Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH STATISTIK

NILAI-NILAI PUSAT (CENTRAL TENDENCY)

DISUSUN OLEH :

Kelompok 5

Athaya Nada Salsabila


Diah Ayu Nastiti
Hilldan Gustya F
Muhammad Farhansyah
Tingkat 2 D3-A Kesehatan Lingkungan

DOSEN PEMBIMBING :

Endang Uji Wahyuni, SKM., M.KM.

Fitri Andayani, SKM., M.Sc.Ph.

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA II

Jalan Hang Jebat III Blok F No.3, RT.4/RW.8, Gunung, Kebayoran Baru, RT.4/RW.8,
Gunung, Kby. Baru, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 1220

2019
KATA PENGANTAR

Pertama-tama marilah kita panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT
yang senantiasa mencurahkan segala nikmat dan karunianya, karena berkat
karunianya saya dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam
senantiasa kita sampaikan kepada junjungan kita Rasulullah Muhammad SAW.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah


membantu dalam menyelesaikan tugas makalah ini khususnya rekan-rekan yang
senantiasa mendukung dan memotivasi serta memberi masukan positif sehingga
makalah ini dapat disusun.

Makalah ini berjudul NILAI-NILAI PUSAT (CENTRAL TENDENCY),


dimana makalah ini membahas untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Statistik.

Dalam hal ini kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna, untuk itu kami memohon maaf bila di dalam tulisan kami ini ada
kekurangan dalam penulisan atau sebagainya. Kami mengharapkan saran dan
kritik yang membangun untuk perbaikan penulisan kedepannya.

Jakarta, September 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGANTAR ………………………………………….…………….. i

DAFTAR ISI …………………………………………………………………. ii

BAB I PENDAHULUAN ……………………..……………………………... 1

1.1 Latar Belakang ……………………………………………………………. 1

1.2 Maksud dan Tujuan…………………………………………………………1

BAB II PEMBAHASAN…………………………….……………...……….…2

2.1 Pengertian, Sifat, Penggunaan, dan Rumus Mean Data Tunggal dan Data
Kelompok .…………………………………………………………..…..…2

2.1.1 Mean Data Tunggal ……….……………………………………….…2

2.1.2 Mean Data Berkelompok …….……………………………….….….. 3

2.2 Pengertian, Sifat, Penggunaan, dan Rumus Modus Data Tunggal dan Data
Kelompok………………………….……………………………….……….6

2.2.1 Modus Data Tunggal ………...………….……………………………6

2.2.2 Modus Data Kelompok ……………..…………………………..….…7

2.3 Pengertian, Sifat, Penggunaan, dan Rumus Median Data Tunggal dan Data
Kelompok ……….………………………………………………………….8

2.3.1 Median Data Tunggal ………….……………………………….….....9

2.3.2 Median Data Kelompok ..………………………………………….…9

2.4 Pengertian, Sifat, Penggunaan, dan Rumus Kuartil Data Tunggal dan Data
Kelompok ………………………………………….……………..……..…10

ii
2.4.1 Kuartil Data Tunggal ………………………………………….…….11

2.4.2 Kuartil Data Kelompok…….. ……………………………….……....12

2.5 Pengertian, Sifat, Penggunaan, dan Rumus Persentil Data Tunggal dan Data
Kelompok …………………………………………………………………14

2.5.1 Persentil Data Tunggal ……...………………………………………..15

2.5.2 Persentil Data Kelompok …………...…………………………..........16

2.6 Pengertian, Sifat, Penggunaan, dan Rumus Desil Data Tunggal dan Data
Kelompok …………………………………………………………………..18

2.6.1 Desil Data Tunggal …………………………………………………...19

2.6.2 Desil Data Kelompok ……………………………………………...…20

BAB III PENUTUP ………………………………………………....……….…23

3.1 Kesimpulan ………………………………………………...……………….23

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………...………24

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ukuran pemusatan adalah sembarang ukuran yang menunjukan pusat


segugus data, yang telah diurutkan dari yang terkecil sampai yang terbesar.
Kegunaan ukuran pemusatan data adalah untuk membandingkan dua
(populasi). Nilai ukuran pemusatan ini dibuat sedemikian sehingga cukup
mewakili seluruh nilai pada data yang bersangkutan (Anton,1981)
Ukuran pemusatan merupakan ukuran yang dapat melihat bagaimana data
tersebut mengumpul, ukuran pemusatan data yaitu mencari sebuah nilai yang
dapat mewakili dari suatu rangkaian data. Adapun istilah lain dari ukuran
pemusatan data adalah ukuran tendensi sentral.
1.2 Maksud dan Tujuan

1. Untuk mengetahui tentang pengertian, penggunaan, sifat, dan rumus dari


mean data tunggal dan data kelompok.
2. Untuk mengetahui tentang pengertian, penggunaan, sifat, dan rumus dari
modus data tunggal dan data kelompok.
3. Untuk mengetahui tentang pengertian, penggunaan, sifat, dan rumus dari
median data tunggal dan data kelompok.
4. Untuk mengetahui tentang pengertian, distribusi frekuensi, sifat, dan
rumus dari kuartil data tunggal dan data kelompok.
5. Untuk mengetahui tentang pengertian, penggunaan, sifat, dan rumus dari
persentil data tunggal dan data kelompok.
6. Untuk mengetahui tentang pengertian, penggunaan, sifat, dan rumus dari
desil data tunggal dan data kelompok.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian, Penggunaan, Sifat, dan Rumus dari Mean Data Tunggal dan
Data Kelompok
Rata-Rata hitung (mean) kadang-kadang disebut juga rata-rata atau rerata.
Mean adalah suatu nilai hasil dari membagi jumlah nilai data dengan
banyaknya data. Mean merupakan nilai yang menunjukan pusat dari nilai data
dan merupakan nilai yang dapat mewakili dari keterpusatan data dan bisa
disebut juga sebagai nilai rata-rata dari data yang sudah ada. Mean merupakan
satu ukuran untuk memberikan gambaran yang lebih jelas dan singkat tentang
sekumpulan data mengenai suatu persoalan. Simbol mean untuk populasi
adalah µ (baca :mu),sedangkan untuk sampel adalah (baca:x bar atau x garis).
Umunya kita lebih terlibat dengan data sampel, maka rerata sampel akan lebih
banyak digunakan.
Rata-rata ada beberapa macam,yaitu rata-rata hitung (aritmatik),rata-rata
geometrik, rata-rata harmonic dan lain lain. Tetapi jika hanya disebut dengan
kata “rata-rata” saja, maka rata-rata yang dimaksud adalah rata-rata hitung
(aritmatik). Rumus untuk menghitung rerata adalah sebagai berikut.
2.1.1 Mean Data Tunggal
Perhitungan rata-rata hitung data tunggal atau mean yaitu dengan cara
menjumlahkan semua data yang ada, lalu kemudia dibagi dengan banyaknya
data.
Rumus :
X = X1 + X2 + X3 + ….Xi atau X = Ʃ Xi
n n

Dimana ƩXi = Nilai tiap data

X = mean

n = data

2
 Contoh soal 1
Apaila da 6 orang mahasiswa mengikuti tes dengan nilai masing-masing :
80,70,90,50,85,60, carilah nilai rata-rata hitungannya (mean)
Jawab :
X= 80+70+90+50+85+60 = 72,5
6
2.1.2 Mean Data Kelompok
Data berkelompok adalah data yang disajikan dalam bentuk kelas-kelas
interval.Setiap kelas biasanya memiliki panjang interval yang sama.
Ada tiga cara menghitung rata-rata data berkelompok, yaitu dengan
menggunakan simpangan rata-rata sementara dan menggunakan kode
(coding), Rumus ketiga cara perhitungan rata-rata data berkelompok tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Menggunakan titik tengah (cara biasa)
X= Ʃ (xi.ƒi)
Ʃ ƒi
2. Menggunakan simpangan rata-rata sementara
k

∑ fidi
X =Xs+ i= Ik
∑ fi
i +I

3. Menggunakan pengkodean (coding)


k

X =Xs+
( )
∑ fici
i=I
k

∑ fi
i=I
p

Keterangan:
x = rata-rata hitungan data kelompok
x¯¯s = Rata-rata sementara
fi = frekuensi data kelas ke-i
xi =nilai tengah kelas ke-i

3
ci = kode kelas ke-i
p = panajang interval
Berikut ini diberikan contoh penggunaan ketiga metode di atas.
Sebanyak 21 orang pekerja dijadikan sampel dan dihitung tinggi badanya .
Data tinggi badan dibuat dalam bentuk kelas-kelas interval. Hasil pengukuran
tinggi badan adalah sebagi berikut.
Tinggi Badan Frekuensi(fi)
151-155 3
156-160 4
161-165 4
166-170 5
171-175 3
176-180 2

Hitunglah rata-rata tinggi badan pekerja dengan menggunakan titik


tengah,simpangan rata-rata sementara dan cara koding!
Jawab:
1) Menggunakan titik tengah (cara biasa)
Proses pengitungan rata-rata dengan menggunakan titik tengah dibantu dengan
menggunakan tabel berikut ini.
TINGGI TITIK FREKUENSI fi·xi
BADAN TENGAH (Xi) (fi)
151-155 153 3 459
156-160 158 4 632
161-165 163 4 652
166-170 168 5 840
171-175 173 3 519
176-180 178 2 356
JUMLAH 21 3458
Dari tabel diatas diperoleh
k k

∑ fi=21 dan ∑ fixi=3458


i=I i=I

Dengan demikian,rata-rata data berkelompok sabagai berikut.

4
k

∑ fixi 3458
X = i=Ik X= =164,67
21
∑ fi
i= I

2) Dengan menggunakan simpangan rata-rata sementara sebelum menghitung


rata-rata data berkelompok menggunakan simpangan rata-rata sementara,kita
terlebih dahulu menetapkan rata-rata sementaranya.misalkan rata-rata
sementara yang lebih kita tetapkan adalah 160. Selanjutnya kita bisa membuat
tabel pengitungan sebagi berikut.
TINGGI TITIK FREKUENSI di = 160-xi fi·di
BADAN TENGAH (fi)
(xi)
151-155 153 3 -7 -21
156-160 158 4 -2 -8
161-165 163 4 3 12
166-170 168 5 8 40
171-175 173 3 13 39
176-180 178 2 18 36
JUMLAH 21 98
Dari tabel diatas diperoleh:
x¯s = 160
k k

∑ fi=21 dan ∑ fidi=98


i=I i=I

Sehingga diperoleh :
98
X = 160 + = 160 + 4,67 = 164,67
21
3). Cara coding
Sama dengan menggunakan simpanan rata-rata sementara,sebelum
menghitung rata-rata dengan cara coding , kita juga harus menetapkan rata-
rata sementara. Namun rata-rata sementara yang kita tetapkan harus sama
dengan salah satu nilai tengah salah satu kelas interval. Misalkan kita
menetapkan rata-rata sementara adalah nilai tengah kelas keempat,yaitu 168.
Dengan begitu kita bisa membuat tabel dan pengkodean seperti dibawah ini.

5
TINGGI TITIK FREKUENSI Coding (ci) fi·ci
BADAN TENGAH (fi)
(xi)
151-155 153 3 -3 -9
156-160 158 4 -2 -8
161-165 163 4 -1 -4
166-170 168 5 0 0
171-175 173 3 1 3
176-180 178 2 2 4
JUMLAH 21 - -14
Pengkodean dimulai dari angka 0 untuk kelas interval dimana rata-rata sementara
ditetapkan. Kemudian dengan kelas sebelumnya berturut-turut menjadi angka
negative(-1,-2,-3,-4 dst)

2.2 Pengertian, Penggunaan, Sifat, dan Rumus dari Modus Data Tunggal dan
Data Kelompok
Modus dapat didefinisakan sebagai nilai yang paling sering muncul. Untuk
mengitung nilai modus pada data tidak dikelompokan tidak sulit yaitu dengan
menghitung secara manual berapa banyak nilai pengamatan yang paling sering
muncul. Menyatakan fenomena yang paling banyak terjadi atau paling banyak
terdapat digunakan ukuran modus disingkat Mo. Modus untuk data kuantitatif
ditentukan dengan jalan menentukan frekuensi terbanyak diantara data itu.
2.2.1 Modus Data Tunggal
Contoh: nilai IPA di suatu STPA yang telah diurutkan adalah ;
4,4,5,5,5,5,6,6,6,6,6,7,7,7,7,7,7,7,7,7,8,8,8,8,8,9,9,9,9
Frekuensi terbanyak ialah f = 9, terjadi pada data bernilai 7,maka Mo =7

2.2.2 Modus Data Kelompok


Rumus:

Mₒ = Bb + P ( f 1+f f 2 )
Dimana :
Mₒ : Modus
Bb : Batas bawah kelas yang mengandung nilai modus

6
P : Panjang kelas
F₁ : Selisih antara nilai frekuensi di kelas modus (f) dengan frekuensi
sebelum kelas modus (fsb)
F₂ : Selisish antara nilai frekuensi di kelas modus (f) dengan frekuensi
sesudah kelas modus (fsd)
Langkah-langkah mencari nilai modus untuk data kelompok sebagai
berikut :
a. Carilah nilai frekuensi yang terbanyak untuk dijadikan kelas modus
b. Carilah batas bawah kelas modus (Bb)
c. Hitung panjang kelas modus (P)
d. Carilah : F1 = f – fsb
e. Carilah : F2 = f – fsd
f. Menghitung modus

Contoh soal 4 :

Diketahui nilai ujian periklanaan kelas selasa pagi ruangan R.506 di


Fakultas Ilmu Komunikasi tahun 2018 yang dilakukan oleh 65 orang
mahasiswa. Berapa modus dari nilai statistika?
Tabel 1.3
Distribusi Frekuensi Nilai Ujian Perikllanan

No. Interval Frekuensi


Kela Kelas
s
1. 25-34 6
2. 35-44 8
3. 45-54 11
4. 55-64 14
5. 65-74 12
6. 75-84 8
7. 85-94 6

7
65

Langkah-langkah menjawab :

a) Mencari nilai frekuensi (f) yang terbanyak, yaitu sejulah 14. Sehingga nilai
modus terletak di interval kelas ke-4
b) Menentukan batas bawa kelas modus (Bb):
Bb = 55 – 0,5 = 54,5
c) Menentukan panjang kelas modus
P = 55 sampai 64 = 9
d) Menghitung nilai F1
F1 = f-fab = 14-11 = 3
e) Menghitung nilai F2
F2 = f-fsd = 14-12 = 2
f) Menghitung nilai modus

Mₒ = Bb + P ( f 1+f f 2 ) = = 54,5 + 9 ( 3+23 ) = 59,9


2.3 Pengertian, Penggunaan, Sifat, dan Rumus dari Median Data Tunggal
dan Data Kelompok

Median dapat di definisikan sebagai nilai tengah yang memisahkan data yang
tinggi dan data yang rendah. Median menetukan letak data setelah data
diurutkan menurut urutan nilainya. Median disingkat dengan Me,terletak
ditengah-tengah 50% dari data itu harganya paling tinggi Me,sedangkan 50%
lagi harganya paling rendah = Me. Jika data yang tidak dikelompokan dan
data di kelompokkan secara berurutan dinyatakan sebagimana persamanan
berikut.

2.3.1 Median Data Tunggal


n−1
- Untuk data ganjil Me = X =
2

8
Contoh :data setelah diurutkan 3,3,4,4,4,5,5,6,6,7,8,8,8,8,8,8,8,9,9; data
paling tengah bernilai 7, jadi Me = 7
n n
x +X
- Jika data banyak genap, maka Me = 2 2+1 .
2
Contoh: setelah data disusun menurut nilainya sama dengan rata-rata dari
dua data tengah
Contoh:3,4,4,5,5,5,6,7,7,8,8,9
1
Me = ( 5+6 ) =5,5
2
2.3.2 Median Data Kelompok
Untuk data yang telah disusun dalam daftar distribusi frekuensi,median
dihitung dengan rumus:
1
Me = b + p 2
(
( n )−F
f )
Diamana :
b = batas bawah kelas median,ialah kelas dimana median akan terletak
p = panjang kelas median
n = ukuran sampel atau banyaknya data
F = jumlah semua frekuensi sebelum kelas median
f = frekuensi kelas median
contoh: hitunglah median data-data nilai ujian statistik dasar untuk 80
mahasiswa yang tersusun pada tabel berikut:

NO NILAI UJIAN Fi
1 31-40 3
2 41-50 5
3 51-60 10
4 61-70 16
5 71-80 24
6 81-90 17
7 91-100 5
JUMLAH 80

9
1 1
Setengah dari seluruh data: (n) = ( 80 )=40, median akan terletak pada
2 2
kelas interval kelima,karena sampai kelas interval keempat jumlah
frekuensi baru 34,berarti ke-40 termasuk di dalam kelas interal
kelima,sehingga;b = 70,5.p = 10,n = 80,F = 3+5+10+16=34,f = 24

Me = 70,5 + 10 ( 40−34
24 )
= 73

2.4 Pengertian, Distribusi Frekuensi, Sifat, dan Rumus dari Kuartil Data
Tunggal dan Data Kelompok
Secara umum kuartil merupakan sekumpulan data yang dibagi menjadi
empat bagian yang sama banyak, sesudah disusun menurut urutan nilainya,
maka bilangan pembaginya disebut kuartil. Pengertian kuartil di atas juga
didukung oleh Andi (2007:80) menyebutkan, nilai kuartil merupakan nilai dari
sekumpulan nilai data yang dibagi menjadi empat bagian yang sama, dan yang
membagi data tersebut dinamakan kuartil. Selain itu juga terdapat pengertian
lainnya yang menyebutkan kuartil merupakan nilai atau angka yang membagi
data terkecil sampai data terbesar atau sebaliknya dari data terbesar sampai
data terkecil, (Akdon dan Ridwan, 2009:104).
Menurut Andi (2007: 80), menyebutkan ada tiga buah kuartil, yakni kuartil
pertama, kuartil kedua, dan kuartil ketiga yang masing-masing disingkat
dengan K1, K2, dan K3. Pemberian nama itu dimulai dari nilai kuartil palig
kecil. Untuk menentukan niali kuartil dapat dilakukan dengan dua kategori
yaitu, nilai kuartil yang belum dikelompokkan (data tunggal), dan juga data
yang sudah dikelompokkan (data kelompok).

2.4.1 Kuartil Data Tunggal


Menurut Andi (2007: 80), pada bukunya menyebutkan untuk menentukan
nilai kuartil yang belum dikelompokkan (data tunggal) memiliki beberapa
langkah-langkah, yaitu sebagai berikut:
a. Langkah pertama menyusun data, dengan mengurutkan data dimulai dari
yang terkecil sampai yang terbesar.

10
b. Menentukan letak kuartil yang diminta dengan menggunakan rumus:

i(n+1)
Ki =
4

Keterangan:
Ki = kuartil ke-i
n = jumlah data
i = letak kuartil
Berikut ini adalah contoh dari kuartil data tunggal dengan data
perumpamaan nilai statistic 1 sebanyak 10 mahasiswa: 60, 80, 90, 70, 85,
95, 75, 65, 50, 55. Tentukanlah nilai K1 dan K3.

Langkah penyelesaian:

1) Mengurutkan data dari yang terendah (terkecil) sampai terbesar


(tertinggi). 50, 55, 60, 65, 70, 75, 80, 85, 90, 95
2) Tentukan letak kuartil K1 dan K3 dengan penjelasan seperti di bawah ini.
a) Menentukan K1

i(n+1)
Ki =
4

1(10+1)
Ki =
4

11
Ki = = 2,75
4

Dari hasil di atas, maka data ke 2,75 berada diantara data 2 dan 3 sehingga
menjadi seperti berikut:

K1 = data ke- 2 + 0,75 (data ke- 3 – data ke- 2)


K1 = 55 + 0,75 (60 - 55)
K1 = 55 + 3,75
K1 = 58,5

11
Berdasarkan hasil perhitungan di atas, maka posisi K1 menunjukkan nilai
58,5.

a) Menentukan K3

i(n+1)
K3 =
4
3(10+3)
K3 =
4
3(11)
K3 = = 8,25
4
Dari hasil di atas, maka data ke 8,25 berada diantara data 8 dan 9 sehingga
menjadi seperti berikut:

K3 = data ke- 8 + 0,25 (data ke- 9 – data ke- 8)


K3 = 85 + 0,25 (90 – 85)
K3 = 85 + 1,25
K3 = 86, 25
Berdasarkan hasil perhitungan di atas, maka posisi K3 menunjukkan nilai
86,25

2.4.2 Kuartil Data Berkelompok


Mencari kuartil dalam bentuk data berkelompok terlebih dahulu adanya
tabel distribusi frekuensi. Hal ini juga disampaikan oleh Ridwan (2009:
106), menyebutkan bahwa mencari kuartil data kelompok haruslah dibuat
susunan distribusi frekuensi terlebih dahulu, dalam hal ini semata-mata
untuk mempermudah perhitungan.
Setelah tabel distribusi terbentuk, maka dilanjutkan dengan mencari nilai
kuartil dengan rumus yang diungkapkan Andi (2007: 81), seperti berikut:

Keterangan:
b = tepi bawah interval kelas Ki (b = batas bawah – 0,5)

12
p = panjang kelas interval
i = letak Ki
n = banyak data
F = frekuensi kumulatif sebelum kelas Ki
f = frekuensi pada kelas Ki
Berikut ini adalah contoh dari kuartil data kelompok, buatlah tabel distribusi
frekuensi dan hitunglah kuartil K1 dari data di bawah ini:

Nilai statistik F F kumulatif


29-38 1 1
39-48 3 4
49-58 3 7
59-68 12 19
69-78 22 41
79-88 23 64
89-98 16 80
Jumlah 80 -
Langkah-langkah menentukan nilai K1
Berdasarkan tabel di atas, maka letak K1 dapat dihitung seperti di bawah ini:
(1) Menentukan letak kelas interval
i
Ki = .n
4
1
Ki = . 80
4
Ki = 20
Dari hasil perhitungan di atas, maka data ke- 20 berada pada kelas 69-78
atau terletak pada kelas interval ke- 5.
(2) Menentukan batas bawah

1
b = ( bk interval ke−5+ bk interval ke−4)
2
1
b= (69+68)
2
b = 68,5
Berdasarkan hal di atas, maka langkah selanjutnya adalah memasukkan
angka-angka tersebut ke dalam rumus untuk mencari nilai K1

13
Jadi, berdasarkan dari perhitungan di atas, maka nilai kuartil K1 yang
didapat adalah: 68, 95.

2.5 Pengertian, Penggunaan, Sifat, dan Rumus dari Persentil Data Tunggal
dan Data Kelompok
Persentil adalah sekumpulan data yang dibagi menjadi 100 bagian yang
sama akan menghasilkan 99 pembagi berturut-turut yang dinamakan
persentil pertama, persentil kedua, ......, persentil ke - 99. Penjelasan di atas
juga didukung oleh Riduwan (2009:114), menyatakan persentil (Ps) ialah
nilai yang membagi data menjadi 100 bagian yang sama. Setelah disusun
dari angka terkecil sampai ke yang terbesar. Harga persentil ada 99 bagian
yaitu Ps1, Ps2, Ps3, ....., Ps99. Penjelasan lain juga disampaikan oleh Andi
(2007: 85), menyatakan nilai persentil merupakan nilai yang sekumpulan
data yang dibagi menjadi seratus bagian yang sama, dan yang membagi data
tersebut. Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat dikatakan bahwa
persentil merupakan nilai dari sekumpulan data yang dibagi menjadi 100
bagian yang sama. Selain itu persentil memiliki 99 bagian, dimulai dari Ps1
sampai dengan Ps99. Menurut Andi (2007: 85), untuk menentukan nilai-
nilai persentil tersebut dapat dibagi menjadi dua yaitu data yang belum
dikelompokkan (data tunggal) dan data yang sudah dikelompokkan (data
kelompok).
2.5.1 Persentil Data Tunggal

14
Menurut Andi (2007:82) pada bukunya menyebutkan untuk menentukan
nilai persentil yang belum dikelompokan (data tunggal), memiliki
beberapa langkah-langkah :
1) Langkah pertama menyusun data, dengan mengurutkan data dimulai
dari yang terkecil sampai yang terbesar.
2) Menentukan letak persentil yang diminta dengan rumus :
i(n+1)
Pi =
100
Keterangan :
Pi = persentil ke-i
n = jumlah data
i = urutan persentil
Perhatikanlah contoh berikut ini tentang data tunggal dengan
perumpamaan nilai statistik I sebanyak 12 mahasiswa : 50, 55 ,60 ,80 ,90 ,
70 ,85 ,95 ,75 ,70 ,70 ,65. Tentukanlah nilai persentil Ps22 dan Ps73
Langkah penyelesaian:
1) Mengurutkan data dari yang terendah sampai tertinggi
2) Menentukan Ps22
i(n+1)
Psi =
100
22(12+ 1)
Ps22 =
100
286
Ps22 = = 2,86
100
Dari hasil perhitungan diatas, maka data ke- 2,86 berada antara 2 dan 3
sehingga menjadi seperti berikut ini :
Ps22 = data ke-2 + 0,86 (data ke 3 – data ke 2)
Ps22 = 55 + 0,86 (60-55)
Ps22 = 55 + 4,3
Ps22 = 59,3
Berdasarkan hasil perhitungan diatas, posisi Ps 22 menunjukan nilai
59,3.

15
3) Menentukan Ps73
i(n+1)
Ps73 =
100
73(12+1)
Ps73 =
100
949
Ps73 = = 9,49
100
Dari hasil perhitungan diatas, maka data ke- 9,49 berada antara 9 dan
10 sehingga menjadi seperti berikut ini :
Ps73 = data ke-9 + 0,49 (data ke 10 – data ke 9)
Ps73 = 80 + 0,49 (85-80)
Ps73 = 80 + 2,45
Ps73 = 82,45
Berdasarkan hasil perhitungan diatas, posisi Ps 73 menunjukan nilai
82,45.
2.5.2 Persentil Data Kelompok
Mencari persentil dalam bentuk data berkelompok terlebih dahulu dengan
adanya tabel distribusi frekuensi. Hal ini juga disampaikan oleh Riduwan
(2009: 116), menyebutkan bahwa mencari persentil data berkelompok
haruslah dibuat susunan distribusi frekuensi terlebih dahulu, dalam hal ini
semata-mata untuk mempermudah perhitungan. Selain itu, Riduwan juga
menerangkan langkah-langkah pembuatan tabel distribusi frekuensi (2009:
116), yaitu :
1) Menyusun data dari yang terkecil sampai terbesar
2) Menghitung rentang (range)
3) Jumlah kelas
4) Dan panjang kelas intervalnya
Setelah tabel distribusi terbentuk, maka dilanjutkan dengan mencari nilai
persentil dengan rumus yang diungkapkan Andi (2007:86) :

16
Keterangan :

Psi = Persentil ke-


b = Tepi bawah interval kelas Psi ( b = batas bawah – 0,5)
p = Panjang kelas interval
i  = Letak Psi
n = Banyak data
F = Frekuensi kumulatif sebelum kelas Psi
f  = Frekuensi pada kelas Psi
Berikut ini adalah contoh dari persentil data berkelompok, buatlah tabel
distribusi dan hitunglah persentil Ps20 dari data nilai statistik I dibawah
ini:
Nilai statistik F F kumulatif
29-38 1 1
39-48 3 4
49-58 3 7
59-68 12 19
69-78 22 41
79-88 23 64
89-98 16 80
Jumlah 80 -
Langkah – langkah menentukan nilai Ps20
1) Menentukan letak kelas interval dari nilai Ps20
i
Psi = .n
100
20
Ps20 = . 80 = 16
100
Dari hasil perhitungan di atas, maka data ke- 16 berada pada kelas 59-68
atau  terletak pada kelas interval ke- 4.
2) Menentukan batas bawah

17
3) Berdasarkan hal diatas, maka langkah selanjutnya adalah memasukan
angka-angka tersebut ke dalam rumus untuk mencari nilai Ps20

Jadi berdasarkan dari perhitungan di atas, maka nilai dari persentil Ps20
yang didapat adalah 66.
2.6 Pengertian, Penggunaan, Sifat, dan Rumus dari Desil Data Tunggal dan
Data Kelompok
Jika sekumpulan data dibagi menjadi 10 bagian yang sama, maka didapat
sembilan pembagi dan tiap pembagi dinamakan desil. Karenanya ada
sembilan buah desil, ialah D1, D2, …, D9. Hal ini diperkuat oleh Ridwan
(2009: 111) menyatakan desil (Ds) ialah nilai atau angka yang membagi data
yang menjadi 10 bagian yang sama, setelah disusun dari data terkecil sampai
data terbesar atau sebaliknya.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka data diartikan bahwa desil (Ds)
merupakan angka yang membagi data menjadi 10 bagian yang sama setelah
melalui penyusunan data terlebih dahulu. Data itu dapat disusun dimulai dari
angka terkecil sampai dengan angka terbesar. Menurut Riduwan (2009: 111),
menyebutkan bahwa cara mencari desil hampir sama dengan mencari kuartil
hanya bedanya terletak pada pembagian saja. Harga-harga desil di wakili
dengan: D1, D2, D3,………. D9. Untuk menentukan nilai desil dapat
dilakukan dengan dua kategori yaitu, nilai desil yang belum dikelompokkan
(data tunggal), dan juga data yang sudah dikelompokkan (data kelompok).
2.6.1 Desil Data Tunggal

18
Menurut Andi (2007: 82), pada bukunya menyebutkan untuk menentukan
nilai desil yang belum dikelompokkan (data tunggal).
1) Langkah pertama menyusun data, dengan mengurutkan data dimulai dari
yang terkecil sampai yang terbesar.
2) Menentukan letak desil yang diminta dengan menggunakan rumus:
i(n+1)
Di =
10
Keterangan:
Di= desil ke- i
n = jumlah data
i = urutan desil
Berikut ini adalah contoh dari desil data tunggal : dengan data
perumpamaan nilai statistik 1 sebanyak 10 mahasiswa: 60, 80, 90, 70, 85,
95, 75, 65, 70, 65. Tentukanlah nilai desil Ds3 dan Ds6.
Langkah penyelesaian :
1) Mengurutkan data dari yang terendah (terkecil) sampai terbesar (tertinggi).
60, 65, 65, 70, 70, 75,70, 85, 90, 95
2) Tentukan letak desil Ds3 dan Ds6 dengan penjelasan seperti di bawah ini:
a) Menentukan Ds3
3(10+1)
Ds3 =
10
33
Ds3 = = 3,3
10
Dari hasil di atas, maka data ke 3,3 berada di antara data 3 dan 4 sehingga
menjadi seperti berikut:
Ds3 = data ke -3 + 0,30 (data ke- 4 – data ke- 3)
Ds3 = 65 + 0,30 (70 – 65)
Ds3 = 65 + 1,5
Ds3 = 66,5
Berdasarkan hasil perhitungan di atas, maka posisi Ds3 menunjukkan nilai
66,5.
b) Menentukan Ds6

19
6(10+1)
Ds6 =
10
66
Ds6 = = 6,6
10
Dari hasil di atas, maka data ke- 6,6 berada di antara data 6 dan 7 sehingga
menjadi seperti berikut:
Ds6 = data ke- 6 + 0,6 (data ke- 7 data ke- 6)
Ds6 = 75 +0,6 (80 – 75)
Ds6 = 75+3
Ds6 = 78
Berdasarkan hasil perhitungan di atas, maka posisi Ds6 menunjukkan nilai
78.
2.6.2 Desil Data Kelompok

Mencari desil dalam bentuk data berkelompok terlebih dahulu dengan


adanya tabel distribusi frekuensi. Hal ini juga disampaikan oleh Riduwan
(2009: 112), menyebutkan bahwa mencari desil data berkelompok
haruslah dibuat susunan distribusi frekuensi terlebih dahulu, dalam hal ini
semata-mata untuk mempermudah perhitungan. Selain itu (Riduwan 2009:
112) juga menerangkan langkah-langkah pembuatan tabel distribusi
frekuensi, sebagai berikut.

1) Menyusun data dari yang terkecil sampai yang terbesar


2) Menghitung rentang (range)
3) Jumlah kelas
4) Dan panjang kelas intervalnya.

Setelah tabel distribusi frekuensi terbentuk, maka dilanjutkan dengan


mencari nilai desil dengan rumus yang diungkapkan Andi (2007: 83),
seperti berikut:

20
Keterangan:
b = tepi bawah interval kelas Dsi (b = batas bawah – 0,5)
p = panjang kelas interval
i = letak Dsi
n = banyak data
Fk = frekuensi kumulatif sebelum kelas Dsi
F = frekuensi pada kelas Dsi
Berikut ini adalah contoh dari desil data berkelompok, buatlah tabel
distribusi frekuensi dan hitunglah desil Ds7 dari data nilai statistik 1 di
bawah ini:

Nilai statistik F F kumulatif


29-38 1 1
39-48 3 4
49-58 3 7
59-68 12 19
69-78 22 41
79-88 23 64
89-98 16 80
Jumlah 80 -

Langkah-langkah menentukan nilai Ds7 :

a) Menentukan letak kelas interval


i
Dsi = .n
10
7
Ds7 = . 80 = 56
10

21
Dari hasil perhitungan diatas, maka data ke- 56 berada pad akelas 79-88
atau terletak pada interval ke-6
b) Menentukan batas bawah
1
b = ( bk interval ke−6 +bk interval ke−5)
2
1
b = (79+78)
2
b = 78,5
c) Masukan angka tersebut ke dalam rumus umum untuk mencari nilai Ds7
7
Ds7 = 78,5 + 10 {( .80 ¿−Fk }
10
23
Ds7 = 78,5 + 10 (0,65)
Ds7 = 78,5 + 6,5
Ds7 = 85
Jadi berdasarkan perhitungan diatas, maka nilai desil Ds7 yang didapat
adalah 85.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Ukuran pemusatan adalah sembarang ukuran yang menunjukan pusat
segugus data,yang telah diurutkan dari yang terkecil sampai yang terbesar.
Kegunaannya adalah untuk membandingkan dua (populasi).
Macam-macam ukuran pemusatan data yaitu:

22
- Mean adalah suatu nilai hasil dari membagi jumlah nilai data dengan
banyaknya data.
- Modus dapat didefinisakan sebagai nilai yang paling sering muncul.
- Median dapat di definisikan sebagai nilai tengah yang memisahkan data
yang tinggi dan data yang rendah.
- Kuartil merupakan nilai atau angka yang membagi data terkecil sampai
data terbesar atau sebaliknya dari data terbesar sampai data terkecil.
- Persentil merupakan nilai yang sekumpulan data yang dibagi menjadi
seratus bagian yang sama, dan yang membagi data tersebut.
- Desil (Ds) merupakan angka yang membagi data menjadi 10 bagian
yang sama setelah melalui penyusunan data terlebih dahulu.

DAFTAR PUSTAKA

Lembaga Perpustakaan dan Penerbitan Universitas Muhamadiyah Makasar,


STATISTIKA DASAR, Makasar, 2017.

Siregar, S. (2015). Statistika Terapan Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta:


Kencana

23
24

Anda mungkin juga menyukai