Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PRAKTIKUM

ILMU DAN TEKNOLOGI REPRODUKSI


MAHASISWA FKH – IPB

EVALUASI SEMEN
Prof. Dr. Iis Arifiantini, M.Si

Nama/NRP : Dina Nurzuliana/B04190024


Tanggal/Jam Praktikum : Selasa, 28 September 2021/ 09.30 – 12.00 WIB

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


INSTITUT PERTANIAN BOGOR
SEMESTER GANJIL 2021-2022
EVALUASI SEMEN

LEARNING OUT COME


Learning out came pada praktikum ini adalah mampu menjelaskan bagaimana
mengevaluasi kualitas dan kenormalan semen dan mampu menjelaskan kelayakan semen
untuk diproses menjadi semen cair atau semen beku.

TUJUAN
Praktikum ini bertujuan menilai kulalitas semen dan kenormalan semen dan menilai
kelayakan semen untuk semen cair atau semen beku , serta sebagai dasar untuk menghitung
faktor pengenceran semen.

METOE PRAKTIKUM
A. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah tabung reaksi berskala, pipet ukur, bulb,
micropipet, alat pengukur pH, pH special indicator paper, mikroskop yang dihubungkan
dengan monitor komputer, objek gelas, heating table, hot plate yang dilengkapi dengan
dimmer, pipet tetes, cover glass, kamar hitung (Neubauer chamber), kaca penutup Neubauer
(besar), pipet eritrosit, selang penghisap untuk pipet eritrosit (aspirator), micropipet,
microtube, dan pembakar bunsen/spiritus.
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah semen (kambing, sapi, kucing, anjing),
pH meter, larutan fisiologis (sapi,domba, kuda, babi : 0,95%), kertas tisue, alkohol 70%,
eosin 2% atau eosin negrosin (zat warna), formol salin atau NaCL 3%.

B. Prosedur Kerja
1. Pemeriksaan makroskopik semen
a. Pengukuran volume semen
Pengukuran volume semen (ml atau cc) diukur dengan membaca langsung pada
tabung berskala atau dengan pipet ukur, pipet ukur ini disertai pipet filler/bulb, kemudian
pilih pipet ukur yang sesuai karakteristik volume semennya, pipet 0-1 ml untuk semen
domba dan kambing, pipet 0-5 atau 0-10 ml untuk semen sapi. Semen dihisap sesuai
kebutuhan, dilihat pada scala volumenya dan sisa semen dikembalikan ke dalam tabung
semen yang sama, volume semen tidak diukur dengan gelas ukur.
b. Kekentalan atau konsistensi semen
Kekentalan atau konsistensi semen diukur dengan cara tabung semen dimiringkan
dan dikembalikan ke posisi semula. Indikator penilaian konsistensi semen yaitu sebagai
berikut : encer (kembali kedasar tabung); sedang (kembali ke dasar tabung dengan
kecepatan yang lebih lambat); kental (semen kembali ke dasar tabung secara perlahan dan
menyisakan sebagian semen di pinggiran tabung); sangat kental (semen kembali ke dasar
tabung secara perlahan dan menyisakan sebagian besar semen di pinggiran tabung).
c. Pemeriksaan makroskopik warna
Pemeriksaan makroskopik warna dilakukan dengan cara tabung semen diletakan
di depan kertas berwarna putih agar dapat dilihat warna dari semen. Semen normal akan
berwarna putih keruh / putih susu / putih keabu-abuan, bisa juga berwarna krem / krem
kekuningan. Apabia semen itu abnormal akan berwarna putih kemerah-merahan yang
berarti adanya darah karena perlukaan disaluran urethra. Warna semen putih kehijau-
hijauan dikatakan tidak normal juga yang berarti terdapatnya bakteri dalam semen
tersebut.

d. Penciuman dan pengukuran pH semen


Penciuman semen dengan cara tangan digibaskan di atas tabung penampung
sehingga aroma semen tercium. Pemeriksaan derajat keasaman / pH dilakukan dengan
mengambil 1 ml semen menggunakan pipet / micropipet selanjutnya diletakan diatas alat
pengukur pH, ditunggu 15-30 detik ,warna dicocokan dengan standar di pH special
indicator paper.

2. Pemeriksaan mikroskopik
a. Pergerakan spermatozoa
Gerakan spermatozoa diperiksa pada suhu 370C sehingga spermatozoa bergerak
optimal. Gerakan spermatozoa dievaluasi menggunakan mikroskop yang dihubungkan
dengan heating table. Objek gelas dihangatkan terlebih dahulu dan evaluasi dilakukan
secara cepat. Hot plate 650C dilengkapi dengan dimmer (pengatur arus listrik untuk
mengatur suhu ) menjadi 370 -380C. Pemeriksaan mikroskopik gerakan massa, objek
gelas dibersihkan dengan alcohol 70%, dipanaskan diatas Heating table/plate (37 0C),
kemudian ditetesi 1 tetes semen diatas gelas objek bersih dan hangat, diamati dilhat di
bawah mikroskop dengan pembesaran 100 X (10X10). Dilihat tebal-tipisnya gelombang
masa spermatozoa serta kecepatan gelombang spermatozoa berpindah tempat.
b. Gerakan individu / motilitas
Gerakan individu / motilitas spermatozoa dapat dinilai dari gerakan
spermatozoa secara individual, baik kecepatannya atau perbandingan antara yang
bergerak aktif progresif dengan gerakan-gerakan spermatozoa yang lainnya. Semen
diencerkan dengan cairan fisiologis, untuk sapi, domba, kambing, babi dan kuda
memakai NaCl 0.95%. Gelas objek dibersihkan dengan alcohol 70%, dipanaskan
diatas Heating table/plate (370C), diteteskan 1 tetes semen diatas gelas objek bersih
dan hangat yang pertama, ditambahkan larutan fisiologis sesuai karakteristik
semennya, dihomogenkan kedua larutan tersebut dengan gelas penutup aseptik.
Diambil 1 tetes larutan semen, letakan pada gelas objek kedua dan tutup dengan gelas
penutup. Dilihat dimikroskop menggunakan lensa objektif pembesaran 10X,
kemudian apabila fokus sudah didapatkan maka selanjutnya lensa objektif
dipindahkan ke pembesaran 400 atau 450 X (10x40 atau 10x45). Penilaian dilakukan
pada 5 – 10 lapang pandang, hasil penilaian merupakan rataan dari bidang pandang
tersebut.
c. Pemeriksaan mikroskopik konsentrasi semen
Pemeriksaan mikroskopik konsentrasi semen, satu gelas objek dibersihkan
dengan alcohol 70%, diteteskan 1 tetes semen diatas gelas objek bersih, ditutup
dengan cover glass. Dilihat dibawah mikroskop dengan pembesar 400 X (10x40) atau
450 X (10x45). Penilaian konsentrasi estimasi dengan melihat jarak antara dua kepala
spermatozoa (JAK). Pemeriksaan mikroskopis konsentrasi semen dengan kamar
hitung neubauer, semen diencerkan menggunakan eosin 2 % / formol salin / NaCl 3%
menggunakan pipet eritrosit dan menggunaka micropipet. Menghitung spermatozoa
menggunakan kamar hitung Neubauer. Pipet eritrosit disambungkan dengan aspirator.
Semen dihisap menggunakan pipet eritrosit sampai angka 0.5, kemudian ujung luar
pipetor di lap dengan tissue supaya tidak ada spermatozoa yang menempel
dipermukaannya. Larutan pengencer (eosin 0.2%, formol salin atau NaCL 3%)
dihisap sampai angka 101. Pipet eritrosi dipegang pada kedua ujungnya dengan dua
jari tangan, dihomogenkan dengan membuat putaran seperti angka 8 selama 2-3
menit. Larutan dibuang dengan cara meneteskan pada kertas tissue, sebelum
diteteskan pada counting chamber.
d. Pemeriksaan mikroskopis konsentrasi semen dengan kamar hitung
Pemeriksaan mikroskopis konsentrasi semen dengan kamar hitung neubauer dengan
micropipet, diambil pengencer dan semen sesuai jumlah yang diinginkan kemudian
dimasukan ke dalam tabung micro. Bila semen dicampur dengan pengencer, tip micropipet
dibilas bekali-kali agar seluruh semen yang ada dalam mikrotip masuk di dalam larutan
pengencer. Larutan pengencer dengan semen dihomogenkan dengan cara memutar tabung
penampung seperti angka 8. Sampel dimasukkan ke dalam counting chamber dengan cara
neubauer counting chamber disiapkan dan ditutup menggunakan gelas penutup khusus untuk
Hemositometer, jangan menggunakan gelas penutup biasa karena akan mempengaruhi
volume semen di dalam kotak hitung jumlah spermatozoa juga akan meningkat. Gelas
penutup dipastikan menempel rapat pada counting chamber (tempel pakai jelly), sebanyak 8-
10 μL semen yang telah diencerkan dimasukan ke dalam counting chamber. Semen yang ada
di dalam counting chamber dihitung sesuai aturan pada counting chamber tersebut.
e. Menghitung jumlah spermatozoa
Menghitung jumlah spermatozoa dengan neubauer counting chamber. Lima kotak
besar dalam neubauer chamber (A,B,C,D,E) dihitung, sebanyak 4 kotak bagian sudut dan 1
bagian tengah atau secara diagonal kiri atau kanan. Setiap kotak besar terdiri atas 16 kotak
kecil. Seluruh spermatozoa yang ada di 16 kotak kecil dihitung. Menghitung jumlah
spermatozoa dengan neubauer counting chamber. Seluruh spermatozoa yang ada di 16 kotak
kecil dihitung, supaya tidak double counting maka cara penghitungan mengikuti arah seperti
digambar. Untuk semua sperma yang berada di dalam 16 kotak kecil diniai 1. Sedangkan
untuk sperma yang berada di kotak terluar dengan 3 garis maka penghitungan sperma dengan
cara sperma yang dihitung bila kepala sperma berada di atas 3 garis dan ekor berada dibagian
dalam kotak yang dihitung, bila dihitung sperma pada ke-4 sisi luar maka 1 sperma dinilai ½.
Bila hanya menggunakan 2 sisi yaitu kiri dan atas, atas dan kanan atau kanan dan bawah atau
bawah dan kiri maka 1 sperma dinilai 1. Penghitungan jumlah spermatozoa dengan neubauer
counting chamber, konsentrasi sperma harus dihitung dari rataan penghitungan 2 sisi dari
neubauer chamber dengan rumus perhitungan, konsentrasi sperma = N x 5 x F P x 10,000
Spermatozoa /mL semen. N=jumlah rata-rata spermatozoa dalam chamber FP adalah faktor
pengenceran (100 ; 200 atau 500 X ) "5" adalah : faktor koreksi dimana hanya menghitung 5
kotak dari 25 kotak hitung yang ada (25/5) "10, 000" adalah : faktor koreksi yang dibutuhkan
karena kedalaman cover slip .0001 ml per chamber.
f. Pemeriksaan mikroskopis viabilitas spermatozoa
Pemeriksaan mikroskopis viabilitas spermatozoa dengan pipet semen, pada objek
glass ke-1 diteteskan 1 tetes semen. Pipet eosin negrosin digunakan, diteteskan Eosin
negrosin didekat tetes semen sesuai karakteristik semen ternak yaitu a. semen sapi / kerbau 1
: 3-4 ; b. semen domba dan kambing 1 : 8-10 ; c. semen kuda atau babi 1 :1 3. Sisi lebar /
ujung objek glass ke-2 dicampur semen dan eosin negrosin. Ujung objek glass ke-2 yang
mengandung campuran semen dan eosin negrosin, digesekan pada objek glass ke-3 sehingga
menjadi preparat ulas yang tipis. Dikeringkan dengan api bunsen / heating table (Fiksasi)
penting diperhatikan proses pencampuran semen dengan eosin, pembuatan preparat ulas
sampai fiksasi tidak boleh lebih dari 15 detik. Preparat diamati dibawah mikroskop dengan
pembesaran 40 X 10 atau 100 X 10 dengan bantuan immersion oil.
g. Pemeriksaan mikroskopis morfologi spermatozoa
Pemeriksaan mikroskopis morfologi spermatozoa menggunakan pipet semen. Pada
objek glass ke-1 diteteskan 1 tetes semen, dengan pipet eosin negroasin, diteteskan eosin
negrosin didekat tetes semen sesuai karakteristik semen ternak : a. semen sapi / kerbau 1 : 3-
4; b. semen domba dan kambing 1 : 8-10; c. semen kuda atau babi 1 :1 kemudian ujung lebar
objek glass ke-2 dicampur semen dan eosin negrosin. Ujung objek glass ke-2 yang
mengandung campuran semen dan eosin negrosin digunakan, digesekan pada objek glass ke3
sehingga menjadi preparat ulas yang tipis.

PEMBAHASAN
Teknik evaluasi semen pada hewan perlu difahami untuk mengetahui dan menilai
kulalitas semen serta kenormalan semen dan menilai kelayakan semen untuk semen cair atau
semen beku, serta sebagai dasar untuk menghitung faktor pengenceran semen. Evaluasi
semen ini meliputi evaluasi secara makroskopis dilakukan terhadap volume, warna,
konsistensi, dan derajat keasaman (pH). Volume semen diukur dengan menggunakan pipet
ukur, pH semen diukur menggunakan special indicator paper (kertas pH), konsistensi semen
dibedakan antara kental dan sedang, dan warna dibedakan menjadi putih krem dan putih susu
dilihat secara visual. Evaluasi secara mikroskopis meliputi gerakan massa, motilitas
spermatozoa, konsentrasi spermatozoa per ml, dan spermatozoa hidup. Tujuan memahami
teknik penampungan semen yaitu guna mengetahui pengaruh perlakuan terhadap membran
plasma utuh dan motilitas spermatozoa yang dihasilkan setelah proses pembekuan (Suharman
2017).

Tabel 1 Karakteristik Semen Secara Makroskopik pada Hewan


Karakteristik
-
Hewan Volume (mL Konsistensi Warna Bau pH
1
ejakulat-1)
Sapi 3.82-/+0.47 Sedang- Krem keputihan Khas 6.6-7.0
kental
Domba 0.8-.2 Kental Krem keputihan Khas 6-7
Kerbau 0.9 Sedang Krem keputihan Khas 6.8-7
Kucing 0.019-0.74 Encer Puih susu/krem Khas 6.6-8.8
Anjing 0.9-/+0.28 Encer Putih susu Khas 6.73 -/+ 0.25

Tabel 2 Karakteristik Semen Secara Mikroskopik Hewan


Hewan Gerakan Spermatozoa Konaentrasi Viabilitas% Abnormalitas%
6
Gerakan Mortilitas% (10 /ml)
massa
Sapi +++ 77.28 -/+ 3.17 1194-/+52.25 78,63-/+6,21 5.98 -/+ 1.77

Domba ++ 76.00 -/+ 0.04 3681-/+539 82,00 -/+ 0,04 1.23 -/+ 1.34

Kerbau +++ 70 700-1.000 69,17 -/+ 2,04 11

Kucing +++ 71.66 -/+ 2.89 84,00 -/+ 85,33 -/+ 1,53 1.00 -/+ 1.00
19,69

Anjing +++ 86.39 -/+ 0.01 402.22- 93.14 -/+ 0.01 5.55 -/+ 0.02
/+22.69

Sumber: 1. Zulyazaini et al. 2016


2. Nahriyanti et al. 2017
3. Yendraliza et al. 2019
4. Mughniati et al. 2018
5. Thuwanut 2010
6. Fuady H 2016.
Standar semen yang baik untuk diolah menjadi semen cair atau semen beku dapat diketahui
melalui evaluasi semen segar. Semen yang berkualitas baik sesuai Standar Nasional Indonesia
(SNI) akan meningkatkan keberhasilan inseminasi buatan (Susilawati 2011). Setiap jenis hewan
memiliki kriteria atau penilaian semen yang berbeda. Besaran persentase motilitas individu sapi
yang normal (fertile) mempunyai motilitas individu 40-75% spermatozoa yang aktif progresif.
Motilitas spermatozoa di bawah 40% menunjukkan nilai semen yang kurang baik dan
berhubungan dengan infertilitas (Khairi 2016). Menurut Feradis (2010), semen sapi normal
berwarna putih susu atau krem keputihan dan keruh dan memiliki bau yang khas. Volume semen
sapi berkisar 5-8ml. Semen sapi dikatakan pekat bila konsentrasi spermatozoa >1500 juta (Savitri
et al. 2014).

KESIMPULAN
Evaluasi semen dilakukan untuk mengetahui standar semen yang baik untuk diolah
menjadi semen cair atau semen beku serta untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap
membran plasma utuh dan motilitas spermatozoa yang dihasilkan pada setiap individu.
Pemeriksaan evaluasi semen dilakukan secara makroskopik dan mikroskopik. Pemeriksaan secara
makroskopik terdiri dari volume, pH, warna, bau, dan konsistensi. Karakteristik mikroskopik
terdiri dari konsentrasi, gerak massa, gerak individu, motilitas, presentasi, viabilitas, serta
abnormalitas spermatozoa. Semen yang berkualitas baik dan sesuai akan meningkatkan
keberhasilan inseminasi buatan.

DAFTAR PUSTAKA

Feradis MP. 2010. Bioteknologi Reproduksi Pada Ternak. Bandung (ID): Penerbit Alfabeta.

Fuady H. 2016. Motilitas dan viabilitas spermatozoa pada semen cair anjing lokal dalam
pengencer tris kuning telur [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Khairi F. 2016. Evaluasi produksi dan kualitas semen sapi simmental terhadap tingkat bobot
badan berbeda. Jurnal Peternakan. 13(2): 54-58.

Mughniati S , Dwi Kesuma , Rendrawan D , Rahim L. 2018. Pengaruh ekstrak biji kapuk (Ceiba
pentandra gaertn) sebagai obat kontrasepsi terhadap kualitas spermatozoa pada
kucing lokal (Felis domestica). Journal of the Indonesian Veterinary Research. 1(2):
27-34.

Nahriyanti S, Ondho YS, Samsudewa D. 2017. Perbedaan kualitas makroskopis semen segar
domba batur dalam flock mating dan pen mating. Jurnal Sain Peternakan Indonesia.
12(2): 191-197.

Savitri FK, Suharyati S, Siswanto. 2014. Kualitas semen beku sapi bali dengan penambahan
berbagai dosis vitamin c pada bahan pengencer skim kuning telur. Jurnal Ilmiah
Peternakan Terpadu. 2(3): 30-36.

Suharman H. 2017. Kualitas semen beku terhadap domba Garut (Ovis aries) pada penambahan
sukrosa. Berita Biologi. 16(1): 3-5.

Susilawati T. 2011. Spermatology. Malang (ID): UB Press

Thuwanut P. 2010. Role of oxidative stress and antioxidants in domestic and nondomestic cat
spermatozoa with special reference to cryopreservation. [skripsi]. Uppsala: Faculty of
Veterinary Medicine and Animal Science

Anda mungkin juga menyukai