Perkawinan induk merupakan proses awal dari reproduksi. Tujuan utama usaha
pembibitan kambing adalah untuk menghasilkan jumlah anak yang banyak dan juga
sehat. Hal ini tentunya dapat tercapai dengan cara mengatur perkawinan yang
terencana dan tepat waktu.Kegagalan pada masa perkawinan dan bunting sebagian
besar dipengaruhi oleh periode berahi induk, cara mengawinkan yang salah,
perkawinan induk yang terlalu muda, serta pengelolaan pakan yang kurang tepat.
Oleh karena itu, penting bagi peternak untuk mengetahui dengan baik penanganan
ternak kambing pada masa ini.
Perkawinan induk kambing hanya dapat terjadi pada masa berahi. Oleh karena
itu, pengetahuan mengenai tanda-tanda dan siklus berahi harus dikuasai peternak
agar dapat mengawinkan induknya pada saat yang tepat. Umumnya berahi
berlangsung selama 12—48 jam. Setelah memasuki 12—36 jam kemunculan berahi,
ovulasi terjadi (pelepasan sel telur) dan pada saat itulah paling optimal untuk terjadi
perkawinan.
Pada peternak yang belum terlalu paham mengenai periode berahi, dapat
dilakukan sistem perkawinan kelompok dengan cara menyatukan pejantan dalam
kelompok betina. Perkawinan akan terjadi setiap saat, terutama 12—15 jam setelah
tanda berahi muncul (setelah ovulasi). Masa hidup sel telur berkisar 12—24 jam,
sedangkan masa hidup sperma di dalam saluran reproduksi induk antara 24—48 jam.
Oleh karena itu, terdapat waktu yang cukup panjang agar pembuahan sel telur oleh
sperma dapat berlangsung dengan baik.
Tanda-tanda yang menunjukkan timbulnya berahi seekor induk kambing dapat
diamati dengan jelas oleh peternak. Beberapa tanda tersebut induk yang birahi adalah
sebagai berikut:
Menjelang masa berahi (pro-estrus), umumnya induk akan menunjukkan reaksi
penolakan jika ada pejantan mencoba menaikinya. Namun, jika telah memasuki
periode berahi reaksi induk biasanya tidak menolak saat dinaiki oleh pejantan.
Induk akan mengeluarkan suara yang khas dan menggerakkan ekor secara terus
meneruh.
Nafsu makan menurun.
Vulva induk mengalami pembengkakan, berwarna kemerahan dan bahkan
mengeluarkan cairan. Cairan tersebut awalnya bening, lalu berubah menjadi
kental dan berwarna putih di akhir masa akhir berahi.
Frekuensi urinasi (mengeluarkan air seni) akan meningkat.
Kebuntingan.
Faktor- faktor yang mempengaruhi kebuntingan adalah :
1. Faktor maternal, umur induk sangat menpengaruhi kebuntingan
2. Faktor foetal, foetus banyak pada jenis monotocus yang memiliki kebuntingan
singkat.
3. Faktor genetik, genotip berperan dala, kebuntigan.
4. Lingkungan fisik, lingkungan, suhu, musimberpengaruh pada kebuntingan.
Kelahiran
Setelah kandungan berusia kurang lebih 5 bulan, induk kambing biasanya
menunjukan tanda-tanda melahirkan cempenya. Tanda-tanda umum adalah sebagai
berikut :
1. Ternak gelisah, sering menggaruk-garukan kaki depan ke lantai
kandang/tanah sambil mengembik-embik.
2. Vagina berlendir dan memerah disertai dengan mencekungnya pinggul atas.
3. sering memperhatikan bagian belakangnya sambil mengembik.
4. Proses kelahiran biasanya dilakukan dalam posisi induk terbaring.
Setelah tanda-tanda tersebut diatas, biasanya segera akan terjadi proses kelahiran
cempe. Jumlah anak yang dilahirkan biasanya adalah 2 ekor, namun sering juga
terjadi 1,3 atau 4 ekor per kelahiran. Proses awal kelahiran adalah keluarnya ketuban
dari vagina induk. Biasanya berbentuk bulat seperti bola berisi air, tak berapa lama
gelembung keluar akan pecah diikuti oleh proses kelahiran cempe. Pada posisi
cempe normal, akan keluar dengan sendirinya tanpa memerlukan bantuan peternak.
Posisi cempe pada kelahiran normal biasanya 2 kaki depan keluar dahulu diikuti
bagian kepala dan yang lain hingga keluar sempurna. Selain itu posisi keluar yang
didahului oleh 2 kaki belakang masih dikategorikan sebagai posisi normal. Selisih
kelahiran antara cempe satu dengan yang lainnya biasanya dalam hitungan menit
hingga setengah jaman.
2.1.4. Penanganan Induk dan Anak Setelah Proses Kelahiran
Setelah anak lahir segera dibersihkan lendir-lendir yang ada di sekitar mulut dan
hidung untuk mempercepat dan memperlancar proses pernafasan, lalu kembalikan
kepada induknya untuk dibersihkan semua lendir dari badan anak yang baru lahir
tersebut. Langkah selanjutnya adalah segera memotong dan mengolesi sisa tali pusar
dengan desinfektan (betadin atau yodium tinctur). Pada dua jam pertama anak harus
mendapatkan kolostrum (cairan susu pertama yang berwarna kuning dan kental) dari
induknya, apabila dalam waktu tersebut belum bisa menyusu maka harus dibantu
dengan mendekatkan anak kepada induknya atau diperaskan. Induk yang menjilati
anaknya akan membantu proses pengeluaran plasenta (jawa:ari-ari) dan merangsang
penurunan air susu. Setelah melahirkan induk segera diberikan pakan yang cukup
dan baik untuk memulihkan kembali kondisi tubuhnya.
3. Interval generasi
Interval generasi dapat diartikan sebagai rata-rata umur tetua/induk ketika
anaknya dilahirkan. Setiap jenis ternak mungkin mempunyai interval generasi yang
berbeda. Interval generasi dipengaruhi oleh umur pertama kali ternak tersebut
dikawinkan dan lama bunting, dengan demikian interval generasi oleh faktor
lingkungan seperti pakan dan tatalaksana. Pemberian pakan yang jelek dapat
memperpanjang interval generasi. Semakin cepat interval generasi, semakin cepat
perbaikan mutu bibit yang diharapkan.