Anda di halaman 1dari 17

INSEMINASI BUATAN

Dua metode perkawinan pada ternak secara umum adalah:


v Kawin Alam: pada perkawinan alam, ternak betina dikawinkan dengan seekor kambing
jantan.
v Inseminasi Buatan (IB atau AI=Artificial Insemination): pada inseminasi buatan, semen
beku atau semen segar dari seekor pejantan diinsersikan ke dalam serviks ternak yang
sedang estrus.

Inseminasi buatan (IB) meliputi koleksi semen dari pejantan dan transfer semen ke saluran
reproduksi ternak betina. Ternak betina dapat diinseminasi dengan semen segar atau semen
beku yang digunakan secara komersial.

Alasan penggunaan IB pada ternak adalah:


1. eliminasi atau mengurangi biaya pemeliharaan ternak jantan.
2. meningkatkan/memperbaiki mutu genetik.
3. meningkatkan jumlah ternak betina yang dapat dikawini oleh seekor ternak jantan.
4. melalui penggunaan sinkronisasi estrus, IB memungkinkan beberapa ternak betina
dikawinkan pada hari yang sama.

Tujuan inseminasi buatan:


1. Memperbaiki mutu genetik ternak;
2. Tidak mengharuskan pejantan unggul untuk dibawa ketempat yang dibutuhkan
sehingga mengurangi biaya ;
3. Mengoptimalkan penggunaan bibit pejantan unggul secara lebih luas dalam jangka
waktu yang lebih lama;
4. Meningkatkan angka kelahiran dengan cepat dan teratur;
5. Mencegah penularan / penyebaran penyakit kelamin.

Keuntungan IB:
1. Menghemat biaya pemeliharaan ternak jantan;
2. Dapat mengatur jarak kelahiran ternak dengan baik;
3. Mencegah terjadinya kawin sedarah pada hewan betina (inbreeding);
4. Dengan peralatan dan teknologi yang baik sperma dapat simpan dalam jangka waktu
yang lama;
5. Semen beku masih dapat dipakai untuk beberapa tahun kemudian walaupun pejantan
telah mati;
6. Menghindari ternak dari penularan penyakit terutama penyakit yang ditularkan dengan
hubungan kelamin.

Kerugian IB:
1. Apabila identifikasi birahi (estrus) dan waktu pelaksanaan IB tidak tepat maka tidak
akan terjadi terjadi kebuntingan;
2. Akan terjadi kesulitan kelahiran (distokia), apabila semen beku yang digunakan berasal
dari pejantan dengan breed/turunan yang besar dan diinseminasikan pada hewan betina
keturunan /breed kecil;
3. Bisa terjadi kawin sedarah (inbreeding) apabila menggunakan semen beku dari
pejantan yang sama dalam jangka waktu yang lama;
4. Dapat menyebabkan menurunnya sifat-sifat genetik yang jelek apabila pejantan donor
tidak dipantau sifat genetiknya dengan baik (tidak melalui suatu progeny test).

Inseminasi buatan pada ruminansia kecil lebih sukar daripada sapi karena ukuran hewan kecil
dan kompleks anatomi saluran servikal membuat inseminasi ke dalam uterus menjadi lebih
sulit. Keberhasilan program inseminasi buatan tergantung pada beberapa faktor:
1. semen yang digunakan, segar atau beku
2. jumlah inseminasi selama estrus
3. waktu inseminasi
4. metode dan lokasi (vagina, serviks, atau uterus) inseminasi.
5. kualitas dan jumlah semen yang diinseminasikan (jumlah sel sperma hidup).
6. penanganan semen (segar atau beku)
7. manajemen hewan yang diinseminasi

Untuk mencapai kesuksesan yang tinggi, inseminator harus mempunyai pengetahuan yang baik
mengenai:
v pengetahuan dasar mengenai organ reproduksi dan fungsinya
v pengetahuan tentang penyimpanan dan penanganan semen
v kemampuan menggunakan peralatan yang digunakan untuk inseminasi pada kambing
v kemampuan untuk mendeteksi estrus pada stadium awal secara akurat
v dibutuhkan keakuratan data siklus estrus, perkawinan, kelahiran, problem reproduksi,
treatment, dan beberapa informasi lain yang merefleksikan pola reproduksi.

FUNGSI ORGAN DAN SIKLUS REPRODUKSI


Apapun alasan penggunaan IB, adalah sangat penting mengetahui anatomi organ reproduksi,
siklus reproduksi, dan penanganan semen dan prosedur inseminasi yang benar. Pubertas
(kematangan alat kelamin / dewasa kelamin) terjadi akibat aktivitas dalam ovarium (indung
telur), umur pubertas pada kambing adalah antara 8 - 12 bulan, (sapi 7-18 bulan) atau dengan
berat badan telah mencapai kurang lebih 75% dari berat dewasa. Kecepatan tercapainya umur
dewasa kelamin tergantung dari:
1. Jenis / bangsa kambing;
2. Gizi,
Bila jumlah dan kandungan gizi pakan kurang jumlah atau mutunya, maka dewasa
kelamin akan lebih lama dicapai, hal ini disebabkan berat badan yang kurang;
3. Cuaca,
Di daerah tropis seperti di Indonesia, umur dewasa kelamin lebih cepat /muda
4. Penyakit,
Karena mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan berat badan, apalagi bila
menyerang alat kelamin, maka kemungkinan besar umur dewasa kelamin lebih lambat
dicapai.

Rata-rata siklus estrus sapi/kambing adalah 21 hari, tetapi secara individual mungkin dapat
lebih panjang atau lebih pendek. Karena alasan ini, adalah penting untuk tetap membuat dan
menjaga catatan reproduksi masing-masing kambing. Durasi estrus biasanya 24-36 jam dengan
ovulasi terjadi mendekati akhir estrus. Siklus estrus akan berhenti secara sementara pada
keadaan-keadaan:

v Sebelum dewasa kelamin


v Selama kebuntingan
v Masa post-partum.

Ovarium
Ovarium terdapat sepasang dan berfungsi sebagai tempat pembentukan sel telur.
Ovarium menghasilkan estrogen dan progesteron, yakni hormon-hormon yang menentukan
siklus estrus, ovulasi dan kebuntingan. Siklus estrus pada ternak secara mendasar terdiri dari
tahapan-tahapan sebagai berikut:
v Proestrus adalah waktu pertumbuhan folikel. Ovum (sel telur) mulai menjadi matang
di dalam ovarium, yang dikelilingi oleh kantong berisi cairan pada bagian luar ovarium.
Pertumbuhan ini sesuai dengan peningkatan level estrogen di dalam darah.
v Estrus. Ketika level estrogen mencapai puncaknya, kambing akan menjadi estrus. Hal
ini dapat diobservasi melalui perubahan tingkah laku (peningkatan aliran darah),
keinginan untuk kawin, dan pembengkakan organ reproduksi eksternal. Periode ini
disebut juga dengan ''standing heat'' (kemauan menerima pejantan) yang secara umum
lamanya sekitar 24-36 jam.
v Ovulasi adalah lepasnya sel telur ketika folikel ruptur. Sel telur yang keluar dari
ovarium akan masuk ke dalam oviduct melalui corong fimbriae. Ovulasi terjadi sekitar
atau segera setelah, atau akhir estrus (6 jam sebelum sampai 12 jam sesudah estrus pada
kambing). Usia hidup sel telur sekitar 12-24 jam sedang sperma 24-48 jam.
v Metestrus. Dalam stadium ini, folikel yang ruptur mengalami diferensiasi seluler
membentuk corpus luteum. Corpus luteum bertanggungjawab untuk sekresi
progesteron, suatu hormon yang mencegah perkembangan folikel yang lain dan
mempersiapkan uterus menerima sel telur yang difertilisasi.
v Diestrus adalah fase terpanjang dari siklus estrus pada kambing. Selama periode ini,
terdapat 2 kemungkinan nasib corpus luteum, yakni:
a. Jika fertilisasi terjadi, corpus luteum akan persisten selama periode
kebuntingan, mencegah perkembangan folikel dan memelihara level estrogen
tetap rendah.
b. Jika tidak terjadi/gagal fertilisasi, sekresi progesteron oleh corpus luteum secara
gradual menurun, memungkinkan dimulainya perkembangan folikel pada siklus
yang baru yang berhubungan dengan peningkatan level estrogen. Lama waktu
yang dibutuhkan untuk satu siklus tanpa fertilisasi berkisar 17-24 hari, dan pada
sebagian besar kambing selama 21 hari. Siklus yang lebih pendek (5-10 hari)
adalah tidak umum.

Sel Telur
Setelah dikeluarkan dari ovarium, sel telur masuk ke dalam oviduct melalui infundibulum, dan
bergerak ke arah cornua uterus. Pergerakan ini dihasilkan dari pergerakan seperti gelombang
sel-sel silia oviduct. Sperma dan sel telur bertemu dalam oviduct dan fertilisasi terjadi dalam
pertengahan sampai sepertiga bagian atas duktus.

Sel telur selanjutnya masuk ke kornua uterus. Jika fertilisasi terjadi, sel telur mengalami
beberapa pembelahan sel, melekat pada uterus pada dinding uterus. Jika fertilisasi tidak terjadi,
sel telur akan mengalami degenerasi dan siklus akan berlanjut.

Serviks
Serviks uterus memainkan peranan kunci dalam inseminasi buatan karena merupakan pintu
dimana instrumen inseminasi dilokasikan dan dipenetrasikan. Serviks secara normal tertutup
rapat, kecuali selama periode estrus atau partus. Semen didepositkan pada sisi vagina serviks
pada perkawinan alami. Ini menyebabkan pengurangan secara besar volume semen yang
digunakan pada inseminasi buatan. Jika 0,5-1,0 cc semen pada IB didepositkan ke dalam sisi
vagina serviks, terdapat peluang yang besar bahwa tidak akan ada sperma yang akan mencapai
sel telur.

Vagina
Vagina menghubungkan uterus dan vulva. Vagina merupakan bagian dari saluran
kelahiran, dan juga merupakan saluran uretral, dimana urin akan melewatinya selama
pengosongan kantong kemih.

Gambar 2.1 Organ reproduksi betina

PELAKSANAAN PROGRAM INSEMINASI BUATAN


Pemeriksaan Awal
Deteksi estrus adalah faktor penting dalam menentukan kesuksesan program inseminasi
buatan. Pengetahuan waktu seekor ternak saat estrus akan memungkinkan inseminasi
dilakukan sesuai dengan saat ovulasi. Untuk memudahkan, sebagai patokan biasa dilakukan
sebagai berikut:

Tabel 2.1 Waktu inseminasi berdasarkan tanda-tanda estrus terlihat (kambing)


Pertama kali terlihat tanda-
Harus diinseminasi pada Terlambat
tanda estrus
Pagi Hari yang sama Hari berikutnya
Hari berikutnya (pagi dan paling Sesudah jam 15:00
Sore
lambat siang hari) besoknya

Gambar 2.2 Waktu inseminasi pada sapi

Jelaslah disini bahwa faktor yang paling penting adalah mendeteksi estrus. Tanda-tanda estrus
sering terjadi pada malam hari, oleh karena itu petani diharapkan dapat memonitor kejadian
estrus dengan baik dengan cara:
v Mencatat siklus estrus semua ternak betinanya (dara dan dewasa);
v Petugas IB harus mensosialisasikan cara-cara mendeteksi tanda-tanda estrus.

Kambing mempunyai siklus setiap 21 hari. Rata-rata lama estrus berkisar dari 24-36 jam
dengan ovulasi terjadi dekat atau akhir estrus. Standar untuk inseminasi kambing adalah 2 (atau
3) kali dengan interval 12 jam. Ini adalah esensial bahwa kambing diinseminasi sebelum
ovulasi sehingga sperma dapat mengalami proses yang disebut kapasitasi. Skedul perkawinan
dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Skedul perkawinan pada kambing


_____________________________________________________________________
Jika panjang periode estrus normal Perkawinan pada saat setelah
(jam) tanda-tanda estrus pertama
terlihat
_____________________________________________________________________
24 segera setelah terlihat estrus
36 dalam 12 jam estrus
48 24 jam setelah estrus
72 48 jam setelah estrus
____________________________________________________________________

Keterlambatan pelayanan IB akan berakibat pada kerugian waktu yang cukup lama. Jarak
antara satu estrus ke estrus selanjutnya adalah kira-kira 21 hari sehingga bila satu estrus
terlewati maka kita masih harus menunggu 21 hari lagi untuk melaksanakan IB selanjutnya.
Kegagalan kebuntingan setelah pelaksanaan IB juga akan berakibat pada terbuangnya waktu
percuma, selain kerugian materiil dan immateriil karena terbuangnya semen cair dan alat
pelaksanaan IB serta terbuangnya biaya transportasi baik untuk melaporkan dan memberikan
pelayanan dari pos IB ke tempat ternak estrus berada.

Pada sapi, gejala estrus dapat dibagi atas 2 yakni tanda primer dan sekunder. Tanda primer
adalah sapi diam pada waktu dinaiki, sedang tanda sekunder adalah gelisah, vulva bengkak dan
merah, lendir pada vulva, gelisah, dan menaiki sapi lain. Tanda - tanda estrus pada kambing
adalah :
v kambing yang tidak biasanya gaduh menjadi ribut dan aktif.
v betina yang berdiri diciumi oleh pejantan.
v turunnya nafsu makan dan produksi susu
v keluarnya mucus jernih dari vulva.

Gejala - gejala estrus ini memang harus diperhatikan minimal 2 kali sehari oleh pemilik ternak.
Jika tanda-tanda estrus sudah muncul maka pemilik ternak tersebut tidak boleh menunda
laporan kepada petugas inseminator agar ternaknya masih dapat memperoleh pelayanan IB
tepat pada waktunya. Ternak dara umumnya menunjukkan gejala yang lebih jelas
dibandingkan dengan kambing yang telah beranak.

Untuk membantu deteksi estrus dapat dilakukan dengan menggunakan pejantan. Deteksi ini
setidaknya dilakukan selama 1 jam untuk 50-60 ekor kambing. Deteksi diakhiri 30 jam setelah
pengangkatan sponge atau CIDR-G (jika dilakukan penyerentakan estrus) dan inseminasi
hanya dilakukan pada kambing-kambing yang siap menerima pejantan. Beberapa hal yang
harus diperhatikan dalam menggunakan pejantan untuk membantu deteksi estrus adalah:
v Deteksi dapat dilakukan dengan memasukkan pejantan ke dalam kelompok betina pada
saat deteksi, tetapi akan lebih baik jika pejantan selalu bergerak di antara betina.
v Dianjurkan untuk melengkapi pejantan dengan apron atau menggunakan pejantan
vasektomi.
v Diperlukan juga menghadirkan betina-betina yang akan estrus 8-10 hari sebelum
inseminasi dan melatih mempersiapkan pejantan pada bulan sebelumnya.
v Pejantan yang dapat digunakan mulai dari umur 8 bulan (sudah mencapai dewasa kelamin)
sampai dengan 2 tahun.

Faktor - faktor yang menyebabkan rendahnya prosentase kebuntingan adalah:


1. Fertilitas dan kualitas mani beku yang jelek/rendah;
2. Inseminator kurang/tidak terampil;
3. Petani/peternak tidak/kurang terampil mendeteksi estrus;
4. Pelaporan yang terlambat dan/atau pelayanan inseminator yang lamban;
5. Kemungkinan adanya gangguan reproduksi / kesehatan ternak betina.

Penanganan bidang reproduksi adalah suatu hal yang rumit. Ia membutuhkan suatu kerja sama
dan koordinasi yang baik antara petugas yang terdiri atas dokter hewan, sarjana peternakan dan
tenaga menengah seperti inseminator, petugas pemeriksa kebuntingan, asisten teknis
reproduksi. Koordinasi juga bukan hanya pada bidang keahlian tetapi juga pada jenjang
birokrasi karena pelaksanaan IB masih lewat proyek yang dibiayai oleh pemerintah sehingga
birokrasi masih memegang peranan yang besar disini. Koordinasi dari berbagai tingkatan
birokrasi ini yang biasanya selalu disoroti dengan negatif oleh para petugas lapang dan petani.
Keterbukaan adalah kunci keberhasilan keseluruhan program ini.
TEKNIK INSEMINASI
Pembelian dan Preparasi Semen
Dalam banyak kasus, inseminator memperoleh semen yang dibutuhkan melalui
pembelian langsung dari suatu perusahaan komersial atau seperti di Indonesia, inseminator
memperoleh semen dari Dinas Peternakan setempat yang berasal dari Balai Inseminasi Buatan
(BIB) di Pulau Jawa seperti BIB Singosari atau BIB Lembang. Semen tersebut kemudian
disimpan dalam tank nitrogen cair dengan suhu -1960C. Semen biasanya digunakan dalam 6
bulan, tetapi kebuntingan masih dapat dihasilkan dari semen yang disimpan dalam beberapa
tahun, meskipun daya hidup sperma menurun sehingga menghasilkan angka konsepsi yang
lebih rendah. Secara umum, hanya dikenal 2 jenis semen yang diinseminasikan yakni
inseminasi dengan semen segar atau dengan semen beku.

Semen segar
Semen dikoleksi dan diencerkan dengan pengencer tertentu yang dapat meningkatkan volume
sehingga hewan yang diinseminasi menjadi lebih banyak. Pengencer juga memberikan sumber
energi untuk memelihara semen hidup lebih lama, dan buffer akan mencegahnya dari
kerusakan akibat perubahan suhu. Semen dapat dikoleksi dan diencerkan dengan alasan
fertilitas yang diharapkan 6-8 jam pertama. Dosis besar pengencer-semen segar dapat
didepositkan secara sederhana ke dalam vagina dengan pregnancy rate sekitar 50% atau lebih.
Keberhasilan dapat ditingkatkan dan dosis dapat dikurangi jika semen segar disemprotkan ke
dalam serviks, atau ke dalam uterus menggunakan metode transservikal atau laparaskopi.
Semen segar disiapkan dengan suatu pengencer yang memberikan sumber energi dan
mencegah shock terhadap pendinginan. Jika didinginkan perlahan-lahan pada suhu
refrigerator, kemudian harus dipertahankan pada suhu refrigerator (4-5 C) sampai awal
diinseminasi.

Semen beku
Proses pembekuan dan thawing akan membuat kerusakan pada beberapa sel sperma sehingga
menyebabkan berkurangnya fertilitas. Semen beku jarang menghasilkan fertilitas sebaik
semen segar. Untuk mencapai pregnancy rate terbaik, semen beku harus didepositkan ke
dalam uterus. Semen beku dithawing sesuai protokol khusus yang diberikan oleh produsen
semen beku tersebut. Umumnya, masing-masing straw dihangatkan sesuai protokol (sebagai
contoh straw semen ditempatkan dalam air suhu 350C selama 30 detik) dan digunakan segera.
Pembekuan yang berat atau temperatur ruangan akan mempengaruhi hasil.
Penyimpanan dan Pengambilan Semen dari Tank Nitrogen Cair
Tank nitrogen cair pada dasarnya adalah botol-termos besar yang dipelihara pada suhu sekitar
-3200F (-1960C). Jarak antara dinding luar dan dalam disekat dan di bawah kondisi vakum.
Suhu di dalam tank adalah sama berkisar -1960C. Untuk mengukur nitrogen cair, digunakan
suatu batang logam hitam yang cukup panjang untuk mencapai dan menyentuh bagian dasar
tank. Masukkan batang ke dasar tank dan angkat setelah 30 detik. Selanjutnya akan terbentuk
garis pada logam. Garis yang terbentuk mengindikasikan kedalaman nitrogen cair dalam tank.
Level mendekati 5” membutuhkan pengisian ulang.

Ketika bekerja dengan tank nitrogen cair, adalah penting untuk menjaga rak tetap berada di
bawah garis beku pada leher tank. Pengangkatan semen dari tank sekitar 10 detik, untuk
identifikasi sebelum diletakkan kembali pada tank, sering menghasilkan level fertilitas yang
rendah. Ketika menangani semen hindari sinar matahari langsung karena mempunyai efek
spermisidal. Semen beku terdapat dalam 2 bentuk yakni ampul (1 ml) dan straw (0,5 atau 0,25
ml). Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penyimpanan semen adalah:
• Harus selalu dijaga level nitrogen cair di atas 5''.
• Jangan pernah meletakkan kanister di atas garis beku tank.
• Ketika semen diambil dengan forceps dari tank harus segera ditempatkan dalam dalam
kotak thawing.
• Jangan pernah membiarkan semen terkena sinar ultraviolet secara langsung.
• Jangan membekukan kembali semen yang telah dithawing.
• Gunakan selalu sarung tangan untuk melindungi ketika bekerja di dalam tank nitrogen
cair.

Peralatan Inseminasi
1. Liquid nitrogen tank
2. Spekulum (25 x 175 mm for doelings or 25 x 200 mm for does)
3. A.I. light
4. Straw tweezers
5. Sterile lubricant (non-spermicidal)
6. Insemination gun (for straws)
7. Breeding stand or facilities to restrain the doe
8. Thaw box
9. Paper towels
10. Straw cutter
11. Thermometer

Teknik Inseminasi pada Kambing


1. Laparaskopi
Teknik laparaskopi menggunakan pendekatan surgical (pembedahan) untuk
menginjeksi semen melalui sayatan yang dibuat di abdomen secara langsung ke dalam uterus.
Hewan diberi sedative/analgesik dan menjalani persiapan untuk surgery minor (operasi kecil).
Hasilnya adalah baik tetapi prosedurnya sulit dan memerlukan biaya yang relatif tinggi. Hal
ini sangat jarang dilakukan pada kambing karena metode servikal and transervikal lebih
akseptabel. Pelaksanaan inseminasi dengan teknik laparaskopi dapat dilihat pada Gambar 2.3.

Gambar 2.3 Inseminasi buatan dengan teknik laparaskopi pada kambing

2. Cervical AI
Pada metode ini semen disemprotkan ke dalam saluran serviks. Inseminasi buatan dengan
teknik servikal secara umum digunakan pada kambing, khususnya karena beberapa tipe
peralatan inseminasi tidak dirancang untuk teknik transervikal (melalui kanal serviks ke dalam
uterus). Hasilnya diperkirakan lebih baik daripada deposisi semen ke dalam vagina tetapi lebih
rendah bila dibanding dengan deposisi semen ke dalam uterus.

3. Transcervical AI (TAI)
Teknik ini dilakukan dengan cara melewatkan semen melalui serviks ke dalam uterus. TAI
telah sukses dilakukan pada kambing pada tahun-tahin terakhir ini. Sampai sejauh ini dari
pengalaman inseminator diketahui bahwa metode ini cukup akseptabel sejauh jumlah sperma
yang digunakan cukup. Domba, karena serviksnya lebih kompleks pelaksanaannya menjadi
lebih sukar. Dari pengalaman inseminator hanya 75% domba yang secara normal dapat
dipenetrasi. Jumlah yang dapat dipenetrasi adalah lebih tinggi pada domba yang program
perkawinannya dipercepat atau mempunyai banyak anak. Jika berhasil dipenetrasi, dengan
manajemen yang baik, sekitar 40-60% domba dapat melahirkan. Inseminasi melalui teknik
transervikal dapat dilihat pada Gambar 2.4.

Gambar 2.4 Inseminasi buatan dengan teknik transervikal pada kambing

Teknik Inseminasi dengan Cervical AI


Langkah-langkah praktis inseminasi buatan pada kambing dengan teknik ini adalah
sebagai berikut:
1. Langkah pertama adalah merestrain kambing yang akan diinseminasi. Ini dapat
dilakukan dengan posisi berdiri atau posisi lain yang menguntungkan sesuai fasilitas
yang ada.
2. Setelah kambing direstrain, semen dithawing dan gun inseminasi disiapkan. Semen
beku dithawing sesuai rekomendasi yang diberikan. Jika rekomendasi tidak diberikan,
keluarkan straw dari nitrogen cair, dan tempatkan dalam air hangat (950F) selama 30
detik. Setelah thawing, keringkan straw dengan paper towel. Semen harus dipelihara
kehangatannya dan dihindarkan dari sinar matahari atau air selama thawing dan proses
inseminasi untuk mencegah kerusakan dan kematian sperma. Tarik plunger back 4-6
inchi pada gun inseminasi dan tempatkan straw ke dalam gun dengan cotton plug ke
arah plunger. Setelah straw tepat di dalam gun, selubung ujung dari straw harus
dipotong dengan pemotong straw. Plastik sheath ditempatkan di atas gun inseminasi
dan ditutup dengan cincin 0.
3. Langkah berikutnya adalah proses inseminasi sesungguhnya. Ini mungkin
membutuhkan pengangkatan bagian kaki belakang kambing jika dia tidak berdiri. Jika
bekerja sendiri, pegang inseminasi dengan mulut, atau memilih seorang asisten untuk
memegang gun. Hidupkan lampu kepala.
4. Lubrikasi spekulum dengan lubrikan non-spermisidal. Bersihkan vulva kambing
dengan dry paper towel dan insersi spekulum yang sudah dilubrikasi perlahan-lahan
ke dalam vulva. Masukkan spekulum pada sudut yang menaik untuk mencegah iritasi
vagina.
5. Ketika spekulum diinsersi, amati lokasi serviks. Serviks harus mempunyai warna red-
purple dan mucus putih akan ada jika kambing dalam keadaan estrus. Sinari spekulum
di atas serviks yang terbuka.
6. Insersi gun inseminasi ke dalam spekulum dan masukkan ke dalam serviks yang
terbuka. Jangan mempenetrasi serviks lebih dari 1,5 inchi.
7. Depositkan semen perlahan-lahan melalui penekanan pada plunger forward. Keluarkan
gun inseminasi perlahan-lahan dan keluarkan spekulum.
8. Catat seluruh informasi penting pada jurnal perkawinan.

Teknik Inseminasi pada Sapi


Persiapan dan Sanitasi untuk Inseminasi
1. Pastikan bahwa sapi yang dikawinkan benar-benar dalam keadaan estrus. Hasil riset
mengindikasikan bahwa 7-20% sapi yang diinseminasi tidak dalam keadaan estrus.
2. Sebelum thawing semen, restrain sapi dalam area yang bebas dari kondisi stres.
3. Pelihara peralatan inseminasi dalam keadaan kering dan bersih pada setiap waktu. Plastik
sheath harus disimpan dalam pembungkus aslinya sampai saat digunakan.
4. Ketika inseminasi dilakukan, hindari semen dari kontaminasi dan shock temperatur.
5. Jangan biarkan material yang digunakan untuk lubrikasi mengenai bagian vulva. Lubrikan
secara umum bersifat spermisidal. Hindari penggunaan produk lubrikan yang bersifat
mengiritasi.
6. Lap seluruh area vulva dengan paper towel. Hal ini akan mencegah kontaminasi pada saluran
reproduksi interior. Insersikan lipatan paper towel pada bagian vulva yang lebih rendah.
Tempatkan alat inseminasi di antara towel dan insersikan alat inseminasi tersebut tanpa
kontak dengan bibir vulva.
7. Gunakan plastik sheaths pada satu sapi untuk menghindari penyebaran penyakit infeksi

Inseminasi vaginal
Deposisi semen pada mulut serviks. Metode ini jarang digunakan pada inseminasi buatan
karena angka konsepsinya rendah dan membutuhkan sperma motil/inseminasi yang lebih
banyak.
Inseminasi servikal
Deposisi semen pada 2,5 cm serviks melalui penggunaan spekulum (angka kebuntingan 10%
lebih rendah dibanding inseminasi rekto-vaginal). Ukuran spekulum yang digunakan
berdiameter 2-3 cm dan panjang 35-40 cm, terbuat dari metal, kaca dan material plastik dengan
pen light atau lampu kepala (Gambar 2.5)

Gambar 2.5 Metode spekulum untuk inseminasi pada sapi. Metode yang sama digunakan juga
pada domba/kambing.

Inseminasi rekto-vaginal
Metode ini lebih sukar dipelajari tetapi menghasilkan angka konsepsi yang lebih superior
dibanding kedua teknik yang lain sehingga merupakan metode yang paling banyak dipilih.
Angka konsepsi akan ditemukan lebih rendah pada inseminator pemula, tetapi merupakan
teknik utama untuk memperbaiki angka konsepsi.

Beberapa aturan umum teknik ini akan diuraikan seperti di bawah ini.
a. Genggam serviks dengan tangan kiri melalui rektum (Gambar 2.6)

Gambar 2.6 Metode rekto-vaginal pada inseminasi sapi


b. Insersi instrumen (gun inseminasi) melalui vagina
c. Genggam ujung posterior serviks dengan telunjuk, jari tengah dan ibu jari, biarkan dua jari
yang lain bebas untuk membantu mengarahkan instrumen inseminasi
d. Arahkan instrumen pada serviks yang terbuka dan manipulasi serviks pada seluruh arah
untuk melewatkan instrumen melalui serviks.
e. Angkat jari-jari dan ibu jari ke depan sehingga manipulasi dilakukan sesaat pada ujung
instrumen.
f. Hentikan instrumen ketika mencapai ujung anterior, dan jangan mengeluarkan instrumen,
khususnya ketika sapi urinasi
g. Deposisikan semen secara perlahan dalam 5 detik.
h. Beberapa problem pada inseminator pemula:
o Insersi instrumen ke dalam vagina jangan masuk ke suburethral diverticulum
atau orificium uretra eksterna..
o Ketika kontraksi muskular pada saluran reproduksi terhadap anus dan
menyebabkan vagina berlipat, genggam serviks dengan tangan kiri dan dorong
ke depan untuk meluruskan vagina. .
o Ketika sapi mencoba untuk menolak tangan kiri pada rectum dengan kontraksi
pristaltik muskular, tunggu sampai rektum relaksasi kembali.
o Ketika serviks tidak dapat dirasa atau dimanipulasi karena kontraksi muskulus
rektal, ujung jari ditekankan pada dinding rektum dan tarik tangan ke arah anus
untuk menghilangkan kontraksi muskulus rektal dan menjadi relaksasi dan
lembut.
o Ketika vagina terisi udara, keluarkan udara melalui penekanan keras dengan
tangan ke arah vulva.
o Ketika kantong urin penuh, manipulasi klitoris untuk menyebabkan urinasi.

Pada kondisi lapangan petunjuk teknis yang harus dilakukan secara rinci dijelaskan sebagai
berikut:
1. Setelah mendapatkan laporan sapi berahi maka persiapkan semua bahan dan alat IB
dengan baik, yaitu :
o Insemination gun
o Straw atau semen beku yang dibawa dalam thermos
o Plastic sheath
o Gunting
o Pinset
o Gelas berisi air bersih
o Container lengkap dengan canister /thermos
o N2 cair secukupnya
o Sarung tangan plastik
o Sabun
o Handuk kecil
o Apron
o Sepatu Boot
2. Berangkatkah secepat mungkin ke lokasi
3. Cucilah tangan terlebih dahulu
4. Sebelum melaksanakan prosedur IB maka semen harus dicairkan (thawing) terlebih
dahulu dengan mengeluarkan semen beku dari nitrogen cair dan memasukkannya
dalam air hangat atau meletakkannya di bawah air yang mengalir. Suhu untuk
thawing yang baik adalah 37o C. Jadi, semen/straw tersebut dimasukkan dalam air
dengan suhu badan 37 o C, selama 7-18 detik.
5. Setelah dithawing, straw dikeluarkan dari air kemudian dikeringkan dengan tissue.
6. Kemudian straw dimasukkan dalam gun, dan ujung yang mencuat dipotong dengan
menggunakan gunting bersih
7. Setelah itu plastic sheath dimasukkan pada gun yang sudah berisi semen beku/straw.
8. Sapi dipersiapkan (dimasukkan) dalam kandang jepit, ekor diikat
9. Petugas IB memakai sarung tangan (glove) pada tangan yang akan dimasukkan ke
dalam rektum
10. Gun digigit oleh petugas IB
11. Tangan petugas IB dimasukkan ke rektum, hingga dapat menjangkau dan memegang
leher rahim (servix), apabila dalam rektum banyak kotoran harus dikeluarkan lebih
dahulu
12. Bersihkan vulva dan masukkan gun dalam vulva. Sedikit mengarah ke atas dekat
dinding vagina
13. Tangan yang masuk ke dalam rektum dan memegang servix akan merasakan
masuknya gun pada servix, gun dimasukkan dalam lubang servix mengikuti lekuk-
lekuk servix.
14. Semen disuntikkan/disemprotkan pada badan uterus yaitu pada daerah yang disebut
dengan 'posisi ke empat'
15. Setelah semua prosedur tersebut dilaksanakan maka keluarkanlah gun dari uterus dan
servix dengan perlahan-lahan.

Anda mungkin juga menyukai