Anda di halaman 1dari 9

2.1.

‌Industri Hulu Peternakan Kambing Perah


Hulu peternakan adalah suatu proses kegiatan peternakan untuk memproduksi
dan menghasilkan ternak dari tidak ada hingga menjadi barang ekonomi yang bisa
diolah lebih lanjut. Dalam bisnis peternakan, untuk menghasilkan atau memproduksi
ternak baru, diperlukan indukan, yaitu ternak jantan dan ternak betina. Terkait
dengan bisnis di hulu peternakan, ada beberapa hal yang harus dipahami, yaitu
kegiatan utama pada budi daya ternak. Kegiatan ini sebagai berikut.

2.1.1. Perkawinan Ternak Kambing

Gambar 1 perkawinan kambing jantan dan betina

Perkawinan induk merupakan proses awal dari reproduksi. Tujuan utama usaha
pembibitan kambing adalah untuk menghasilkan jumlah anak yang banyak dan juga
sehat. Hal ini tentunya dapat tercapai dengan cara mengatur perkawinan yang
terencana dan tepat waktu.Kegagalan pada masa perkawinan dan bunting sebagian
besar dipengaruhi oleh periode berahi induk, cara mengawinkan yang salah,
perkawinan induk yang terlalu muda, serta pengelolaan pakan yang kurang tepat.
Oleh karena itu, penting bagi peternak untuk mengetahui dengan baik penanganan
ternak kambing pada masa ini.
Perkawinan induk kambing hanya dapat terjadi pada masa berahi. Oleh karena
itu, pengetahuan mengenai tanda-tanda dan siklus berahi harus dikuasai peternak
agar dapat mengawinkan induknya pada saat yang tepat. Umumnya berahi
berlangsung selama 12—48 jam. Setelah memasuki 12—36 jam kemunculan berahi,
ovulasi terjadi (pelepasan sel telur) dan pada saat itulah paling optimal untuk terjadi
perkawinan.
Pada peternak yang belum terlalu paham mengenai periode berahi, dapat
dilakukan sistem perkawinan kelompok dengan cara menyatukan pejantan dalam
kelompok betina. Perkawinan akan terjadi setiap saat, terutama 12—15 jam setelah
tanda berahi muncul (setelah ovulasi). Masa hidup sel telur berkisar 12—24 jam,
sedangkan masa hidup sperma di dalam saluran reproduksi induk antara 24—48 jam.
Oleh karena itu, terdapat waktu yang cukup panjang agar pembuahan sel telur oleh
sperma dapat berlangsung dengan baik.
Tanda-tanda yang menunjukkan timbulnya berahi seekor induk kambing dapat
diamati dengan jelas oleh peternak. Beberapa tanda tersebut induk yang birahi adalah
sebagai berikut:
 Menjelang masa berahi (pro-estrus), umumnya induk akan menunjukkan reaksi
penolakan jika ada pejantan mencoba menaikinya. Namun, jika telah memasuki
periode berahi reaksi induk biasanya tidak menolak saat dinaiki oleh pejantan.
 Induk akan mengeluarkan suara yang khas dan menggerakkan ekor secara terus
meneruh.
 Nafsu makan menurun.
 Vulva induk mengalami pembengkakan, berwarna kemerahan dan bahkan
mengeluarkan cairan. Cairan tersebut awalnya bening, lalu berubah menjadi
kental dan berwarna putih di akhir masa akhir berahi.
 Frekuensi urinasi (mengeluarkan air seni) akan meningkat.

Gambar 2 Berahi seekor kambing


Jika terdapat induk yang sedang dalam masa berahi, biasanya pejantan akan
menunjukan reaksi flehmen (gerakan dengan menggulung/memutar ke atas bibir
bagian atas sambil mengangkat kepala dan mendengus). Reaksi ini umum terjadi
pada binatang berkuku sebagai respon terhadap aroma khas yang berasal dari urine
betina dalam masa berahi.
2.1.2. Pemeriksaan kebuntingan

Gambar 3 Hasil pemeriksaan false negative (a)Hyperecoic, (b) Hydrometra,


(c) Uterus

Gambar 4 Hasil pemeriksaan false positive (a)Hydrometra, (b) Uterus


Deteksi kebuntingan merupakan satu hal penting yang harus dilakukan peternak
setelah ternak dikawinkan. Deteksi kebuntingan dini bertujuan agar peternak tahu
apa yang harus dilakukan, jika ternak tersebut bunting maka ternak tersebut tidak
dikawinkan, akan tetapi apabila ternak tersebut tidak bunting maka harus
dikawinkan kembali. Hal tersebut dimaksudkan agar biaya untuk breeding dapat
ditekan sehingga dapat membantu manajemen ternak secara ekonomis.
Deteksi kebuntingan yang biasa dilakukan antara lain adalah dengan cara
melihat ternak secara langsung. Metode ini dianggap kurang efisien karena hanya
bisa dilakukan setelah kebuntingan mencapai usia tertentu. Selain itu, pemeriksaan
hormon juga merupakan cara lain untuk mendeteksi kebuntingan pada ternak. Tetapi
metode ini memelukan waktu yang lebih lama. Metode pemeriksaan dengan
Ultrasonography (USG) dapat mendeteksi secara dini kebuntingan pada ternak serta
hanya membutuhkan waktu singkat untuk mengetahui hasilnya.
Pemeriksaan dimulai dengan mendata ternak yang akan diperiksa, baik yang
berusia 30 atau 45 hari, baik yang dikawinkan secara alami atau IB. Setelah ternak
yang diperiksa diketahui, dilakukan persiapan alat untuk mendeteksi kebuntingan
ternak tersebut. Persiapan alat dimulai dengan pemasangan baterai NiMH 12V,
3.8Ah di bagian belakang layar display. Setelah baterai terpasang, barulah dipasang
kabel yang menghubungkan layar dan baterai. Alat di-setting dengan pengaturan B-
mode dan frekuensi 5.0 MHz. Kemudian dilakukan pemasangan kabel probe pada
layar. Pemeriksaan dilakukan pada ternak yang sudah didata sebagai ternak yang
berstatus bunting. Pemeriksaan dilakukan pada daerah abdominal, diantara kaki
belakang, di depan ambing. Sebelum probe ditempelkan pada tubuh ternak, kepala
probe diberi gel terlebih dahulu agar daerah uterus dapat terlihat. Pemeriksaan
dilakukan secara hati-hati untuk meminimalisasi kesalahan diagnosis. Waktu yang
digunakan untuk memeriksa satu ekor ternak adalah sekitar 5-10 menit tergantung
penampakan yang terlihat dilayar, apabila penampakan meragukan akan dilakukan
pemeriksaan kembali hingga hasil yang didapat meyakinkan.Penampakan pada layar
ditampilkan dalam sudut 90 derajat.
2.1.3. Proses kebuntingan dan kelahiran

 Kebuntingan.
Faktor- faktor yang mempengaruhi kebuntingan adalah :
1. Faktor maternal, umur induk sangat menpengaruhi kebuntingan
2. Faktor foetal, foetus banyak pada jenis monotocus yang memiliki kebuntingan
singkat.
3. Faktor genetik, genotip berperan dala, kebuntigan.
4. Lingkungan fisik, lingkungan, suhu, musimberpengaruh pada kebuntingan.

Kebuntingan pada ternak kambing berlangsung selama 150-152 hari atau ±


5 bulan. Tanda-tanda kebuntingan pada ternak kambing adalah sebagai berikut :
1. Tidak munculnya birahi pada siklus birahi berikutnya.
2. Lebih tenang dan menghindar jika dinaiki temannya.
3. Ambing tampak menurun dan nafsu makan bertambah.
4. Perut sebelah kanan terlihat membesar.
5. Bulu tampak lebih mengkilat (klimis).

 Kelahiran
Setelah kandungan berusia kurang lebih 5 bulan, induk kambing biasanya
menunjukan tanda-tanda melahirkan cempenya. Tanda-tanda umum adalah sebagai
berikut :
1. Ternak gelisah, sering menggaruk-garukan kaki depan ke lantai
kandang/tanah sambil mengembik-embik.
2. Vagina berlendir dan memerah disertai dengan mencekungnya pinggul atas.
3. sering memperhatikan bagian belakangnya sambil mengembik.
4. Proses kelahiran biasanya dilakukan dalam posisi induk terbaring.
Setelah tanda-tanda tersebut diatas, biasanya segera akan terjadi proses kelahiran
cempe. Jumlah anak yang dilahirkan biasanya adalah 2 ekor, namun sering juga
terjadi 1,3 atau 4 ekor per kelahiran. Proses awal kelahiran adalah keluarnya ketuban
dari vagina induk. Biasanya berbentuk bulat seperti bola berisi air, tak berapa lama
gelembung keluar akan pecah diikuti oleh proses kelahiran cempe. Pada posisi
cempe normal, akan keluar dengan sendirinya tanpa memerlukan bantuan peternak.
Posisi cempe pada kelahiran normal biasanya 2 kaki depan keluar dahulu diikuti
bagian kepala dan yang lain hingga keluar sempurna. Selain itu posisi keluar yang
didahului oleh 2 kaki belakang masih dikategorikan sebagai posisi normal. Selisih
kelahiran antara cempe satu dengan yang lainnya biasanya dalam hitungan menit
hingga setengah jaman.
2.1.4. Penanganan Induk dan Anak Setelah Proses Kelahiran
Setelah anak lahir segera dibersihkan lendir-lendir yang ada di sekitar mulut dan
hidung untuk mempercepat dan memperlancar proses pernafasan, lalu kembalikan
kepada induknya untuk dibersihkan semua lendir dari badan anak yang baru lahir
tersebut. Langkah selanjutnya adalah segera memotong dan mengolesi sisa tali pusar
dengan desinfektan (betadin atau yodium tinctur). Pada dua jam pertama anak harus
mendapatkan kolostrum (cairan susu pertama yang berwarna kuning dan kental) dari
induknya, apabila dalam waktu tersebut belum bisa menyusu maka harus dibantu
dengan mendekatkan anak kepada induknya atau diperaskan. Induk yang menjilati 
anaknya akan membantu proses pengeluaran plasenta (jawa:ari-ari) dan merangsang
penurunan air susu. Setelah melahirkan induk segera diberikan pakan yang cukup
dan baik untuk memulihkan kembali kondisi tubuhnya.

2.1.5. Manajemen Pakan Kambing

Gambar 5 pemberian pakan kambing


Pada umumnya tahap ini dilakukan selama kurun waktu 3–9 bulan. Proses
pembesaran dan penggemukan umumnya dilakukan setelah anakan lepas sapih,
sekitar umur tiga bulan.Keunikankambing sebagai hewan ruminansia yaitu sistem
pencernaan yang komplek (poligastrik). Sistem pencernaan ini mampu mengubah
bahan pakan berserat tinggi (rumput, jerami, dll.) sebagai sumber utama energi dan
mengubah senyawa nitrogen yang bukan protein (NBP). Contohnya pengubahan urea
menjadi protein bernilai bilogis tinggi untuk kebutuhan produksinya.
Pakan kambing yang diberikan pada ternak kambing modern, khususnya
penggemukan dapat berupa hijauan, konsentrat ataupun pakan fermentasi.
Fermentasi pakan kambing ini berguna sebagai pengganti makanan ternak (PMT).
Kombinasi pakan kambing yang baik yaitu kombinasi antara fermentasi pakan
kambing dan konsentrat.
Fermentasi pakan kambing dan konstrat dapat memenuhi kebutuhan protein dan
serat kasar yang sangat dibutuhkan dalam proses penggemukan kambing. Fermentasi
juga sangat berguna untuk menyeimbangkan pengeluaran yang tinggi dari pakan
konsentrat (Efisiensi). Hal ini dikarenakan pakan fermentasi adalah pakan yang bisa
didapatkan dengan harga murah.Penggunaan pakan secara efisien diukur berdasarkan
rasio antara jumlah pakan yang dikonsumsi kambing dengan output yang dihasilkan.
Cara untuk mengefisiensi penggunaan pakan kambing dapat dicapai dengan
pengelolaan pakan yang tepat. Antara lain pengelolaan alokasi jumlah pakan optimal,
formulasi konsentrat yang efisien, pemilihan bahan baku yang seimbang secara
nutrisi dan layak secara ekonomis serta penentuan waktu dan frekuensi pemberian
pakan yang strategis. Kontribusi penggunaan pakan kambing secara efisien sangat
besar terhadap efisiensi ekonomik usaha produksi secara keseluruhan.

2.1.6. Seleksi pada kambing


Tujuan umum dari seleksi adalah untuk meningkatkan produktivitas ternak
melalui perbaikan mutu bibit.Terdapat dua hal yang perlu diperhatikan sebelum
melakukan seleksi, yaitu tujuan seleksi harus jelas, misalnya pada kambing apakah
tujuannya untuk meningkatkan produksi susu atau produksi daging, atau keduanya.
Dan yang kedua, seleksi memerlukan waktu.
 Seleksi untuk satu sifat
Seleksi dapat menggunakan catatan fenotip yang berasal dari ternak itu sendiri,
berdasarkan informasi fenotip dari saudara-saudaranya, atau gabungan keduanya.
Secara garis besar seleksi dapat dibedakan menjadi 2, yaitu:
1. Seleksi Individu
Seleksi individu adalah metode seleksi yang paling sederhana dan sangat baik
diterapkan jika nilai heritabilitas tinggi dan sifat/fenotip dapat diukur baik pada
ternak jantan ataupun betina. Dengan seleksi individu, ternak-ternak dievaluasi
berdasarkan catatan fenotip ternak itu sendiri.
2. Seleksi Keluarga
Seleksi keluarga dapat digunakan jika nilai heritabilitas rendah, hewan ternak
betina banyak menghasilkan keturunan, dan fenotip dapat diukur pada salah satu
jenis kelamin. Contohnya produksi susu pada kambing perah atau produksi telur
pada ayam petelur. Tapi kita perlu juga menyeleksi ternak-ternak jantan sebagai
tetua. Apabila keadaan ini terjadi, kita bisa memakai catatan fenotip dari saudara-
saudaanya, baik saudara sekandung atau saudara tiri.
3. Seleksi silsilah (pedigree)
Pada seleksi silsilah ini pertimbangan diberikan pada nilai pemuliaan tetua.
Seleksi silsilah ini berguna untuk sifat-sifat yang ditunjukkan oleh satu jenis kelamin
saja (misalnya jumlah anak sekelahiran), untuk sifat-sifat yang ditunjukkan sampai
akhir hidupnya (misalnya longevity), atau sifat yang ditunjukkan setelah ternak
tersebut dipotong (komposisi karkas). Nilai dari seleksi silsilah tergantung kedekatan
hubungan antara tetua dengan individu yang diseleksi, jumlah catatan dari yang
dimiliki tetua, kecermatan nilai pemuliaan untuk tetua serta nilai heritabilitas dari
sifat yang diseleksi.
4. Uji Zuriat
Uji zuriat adalah bentuk dari seleksi silsilah dan merupakan metoda untuk
menghitung nilai pemuliaan dari keturunannya. Agar uji zuriat mempunyai
kecermatan yang tinggi, uji zuriat terhadap pejantan ternak kambing harus
dikawinkan dengan sejumlah besar ternak betina. Kecermatan perkiraan nilai
pemuliaan seekor pejantan akan meningkat bila jumlah anak yang mempunyai
informasi performanya meningkat. Uji zuriat ini merupakan metoda yang ideal
karena nilai pemuliaan rata-rata dari keturunannya secara individu relatif terhadap
pembandingnya diestimasi secara langsung, dengan nilai setengah dari nilai
pemuliaan. Akan tetapi uji zuriat sangat mahal dan selang generasinya sangat
panjang, karena seleksi terhadap tetua tidak dapat dilakukan sampai keturunannya
dapat diukur sifat yang diuji.
 Seleksi untuk beberapa sifat
Keputusan untuk melakukan seleksi jarang dilakukan terhadap satu sifat saja.
Hal ini dikarenakan keuntungan dalam beternak kambing tidak hanya tergantung dari
satu sifat saja melainkan dari beberapa sifat, misalnya pertumbuhan anak, fertilitas
induk, dan kemampuan menyusui induk. Oleh sebab itu dalam praktek biasanya
dilakukan seleksi beberapa sifat secara bersamaan. Makin meningkat jumlah sifat
yang diseleksi, tekanan seleksi terhadap semua sifat akan menjadi berkurang. Oleh
karena itu metoda seleksi untuk beberapa sifat harus dilakukan untuk memperoleh
peningkatan mutu genetik yang maksimum. Beberapa metoda seleksi terhadap
beberapa sifat antara lain adalah :
1. Seleksi tandem
Dalam hal ini kita menyeleksi/ memperbaiki sifat yang pertama terlebih dahulu,
kemudian setelah sifat yang pertama mencapai tingkat yang diinginkan, sifat kedua
baru dimulai diperbaiki. Seleksi ini baik jika sifat-sifat yang menjadi tujuan
perbaikan tidak saling terikat. Jika saling terikat keadaan ideal akan sulit dicapai.
2. Seleksi Batasan Sisihan
Dengan cara ini seluruh sifat yang akan dipertimbangkan secra bersamaan
dengan diberi tingkat/batas ideal yang didinginkan.
3. Seleksi Indeks
Seleksi ini mungkin lebih baik dibandingkan dengan kedua cara terdahulu, tetapi
perhitungannya lebih sulit karena perlu diketahui parameter-parameter genetik,
seperti nilai heritabilitas, korelasi genetik, korelasi fenotipik, dan pembobotan
ekonomi untuk masing-masing sifat. Apabila semuanya telah diketahui, suatu indeks
dibentuk. Nilai pemuliaan akhirnya diduga berdasarkan indeks tersebut.
‌ Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Seleksi
1. Seleksi diferensial
Seleksi diferensial adalah keunggulan ternak-ternak yang terseleksi terhadap
rata-rata populasi (keseluruhan ternak). Kalau sifat tersebut dapat diukur pada ternak
jantan dan betina, maka seleksi biasanya dilakukan secara terpisah. Seleksi
diferensial adalah rata-rata dari keduanya.
2. Heritabilitas
Kata heritabilitas berasal dari bahasa inggris “Heritability” yang berarti
kekuatan/kemampuan penurunan suatu sifat. Kata ini digunakan untuk
mengungkapkan kekuatan suatu sifat diturunkan pada generasi berikutnya. Dalam
pemuliabiakan ternak nilai ini perlu diketahui sebelum melakukan perbaikan mutu
bibit/genetik ternak. Kegunaan diketahuinya nilai heritabilitas adalah sebagai berikut:
o Mengetahui kekuatan suatu sifat akan diturunkan oleh tetua pada anaknya
o Merupakan suatu petunjuk tentang keberhasilan program pemuliabiakan
o Semakin tinggi nilai heritabilitas, semakin baik program perbaikan mutu bibit
yang diharapkan.
Nilai heritabilitas dalam arti sempit lebih banyak digunakan karena lebih mudah
diduga. Nilai heritabilitas berkisar antara 0 sampai 1, tetapi secara garis besar dapat
dikelompokan menjadi tiga kelas, yaitu:
o Nilai heritabilitas rendah berkisar antara antara 0 dan 0,1
o Nilai heritabilitas sedang berkisar antara 0,1 dan 0,3
o Nilai heritabilitas tinggi lebih besar dari 0,3

3. Interval generasi
Interval generasi dapat diartikan sebagai rata-rata umur tetua/induk ketika
anaknya dilahirkan. Setiap jenis ternak mungkin mempunyai interval generasi yang
berbeda. Interval generasi dipengaruhi oleh umur pertama kali ternak tersebut
dikawinkan dan lama bunting, dengan demikian interval generasi oleh faktor
lingkungan seperti pakan dan tatalaksana. Pemberian pakan yang jelek dapat
memperpanjang interval generasi. Semakin cepat interval generasi, semakin cepat
perbaikan mutu bibit yang diharapkan.

Anda mungkin juga menyukai