Anda di halaman 1dari 9

PERFORMA AYAM BROILER YANG DIBERI RANSUM

MENGANDUNG BUNGKIL INTI SAWIT DENGAN


PENAMBAHAN ENZIM ENERZYME PRO 700

PROPOSAL PENELITIAN
INNAKA HASBULLAH

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN


FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2019
KEMENTRIAN RISET DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN TINGGI
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
FAKULTAS PETERNAKAN
Telepon: (0251) 622841; Fax: (0251) 622842, 622202
Jl. Agatis, Kampus IPB Dramaga, Bogor, 16680

LEMBAR PENGESAHAN

Identitas Mahasiswa dan Pengesahan


Nama Lengkap Innaka Hasbullah
Nomor Induk Mahasiswa D24160022
Alamat di Bogor Jln. Raya Stasiun Citayam, Gg.Mujar RT
004 RW 011
Beban Studi yang akan diambil 22 SKS
saat ini
Beban Studi yang telah diambil 125 SKS
IPK sampai saat ini 3.85
Judul Penelitian Performa ayam broiler yang diberi ransum
mengandung bungkil inti sawit dengan
penambahan enzim enerzyme pro 700.
Lokasi Penelitian Laboratorium Penelitian dan Laboratorium
Ilmu dan Teknologi Pakan, Fakultas
Peternakan, IPB.
Lama Penelitian 3 Bulan

Proposal ini telah disetujui oleh Pembimbing pada tanggal


PembimbingUtama, Pembimbing Anggota, MahasiswaYbs,

Ir. Dwi Margi Suci, M.S Prof Dr Ir Nahrowi, M.Sc Innaka Hasbullah
NIP. 19610905 198703 2 001 NIP. 19620425 198603 1 002 NIM. D24160022

Menyetujui,
Ketua Departemen
Ilmu Nutrisi danTeknologi Pakan

Dr Sri Suharti, S.PL, M.Si


NIP. 19741012 200501 2 002
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Permintaan protein hewani terus meningkat seiring dengan pertumbuhan


penduduk di Indonesia setiap tahunnya. Hal ini sejalan dengan meningkatnya
kesadaran masyarakat akan pentingnya konsumsi protein. Salah satu sumber
protein hewani yang banyak diminati adalah ayam broiler. Ditjen PKH (2018)
menunjukkan bahwa ayam broiler menempati angka tertinggi berdasarkan
konsumsi produk peternakan per kapita per tahun. Konsumsi daging ayam broiler
terus meningkat setiap tahunnya, pada tahun 2017 angka konsumsi ayam broiler
mencapai 5,683 kg per kapita per tahun. Umboh (2014), menyatakan bahwa
masyarakat Indonesia menyukai daging ayam broiler dikarenakan rasa dan
teksturnya yang baik, mudah di masak, dan harganya yang murah. Selain itu,
menurut Situmorang et al. (2013), ayam broiler memiliki keunggulan yaitu
pertumbuhannya yang sangat cepat dan efisien dalam mengubah pakan menjadi
daging. Hal ini juga yang mendorong masyarakat Indonesia untuk terus
mengembangkan usaha peternakan ayam broiler.
Sinurat (2012) menyatakan bahwa masalah yang dihadapi dalam
menjalankan usaha peternakan khususnya unggas adalah ketergantungan impor
bibit ayam, bahan pakan, peralatan, dan obat-obatan. Pakan merupakan faktor
utama yang menentukan keberhasilan usaha peternakan, karena 60-70% dari total
biaya produksi berasal dari pakan (Situmorang et al. 2013). Bahan pakan yang
banyak digunakan dalam ransum ayam broiler adalah jagung dan kedelai.
Permintaan jagung dan kedelai kian meningkat seiring dengan meningkatnya
permintaan daging ayam broiler di Indonesia. Namun produksi dalam negeri
belum mampu memenuhi tingginya permintaan jagung dan kedelai, sehingga
Indonesia melakukan impor. Hal ini menyebabkan biaya pakan menjadi mahal.
Biaya pakan yang tinggi tersebut perlu ditekan agar dapat mengurangi biaya
produksi dan meningkatkan keuntungan peternak. Solusi yang dapat dilakukan
yaitu mencari alternatif bahan pakan lain yang memiliki kelimpahan yang tinggi
di Indonesia. Salah satu bahan pakan yang memiliki kelimpahan yang tinggi di
Indonesia adalah bungkil inti sawit, namun penggunaanya belum umum dilakukan
apabila ditambahkan ke dalam ransum unggas.
Indonesia merupakan negara penghasil dan eksportir minyak kelapa sawit
terbesar di dunia. Volume ekspor minyak kelapa sawit di Indonesia mencapai
26,47 juta ton pada tahun 2015 dan terus meningkat pada tahun 2017 mencapai
29,07 juta ton (Kristono dan Hudori 2019). Hasil samping dari pengolahan
minyak kelapa sawit berupa bungkil inti sawit, lumpur sawit, dan solid heavy
phase (SHP). Bungkil inti sawit merupakan limbah padat dari proses pemerasan
daging buah inti sawit, lumpur sawit merupakan limbah cair dari pemerasan buah
sawit, sedangkan HSP merupakan limbah padat setelah pengutipan lumpur sawit.
Dari ketiganya, yang memiliki kandungan nutrien paling baik adalah bungkil inti
sawit. Kandungan nutrien dalam bungkil inti sawit meliputi protein 14,19%,
metionin 0,41%, lisin 0,49%, dan energi metabolis (EM) 2.087 kkal/kg. Namun,
bungkil inti sawit tidak dapat dimanfaatkan secara maksimal dalam ransum
unggas karena memiliki kandungan serat kasar yang tinggi (21,7%) serta
rendahnya kecernaan asam amino. (Sinurat 2012). Cara yang dapat dilakukan agar
dapat memanfaatkan bungkil inti sawit dalam ransum unggas secara maksimal
adalah dengan penambahan enzim.
Enzim merupakan zat yang berfungsi sebagai katalisator dalam proses
pemecahan senyawa organik yang kompleks menjadi senyawa yang lebih
sederhana. Penggunaan enzim dalam ransum dapat memperbaiki kualitas ransum
dan meningkatkan kecernaan nutrien (Noferdiman et al. 2019). Enerzyme Pro 700
adalah multienzim yang mengandung protease, mannanase, dan protein
enhancing factor yang dikomersialkan oleh PT. Farma Sevaka Nusantara.
Penggunaan enzim ini diharapkan mampu meningkatkan efisiensi ransum yang
mengandung bungkil inti sawit. Dengan demikian, perlu dilakukan evaluasi secara
in vivo untuk mengetahui penggunaan optimum bungkil inti sawit yang diberi
penambahan enzim pada ransum terhadap performa ayam broiler.

Rumusan Masalah

Bungkil inti sawit merupakan bahan pakan hasil samping pengolahan


minyak sawit yang memiliki kelimpahan yang tinggi dan belum termanfaatkan
secara ooptimal pada ransum unggas. Hal ini dikarenakan kandungan serat
kasarnya yang tinggi dan kecernaan nutriennya yang rendah. Penambahan enzim
dapat memperbaiki kualitas ransum dan meningkatkan kecernaan nutrien.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui performa ayam broiler yang


dihasilkan pada ransum mengandung bungkil inti sawit dengan penambahan
enzim enerzyme pro 700.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi terkait


kadar optimum dari penggunaan bungkil inti sawit yang diberi penambahan enzim
pada ransum terhadap performa ayam broiler.

Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini yaitu performa optimum ayam broiler


dicapai pada level penggunaan bungkil inti sawit yang sudah diberi perlakuan
fisik dan kimia sebanyak 10% dengan level penggunaan enzim yang sama pada
setiap perlakuannya.
Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini meliputi bungkil inti sawit dengan enzim
enerzyme pro 700 yang diproduksi PT. Farma Sevaka Nusantara. Kemudian
dilakukan percobaan dengan pemberian ransum yang mengandung bungkil inti
sawit dengan penambahan enzim enerzyme pro 700. Selanjutnya pengamatan
terhadap performa ayam broiler mengidentifikasi penggunaan optimum bungkil
inti sawit pada ransum ayam broiler.

TINJAUAN PUSTAKA

Bungkil Inti Sawit

Bungkil inti sawit merupakan hasil samping dari pemerasan daging buah
inti sawit atau palm kernel. Proses pemerasan minyak secara mekanis
menyebabkan jumlah minyak yang tertinggal masih cukup banyak (sekitar 9,6%).
Hal ini menye babkan bungkil inti sawit cepat tengik akibat oksidasi lemak yang
masih cukup tinggi tersebut. Bungkil inti sawit biasanya terkontaminasi dengan
pecahan cangkang sawit dengan jumlah 9,1-22,8%. Pecahan cangkang
mempunyai tekstur yang keras dan tajam. Hal ini menyebabkan bahan ini kurang
disukai ternak (kurang palatable) dan dikhawatirkan dapat merusak dinding
saluran pencernaan ternak muda. Bungkil inti sawit dapat digunakan untuk pakan
ternak sebagai sumber energi atau protein. Namun, penggunaannya untuk pakan
unggas terbatas karena tingginya kadar serat kasar (21,7%), termasuk
hemiselulosa (mannan dan galaktomanan), serta rendahnya kadar dan kecernaan
asam amino. Batas penggunaan bungkil inti sawit dalam campuran pakan unggas
bervariasi, yaitu antara 5-10% pada ransum ayam broiler dan bisa digunakan
hingga 20-25% dalam ransum ayam petelur (Sinurat 2012).
Bungkil inti sawit merupakan hasil samping yang diperoleh dari pabrik
pengolahan kelapa sawit yang potensial untuk dijadikan sebagai bahan pakan
ternak. Pemanfaatan BIS sebagai sumber energi dalam pakan juga dapat
mengurangi biaya pakan. Pengolahan inti sawit menghasilkan sekitar 45% minyak
inti sawit sebagai hasil utama dan bungkil inti sawit sekitar 45% sebagai hasil
sampingan. BIS mempunyai berat jenis, kerapatan tumpukan, kerapatan
pemadatan tumpukan dan sudut tumpukan yang lebih tinggi dari sifat fisik yang
dimiliki bungkil kedele. Bungkil inti sawit, sangat potensial untuk digunakan
sebagai pakan alternatif sumber protein dan energi. Kandungan gizi pada BIS
adalah protein kasar 15.32 %, serat kasar 14.39%, lemak kasar 1.75%, Ca 0.49%
dan P 0.68%, dengan kandungan energi metabolis 1892 Kkal/kg. Kandungan zat
nutrisi dalam BIS bervariasi, hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan umur
tanaman, teknik ekstraksi, daerah asal atau jenis kelapa sawit. Konsentrat protein
yang diekstraksi dari bungkil inti sawit memiliki retensi protein dan energi
metabolis murni yang lebih tinggi dari bungkil inti sawit tanpa pengolahan serta
hampir menyamai dengan bungkil kedelai yang mempunyai retensi protein dan
energi metabolis murni (Loka 2017).

Ayam Broiler

Ayam broiler atau sering juga disebut ayam ras pedaging adalah istilah
untuk menyebut strain ayam hasil budidaya teknologi yang memiliki karakteristik
ekonomis dengan ciri khas pertumbuhan cepat sebagai penghasil daging. Ayam
broiler memiliki pertumbuhan yang sangat pesat pada umur 1-5 minggu dan sudah
dapat dipasarkan pada umur 5-6 minggu dengan bobot hidup antara 1,3-1,4 kg.
Ciri khas ayam broiler adalah: a) rasanya enak dan khas, b) pengolahannya mudah
tetapi mudah hancur dalam proses perebusan yang lama (Nizam 2013).
Ayam Broiler Strain Ross berasal dari persilangan antara bangsa ayam
Cornish dengan bangsa ayam yang berasal dari Inggris. Ciri-ciri fisik DOC dari
jenis ayam broiler ini adalah memiliki warna bulu kuning. Ross memiliki
karakteristik Feed Convertion Ratio (FCR) atau rasio konsumsi pakan lebih
efisien, laju pertumbuhan lebih cepat, daya hidup lebih bagus, focus
pengembangan genetik pada kekuatan kaki sebagai penyeimbang berat badan.
ayam broiler strain Ross memiliki performance mingguan yang cukup baik sesuai
dengan tujuan menghasilkan strain ross. Berat badan umur 4 minggu mencapai
1501 g/ekor dengan konsumsi ransum 2116 g/ekor serta FCR 1,4. Prestasi bobot
badan Strain Ross ini hampir mencapai performance strain ayam Cobb 500 yaitu
pada umur 4 minggu 1615 g/ekor (Banamtuan 2019).

Enzim

Enzim berfungsi sebagai katalisator untuk mempercepat reaksi pemecah


senyawa-senyawa organik yang komplek menjadi sederhana, katalisator akan ikut
serta dalam reaksi dan mengalami perubahan fisik selama reaksi, tetapi akan
kembali ke keadaan semula jika reaksi telah selesai. Penggunaan enzim dalam
ransum dapat memperbaiki kualitas ransum dan meningkatkan kecernaan nutrien
(Noferdiman et al. 2019). Enerzyme Pro 700 adalah multienzim yang
mengandung protease, mannanase, dan protein enhancing factor yang
dikomersialkan oleh PT. Farma Sevaka Nusantara.
Serat kasar dalam bungkil inti sawit salah satunya adalah manan yang
merupakan karbohidrat kompleks yang harus dihidrolisis menjadi gula sederhana
agar mudah dicerna. Sebagian besar karbohidrat yang ter dapat pada bungkil inti
sawit adalah polisakarida yang sulit dicerna. Polisakarida tersebut mengandung
kadar manan yang tinggi sehingga sulit dicerna. Manan tersebut dapat diubah
menjadi manosa dengan bantuan enzim mananase (Bakara et al. 2013). Enzim
manannase dapat dimanfaatkan sebagai campuran dalam ransum ternak unggas
sehingga meningkatkan nilai gizi dan konversi bahan pakan kaya manan seperti
bungkil inti sawit (Ningsih 2017).
MATERI DAN METODE

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan selama 3 bulan. Lokasi penelitian


bertempat di Laboratorium Penelitian dan Laboratorium Ilmu Teknologi Pakan,
Fakultas Peternakan, IPB.

Materi

Bahan yang akan digunakan dalam penelitian adalah bungkil inti sawit,
enzim enerzyme pro 700, dan bahan pakan penyusun ransum unggas lainnya.
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ayam broiler unsex strain
Ross, kandang, dan oven.

Prosedur

Persiapan Pakan
Pakan yang digunakan adalah ransum yang diformulasikan sendiri dengan
penggunaan bungkil inti sawit (BIS) sesuai dengan perlakuan. Ransum starter dan
finisher yang akan digunakan adalah ransum yang mengandung bungkil ini sawit
yang disusun sesuai kebutuhan ayam broiler menurut NRC (2004).

Persiapan Kandang
Enam puluh kandang beralaskan liter ukuran 1x1 m2 diisi masing masing
untuk 20 ekor DOC. Kandang dilengkapi dengan penerang sekaligus pemanas,
tempat makan dan minum sesuai dengan kebutuhan.

Pemeliharaan
Sebanyak 1200 DOC akan dibagi secara acak pada 60 petak masing-
masing 20 ekor. Pemeliharaan akan dilakukan selama 35 hari. Pemberian pakan
pada 7 hari pertaa akan dilakukan sebanyak 3 jam sekali, 7 hari berikutnya 4 jam
sekali, kemudian 21 hari selanjutnya 3 kali sehari. Air minum akan diberikan ad
libitum.

Rancangan Percobaan dan Analisis Data

Perlakuan
Perlakuan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
R0 : Kontrol R (BISR + 0% Enerzyme pro 700)
R1 : BISR 5% + 0.0035% Enerzyme pro 700
R2 : BISR 10% + 0.0035% Enerzyme pro 700
R3 : Kontrol T (BIST + 0% Enerzyme Pro 700)
R4 : BIST 5% + 0.0035% Enerzyme pro 700
R5 : BIST 10% + 0.0035% Enerzyme pro 700
Keterangan :
BISR : BIS tanpa perlakuan
BIST : BIS yang sudah diberi perlakuan fisik dan kimia

Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang akan digunakan yaitu Rancangan Acak
Lengkap Faktorial (RALF) dengan pola faktorial (2x3) 10 ulangan. Faktor
pertama adalah jenis bungkil inti sawit dan faktor kedua adalah taraf penggunaan
bungkil inti sawit. Masing-masing ulangan akan diisi sebanyak 20 ekor. Model
matematika yang akan digunakan sesuai (Steel dan Torrie 1993) sebagai berikut:
Hijk = π + Pj + Pk + (Pj x Pk) + eijk

Keterangan :
Hijk = Hasil akibat perlakuan ke-j dan perlakuan ke-k pada ulangan ke-i
π = Nilai tengah umum
Pj = Pengaruh faktor perlakuan ke-j
Pk = Pengaruh faktor perlakuan ke-k
Pj x Pk = Interaksi perlakuan ke-j dan perlakuan ke-k
Eijk = Error akibat perlakuan ke-j dan perlakuan ke-k pada ulangan ke-i
i               = 1, 2, …., u (u = ulangan)
j               = 1, 2, …., p ke-1 (p = perlakuan ke-1)
k              = 1, 2,…... p ke-2 (p = perlakuan ke-2)

Analisis Data
Program aplikasi yang akan digunakan dalam menganalisis data yaitu
Statistical Product and Service Solutions (SPSS) 25. Data akan dianalisis
menggunakan sidik ragam Analisis of Variance (ANOVA) dan jika berbeda nyata
(P<0.05) akan diuji lanjut Duncan (Steel dan Torrie 1993).

Peubah yang Diamati


Peubah yang diukur meliputi konsumsi pakan, pertambahan bobot badan,
konversi pakan, mortalitas, dan IOFC.

DAFTAR PUSTAKA

Bakara O, Santoso L, Heptarina D. 2013. Enzim mananase dan fermentasi jamur


untuk meningkatkan kandungan nutrisi bungkil inti sawit pada pakan ikan
nila. Aquasains. 1(1) : 69-72.
Banamtuan AN. 2019. Strain dan karakteristik ayam broiler di Indonesia[tesis].
Kupang(ID) : Universitas Nusa Cendana.
Handoko H. 2010. Isolasi dan karakterisasi enzim pendegradasi serta peningkat
kualitas bungkil inti sawit untuk pakan ayam pedaging[tesis]. Bogor (ID) :
Institut Pertanian Bogor.
Kristono SN, Hudori M. 2019. Pengendalian thoroughput pabrik kelapa sawit
menggunakan individual moving range (I-MR) chart. Jurnal Citra Widya
Edukasi. 11(1): 1-10.
Loka WP. 2017. Performa produksi telur puyuh yang diberi ransum mengandung
bungkil inti sawit[skripsi]. Jambi (ID) : Universitas Jambi.
Ningsih ES. 2017. Pengaruh penggunaan enzim mannanase dalam ransum yang
mengandung bungkil inti sawit terhadap kulitas telur puyuh[tesis].
Jambi(ID) : Universitas Jambi.
Nizam M. 2013. Analisis pendapatan peternak ayam broiler pada pola kemitraan
yang berbeda di kecamatan telusiattinge kabupaten bone[skripsi]. Makasar
(ID) : Universitas Hasanudin.
Noferdiman, Sestilawarti, Zubaidah. 2019. Penggunaan bngkil inti sawit dan
enzim mananase dalam ransum terhadap performa produksi telur puyuh.
Jurnal Lahan Suboptimal. 8(1):11-19.
Saepuloh A. 2018. Pengaruh tingkat pemakaian bungkil inti sawit dalam ransum
terhadap performa ayam broiler[skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian
Bogor.
Sinurat AP. 2012. Teknologi pemanfaatan hasil samping industri sawit untuk
meningkatkan ketersediaan bahan pakan unggas nasional. Pengembangan
Inovasi Pertanian. 5(2) : 65-78
Sinurat AP, Purwadaria T, Pasaribu T. 2013. Peningkatan nilai gizi bungkil inti
sawi dengan pengurangan cangkang dan penambahan enzim. JITV. 18(1) :
34-41
Situmorang NA, Mahfuz LD, Atmomarsono U. 2013. Pengaruh pemberian tepung
rumput laut dalam ransum terhadap efisiensi penggunaan protein ayam
broiler. Animal Agricultural Journal. 2(2):49-56.
Umboh SJ (2014). Dampak perubahan harga terhadap kinerja usaha peternakan
ayam ras pedaging di Indonesia[tesis]. Bogor (ID) : Institut Pertanian
Bogor.

Anda mungkin juga menyukai