Anda di halaman 1dari 8

Zootec Vol. 41 No.

1 : 150 – 157 (Januari 2021) pISSN 0852 – 2626 eISSN 2615 – 869

Makroskopik semen segar kambing bangsa Peranakan Etawa


(PE), Boer dan Saanen di Balai Inseminasi Buatan Lembang

F. Mokoagow, E. Pudjihastuti, M.J. Hendrik, U. Paputungan*

Fakultas Peternakan Universitas Sam Ratulangi Manado.


*Korespondensi (corespondending author): umarpaputungan@unsrat.ac.id

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menguji secara makroskopik semen segar
kambing bangsa Peranakan Etawa (PE), Boer, dan Saanen yang ada di BIB Lembang. Metode
penelitian yang digunakan adalah metode pengamatan langsung. Data yang digunakan adalah
data primer dan sekunder. Variabel yang di amati yaitu ejakulat, volume, warna, konsistensi,
pH dan Bau Semen. Analisis data secara statistik deskriptif. Performan kualitas semen segar
dari ketiga bangsa kambing dalam tiga bulan dilakukan melalui analisis varian uji t. Dari hasil
penelitian diperoleh perbandingan kualitas semen segar kambing bangsa Peranakan Etawa
(PE), Boer dan Saanen bulan September dan Oktober, September dan November setra
November dan Oktober untuk frekuensi ejakulat adalah berbeda tidak nyata, dengan rata-rata
ejakulat 2,47 mL 2,64 mL dan 2,70 mL masih dalam kondisi normal. Sedangkan volume
semen kambing bangsa Peranakan Etawa (PE), Boer dan Saanen diperoleh perbandingan bulan
September dan Oktober menunjukkan bahwa berbeda nyata, dan pada bulan September dan
November, November dan Oktober menunjukkan tidak berbeda nyata dengan rata-rata volume
2,30 mL 2,64 mL dan 2,60 mL masih dalam kondisi normal. Persentase warna semen segar
kambing bangsa Peranakan Etawa (PE), Boer dan Saanen yang diperoleh pada bulan
September, Oktober yaitu warna cream, pada bulan November diperoleh warna kuning, akan
tetapi warna yang diperoleh masih dalam kondisi normal. Adapun konsistensi semen segar
kambing bangsa Peranakan Etawa (PE), Boer dan Saanen yang diperoleh pada bulan
September, Oktober, November yaitu konsistensi kental. Sedangkan pada variable pH semen
segar kambing bangsa Peranakan Etawa (PE), Boer dan Saanen diperoleh perbandingan pada
bulan September dan Oktober menunjukan tidak berbeda nyata, pada bulan September dan
November menunjukan berbeda sangat nyata, dan pada bulan Oktober dan November
menunjukan berbeda nyata, dimana rata-rata pH 6,63 6,65 dan 6,70 pH masih dalam kondisi
normal. Adapun bau yang diperoleh yaitu bau khas yaitu bau anyir. Kesimpulannya adalah
popolasi ternak kambing dari tiga bangsa yaitu bangsa peranakan etawa (PE), Boer dan Saanen
yang ada di BIB Lembang, memiliki kualitas semen segar yang baik dan layak di gunakan
untuk keperluan inseminasi buatan

Kata Kunci: Bangsa kambing, kualitas semen segar, periode koleksi semen

ABSTRACT

MACROSCOPIC TEST OF FRESH SEMEN IN GOAT BREEDS OF ETTAWAH,


BOER AND SAANEN AT LEMBANG ARTIFICIAL INSEMINATION CENTER.
Research aim to evaluate the macroscopic quality of fresh semen in goat breeds of Ettawah,
Boer and Saanen at Lembang Artificial Insemination Center. Direct observation was done to
obtain primer data. Secondary data were found as additional data supporting primer data.
Variables included in observation were involving semen volume, ejaculates, color, consistence,

150
Zootec Vol. 41 No. 1 : 150 – 157 (Januari 2021) pISSN 0852 – 2626 eISSN 2615 – 869

pH and smell. Semen qualities of three breed groups collected on three sequent months were
analyzed by t-test method. Results showed that semen qualities for ejaculates from three breed
groups of Ettawah, Boer and Saanen collected on different months of September, October and
November were not significantly different with the averages of 2.47 ml, 2.64 ml and 2.70 ml
respectively. Semen volume from three breed groups of Ettawah, Boer and Saanen collected
on those different months were also not significantly different with the averages of significantly
different with the averages of 2,30 2,64 and 2,60 mL, respectively. The percentages of color of
fresh semen from Ettawah, Boer and Saanen collected on those different months were
indicating cream of semen collected on September, October in Ettawah Grade, Boer and
Saanen. Fresh semen of these breeds was indicating yellow color collected on November, but
it was showing normal condition. Fresh semen of these breeds collected on those months were
totally indicating thick consistency. However, pH of fresh semen in all three breeds of goat
collected on September and October were significantly different with those collected on
November. The pH of fresh semen in these breeds collected on September and October were
not significantly different. Values of pH in these breeds collected on September, October and
November were 6.63, 6.65 and 6.70, respectively. These values were ranging in normal
condition. The smell of fresh semen in these breeds collected on those series of months was
indicating specific rancid smell.

Key words: Fresh semen quality, goat breed, semen collection period.

PENDAHULUAN bahwa perbedaan umur ternak tidak


menunjukkan perbedaan pada pH semen
Kambing sering dikenal sebagai segar. Oleh karenanya, selain kualitas dan
ternak ruminansia kecil merupakan ternak kuantitas semen segar dipengaruhi oleh
herbivora yang sangat populer di kalangan bangsa, individu, pakan, metode
petani di Indonesia. Perkembangan jumlah penampungan semen, manajemen
populasi ternak kambing di Indonesia dari pemeliharaan dan faktor lingkungan (suhu
tahun 2000 sampai 2010 cenderung dan musim). Menurut Leboeuf et al., 2004;
mengalami peningkatan yakni sebesar 7,4 Leboeuf et al. 2008; Hardijanto et al.
% (BPS, 2010). Hal ini menjadi modal (2008), kualitas semen yang baik harus
positif untuk mensukseskan program melewati beberapa pemeriksaan antara lain
pemerintah mengenai swasembada daging, pemeriksaan makroskopis dan pemeriksaan
oleh karena itu perlu di lakukan upaya mikroskopis. Pemeriksaan makroskopis
maksimal untuk lebih meningkatkan meliputi: volume, warna, bau, konsistensi,
populasi ternak kambing. dan derajat keasaman atau pH, Sedangkan
Kualitas semen ditentukan oleh untuk pemeriksaan mikroskopis meliputi:
volume ejakulat, warna semen, pH, gerakan massa, gerakan individu, motilitas,
konsistensi, persentase spermatozoa hidup, konsentrasi spermatozoa serta prosentase
persentase abnormalitas spermatozoa, hidup.
motilitas spermatozoa, dan konsentrasi Berdasarkan latar belakang, perlu
spermatozoa (Delgadillo et al., 1991; dilakukan pengamatan makroskopis semen
Abecia et al., 2012). Menurut Pamungkas segar kambing PE, boer dan saanen di Balai
dan Batubara (2007), volume ejakulat Insiminasi Buatan Lembang mengenai
semen domba atau kambing berkisar 0,8- kualitas semen. Pengamatan ini bertujuan
1,2 mL, pH 5,9-7,3, konsentrasi 2000-3000 untuk mengetahui frekuensi penampungan
juta/mL, motilitas 60-80%, spermatozoa ejakulasi semen dan menguji secara
normal 80-95%. Akan tetapi menurut makroskopis semen segar kambing PE,
(Dewi et al., 2012; Giriboni et al., 2019) boer dan saanen di Balai Insiminasi Buatan

151
Zootec Vol. 41 No. 1 : 150 – 157 (Januari 2021) pISSN 0852 – 2626 eISSN 2615 – 869

Lembang Bandung serta untuk mengetahui Variabel Penelitian dan Pengukurannya


kondisi normal atau tidak semen segar Variabel penelitian terdiri pengukuran
kambing PE, Boer dan Saanen di Balai ejakulasi semen, volume semen, warna
Insiminasi Buatan Lembang semen, konsistensi (derajat kekentalan)
semen, pH (derajat keasaman) semen, bau
MATERI DAN METODE semen
PENELITIAN
Analisis Data
Lokasi dan Waktu Penelitian Data dianalisis secara deskriptif
Penelitian ini dilaksanakan pada dengan cara menghitung standar deviasi
bulan November 2016 selama 2 minggu, koefisien dan korelasi uji t. Variable yang
bertempat di Balai Inseminasi Buatan diukur dalam penelitian ini yaitu kualitas
(BIB) Lembang dengan suhu 190C. semen secara makroskopik (Kafiar 2019)
Materi penelitian Data yang terkumpul dianalisis secara
Ternak yang di gunakan adalah statistik deskriptif yaitu dengan tabulasi,
populasi ternak kambing PE, boer dan rata-rata sampel, presentase, standar deviasi
Saanen yang berjumlah 17 ekor dan semen dan koefisien keragaman dengan
segar ternak kambing PE, boer dan saanen. persamaan sebagai berikut:
Peralatan (X−X)2
Adapun peralatan yang (sd) = √
n−1
akandigunakan dalam penelitian ini adalah ∑X
Vegina Buatan, Tabung Penampung Yang ̅
X=
n
Berskala, Kandang Jepit, pH Meter, Pipet KK =
sd
x 100%
Ukur, pH Indicator Paper dan thermos air X̅

panas.
Keterangan:
Metode Penelitian X = variabel yang diamati
̅
X = Rata-rata variabel yang diamati
Metode penelitian yang digunakan
adalah metode pengamatan langsung n = Jumlah pengamatan variabel
dengan melakukan pemeriksaan pada KK = Koefisien Keragaman
semen kambing segar yang ditampung
dengan menggunakan vagina buatan. Data Performan kualitas semen segar dari
yang akan digunakan adalah data primer tiga bangsa kambing pejantan dalam tiga
dan sekunder. Data primer diperoleh bulan di Balai Insemiansi Buatan (BIB)
langsung dari pengamatan makroskopis Lembang dilakukan melalui análisis varian
melalui pengamatan dengan menggunakan melalui uji t atau t test (Byrkit, 1987). Uji t
daftar tabel pengamatan serta wawancara ini hanya digunakan pada variabel
yang berkaitan dengan reproduksi ternak frekuensi penampungan ejakulasi semen,
kambing jantan dan observasi yang volumen semen dan pH semen.
dilakukan di tempat pemeliharaan ternak Rumus uji t:
kambing jantan dengan bantuan dari
x̅1 − x̅2
petugas Balai Inseminasi Buatan Lembang. 𝑡=
Sedangkan data sekunder diperoleh dari S21 S2
√ + n2
informasi dan laporan dari Balai Inseminasi n1 2

Buatan Lembang dan penelitian terdahulu


yang berkaitan dengan penelitian ini, serta Keterangan:
diperoleh dari instansi yang masih ̅
X1 = Rata-rata nilai kelompok ke-1
adakaitannya dengan penelitian ini, ̅ 2 = Rata-rata nilai kelompok ke-2
X
sehingga menunjang penelitian ini. S12 = Varian kelompok ke-1
S12 = Varian kelompok ke-2

152
Zootec Vol. 41 No. 1 : 150 – 157 (Januari 2021) pISSN 0852 – 2626 eISSN 2615 – 869

n1 = Banyak subjek kelompok ke-1 banyak pejantan yang memiliki ejakulat


n2 = Banyak subjek kelompok ke-2 semen dengan sebaran angka jauh dari
Pengamatan secara langsung, apakah angka rata-rata ejakulasi semen yang ada.
memiliki bau khas yaitu anyir atau busuk Hasil tabulasi dan analisis data pada bulan
yang disebabkan adanya gangguan atau September dan Oktober diperoleh nilai
infeksi pada bagian reproduksi jantan. thitung sebesar 0,571. Hal ini dapat dikatakan
bahwa ejakulat semen kambing PE, Boer
HASIL DAN PEMBAHASAN dan Saanen pada kedua bulan tersebut
berbeda tidak nyata karena lebih kecil dari
Hasil pengamatan langsung dan ttabel yaitu 1,740 (0,05). Hasil tabulasi dan
pengambilan data kualitas semen segar analisis data pada bulan September dan
kambing PE, Boer dan Saanen di BIB November diperoleh nilai thitung 0,720 Hal
Lembang meliputi Ejakulat, Volume, ini menunjukkan bahwa ejakulat semen
Warna, Konsistensi, dan pH. kambing PE, Boer, dan Saanen pada kedua
bulan tersebut berbeda tidak nyata
Ejakulat (p<0,05). Adapun hasil tabulasi dan analisis
Hasil pemeriksaan ejakulat semen data pada bulan Oktober dan November di
segar kambing PE, Boer, dan Saanen pada peroleh nilai thitung 0,224 ini menunjukkan
bulan September, Oktober dan November bahwa Ejakulat semen kambing PE, Boer
dapat dilihat pada Tabel 1. dan Saanen pada ke dua bulan tersebut
berbeda tidak nyata karena lebih kecil dari
Tabel 1. Rata-rata ejakulasi semen dan KK
ttabel yaitu 1,740 (0,05). Hal ini di sebabkan
selama bulan September Oktober
karena pejantan di Balai Inseminasi Buatan
dan November
Lembang merupakan pejantan unggul yang
Rata-rata KK sudah terseleksi dengan baik dan
Bulan Ejakulasi (%) bersertifikat.
Semen ± SD
Volume Semen
(mL)
Hasil pemeriksaan volume semen
September 2,47 ± 1,007 40,769 segar kambing PE, Boer, dan Saanen pada
Oktober 2,64 ± 0,701 26,553 bulan September, Oktober dan November
November 2,70 ± 0,848 31,407 dapat dilihat pada Tabel 2.
Berdasarkan hasil penelitian yang Tabel 2. Rata-rata volume semen dan KK
disajikan dalam Tabel 1, terlihat bahwa selama bulan September, Oktober
rata-rata ejakulat semen segar kambing PE, dan November
Boer, dan Saanen pada bulan November
lebih tinggi yaitu 2,70±0,848 mL Rata-rata KK
dibandingkan dengan bulan September Bulan Volume Semen (%)
yang rata-rata ejakulasi 2,47±1,007 mL dan
± SD (mL)
bulan Oktober yang rata-rata ejakulasi
September 2,30 ± 0,54 23,47
2,60±0,701 mL. Jika dilihat dari koefesien
Oktober 2,64 ± 0,43 16,28
keragaman ejakulasi semen segar kambing
November 2,60 ± 0,53 20,38
PE, Boer dan Saanen pada bulan September
sampai November yaitu antara 26,553
sampai 40,769% berada pada keragaman
Berdasarkan hasil penelitian pada
yang tinggi. Jika koefisien keragaman >
Tabel 2, secara makroskopik semen segar
15% maka dapat dilakukan seleksi (Ligda
kambing PE, Boer dan Saanen pada ketiga
et al., 2000; Martin et al., 2004;
bulan yaitu bulan September rata-rata
Montalbano et al., 2016). Koefisien
volume 2,30 ± 0,54 mL dengan koefisien
keragaman tinggi ini memberi arti bahwa

153
Zootec Vol. 41 No. 1 : 150 – 157 (Januari 2021) pISSN 0852 – 2626 eISSN 2615 – 869

keragaman yaitu 23,47% selanjutnya pada kambing dari ketiga bangsa yaitu PE, Boer
bulan Oktober rata-rata volume 2,64 ± 0,43 dan Saanen dapat dilihat pada Tabel 3.
mL dengan koefisien keragaman 16,28%
dan pada bulan November rata-rata volume Tabel 3. Rata-rata warna semen selama
2,60 ± 0,53 mL dengan koefisien bulan September, Oktober dan
keragaman 20,38%. Dilihat dari rataan November
volume ketiga bulan tersebut sedikit lebih
dominan pada bulan Oktober. Jika dilihat Warna
dari koefisien keragaman volume semen Bulan Cream Kuning Abnormal
(%) (%) (%)
segar kambing PE, Boer dan Saanen pada
September 92,30 7,69 0
ketiga bulan tersebut berada pada Oktober 66,67 33,33 0
keragaman yang tinggi, KK >15%. November 17,31 76,92 5,77
Koefisien keragaman volume semen segar
kambing tiga bulan ini berada pada kisaran Berdasarkan hasil penelitian secara
16,28 – 23,47% yang menunjukan bahwa makroskopik semen segar kambing PE,
keragaman volume semen segar kambing Boer dan Saanen dari ketiga bulan tersebut,
ini lebih tinggi dari 15%, sehingga dapat persentase warna semen segar dari ketiga
dikategorikan sangat tinggi (Qi et al., 2009; bangsa kambing pada bulan September
Wang et al. 2015; Zaja et al., 2018). yaitu cream 92,30%, kuning 7,69% dan
Hasil tabulasi dan analisi data nilai abnormal 0%. Adapun pada bulan Oktober
thitung yang di peroleh yaitu 2,031, pada persentase warna semen segar kambing dari
bulan September dan Oktober ini dapat di ketiga bangsa yaitu cream 66,67%, kuning
katakan bahwa volume antara dua bulan 33,33% dan abnormal 0%. Sedangkan pada
tersebut berbeda nyata karena lebih besar bulan November persentase warna semen
dari ttabel 1,740 (p>0,05). Perbedaan ini bisa segar kambing dari ketiga bangsa tersebut
terjadi karena dipengaruhi oleh bangsa, yaitu cream 17,31%, kuning 76,92% dan
berat badan, makanan dan juga manajemen abnormal 5,77%. Dilihat dari presentase
penampungan (Melita et al., 2013; warna cream lebih dominan pada bulan
Zarazaga et al., 2019). Hasil tabulasi dan September dan Oktober sedangkan, pada
analisis data pada bulan september dan bulan November yaitu lebih dominan
november di peroleh nilai thitung yaitu 1,634 warna kuning. Penelitian ini di dukung oleh
hal ini dapat dikatakan bahwa tidak berbeda (Toelihere, 1993) yang mengatakan bahwa
nyata (p<0,05). Adapun hasil tabulasi dan semen kambing yang normal berwama
analisis data pada bulan Oktober dan cream kekuningan. Selanjutnya menurut
November nilai thitung yaitu 0,241 hal (adhyatma et al., 2012) warna putih susu
tersebut menjadikan volume dari kedua pada semen segar itu di katakana normal.
bulan tersebut tidak menunjukkan
perbedaan tidak nyata (p<0,05). Hal ini di Konsistensi (derajat kekentalan) Semen
sebabkan karena pejantan yang ada di Balai Hasil pemeriksaan secara
Inseminasi Buatan merupakan pejantan makroskopik semen segar kambing PE,
unggul dan sudah memiliki sertifikat. Hal Boer dan Saanen dari bulan September,
tersebut menjadikan volume semen yang Oktober dan November dapat dilihat pada
diperoleh tidak menimbulkan perbedaan Tabel 4.
yang signifikan (Prayogo dan Maidaswar, Hasil penelitian menunjukkan bahwa
2013) Konsistensi atau Derajat Kekentalan
Kambing PE, Boer dan Saanen dari bulan
Warna Semen September, Oktober dan November berada
Hasil pemeriksaan secara pada Konsistensi Kental, yaitu pada bulan
makroskopik bahwa warna semen segar September Konsistensi Kental 69,23,
Selanjutnya pada bulan Oktober 60% dan

154
Zootec Vol. 41 No. 1 : 150 – 157 (Januari 2021) pISSN 0852 – 2626 eISSN 2615 – 869

pada bulan November 67,30%. Sedangkan rata volume semen segar kambing pada
Konsistensi Sedang pada bulan September bulan September 6,63 ± 0,075 dengan
yaitu 30,76%, adapun pada bulan Oktober koefisien keragaman 1,131%. Pada bulan

Tabel 4. Rata-rata konsistensi semen Tabel 5. Rata-rata pH dan KK selama bulan


selama bulan September, Oktober September, Oktober dan
dan November November

Konsistensi Bulan Rata-rata pH KK


Bulan Kental Sedang (%) Encer Semen ± SD (%)
(%) (%) September 6,63 ± 0,075 1,131
September 69,23% 30,76% 0% Oktober 6,65 ± 0,059 0,887
Oktober 60% 37,77% 2,22% November 6,70 ± 0,07 1,045
November 67,30% 30,76% 1,92%
Oktober rata-rata volume semen segar
37,77% dan pada bulan November 30,76%.
kambing 6,65 ± 0,059 dengan koefisien
Dan Konsistensi Encer pada bulan
keragaman 0,887%. Serta pada bulan
September yaitu 0%, pada bulan Oktober
November rata-rata volume semen segar
2,22% dan pada bulan November 1,92%.
kambing 6,70 ± 0,07 dengan koefisien
Konsistensi, warna dan konsentrasi
keragaman 1,045%. Namun jika di
berkaitan satu sama lainnya. Bila warna
bandingkan antara ketiga bulan tersebut
semakin pudar, maka konsentrasi
sedikit lebih tinggi pH semen pada bulan
spermatozoa semakin menurun dan semen
November, namun rata-rata pH dari ketiga
akan semakin encer begitu pula sebaliknya,
bulan tersebut tergolong dalam keadaan
bila warna semakin pekat maka konsentrasi
normal. Penelitian ini didukung oleh
spermatozoa semakin tinggi dan semen
pendapat Hafez (2000), yang menyatakan
semakin kental (Toelihere, 1993).
bahwa pH semen kambing atau domba
Konsistensi atau kekentalan merupakan
berkisar 5,9-7,3 adapun pH semen kambing
salah satu sifat semen yang memiliki
PE 6,8. Menurut Souhoka (2009) bahwa,
hubungan dengan konsentrasi spermatozoa
derajat keasaman semen segar mamalia
di dalamnya. Semakin kental semen dapat
berkisar antara 6-7,5.
diartikan semakin tinggi pula konsentrasi.
Jika dilihat dari koefisien keragaman
Selanjutnya derajat kekentalan semen
pada Tabel 5, ketiga bulan tersebut hampir
memiliki korelasi positif terhadap
seragam dan berada pada keragaman yang
kandungan spermatozoa didalam semen
rendah KK < 5%. Koefisien keragaman pH
sehingga apabila dalam pengamatan
semen tiga bulan ini berada pada kisaran
ditemukan semen yang terlalu encer maka
0,887 – 1,131% yang menunjukan bahwa
dapat diduga bahwa semen tersebut
keragaman pH semen ini kurang dari 5%,
memiliki konsentrasi spermatozoa yang
sehingga dapat dikategorikan sangat rendah
rendah (Ariefin, 2013).
(Herdis et al., 2012).
Berdasarkan tabulasi dan analisis
pH (derajat keasaman) semen
data di peroleh nilai thitung pada bulan
Hasil pemeriksaan pH semen segar
September dan Oktober yaitu 0,862 yang
kambing PE, Boer dan Saanen pada bulan
berarti tidak berbeda nyata p<0,05. Pada
September, Oktober dan November dapat
bulan September dan November nilai thitung
dilihat pada Tabel 5.
yang di peroleh yaitu 2,822 yang artinya pH
Berdasarkan hasil penelitian secara
pada kedua bulan tersebut di katakan sangat
makroskopik semen segar kambing PE,
berbeda nyata p>0,01. Adapun nilai thitung
Boer dan Saanen pada bulan September,
pada bulan Oktober dan November di
Oktober dan November menunjukkan rata-
peroleh 2,262 yang berarti pH dari kedua

155
Zootec Vol. 41 No. 1 : 150 – 157 (Januari 2021) pISSN 0852 – 2626 eISSN 2615 – 869

bulan tersebut berbeda nyata p>0,05. Delgadillo, J.A., B. Leboeuf, P.


Perbedaan ini bisa terjadi karena Chemineau. 1991. Decrease in the
dipengaruhi oleh bangsa, berat badan, seasonality of sexual behavior and
makanan dan juga manajemen sperm production in bucks by
penampungan (Melita et al., 2014). exposure to short photoperiodic
cycles. Theriogenology 36:755–770.
Bau Semen Dewi, S.A., Y.S. Ondho dan E. Kurnianto.
Bau semen kambing atau aroma 2012. Kualitas semen berdasarkan
semen kambing mirip dengan bau semen umur pada Sapi Jawa. Animal
pada umumnya, yaitu memiliki bau yang Agriculture Journal 1(2): 126-133
khas.Menurut pendapat Evan dan Maxwell Giriboni, J., O. Gokdal, V. Eren, E. Yarali,
(1987) semen kambing baunya anyir. J. Santiago-Moreno, R. Ungerfeld.
Pendapat ini pun didukung (Hafez, 1987) 2019. Daily administration of a
serta Suyadi dan Isnaini (2004) yang GnRH analogue enhances sperm
menyatakan bahwa semen kambing quality in bucks during the non-
memiliki bau yang khas yaitu bau anyir. breeding season. Animal
Menurut (Kartasudjana, 2001) Semen Reproduction Science. 200:43–50.
kambing juga akan memiliki bau busuk. Hafez, E. S. E. 2000. Semen Evaluaation in
Bau busuk bisa terjadi apabila semen Reproducation in Farm Animals.7 th
mengandung nanah yang disebabkan oleh Edition Lippncott Williams and
adanya infeksi organ reproduksi jantan. Wiklins Maryland USA
Hardijanto, H., T. Sardjito, T. Hernawati,
KESIMPULAN T. Susilowati dan T.W. Suprayogi.
2008. Penuntun Praktikum Fisiologi
Dari hasil penelitian bisa di
dan Teknologi Reproduksi (IB).
simpulkan bahwa popolasi ternak kambing
Fakultas Kedokteran Hewan.
dari tiga bangsa yaitu bangsa peranakan
Universitas Airlangga. Surabaya. P:
etawa (PE), Boer dan Saanen yang ada di
8-18.
BIB Lembang, memiliki kualitas semen
Herdis. 2012. Pengaruh Waktu
segar yang baik dan layak di gunakan untuk
Penampungan Semen Terhadap
keperluan inseminasi buatan.
Gerakan Massa Spermatozoa dan
Tingka Laku Kopulasi Pejantan
DAFTAR PUSTAKA
Domba Garut. J. Sains dan Teknologi
Abecia, J.A., F. Forcada, A. Gonzales- Ind. Vol. 14(1). Hal: 38-43
Bulnes. 2012. Hormonal control of Kartasudjana, R. 2001. Teknik Inseminasi
reproduction in small ruminants. Buatan Pada Ternak. Jakarta.
Animal Reproduction Science Kafiar, S.Y., S. Adiani, A. Lomboan,
130:173–179 H.F.N. Lapian. 2019. Pengaruh fase
Adhyatma, M., I. Nurul dan N. Nuryadi. mounting terhadap kualitas semen
2012. Pengaruh bobot badan terhadap sapi limosin dan Simmental di Balai
kualitas dan kuantitas semen sapi Inseminasi Buatan Lembang. Zootec
Simmental. Ternak Tropika 14(2): 39(2): 417-426
53-62 Leboeuf, B, V. Furstoss, P. Guillouet, P.
Ariefin, A.P., R.T. Taswin dan M.S. Boue. 2004. Production of artificial
Dadang. 2013. Kualitas semen segar insemination doses from Alpine and
sapi Simmental yang dikoleksi Saanen bucks under various
dengan interval yang berbeda di Balai photoperiodic cycles. South African
Inseminasi Buatan Lembang. Jurnal Journal of Animal Science 34:230–
Ilmiah Peternakan 1(3): 907-913 232.

156
Zootec Vol. 41 No. 1 : 150 – 157 (Januari 2021) pISSN 0852 – 2626 eISSN 2615 – 869

Leboeuf, B., J.A. Delgadillo, and E. plasma semen domba priangan.


Manfredi. 2008. Controlling Jurnal Veteriner 10(3): 135-142
reproduction in selection schemes of Qi, Y., J. Luo, X.F. Han. 2009. Genetic
dairy goats. Production of Animal. diversity and relationships of 10
21:391–402 Chinese goat breeds in the Middle
Ligda, C., G. Gabriilidis, T. Papadopoulos, and Western China. Small Ruminant
A. Georgoudis. 2000. Estimation of Research 82:88–93.
genetic parameters for production Suyadi, S.T. dan N. Isnaini. 2004. Uji
traits of Chios sheep using a multitrait Coba Produksi Semen Beku
animal model. Livestock Science. Kambing Boer. Laporan Penelitian
66:217–221. Kerjasama Ditjen Peternakan –
Martin, G.B., J.T.B. Milton, R.H. Davison, Fakultas Peternakan Universitas
G.E.B. Hunzicker, D.R. Lindsay, D. Brawijaya Malang.
Blache. 2004. Natural methods for Toelihere, M.R. 1993. Inseminasi Buatan
increasing reproductive efficiency in Pada Ternak. Angkasa. Bandung.
small ruminants. Animal Wang, W., J. Luo, S. Sun. 2015. The effect
Reproduction Science. 82 (83):231– of season on spermatozoa motility,
345. plasma membrane and acrosome
Melita, D., Dasrul dan M. Adam. 2013. integrity in fresh and frozen-thawed
Pengaruh umur pejantan dan semen from Xinong Saanen bucks.
frekuensi ejakulasi terhadap kualitas Reproduction of Domestic Animals
spermatozoa sapi aceh. J. Medika 50:23–28.
veterinaria. Vol. 8(1): 15-19 Zaja, I.Z., S. Vince, S. Milinkovic-Tur.
Montalbano, M., R. Segreto, R. Di 2018. Exogenous melatonin
Gerlando, S. Mastrangelo, M.T. influences distribution of French
Sardina. 2016. Quantitative Alpine buck spermatozoa in
determination of casein genetic morphometrically distinct
variants in goat milk: Application in subpopulatons during the non-
Girgentana dairy goat breed. Food breeding season. Animal
Chem.192:760–764. Reproduction Science 192:154–163.
Pamungkas, F. A. dan Batubara, 2007. Zarazaga, L.A., M.C. Gatica, H.
Evaluasi Karakteristik Semen Beku Hernandez, P. Chemineau, J.A.
Kambing Kosta.Lokakarya Nasional Delgadillo, J.L. Guzman. 2019.
Domba dan Photoperiod-treated bucks are equal
Kambing.Stategipeningkatan to melatonin-treated bucks for
Produksi Dan Mutu Bibit Domba dan inducing reproductive behavior and
Kambing. physiological functions via the “male
Prayogo, K.U.E. dan T.R.T. Maidaswar. effect” in Mediterranean goats.
2013. Hubungan ukuran lingkaran Animal Reproduction Science.
skrotum dengan volume semen, 202:58–64
konsentrasi dan motilitas
spermatozoa sapi limousine dan
Simmental. Journal Ilmiah
Peternakan 1(3): 1050-1056
Souhoka, D.F., M.J. Matatula, W.M.
Mesang-Nalley dan M. Rizal. 2009.
Laktosa mempertahankan daya hidup
spermatozoa kambing peranakan
etawa yang di preservasi dengan

157

Anda mungkin juga menyukai