Anda di halaman 1dari 11

Laporan Praktikum

HISTOEMBRIOLOGI
SIKLUS REPRODUKSI
PRAKTIKUM 1:PENGAMATAN SIKLUS ESTRUS HAMSTER

DISUSUN OLEH
NAMA : WAHYUNI
NIM :F05112025
KELOMPOK: 1

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2015

PENGAMATAN SIKLUS ESTRUS HAMSTER


A. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum kali ini adalah mengamati siklus estrus hamster
B. Dasar teori
Sistem reproduksi memiliki 4 dasar yaitu untuk menghasikan sel telur
yang membawa setengah dari sifat genetik keturunan, untuk menyediakan tempat
pembuahan selama pemberian nutrisi dan perkembangan fetus dan untuk
mekanisme kelahiran. Lokasi sistem reproduksi terletak paralel diatas rektum.
Sistem reproduksi dalam terdiri dari ovari, oviduct, dan uterus (Shearer, 2008).
Daur estrus, terutama pada polyestrus dapat dibedakan atas tahap :
proestrus, estrus, dan diestrus. Proestrus adalah periode pertumbuhan folikel dan
dihasilkannya banyak estrogen. Estrogen ini merangsang pertumbuhan selluler
pada alat kelamin tambahan, terutama pada vagina dan uterus. Estrus merupakan
klimaks fase folikel. Pada masa inilah betina siap menerima jantan, dan pada saat
ini pula terjadi ovulasi. Waktu ini betina jadi berahi atau panas. Ciri-ciri dari fase
siklus estrus tersebut adalah sebagai berikut :
1. Proestrus : terdapat sel epitel biasa
2. Estrus : terdapat sel menanduk (cornified)
3. Diestrus : terdapat sel epitel biasa dan banyak leukosit
4.Matestr Perbedaan siklus estrus dan menstruasi, diantaranya terletak(tim
pengajar, 2010)
Pada fase-fase yang terjadi. Pada siklus estrus fase yang terjadi, yaitu:
1. Proestrus,
Folikel mengalami pemasakan akhir. Pada fase proestrus ovarium terjadi
pertumbuhan folikel dengan cepat menjadi folikel pertumbuhan tua atau disebut
juga dengan folikel de Graaf. Pada tahap ini hormon estrogen sudah mulai banyak
dan hormon FSH dan LH siap terbentuk. Pada apusan vaginanya akan terlihat selsel epitel yang sudah tidak berinti (sel cornified) dan tidak ada lagi leukosit. Sel
cornified ini terbentuk akibat adanya pembelahan sel epitel berinti secara mitosis
dengan sangat cepat sehingga inti pada sel yang baru belum terbentuk sempuna

bahkan belum terbentuk inti dan sel-sel baru ini berada di atas sel epitel yang
membelah, sel-sel baru ini disebut juga sel cornified (sel yang menanduk). Sel-sel
cornified ini berperan penting pada saat kopulasi karena sel-sel ini membuat
vagina pada mencit betina tahan terhadap gesekan penis pada saat kopulasi.
Perilaku mencit betina pada tahap ini sudah mulai gelisah namun keinginan untuk
kopulasi belum terlalu besar. Fase ini terjadi selama 12 jam. Setelah fase ini
berakhir fase selanjutnya adalah fase estrus dan begit selanjutnya fase akan
berulang.
2. Estrus,
Terjadi ovulasi (mirip periodesexual receptivity pada sebagian besar
hewan). Hipotalamus terstimulasi untuk melepaskan gonadotropin-releasing
hormone (GRH). Estrogen menyebabkan pola perilaku kawin pada mencit,
gonadotropin menstimulasi pertumbuhan folikel yang dipengaruhi follicle
stimulating hormone (FSH) sehingga terjadi ovulasi. Kandungan FSH ini lebih
rendah jika dibandingkan dengan kandungan luteinizing hormone (LH) maka jika
terjadi coitus dapat dipastikan mencit akan mengalami kehamilan.
Fase estrus merupakan periode ketika betina reseptif terhadap jantan dan
akan melakukan perkawinan, mencit jantan akan mendekati mencit betina dan
akan terjadi kopulasi. Mencit jantan melakukan semacam panggilan ultrasonik
dengan jarak gelombang suara 30 kHz 110 kHz yang dilakukan sesering
mungkin selama masa pedekatan dengan mencit betina, sementara itu mencit
betina menghasilkan semacam pheromon yang dihasilkan oleh kelenjar preputial
yang diekskresikan melalui urin. Pheromon ini berfungsi untuk menarik perhatian
mencit jantan. Mencit dapat mendeteksi pheromon ini karena terdapat organ
vomeronasal yang terdapat pada bagian dasar hidungnya (Gilbert, 1994).
Pada fase estrus yang dalam bahasa latin disebut oestrus yang berarti
kegilaan atau gairah (Campbell et al, 2004). Hipotalamus terstimulasi untuk
melepaskan gonadotropin-releasing hormone (GRH). Estrogen menyebabkan pola
perilaku kawin pada mencit. Gonadotropin menstimulasi pertumbuhan folikel
yang dipengaruhi follicle stimulating hormone (FSH) sehingga terjadi ovulasi
(Gilbert, 1994).
3. Metestrus,

Terjadi pembentukan corpus luteum. Pada ovarium korpus luteum


dibentuk

secara

aktif,

terdapat

sel-sel

leukosit

yang

berfungsi

untuk

menghancurkan dan memakan sel telur tersebut. Fase ini terjadi selama 6 jam.
Pada tahap ini hormon yang terkandung paling banyak adalah hormon progesteron
yang dihasilkan oleh korpus leteum.
4. Diestrus,
Corpus luteum berfungsi optimal. Tahap ini terjadi selama 2-2,5 hari. Pada
tahap ini terbentuk folikel-folikel primer yang belum tumbuh dan beberapa yang
mengalami pertumbuhan awal. Hormon yang terkandung dalam ovarium adalah
estrogen meski kandungannya sangat sedikit. Monoestrus dalam 1 tahun hanya
mengalami 1x siklus estrus (anjing, serigala,beruang). Poliestrus dalam 1 tahun
mengalami lebih dari 1x siklus estrus (babi, manusia, sapi). Poliestrus musiman,
siklus estrus terjadi lebih dari 1x tetapi hanya pada musim tertentu saja, misalnya
pada musim gugur (kambing, domba & rusa), pada musim semi (kuda &
hamster). Dalam satu siklus estrus, terjadi perubahan kandungan hormon E2 dan
LH, tertinggi dicapai pada fase estrus dan terendah dicapai pada fase diestrus
bersamaan dengan terdapatnya folikel antral besaran korpus luteum dalam
ovarium. Berat, diameter, tebal dinding dan struktur histologi organ penyusun
saluran reproduksi mengalami perubahan yang sejalan dengan perubahan
kandungan hormon (Sitasiwi, 2000).
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap estrus adalah histologi dan
fungsi hipotalamus serta hipofisis dalam kaitannya dengan proses reproduksi,
terjadinya pubertas pada hewan betina termasuk faktor-faktor yang mempengaruhi
siklus estrus serta proses pembentukan sel kelamin (gametogenesis). Selain itu
terdapat faktor-faktor lain yang lebih berpengaruh yaitu hormon (Gilbert,1994).
Pada kondisi hiperglikemik terjadi peningkatan lama siklus estrus maupun
lama waktu tiap tahap dalam siklus estrus. Kondisi hiperglikemik pada sistem
reproduksi betina dapat berpengaruh terhadap fungsi folikel ovarium. Keadaan
hiperglikemik mempengaruhi transport glukosa dalam ovarium dan produksi
estrogen yang dihasilkan oleh folikel ovarium sehingga kadar estrogen dalam
tubuh menjadi rendah ( utami, 2009).

Reproduksi hamster
Jenis Kelamin hamster dapat dibedakan dengan cara melihat bentuk bagian
belakang dan jarak antara lubang anus dengan kelamin atau kemaluannya.
Hamster jantan memiliki testikel (buah zakar) yang besar sesuai dengan ukuran
tubuh mereka sehingga pada bagian belakang terlihat jelas berbentuk memanjang
patatnya, selain itu jarak antara lubang anus dan lubang penis lebih jauh,
sedangkan pada hamster betina memiliki pantat lebih bulat dibandingkan dengan
yang jantan serta jarak jarak antara lubang anus dan lubang vagina lebih dekat.
Untuk lebih jelasnya dalam melihat perbedaan jenis kelamin dapat dilihat pada
gambar di bawah ini :

Sumber gambar dari http://exoticpets.about.com/

Hamster yang masih muda biasanya lebih sulit untuk melakukan seks. Masa
kawin hamster dilakukan pada usia yang berbeda tergantung dari spesiesnya,
tetapi hal ini bisa dilakukan pada usia 1 bulan sampai 3 bulan. Hamster emas
maupun hamster Rusia dapat memulai reproduksi ketika berumur 4-5 minggu.
Hamster Tiongkok dapat melakukan reproduksi ketika berumur 2-3 bulan, dan
hamster Roborvski pada umur 3-4 bulan. Hamster jantan dapat melakukan
pembuahan selama hidupnya, sedangkan yang betina dapat melakukan
pembuahan kira-kira setiap tiga hari.(Yuli, 2009).
C. Metodologi
1. Waktu dan tempat

Praktikum siklus reproduksi

tentang pengamatan siklus estrus hamster

dilaksanakan pada hari jumat ,tanggal 27maret 2015 pukul 10.00- selesai .
Praktikum

ini

dilaksanakan

di

laboratorium

biologi,

Universitas

Tanjungpura, Pontianak.
2. Alat dan bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah kaca objek, kaca
penutup serta mikroskop sedangkan bahan yang digunakan adalah hamster
betina , cotton bud , NaCl 0,9%, metylen blue 1% dan tusuk gigi.
3. Cara kerja
Cara kerja yang di gunakan dalam praktikum ini adalah pertama-tama
diambil hamster betina , kemudian dipegang dengan tangan kiri, ibu jari dan
telunjuk jari memegang tengkuknya atau leher dorsal. Dengan jari tengah,
jari manis, Dan kelingking memegang badan ekor. Setelah itu bagian vagina
disemprotkan NaCL 0,9% menggunakan pipet yang tumpul, kemudian
dihisap 3 sampai 4 kali dengan hati-hati danperlahan-lahan. Stelah itu cairan
pada pipet dari hasil penyemprotan/pengisapan berwarna keruh, kemudian
teteskan pada objek glas 1-2 tetes biarkan sampai kering. Setelah kering
ditetesi dengan larutan pewarna metilen blue 1% , biarkan 5-10 menit . lalu
diamati dibawah mikroskop , bila zat warna berlebih, bilas dengan air
dengan cara meneteskan air. Terakhir tutup dengan gelas penutup .

D. Hasil pengamatan
Gambar hasil pengamatan siklus estrus hamster

E. Pembahasan
Praktikum kali ini adalah mengamati fase-fase pembiakan (estrus) pada
hewan mammalia, hamster salah satunya. Hamster yang digunakan adalah
hamster betina yang dewasa yang siap kawin (pembiakan/berahi) yaitu berumur 4
bulan . Fase pembiakan atau berahi ini datang secara rutin pada hewan betina
yang dikenal dengan daur atau siklus estrus.
Banyak hewan yang mengalami daur estrus sekali setahun, disebut
Monoestrus. Terdapat pada hewan rusa, kijang, harimau, serigala, kucing hutan,.
Ada pula yang memiliki daur beberapakali setahun disebut Polyestrus. Terdapat
pada hewan Rodentia (hamster ) dan hewan yang sudah turun temurun dipiara
yaitu kucing dan anjing
Sama halnya dengan mencit, hamster juga mempunyai fase estrus, terjadi
beberapa fase yaitu fase proestrus, estrus, metestrus dan diestrus.

Menurut Adnan (2010), siklus estrus adalah siklus reproduksi yang


berlangsung pada hewan betina dewasa seksual yang tidak hamil dan non primata.
Siklus ini terdiri atas beberapa fase yaitu :
1.

Fase proestrus, yaitu fase yang ditandai dengan adanya sel-sel epitel
berinti berbentuk bulat dan leukosit tidak ada atau sangat sedikit.

2.

Fase estrus, yaitu fase yang ditandai dengan adanya sel-sel epitel
menanduk yang sangat banyak dan beberapa sel-sel epitel dengan inti yang
berdegenerasi.

3.

Fase metestrus, yaitu fase yang ditandai dengan adanya sel-sel epitel
menanduk dan leukosit yang banyak.

4.

Fase diestrus, yaitu fase yang ditandai dengan adanya sel-sel epitel berinti
dalam jumlah yang sangat sedikit dan leukosit dalam jumlah yang sangat
banyak.
Pada praktikum kali ini dilakukan pengamatan siklus estrus pada hamster

betina dengan cara melihat cairan yang ada di vagina hamster dengan
menggunakan mikroskop. Setelah di lakukan pengamatan di mikroskop dapat
di lihat bahwa hamster betina sedang mengalami fase diestrus. Dimana pada
fase ini ditandai dengan terdapat sel epitel biasa dan leukosit.
Pada fase diestrus, selain terdapat sel epitel biasa, juga ditemukan adanya
sel leukosit yang menurut Soeminto (2008) berfungsi membunuh bakteri dan
kuman yang dapat merusak ovum.
1. Sel epitel
Bentuk bulat, lonjong atau poligon, sitoplasmanya banyak dengan inti terletak di
tengah.
2. Sel epitel menanduk (kornifikasi)
Sel yang paling besar pada apusan vagina, bentuk selnya pipih dengan tepi tidak
rata dan tidak berinti

Menurut Nongae (2008) Fase diestrus merupakan fase corpus luteum


bekerja secara optimal. Pada sapi hal ini di mulai ketika konsentrasi progresteron
darah meningkat dapat dideteksi dan diakhiri dengan regresi corpus luteum. Fase
ini disebut juga fase persiapan uterus untuk kehamilan Fase ini merupakan fase
yang terpanjang di dalam siklus estrus.
Terjadinya kehamilan atau tidak, CL akan berkembang dengan sendirinya
menjadi organ yang fungsional yang menhasilkan sejumlah progesterone. Jika
telur yang dibuahi mencapai uterus, maka CL akan dijaga dari kehamilan. Jika
telur yang tidak dibuahi sampai ke uterus maka CL akan berfungsi hanya beberapa
hari setelah itu maka CL akan meluruh dan akan masuk siklus estrus yang baru
(Shearer, 2008).
Menurut Adnan (2010), pada saat hewan berada pada fase diestrus, maka
pada

saat

itu

hewan-hewan tersebut tidak aktif secara seksual. Semua hewan

mamalia betina kecuali primata tingkat tinggi, kopulasi hanya dimungkinkan


berlangsung pada periode tertentu di dalam setiap siklus estrusnya.
Tahapan diestrus merupakan tahapan dimana konsentrasi hormone
gonatropin dan hormone ovarium kembali ke level basal. Korpus luteum
meregresi. Kadar sel leukosit dan epitel kembali ke semula, namun masih ada
sedikit sisa sel epitel terkornifikasi .
Siklus

estrus

hamster

tergantung

pada

jam

biologis

dan memiliki jangka waktu yang merupakan kelipatan empat kali lipat dari
bersamaan direkam ritme aktivitas lokomotor(Fitzgerald, 1976).
F. Kesimpulan
1. Hamster memiliki siklus estrus yang mempunyai 4 fase yaitu: proestrus,
estrus , metestrus dan diestrus .
2. Pada praktikum kali ini hamster betina mengalami fase diestrus
3. Fase diestrus ditandai dengan terdapat sel epitel biasa dan leukosit.

4. Fase diestrus merupakan fase yang terpanjang di dalam siklus estrus.


5. Tahapan diestrus merupakan tahapan dimana konsentrasi hormone
gonatropin dan hormone ovarium kembali ke level basal
6. Siklus estrus hamster tergantung pada jam biologis

DAFTAR PUSTAKA
Adnan. 2010. Perkembangan Hewan. Makassar: Jurusan Biologi Fmipa Unm.
Campbell, N.A., J.B. Reece, & L.G. Mitchell. (2004). Biology. Jil. 3. Jakarta
:Erlangga.
Fitzgerald,Kathleen M. And Zucker,Irving. (1976). Circadian Organization Of
The Estrous Cycle Of The Golden Hamster . Journal Physiology. Vol. 73,.
No. 8, Pp. 2923-2927
Gilbert, S.F. (1994). Developmental Biology 4th Ed. Massachusetts: Sianuer
Associates Inc Publisher
Nongae. (2008). Estrus Cycle. (Online). (Http://Nongae. Gsnu.Ac.Kr/ ~Cspark
/Teaching /Chap5.Html. diakses Tanggal 3 April 2015).
Shearer, J. K. (2008). Reproductive Anatomy And Physiology Of Dairy Cattle.
Florida : University Of Florida.
Sitasiwi, Agung Janika.(2010), Hubungan Kadar Hormon Estradiol 17- Dan
Tebal Endometrium

Uterus Mencit (Mus Musculus L.) Selama Satu Siklus

Estrus. 38 45.
Soeminto. (2000). Embriologi Vertebrata. Unsoed, Purwokerto.

Tim Pengajar. 2010. Penuntun Praktikum Perkembangan Hewan. Makassar:


Jurusan Biologi Fmipa Um.
Utami. T. Eva , dkk. (2009). Efek Kondisi Hiperglikemik Terhadap Struktur
Ovarium Dan Siklus Estrus Mencit (Mus Musculus L). Jurnal Ilmu Dasar,
Vol. 10 No. 2, Juli 2009 : 219-224
Yatim, Wildan.( 1994). Reproduksi Dan Embriologi Untuk Mahasiswa Biologi
Dan Kedokteran. Bandung : Tarsito
Yuli.(2009) . Reproduksi Dan Umur Hamster .(Online ). Http://PondokHamster.Blogspot.Com/2009/11/Reproduksi-Dan-Umur-Hamster.Html.
Diakses Tanggal 3 April 2015).

Anda mungkin juga menyukai