yang pendek
10. Experimental method:
implantasi ovuplant menggunakan desoreline asetat 2.1 mg
dapat menginduksi proestrus dalam 2-9 hari
estrus fertile
kegagalan fase luteal mungkin terjadi pada minggu ke 5-6
implan harus diganti setelah 7 minggu
FAILURE TO CONCEIVE
KEGAGALAN BUNTING(KEGUGURAN)
Biasa terjadi pada hewan muda dan siklus estrus yang terjadi
normal
Penyebab utama:
Breeding pada waktu yang salah
Ovulasi gagal
pejantan infertil atau kualitas semen yang buruk, sehingga
perlu dilakukan tes semen
aplasia pada duktuds mulleri
kualitas oosit buruk/ abnormal
abortus
diagnosa:
sejarah hewan
evaluasi semen
laparoscopy dan laparostomy
hysterosalphyngography
Failure to breed (kegagalan perkawinan)
Penyebab utama:
Abnormalitas pada vestibula, vagina, vulva
kebiasaan hewan yang salah, misalnya hewan terus dirantai
atau dikandangkan

Kesalahan management breeding


Libido pejantan kurang
Keadaan fisik hewan tidak compatibel, misalnya pejantan
sulit menaiki betina atau betina tidak kuat menahan berat
pejantan.
Diagnosa:
Pendewasaan hewan sulit (bisa diartikan dengan pubertas yang
terganggu)
Hewan terlihat kesakitan atau kesulitan saat kopulasi
Menggunakan teknik digital vaginal palpation
Vaginoscopy dan contrast vaginography
Treatment:
Surgical dilation
AI

Infertility breeding age bitches


Infertilitas karena umur breeding salah
Infertilitas dapat diartikan sebagai kegagalan dalam breeding,
bunting maupun menghasilkan keturunan.
Penyebabnya dapat berupa:
kelainan anatomis
Kelainan fisiologis
kesalahan management
kebiasaan
diagnosa dapat berupa:
berdasarkan sejarah (history)
siklus estrus Normal, dapat dilihat dari:
- breeding behaviour
- breeding management
- pregnancy diagnosis (diagnosa kebuntingan)
abnormalitas siklus estrus, berupa:
- proestrus pendek
- proestrus yang terlalu panjang, baik itu disertai bleeding
ataupun tidak
- vaginitis pada saat proestrus
Viginitis selama proestrus
- Malodorous keputihan
Sejumlah besar leukosit dan bakteri
Diagnosis
- Sejarah subfertility.
Malodorous proestral
Vagina sitology
Vaginoscopy
Pengobatan
- Sistemik antibiotic
Berdasarkan kultur dan sensitivitas
Minimal 7-10days terapi
- Lokal infus antibiotic
- Vagina lavage
. Kawin

- Diikuti dengan pasca- peternakan infus larutan antibiotic


- Memantau selama pasca- periode peternakan
Subfertility kelainan estrus
Estrus yang berkepanjangan
- Estrus selama 21- 28 hari berturut- turut
- Vaginal sitologi sel terus -menerus dangkal 80-100%
- Penyebab :
Ovarium faliure., Kista, neoplasia
Ovarium sisa sindrom
Perpecahan estrus
kegagalan untuk kawin selama estrus
- Penolakan untuk berdiri
- Anatomi- hambatan
- prolapses vagina
- Fisik incompatibibility
Kegagalan ovarium (ovarian failure)
Pengobatan :
- imediete
HCG 500- 1000 IU (atau 10-20 IU/kg) IM, diulang pada
hari ke 3
GnRH 25-50 mcg q12 hr X 2 hari
LH keluar dan terjadi ovulasi
- Subsequent estrus either
HCG 500-1000 IU IM pada hari pertama estrus
Atau GnRH 25- 50 mcg Q12 hr pada hari pertama estrus
Prolonged estrus
Kista ovarium
Sebagian kecil dan secara klinis tidak penting
Kista folikel
- Folikel dari setiap yang hadir ukuran diestrus atau
anestrus.
- Tunggal atau ganda.
- Unilateral atau bilateral.
- Bervariasi dalam ukuran. (0,5 sampai 1,9 cm)
- Dicirikan :
Hyperestroganism
Prologed periode estrus tanpa penerimaan (dikawini
pejantan
- Patogenesis diketahui
Dapat terjadi setelah terapi hormon
Kista ovarium
Diagnosis
- Tak terduga timbulnya estrus atau estrus tidak teratur
- Vulva persistent dengan keluarnya serosa
- Hyperestroganism (kronis)
Pengembangan susu
Bilateral symmretical alopecia
- Bersamaan penyakit
Kistik Hyperplasia Endometrium (CEH)
Pyometra
Mammary neoplasia
- Vaginal sitology
- Vaginoscopy
- Abdominal palpasi atau USG
- Peningkatan jumlah estrogen (10-50 [g / ml)
Pengobatan
- Ovariohysterectomy
- Terapi hormone
GnRH 50-100mcg (Atau 2mcg/kg) IM Q 24 jam x 3 hari
HCG 500-1000 IU (atau 220 IU / kg) IV
Perilaku estrus. Berhenti 2 minggu
Monitor untuk 2-3 bulan untuk Pyometra
Estrus berkepanjangan
Ovarium neoplasia
- Jarang

- Unilateral lebih umum


- Jenis
Granulosa sel tumor
Kistadenokarsinoma
Tanda klinis
- Estrus-tidak teratur, sering, persisten
- Persisten keputihan (serous berwarna kekuningan)
- Pembangunan tanpa susu laktasi
- Bilateral simetris alopecia, ascites
Ovarian neoplasia
Diagnosis
- Palpasi abdomen
- Cairan analisis ascites
- Vaginal sitology
- Estradiol tinggi
Pengobatan
- Ovariohysterectomy
- Hemiovariectomy
Prolapsus vagina / hiperplasia
3 tipe prolapses vagina :
- Tipe 1 sedikit / sedang eversi lantai vagina tanpa tonjolan
melalui bibir vulva
- Tipe-2 prolaps lantai dan dinding lateral vagina melalui bibir
vulva (massa berbentuk buah pir)
- Tipe 3 prolaps vagina keseluruhan membentuk massa
berbentuk donat
Manajemen
- Perlindungan dan pelumasan massa prolapse
- Kecil massa surut spontaneusly setelah estrus
- Besar massa eksisi bedah
- Ovariohysterctomy mencegah terulangnya
Gangguan pada anjing betina
Salah kehamilan (ectopic pregnancy)
- Normal untuk batas tertentu
- 60 hari setelah estrus
Mammary tummors
Gangguan pada anjing jantan
- Hypersexuality
Mengebirikan
Progesteron
- Kriptorkismus
Normal keturunan pada 7-10 hari setelah lahir
Harus dihapus jika dipertahankan untuk> 1 tahun.

2. Soft tissue abnormalities


3. Deviation of uterus Boxer
4. Torsion of uterus
Fetal maldisposition
Posterior presentation:
- normal whelping 40 %
-Bilateral hip flexion
Deviasi dari kepala:
-Long neck Collies
-Long head Sealyham and Scottish terrier
Fetopelvic disproportion
-Small breed
-Low litter size
-Yorkshire terrier
Fetal monster
- hydrocephalus
- Anasarca
- Conjoined twins
Diagnosis
1. Examination of genital system
-pemeriksaan vulva
-Vaginal examination
-Abdominal palpation
-Abdominal auscultation/ Ultrasound
-X-rays

Dystocia dog and cat


Dosen : PROF Dr.Pratiwi Ts.MS
Distokia pada anjing dan kucing:
1. Kejadian lebih banyak pada anjing daripada kucing
2. Pada Exotic breed
3. Penyebab(uterine inertia 36 %, Fetopelvic disproportion 22 %,
Fetal maldisposition 11 %, Abnormalities of birth canal 9 %,
Other causes 22 % )
Failure of the expulsive forces
1. Primary uterine inertia
2. Scottish terrier
3. Single pup syndrome and single kitten
4. Hysteria Cocker spaniels
5. Secondary uterine inertia
6. Abdominal muscle tone -> old or fat animals
Obstruction of the birth canal
1. Bony abnormalities
- pelvic fracture -> accidents
- Scottish terrier
- Brachycephalic toy breeds

Treatment of dystocia
-Ecbolic therapy
-oxytocin 2-5 IU IM 20-30 minutes
-Calcium borogluconate 10% 5-15 ml slow IV
-Assisted delivery of the fetus (Episiotomy)
-pengantar Manual
Forceps delivery

KEBIDANAN, GANGGUAN REPRODUKSI DAN


KEMAJIRAN PET ANIMAL
Dosen : PROF Dr.Pratiwi Ts.MS
Estrous Cycle Pregnant
Proestrus (9 days)
- Vulva bengkak
- mengeluarkan darah

akrab dengan jantan tp g kawin

Estrus (9 days, ovulation day 2)


- Accepts male
- Straw-colored discharge
Pregnant Metestrus/Diestrus (50 - 60 days)
- Pregnancy
- Parturition (63 days from ovulation)
Anestrus (5 months)
Sexual inactivity
Estimating Parturition Dates
-Mating date
-Day of D1 Vaginal Cytology
-Ultrasound
-Progesterone rise to estimate d0
-LH test to determine d0
Pregnancy Diagnosis Methods
-Palpation
-Ultrasound
-Relaxin ELISA test
-Radiographs
Palpation

-Should be done d 28-35 by an experienced clinician


-Proves to be difficult in some dogs
-tidak memberikan informasi akurat thd ukuran
-tdk menginformasikan kmampuan fetus
-tdk akurat dalam mngidentifikasi kbuntingan
-tdk smata-mata prcya thd maslh kesuburan anjing betina
Ultrasound
-Done as early as d 23
-Allows for:
1. fetal viability assessment
2. parturition date prediction
3. fairly accurate litter size estimate
-If no pregnancy can assess for (pyometra, endometritis, cystic
ovarian follicles )
Pregnancy
- lama bunting 63 days (58- 68)
- Range due to dating from breeding not fertilization
Hormonal Changes
- Similar to not mated
- Progesterone meningkat
- CL meningkat untuk mendukung pregnancy
- 63 days (58-68)
- Detection
-Adominal palpation at 3 - 4 weeks
-Ultrasound after day 16
- Parturition
-Hormones similar to other farm animals

Canine conceptus

Pregnancy
No placental progesterone
- Placental relaxin
- Drop in progesterone mempercepat kelahiran
Deteksi
- Adominal palpation pada minggu ke 3 - 4
- Ultrasound setelah hari ke 16
Parturition
- fluktuasi hormon sama degan hewan ternak

Pregnancy dan gangguan pregnancy


Dosen : Dosen : Prof Dr.Pratiwi Ts.MS
Pregnancy
- 63 hari
Diagnosis
- palpasi adominal hari ke 17 -25
Diagnosa kebuntingan pada anjing

Kelainan pada fetus anjing

Gangguan Bitch
salah kehamilan
Normal sampai batas tertentu
60 hari setelah estrus
mamary tummors
Pemikiran mungkin berhubungan dengan kesamaan dengan
kehamilan dan non-kehamilan
disorders of the Queen
Pseudo-kehamilan
Kawin dengan jantan steril
Vagina stimulasi atau rangsangan hormon
Cystic hiperplasia endometrium (Pyometra)
Sama seperti dalam jalang
Kegagalan untuk siklus
Stres, gizi buruk, penyakit, cahaya yang tidak memadai, kistik
folikel
Gangguan Bitch
cistic endometrium hyperpalsia (Pyometra)
Uterus terisi dengan cairan
- Progesteron meningkat pertama
- Kontaminasi rahim oleh bakteri vagina
- Toksemia hasil dari penyerapan cairan dan endotoksin
aus, muntah, inappetence, shock, kematian
6 minggu setelah estrus
Bitches> 9 tahun yang belum memiliki sebelumnya
kehamilan
Bisa terbuka atau tertutup
histerektomi
proses kelahiran

Mirip dengan spesies lain dalam acara-acara dan hormonal


kontrol
Distosia langka - caesar
Uterine inersia oksitosin

Gangguan partus
penundaan Parturtion
Primer inersia
- Tidak menunjukkan tanda-tanda kelahiran
- Tidak kemajuan dari tahap 1 - tahap 2
- Jika cairan hijau, Caesar
- Berikan oksitosin dalam dosis kecil beberapa
Sekunder inersia
- Kelelahan Uterine
- Oksitosin

KUCING

Vokalisasi, sikap dan berguling


B.estrus
menerima pejantan
4 - 6 hari jika ada pejantan, 10 hari jika tidak ada pejantan
Ovulasi 27 jam setelah kawin (induksi)
terlihat Sayang hingga agresif terhadap pemilik
C. Diestrus
8 - 10 hari
D. Anestrus 3 - 4 bulan
Perubahan Hormonal
A. proestrus
Estrogen meningkat karena perkembangan folikel
B. estrus
Estrogen tinggi hingga ovulasi
Ovulasi 27 jam setelah kawin (stimulasi vagina)
C. Diestrus
Tidak Cl jika kawin tidak terjadi
Cl menghasilkan progesteron (63 hari, puncak hari 20)
Jika kehamilan tidak terjadi atau gagal, hidup CL hanya 1/2 yang
terlihat pada kehamilan.

Feline
Kelainan pada betina (queen)
a. pseudo pregnancy, sebab:
- perkawinan dengan pejantan steril
- stimulasi vaginal atau hormonal
b. cystic endometrial hyperplasia (pyometra) :
- sama seperti pada anjing betina (BITCH )
c. Kegagalan dalam siklus (mungkin dalam siklus estrus):
- stress, nutrisi buruk, penyakit, kekurangan cahaya, cystic
follicles.
Siklus estrus
A. Pro-estrus
1 - 2 hari
Tertarik pada pejantan
Menggosok kepala dan leher pada objek

Perkawinan
betina memanggil atau mengeluarkan vocal tertentu (suara
mengerang rendah) Pemilik mungkin berpikir merupakan tanda
penyakit selama kawin Kucing Jantan (Tom) menggigit leher
betina Dengan penis ereksi menghadap ke depan. Hanya
berlangsung selama 30 detik sampai 5 menit pejantan lepas dari
betina kemudian betina memberikan panggilan copulatory keras
dan Tom pergi Perkawinan terjadi 6 - 7 kali sampai betina
(Queen) menolak . Dapat terjadi hingga 4 hari
Kontrol dari estus
Ovariohysterectomy
Induksi Ovulasi: HCG, vagina Stimulasi
Pencegahan estrus : progestin
kehamilan pada kucing:
65 hari
Diagnosa dengan palpasi abdomen
Proses kelahiran
Secara proses dan
hormonal sama
dengan hewan lain
Penanganan dystocia
dengan sesar
Inersia uteri dengan
penyuntikan
Oxytocine
Kelainan pada
pejantan (Tom)

a. sprying : penanganan dengan kastrasi


b. cryptochid:
diturunkan saat lahir
penanganan dengan kastrasi
Faktor infeksius (pd anjing)

ke dalam sitoplasma sehingga terjadi blokade yang kedua di


zona pellucida
6) Transport gamet (waktu yang diperlukan gamet (morula)
untuk mencapai uterus)
Sapi: 5 hari
Kambing, domba: 3 hari
Kuda: 8-10 hari

faktor infeksius (pd kucing)

penyakit yang berhubungan atau memperprah kondisi


kehamilan:
Pregnancy toxemia:
- kurangnya karbohidrat atau perubahan metabolisme karbohidrat
-pembentukan ketosis pada masa akhir kehamilan.
-peningkatan resiko akibat kekurangan nutrisi atau fetus terlalu
besar.
diabetes mellitus
penyakit jantung.
tekanan darah tinggi (Hypertension)
melahirkan(whelping) tips :
Betina harus melahirkan pada lingkungan yang telah dikenalinya,
kotak area melahirkan disusun pada minggu terakhir kehamilan,
area kotak harus besar dan hangat
Beberapa betina (BITCH) merasa terganggu namun ada juga
yang mentolerir adanya pemilik. Apabila terganggu maka akan
mengganggu proses kelahiran.
betina setelah melahirkan:
-terlihat tenang, relax, dan tertarik terhadap anak anjing.
-kelurnya susu bersamaan dengan merawat anak anjing
- peningkatan suhu: normal pada tiga hari pertama, dapat
meningkat hingga 102of
Puppies (perawatan setelah kelahiran)
- disinfect pusar
-periksa apakah terdapat cacat congenital
-perbedaan ukuran pada anak anjing tergolong kejadian normal
namun apabila terlalu berlebihan maka dapat diasumsikan akibat
dari penyakit placental, malnutrisi, atau kelainan keturunan
KEBIDANAN VETERINER
Drh. Aulia Firmawati, M.Vet.
FERTILISASI
merupakan proses pertemuan sel spermatozoa di dalam
oviduct/ tuba yaitu di bagian ampulla (1/3 proximal dari tuba)
Tahap-tahap fertilisasi
Kapasitasi (acrosome mempunyai permeabilitas yang
1)
meningkat untuk mengeluarkan enzyme hyaluronidase
untuk meluluhkan sel-sel corona)
Tertangkapnya kepala sel spermatozoa dalam zona pellucida
2)
receptor spesifik (ZP3, ZP, ZP2)
Spermatozoa menembus zona pellucida dan vitelline
3)
membrane dengan bantuan enzym zona lysin
Terbentuknya vitelline block yang terjadi akibat masuknya
4)
kepala spermatozoa ke dalam sitoplasma sel telur maka ada
canaliculi yang menghubungkan sitoplasma dengan
perivitteline
Terjadi perubahan struktur zona pellucida karena perubahan
5)
tegangan potensial akibat spermatozoa yang pertama masuk

IMPLANTASI
embrio yang sampai di rahim membelah dan berkembang menjadi
blastocyst, kemudian melakukan spacing yang merupakan usaha
aktif dari endometrium dan embrio
Pada sapi, kambing dan domba villichorion masuk
diantara epitelendometrium yang membentuk crypten
persendian ( syndesmochorialis) dengan bentuk plasenta
cotyledonaria
Pada kuda type pertautan plasentanya epitheliochorialis
yang merata di permukaan chorion dengan bentuk
placenta diffusa
Pada manusia tipe pertautan plasentanya hemochorialis
dengan bentuk plasenta discoidalis
tipe plasenta di atas sangat berguna dalam menentukan
pertolongan retensio secundinarum
TEKNIK DIAGNOSIS REPRODUKSI
Diagnosis kebuntingan pada ternak peliharaan meliputi:
1. Pemeriksaan dari luar
a) pemeriksaan luar kondisi tubuh
b) pemeriksaan ambing dan air susunya
c) pemeriksaan tekan perut sebelah kanan
d) asimetris/ simetris perut dari belakang
e) datangnya kembali birahi
2) Pemeriksaan hormonal
a) progesteron
b) estrogen
c) PMSG pada golongan equidae
d) HCG pada golongan primata
e) PGF2
3) Pemeriksaan zat kimia organik
4) Pemeriksaan sel darah putih dan merah serta lemak air susu
5) Pemeriksaan ECG
6) Pemeriksaan dengan sinar X
7) Pemeriksaan dengan USG
8) Pemeriksaan Echotomography
9) Pemeriksaan laparoscopy
10) Pemeriksaan ultrasonic droppler
11) Pemeriksaan epithel vagina
12) Vaginal biopsy
13) Eksplorasi rectal
Fungsi pemeriksaan kebuntingan dini
1. Tercapainya produktifititas satu anak satu tahun
2. Menghindari anestrus yang berkepanjangan akibat
gangguan fungsi atau atau penyakit di dalam ovarium
dan uterus ex: hypofungsi, cystic ovarium(kista cl),
luteal cyst dan kista folikel atau pyometra
1. Pemeriksaan dari luar
a) Gejala klinis (tidak timbulnya birahi)
Pada sapi bunting muda (min. 1 bulan), kurang
mutlak karena 5-10% masih menunjukkan birahi karena
hormone estrogen oleh folikel non ovulated pada bunting

muda sebelum implantasi plasenta sewaktu bunting


muda.
Pada kuda bunting 15% menunjukkan gejala birahi
kembali karena produksi estrogen oleh folikel accesorius
dan produksi PMSG oleh endometrium kuda bunting
umur 50-110 hari
b) Pemeriksaan tekan perut sebelah kanan
Menekan dengan kepalan tangan pada 10-15 cm selama
1 menit ujung segitiga fossa paralumbal, mulai kebuntingan 5
bulan untuk merasakan gerakan foetus
Pada kambing dilakukan perabaan perut bimanual pada
umur > 3 bulan,
pada anjing umur 1 bulan
C) Pemeriksaan asimetris/simetris perut dari belakang
Pada sapi bunting monotokus menunjukkan besar
asimetris ke sebelah kanan (kebuntingan > 5 bulan), bulu
mengkilap akibat retensi natrium karena peningkatan aldosteron
dan juga retensi air oleh ginjal
d) Pemeriksaan ambing dan air susunya
umur kebuntingan 5 bulan: ambing membesar dan
kemerahan disertai pembesaran vena ambing,
umur 8 bulan air susu kuning transparan dan lengket
(terutama pada sapi dara/ heifers), pada yang tidak
bunting berwarna putih pekat dan tidak begitu lengket
e) Perabaan ligamentum sacroischiadica sacoilliaca
umur kebuntingan 7 bulan ligamentum ini mengendor
dan terasa lembut dipengaruhi hormon relaxin yang
oleh ovarium
f) Vulva
umur kebuntingan 8 bulan labia mayora tampak
membengkak dan kemerahan, keluar lendir dari cervix
uteri yang encer dan transparan dalam jumlah yang
relatif banyak (1-2 sebelum kelahiran) yang disebabkan
estrogen yang diproduksi oleh
placenta foetalis
2. Pemeriksaan Hormonal dan Substansi Menyerupai
Hormon
a) Pemeriksaan Hormon Progesteron
Kebuntingan dini Corpus luteum progesteron
pada domba CL regresi pada umur kebuntingan 3 bulan,
kuda 5 bulan dan progesteron diproduksi olah placenta
foetalis
pemeriksaan dilakukan pada 22-24 hari setelah dikawinkan
- Sampel : serum darah, air susu
- Kadar progesteron
(+) : 2,5-3,0 ng/ml akurasi 80-85%
( - ): 0-0,2 ng/ml akurasi 100% karena satu-satunya
sumber progesteron dari CL yang regresi pada 17 hari
siklus.
- 5-20% tidak akurat karena ada kemungkinan
perpanjangan umur CL akibat early embryonic death
- Pada sapi bunting kembar kadarnya 2X (5-5,5 ng/ml)
b) Pemeriksaan hormon Estrogen
(Esterone sulfat, Estriol, Estradiol
17=37 hari 95 pg/ml)
- Esterone sulfat: pada serum darah babi mencapai puncak
2X umur 30 hari (500 pg) dan 110 hari (400 pg) masa
kebuntingan, pada sapi 105 hari masa kebuntingan
- Estradiol 17: pada serum darah mencapai puncak pada
110 hari (400-500 pg/ml) masa kehamilan

Pemriksaan estrogen dapat dilakukan secara kuantitatif


dengan Radioimmunoassay (RIA) atau kualitatif dengan
uji Cuboni
- Hormon ini dihasilkan oleh placenta foetalis
c) Pemeriksaan Pregnant Mare Serum Gonadotropin (PMSG)
- Hormon ini dikeluarkan oleh plasenta foetalis kuda
bunting mulai umur kebuntingan 50-110 hari
- Untuk menentukan adanya hormon ini dapat dilakukan
dengan:
Bioassay:
penyuntikan plasma kuda bunting pada tikus atau kelinci
infantil, PMSG=FSH dan sedikit LH sehingga 3-4 hari pasca
penyuntikan dapat dilihat bekas ovolasi atau folikel pada ovarium
hewan coba
Hemaglutination Inhibition test (HI) :
menggunakan antibodi PMSG dan eritrosit domba yang
sudah disensitisasi dengan PMSG sebagai indikator
d) Pemeriksaan Human Chorionic Gonadotropin (HCG)
Dihasilkan oleh sel epithel chorion pada wanita hamil
usia 45 hari dengan memeriksa air seni dengan cara:
Bioassay:
Gallimainini test, air seni wanita hamil di pagi hari
sebanyak 0,5 ml disuntikkan pada saccus ventralis katak jantan,
bila (+) 2-3 jam diperiksa dibawah mikroskop pada cloaca katak
jantan akan ditemukan sperma
Reaksi Hemaglutination test (HA):
Plano test, HCG pada urin wanita hamil direaksikan
dengan eritrosit domba yang telah disensitisasi dengan HCG, hasil
(+) aglutinasi
RIA: memakai dasar reaksi Ag-Ab spesifik kompetisi yang dilihat
dengan sinar gamma dan dihitung dengan counterperminute
(CPM)
d) Pemeriksaan prostaglandin
kebuntingan umur muda dihasilkan oleh endometrium
babi, sapi,domba dan kambing, tidak pada kuda, pada spesimen
babi meningkat pada 2 minggu pasca konsepsi. Adanya PGF2
internal tidak menimbulkan abortus karena terbentuk antiluteolisis
(PGE1 dan PGE2) + progesteron sehingga aktifitas myometrium
tidak terjadi
3. Pemeriksaan Substansi Kimia Organik
Pemeriksaan zat kimia darah (Globulin serum darah) yang
berbeda konsentrasinya pada anjing bunting dan tidak bunting
4.Pemeriksaan Darah dan Air Susu
a) Eritrosit
Pada sapi bunting terjadi peningkatan jumlah sel-sel
darah merah yaitu adanya peningkatan laju Endap Darah (LED)
b) Leukosit
pada sapi bunting di atas 5 bulan keatas akan
terjadilukositosis terutama bentuk limfositosis dan neutrofilia
dengan keakuratan 80-90%
c) Air susu kadar lemak susu
pada sapi bunting di atas 3 bulan mempunyai kadar
lemak > 30% dari pada sapi yang tidak bunting (< 3%)
5. Pemeriksaan Electrocardiogram (ECG)
Biasanya dilakukan untuk eksperimental pada kuda umur
kebuntingan 5 bulan keatas setelah jantung foetus berfungsi
dengan baik, dengan kepekaan mendekati 100%. Hasil yang

diperoleh yaitu gambaran cardiogram dari sistolik dan diastolik


induk dan anak.
6. Pemeriksaan Kebuntingan Dengan Sinar X (Rontgen)
Efektif dilakukan pada umur kebuntingan 5-6 bulan pada sapi,
pada domba 65-70 hari, dan pada anjing/kucing >35 hari dengan
efektifitas 100%. Kekuatan penyinaran 80-90 kv dan 100 mv
dengan waktu ekspose 0,5-1,3 detik dengan film yang dipakai
mempunyai tanda kecepatan medium.
7. Pemeriksaan dengan USG
Mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan sinar X:
- Lebih peka dan tidak banyak menimbulkan efek samping
- Dapat membedakan jenis kelamin
- Dapat memonitor pertumbuhan folikel, ovulasi dan
korpus luteum
- Dapat memantau embrio dini (35 hari kehamilan)
8.Pemeriksaan Echotomografi
Dapat dipakai pada umur kebuntingan mulai 42 hari dengan
memasang probe pada daerah ventral bagian caudal umbilicalis
induk. Pada sapi umumnya dilakukan pada umur kebuntingan 90
hari serta 60 hari pada kambing dan domba
9. Pemeriksaan Laparoskopi
hanya dapat mengobservasi besar uterus dan adanya corpus
luteum di dalam ovarium. Sedangkan pembesaran uterus dengan
atau tanpa adanya CL belum tentu hewannya bunting.
Pemeriksaan ini dapat dilakukan setelah 35 hari kawin.
Pada sapi dilakukan dengan menyelipkan teleskop (terdapat
lampu halogen untuk memeriksa target organ) dan probe
(untuk menyisihkan viscera)dengan panjang 70 cm dan 60
cm ke dalam rongga abdomen lewat fossa paralumbal kiri
yang diinsisi pada 2 tempat yang berjarak 10 cm
Pada domba dan kambing dilakukan pada 30 hari setelah
kawin dengan cara berbaring, probe dan teleskop
dimasukkan pada kiri dan kanan linea alba
10. Pemeriksaan Ultrasonic doppler
Prinsip alat ini menggunakan gelombang suara berkekuatan 2020.000 HZ.
Pada sapi probe dimasukkan ke dalam rektum, untuk
mendiagnosa kebuntingan 75 hari dengan mendengarkan
suara jantung foetus dan suara arteri umbilicalis 240
kali/menit pada umur kehamilan 45 dan menurun menjadi
160 kali/menit menjelang lahir
Pada kambing dan domba probe ditempelkan pada bagian
caudoventral umbilikalis, dapat dilakukan mulai umur
kebuntingan 50 hari
11. Pemeriksaan Epithel Vagina
a) vaginal swab/ vaginal
smear bagian anterior vagina yang merupakan lapisan
mucosa/epithel yang paling labilterhadap perubahan hormon
reproduksi, terutama estrogen dan progesteron.
- Pada mencit 2/3 masa kebuntingan (2/3 X 21 hari)
vagina dalam keadaan diestrus, 1/3 masa kebuntingan
(1/3 X 21 hari) vagina mengalami fase proestrus
- Pada sapi untuk perhitungan bentuk sel, basal,
parabasal,cornified dan adanya leukosit. Pada sapi
bunting memberikan gambaran epithel vagina shift to
the middle
b) Vaginal Biopsi

sering dilakukan pada babi karena termasuk hewan dengan


dinding perut yang tebal sehingga sukar untuk dilakukan diagnosa
kebuntingan yaitu pada umur kebuntingan 35 hari.
Mukosa vagina bagian anterior diambil dengan forcep biopsi
lalu disimpan ke dalam formalin 10%, kemudian dibuat sediaan
histologis
- Fase diestrus, epitehel akan tersusun 3-4 lapis epithel
columnar
- Fase estrus, epithel akan tersusun 11-12 lapis epithel
columner
- Bunting, epithel tersusun 2 lapis epithel columner
12. Explorasi Rectal
a) Explorasi rectal dengan 1 jari tangan
Sering dilakukan pada babi, untuk meraba
denyut yaitu fremitus arteri uterina media pada umur
kebuntingan 45 hari, pada domba dan kambing bisa dilakukan
juga namun agak sulit
b) Explorasi rectal dengan 1 tangan
Pada dasarnya pemeriksaan ini didasarkan atas perabaan
terhadap kantong amnion, membran slip foetus, placentom,
fremitus dan foetus. Dengan target palpasi pada sebagian besar
alat reproduksi dengan perubahan-perubahannya.
Pada sapi Friesian Holstein rectum lebih tebal dan berlemak
sehingga lebih sukar untuk meraba uterus
Pada sapi potong jenis kecil, sapi madura, sapi bali, relatif
mudah meraba uterus bunting dan semua perubahannya,
begitu juga dengan kerbau
Pada kuda rectumnya tipis tetapi elastis sehingga perlu lebih
berhati-hati dalam pemeriksaan kebuntingan
Persiapan sebelum melakukan palpasi rectal:

Lepas semua aksesoris pada tangan, kuku harus pendek

Sebaiknya memakai sarung tangan panjang (obstetric


gloves) atau sarung tangan karet tipis

Pelicin atau pelumas untuk memudahkan masuk rectum


dan menghindari trauma mucosa rectum

Menguncupka seluruh ujung jari dan diputar 180


berulang dan didorong se arah oral

Setelah tangan masuk ke dalam rectum:


sesuaikan dengan peristaltik rectum (keluarkan tangan
apabila peristaltik kuat sekali).Pada sapi yang tidak bunting
organ reproduksi umumnya ada di ruang pelvis, pada bagian
caudal akan terasa cervix dengan ukuran 2,5-3 cm, pada
premiparous sampai 4 cm. apabila maju ke cranial akan
ditemui conua dan bifurcatio uteri dalam satu genggaman
telapak tangan apabila tidak bunting ovarium dan cornua
kanan-kiri dapat teraba
Secara umum seekor sapi atau kerbau yang bunting dapat diraba
dan dirasakan adanya tanda-tanda sebagai berikut sesuai dengan
umur kebuntingannya:
1) Kantong amnion dengan cairannya
2) Palpasi foetus
3) Palpasi plasenton
4) Fremitus A. uterina media
5) Asimetri cornua uteri dan membran chorion yang bersatu
dengan allantois berbatasan pada ujung cranial cornua
uteri
6) Fluktuasi pada cornua uteri
7) Corpus luteum (graviditatum)
1. Kantong Amnion
Teraba pada umur kebuntingan 35-65 hari, > 65

hari sulit ditentukan


2. Palpasi Foetus
3. Placentom : Merupakan persatuan antara karunkula(induk)
dengan cotiledon (anak), mulai dapat diraba pada umur
kebuntingan 2,5 bulan dengan ukuran maksimal 5 cm pada umur
kebuntingan 200 hari. Pada umur kebuntingan 5-6 bulan
placentom sangat membantu dalam diagnosa kebuntingan karena
foetus kedudukannya paling jauh ke depan
4. fremitus (arterial thrill): terjadi karena derasnya aliran darah
dan pembesaran ukuran A.uterina media, yang mulai dapat
dirasakan pada umur kebuntingan 80-120 hari (3,5 bulan)
5. Asimetri kornua uteri: Hanya terjadi pada monotokus,
pembesaran pada salah satu kornua karena adanya cairan amnion,
dapat teraba mulai umur 45 hari
6. Fluktuasi: Adanya cairan amnion dan alllanthois
mengakibatkan konsistensi yang berfluktuasi pada dinding uterus
dan penipisan dinding uterus, fluktuasi ini sangat jelas pada umur
kebuntingan 60 hari karena cairan amnion dengan cepat
bertambah.
7) Corpus luteum (graviditatum): Pada umur 24 hari apabila
teraba corpus luteum maka 80-90% hewan tersebut bunting, 1020% terdapat CL karena adanya gangguan pelepasan PGF2 pada
uterus sehingga CL bertahan(>14-17 hari) karena hambatan
produksi luteolysin, gangguan yang mengakibatkan CL persisten
antara lain:
1) Mummifikasi foetus
2) Maceratio foetus
3) Endometritis
4) Pyometra
PALPASI REKTAL PADA SAPI
Sapi bunting Umur 45 hari, yang sudah dapat diraba berupa:
1. Asimetri kornua uteri
2. Perpanjangan cervix uteri tetapi padat dan rapat
3. Pembesaran dan bertambahnya cairan amnion
4. Teraba batas kornua yang berisi gelembung amnion
membran slip
5. Korpus luteum graviditatum
Kebuntingan 3,5-4 bulan:
Uterus belum mencapai dasar rongga abdominal dan dapat
dirangkul dengan 1 telapak tangan
Placentom sebesar 1 ruas jari telunjuk, Fetus bergerak
memantul menyentuh telapak tangan
Fremitus A. uterina media
Kebuntingan 5 bulan
Foetus hanya dapat diraba bagian anteriornya (situs
longitudinal anterior) atau bagian posteriornya (situs
longitudinal posterior)
Foetus berada di dasar abdomen sebelah kanan
Placentom sebesar buah kemiri
fremitus
Kebuntingan 6 bulan
Foetus sering tidak teraba (posisi paling jauh ke oral)
Placentom sebesar buah pala dengan jumlah 80-100 buah
Fremitus
Kebuntingan 7-9 bulan
foetus mulai kembali ke aboral (7 bln)
kaki foetus mulai mengarah ke pelvis (8bln)
kaki depan ( posisi anterior ) sudah berada di rongga pelvis,
dagu berada di atas os pubis paling anterior, fremitus dan
placentonm semakin keras dan besar, vulva sangat

membengkak diikuti oleh keluarnya lendir transparan dari


vulva (9 bln)
PALPASI REKTAL PADA KUDA
Hampir semua teknik diagnosa yang diterapkan pada sapi dapat
dipakai pada kuda, tapi tidak sebaliknya
Kebuntingan 30-45 hari
Ovarium kiri akan mudah teraba tangan kanan dan dan
ovarium kanan oleh tangan kiri pemeriksa, yang teletak di
daerah sub lumbar, yaitu 5-10 cm di depan bagian atas crista
os. Ileum
- Bila tidak bunting uterusnya sangat lembek dengan lebar
4-7 cm dan tebal 2-5 cm pada posisi dorsal atau sedikit
ke ventral batas anterior pelvis
- apabila bunting ada tonus uterus dan cervix yang
menonjol, dengan ketebalan dinding uterus mencapai 3X
dari yang tidak bunting
Bentuk uterus menyerupai tabung, sedangkan cervix uteri
tertutup rapat, kenyal dan menyerupai tongkat pendek.
Kebuntingan 3 Bulan
Terdapat penggelembungan kantong dalam uterus sampai
membentuk oval dengan penampang 15-25 cm.
Umur kebuntingan 60-100 hari
kantong foetus mulai memasuki corpus uteri dan uterus yang
bunting akan mulai memasuki rongga abdomen
Kebuntingan 7 Bulan
Foetus berada paling jauh ke depan dan diagnosa didasarkan pada
pembesaran uterus, dengan bagian foetus yang kadang-kadang
teraba
Pada usia kebuntingan selanjutnya foetus mulai kembali ke arah
aboral sehingga lebih mudah untuk dilakukan diagnosa
kebuntingan dengan palpasi rectal
PALPASI REKTAL PADA BABI
Pada umur 40 hari dengan kecermatan 90% palpasi dengan satu
jari tangan bisa bisa meraba a. uterina media, a.illiaca externa
pada anterior tepi os. Ileum , cervix uteri danbagian caudal uterus
Pada babi yang tidak bunting a. uterina media sama atau lebih
besar dari a. illiaca externa (sebesar straw)
Cervix uteri pada babi bunting tidak ada tonus, tonus terjadi
hanya ketika terjadi estrus. Foetus babi bunting hanya bisa diraba
per rektal setelah 2 minggu terakhir masa kebuntingan
DISTOKIA
Adalah kesulitan dalam proses kelahiran yang disebabkan oleh 3
faktor utama yaitu:
1. Tenaga yang kurang untuk mengeluarkan fetus
2. Saluran kelahiran induk
3. Kelainan pada fetus
Batasan Kelahiran Normal dan Tidak Normal
Eutocia= kelahiran normal, dimana fetus sudah cukup umur dan
keluar dengan usaha induk dan anak dalam kisaran waktu yang
normal
Fase-fase kelahiran (Laba Mahaputra 2007)
Fase I: onset kontraksi reguler dari
myometrium yang mengakibatkan
pembukaan cervix
Fase II: fase pengeluaran fetus
Fase III: Fase pengeluaran plasenta
Klasifikasi dan penyebab Distokia

I. Distokia Maternal
A. Penyempitan saluran kelahiran
1. penyempitan rongga pelvis
2. pembukaan cervix yang tidak sempurna
3. cystocele vagina
4. tumor vagina
5. labia vulva tertutup sebagian
6. bekas saluran mullery persisten
7. obstruksi vagina oleh vesica urinaria penuh urine
B. Salah letak uterus
1. hernia uteri
2. torsio uteri
C. Ketidakmampuan pengeluaran fetus
1. Inertia uteri primer dan sekunder
2. Ruptura diafragma
3. Ectopic pregnancy
II. Distokia Foetalis
A. Tidak tergantung situs, posisi, habitus
1. Oversize fetus
2. Kelainan perkembangan fetus
- duplikasi fetus
- ascites fetus
- anasarca
- hydrocephalus
B. Terpengaruh situs, posisi, habitus
1. situs
-posterior
-vertikal
-transversal
2. posisi
- ventral
- lateral
- dorsal
3. Habitus
Kaki depan:
- penekukan pada persendian
scapula
- penekukan pada persendian humero radius
ulna
- penekukan pada carpal
Kaki belakang:
- penekukan pada kedua(breech)/ salah
satu persendian pinggul
- penekukan pada kedua atau salah satu
persendian tarsal (hock flexion)
Kepala leher:
- Lateral
- upward
- downward/vertex
3. Kematian foetus
- mummifikasi
- maceratio foetus
- molle/bunting anggur
Distokia Foetalis
Merupakan penyebab terbesar terjadinya distokia (81%)
A. Oversize fetus
1. Absolute oversize
Penyebab:
a. Gravidatum prolongatus
b. Breed

c. Nutrisi berlebih dengan kandang yang sempit


Diagnosa:
Per-vaginal dengan meletakkan tangan pada os illium dexter
sinister disertai traksi
Cara mendiagnosa fetus hidup/mati
a. situs long anterior: menekan bola mata, menarik
lidah
b. situs long posterior: kontraksi sphincter ani
Pertolongan:
1. Fetus hidup: tarik paksa, sectio caesar
2. Fetus mati: dilakukan fetotomi
a. perkutan: pemotongan dilakukan pada bagian tubuh yang
menhalangi keluarnya fetus, situs anterior pada
persendian scapula, situs posterior pada sendi
pinggul
b. sub cutan: pemotongan dengan pisau kawat (wire saw) atau
pisau rantai (chain shaw) dilakukan di bawah kulit,
dimana sebelumnya dilakukan pengulitan dengan
pisau jari pada bagian yang akan dipotong
2. Relative oversize foetus
Penyebab: saluran pelvis normal, ukuran fetus normal tetapi
belum pernah melahirkan
Diagnosa: palpasi vaginal, situs, posisi, habitus, hidup/mati
Pertolongan: reposisi dan traksi
B. Kelainan Situs, Posisi dan Habitus
Kelainan situs, posisi, habitus yang sering terjadi pada kuda dan
sukar dikoreksi:
1. Situs: transversal
posisi: ventral
habitus: semua kaki menekuk kedalam
2. Situs: transversal
posisi: ventral
habitus: tidak ada (semua kaki keluar melalui saluran
kelahiran)
3. Situs: transversal
posisi: dorsal
habitus: semua kaki menekuk
Kelainan situs, posisi, habitus yang sering terjadi pada kuda dan
lebih mudah dikoreksi:
4. Situs: longitudinal posterior
posisi: dorso sacral
habitus: bihipflexion (breech)
5. Situs: longitudinal anterior
posisi: dorso sacral
habitus: penekukan leher ke illial dextra
Kelainan situs, posisi, habitus yang sering terjadi pada sapi dan
sukar dikoreksi:
1. Situs : vertico oblique (vertikal dengan bagian pinggul miring
ke arah dasar pelvis)
posisi : ventral dengan chepalo sacral habitus : breech kedua
phalanx di pelvis inlet
2. Situs: longitudinal anterior
posisi: dorso sacral
habitus: penekukan kepala leher ke bawah
(downward)
3. Situs: longitudinal anterior
posisi: dorso pubis
habitus: penekukan pada kedua sendi
scapula
4. Situs: longitudinal posterior

posisi: dorso pubis


habitus: penekukan kedua sendi pinggul
Kelainan situs, posisi, habitus yang sering terjadi pada sapi dan
lebih mudah dikoreksi:
5. Situs: Long anterior
posisi: dorso sacral
habitus: vertex atau bersama dengan
biscapula flexion
6. Situs: Long anterior
posisi: dorso sacral
habitus: kepala leher ke illio dextra
7. Situs: Long anterior
posisi: dorso sacral
habitus: penekukan pada kedua persendian scapula
(biscapula flexion)
8. Situs: Long anterior
posisi: dorso sacral
habitus: penekukan pada salah satu/kedua persendian carpal
9. Situs: vertikal chepalo pubis
posisi: dorsal
habitus: semua kaki menekuk
10. situs: vertical
posisi: ventral
habitus: semua kaki di pelvis inlet
11. situs: long posteriror
posisi: dorso pubis
habitus: penekukan pada salah satu atau kedua persendian
tibio-metatarsal (persendian tarsal) atau tidak ada habitus

kantung urine yang terdorong ke belakan oleh straining sehingga


timbul ball- valve pada saluran kelahiran (cateterisasi dapat
menolong kondisi ini)
Abnormalitas lainnya
misalnya sisa- sisa saluran mullery dan bifid (cervix
ganda)

Distokia Maternal
Distokia yang terjadi pada induk yang disebabkan diantaranya
oleh konstriksi saluran kelahiran atau kekurangan tenaga untuk
mengeluarkan fetus
1. Penyempitan saluran kelahiran
Penyempitan rongga pelvis
disebabkan karena immaturity atau perkembangan tubuh
yang melambat sehingga terjadi penyempitan rongga pelvis dan
terjadi ketidak sebandingan pelvis dengan fetus
Pembukaan cervix yang tidak sempurna
kegagalan cervix untuk membuka secara sempurna
karena adanya fibrosis cervix dan kurang berfungsinya hormon
(pada domba disebut dgn ringwomb)
Cystocele vagina
kantung urine yang berbaring pada vagina atau vulva,
ada 2 tipe:
1. Eversion dari kantung urine melalui urethra akibat
dilatasi berlebihan dari urethra dan usaha straining yang kuat,
kadang-kadang organ menempati vulva dan kelihatan diantara
labia
2. Prolapse dari kantung urine karena perobekan pada lantai
vagina
Pertolongan yang diberikan dengan mengatasi straining
menggunakan epidural anestesi dan retropulsi pada fetus yang
telah menempati vagina dan menutup vagina yang robek dengan
penjahitan
Neoplasma
neoplasma yang terdapat pada vagina vulva dapat berpotensi
menyebabkan distokia
Obstruksi pelvis oleh distensi kantung urine
terjadi pada babi dimana saluran kelahiran terjadi
penyumbatan (obstruksi) karena adanya kebengkakan (distensi)

4. Kekurangan tenaga pengeluaran fetus


Inertia uteri primer
terjadi karena kekurangan kontraksi myometrium yang
dipermudah oleh keadaan:
- meregangnya myometrium oleh fetus
yang terlalu
besar, hydroallanthois atau
jumlah fetus yang banyak
- degenerasi toksik dari infeksi bakteri
- infiltrasi lemak pada myometrium
bantuan kelahiran dapat dilakukan dengan ergometrine
dan oxytocin, bila gagal dilakukan operasi caesar
Inentia uteri sekunder
merupakan inertia dari pengeluaran yang merupakan
hasil dari distokia

2. Torsio Uteri
Berputarnya uterus pada sumbu panjangnya, dimana bagian yang
berputar terletak di anterior vagina
Disebabkan karena tidak stabilnya uterus sapi, karena besarnya
curvatura mayor uterus dan mudahnya uterus condong ke anterior
dimana uterus menggantung di sub illial oleh ligamen uterus
Derajat torsio yang paling umum 90-180
Diagnosa dilakukan dengan palpasi rectal terdapat penyempitan
di bagian anterior dinding vagina dan tersusun dalam bentuk
spiral yang miring
Treatmen yang dapat dilakukan adalah:
1. rotasi foetus per vaginal
2. rotasi tubuh sapi (rolling)
3. koreksi pembedahan
3. Salah letak uterus bunting
Hernia ventral pada kuda, sapi dan domba betina
terjadi umumnya pada kebuntingan lanjut disebabkan
karena sobeknya lantai abdominal oleh traumatik atau otot
ambominal yang melemah sehingga tidak mampu menopang
uterus bunting

INDUKSI KELAHIRAN
Tujuan: - mendapatkan kelahiran anak dan aborsi dan meliputi
stadium pertama, kedua dan juga termasuk pengeluaran
plasentanya serta pertimbangan waktu yang tepat, keuntungan dan
kerugian dilakukannya induksi serta pertimbangan pemakaian
obat
KUDA
Dipakai untuk menginduksi stadium II kelahiran dengan usia
kebuntingan minimal 330 hari
Obat yang dipilih adalah
- Oxytocin 50-150 IU im pada otot leher, reaksi dapat
dilihat dalam 15 menit
- Oxytocin 100-120 IU iv tetapi harus dilakukan drip
dalam 1 liter larutan NaCl Fisiologis diberikan dengan tetes
lambat selama satu jam (jantung kuda peka terhadap kalsium,
jangan infus dgn cal burogluconas!!!)

SAPI
Setiap induksi kelahiran akan selalu diikuti dengan retensi
secundinarum
Obat yang dipakai:
1. Short acting corticosteroid
Dexamethasone, 25 mg im
Flumethasone, 10 mg im
Penyuntikan sekitar 2 minggu sebelum akhir kebuntingan dapat
menginduksi 80-90% , 24-72 jam pasca penyuntikan yang disertai
dengan retensi plasenta
2. Estradiol 25 mg im
pemakaian estradiol dapat digabungkan dengan oxytocin
atau corticostreroid karena estrogen saja tidak cukup
untuk memicu kontraksi yang kuat
3.
Prostaglandin
- PGF2 (Fuji) 9 mg im
keberhasilan induksinya mencapai 90% dengan onset
partus terjadi waktu 24-72 jam
BABI
dilakukan sekurang kurangnya pada umur kebuntingan
112 hari
obat yang dipakai:
1. Prostaglandin F2 10 mg im atau cloprostenol 175 Ug
im, induksi mencapai 95% dengan onset partus terjadi dalam 30
jam, agar responnya lebih cepat tambahkan obat no 2
2. Oxytocin 30 IU im 24 jam setelah pemberian
Prostaglandin F2
DOMBA dan KAMBING
pada domba pemberian induksi akan memberikan efek
yang pendek karena progesteron untuk mempertahankan
kebuntingan tidak lagi diproduksi oleh CL tetapi oleh selaput
membran induk sehingga pemberian prostaglandin tidak akan
memberikan efek, tetapi dapat diberikan dexamethasone 10-20
mg pada umur kebuntingan 140 hari. Pada kambing dapat
diberikan PGF2 5-20 mg, closprostenol 63-125 Ug im onset
partus akan terjadi 27-55 jam
GANGGUAN ALAT KELAMIN BETINA LUAR
1. FISTULA RECTOVAGINAL
adalah suatu keadaan luka yang terjadi pada dinding
vagina atas dan melebar merobek daerah perineal sehingga feses
masuk ke dalam saluran vagina dan menimbulkan vaginitis yang
kronis.
terapi dapat dilakukan denga operatif dan diberikan
antibiotika dan juga kemoterapiutika secara lokal
2. HEMATOMA VULVA
adalah keadaan jaringan sub mukosa bibir vulva yang
membengkak pada salah satu atau kedua bibir vulva karena efek
samping dari manipulasi daerah vulva pada waktu pertolongan
kelahiran, apabila kronis dan disertai dengan infeksi kuman dan
disertai timbunan nanah atau terjadi pembentukan jaringan fibrous
yang mengakibatkan bentuk vulva asimetris.
pengobatan dapat dilakukan denga cara operatif untuk
mengeluarkan darah beku dan nanah, kemudian dicuci dan
diberikan antibiotika dan kemoterapiutika lokal
3. DEFORMITAS PERINEAL
Adalah bentuk lubang anus yang penutupannya kurang
sempurna bahkan ada yang terbuka sampai berhubungan dengan
vagina sehingga feses akan masuk pada vagina. Deformitas ini
terjadi akibat pertolongan kelahiran yang salah.

Pertolongan dapat dilakukan dengan penjahitan pada bagian yang


sobek dan setelah operatif dapat dilakukan:
1. pengaturan pakan sehingga feses bisa lunak
2. pemberian Terramycin injeksi 2g/ hari (kuda)
3. Vit.C 10 ml dan Bcomplex 10 ml
ketiganya dilakukan selama 2 minggu dan diberikan
antibiotika serta kemoterapiutik lokal dan hindarkan dari myasis
(infeksi oleh lalat)
PATOLOGI ALAT KELAMIN POST PARTUM
1. PARESIS PUERPURALIS
Sinonim: milk fever, Parturient apoplexi, , purpureal apoplexi,
parturient paresis, parturient intoxicasi, parturient toxaemia,
calving fever, fitulary fever
Merupakan penyakit metabolisme pada hewan yang terjadi pada
waktu segera setelah melahirkan yang manifestasinya ditandai
dengan penderita mengalami: depresi umum, tidak dapat bediri
karena kelemahan tubuh bagian belakang, tidak sadarkan diri.
Biasanya terjadi 48 jam setelah melahirkan
terjadi pada sapi yang berproduksi susu tinggi dan biasanya
terjadi pada sapi perah yang telah beranak lebih dari 4 kali dan
didalam darahnya ditemukan:
- hypocalcemia ( normal 9-12 mg % menjadi 5-7 mg %)
- hypofosfatemia
- hypermagnesimia atau hypomagnesimia
- hyperglycemia
kemungkinan faktor genetis juga berperan
Teori yang menerangkan mengapa pada sapi yang berproduksi
tinggi sering terjadi hypocalcemiadan menyebabkan terjadinya
milk fever
a. Hormon parathyroid turun karena stress kelahiran dan
mengakibatkan gangguan mineral darah
b.Hormon tyrocalcitonin turun yang menyebabkan turunnya
pengaturan usus dalam menyerap mineral kalsium dan
mempengaruhi turunnya kadar kalsium darah
c. Adanya gangguan penyerapan kalsium pada pencernaan atau
asupan kalsium yang kurang
d. Turunnya kemampuan penyerapan kalsium pada sapi yang tua
e. Gangguan produksi vitamin D yang mengatur keseimbangan
Kalsium dan Fosfor dalam tubuh
f. Hormon estrogen dan steroid yang dihasilkan oleh kelenjar
plasenta maupun kelenjar adrenal bagian korteks dapat
menurunkan absorbsi kalsium dari usus dan mobilisasi kalsium
dari tulang muda
Predisposisi terjadinya milk fever
1. Produksi susu tinggi
2. Umur
3. Nafsu makan
4. Ransum pakan (Ca:P= 2:1)
Differensial diagnosa:
1. Metritis akut: dengan gejala tremor anggota gerak
belakang beberapa hari pasca partus diikuti gejala mirip
paresis
2. Ketosis: gejala mirip paresis tapi ada keton body dalam
darah
3. Mastitis:induk menjadi malas, nafsu makan hilan dan
suhu tubuh naik
4. Gross tetani
5. Luxatio coxofemoral
6. Paralysis obturatoria karena pertolongan distokia secara
paksa

7. Fraktura os pelvis
Pengobatan: kecepatan diagnosa penting, berikan calcium
bboragluconat 20% sebanyak 250-500 ml iv atau
dikombinasikan dengan sc, bila disertai hypomagnesimia dapat
diberikan tambahan Magnesium boragluconat 50 g yang
dilarutkan dalam 1000 ml aquadest steril, sebaiknya hewan
diberikan alas jerami dan posisi berbaring dibolak- balik agar
tidak terjadi pneumonia dan kembung
2. KETOSIS
sinonim: Acetonemia, toxaemia of pregnancy
Penyakit metabolisme pada sapi yang memproduksi susu
yang tinggi, selalu dalam kandang terjadi beberapa hari samapai
beberapa minggu setelah partus. Ciri penyakit ini adalah
terjadinya penurunan berat badan dan produksi susu secara
drastis, disertai hypoglycemia, ketonaemia, ketonuria dan tercium
bau keton dari nafasnya
Penyebab dari penyakit ini masih ada beberapa pendapat, ada
yang menyebutkan karena gangguan metabolisme karbohidrat,
lemak dan peristiwa kekurangan makanan yang menyebabkan
kemampuan metabolisme energi berkurang. Pendapat lain yaitu
karena gagguan fungsi dari kelenjar adrenal yang
memnyebabkan terjadinya gangguan metabolisme karbohidrat
Pengobatan:
R/ Cortisone acetate (tab/suspensi)
Large Animal: 0,5 1,5 g im
Small Animal: 2-10 mg /kg BB im/oral
R/ Hydrocortisone (tab/suspensi)
Large Animal: 0,5 1,5 g im
Small Animal: 2-10 mg /kg BB im/oral
2-4x per dhari
R/Prednisone (tab/suspensi)
Large Animal: 125-500 mg im
Small Animal:10-20 mg per-oral
R/Prednosolon (tab/suspensi)
Large Animal: 100-400 mg im
Small Animal: 20- 50 mg im setiap hari
R/Corticotropin/ ACTH
dalam gelatin atau minyak untuk menghambat absorbsi
Large Animal: 200- 600 g im
Small Animal: 2 Ug/ kg BB im
Pengobatan diulang 18 jam kemudian
Pencegahan
1. sapi perah yang peka terhadap ketosis dijaga
makanannya yaitu pemberian ransum asam propionat untuk
mencegah ketosis
2. sapi tidak boleh dibiarkan dalam keadaan lapar dan
terlalu makan banyak ransum yang mengandung lemak
3. exercise
4.pada awal periode kering jangan biarkan sapi terlalu
gemuk
5. selama periode kering konsentrat diberikan mulai 1-2
kg/ hari dalam minggu pertama dana dinaikkan 4-5 kg/ hari
pada waktu minggu terakhir sebelum melahirkan
6. periode kering paling lambat dimulai 4-5 minggu
sebelum partus, periode kering yang lama merugikan
3. PARAPLEGIA POST PARTUM
Keadaan dimana induk yang sedang bunting tua atau
beberapa hari setelah partus tidak dapat berdiri dan berbaring

pada salah satu sisi tubuhnya karena adanya kelemahan pada


bagian tubuh bagian belakang
Penyebabnya adalah kelemahan badan akibat menahan beban
yang terlalu berat (fetus besar, ascites dsb), kandang yang
terlalu sempit, fraktura pada tulang penyusun anggota gerak
belakang, defisiensi vit D, tekanan fetus pada syaraf di rongga
pelvis, kontusio pada otot bagian belakang, gangguan
peredaran darah pada kaki belakang
Gejala yang timbul adalah hewan berbaring dan dalam
kondisi yang sehat dan sensibilitasnya tetap baik karena tidak
ada paralysa sehingga tetap bereaksi apabila ditusuk dengan
benda tajam
Differensial diagnosa
- milk fever
- ketosis
- paralisa post partum
Komplikasi
- dekubitas
- prolapsus vagina
- gangguan digesti
- tympani
Pengobatan
- berikan vit B1, B6
- rangsang syaraf dengan kaki belakang
dengan
memberikan linimen kamfer
spiritus
- berikan ransum pakan yang mudah dicerna
dan bersifat laksatif
- bolak-balik posisi berbaring
4. PARALYSA POST PARTUM
paralysa pada satu atau kedua kaki belakang karena
gangguan pada n. obturatorius
Penyebab: trauma pada n. obturatoria pada waktu proses partus
atau adanya farktura
Gejala: hewan tidak bisa berdiri dan sensibilitasnya berkurang
atau hilang
pengobatan:
- memperbaiki kondisi tubuh dengan ransum
yang baik
- memberikan latihan untuk berdiri dan massage
- bolak bali posisi hewan untuk menghindari
decubites
5. PARTURIENT ECLAMPSIA (PUERPUREAL TETANI)
Suatu penyakit pada induk yang ditandai dengan
adanya konvulsi dari anggota badan, terjadi pada umumnya
setelah partus atau pada permulaan laktasi, sebabnya tidak
jelas, tetapi gejala akan semakin jelas bila induk disunti iv dengan
garam kalsium atau denga bahan2 narkotik
Gejala: anoreksia disertai rasa sakit, hewan tidak tenang dan
pernafasan lebih cepat dan berbaring dengan kaki-kaki
direntangkan. Convulsi terjadi terus menerus dengan panas
tubuh mencapai 42C dan sangat terasa pada vagina dan mammae
serta tidak mau menyusui anaknya
Differensial diagnosa
dapat dikelirukan dengan tetanus, bedanya penyakit ini timbul
secara tiba2 setelah partus dan adanya reaksi terhadap garam
kalsium
Pengobatan:

- pemberian kalsium gluconat larutan 20% sebanyak


250-500 ml iv, pada domba 50 ml iv dan anjing 5-50 ml iv, bila
perlu juga disuntikkan im
- pemberian barbiturat atau morphine sulfate 60-90 mg
sc (kuda), 15 mg sc (anjing) diulang 4-8 jam kemudian (untuk
mengurangi konvulsi yang timbul)
- bila perlu diberikan meperidine Hydrochloridea 250500 mg iv atau 500-1000 mg im (sapi/kuda), 10-20 mg /kg BB
im (anjing) diulang 6 jam kemudian
- Natrium pentobarbital diberikan separuh dosis
anesthesi
- Pemberian garam kalsium dan vit D selama gravid
dapat mencegah terjadinya penyakit ini
- Pemberian preparat kalsium dalam ransum
Map iaaaa kebidanan materinya banyak banget,, kemungkinan yg
ngasih soal prof Pratiwi, dokter Aulia, dan dokter Anom,, dokter anom
tentang patologi post partus dan pre partus
Itu orang emang seneng banget kasi kita soal,, aiiiiiih
Masih inget soalnya prof pratiwi kemaren kan? Jadi kayae beliau kalo
buat soal gak yang njelimet, dibaca dan dipahami aja dah kalo
kebanyakan,
Kalo dokter Aulia itu kan materinya hamper sama kaya dokter anom
dulu, jdi ia dipahami aja,,
smangad ia reg

Anda mungkin juga menyukai