Anda di halaman 1dari 58

TEKNOLOGI REPRODUKSI

Pengertian Teknologi Reproduksi

• Teknologi reproduksi adalah ilmu reproduksi atau ilmu


tentang perkembangbiakan yang menggunakan peralatan
serta prosedur tertentu untuk menghasilkan suatu produk
(keturunan).
• Teknologi reproduksi yang telah banyak dikembangkan
meliputi inseminasi buatan, perlakuan hormonal, donor sel
telur dan sel sperma, kultur telur dan embrio, pembekuan
sperma dan embrio, GIFT (gamet intrafallopian transfer), ZIFT
(zygote intrafallopian transfer), IVF (in vitro fertilization),
partenogenesis dan kloning.
• Inseminasi Buatan/ IB/ Kawin Suntik
• Perkembangbiakan generatif yang dilakukan
umumnya pada sapi, Kambing dan kerbau
dengan cara menyuntikkan sperma ke hewan
betina. Hewan yang akan diinseminasi harus
hewan sehat dan bersifat unggul.
• Fertilisasi Invitro
• Fertilisasi invitro adalah proses yang sengaja
dibuat di luar tubuh orangtuanya. Fertilisasi ini
disebut dengan bayi tabung. Bayi tabung yang
pertama kali berhasil di Inggris pada tahun
1978 diperkenalkan oleh Dr. Steptue.
• Pengklonan/ Kloning
• Pengklonan/ Kloning yaitu proses untuk
menghasilkan keturunan yang identik dengan
induknya secara aseksual.
• Metode kloningnya adalah:
• Menyiapkan sel telur yang sudah diambil
intinya dan menyatukannya dengan sel
dewasa dari organ tubuh.
• Hasil penyatuan (zigot) ditanam di rahim
• Pengkloningan untuk Terapi
• Contohnya adalah pada penderita diabetes
karena kekurangan insulin akibat rusaknya
sel-sel kelenjar pankreas dapat diganti dengan
sel-sel baru hasil pengklonan.
Dampak Teknologi Reproduksi
• Dampak Positif
• Dihasilkan spesies baru yang lebih baik dari
reproduksi ilmiah karena induk sengaja dipilih
yang mempunyai sifat unggul.
• Dampak negatifnya
• Punahnya hewan/tumbuhan yang tidak unggul
Teknologi Reproduksi

• Sinkronisasi Estrus
• Embryotransfer
• Pengontrolan kehamilan & kelahiran
Pengertian ESTRUS
• adalah birahi atau heat, yang didefinisikan
sebagai periode waktu dimana betina mau
menerima kehadiran jantan, kawin, dengan
kata lain betina atau dara aktif sexualitasnya.
• Siklus estrus terbagi menjadi 4 fase :
proestrus, estrus, meteestrus, diestrus.
Proestrus
• Pada fase proestrus ovarium terjadi
pertumbuhan folikel dengan cepat menjadi
folikel pertumbuhan tua atau disebut juga
dengan folikel de Graaf. Pada tahap ini hormon
estrogen sudah mulai banyak dan hormon FSH
dan LH siap terbentuk. Pada apusan vaginanya
akan terlihat sel-sel epitel yang sudah tidak
berinti (sel cornified) dan tidak ada lagi
leukosit.
Estrus
• Fase estrus merupakan periode ketika betina
reseptif terhadap jantan dan akan melakukan
perkawinan, mencit jantan akan mendekati
mencit betina dan akan terjadi kopulasi.
Mencit jantan melakukan semacam panggilan
ultrasonik dengan jarak gelombang suara 30
kHz – 110kHz yang dilakukan sesering mungkin
selama masa pedekatan dengan mencit
betina.
• Sementara itu mencit betina menghasilkan
semacam pheromon yang dihasilkan oleh
kelenjar preputial yang diekskresikan melalui
urin. Pheromon ini berfungsi untuk menarik
perhatian mencit jantan.
• Pada tahap ini vagina pada mencit betinapun
membengkak dan berwarna merah.
• Tahap estrus pada mencit terjadi dua tahap
yaitu tahap estrus awal dimana folikel sudah
matang, sel-sel epitel sudah tidak berinti, dan
ukuran uterus pada tahap ini adalah ukuran
uterus maksimal, tahap ini terjadi selama 12
jam.
• Lalu tahap estrus akhir dimana terjadi ovulasi
yang hanya berlangsung selama 18 jam. Jika
pada tahap estrus tidak terjadi kopulasi maka
tahap tersebut akan berpindah pada tahap
meteestrus.
Meteestrus
• Pada tahap meteestrus birahi pada mencit
mulai berhenti, aktivitasnya mulai tenang, dan
mencit betina sudah tidak reseptif pada
jantan.
• Ukuran uterus pada tahap ini adalah ukuran
yang paling kecil karena uterus menciut.
• Pada ovarium korpus luteum dibentuk secara
aktif, terdapat sel-sel leukosit yang berfungsi
untuk menghancurkan dan memakan sel telur
tersebut. Fase ini terjadi selama 6 jam.
• Pada tahap ini hormon yang terkandung paling
banyak adalah hormon progesteron yang
dihasilkan oleh korpus leteum.
Diestrus
• Tahap ini terjadi selama 2-2,5 hari. Pada tahap
ini terbentuk folikel-folikel primer yang belum
tumbuh dan beberapa yang mengalami
pertumbuhan awal.
• Hormon yang terkandung dalam ovarium
adalah estrogen meski kandungannya sangat
sedikit.
• Fase ini disebut pula fase istirahat karena
mencit betina sama sekali tidak tertarik pada
mencit jantan.
• Pada apusan vagina akan terlihat banyak sel
epitel berinti dan sel leukosit.
• Pada uterus terdapat banyak mukus, kelenjar
menciut dan tidak aktif, ukuran uterus kecil,
dan terdapat banyak lendir.
Sinkronisasi estrus
• Adalah suatu teknik manipulasi siklus estrus
untuk menimbulkan gejala estrus dan ovulasi
pada sekolompok hewan secara bersamaan.
Teknik ini terbukti efektif untuk meningkatkan
efisiensi penggunaan inseminasi buatan
(Bartolome et al., 2002; Williams et al., 2002:
Patterson et al., 2005).
Sinkronisasi estrus
• Merupakan cara untuk mengatasi problema sulitnya
deteksi berahi yaitu dengan cara penerapan teknis
sinkronisasi birahi, mensinkronkan kondisi reproduksi
ternak sapi donor dan resipien, baik dengan
menggunakan sediaan Progesteron dan
Prostaglandin (PGF2a) atau kombinasinya.
• Penyerentakan berahi bertujuan agar problema
deteksi berahi dapat dieliminir sehingga pelaksanaan
inseminasi buatan dapat dioptimalisasi.
Penggunaan teknik sinkronisasi berahi:

1. Akan mampu meningkatkan efisiensi


produksi dan reproduksi kelompok ternak,
2. Mengoptimalisasi pelaksanaan inseminasi
buatan,
3. Mengurangi waktu dan memudahkan
observasi deteksi berahi,
4. Dapat menentukan jadwal kelahiran yang
diharapkan,
5. Menurunkan usia pubertas pada sapi dara,
6. Penghematan dan efisiensi tenaga kerja
inseminator karena dapat mengawinkan
ternak pada suatu daerah pada saat yang
bersamaan.
• Prosedur yang digunakan dalam sinkronisasi
estrus terdiri dari screening atau seleksi sapi
induk, aplikasi hormon PGF2α, inseminasi
buatan (IB), dan deteksi kebuntingan.
• Screening dilakukan dengan cara pengecekan
catatan reproduksi dan pemeriksaan
kebuntingan (PKB) terhadap individu sapi.
Pengecekan catatan reproduksi yang meliputi
tanggal birahi dan IB terakhir bertujuan untuk
mengetahui kondisi induk sapi sebelum diberi
perlakuan.
• Untuk memastikan kondisi induk tidak dalam keadaan
bunting dan alat reproduksi dalam kondisi baik
selanjutnya dilakukan PKB secara cermat.
• Sapi dalam keadaan bunting tidak boleh diberi
perlakuan sinkronisasi estrus karena akan
menyebabkan abortus.
• Selain itu, induk harus mempunyai alat reproduksi yang
baik atau terbebas dari peradangan alat reproduksi,
endometritis, metritis, dan vaginitis karena akan
berpengaruh terhadap hasil konsepsi atau
kebuntingan. Perlu diperhatikan juga bahwa induk sapi
memiliki skor kondisi tubuh yang optimum.
• Selain kondisi di atas, induk sapi yang diberi
perlakuan sinkronisasi estrus menggunakan
preparat hormon PGF2α atau prostaglandin harus
dilakukan pemeriksaan Corpus Luteum (CL).
• Induk sapi yang mempunyai atau terdeteksi
memilki CL pada salah satu ovariumnya saat
pemeriksaan dapat diberi perlakuan sinkronisasi
estrus.
• Tahap pemeriksaan CL merupakan tahapan
penting karena menentukan keberhasilan
timbulnya birahi pada induk sapi, disamping
pemberian pakan yang memadai baik kualitas
maupun kuantitasnya
• Induk-induk sapi yang terseleksi atau terpilih
selanjutnya diberi perlakuan hormon PGF2α. Aplikasi
hormon PGF2α dilaksanakan secara intramuskular
dengan dosis 2 ml/ekor dengan target organ CL.
• Penggunaan PGF2α akan melisiskan CL sehingga
menyebabkan perkembangan folikuler, menimbulkan
gejala birahi, dan ovulasi pada induk sapi. 1-3 hari
setelah diberi perlakuan hormon, induk sapi akan
menunjukkan gejala birahi. 6 - 24 jam setelah
timbulnya birahi, seluruh induk sapi dikawinkan
dengan cara IB. 60 hari setelah IB, deteksi kebuntingan
dapat dilakukan untuk mengetahui keberhasilan IB
atau kebuntingan pada induk sapi.
• Kesuksesan program sinkronisasi
membutuhkan pengetahuan mengenai siklus
berahi.
• Hari ke-0 dari merupakan hari pertama estrus,
pada saat ini biasanya perkawinan secara
alami terjadi.
• Hormon estrogen mencapai puncaknya pada
hari ke-1 dan kemudian menurun, level
progesteron rendah karena Corpus Luteum
(CL) belum terbentuk.
• Ovulasi terjadi 12-16 jam setelah akhir
standing estrus. CL yang menghasilkan
hormon progesteron terbentuk pada tempat
ovulasi dan secara cepat mengalami
pertumbuhan mulai dari hari ke-4 sampai
ke-7, pertumbuhan ini diikuti dengan
peningkatan level progesteron. Mulai hari ke-7
sampai ke-16, CL menghasilkan progesteron
dalam level tinggi.
• Selama periode ini, 1 atau 2 folikel mungkin
menjadi besar, tetapi dalam waktu yang
singkat akan mengalami regresi, kira-kira hari
ke-16, prostaglandin dilepaskan dari uterus
dan menyebabkan level progesteron menjadi
turun.
• Ketika level progesteron menurun, level
estrogen meningkat dan folikel baru mulai
tumbuh, estrogen mencapai puncaknya pada
hari ke-20, diikuti tingkah laku estrus pada hari
ke-21. Pada saat ini siklus estrus kembali
dimulai.
• Proses sinkronisasi dengan menggunakan
preparat prostaglandin (PGF2a) akan
menyebabkan regresi CL akibat luteolitik,
secara alami prostaglandin (PGF2a) dilepaskan
oleh uterus hewan yang tidak bunting pada
hari ke-16 sampai ke-18 siklus yang berfungsi
untuk menghancurkan CL.
• Timbulnya berahi akibat pemberian PGF2a
disebabkan lisisnya CL oleh kerja vasokontriksi
PGF2a sehingga aliran darah menuju CL
menurun secara drastis, akibatnya kadar
progesteron yang dihasilkan CL dalam darah
menurun, penurunan kadar progesteron ini
akan merangsang hipofisa anterior
melepaskan FSH dan LH, kedua hormon ini
bertanggung jawab dalam proses
folikulogenesis dan ovulasi, sehingga terjadi
pertumbuhan dan pematangan folikel.
• Folikel-folikel tersebut akhirnya menghasilkan
hormon estrogen yang mampu
memanifestasikan gejala berahi.
• Kerja hormon estrogen adalah untuk
meningkatkan sensitivitas organ kelamin
betina yang ditandai dengan perubahan pada
vulva dan keluarnya lendir transparan.
Embryotransfer
Pengertian
• Suatu proses dimana embrio dipindahkan dari
seekor hewan betina yang bertindak sebagai
donor pada saat embrio tersebut belum
mengalami implantasi, kepada seekor betina
yang bertindak sebagai penerima sehingga
resepien tersebut menjadi bunting (Hartantyo,
1987).
• Transfer embrio adalah suatu metode buatan
dalam perkawinan dengan cara membentuk
embrio dari seekor betina induk unggul, yang
disebut donor, kemudian dipindahkan dan
dicangkokkan ke dalam saluran reproduksi
induk betina lainnya dalam spesies yang sama,
yang disebut resipien (Bedirian et al. 1977)
• Prinsip dasar dari transfer embrio meliputi
beberapa treatmen/perlakuan dengan
menggunakan teknik-teknik lainnya, yaitu
superovulasi, oestrus synchronization
(Sinkronisasi Birahi), artificial insemination
(Inseminasi Buatan), embrio/eggs recovery
(Pengumpulan atau pemanenan embrio) dan
embrio/eggs transfer (Pemindahan embrio)
(Sudarto, 1985)
Tata Cara Transfer Embrio

• Sebelum dilakukan transfer, dilakukan


produksi embrio. Menurut Udrayana (2011)
produksi embrio terdiri dari 2 cara yaitu
produksi embrio in vivo dan produksi embrio
in vitro.
Produksi embrio in vivo
• Dilakukan dengan cara mengambil atau
memanen embrio yang terdapat di dalam
uterus (rahim) sapi betina donor (penghasil
embrio), kemudian dipindahkan pada sapi
betina yang lain (betina resipien) atau untuk
disimpan dalam keadaan beku (freeze
embryo).
Cara perbanyakan embrio
• Sapi-sapi betina donor dilakukan superovulasi
untuk memperoleh lebih banyak sel telur
(ovum) pada setiap periode tertentu.
• Seekor betina donor yang telah
di-superovulasi dan kemudian dilakukan
inseminasi (memasukkan sel benih jantan
pada uterus menggunakan alat tertentu), akan
menghasilkan banyak embrio untuk dipanen.
• Embrio-embrio tersebut dipanen (flushing) 2
hari setelah superovulasi dan inseminasi. Hasil
panen kemudian dilakukan evaluasi kualitas
embrio (grading), hasilnya dapat disimpan
beku atau ditransfer pada betina lain. oestrus
synchronization (sinkronisasi estrus) adalah
usaha yang bertujuan untuk mensinkronkan
kondisi reproduksi ternak sapi donor dan
resipien.
Produksi embrio in vitro
• Dilakukan dengan cara melakukan fertilisasi
antara sel benih jantan (spermatozoa) dengan
sel benih betina (ovum) dalam laboratorium,
sehingga disebut pembuahan di luar tubuh.
Cara perbanyakan embrio
• Alat yang digunakan untuk proses ini adalah
cawan petri atau tabung khusus. Sel telur
didapatkan dengan cara mengambil sel-sel
telur yang terdapat pada indung telur
(ovarium) sapi-sapi betina yang telah dipotong
di rumah potong hewan.
• Sel telur yang diperoleh kemudian dicuci
dengan larutan khusus, selanjutnya dilakukan
pemilihan sel telur yang masih baik dan
ditempatkan dalam cawan petri. Pembuahan
akan berlangsung jika pada cawan yang berisi
sel-sel telur tadi ditempatkan sel benih jantan
(spermatozoa yang masih hidup).
• Fertilisasi sempurna akan berlangsung sekitar
22 jam. Hasil fertilisasi kemudian
ditumbuhkembangkan dalam media khusus
dan diamati pembelahan sel-nya hingga hari
ke 6-8 atau pada saat terbentuknya
blastocyst. Kemudian dilakukan evaluasi
embrio dengan melaksanakan grading. Embrio
yang memiliki kualitas A dan B kemudian
dibekukan, untuk disimpan dalam waktu yang
lama.
Keunggulan dan Kelebihan Transfer Embrio
• Pada proses reproduksi alami, dalam satu tahun
betina hanya bisa bunting sekali dan hanya mampu
menghasilkan 1 anak (atau 2 anak bila terjadi
kembar).
• Teknologi transfer embrio, betina unggul tidak perlu
bunting dan menunggu satu tahun untuk
menghasilkan anak. Betina unggul hanya berfungsi
menghasilkan embrio yang selanjutnya
ditransfer(dititipkan) pada induk resipien yang
memiliki kualitas genetik rata-rata tetapi mempunyai
kemampuan untuk bunting.
• Embrio beku efisien untuk dipakai karena dapat
disimpan lama sebagai stok dan dapat dibawa ke
daerah-daerah yang membutuhkan. Sedangkan
embrio segar hanya dapat ditransfer pada saat
produksi dilokasi yang berdekatan dengan donor.
• Perbaikan mutu genetik TE lebih efisien daripada
dengan IB. Perbaikan mutu genetik pada IB hanya
berasal dari pejantan unggul sedangkan dengan
teknologi TE, sifat unggul dapat berasal dari pejantan
dan induk yang unggul.
Pengontrolan kehamilan dan
kelahiran
Pengertian

• Yaitu suatu usaha yang di lakukan untuk


mencegah terjadinya kehamilan dan disebut
juga Kontrasepsi.
Tahapan-tahapan fertilisasi

⚫ Pendekatan Spermatozoa --🡪 Sel telur (1)


⚫ Aktivasi Spermatozoa-🡪 Reaksi Akrosom :
- Pecahnya gelembung akrosom (2)
- Pembentukan filamen / prosesus akrosom
(3, 4, 5)
⚫ Reaksi telur (6)
⚫ Penetrasi sperma dan peleburan pronukleus ♂
dan pronukleus ♀.
Fertilisasi pada mammalia
• Pada hewan mammalia, fertilisasi terjadi di
dalam saluran genital betina bagian interior,
fertilisasi internal, sehingga fertilisasi
disesuaikan dengan lingkungannya.
• Saluran genital mammalia ♀ memegang
peranan penting dalam proses fertilisasi.
Sperma yang baru diejakulasikan belum
mampu melakukan reaksi akrosom tanpa
berada di dalam saluran reproduksi selama
beberapa lama. Perioda ini disebut kapasitasi
dan waktu yang dibutuhkan berbeda-beda bagi
berbagai spesies.
Prinsip yang mendasari kontrasepsi

• Menghambat/menghentikan terjadinya
ovulasi secara Hormonal.
• Menghambat secara mekanik bertemunya
sperma dan Sel telur.
• Mencegah bertemunya sperma dengan Sel
telur secara Kimiawi.
Metode Kontrasepsi

• Metode KB Alami, suatu metode kontrasepsi


terfavorit karena tidak menggunakan dan
bergantung pada suatu alat tertentu untuk
mencegah terjadinya kehamilan. KB alami
menggunakan siklus menstruasi sebagai acuan
penghitungan ovulasi serta indikator
masa-masa subur yaitu perubahan lendir pada
serviks dan suhu tubuh.
• Metode Kontrasepsi dengan Alat sebagai
Barrier (penghalang) yaitu memanfaatkan
suatu alat bantu yang berperan sebagai
barrier/ penghalang sperma agar sperma tidak
dapat membuahi sel telur. Jenis barrier bisa
berupa fisik atau kimia yang didesain khusus
untuk menghalangi sperma masuk ke dalam
rahim wanita. Metode kontrasepsi ini cukup
banyak contohnya.
Alat bantu Kontrasepsi

• Kondom (pria) dan Diafragma (wanita)


• Hormon : pil KB, koyo, cincin vagina, implan
(susuk KB) dan suntik
• Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR/IUD)
• Secara Sterilisasi, disebut Vasektomi (pria) dan
Tubektomi (wanita).
• Metode yang kurang efektif yaitu spermisida.
Sterilisasi, walaupun sangat efektif, biasanya
tidak reversibel; semua metode lain bersifat
reversibel, sebagian besar segera setelah
dihentikan.
• Kontrasepsi adalah usaha atau tindakan untuk
mencegah kehamilan. Di beberapa negara
dengan tingkat kelahiran tinggi, kontrasepsi
cenderung diartikan sebagai upaya untuk
mengontrol kelahiran.

Anda mungkin juga menyukai