Anda di halaman 1dari 12

ANALISIS PERFORMA PRODUKSI PETERNAKAN AYAM

BROILER DENGAN SISTEM PEMELIHARAAN CLOSED


HOUSE POLA KEMITRAAN
(Studi Kasus di Peternakan Plasma Sri Budi Ratini, Desa Candikusuma,
Kecamatan Melaya, Kabupaten Jembrana)

PRAWIRA I G. I. K., I G. MAHARDIKA DAN I W. SUKANATA


Program Studi Peternakan, Fakultas Peternakan, Universitas Udayana,
Jl. P. B. Sudirman Denpasar, Bali
HP: 081916229765, E-mail: indra_karang94@yahoo.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui performa produksi peternakan
ayam broiler dengan sistem pemeliharaan kandang closed house pada pola
kemitraan. Variabel performa produksi yang diamati dalam penelitian ini
meliputi; bobot badan, pertambahan bobot badan, konsumsi pakan, FCR, deplesi,
dan indeks performa. Penelitian menggunakan data selama satu tahun yang terdiri
dari 7 periode pemeliharaan. Data hasil penelitian dianalisis dengan metode
analisis deskriptif dan analisis kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
rata-rata ayam broiler dipanen pada umur 34 hari, rataan bobot panen 1,908
kg/ekor, rataan pertambahan bobot badan 1,869 kg/ekor, rataan konsumsi pakan
3,002 kg/ekor, rataan nilai FCR sebesar 1,598, rataan tingkat deplesi sebesar
4,67%, dan rataan indeks performa ayam broiler yaitu 334,77. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa performa produksi ayam broiler yang dipelihara dengan
sistem closed house pada pola kemitraan tergolong dalam kategori baik.
Kata Kunci: Performa Produksi, Closed House, Kemitraan, Ayam Broiler

ANALYSIS OF PRODUCTION PERFORMANCE OF BROILER


FARMERS BY THE SYSTEM OF CLOSED HOUSE MAINTENANCE ON
PARTNERSHIP MODEL (Case Study Plasma Sri Budi Ratini in
Candikusuma Village, Melaya District, Jembrana Regency)

PRAWIRA I G. I. K., I G. MAHARDIKA DAN I W. SUKANATA


Faculty of Animal Husbandry, Udayana University,
Jl. P. B. Sudirman Denpasar, Bali
HP: 081916229765, E-mail: indra_karang94@yahoo.com

ABSTRACT

This research aims to analysis the production performance of broilers


breeder with the closed house system on the partnership models. Variables
productivity observes are body weight, increase body weight, feed consumption,
feed conversion ratio (FCR), depletion, and index performance. This research
used data for one year consisting of 7 maintenance periods. The presented
research data were analyzed by descriptive analysis and quantitative analysis
methods. The results showed that the average age of harvest broilers is 34 days,
the average final weight is 1,908 kg/tail, the average increased weight is 1,869
kg/tail, the average of feed consumption amounting to 3,002 kg/tail, the average
FCR values is 1,598, the average rate of depletion is 4,67%, and the average rate
of broilers index performance is 334,77. The results showed that the performance
of broilers production in closed house system on the partnership model was
categorized as good production performance.

Key Words: Production Performance, Closed House, Partnership, Broilers

PENDAHULUAN
Ayam broiler merupakan salah satu ras ternak unggas yang cukup populer
dan banyak dipelihara oleh peternak di Bali sebagai penghasil daging karena
memiliki beberapa keunggulan, seperti laju pertumbuhan yang cepat dan
kemampuan mengkonversi ransum yang efisien dibandingkan dengan ayam ras
lainnya. Usaha pemeliharaan ayam broiler dalam perkembangannya di
masyarakat dikenal dengan adanya usaha pemeliharaan ayam broiler dengan pola
kemitraan, dengan prinsip saling menguntungkan. Terdapat beberapa jenis pola
kemitraan, salah satunya adalah pola inti plasma, pada pola ini peternak
bertanggung jawab untuk menyediakan kandang beserta peralatannya serta
melaksanakan pemeliharaan dan perusahaan inti bertugas menyediakan sapronak,
menentukan jadwal panen serta memberikan petunjuk pemeliharaan berupa
petugas lapangan. Ayam broiler yang dipelihara akan dikontrol tiap minggunya
untuk mengetahui performa produksi ayam broiler yang dipelihara dan
pengambilan keputusan jadwal panen. Selain perkembangan pola usaha
pemeliharaan, perkembangan teknologi pada pemeliharaan ayam broiler juga
berkembang pesat, salah satunya yaitu penggunaan teknologi kandang dengan
sistem closed house pada pemeliharaan ayam broiler. Secara garis besar, performa
produksi ayam broiler dipengaruhi oleh faktor genetik dan faktor lingkungan,
dengan diciptakannya lingkungan yang nyaman melalui teknologi closed house,
maka diharapkan ayam broiler mampu tumbuh optimal sesuai dengan potensi
genetiknya. Maka dari itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai
performa produksi, pemeliharaan ayam broiler yang dipelihara dengan sistem
closed house pada model kemitraan.
MATERI DAN METODE
A) Materi
Ayam
Penelitian ini menggunakan 11.000 ekor ayam broiler yang dipelihara dalam
kandang closed house, strain Lohman MB 202 produksi PT Japfa Comfeed.
Ayam dipelihara dari umur 1 hari hingga siap panen.
Kandang
Kandang penelitian ini menggunakan sistem closed house yang terdiri dari
dua tingkat, dengan ukuran kandang 8 x 60 meter. Lantai dasar kandang dibuat
dengan bahan semen dan pada tingkat pertama menggunakan slat kayu dan diberi
terpal pada bagian permukaannya. Pada lantai dasar dan tingkat pertama
digunakan sekam sebagai alas. Dinding kandang terbuat dari terpal. Atap kandang
terbuat dari bahan asbes dan plafon kandang terbuat dari bahan terpal.
Ransum dan Air Minum
Ransum yang diberikan yaitu ransum komersial, produksi PT Japfa
Comfeed. Terdapat tiga jenis ransum yang diberikan yaitu ransum pre-starter SB-
10 (umur 1-7 hari), ransum fase starter SB-11 (umur 8-19 hari), dan ransum fase
finisher SB-12 (umur 20 hari hingga panen). Kandungan nutrisi yang terkandung
dalam ransum dapat dilihat pada Tabel 1. Air minum selama penelitian ini yaitu
diberikan air yang berasal dari sumur bor yang sebelumnya telah diklorinasi,
kemudian dialirkan ke dalam kandang secara otomatis.
Tabel 1. Kandungan nutrisi ransum ayam broiler
SB -10 SB -11 SB -12
Kandungan 21 hari-panen
1-14 hari 14-21 hari
Air Maksimal 12 % Maksimal 12 % Maksimal 12 %
Protein kasar Minimal 22,5 % Minimal 21 % Minimal 19 %
Lemak kasar 3-7 % 3-7 % 3-8 %
Serat kasar Maksimal 5 % Maksimal 5 % Maksimal 5 %
Abu Maksimal 7 % Maksimal 7 % Maksimal 7 %
Kalsium 0,9-1,1 % 0,9-1,1 % 0,9-1,1 %
Phosphor 0,6-0,9 % 0,6-0,9 % 0,6-0,9 %
Coccidiostat + + +
Antibiotika + + +
Sumber: PT Japfa Comfeed (2016)
B) Metode
Pemberian Ransum dan Air Minum
Ransum pre-starter yang diberikan dalam bentuk crumble, serta ransum
starter dan finisher dengan bentuk pellet. Pemberian ransum dilakukan 1 kali
sehari pada pagi hari pukul 07.00 WITA. Ransum dan air minum diberikan tak
terbatas (ad. libitum). Pemberian air minum menggunakan sistem otomatis.
Obat - Obatan dan Vaksin
Pemberian obat - obatan selama periode pemeliharaan berupa air gula saat
proses chick in, pemberian moxycolgrin hc yang mengandung amoxyllin trihidrat
dan colistin sulfat dengan cara dilarutkan pada air minum pada umur 1 dan 2 hari.
DOC yang dikirim oleh perusahaan mitra sudah dalam kondisi divaksin IBD,
transimune, dan RD.
Peubah yang Diamati
Peubah yang diamati dalam penelitian ini yaitu temperatur udara kandang
dan performa produksi ayam broiler yang meliputi: bobot badan, pertambahan
bobot badan, konsumsi ransum, Feed Conversion Ratio (FCR), deplesi dan Indeks
Performa (IP).
Temperatur udara kandang
Temperatur udara selama penelitian diukur setiap hari dengan alat ukur
termometer digital yang dipasang di dalam dan di luar kandang, untuk
mengukur suhu tertinggi dan terendah dalam 24 jam.
Performa produksi ayam broiler
Hasil pengamatan peubah performa produksi ayam broiler (bobot
badan, pertambahan bobot badan, konsumsi ransum, FCR, deplesi, dan IP)
akan dibandingkan dengan standar performa produksi ayam broiler
perusahaan mitra. Aspek performa produksi pada penelitian ini dihitung
dengan metode:
1) Bobot badan penelitian dihitung berdasarkan penimbangan yang dilakukan
saat proses chick in (bobot awal) dan dilakukan penimbangan saat proses
panen (bobot akhir).
2) Pertambahan bobot badan ayam selama penelitian dihitung dari selisih bobot
badan akhir dengan bobot badan awal.
3) Konsumsi ransum selama penelitian dihitung dari jumlah ransum yang
dikonsumsi mulai dari proses chick in hingga panen.
4) Nilai FCR dihitung berdasarkan perbandingan jumlah total ransum yang
dikonsumsi dengan pertambahan bobot badan selama penelitian.
5) Deplesi adalah tingkat kematian dan afkir (culling) selama masa
pemeliharaan. Tingkat deplesi dihitung dengan rumus:

6) Nilai indeks performa pemeliharaan ayam broiler dihitung dengan rumus


(Fadilah et al., 2007):

Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian dilaksanakan di peternakan milik Ni Putu Sri Budiratini, Desa
Candikusuma, Kabupaten Jembrana, Bali, yang merupakan peternak plasma dari
PT. Ciomas Adisatwa. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan dengan metode
purposive sampling, berdasarkan pertimbangan tertentu sesuai dengan tujuan
penelitian (Hadi, 1983). Pertimbangan pemilihan lokasi penelitian yaitu peternak
memiliki kapasitas pemeliharaan yang sesuai dengan kebutuhan peneliti, peternak
melaksanakan pemeliharaan menggunakan kandang dengan sistem closed house,
peternak telah bermitra lebih dari satu tahun, kandang peternak tidak memiliki
kasus terserang penyakit selama beternak, peternak memiliki data produksi yang
baik dan adanya permintaan dari pihak peternak untuk melaksanakan penelitian,
agar peternak mengetahui performa produksi dari ayam broiler pada usahanya.
Penelitian dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu bulan Desember 2016 – Februari
2017.

Pengumpulan dan Analisis Data


Penelitian ini dilaksanakan dengan metode studi kasus. Pengumpulan data
dengan menggunakan wawancara, observasi dan pengukuran langsung di
lapangan. Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data selama satu tahun
pemeliharaan yang terdiri dari 7 periode pemeliharaan (Februari 2016 – Februari
2017). Data yang didapat kemudian dianalisis secara deskriptif dan kuantitatif
untuk mengetahui performa produksi ayam broiler.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Temperatur
Hasil penelitian pengukuran temperatur di dalam dan di luar kandang
selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Pengukuran temperatur di dalam dan di luar kandang tiap minggu
Temperatur(oC)
Umur Dalam Kandang Luar Kandang
Standard
Maksimum Minimum Maksimum Minimum
1 - 2 hari 33 1) 33,5 32,8 33,1 23,7
3 - 4 hari 32 1) 32,5 32 34,3 24,5
5 - 7 hari 30 1) 31,3 30 34,5 27
2 minggu 29 2) 30,3 28,9 33,4 26,8
3 minggu 27 2) 29,3 28,4 31,5 25
4 minggu 24 2) 28,3 28,1 35 24,7
5 minggu 20 2) 28,1 28 35,6 24,1
Keterangan:
1)
Berdasarkan PT Ciomas Adisatwa (2016)
2)
Berdasarkan Lohmann Management Guide (2014)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa temperatur di dalam kandang selama


penelitian pada umur 1 hari hingga umur 2 minggu sesuai dengan standar yang
ditetapkan, sedangkan pada umur 3-5 minggu temperatur pemeliharaan ayam
broiler selama penelitian berada di atas standar yang ditetapkan. Tingginya suhu
di dalam pemeliharaan ayam broiler dapat menyebabkan ayam broiler mengalami
cekaman panas dan berpengaruh negatif terhadap performa produksi ayam broiler
diantaranya yaitu meningkatnya konsumsi air minum, dan tingginya nilai FCR.
Menurut Suarjaya dan Nuriyasa (1995), konsumsi pakan dapat dipengaruhi oleh
tinggi atau rendahnya suhu udara pada suatu lingkungan. Semakin tinggi suhu
udara lingkungan maka jumlah pakan yang dikonsumsi akan berkurang. Menurut
Rasyaf (2011), ayam broiler akan tumbuh optimal pada suhu lingkungan 19-210C.
Bell dan Weaver (2002) menambahkan, suhu udara nyaman bagi pertumbuhan
ayam broiler adalah 18-23oC.
Performa Produksi
Hasil penelitian performa produksi ayam broiler yang dipelihara dengan
sistem closed house pada model kemitraan dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Performa produksi pemeliharaan ayam broiler dengan sistem closed
house pada pola kemitraan tahun 2016
Umur BB Konsumsi
PBB Deplesi
Periode panen akhir/ekor Ransum FCR IP
(kg/ekor) (%)
(hari) (kg/ekor) (kg/ekor)
1 32 1,90 1,858 2,959 1,590 5,68 352,21
2 29 1,52 1,478 2,203 1,487 3,08 341,62
3 30 1,73 1,688 2,593 1,533 1,45 370,73
4 34 1,99 1,948 3,042 1,559 3,62 361,85
5 38 2,22 2,178 3,776 1,731 4,19 323,35
6 36 2,16 2,118 3,536 1,667 5,88 338,76
7 35 1,83 2,213 2,907 1,617 8,81 295,49
Rata-rata 34 1,908 1,869 3,002 1,598 4,67 334,77
Standar1) 34 2,248 2,206 3,499 1,59 5,00 -
Keterangan:
1)
Berdasarkan PT. Ciomas Adisatwa (2016)
BB = Bobot badan, PBB = Pertambahan bobot badan.
FCR = Feed conversion ratio, IP = Indeks performa.

Berdasarkan hasil penelitian, ayam broiler dengan sistem pemeliharan


closed house pada model kemitraan dipanen pada umur 29 - 38 hari dengan rataan
umur panen 34 hari (Tabel 3.). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ayam broiler
dipanen pada umur optimal yaitu kurang dari 7 minggu dimana pada umur ini
ayam broiler mencapai pertumbuhan optimum. Hal ini sejalan dengan North dan
Bell (1990) yang menyatakan bahwa pertumbuhan ayam pedaging paling pesat
terjadi diumur 3 - 7 minggu dan setelah 7 minggu pertumbuhan akan menurun.
Curtis (1993) menambahkan, pada umur diatas 7 minggu ayam lebih mudah
terserang penyakit, seperti ND, koksidosis, CRD, dan kepincangan.

Bobot badan
Hasil penelitian menunjukkan bobot badan akhir ayam broiler berkisar
antara 1,52 - 2,22 kg/ekor dengan rataan bobot badan akhir pada umur 34 hari
yaitu 1,908 kg/ekor (Tabel 3.) dan bobot badan akhir hasil penelitian lebih rendah
dibandingkan dengan standar yang ditetapkan oleh perusahaan inti. Hal ini
disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya yaitu bobot bibit dan faktor
lingkungan. Rendahnya bobot bibit yang diterima, ditunjukkan dengan rata-rata
bobot bibit hasil penelitian yaitu 38,75 gr/ekor, lebih rendah dari standar bobot
bibit yang ditetapkan oleh perusahaan inti yaitu 42 gr/ekor. Rendahnya bobot
bibit berpengaruh terhadap rendahnya konsumsi ransum untuk memenuhi
kebutuhan ayam akan nutrisi, sehingga berpengaruh pada rendahnya bobot badan
akhir ayam broiler. Hal ini sejalan dengan Rasyaf (2011) yang menyatakan
bahwa tinggi rendahnya bobot awal ayam akan sangat mempengaruhi bobot akhir
yang dihasilkan. Tingginya temperatur kandang selama penelitian berpengaruh
terhadap bobot akhir yang dihasilkan karena pada temperatur yang tinggi, ayam
akan cenderung meningkatkan konsumsi air minum sehingga konsumsi pakan
berkurang. Hal ini sesuai dengan Rasyaf (2011), apabila suhu tinggi unggas akan
mengkonsumsi air lebih banyak dan mengakibatkan nafsu makan menurun.

Pertambahan Bobot Badan


Hasil penelitian menunjukkan pertambahan bobot badan ayam broiler
berkisar antara 1,478 - 2,213 kg/ekor dengan rata-rata pertambahan bobot badan
pada umur 34 hari sebesar 1,869 kg/ekor (Tabel 3.) dan hasil ini lebih rendah dari
standar yang ditetapkan oleh perusahaan inti. Hal ini disebabkan oleh beberapa
faktor diantaranya yaitu faktor bibit dan faktor lingkungan. Rendahnya bobot
bibit berpengaruh pada rendahnya bobot badan akhir sehingga angka
pertambahan bobot badan yang dihasilkan juga rendah. Kurang optimalnya
lingkungan pemeliharaan ayam broiler berpengaruh terhadap pertambahan bobot
badan yang dihasilkan, karena pada lingkungan yang panas ayam cenderung
meningkatkan konsumsi air minum, sehingga nafsu makan ayam berkurang.

Konsumsi Ransum
Hasil penelitian menunjukkan konsumsi ransum ayam broiler yaitu 2,203-
3,776 kg/ekor dengan rata-rata tingkat konsumsi ransum pada umur 34 hari
sebesar 3,002 kg/ekor (Tabel 3.) dan lebih rendah dari standar yang ditetapkan
oleh perusahaan inti, dimana pada umur 34 hari tingkat konsumsi ransum ayam
broiler mencapai 3,499 kg/ekor. Faktor - faktor yang berpengaruh terhadap
konsumsi ransum selama penelitian diantaranya adalah bobot bibit dan faktor
lingkungan. Rendahnya bobot bibit di awal pemeliharaan berpengaruh terhadap
rendahnya ransum yang dikonsumsi, karena semakin rendah bobot badan ayam
maka kebutuhan energi dan daya tampung saluran pencernaannya akan semakin
kecil yang berpengaruh terhadap rendahnya konsumsi ransum. Menurut Kusnadi
et al. (2006), ayam akan mengkonsumsi ransum untuk memenuhi kebutuhan
energinya, sehingga perlu diperhatikan rasio energi dan protein dalam ransum.
Selain energi, salah satu faktor pembatas tingkat konsumsi ransum ayam adalah
kapasitas tampung dari tembolok, karena apabila tembolok penuh ayam akan
berhenti mengkonsumsi ransum, meskipun asupan energi belum terpenuhi.

Feed Conversion Ratio (FCR)


Hasil penelitian menunjukkan nilai FCR ayam broiler berkisar antara
1,487 - 1,731 dengan rata-rata nilai FCR pada umur 34 hari sebesar 1,598 (Tabel
3.) dan FCR hasil penelitian sesuai dengan standar perusahaan inti yang
menetapkan nilai FCR pemeliharaan ayam broiler pada umur 34 hari sebesar
1,59. Hasil penelitian menunjukkan umur panen ayam broiler berpengaruh
terhadap nilai FCR yang dihasilkan. Tingginya umur panen menyebabkan nilai
FCR akan semakin tinggi pula, yang berakibat pada rendahnya efisiensi pakan
yang dihasilkan. Hal ini sejalan dengan Lesson (2000), semakin dewasa ayam
maka nilai FCR akan semakin besar, ini disebabkan karena ayam mengkonsumsi
lebih banyak ransum untuk mempertahankan ukuran dan bobot tubuhnya,
sehingga ransum yang dikonsumsi menjadi kurang efisien.

Deplesi
Hasil penelitian menunjukkan tingkat deplesi ayam broiler berkisar antara
1,45 - 8,81% dengan tingkat deplesi rata-rata sebesar 4,67% (Tabel 3) dan berada
di bawah standar yang ditetapkan oleh perusahaan inti yaitu sebesar 5% tiap
periode. Tingkat deplesi tertinggi hasil penelitian mencapai 8,81%, hal ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya yaitu kelembaban udara dan
temperatur di dalam kandang. Kelembaban udara hasil pengukuran di dalam
kandang yaitu sebesar 89,4% dan temperatur yang tinggi dapat menyebabkan
litter menjadi mudah basah dan memicu peningkatan aktifitas bakteri pembentuk
amonia sehingga menyebabkan tingginya produksi gas amonia di dalam kandang,
yang dapat menyebabkan rendahnya performa produksi ayam akibat saluran
pernafasan ayam yang terganggu. Menurut North et al. (2004), tingkat deplesi
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya kebersihan lingkungan, sanitasi
peralatan kandang, serta suhu udara lingkungan.

Indeks Performa
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai indeks performa ayam broiler
berkisar antara 295,49 - 370,73 dengan rata-rata indeks performa sebesar 334,77
(Tabel 3.). Hal ini menunjukkan bahwa indeks performa hasil penelitian
tergolong dalam kategori baik karena memiliki nilai diatas 300. Hal ini sesuai
dengan Medion (2010) yang menyatakan bahwa standar indeks performa yang
tergolong baik di atas 300. Santoso dan Sudaryani (2009) menambahkan, kisaran
nilai indeks performa 326 - 350 pemeliharaan ayam broiler tergolong dalam
kategori baik.

SIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
1. Performa produksi ayam broiler yang dipelihara dengan sistem closed house
pada pola kemitraan tergolong dalam kategori baik, dengan rata-rata umur
panen selama 34 hari, rata-rata bobot badan akhir 1,908 kg/ekor, rata-rata
pertambahan bobot badan 1,869 kg/ekor, rata-rata konsumsi ransum 3,002
kg/ekor, rata-rata nilai FCR 1,598, rata-rata tingkat deplesi sebesar 4,67 %,
dan rata-rata indeks performa 334,77.

Saran
1. Kepada calon peternak dan peternak ayam broiler yang ingin mengusahakan
pemeliharaan ayam broiler dengan sistem closed house pada pola kemitraan
agar dapat mengatur temperatur kandang lebih rendah pada umur di atas 2
minggu, mengatur exhaust fan utama yang hidup pada bagian tengah agar
sirkulasi udara di dalam kandang merata dan memangkas tumbuhan di depan
cell deck untuk menurunkan kelembaban kandang, sehingga lingkungan di
dalam kandang sesuai (optimal) bagi pertumbuhan ayam broiler.
2. Kepada perusahaan inti agar meningkatkan kuantitas produksi bibit yang
dihasilkan serta penentuan umur panen sebaiknya dilaksanakan pada umur
30–34 hari dan tidak lebih dari umur 7 minggu.

UCAPAN TERIMA KASIH


Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada keluarga
Bapak Welun serta Ibu Sri Budi Ratini beserta keluarga selaku pemilik usaha
pemeliharaan ayam broiler yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas
selama penulis melakukan penelitian. Terima kasih penulis ucapkan kepada
Bapak I Putu Prayatna dan Ibu Ni Luh Wirawati selaku orang tua penulis, Bapak
Prof. Dr. Ir. I Gede Mahardika, M.S selaku pembimbing I dan Bapak I Wayan
Sukanata S.Pt, M.Si selaku pembimbing II yang telah dengan sabar dan teliti
dalam membimbing penulis, serta semua pihak yang telah membantu dalam
pelaksanaan kegiatan penelitian hingga terselesaikannya penulisan jurnal ini.

DAFTAR PUSTAKA

Bell, D. D., dan W. D. Weaver. 2002. Comercial Chicken Meat and Egg
Production. 5th Edition. Springer Science and Business Media, Inc, New
York.

Kusnadi, E., R. Widjajakusuma, T. Sutardi, P. S. Hardjosworo dan A. Habibie.


2006. Pemberian antanan (centella asiatica) dan vitamin c sebagai upaya
mengatasi efek cekaman panas pada broiler. JITAA vol 33 no 3. Fakultas
Peternakan Universitas Andalas. Padang.

Lesson, S dan J. D. Summers. 2000. Broiler Breeder Production. University


Books. Guelph, Ontario, Canada.

Medion. 2010. Berhasil atau Tidakkah Pemeliharaan Broiler Anda.


http://info.medion.co.id/index.php/artikel/broiler/tata-laksana/berhasil-
atau-atau-tidakkah-pemeliharaan-broiler. Diakses pada tanggal 3 Maret
2017.

North, M. O. dan D. D. Bell. 2004. Commercial Chicken Production Manual. 4th


Ed.an Avi Book Publish. Van Nostrand Reinhold. New York.

Rasyaf, M. 2011. Panduan Beternak Ayam Petelur. Edisi ke XV Kanisisus.


Yogyakarta.
Santoso, H. dan T. Sudaryani. 2009. Pembesaran Ayam Pedaging di Kandang
Panggung Terbuka. Penebar Swadaya. Jakarta.

Suarjaya, M. & M. Nuriyasa. 1995. Pengaruh ketinggian tempat (altitude) dan


tingkat energi pakan terhadap penampilan ayam buras super umur 2–7
minggu. Laporan Penelitian Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak.
Universitas Udayana, Bali.

Anda mungkin juga menyukai