Anda di halaman 1dari 8

ISSN : 0852-3681 Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan 29(2) : 101 – 108

E-ISSN : 2443-0765 Available online at http://jiip.ub.ac.id

Efek steaming up menggunakan Gliricidia sepium pada kambing perah


selama masa periode kering terhadap pertumbuhan anak Kambing Peran-
akan Etawah

Effect of steaming up by Gliricidia sepium to dairy goats during


dry period on goat kid growth of Etawah Crossbred

R. Dharmawan  , P. Surjowardojo, dan T. E. Susilorini

Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya, Malang


Jalan Veteran, Malang (65145) Indonesia

Submitted: 5 Maret 2019, Accepted: 16 Juli 2019

ABSTRAK: Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efek steaming up menggunakan Gliricidia
sepium selama periode kering terhadap penampilan produksi anak kambing PE . Dua belas ekor induk
kambing dipilih berdasarkan periode laktasi dengan perlakuan sebagai berikut: (1) P0 sebagai kontrol,
(2) P1 sebagai perlakuan steaming up 0,4% BK, dan (3) P2 sebagai perlakuan steaming up 0,8% BK.
Seluruh perlakuan diberikan pakan basal konsentrat 0,9% BK dan Pennisetum purpureum secara ad-
libitum. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan Anova dengan Rancangan Acak Kelompok.
Perbedaan data dianalisis dengan Uji Jarak Berganda Duncan . Perlakuan P2 menghasilkan tingkat
penurunan bobot badan dan BCS yang rendah pada saat partus dibandingkan P0 dan P1, namun tidak
menunjukkan perbedaan yang nyata (P>0,05). Bobot lahir, bobot sapih, dan PBBH anak kambing tid-
ak berbeda nyata antar perlakuan (P>0,05). Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa steaming up
menggunakan Gliricidia sepium sebesar 0,8% berdasarkan kebutuhan BK pada periode kering menun-
jukkan laju penurunan bobot badan dan BCS yang rendah. Perlakuan steaming up juga menunjukkan
rataan bobot lahir, bobot sapih, dan PBBH tertinggi.

Kata kunci: berat lahir; berat sapih; pertambahan bobot badan harian; Peranakan Etawah.

ABSTRACT: The study was conducted to evaluate the effect of steaming up using Gliricidia sepium
in dry period on the performanceof Etawah Crossbred goats kid production . Twelve goats were
selected based on lactation period with the following treatments: (1) T0 as a control, (2) T1 as a
treatment for steaming up 0.4% DM, and (3) T2 as a steaming up 0 .8% DM. All experiment restricted
to the same basal concentrate diet 0 .9% DM and ad-libitum of Pennisetum purpureum. The obtained
data were analyzed using analysis of variance. The difference in data was analyzed by Duncan's
Multiple Distance Test. The result was T2 treatment had a low level of weight loss and BCS at
parturition compared to T0 and T1, but had no significant different (P>0 .05). Birth weight, weaning
weight, and ADG of goats kid were not significantly different between the treatments (P>0 .05). The
conclusion of this study is that steaming up using Gliricidia sepium by 0.8% based on DM needs in
the dry period showed a low decrease in the rate of body weight and low BCS . The steaming up
treatment also shows the highest birth weight, weaning weight, and highest ADG.

Keywords: average daily gain; birth weight; weaning weight; Etawah Crossbred.


Corresponding Author: career.rachmadrmwn@gmail.com

DOI: 10.21776/ub.jiip.2019.029.02.02 101


Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan, April 2019, 29(2): 101 – 108

PENDAHULUAN terjadi peningkatan kebutuhan protein


Mortalitas anak kambing Peranakan karena adanya peningkatan proses
Etawah (PE) yang tinggi diakibatkan oleh katabolik asam amino (Bell, 1995).
rendahnya bobot lahir 10,7% Penampilan produksi yang baik untuk
(Suranindyah, dkk. 2009) dan berdampak induk dan calon anak yang sedang tumbuh
pada bobot sapih yang rendah (Soberon, et dapat dilakukan dengan steaming up
al. 2012). Pertambahan bobot badan harian Gliricidia sepium.
(PBBH) di awal kehidupan berkaitan Kecernaan bahan kering Gliricidia
dengan kesehatan ternak dan potensi sepium adalah 37,99% -54,61% (Daning
produksi selanjutnya pada kambing perah dan Foekh, 2018) sampai 48-77% (Cakra,
(Deeming, et al. 2016). Penelitian Soberon, dan Trisnadewi, 2016). Kandungan protein
et al. (2012) menunjukkan hubungan pada Gliricidia sepium sekitar 30,01%-
positif antara PBBH dalam kehidupan awal 26,38% (Anis, et al. 2016). Herwati dan
anak kambing dengan produksi susu. Royani (2017) juga menjelaskan bahwa
Rataan PBBH yang rendah akan Gliricidia sepium memiliki kandungan
menyebabkan anak kambing mati atau kumarin yang merupakan anti nutrisi yang
mengurangi potensi produksi, sehingga menyebabkan bau dan rasa pahit yang kuat
peternak skala kecil mengalami kerugian. sehingga dapat menurunkan palatabilitas.
Tingkat pertumbuhan awal anak kambing Perlua adanya perlakuan pakan sehingga
dipengaruhi oleh faktor manajemen mampu menurunkan senyawa kumarin
pemberian pakan induk selama periode sebelum diberikan pada ternak. Tingginya
kering. Kualitas pakan yang tidak kecernaan bahan kering dan bahan organik
berkelanjutan dan rendah nutrisi pada Gliricidia sepium diharapkan mampu
menyebabkan induk kambing mengalami memperbaiki produksi ternak. Tujuan dari
kekurangan nutrien untuk menunjukkan penelitian ini adalah untuk mengetahui
potensi genetiknya. Peningkatan variasi pertumbuhan anak kambing di
produktivitas dapat dilakukan dengan peternakan kambing PE di Singosari,
memperbaiki manajemen pemberian pakan. memberikan tolok ukur bagi peternak
Induk kambing PE membutuhkan nutrisi kambing PE.
yang sesuai status fisiologisnya pada
periode kering, terutama konsumsi energi MATERI DAN METODE
dan protein. Lokasi penelitian
Steaming up pada kambing perah Penelitian ini dilakukan pada
dilakukan selama periode kering sebelum peternakan kambing PE di Singosari,
partus yang berfungsi untuk memberi Kabupaten Malang. Penelitian ini dimulai
nutrisi pada induk dan calon anak (Sirohi, pada tanggal 14 Oktober sampai 14
et al. 2014). Kebutuhan nutrisi yang Desember 2018.
memadai pada periode kering berdampak
pada penampilan produksi kambing perah Materi
dan kesejahteraan ternak (NRC, 2001). 12 ekor kambing PE singleparous dan
Chellapandian (2016) steaming up selama multiparous pada periode kering terbagi
kebuntingan akhir akan memastikan menjadi tiga kelompok. Setiap kelompok
pasokan nutrisi yang cukup dan terdiri atas kambing PE periode laktasi
menghasilkan pertumbuhan yang baik dari kedua dan ketiga. Pakan basal konsentrat
induk dan calon anak. Konsumsi pakan yang diberikan yaitu 0,9% BK dari bobot
tinggi energi akan meningkatkan PBBH badan dan pemberian Pennisetum
pada induk bunting dan calon anak (Sahu, purpureum secara ad-libitum. Kambing
et al. 2013). Selama kebuntingan juga pada periode kering dibagi menjadi tiga
kelompok sesuai perlakuan sebagai

DOI: 10.21776/ub.jiip.2019.029.02.02 102


Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan, April 2019, 29(2): 101 – 108

berikut:
P0 : pakan basal dan Gliricidia sepium Hasil analisis kandungan nutrien bahan
0,0% BK dari Bobot Badan. pakan dan suplemen ditampilkan pada
P1 : pakan basal dan Gliricidia sepium Tabel 1.
0,4% BK dari Bobot Badan.
P2 : pakan basal dan Gliricidia sepium
0,8% BK dari Bobot Badan.

Tabel 1. Kandungan nutrisi bahan pakan basal dan pakan perlakuan


Kandungan nutrisi (%)
Bahan pakan
Bahan kering Kadar abu Protein kasar Lemak kasar Serat kasar
KonsentratA 89,18 05,17 16,35 06,09 06,03
A
Pennisetum purpureum 79,55 15,18 14,66 01,83 24,21

Gliricidia sepiumB 93,41 08,72 20,01 03,05 16,09


A
Keterangan: Laboratorium Pakan Dinas Peternakan Jawa Timur (2018)
B
Laboratorium HMT Universitas Brawijaya, Malang (2018)

Koleksi data dan analisis pemberian susu pada anak kambing


Konsumsi pakan dan pakan sisa dilakukan setiap hari, sesuai kebutuhan
ditimbang selama seminggu sebelum ternak berdasarkan bobot badan (BB)
prediksi induk partus menggunakan sebagai berikut: (1) Pemberian susu
timbangan digital. Pakan pemberian dan sebanyak 8% pada minggu kedua; (2) 9%
pakan sisa selanjutnya dianalisis pada minggu ketiga; (3) 10% pada minggu
menggunakan analisa proksimat. keempat; (4) 8% pada minggu kelima.
Pemberian susu dilakukan 4 kali setiap hari
Data anak kambing selama 5 minggu pasca partus.
Pengelompokan anak kambing
dilakukan berdasarkan litter size pada HASIL DAN PEMBAHASAN
setiap perlakuan. Penimbangan bobot lahir Konsumsi nutrient pakan
dilakukan 0-jam pasca partus. Pengaruh perlakuan steaming up
Penimbangan PBBH anak kambing terhadap konsumsi bahan kering (BK),
dilakukan setiap hari menggunakan bahan organik (BO), dan protein kasar
timbangan digital pada pukul 06:00 WIB (PK) ditampilkan pada Tabel 2.
sebelum diberikan konsumsi susu. Jumlah

Tabel 2. Konsumsi nutrien pakan


Perlakuan
Parameter satuan
P0 P1 P2
Rataan kebutuhan BK g/ekor/day 1963,12 1952,24 1903,30
a
Rataan konsumsi BK g/ekor/day 1629,44 1706,00b 1760,36c
Konsumsi BK/BB induk % 3,02 3,29 3,53
Rataan konsumsi BO g/ekor/day 1426,02a 1504,12b 1562,28c
Rataan kebutuhan PK g/ekor/day 168,56 167,40 163,53
Rataan konsumsi PK g/ekor/day 123,13a 131,34b 138,09c
a -b
Keterangan: Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata
(P<0,05).

DOI: 10.21776/ub.jiip.2019.029.02.02 103


Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan, April 2019, 29(2): 101 – 108

Konsumsi BK ransum pada ternak karena konsumsi Gliricidia sepium sesuai


ruminansia memiliki peranan penting dengan kapasitas rumen kambing bunting
untuk menyediakan nutrien yang dibandingkan dengan konsumsi
dibutuhkan ternak untuk hidup pokok, Pennisetum purpureum, sehingga pakan
produksi, dan reproduksi. Konsumsi BK bisa dikonsumsi lebih banyak.
yang rendah akan mengakibatkan ternak Konsumsi BO pada P2 adalah 1562,28
menggunakan nutrien untuk memenuhi g/ekor/hari lebih tinggi dibandingan
kebutuhan pokoknya sehingga produksi konsumsi BO pada P1 adalah 1504,12
dan reproduksi menjadi rendah. Konsumsi g/ekor/hari dan konsumsi BO pada P0
BK dalam penelitian ini adalah 1426,02- adalah 1426,02 g/ekor/hari. Konsumsi BO
1562,28 g/ekor/hari, lebih tinggi dari penelitian lebih tinggi dibandingkan No-
Suwignyo, dkk. (2016) kebutuhan konsum- vita, dkk. (2005) dengan konsumsi BO
si BK untuk hidup pokok kambing dengan sebanyak 912-1051 g/ekor/hari. Konsumsi
berat badan 40-50 kg yaitu antara 1080- PK pada P2 adalah 138,09 g/ekor/hari lebih
1280 g/ekor/hari. Tingkat konsumsi BK tinggi dibandingkan dengan konsumsi PK
dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu pada P0 adalah 123,13 g/ekor/hari dan P1
bobot badan, umur, stres lingkungan yang adalah 131,34 g/ekor/hari. Konsumsi PK
disebabkan oleh sifat fisik, komposisi penelitian lebih tinggi dari Nuraini,
pakan, dan kapasitas rumen. Rataan Budisatria, dan Agus (2014) bahwa
konsumsi BK pada P0 belum memenuhi konsumsi PK kambing PE bunting tua
standar kebutuhan kambing PE bunting tua adalah 80 g/ekor/hari. Menurut NRC
sebesar 3,32% BK berdasarkan bobot ba- (1981) PK yang dibutuhkan untuk bobot
dan (NRC, 1981) sedangkan perlakuan P1 badan kambing (50 kg) berkisar antara 157
dan P2 telah memenuhi standar kebutuhan g/ekor/hari.
BK. Konsumsi BK yang rendah saat
penelitian disebabkan karena kambing Penampilan produksi induk kambing
yang selektif memilih pakan. Kambing Pengaruh perlakuan steaming up
cenderung memilih pakan Gliricidia terhadap penampilan produksi induk kamb-
sepium dibandingkan dengan rumput gajah. ing ditampilkan pada Tabel 3.
Kelompok dengan perlakuan steaming up
memiliki nilai konsumsi BK yang tinggi

Tabel 3. Penampilan produksi induk kambing


Perlakuan
Parameter Satuan
P0 P1 P2
Rataan BB pra partus kg 54,38±1,11 54,00±2,83 52,75±2,99
Rataan BB pasca partus kg 42,25±1,71 44,00±3,94 44,25±0,65
% Kehilangan BB pra dan pasca partus % 22,30 18,52 16,11
Rataan BCS pra partus - 3,38±0,48 3,63±0,25 3,50±0,41
Rataan BCS pasca partus - 2,88±0,25 3,25±0,29 3,25±0,29
% Kehilangan BCS pra dan pasca partus % 14,79 10,47 7,14
Litter size ekor 1,75 1,50 1,50

Steaming up menggunakan Gliricidia 16,11%; perlakuan P1 terjadi penurunan


sepium tidak menunjukkan laju penurunan nilai bobot badan sebesar 18,52%;
kehilangan bobot badan yang signifikan sedangkan perlakuan P0 terjadi penurunan
(P>0,05). Namun pada Tabel 3. bobot badan sebesar 22,30%. Sultana, et al.
Menunjukkan bahwa perlakuan P2 terjadi (2012) steaming up pada periode kering
penurunan nilai bobot badan sebesar dapat meningkatkan PBBH dan kehilangan

DOI: 10.21776/ub.jiip.2019.029.02.02 104


Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan, April 2019, 29(2): 101 – 108

bobot badan saat partus (Sahu, et al. 2013). sehingga skor BCS tidak turun secara dras-
Sirohi, et al. (2014) perlakuan tis. Sirohi, et al. (2014) steaming up dapat
suplementasi konsentrat selama periode meningkatkan status energi pada kambing
kering dapat mengurangi resiko kehilangan ketika partus, menurunkan laju kehilangan
bobot badan yang drastis pada awal laktasi. BCS serta menghasilkan bobot lahir anak
Praveena, et al. (2014) rataan kehilangan kambing yang lebih tinggi. Sedangkan
bobot badan induk kambing terendah rataan litter size pada induk kambing PE
terjadi pada perlakuan penambahan pada penelitian adalah P0 (1,75 ekor); P1
konsentrat pada periode kering. (1,50 ekor); dan P2 (1,50 ekor). Nilai litter
Tabel 3. Menunjukkan bahwa size tersebut lebih rendah apabila
perlakuan P0 terjadi penurunan nilai BCS dibandingkan dengan penelitian Kaunang,
sebesar 14,79%; perlakuan P1 terjadi Suyadi, dan Wahjuningsih (2012) bahwa
penurunan nilai BCS sebesar 10,47%; litter size kambing PE adalah 1,80±0,64
sedangkan perlakuan P2 terjadi penurunan ekor. Rataan litter size kambing PE
BCS sebesar 7,14%. Rendahnya ke- penelitian masih dikatakan baik.
hilangan nilai BCS diakibatkan pada saat
kambing bunting tua mendapatkan pakan Penampilan pertumbuhan anak
dengan kualitas baik yang mecukupi kebu- kambing
tuhan fisiologisnya. Kecukupan kebutuhan Penampilan pertumbuhan anak
fisologis pada kambing perah mengakibat- kambing PE selama 4 minggu ditampilkan
kan ternak tidak merombak sebagian besar pada Tabel 4.
jaringan tubuhnya untuk produksi susu,

Tabel 4. Penampilan produksi anak kambing kambing PE selama 4 minggu


Litter size
Parameter Perlakuan
I1 2
P0 3755±000a 3300±099,7b
Bobot lahir (g) P1 4000±028m 3348±064,3n
x
P2 4140±123 3462±052,2y
P0 6732±000 6406±098,6
Bobot sapih (g) P1 7021±103 6474±146,2
P2 7292±115a 6643±049,4b
P0 106±0,000 111±4,135
PBBH (g) P1 108±2,677 112±4,459
P2 113±2,576 114±2,486
a–b; m–n; x–y
Keterangan: superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang
nyata antar kelompok (P<0,05). Perlakuan steaming up tidak memberikan perbedaan
yang nyata terhadap bobot lahir, bobot sapih, dan PPBH antar perlakuan (P>0,05) .

Bobot lahir menunjukkan perbedaan nyata terhadap


Tabel 4. Menunjukkan bahwa rataan bobot lahir. Namun perlakuan steaming up
bobot lahir kelahiran tunggal pada perla- memberikan hasil tertinggi dibandingkan
kuan P0, P1, dan P2 berturut-turut adalah perlakuan kontrol. Bobot lahir kelahiran
3755 g; 4000 g; dan 4140 g. Sedangkan kembar lebih rendah dibandingkan ke-
bobot lahir kelahiran kembar pada perla- lahiran tunggal dikarenakan adanya kom-
kuan P0, P1, dan P2 berturut-turut adalah petisi mendaptakan nutrisi dari induk pada
3300 g; 3348 g; dan 3462 g. Hasil analisa periode kering. Steaming up pada ke-
statistik menunjukkan perlakuan steaming buntingan kembar mampu memberikan
up menggunakan Gliricidia sepium tidak nutrisi yang baik sehingga didapatkan bo-

DOI: 10.21776/ub.jiip.2019.029.02.02 105


Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan, April 2019, 29(2): 101 – 108

bot lahir kembar optimal. Sirohi, et al. tertinggi dibandingkan perlakuan kontrol.
(2014) steaming up dapat meningkatkan Tidak adanya perbedaan tersebut dimung-
status energi pada induk kambing bunting kinkan karena anak kambing mendapat nu-
tua ketika partus serta menghasilkan bobot trisi yang cukup dengan sistem pemeli-
lahir anak kambing yang lebih tinggi. Sa- haraan intensif. Pemeliharaan intensif dil-
hu, et al. (2013) mengemukakan bahwa akukan melalui pemberian susu sesuai
kehilangan BCS yang lebih besar pada saat dengan bobot badan anak kambing. Hasil
periode kering maupun awal laktasi juga tersebut sesuai dengan penelitian Novita,
akan mempengaruhi bobot lahir anak dkk. (2005) bahwa pertambahan bobot ba-
kambing. dan harian anak kambing kambing PE
dengan perlakuan pakan jerami terfermen-
Bobot sapih tasi adalah 96-114 g/ekor/hari. Dit-
Tabel 4. Menunjukkan bahwa rataan ambahkan Budisatria, Ibrahim , and Maha-
bobot sapih kelahiran tunggal pada perla- rani (2018) bahwa PBBH anak kambing
kuan P0, P1, dan P2 berturut-turut adalah kambing PE dengan rambut hitam-putih,
6732 g; 7021 g; dan 7292 g. Sedangkan coklat-putih, dan campuran ketiganya ber-
bobot sapih kelahiran kembar pada perla- turut-turut adalah 118 g/hari, 128 g/hari,
kuan P0, P1, dan P2 berturut-turut adalah dan 121 g/hari. Chaturvedi, Mann, and Ka-
6406 g; 6474 g; dan 6643 g. Hasil analisa rim (2014) terdapat perbedaan signifikan
statistik menunjukkan perlakuan steaming dalam pertambahan bobot badan harian
up menggunakan Gliricidia sepium tidak karena perlakuan steaming up selama 2
menunjukkan perbedaan nyata terhadap bulan pada periode kering.
bobot sapih. Namun perlakuan steaming up
memberikan hasil tertinggi dibandingkan KESIMPULAN
perlakuan kontrol. Bobot sapih sangat di- Steaming up menggunakan Gliricidia
pengaruhi oleh bobot lahir, jenis kelamin, sepium sebesar 0,8% berdasarkan kebu-
stress, dan manajemen pemeliharaan. tuhan BK pada periode kering menunjuk-
Nnadi, Kamalu, and Onah (2007) kan laju penurunan bobot badan dan BCS
mengemukakan bahwa induk kambing yang rendah. Perlakuan steaming up juga
dengan perlakuan steaming up tinggi nutri- menunjukkan rataan bobot lahir, bobot
si pada periode kering akan menghasilkan sapih, dan PBBH lebih baik dibandingkan
bobot lahir yang lebih tinggi saat lahir. perlakuan kontrol.
Bhaskar, et al. (2015) bobot lahir yang
tinggi memiliki korelasi yang positif pada UCAPAN TERIMAKASIH
bobot sapih pada umur 3 bulan. Kami mengucapkan terimaksih kepada
kepala dan staff UPT PT dan HMT Singo-
Pertambahan bobot badan harian sari yang telah membantu selama
Tabel 4. Menunjukkan bahwa rataan penelitian.
PBBH kelahiran tunggal pada perlakuan
P0, P1, dan P2 berturut-turut adalah 106 g; DAFTAR PUSTAKA
108 g; dan 113 g. Sedangkan PBBH ke- Anis, S.D., D.A. Kaligis, B. Tulung, and
lahiran kembar pada perlakuan P0, P1, dan Aryanto. 2016. Leaf quality and yield
P2 berturut-turut adalah 111 g; 112 g; dan of Gliricidia sepium (Jacq) steud under
114 g. Hasil analisa statistik menunjukkan different population density and cutting
perlakuan steaming up menggunakan Glir- interval in coconut plantation. Journal
icidia sepium tidak menunjukkan perbe- of the Indonesian Tropical Animal Ag-
daan nyata terhadap PBBH. Namun perla- riculture, 41(2), 91-98. doi:
kuan steaming up memberikan hasil 10.14710/jitaa.41.2.91-98.

DOI: 10.21776/ub.jiip.2019.029.02.02 106


Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan, April 2019, 29(2): 101 – 108

Bell, A. W. 1995. Regulation of organic


nutrient metabolism during transition Deeming, L.E., N.J. Beausoleil, K.J. Staf-
from late pregnancy to early lactation. ford, J.R. Webster, and G. Zobel1.
J. Anim. Sci., 73(2), 2804-2819. 2016. Brief Communication: Variabil-
ity in growth rates of goat kids on 16
Bhaskar, S.K., Yadav, S.B.S, Nagda, R.K., New Zealand dairy goat farms. Pro-
Pannu, U., Singh, H. and Nirbhan, L.K. ceedings of the New Zealand Society of
2015. Growth performance of Sirohi Animal Production, 76(2), 137-138.
goats in their home tract. Indian J.
Small Rum., 21(2), 230-233. Herwati, E dan M. Royani. 2017. Kualitas
doi:10.5958/09739718.2015.00049.5 silase daun gamal dengan penambahan
molases sebagai zat aditif. IJAS, 7(2),
Budisatria, I.G.S., A. Ibrahim, and D. Ma- 29-32.
harani. (2018). Pre-weaning of Etawah
grade kids based on doe’s hair color Kaunang, D. Suyadi, S. dan S. Wahjun-
differences. Paper presented at The 7th ingsih. 2012. Analisis litter size, bobot
International Seminar on Tropical An- lahir dan bobot sapih hasil perkawinan
imal Production Contribution of Live- kawin alami dan inseminasi buatan
stock Production on Food Sovereignty kambing Boer dan Peranakan Etawah.
in Tropical Countries, (pp. 818-823). Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan, 23(3),
Yogyakarta, Indonesia. 41-46.

Cakra, I.G.L.O dan A.A.A.S. Trisnadewi. National Research Council. 1981. Nutrient
2016. Penggantian daun gamal (Gliri- requirements of goats: angora, dairy,
cidia sepium) dengan kaliandra (Calli- and meat goats in temperate and tropi-
andra calothyrsus) dalam ransum cal countries. National Academy of
kambing terhadap kadar urea darah dan Science: USA.
deposisi nutrien. Majalah Ilmiah Pe-
National Research Council. 2001. Nutrient
ternakan, 19(3), 110-114.
requirements of dairy cattle. 7th rev. ed.
Chaturvedi, O. H., Mann, J. S. and Karim, National Academy of Science: USA.
S. A. 2010. Effect of concentrate sup-
Nnadi, P.A.; Kamalu, T.N. and Onah, D.N.
plementation to ewes grazing on com-
2007. Effect of dietary protein supple-
munity rangelands during late gestation
mentation on performance of West Af-
and early lactation. Indian J. Small
rican dwarf (WAD) does during preg-
Rum., 16(1), 97-100.
nancy and lactation. Small Ruminant
Chellapandian, M. 2016. Effect of concen- Res., 71(3), 200-204. doi:
trate supplementation on the growth 10.1016/j.smallrumres.2006.06.007.
performance and economics of
Novita, C.I., A. Sudono, I.K. Sutama, T.
Kilakarsal Sheep. Global J. Res. Analy-
Toharmat. 2005. Produktivitas Kamb-
sis, 5(6), 37-38.
ing Peranakan Etawah yang diberi ran-
Daning, D. R. A., and B. Foekh. 2018. sum berbasis jerami padi fermentasi.
Evalluation of production and nutrient Media Peternakan, 29(2), 96-106.
qualityon parts of leaves and bark
Nuraini, Budisatria I.G.S, and A. Agus.
wood Calliandra callotirsus and Gliri-
2014. Effect of the level of use of
cidia sepium. Animal Science, 16(1), 7-
booster feed on the performance of the
11.

DOI: 10.21776/ub.jiip.2019.029.02.02 107


Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan, April 2019, 29(2): 101 – 108

Bligon Goat Master on people's farms.


Bulletin of Animal Husbandry, 38(1), Soberon, F., E. Raffrenato, R.W. Everett,
34-41. M.E. Van Amburgh. 2012. Preweaning
milk replacer intake and effects on
Praveena Kulkarni, Kandenahalli C. long-term productivity of dairy calves.
Veeranna, Ramachandra B. Rao and Journal of Dairy Science, 95(2), 783-
Harisha Mageppa. 2014. Effect of sup- 793. doi: 10.3168/jds.2011-4391.
plementary feeding in Osamanabadi
Goats: a participation action research Sultana, S., Khan, M. J., Hassan, M. R. and
analysis from India. Int. J. Agr. Ext., Khondoker, M. A. M. Y. 2012. Effects
2(3), 205-210. of concentrate supplementation on
growth, reproduction and milk yield of
Sahu, S., Babu, L.K., Karna, D.K., Behera, Black Bengal Goats (Capra hircus).
K., Kanungo, S., Kaswan, S., Biswas, The Bangladesh Veterinarian, 29(1),
P., and Patra, J.K. 2013. Effect of dif- 7–16. doi: 10.3329/bvet.v9i1.11884.
ferent level of concentrate supplemen-
tation on the periparturient growth per- Suranindyah, Y.Y., T.S.M. Widi, Sumadi,
formance of Ganjam Goat in extensive N.H. Tarmawati, and U. Dwisepta.
system. Vet. World, 6(7), 428-432. (2009). Production Performance Of
Etawah Cross Bred Goats In Turi–
Sirohi, A.S., A.K. Patel, B.K. Mathur, A.K. Sleman, Yogyakarta. Paper presented at
Misra, and M. Singh. 2014. Effects of The 1st International Seminar on Ani-
steaming up on the performance of mal Industry Bogor, (pp. 314-318). Bo-
grazing does and their kids in arid re- gor, Indonesia.
gion. Indian J. Anim. Res., 48(1), 71-
74. doi: 10.5958/j.0976-0555.48.1.015.

DOI: 10.21776/ub.jiip.2019.029.02.02 108

Anda mungkin juga menyukai