• Organ-organ reproduksi unggas jantan terdiri dari :
a. Sepasang testes, b. Ductus/ vas deferens dan c. Papilla/hemipeni. • Testes unggas berwarna putih kekuning-kuningan dan banyak terdapat pembuluh darah. • Letak testes di dalam rongga perut bagian atas yaitu antara paru-paru dan ginjal • Unggas tidak mempunyai scrotum seperti pada mamalia. • Pada testes terdapat kumpulan pipa mani yang disebut epididimis dan berfungsi untuk memproduksi spermatozoa. • Selanjutnya spermatozoa yang telah diproduksi akan disalurkan melalui duktus deferens. • Pada waktu melakukan perkawinan, unggas jantan menempelkan cloacanya dengan cloaca unggas betina dan semen disalurkan lewat papilla/ hemipeni. Lokasi copulasi /tempat masuknya sperma • Spermatozoa akan berenang dengan kekuatannya sendiri dan dengan bantuan kontraksi peristaltik dari oviduct menuju uterovaginal junction yaitu tempat penyimpanan sperma. • Sebagian spermatozoa akan bergerak terus menuju saluran reproduksi paling atas yaitu pada infundibulum dan selanjutnya disimpan pada sarang sperma di dalam fimbria. • Pada waktu ovulasi, telur/yolk yang sudah masak akan jatuh ke infundibulum. • Pada saat tersebut beberapa spermatozoa akan keluar dari sarangnya dan melakukan penetresi pada bagian germinal disk (blastoderm) dari telur dengan menggunakan kepalanya. • Tetapi hanya satu spermatozoa yang dapat membuahi sehingga dihasilkan telur yang fertil. • Spermatozoa dapat bertahan hidup pada saluran reproduksi betina sekitar 5-20 hari. • Semakin lama berdiam di uterus, semakin sedikit jumlah spermatozoa yang hidup Hormon-hormon yang berpengaruh pada reproduksi unggas • Hormon ini berperan merangsang 1. Gonadotrophic ovarium untuk memproduksi Hormone (GH) hormon seks jantan yaitu androgen, sehingga jengger dan pial unggas (ayam) dapat tumbuh dan berkembang serta berwarna merah. • Pada unggas jantan hormon ini berperan dalam perkembangan testes, sekresi androgen dan produksi semen serta merangsang mating behavior. 2. Folicle • FSH berfungsi merangsang Stimulating perkembangan folikel dari folikel kecil Hormone menjadi besar. (FSH) • Selain itu FSH juga merangsang ovarium untuk mensekresi hormon estrogen dan progesteron
3. Luteinizing Hormon ini berperan pada saat
Hormone ovulasi yaitu proses pemasakan (LH). yolk.
4. Oxytocin Hormon ocytocin berfungsi dalam
Hormone. proses oviposisi (pengeluaran telur). 5. Estrogen Hormon estrogen mempunyai Hormone beberapa fungsi yaitu: Meningkatkan kadar Ca, protein dan vitamin dalam darah Membantu perkembangan oviduct, peregangan tulang pubis dan pembesaran vent
6. Proges- Hormon progesteron berfungsi
teron Hor- merangsang hormon Releasing Factor mone. untuk mensekresi LH dan progesteron juga berperan dalam mengontrol sekresi albumen 7. Hormon Hormon ini berperan pada saat Prolaktin unggas mengeram, merangsang tembolok (crop sac) untuk menghasilkan susu tembolok (crop milk) dan mengatur deposisi lemak khususnya pada unggas yang mengalami migrasi (migratory birds) Pengaruh penyinaran terhadap siklus reproduksi unggas Sinar matahari maupun sinar buatan sangat berpengaruh terhadap sistem saraf unggas, sehingga hal ini akan berpengaruh juga pada sekresi hormon-hormon terutama hormon yang mengatur sistem reproduksi) Semakin lama cahaya diterima per hari oleh ayam betina, semakin cepat ayam tersebut mencapai dewasa kelamin dan telur yang dihasilkan berukuran kecil. Sebaliknya apabila waktu penyinarannya pendek, maka dewasa kelaminnya lambat dan produksi telurnya rendah. • Beberapa ahli menyarankan penggunaan cahaya sebaiknya 14 - 16 jam/hari. • Jika penyinaran diberikan pada pukul 05.00 - 19.00, maka oviposisi (pengeluaran telur) terjadi pada pagi hari. • Oviposisi selanjutnya akan terjadi setiap 25 - 27 jam berikutnya, karena ovulasi selanjutnya terjadi 15- 30 menit setelah oviposisi. • Apabila oviposisi terjadi pada sore hari (pukul 16.00), maka keesokan harinya tidak akan terjadi oviposisi (ayam tidak bertelur), karena ovulasi berikutnya tertunda. • Hal ini disebabkan sekresi LH berlangsung 8 jam sebelum ovulasi berikutnya dan sekresi LH terjadi pada saat hari gelap. Berdasarkan hal ini timbul istilah produksi telur dalam satu clutch artinya jumlah telur yang dihasilkan dalam hari-hari yang berurutan Bentuk dan ukuran telur • Bentuk telur sangat dipengaruhi oleh faktor genetik. • Bentuk telur yang tidak sempurna dapat disebabkan oleh tidak normalnya oviduct. • Contoh telur yang tidak sempurna adalah: kerabang telur yang tipis, kerabang telur berlubang, telur tanpa kerabang dan lain-lain Ukuran telur tergantung dari beberapa faktor yaitu: • Umur produksi, yaitu pada awal produksi ukuran telur lebih kecil dibandingkan dengan produksi berikutnya. Semakin lama berproduksi semakin besar ukuran telur samai pada ukuran strandar tetapi pada akhir produksi ukuran telur akan kecil lagi. • Genetik, hal ini berhubungan dengan besarnya yolk yang dihasilkan. Semakin besar yolk yang dibentuk, semakin besar ukuran telur yang dihasilkan. • Pakan, terutama kandungan proteinnya karena asam amino (lysine) sangat berpengaruh terhadap berat kuning telur. • Temperatur lingkungan. Semakin tinggi temperatur lingkungan, semakin kecil ukuran telur karena temperatur yang tinggi mengurangi konsumsi pakan Telur konsumsi dan telur bibit
• Ayam tanpa pejantan akan tetap bertelur bila
umur dan pakan yang diberikan memenuhi kebutuhannya. • Telur yang dihasilkan dengan tanpa pejantan disebut telur konsumsi • Sebaliknya telur yang dihasilkan melalui perkawinan disebut telur bibit. • Perbedaan kedua jenis telur dapat diketahui setelah melalui masa inkubasi pada proses penetasan