Anda di halaman 1dari 13

Jurnal Peternakan Lahan Kering Volume 1 No.

4 (Desember 2019), 589 - 601 ISSN :2714-7878

Kinerja Produksi Sapi Bali Penggemukan Yang Mengkonsumsi Konsentrat


Mengandung Tepung bonggol Pisang Terfermentasi dengan Pakan Basal Pola Peternak

Production Performance Bali Cattle fattened with Containing fermented banana corm
Cocentrates into farmers basal feeds
Yuskal A. Lesso; Upik Syamsiar Rosnah; Grace Maranatha
Fakultas Peternakan Universitas Nusa Cendana, Jl. Adisucipto Penfui KotakPos104Kupang
85001 NTT Telp(0380) 881580. Fax (0380) 881674
E-mail: Yuslesso94@gmail.com

ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian konsentrat yang mengandung
bonggol pisang terfermentasi menggunakan probiotik EM4 dengan pakan basal pola peternak terhadap
kinerja produksi sapi Bali penggemukan ditingkat peternak. Materi yang digunakan adalah sapi Bali
jantan sebanyak 9 ekor dengan kisaran umur 1,5-2,5 tahun dan berat badan awal 77-138 kg dengan rata-
rata 102,8 kg dan KV= 19,31 %. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan rancangan acak
kelompok (RAK) terdiri dari 3 perlakuan yaitu (P0= pakan pola peternak + konsentrat tanpa tepung
bonggol pisang, P1= pakan pola peternak + konsentrat yang mengandung 10% tepung bonggol pisang
terfernentasi dan P2= pakan pola peternak + konsentrat yang mengandung 20% tepung bonggol pisang
terfernentasi), dari masing-masing perlakuan ini dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali. Variabel yang
diukur adalah konsumsi bahan kering (kg/e/h), konversi pakan, efisiensi pakan dan pertambahan berat
badan harian (kg/e/h). Data yang diperoleh di analisis dengan Analisis Of Variance (Anova). Nilai rata-
rata konsumsi bahan kering P0 (2.660±0.045kg/e/h), P1 (2.662±0.199kg/e/h), P2 (2.770±0.056kg/e/h),
konversi pakan P0 (7,524±1, 640%), P1 (7,943±3.316%), P2 (8,126±1.204%), efisiensi pakan P0
(13.415± 1.640%), P1
(14.138±5.719%), P2 (9.295±4.496%) dan pertambahan berat badan harian P0 (0,357±0.047kg/e/h), P1
(0,369±0.125kg/e/h), P2 (0,345±0.044kg/e/h). Analisis ragam menunjukan bahwa perlakuan
berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap konsumsi bahan kering, konversi pakan, efisiensi pakan dan
pertambahan berat badan harian. Kesimpulan: Pemberian pakan konsentrat yang mengandung bonggol
pisang terfermentasi hingga 20% mempunyai kecenderungan yang sama dengan konsentrat yang
mengandung jagung giling 30% terhadap konsumsi bahan kering, konversi pakan, efisiensi penggunaan
pakan dan pertambahan berat badan harian ternak sapi Bali penggemukan dengan pakan basal pola
peternak.
Kata kunci: performance, corm, fermentation, bali cattle, basal.

ABSTRACT
The aim of this study is to evaluate the effect of feeding concentrate containing fermented banana corm
into farmers basal feed. There were 9 Bali cows with 1.5-2.5 years old and 77-138kg with an average of
102.8kg and KV=19.31%kg live weight used in the trial. Randomized block design (RBD) 3 treatments
with 3 replicates used in the trial. The 3 treatments offered were: P0= feeding basal feed + concentrate
without banana corm meal, P1= feeding basal feed + concentrate containing 10% fermented banana corm
meal, and P2= feeding basal feed + concentrate containing 20% fermented banana corm. The variables
measured were dry matter intake, feed conversion, feed efficiency and daily weight gain. Data obtained
were analyzed using Analysis of Variance (Anova). The result for each variable measured is: dry matter
intake P0 (2.660±0.045kg), P1 (2.662±0.199kg); P2 (2.770±0.056kg); feed conversion P0
(7.524±1.640%);P1 (7.943±3.316%); P2 (8.126±1.204%); feed efficiency P0 (13.415±1.640%); P1
(14.138±5.719%); P2 (9.295±4.496%), and daily weight gain P0 (0.357±0.047kg), P1 (0.369±0.125kg),
P2
(0.345±0.044kg). Statistcal anaysis shows that the effect of is not significant (P> 0.05) on either dry
matter intake, feed conversion, feed efficiency or daily weight gain. The conclusion is that Feeding
concentrates containing fermented banana corm up to 20% performs the similar result of feeding
concentrates containing 30% maize maize in dry matter intake, feed conversion, efficiency of feed use
and daily weight gain of Bali cow fattened with farmer basal feeds.

Keywords: performance, corm, fermentation, bali cattle, basal

1
PENDAHULUAN

Usaha ternak sapi potong di Nusa pisang, dengan produk sekunder (limbah)
Tenggara Timur (NTT) khususnya sapi yang dapat digunakan adalah bonggol (corm)
penggemukan belum optimal, terutama (Sembiring, 2017). Produksi pisang di
dalammemproduksi daging. Untuk dapat Kabupaten Kupang pada tahun 2017
mencapai produksi daging yang maksimal, mencapai 4.567ton, (BPS NTT, 2019)
makapakan memegang peranan yang sangat sehingga ketersediaan bonggol pisang secara
penting dalam pemenuhan kebutuhan ternak lokal cukup melimpah namun belum banyak
tersebut. Koten, dkk., (2014) menyatakan dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat
bahwa ternak ruminansia akan berproduksi sebagai pakan ternak sapi terutama dalam
dengan baik jika tersedia pakan hijauan yang formulasi pakan konsentrat.
berkualitas secara cukup. Didukung pendapat Berdasarkan hasil penelitian Aswadi,
Sulistijo dan Rosnah (2013) bahwausaha dkk., (2012), pemberian pakan komplit
ternak sapi penggemukan sangat bergantung mengandung tepung bonggol pisang dapat
pada produksi pakan hijauan pohon baik yang meningkatkan produksi asam propionate pada
dibudidaya maupun yang tersedia di alam. ternak kambing, hal ini disebabkan adanya
Strategi pemberian pakan yang efisien bonggol pisang mengandung karbohidrat
yaitu dengan memanfaatkan sumber daya mudah dicerna yang dibuktikan dengan
lokal yang melimpah dan bernilai gizi bagi peningkatan produksi asam propionate
ternak. Di Desa Oelatsala, terdapat beberapa sehingga cocok digunakan sebagai pakan
jenis bahan pakan pola peternak dengan untuk tujuan menghasilkan daging
kandungan protein kasarnya antara lain (penggemukan). Menurut Rosnah dan Yunus
lamtoro (Leucaena leucocephala) (PK (2017a), kandungan nutrisi bonggol pisang
25.28%), turi (Sesbania grandiflora) (PK BK (88,76%), PK (6,99 %), LK (1,19%),
27.84%), beringin (Ficus benjamina) (PK SK
12.08%), batang pisang (Musa paradisiacae) (12,52%), BETN (67,03%), Gros Energi
(PK 6.31%) dan lain-lain (PK 14.16%). (3.776,31 Kkal/kg).
Pakan pola peternak ditingkat peternak Bonggol pisang memiliki nilai nutrisi
dengan kandungan protein yang tinggiini yang cukup baik, terutama karbohidrat
hanya mampu memberikan pertambahan mudah larut (pati) sebesar 66,2%, dengan
berat badan sebesar 0,28kg/e/h (Rosnah dan energi metabolisme sebesar 2.450kkal/kg,
Yunus, 2017a). Menurut Sobang (2005) yang berpotensi memaksimalkan kemampuan
keseimbangan zat-zat makanan untuk ternak produksi ternak sapi Bali, namun protein
sapi penggemukan di Pulau Timor terutama rendah yakni 3,4% dan bonggol pisang segar
antara protein dan energi belum optimal yaitu ternyata memiliki kelemahan yaitu
mencapai 1:4,2. Sedangkan untuk mengandung zat anti nutrisi seperti tannin,
pertumbuhan yang optimal harus memiliki sterol, glikosida, kuinon dan terpenoid
PE ratio 1:5,1 (Hogan, 1996 dikutip Sobang, (Krisna dan Syamsuri, 2013 dikutip dikutip
2005). Sembiring, 2017) serta polifenol, alkaloid dan
Melihat permasalahan tersebut maka sapaonin (Jamuna, et al., 2011 dikutip
diperlukan upaya perbaikan kualitas pakan Sembiring, 2017), sehingga berpotensi
terutama kandungan energi pakan untuk mempengaruhi tingkat konsumsi. Salah satu
melengkapi kecukupan nutrisi bagi ternak. upaya untuk mengatasi masalah yang dapat
Jagung merupakan bahan pakan sumber menjadi kendala sebagai pakan adalah
energi yang sangat baik bagi ternak sapi, dengan cara fermentasi.
namun kebutuhan jagung untuk sapi tersebut Fermentasi bonggol pisang dapat
masih bersaing dengan kebutuhan manusia menggunakan probiotik starbio dan probiotik
dan ternak lainnya. Salah satu alternatif untuk EM4 namun hasil fermentasi terbaik dari
mengatasi hal tersebut adalah dengan kedua probiotik ini utuk bonggol pisang
memanfaatkan limbah pertanian (Manalip, adalah dengan menggunakan probiotik EM4
dkk., 2018). Salah satu sumber bahan pakan (Rosnah dan Yunus, 2017b), oleh karena itu
potensial yang tersedia di NTT adalah pohon dalam proses fermentasi ini menggunakan
probiotik EM4 yang berperan sebagai sumber
enzim yang dapat mengurai serat pakan sapi, bagi peternak (cattle feeder). Makin kecil
dengan demikian daya cerna ternak sapi lebih nilai konversi ransum makin menguntungkan
efisien sehingga meningkatkan berat badan. usaha peternakan dan makin efisien ternak
Kinerja pertumbuhan Sapi dijabarkan menggunakan pakan.
sebagai laju pertambahan berat badan harian. Adapun tujuan dari penelitian ini
Besarnya jumlah konsumsi pakan dalam adalah untuk mengetahui pengaruh dan level
bentuk bahan kering dan konversi pakan, pemberian konsentrat mengandung tepung
sebagai cerminan efisiensi ternak dalam bonggol pisang terfermentasi dengan
memanfaatkan pakan. Menurut Hafit dan menggunakan probiotik EM4 terhadap
Rugayah (2010), konversi ransum tidak saja konsumsi bahan kering, konvensi, efisiensi
merefleksikan efek fisiologis dalam dan pertambahan berat badan harian pada
memanfaatkan unsur-unsur gizi, tetapi juga sapi Bali penggemukan yang mengkonsumsi
mempunyai nilai ekonomi yang menentukan pakan basal pola peternak.

MATERI DAN METODE PENELITIAN


Lokasi dan Waktu Penelitian
77-138kg dengan rata rata 102,71kg ±
Penelitian ini telah dilaksanakan di
17,58kg dan koefisien variasi=19,31%.
Desa Oeletsala, Kecamatan Taebenu,
Kandang yang digunakan dalam
Kabupaten Kupang. Selama 8 minggu dengan
penelitian ini adalah kandang individu yang
tahapan 4 minggu pertama masa penyesuaian
terdiri dari 9 petak dengan lantai semen,
yang terdiri dari 2 minggu persiapan kandang
beratap seng dan dilengkapi dengan tempat
dan 2 minggu penyesuaian ternak dan pakan
pakan dan air minum.
konsentrat, serta 4 minggu kedua yaitu
pengumpulan data penelitian. Dalam penelitian ini pakan yang
diberikan yaitu hijauan berupa pakan pola
Materi Penelitian peternak: lamtoro (Leucaena leucocephala),
Materi yang digunakan dalam turi(Sesbania grandiflora), kapuk(Ceiba
penelitian ini adalah ternak sapi Bali jantan pentandra), bonedan konsentrat. Bahan pakan
penggemukan umur 1,5-2,5 Tahun sebanyak penyusun konsentrat adalah dedak padi,
9 ekor, dengan berat badan awal berkisar jagung giling, tepung daun gamal, urea,
antara garam dan bonggol pisang terfermentasi.

Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen menggunakan Rancangan
Acak Kelompok (RAK) dengan 3 perlakuan dan 3 ulangan. Adapun perlakuan dalam penelitian
ini adalah:
P0=Pakan pola peternak + konsentrat tanpa tepung bonggol pisang (kontrol).
P1=Pakan pola peternak + konsentrat yang mengandung 10% tepung bonggol pisang
terfernentasi.
P2=Pakan pola peternak + konsentrat yang mengandung 20% tepung bonggol pisang
terfernentasi.
Prosedur Fermentasi Bonggol Pisang 5. Masukan bonggol pisang yang sudah
1. Bonggol pisang dibersihkan lalu dicincang ditimbang kedalam tas plastik yang
halus dan dijemur sampai benar-benar berukuran besar lalu disiram
kering dibawah sinar matahari. menggunakan larutan tersebut (No 4),
2. Bonggol pisang yang sudah kering diaduk secara merata, ditutup rapat
digiling sampai halus dan siap untuk (keadaan an aerob) selama 3 hari setelah
difermentasi. itu diangin- anginkanhingga aroma
3. Persiapan fermentasi dimulai dengan amonianya hilang (selama 1 minggu).
menimbang bonggol pisang sebanyak 5 6. Proses fermentasi dilakukan setiap 5kg
kg, urea 50 gr, NPK 50 gr, gula 50 gr, air sebanyak 20 kali, sehingga menghasilkan
sebanyak 5 liter dan EM4 150ml total tepung bonggol pisang difermentasi
4. Tuangkan air dan EM4 kedalam ember sebanyak 100kg.
lalu larutkan ureadan gula.
Prosedur Pembuatan Konnsentrat Variabel yang diamati dalam penelitian
1. Siapkan bahan pakan konsentrat (dedak ini adalah:
padi, jagung giling, tepung bonggol pisang 1. Konsumsi Bahan Kering (Kg)
terfermentasi, tepung daun gamal, urea Data konsumsi diperoleh dari jumlah
dan garam). Komposisinya dapat dilihat pemberian pakan dikurangi sisa pakan
pada Tabel 3. dikali dengan kandungan bahan keringnya
2. Setelah bahan-bahan tersebut disiapkan, (%), (Argadyasto, dkk., 2015).
bahan pakan dicampur homogen. Konsumsi BK= Jumlah pakan
3. Proses pencampuran dimulai dari bahan diberikan(g)– Sisa pakan(g) x % BK.
pakan yang paling sedikit sampai dengan 2. Konversi Pakan
jumlah yang paling banyak. Data konversi pakan diperoleh dari hasil
Variabelyang Diamati bagi antara jumlah konsumsi bahan
kering dengan pertambahan berat badan
kg harian, (Sari, dkk., 2016).
Jumlah konsumsi BK ( h )
kg
Konversi Pakan= PBBH ( )
h
3. Efisiensi Pakan.
Data efisiensi penggunaan pakan diperoleh melalui perbandingan antara nilai pertambahan
berat badan harian dibagi dengan konsumsi bahan kering ransum dikali 100%, (Ekawati,
dkk., 2014).
PBBH
Efisiensi Pakan= X 100%
Konsumsi
BK
4. Pertambahan Berat Badan Harian (kg/ekor/hari)
Prosedur pengumpulan data pertambahan berat badan harian (PBBH) dilakukan sebanyak 5
kali setiap 7 hari sekali selama penelitian.Sebelum ternak ditimbang ternak dipuasakan
terlebih dahulu. (Rauf, dkk., 2015).
BB akhir (kg)−BB awal (kg)
Pertambahan Berat Badan Harian (PBBH)=
lamanya waktu pengamatan (hari)
Analisis Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis menurut Analisys Of Variance (ANOVA)
untuk melihat ada tidaknya pengaruh perlakuan terhadap variabel yang diteliti (Steel dan Torrie,
1993) dan Model matematis Rancangan Acak Kelompok menurut Gaspersz (1994) adalah
sebagai berikut:
Yij = µ + τi +βj +εij. i= 1, 2, …t
j= 1, 2, …τi
Dimana:
Yij= nilai pengamatan dari perlakuan ke-i dalam kelompok ke-j
μ = nilai tengah populasi (population mean)
τ
i= pengaruh aditif dari perlakuan ke-i
β
j = pengaruh aditif dari kelompok ke-j
ε
ij= pengaruh galat percobaan dari perlakuan ke-i pada kelompok ke-j
HASIL DAN PEMBAHASAN
Konsumsi Bahan Kering Pakan
ternak dengan perlakuan P0 sebesar
Berdasarkan Tabel 1 terlihat bahwa
2.660kg/e/h.
total rataan konsumsi bahan kering adalah
Bahan kering adalah bahan yang
sebesar 2.697kg, sedangkan rataan paling
terkandung di dalam pakan setelah
tinggi dicapai oleh ternak yang mendapat
dihilangkan airnya. Konsumsi bahan kering
perlakuan P2 yakni sebesar 2.770kg/e/h,
merupakan faktor utama yang mempengaruhi
kemudian diikuti oleh ternak yang mendapat
suplai nutrisi pada ternak sapi sehingga pada
perlakuan P1 sebesar 2.662kg/e/h, sedangkan
umumnya dijadikan acuan untuk mengkaji
konsumsi bahan kering terendah dicapai oleh kapasitas ternak dalam memanfaatkan pakan
dengan kualitas yang berbeda. Rataan
konsumsi bahan kering pakan ternak sapi Bali jantan penggemukan dapat dilihat
padaTabel 1. pisang tanpa difermentasi. Perbedaan ini
Perlakuan P2 memperoleh konsumsi diduga karena umur dan berat hidup dalam
bahan kering yang lebih tinggi dibandingkan penelitian ini sedikit lebih rendah yakni
perlakuan lainnya. Hal ini disebabkan karena berumur 1,5-2,5 tahun dengan berat badan
perlakuan tersebut memiliki kandungan awal sekitar 77-138kg, sedangkan Samba,
protein kasar 14,88yang lebih tinggi (2016) menggunakan ternak sapi yang sama
dibandingkan perlakuan lainya, serta dengan umur 2-2,5 tahun dengan berat badan
rendahnya kandungan energi4,07sehingga awal sekitar 145-178kg.
pakan lebih cepat dicerna dan menyebabkan Hasil yang diperoleh dalam penelitian
ternak meningkatkan konsumsi pakan ini juga berbeda dengan hasil penelitian
terutama bahan kering untuk memenuhi Sunarso, dkk., (2009) dikutip Nanda, dkk.,
kebutuhan energi untuk hidup pokok. (2014) yang melaporkan bahwa konsumsi
Sedangkan rendahnya konsumsi bahan kering pada sapi yang diberikan pakan
ransum pada perlakuan P0 disebabkan karena komplit iso energi (TDN 60-69%) dan protein
perlakuan tersebut memiliki kandungan (12%) berkisar 6,89-8,56kg/h. Perbedaan ini
nutrisi yang relatif rendah sehingga disebabkan bobot hidup dan bangsa ternak
menurunkan palatabilitas ransum. Menurut yang digunakan berbeda yaitu pada penelitian
Tillman,dkk., (2005), kemampuan ternak ini menggunakan sapi Bali yang memiliki
dalam mengkonsumsi pakan dipengaruhi oleh bobot hidup antara 111-136kg, lebih lanjut
beberapa faktor yaitu kandungan nutrisi dinyatakan bahwa pada sapi Simental yang
bahan pakan, upaya ternak memenuhi memiliki bobot hidup rata-rata 110kg dan
kebutuhan akan energinya, bahan kering yang merupakan bangsa Bos Taurus. Menurut
paling mudah dioksidasi untuk menghasilkan Nanda,dkk., (2014) bahwa konsumsi pakan
energi, maka ternak akan meningkatkan antara lain dipengaruhi oleh bobot hidup
konsumsi bahan kering untuk memenuhi ternak. Semakin tinggi bobot hidup ternak,
kebutuhan energinya dan akan berhenti konsumsi BK pakan semakin tinggi pula.
makan apabila kebutuhan energinya telah Kemampuan ternak untuk
tercukupi. mengkonsumsi BK berhubungan erat dengan
Berdasarkan hasil Analisis of Variance kapasitas fisik lambung dan saluran
(ANOVA) menunjukkan bahwa perlakuan pencernaan secara keseluruhan (Parakassi,
berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap 1999 dikutip Umela dan Bulontio, 2016).
konsumsi bahan kering. Hal ini dikarenakan Samba (2016) menambahkan bahwa
tingkat konsumsi bahankering sangat pemberian pakan konsentrat dapat
dipengaruhi olehkebutuhanenergi bagi ternak meningkatkan kecernaan ransum ternak
dan kapasitas rumendisamping juga karena pencernaan menjadi lebih cepat,
ditentukan oleh kandunganzat-zat makanan sehingga menyebabkan pengosongan rumen
dari pakan yang diberikan, selain itu dan menimbulkan sensasi lapar pada ternak,
kandungan bahan kering pada masing-masing akibatnya memungkinkan ternak untuk
perlakuantidak jauh berbeda sehingga menambah konsumsi pakan. Sedangkan
memiliki palatabilitas yang hampir proses pencernaan ternak ruminansia terjadi
sama.Menurut Faverdin, etal., (1995) dikutip secara mekanik (dalam mulut) dan secara
Novianti, dkk., (2014) bahwa palatabilitas fermentatif yang dilakukan oleh mikrobial
merupakan faktor utama yang menjelaskan sangat tergantung pada kandungan nutrisi
perbedaan konsumsi bahan kering antara ransum yang dikonsumsi oleh ternak
pakan dan ternak-ternak yang berproduksi ruminansia, namun memerlukan unsur N dan
rendah. kerangka atom C dalam pertumbuhannya
Hasil yang diperoleh dalam penelitian (Jouany dan Ushida, 1999 dikutip Koddan,
ini sedikit lebih rendah dari hasil penelitian 2008).
Samba, (2016) yang memiliki rataan P1
sebesar 2.40, P2 sebesar 3.52 dan P3 sebesar Konversi Pakan
4.14, dengan perlakuan pemberian pakan Konversi pakan merupakan salah satu
konsentrat yang mengandung tepung bonggol tolok ukur untuk menilai kemampuan ternak
dalam merombak pakan menjadi produk
daging. Konversi pakan adalah perbandingan tertentu dengan produksi yang dihasilkan
antara jumlah yang dikonsumsi pada waktu (pertambahan bobot badan yang dihasilkan)
dalam kurun waktu yang sama (Prasetio, ruminansia dipengaruhi oleh kualitas pakan,
dkk., 2014). Rataan konversi pakan ternak pertambahan bobot badan dan nilai
sapi Bali jantan penggemukan yang diberi kecernaan, dengan memberikan kualitas
pakan konsentrat dengan pakan basal polah pakan yang baik ternak akan tumbuh lebih
peternak dapat dilihat pada Tabel1. cepat dan lebih baik konversi pakannya.
Pada Tabel 1 terlihat bahwa total Sementara perlakuan P2 memperoleh
rataan konversi pakan adalah sebesar 7.864%, konversi pakan tertinggi, hal ini disebabkan
sedangkan rataanterbaik dicapai oleh ternak karena banyaknya pakan yang dikonsumsi
yang mendapat perlakuan P0yakni namun tidak diiringi dengan meningkatnya
memperoleh rataan konversi pakan sapi Bali pertambahan bobot badan.
jantan penggemukan sebesar 7,524%, P1 Menurut Widyawati dkk., (2004)
sebesar 7,943% dan P2 sebesar 8,126%. bahwa konversi pakan menunjukkan nilai
Pada penelitian ini PBBH pada ternak manfaat dari pakan yang dikonsumsi untuk
dengan bobot badan rendah tidak berbeda membentuk produk spesifik pada ternak
dengan PBBH pada ternak bobot badan terutama pembentukan daging. Ditambahkan
tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa sapi Bali Muyasaroh, dkk., (2015), Perbedaan konversi
jantan penggemukan yang digunakan masih pakan dipengaruhi disebabkan karena selain
dalam fase pertumbuhan yang relatif sama jenis bahan pakan yang dikonsumsi berbeda,
sehingga tidak terdapat perbedan nilai juga disebabkan karena perbedaan
konversi pakan. kemampuan ternak untuk mencerna bahan
Pada perlakuan P1 dengan rataan pakan, kecukupan zat pakan untuk kebutuhan
pertambahan bobot badan harian tertinggi pertumbuhan, hidup pokok dan fungsi tubuh
(0.369kg/e/h) memiliki nilai konversi pakan lainnya.
sebesar 7.943% lebih rendah dibandingkan Hasil Analisis of Variance (ANOVA)
perlakuan P2 dengan pertambahan bobot menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh
badan harian (0.345kg/e/h) dengan nilai tidak nyata (P>0,05) terhadap konversi pakan
konversi pakan sebesar 8.126. Hal ini sapi Bali penggemukan dengan substitusi
menunjukkan bahwa semakin rendah nilai konsentrat yang mengandung bonggol pisang
konversi ransum maka semakin tinggi PBBH terfermentasi dengan pakan basal pola
yang dicapai. Menurut Siregar (1994) bahwa peternak.Hal ini diduga karena tingkat
semakin rendah konversi pakan berarti pakan konsumsi BK dan pertambahan berat badan
yang digunakan untuk menaikkan bobot harian yang juga menunjukkan pengaruh
badan persatuan berat semakin banyak atau yang tidak nyata, sehingga nilai konversi
efisiensi pakan rendah. Pada penelitian ini pakan yang dihasilkan relative sama.
PBBH pada ternak dengan bobot badan Menurut Yakin (2012), bahwa konversi
rendah tidak berbeda dengan PBBH pada pakan sering digunakan untuk melihat
ternak bobot badan tinggi. keefisienan ransum, besar kecilnya nilai
Pada perlakuan P0 memiliki nilai konversi ransum dipengaruhi oleh PBBH dan
konversi ransum yang lebih rendah konsumsi BK bahan pakan. Selain itu, diduga
dibandingkan perlakuan lainnya. Hal ini level penggunaan pakan konsentrat
disebabkan karena perlakuan tersebut mengandung tepung bonggol pisang
mengandung nutrisi terutama protein dan terfementasi dalamransum belum mencapai
energi yang mencukupi kebutuhan ternak optimal, sehingga menggambarkan bahwa
sehingga lebih banyak nutrisi yang dikonversi tidak adanya perbedaan dalam memanfaatkan
menjadi daging. Menurut Riyanto, dkk., 1kg pakan untuk menghasilkan 1kg bobot
(2017), bahwa semakin rendah nilai konversi badan antar perlakuan.
ransum semakin efisien ransum tersebut Dalam penelitian ini rataan konversi
diubah menjadi produk ternak. pakan yang dihasilkan sebesar 7.864 masih
Martawidjaja, dkk., (1999) menyatakan lebih rendah dari hasil penelitianAsrul (2017)
bahwa konversi pakan khususnya pada ternak yang menyatakan bahwa Sapi yang diberi
ransum perlakuan berbasis limbah tongkol
jagung yang ada di Sulawesi Selatan
memperoleh rataankonversi pakan sebesar
10,09. Namun nilai konversi hasil penelitian
ini tidak berbeda jauh dengan pendapat Siregar (1994), yang menyatakan bahwa
konversi pakan untuk sapi yang baik adalah (Campbell,et al., 2006 dikutip Imran, dkk.,
8,56-13,29. 2012). Menurut Nurhayu, dkk., (2011)
Efisiensi Penggunaan Pakan efisiensi penggunaan pakan untuk sapi
Efisiensi ternak sapi dalam potong berkisar 7,52%-11,29%. Beberapa
menggunakan pakan merupakan penjabaran faktor yang mempengaruhi efisiensi pakan
dari kinerja pertumbuhan sebagai akibat dari antara lain umur, kualitas pakan dan bobot
laju pertambahan bobot badan harian, jumlah badan. Semakin baik kualitas pakan semakin
konsumsi pakan dalam bentuk bahan kering baik pula efisiensi pembentukan energi dan
dan konversi pakan(Hafid dan dan Rugayah, produksi (Pond,et al., 2005 dikutip Imran,
2010). Berikut adalah rataan efisiensi dkk., 2012).
penggunaan pakanternak sapi Bali Besar kecilnya nilai efisiensi pakan
penggemukanyang diberi pakan konsentrat dipengaruhi oleh PBBH dan pakan yang di
dengan pakan basal polah peternakdapat konsumsi oleh ternak. Semakin tinggi nilai
dilihat pada Tabel 1. efisiensi ransum maka jumlah pakan yang
Pada Tabel 1 terlihat bahwa total diperlukan untuk menghasilkan satu kilogram
rataan Efisiensi penggunaan pakan ternak daging semakin sedikit (Setyowati, 2005).
sapi Bali jantan penggemukan adalah sebesar Ditambahkan Jesse,et al., (1976) dikutip
12.282%, sedangkan ternak yang mendapat Muyasaroh, dkk., (2015) menyatakan bahwa
perlakuan P0 memperoleh rataan efisiensi pemberian pakan yang berkualitas tinggi pada
penggunaan pakan sebesar 13,415%, P1 usaha penggemukan sapi potong dapat
sebesar 14,138% dan P2 sebesar 9,295%. meningkatkan konsumsi pakan, laju
Pada perlakuan P1memperoleh efisiensi pertumbuhan, efisiensi pakan, persentase
penggunaan pakan tertinggi dibandingkan karkas dan lemak, serta menurunkan alokasi
perlakuan lainnya yang disebabkan oleh biaya pakan pada setiap unit pertambahan
kecernaan BK, PK dan energi yang lebih bobot badan. Chestworth (1992)
seimbang dibandingkan perlakuan lainya dikutipMuyasaroh, dkk., (2015)
sehingga efisiensi pemanfaatan nutrisi pakan menyatakanbahwa perbaikan efisiensi
menjadi lebih tinggi untuk dikonversi pemanfaatanpakan akan meningkatkan
menjadi daging. Menurut Santosa (1995) kesempatanpeternak untuk mendapatkan
dikutip Sodikin, dkk., (2016) bahwa efisiensi keuntunganyang lebih besar.
pakan untuk produksi daging dipengaruhi Hasil analisis sidik ragam
oleh beberapa faktor yaitu bangsa ternak, menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh
komposisi dan tingkat produksi serta nilai tidak nyata (P>0,05) terhadap efisiensi
gizi pakan. Ditambahkan Nanda, dkk.,(2014), penggunaan pakan sapi Bali penggemukan
bahwa daya cerna merupakan faktor yang pola peternak.Hal ini disebabkan karena tidak
mempengaruhi efisiensi pakan. Menurut terdapat perbedaan dalam konsumsi dan
Nurhayu, dkk., (2011) pakan yang diberikan kecernaan nutrisi sehingga pertambahan berat
dinyatakan efisien apabila pakan tersebut badan yang diperoleh dalam penelitian ini
dapat dikonsumsi sepenuhnya oleh ternak dan tidak mempengaruhi efisiensi penggunaan
tercerna dengan baik pula. ransum ternak. Menurut Parakkasi (1999)
Nilai efisiensi penggunaan pakan yang dikutip Mualimin, dkk., (2015) menyatakan
semakin tinggi menunjukkan bahwa ransum bahwa untuk menilai pemberian ransum atau
yang dikonsumsi semakin sedikit untuk kualitas ransum yang lebih baik adalah
menjadi hasil produk diantaranya dengan melihat pertumbuhan atau
pertambahan bobot badan. Efisiensi pertambahan berat badan karena hal ini
penggunaan pakan dipengaruhi oleh beberapa mencerminkan bagaimana protein dan
faktor diantaranya kemampuan ternak dalam keseimbangan asam-asam amino yang ada
mencerna bahan pakan, kecukupan zat pakan dalam ransum memberikan dampak positif
untuk hidup pokok, pertumbuhan dan fungsi bagi ternak. Ditambahkan Campbell,et al.,
tubuh serta jenis pakan yang digunakan (2006) dikutip Imran, dkk., (2012) bahwa
efisiensi penggunaan pakan dipengaruhi oleh
beberapa faktor diantaranya kemampuan
ternak dalam mencerna bahan pakan,
kecukupan zat pakan untuk hidup pokok,
pertumbuhan serta jenis pakan yang digunakan. Semakin baik kualitas pakan
semakin baik pula efisiensi pembentukan Pada Tabel 1 tanpak bahwa ternak
energi dan produksi (Pond,et al, 2005 dikutip yang memperoleh perlakuan P1 mempunyai
Imran, dkk., 2012). PBBH yang lebih tinggi dari perlakuan
Hasil ini berbeda dengan hasil lainnya. Walaupun dari hasil analisis sidik
penelitian Zaid (2009) dikutip Mualimin, ragam menunjukkan bahwa perlakuan
dkk., (2015) bahwa sapi Bali jantan muda berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap
yang diberi ransum komplit menghasilkan peningkatan pertambahan berat badan harian
nilai efisiensi penggunaan ransum antara 13,4 sapi Bali penggemukan pola peternak yang
– 21,3%. mendapat perubahan konsentrat yang
Pertambahan Berat Badan Harian mengandung bonggol pisang terfermentasi.
Keberhasilan usaha penggemukan sapi Hal ini disebabkan karena kandungan nutrisi
Bali sangat ditentukan oleh pertambahan pakan perlakuan (Tabel 2) dan konsumsi
berat badan dan efisiensi dalam penggunaan bahan kering ransumyang relative sama antar
ransum. Pertambahan berat badan sapi perlakuan sehingga tidak memberikan
ditentukan oleh banyak faktor terutama pengaruh terhadap jumlah nutrisi yang
ransum atau pakan yang diberikan dan teknik dikonsumsi terutama protein, karbohidrat dan
pengolahannya.Rataan pertambahan berat BETN sebagai sumber energi yang
badan harian sapi Bali penggemukanyang dikonversi menjadi otot dan lemak tubuh.
diberi konsentrat dengan pakan basal polah Menurut Purwadi (2017) pertambahan bobot
peternakdapat dilihat pada Tabel 1. badan tidak lepas dari faktor kecukupan
Pada Tabel 1 di atas terlihat bahwa nutrisi dari ransum yang memiliki kualitas
total rataanpertambahan berat badan harian yang baik. Ransum terdiri dari hijauan dan
adalah sebesar 0.357kg, sedangkan perlakuan konsentrat yang mutunya baik, dalam arti
P0 memperoleh rataan PBBH sebesar memiliki nilai kecernaan dan kandungan zat
0,357kg/e/h, P1sebesar 0,369kg/e/h, dan P2 pakan yang tinggi dapat memberikan
sebesar 0,345kg/e/h. Hasil yang diperoleh interaksi positif terhadap pertambahan bobot
lebih rendah dibandingkan hasil penelitian badan. Ditambahkan Tillman,dkk., (2005),
(Sobang, 2005) dengan penambahan pakan yang menyatakan bahwa semakin tinggi
konsentrat berbasis pakan lokal memperoleh konsumsi bahan kering, maka akan semakin
pertambahan berat badan sapi Bali banyak zat- zat makanan yang dikonsumsi
penggemukan pola peternak mencapai 0.45- yang akan digunakan untuk pertumbuhan dan
0,50 kg/e/h. Hal ini diduga disebabkan karena produksi sehingga berpengaruh pada bobot
perbedaan bahan penyusun pakan konsentrat badan.
sehingga mempengaruhi kandungan nutrisi Walaupun secara statistik tidak
ransum perlakuan dan berdampak pada menunjukkan pengaruh dari pemberian pakan
jumlah pakan yang dikonsumsi terutama konsentrat mengandung bonggol pisang
protein dan energi. Menurut Tilman, dkk., terfermentasi, pertambahan berat badan yang
(2005), konsumsi makanan yang mempunyai dicapai pada ternak yang mendapatkan
nilai nutrisi tinggi dapat berpengaruh perlakuan P1 lebih tinggi dibandingkan
terhadap pertambahan jaringan yang akan perlakuan lainnya. Hal ini mungkin
berdampak pada pertumbuhan berat badan. disebabkan karena penambahan pakan
Lebih lanjut dinyatakan bahwa besarnya komplit mengandung 10% bonggol pisang
kenaikan berat badan ternak dipengaruhi oleh terfermentasi memililiki kandungan Bahan
jumlah ransum yang dikonsumsi. Imran, dkk., Kering dan energi yang lebih seimbang
(2012) menambahkan bahwa tingkat sehingga mempengaruhi kandungan nutrisi
konsumsi ransum erat hubungannya dengan ransum serta mencukupi kebutuhan
pertumbuhan, semakin banyak kualitas mikroorganisme rumen dalam menghasilkan
ransum yang dikonsumsi semakin tinggi produk fermentasi didalam rumen berupa
pertambahn bobot badan yang dihasilkan. VFA dan NH3 yang kemudian digunakan
untuk pembentukan jaringan otot dan lemak
tubuh. Menurut Martawidjaja(1998), protein
dan karbohidrat merupakan komponen
nutrien pakan yang penting untuk
pertumbuhan ternak. Tingginya pertambahan
bobot badan
sapi berbanding lurus dengan kandungan Efisiensi penggunaan pakan
protein kasar dan karbohidrat dalam ransum dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya
yang dikonsumsi yang merupakan komponen kemampuan ternak dalam mencerna bahan
utama dalam pembentukan lemak dan otot pakan, kecukupan zat pakan untuk hidup
tubuh. Ditambahkan Zulbardi,dkk., (2001), pokok, pertumbuhan dan fungsi tubuh serta
konsumsi suatu bahan pakan berpengaruh jenis pakan yang digunakan (Campbell,et al.,
terhadap pertambahan bobot badan ternak. 2006dikutipImran dkk, 2012). Semakin baik
PBBH pada perlakuan P2 lebih rendah, kualitas pakan semakin baik pula efisiensi
kemungkinan disebabkan karena rendahnya pembentukan energi untuk produksi ternak
kandungan bahan kering ransum yakni pada (Pond,et al, 2005 dikutip Imran,dkk, 2012).
(Table 2) menunjukan bahwa konsumsi Pertambahan berat badan merupakan
bahan kering pada perlakuan ini adalah salah satu indikator yang dapat digunakan
sebesar 88,74%, sedangkan pada P0 sebesar untuk menilai kualitas pakan ternak. Menurut
89,01% dan P1 sebesar 89,01 sehingga McDonald,et al., (2002) dikutip Gustami,
mempengaruhi PBBH ternak sapi penelitian. dkk., (2014) pertumbuhan ternak ditandai
Hal ini didukung oleh pendapat Nurwahidah, dengan peningkatan ukuran, bobot dan
dkk., (2016) menyatakan bahwa perbedaan adanya perkembangan. Pengukuran bobot
PBBH pada setiap perlakuan disebabkan oleh badan berguna untuk penentuan tingkat
kandungan zat-zat gizi yang terdapat dalam konsumsi, efisiensi pakan dan harga ternak
pakan seperti karbohidrat, protein, vitamin, untuk ternak penggemukkan (Parakkasi,
kandungan bahan kering dan mineral. 1999) dikutip (Mulijanti, dkk., 2014).

KESIMPULAN DAN SARAN Bali penggemukan dengan pakan basal pola


Kesimpulan peternak.
Berdasarkan hasil dan pembehasan Saran
diatas maka disimpulkan bahwa pemberian Berdasarkan kesimpulan diatas maka
pakan konsentrat yang mengandung bonggol disarankan untuk dapat menggunakan
pisang terfermentasi hingga 20% bonggol pisang terfermentasi hingga 20%
mempunyai kecenderungan yang sama karena lebih efisien dan ekonomis dalam
dengan konsentrat yang mengandung jagung penggunaan pakan, serta dapat
giling 30% terhadap konsumsi bahan kering, meningkatkan konsumsi pakan dan
konversi pakan, efisiensi penggunaan pakan pertambahan berat badan harian ternak sapi
dan pertambahan berat badan harian ternak Bali penggemukan dengan pakan basal pola
sapi peternak.

DAFTAR PUSTAKA
Asrul. 2017. Analisis efisiensi pakan
Ekawati E, Muktiani A, Sunarso. 2014.
konsentrat yangdisubtitusi tongkol
Efisiensi dan kecernaan ransum domba
jagung. Skripsi. FST Universitas Islam
yang diberi silase ransum komplit
Negeri Alauddin. Makassar.
eceng gondok ditambahkan starter
Aswadi, Sutrisno CI, Arifin M,Joelal. 2012. lactobacillus plantarum. Jurnal
Efek complete feed bonggol berbagai Agripet
varietas tanaman pisang terhadap ph, : Vol (14) No. 2:107-114.
nh3 dan vfa pada kambing kacang.
Gaspersz, V. 1994. Metode Perancangan
Jurnal Ilmu Teknologi Peternakan.
Percobaan. Cetakan CV. Armico.
Vol. 2.
Bandung.
Argadyasto D, Retnani Y, Diapari D. 2015.
Gustami E, Rismayanti Y, Sukmaya. 2014.
Pengolahan daun lamtoro secara fisik
Kajian pemberian pakan tambahan
dengan bentuk mash, pellet dan wafer
terhadap produktivitas sapi po di
terhadap performa domba. Jurnal Ilmu
kabupaten subang. Jurnal Pertanian
Nutrisi dan Teknologi Pakan. Issn:
Agros. Vol. 16 No. 2., Issn 1411-0172.
0216 – 065x.
Hafid H, Rugayah N. 2010. Pengukuran Mualimin K, Sandiah N, BAA LO. 2015.
pertumbuhan sapi Bali dengan ransum Efisiensi penggunaan ransum sapi bali
berbahan baku lokal. pusat penelitian jantan yang disubtitusi dengan ampas
dan pengembangan peternakan. tahu dan dedak padi fermentasi. Jurnal
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Jitro. Vol.2 No.2.
Peternakan dan Veteriner. Bogor. Isbn
978-602-8475-15-0. Mulijanti SL, Tedy S, Nurnayetti. 2014.
Pemanfaatan dedak padi dan jerami
Imran, Budhi SPS, Ngadiyono N, fermentasi pada usaha penggemukan
Dahlanuddin. 2012. Pertumbuhan sapi potong di Jawa Barat. Jurnal
pedet sapi Bali lepas sapih yang diberi Peternakan Indonesia, Vol. 16 (3)
rumput lapangan dan disuplement asi Issn1907–1760.
daun turi (sesbania grandiflora). Jurnal
Ilmu Ternak dan Tanaman. Ambon Muyasaroh S, Budisatria IGS, Kustantinah.
Volume 2, Nomor 2. Issn2088-3609. 2015. Income over feed cost
penggemukan sapi oleh kelompok
Koddan MYA. 2008. Pengaruh tingkat sarjana membangun Desa (Smd) di
pemberian konsentrat terhadap daya Kabupaten Bantul dan Sleman. Buletin
cerna bahan kering dan protein kasar Peternakan Vol. 39. Issn 0126-4400 E-
ransum pada sapi Bali jantan yang Issn-2407-876X.
mendapatkan rumput raja (pennisetum
purpurephoides) ad-libitum. Jurnal Nanda DD, Purnomoadi A,Nuswantara LK.
Agroland 15 (4). Issn: 0854 – 641X. 2014. penampilan produksi sapi Bali
yang diberi pakan dengan berbagai
Koten BB, Wea R, Soetrisno RD, Ngadiyono level pelepah sawit. Jurnal Agromedia.
N, Soewignyo B. 2014. Konsumsi Vol. 32, No.2.
nutrien ternak kambing yang
mendapatkan hijauan hasil tumpang Novianti J, Purwanto BP, Atabany A. 2014.
sari arbila (phaseoluslunatus) dengan Efisiensi produksi susu dan kecernaan
sorghum sebagai tanaman sela pada rumput gajah (pennisetumpurpureum)
jarak tanam arbila dan jumlah baris pada sapi perah FH dengan pemberian
sorgum yang berbeda. Jurnal Ilmu ukuran potongan yang berbeda. Jurnal
Ternak. 1 (8) : 38-45. Ilmu Produksi dan Teknologi Hasil
Peternakan. Bogor.Vol. 02 No. 1 Issn
Manalip MO, Najoan M, Imbar MR, Kowel 2303-2227
YHS. 2018. Penggantian Sebagian
Jagung dengan Tepung Batang Pisang Nurhayu A, Sariubang M, Nasrullah, Ella A.
Goroho ( Musa Acuminata, Sp) dalam 2011. Respon pemberian pakan lokal
Ransum terhadap Performans Broiler. terhadap produktivitas sapi Bali dara di
Jurnal Zootec Vol. 38. Issn 002852 – Kabupaten Banteng, Sulawesi Selatan.
2626 Eissn 2615 – 8698 296. Prosiding Seminar Nasional Teknologi
Peternakandan Veteriner. Bogor.
Martawidjaja MB. 1998. Pengaruh taraf
pemberian konsentrat terhadap Nurwahidah J, Tolleng AL, Hidayat MN.
keragaan kambing kacang betina 2016. Pengaruh pemberian pakan
sapihan. Proseding Seminar Nasional konsentrat dan urea molases blok
Peternakan dan (UMB) terhadap pertambahan berat
Veteriner. badan sapi potong. Jurnal Ilmu
Puslitbangnak. Deptan. Bogor. Teknologi Peternakan. Vol.2 No.2.
Martawidjaja MB, Setiadi, Sitorus SS. 1999. Purwadi. 2017. Pengaruh pembedaan kualitas
Pengaruh tingkat proteinenergi ransum konsentrat pada tampilan ukuran-
terhadap kinerja produksi kambing ukuran tubuh dan kosumsi pakan pedet
kacang muda. Journal Ilmu Ternak FH betina lepas sapih. Jurnal Tropical
dan Veteriner. Bogor Animal Science. Issn 2541-7215 Issn
2541-7223.
Rauf A, Priyanto R, Dewi P. 2015. penggembalaan di Kabupaten Bombana.
Produktivitas sapi Bali pada sistem Jurnal Ilmu Produksi dan Teknologi
Hasil Peternakan. Issn 2303- 2227. Setyowati AD. 2005. Pengaruh limbah
Vol. 03 No. 2. mediaproduksi jamur pelapuk kayu
Riyanto J, Widyawati SD, Pramono A, isolat hs terhadap konsumsi, produksi
Lutojo, Riyanti. 2017. Penampilan dan efisiensi pakan padaternak domba.
produksi penggemukan feedlot sapi Skripsi. Fapet. Institut Pertanian.
persilangan simental ongole jantan Bogor.
diberi ransum menir kedelai-minyak Siregar SB. 1994. Ransum Ternak
ikan lemburu terproteksi. Jurnal Ruminansia. Penebar Swadaya.
Penelitian Ilmu Peternakan. Pissn Jakarta.
1693-8828 Eissn 2548-932X.
Sobang YUL. 2005. Karakteristik sistim
Rosnah US, Yunus M. 2017a. Model penggemukan sapi pola gaduhan
peningkatan kinerja produksi sapi Bali menurut zona agroklimat dan
penggemukan di tingkat peternak dampaknya terhadap pendapatan petani
melalui suplementasi pakan di Kabupaten Kupang NTT. Prosiding
mengandung tepung bonggol pisang Seminar Nasional Peternakan.
terfermentasi. Laporan Akhir Kupang. ISBN:979-97017-5-9.
Penelitian Produk Terapan. Undana
Kupang. ISBN: 978-602-6906-34-2. Sodikin A, Erwantob, Adhiantob K. 2016.
Pengaruh penambahan multi nutrient
Rosnah US, Yunus M. 2017b. Produktivitas sauce pada ransum terhadap
sapi Bali penggemukan yang pertambahan bobot badan harian sapi
mengkonsumsi pakan lokal pola potong. Jurnal Ilmiah Peternakan
peternak. Prosiding Seminar Nasional Terpadu. Vol. 4(3).
Peternakan III. ISBN: 978-602-6906-
34-2. Sulistijo ED, Rosnah US. 2013. Penyediaan
pakan sapi Bali berbasis kearifan lokal
Samba FD. 2016. Pengaruh pemberian pakan di Kabupaten Kupang, Propinsi Nusa
konsentrat yang menggandung tepung Tenggara Timur. Laporan Penelitian.
bonggol pisang terhadap bahan kering, Lembaga Penelitian Undana, Kupang
bahan organik dan total protein plasma ISBN: 978-602-6906-34-2.
pada sapi Bali penggemukan pola
peternak. Skripsi. Fapet Undana. Steel, R,G,D., Torrie J,H. 1993. Prinsip dan
Kupang. Prosedur Statistika suatu pendekatan
Biometrik. Edisi ke-3. Terjemahan:
Sari DDK, Astuti MH, Asi LS. 2016. Bambang Sumantri. Jakarta: PT.
Pengaruh pakan tambahan berupa Gramedia Pustaka Utama.
ampas tahu dan limbah bioetanol
berbahan singkong (manihot Tillman AD, Hartadi H, Soedomo R. 2005.
utilissima) terhadap penampilan sapi Tabel Komposisi Pakan untuk
Bali (bos sondaicus). Buletin Indonesia. Yogyakarta: Gadjah Mada
Peternakan. Vol. 40 (2). Issn-0126- University Press.
4400 E-Issn-2407-876x. Umela S, Bulontio N. 2016. Daya dukung
Sembiring S. 2017. Analisis kandungan jerami jagung sebagai pakan ternak
nutrien produk fermentasi bongol sapi potong. Jurnal Tec. 4(1) 64 – 72.
pisamng kepok menggunakan khamir Widyawati SD, Kartikasari LR, Mucharomah
sebagai bahan pakan ternak. Prosiding S. 2004. Pengaruh substitusi bungkil
Seminar Nasional Peternakan III. kedelai dengan tepung daun lamtoro
ISBN: 978-602-6906-34-2. terhadap performan produksi burung
puyuh. Skripsi. Jurusan Produksi
Ternak Universitas Sebelas Maret.
Yakin EA. 2012. Pengaruh substitusi silase
isi rumen sapi pada pakan basal rumput
dan konsentrat terhadap kinerja sapi
potong. Buletin Peternakan. Vol. 36. ISSN 0126-4400.
Zulbardi M, Karto AA, Kusnadi U, Thalib A. usaha sapi peranakan ongole di daerah
2001. Pemanfaatan jerami padi bagi irigasi tanaman padi. Jurnal Ilmu
Peternakan dan Veteriner. Volume 3.
TABEL

Tabel 1.Rataan Pengaruh Pemberian Tepung Bonggol Pisang Terfermentasi


terhadap Konsumsi, Konversi dan Pertambahan Berat Badan Harian.
Rataan
Parameter
P0 P1 P2
Konsumsi (kg/e/h) 2.660±0.045 2.662±0.199 2.770±0.056
Konversi (%) 7,524±1,640 7,943±3.316 8,126±1.204
Efisensi (%) 13.415±1.640 14.138±5.719 9.295±4.496
PBBH (kg/e/h) 0,35-7±0.047 0,369±0.125 0,345±0.044
Ke: Superskrip yang sama pada baris yang sama menunjukkan pengaruh tidak nyata (P>0,05).

Tabel 2: Kandungan Nutrisi Ransum Penelitian.


Kode BK BO PK LK SK CHO** BETN** GE**
Lamtoro 92,36 91,65 26,3 5,07 14,89 60,26 45,37 4,43
Turi 90,21 91,9 29,24 2,81 7,06 59,83 52,77 4,37
Bone 93,29 94,42 11,15 6,49 11,83 76,77 64,93 4,39
Kapuk 90,74 88,04 13,14 6,48 13,28 68,41 55,13 4,16
P0 89,16 88,68 14,32 3,69 14,68 70,65 55,97 4,05
P1 89,01 88,93 14,84 4,82 15,59 69,27 53,67 4,31
P2 88,74 87,29 14,88 4,92 16,95 67,48 50,88 4,07
BP 88,76 87,72 6,99 1,19 12,52 79,55 67,03 4,01
BPF 90,04 87,77 13,5 4,32 9,8 69,95 60,15 3,76
Ket: Hasil Analisis Laboratorium Kimia Pakan Fapet Undana, 2018. BP= Bonggol Pisang dan
BPF= Bonggol Pisang Fermentasi.
Tabel 4: Bahan Penyusun Konsentrat Untuk Sapi Bali Penggemukan.
Jenis bahan P0 P1 P2
Pakan Basal Pola Peternak Pola Peternak Pola Peternak
Dedak padi (%) 50 50 50
Jagung Giling (%) 30 20 10
Tepung bonggolpisangterfermentasi (%) - 10 20
Tepung daun gamal (%) 15 15 15
Urea % 3 3 3
Garam 2 2 2
Jumlah 100 100 100

Anda mungkin juga menyukai