Anda di halaman 1dari 3

In Vitro Fertilization

In Vitro Fertilization (IVF) adalah sebuah proses dimana fertilisasi dilakukan di luar tubuh manusia atau wanita dengan cara mempertemukan sel telur dan spermatozoa dalam suatu lempeng kaca (tabung petri) kemudian disuntikkan kembali kedalam rahim wanita dalam bentuk zigot jika telah terjadi pembuahan. Terdapat 5 tahap dalam prosedur IVF, yaitu : 1. Stimulasi Ovarium Stimulasi ovarium dilakukan dengan cara terapi hormonal yang bertujuan untuk merangsang terjadinya ovulasi. Oleh karena itu, maka wanita diberi obat fertilitas sehingga dapat menghasilkan sel telur matang yang lebih daripada pada masa subur umumnya. Proses ini biasanya membutuhkan waktu sekitar 8 hingga 14 hari. Selama proses ini berlangsung, ovarium wanita tersebut akan terus dipantau dengan menggunakan Ultrasonografi (USG) dan tes darah untuk menentukan saat dimana sel-sel telur tersebut siap untuk diangkat. 2. Pengumpulan Sel Telur Proses ini dilakukan saat sel-sel telur wanita telah matang. Proses ini dilakukan dengan cara menusukkan jarum halus melalui vagina berdasarkan tuntunan dari Ultrasonografi (USG) untuk menunjukkan dimana folikel berada, kemudian jarum halus tersebut akan menindik folikel yang mengandung sel telur dan mengekstraksinya. Pada prosedur ini, biasanya wanita diberikan anastetik dalam kadar yang rendah. Jika dokter tidak dapat menentukan atau menemukan ovarium, dokter kemungkinan akan melakukan operasi laparoskopik. Teknik ini dilakukan dengan cara dokter membuat garis kecil disekitar perut wanita dan mencari keberadaan ovarium dengan lensa optic kecil. Teknik ini cukup sederhana dan tidak membutuhkan waktu yang lama, namun untuk melakukan operasi ini dibutuhkan anastetik yang lebih kuat. 3. Fertilisasi Pada proses ini, sel telur yang telah diekstrak dan spermatozoa dari pria yang telah diambil dipertemukan dalam suatu lempeng kaca (tabung petri) agar diharapkan

dapat terjadi pembuahan. Biasanya dalam waktu beberapa jam satu spermatozoa telah menembus satu sel telur dan terjadilah proses fertilisasi. 4. Perkembangan Embrio Jika dalam proses fertilisasi terjadi pembuahan, maka akan menghasilkan zigot. Zigot tersebut biasanya disimpan dalam sebuah inkubator selama kurang lebih 1 hingga 2 hari hingga membelah menjadi 2 atau 4 sel. Jika zigot tersebut belum diinjeksi kedalam rahim wanita, pada hari ketiga zigot tersebut dapat membelah menjadi 6 hingga 10 sel. Pada hari kelima, embrio tersebut dinamakan blastosit, yang berarti ia telah memiliki saluran cairan yang menghasilkan terbentuknya jaringan-jaringan fetal dan plasenta. Namun, sebagian besar embrio tidak diteliti selama ini. Mereka dapat diinjeksi kedalam rahim wanita secepatnya pada hari pertama setelah fertilisasi dan selambat-lambatnya pada hari keenam setelah fertilisasi berlangsung. Pada sebagian besar kasus, embrio biasanya diteliti dalam waktu 2 atau 3 hari untuk menentukan apakah perkembangan yang terjadi normal. 5. Transfer Embrio Setelah 2 atau 3 hari setelah fertilisasi, dipilih embrio yang terbaik yang kemudian akan diimplantasikan kedalam rahim wanita. Teknik yang dilakukan untuk menginjeksi embrio tersebut yaitu dengan cara dokter mengumpulkan embrio tersebut dalam suatu cairan kemudian memasukkannya kedalam suatu alat yang disebut kateter, yaitu sebuah selang panjang, tipis, dan fleksibel dengan jarum pada bagian ujungnya. Mereka kemudian memasukkan kateter tersebut melalui vagina, melewati serviks dan menuju ke rahim dan dilepaskan. Wanita kemudian dianjurkan untuk berbaring selama 1 hingga 2 jam. Jika embrio yang diinjeksi tersebut dapat menempel pada dinding rahim, maka kehamilan akan terjadi. Jika dalam waktu 14 setelah embrio diimplantasi tidak terjadi menstruasi, dilakukan pemeriksaan urin untuk kehamilan, dan seminggu kemudian dapat dipastikan dengan pemeriksaan ultrasonografi (USG). Jumlah embrio yang akan ditransfer tergantung pada usia wanita yang sel telurnya difertilisasi, kualitas dan tahap perkembangan embrio, dan riwayat perawatan wanita tersebut. Terkadang bahkan tidak terdapat embrio yang terbentuk sehingga tidak dapat silakukan transfer embrio. Transfer embrio lebih dari satu dapat menyebabkan kehamilan

ganda, misalnya kembar dua dan kembar tiga. Namun, hal ini dapat meningkatkan resiko kelahiran prematur jika dibandingkan dengan kehamilan tunggal. Jika terdapat embrio yang berkembang namun tidak diimplantasikan dalam rahim wanita, maka embrio tersebut akan dibekukan. Pembekuan tersebut dilakukan agar embrio tersebut dapat bertahan hidup dan untuk kegunaan akan datang. Tidak dapat dipastikan apakah embrio-embrio tersebut dapat bertahan hidup setelah melalui proses pembekuan, namun dapat dipastikan sekitar 60% dari embrio-embrio tersebut dapat bertahan hidup. Hingga saat ini tidak ada data yang menyatakan resiko penggunaan embrio beku lebih besar dari pada embrio yang tidak dibekukan.

Sumber : Langmans Medical Embryology 9th Edition http://www.ivf.net/ivf/what-is-ivf-o761.html http://www.ivf.com/ivffaq.html http://health.howstuffworks.com/pregnancy-and-parenting/pregnancy/fertility/in-vitrofertilization1.htm

Anda mungkin juga menyukai