Anda di halaman 1dari 15

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN KELOR (Moringa oleifera Lam)

DIFERMENTASI EM-4 PADA LIQUID FEEDING TERHADAP KONSUMSI,


KECERNAAN LEMAK KASAR DAN SERAT KASAR BABI STARTER

THE EFFECT OF MORINGA EXTRACT (Moringa oleifera Lam) EM-4


FERMENTED IN LIQUID FEEDING ON CONSUMPTION, AND CRUDE
FIBER DIGESTIBILITY OF STARTER PIG

Oktaviana Jehadut, Tagu Dodu, Ni Nengah Suryani


Fakultas Peternakan, Universitas Nusa Cendana, Jln. Adisucipto Penfui,
Kupang 85001

Email: Email: vianajehadut@gmail.com


nengahsuryani@staf.undana.ac.id
tagudodu@staf.undana.ac.id
aryantamade@staf.undan.ac.id

ABSTRAK

Penelitian telah dilaksanakan di Desa Baumata Timur, Kecamatan Taebenu Taebenu,


Kabupaten Kupang selama 8 minggu terhitung sejak tanggal 29 Juli - 29 September
2020. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak daun kelor
(Moringa oleifera Lam) difermentasi EM-4 pada liquid feeding terhadap konsumsi,
kecernaan lemak kasar dan serat kasar babi peranakan duroc fase starter. Materi yang
digunakan adalah 12 ekor ternak babi peranakan Duroc fase starter yang berumur 2-3
bulan dengan berat badan awal 12,5 sampai 21 kg (KV=19,81%). Rancangan yang
digunakan adalah rancangan acak kelompok (RAK) yang terdiri dari 4 perlakuan dan 3
ulangan masing-masing perlakuan adalah: R0 : 100% ransum basal liguid feeding
( control) R1 : Ransum basal liguid feeding + 5% ekstrak daun kelor dalam larutan EM-
4 R2 : Ransum basal liguid feeding + 10% ekstrak daun kelor dalam larutan EM-4 R3 :
Ransum basal liguid feeding + 15% ekstrak daun kelor dalam larutan EM-4. Variabel
yang diukur adalah konsumsi lemak kasar, kecernaan lemak kasar, konsumsi serat kasar
dan kecernaan lemak kasar. Hasil uji ANOVA menunjukkan bahwa perlakuan
berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap konsumsi serat kasar, kecernaan lemak, dan
kecernaan serat kasar namun berpengaruh tidak nyata terhadap konsumsi lemak kasar.
Disimpulkan bahwa pemberian ekstrak daun kelor difermentasi EM-4 pada liquid
feeding tidak mempengaruhi konsumsi lemak kasar level 10-15%, akan tetapi
meningkatkan konsumsi serat kasar, kecernaan lemak kasar dan kecernaan serat kasar
pada level pemberian 10-15% pada ternak babi peranakan duroc fase starter.

Kata kunci: Babi, kelor, EM-4, kecernaan

ABSTRACT

The research was carried out in East Baumata Village, Taebenu. District
Taebenu,Kupang Regency for 8 weeks starting from july 29th-September 29, 2020. The
purpose of this reserch, to determine the effect of administration of Moringa leave
extract (Moringa oleifera Lam) in EM-4 solution at liquid feeding on the consumption
of crude fat and crude fiber digestibility of pigs Duroc breed started phase. The material
used 12 pigs Starter phase Duroc breeds aged 2-3 months with initial body weight of
12.5 up to 21 kg (CV=19,81%). The design used is a randomized block design (RBD)
consisting of 4 treatments and 3 replications each The treatments were :R0:100%
ration of basal ligiud feeding (control), R1: Ration basal liguid feeding +5% Moringa
leaf extract in EM-4 solution, R2 : Ration basal liguid feeding+10% Moringa leave
extract in EM-4 R3 solution, R3 : Ration basal liguid feeding + 15% Moringa leave
extract in EM-4 solution. Variable that Measured are crude fat consumption, crude
fiber consumption, and crude fat digestibility. ANOVA test results show that the
treatment had a significant effect (P<0,05) on crude fiber consumption, and crude fat
and crude fiber digestibility but the effect of not significant for crude fat consumption. It
was concluded that the administration of Moringa leave extract (Moringa oleifera Lam)
was fermented with EM-4 in liquid feeding does not affect the consumption of crude fat
of 10-15%, but increased consumption of crude fiber, digestibility of crude fat and
crude fiber at a feed level of 10-15% duroc crossbreed pig starter phase

Keywords: Pig, Moringa, EM-4, digestibility


PENDAHULUAN

Latar Belakang nilai positif bagi produktivitas dengan

Ternak babi termasuk ternak menggunakan bahan-bahan alami yang

monogastrik yang merupakan salah satu murah, mudah didapatkan dan tidak

ternak potong yang menghasilkan menimbulkan efek negatif, diantaranya

daging yang sangat potensial adalah dengan memanfaatkan daun

dikembangkan dalam rangka memenuhi kelor yaitu diambil cairannya (Moringa

kebutuhan gizi bagi masyarakat. oleifera Lam). Syarifuddin (2017)

Produktivitas ternak babi sangat menyatakan bahwa daun kelor

ditentukan oleh beberapa factor, salah (Moringa oleifera Lam) merupakan

satunya adalah pakan. Untuk itu perlu salah satu bahan pakan yang sangat

dilakukan upaya meningkatkan kualitas potensial untuk diberikan pada ternak

pakan salah satunya penambahan bahan babi dan daun kelor telah dimanfaatkan

mengandung nutrisi baik, berpotensi sebagai makanan ternak baik pada

untuk digunakan, mampu memberikan ternak ruminansia maupun ternak


nonruminansia. Tepung daun kelor liter air) pada liquid feed 5%-15%

dapat diberikan hingga 10% dalam belum memberikan efek yang nyata

pakan ayam pedaging (Sjorfan, 2008) terhadap konsumsi ransum dalam pakan

dan dapat menurunkan kandungan babi starter. Kualitas daun kelor dapat

kolesterol daging ayam pedaging ditingkatkan dengan fermentasi EM-4

(Hestera, 2008). Penggunaan tepung (Manihuruk dkk., 2018). Perlu

daun kelor (Moringa oleifera Lam) dilakukan penelitian dengan

dapat meningkatkan pertumbuhan bobot meningkatkan konsentrasi larutan daun

badan, kecernaan bahan kering dan kelor dan pelarutnya menggunakan EM-

protein kasar pada level di atas 20% 4 dengan tujuan memperbaiki kualitas

pada ternak kelinci (Nuhu, 2010). daun kelor dan memanfaatkan

Kambe (2020) melaporkan pemberian keunggulan mikroorganisme yang ada

daun kelor dengan konsentrasi 3,3, W/V dalamEM-4.

(1 kg daun kelor dilarutkan dalam 30

MATERI DAN METODE PENELITIAN

Waktu penelitian dari 2 minggu masa penyesuaian dan 6

Penelitian ini dilaksanakan di minggu masa penamblan data.

kandang babi milik Bapak Ir. I Made Materi Penelitian

Suaba Aryanta, MP yang bertempat di Dalam penelitian ini digunakan

Desa Baumata Timur, Kecamatan sebanyak 12 ekor ternak babi peranakan

Taebenu, Kabupaten Kupang, penelitian duroc fase starter umur 2-3 bulan.

ini berlangsung selama 8 minggu terdiri Bobot badan berkisar 12,5-21 kg

dengan rataan 16,5 kg (CV=


19,81%).Kandang penelitian yang tepung jagung, dedak padi, konsentrat

digunakan adalah kandang individu, KGP-709 yang diproduksi PT. Sierad,

beratap seng, berlantai dan berdinding minyak kelapa, mineral-10, larutan daun

semen sebanyak 12 petak dengan kelor yang telah difermentasi EM-4

ukuran masing-masing petak 2 m x 1,5 ditambahkan dalam pakan ransum

m dengan kemiringan lantai 20 basal. Penyusunan ransum penelitian

dilengkapi tempat pakan dan minum. didasarkan pada kebutuhan zat-zat

Perlengkapan yang digunakan dalam makanan ternak babi fase starter yaitu

penelitian ini adalah kandang individual protein 18-20 % dan energy

yang dilengkapi tempat air minum dan metabolisme 3150 - 3200 Kkal/kg

tempat pakan. (NRC, 1998).

Ransum Penelitian Kandungan nutrisi bahan pakan terlihat

Bahan pakan yang digunakan padaTabel 1 dan kandungan nutrisi

untuk menyusun ransum basal adalah ransum basal terlihat padaTabel 2.

Tabel 1. Kandungan nutrisi bahan pakan penyusun ransum basal


Kandungan Nutrisi
Bahan Pakan SK
BK ME PK LK (% Ca P
(%) (Kkal/g) (%) (%) ) (%) (%)
Tepung Jagung (a) 89 3420 9,4 2,5 3,8 0,03 0,28
Dedak Padi (a) 91 2850 13,3 13,9 13 0,07 1,61
Konsentrat KGP 709 (b) 90 2700 38 3 5 4,1 1,7
Minyak Kelapa (c) - 9000 - 99 - - -
Mineral-10 (d) - - - - - 43 10
Sumber: NRC (1988); Label pada karung pakan konsentrat KGP 709; Ichwan (2003); (d) Nugroho
(a) (b) (c)

(2014). BK (Bahan Kering), ME (Metabolisme Energi), PK (Protein Kasar), LK (Lemak


Kasar), SK (Serat Kasar), Ca (Calsium), P (Phospor).
Tabel 2.Komposisi dan kandungan nutrisi ransum basal
Bahan Komposisi Kandungan Nutrisi
Pakan (%) BK ME PK LK SK Ca P
(%) (Kkal/ (%) (%) (%) (%) (%)
kg)
Tepung
jagung 42 37,38 1436,4 3,94 1,05 1,59 0,01 0,11
Dedak padi 21,5 19,56 612,75 2,86 2,98 2,79 0.01 0,34
Konsentrat
KGP 709 34 30,6 918,00 12,92 1,02 1,7 1,39 0,57
Minyak
kelapa 1,5 - 135,00 - 1,48 - - -
Mineral-10 1 - - - - - 0,43 0,1
Jumlah 100 87.54 3102,15 19.72 6,53 6,08 1,84 1,12
Keterangan :Komposisi dan kandungan nutrisi dihitung berdasarkan Tabel 1

Prosedur penelitian Kemudian setelah disaring larutan kelor

Proses Pembuatan ekstrak daun tersebut dicampurkan dengan EM-4 10

kelor dalam Larutan EM-4 cc/ 1 liter larutan daun kelor dan

Daun kelor segar yang baru menyimpannya dalam sebuah wadah

dipanen dibersihkan dari kotoran dan yang tertutup dengan fermentasi 24 jam

ranting-ranting daun. Kemudian (1 hari) dengan tujuan untuk

digiling sehingga menjadi suatu mengawetkan larutan daun kelor

hancuran atau lumatan daun kelor. sehingga masa penggunaan 1 minggu (7

Setelah itu lumatan daun kelor yang hari).

telah jadi dicampur dengan air bersih, Larutan ekstrak daun kelor (EDK) +

dengan perbandingan 1 kg daun kelor : EM- 4, Kemudian dicampur pada

10 liter air = 10 % (W/V). Lumatan liguid feeding pada setiap perlakuan.

daun kelor yang sudah dicampur dengan Kandungan nutrisi daun kelor segar

air tersebut diaduk-aduk sampai 15 kadar air (94,01%), protein (22,7%),

menit, kemudian disaring untuk lemak (4,65%), karbohidrat (51,66%),

mendapatkan ekstrak daun kelor.


serat (7,92%), kalsium (350-550%), Cara Pengambilan Feses

(Shiriki et al., 2015). Pengambilan feses dilakuan

Prosedur Pencampuran Ransum setiap hari pada 2 minggu terakhir masa

Bahan pakan yang akan penelitian, feses segar yang diambil dari

diberikan yaitu ransum basal yakni 12 ekor ternak babi masing-masing

pakan kering yang telah ditimbang ditimbang untuk mengetahui berat segar

sesuai komposisi yang tertera pada tabel feses, kemudian dikeringkan di bawah

2, kemudian ekstrak larutan daun kelor sinar matahari, feses yang telah kering

dalam EM-4 sebanyak 5%, 10% dan diambil dan ditimbang untuk

15% dicampur pada Liquid feeding mengetahui berat kering feses,

yang telah jadi lalu diberikan pada kemudian dihaluskan dan diambil untuk

ternak dengan perbandingan yang sama dianalisis laboratorium.

pada pagi, siang dan sore hari. Metode Penelitian

Pemberian Ransum dan Air Minum Metode yang digunakan dalam

Pemberian ransum dilakukan 3 penelitian ini adalah metode percobaan

kali yaitu pada pagi, siang dan sore hari. dengan menggunakan Rancangan Acak

Ransum diberikan dalam bentuk basah Kelompok (RAK) yang terdiri dari 4

dan air minum selalu ditambahkan atau perlakuan dan 3 ulangan sehingga

diganti dengan air bersih apabila air terdapat 12 unit percobaan. Ransum

minum habis atau kotor. Pembersihan Perlakuan yang diuji adalah sebagai

kandang dilaksanakan 2 kali setiap hari berikut:

yaitu pada pagi dan sore hari, dan ternak R0 : 100 % Ransum basal liquid

dimandikan seminggu sekali. feeding (kontrol)


R1 : Ransum basal liguid feeding + Konsumsi Lemak kasar

5% larutan ekstrak daun kelor + Konsumsi lemak kasar dihitung

EM-4 menurut Tillman dkk (2005): konsumsi

R2 : Ransum basal liguid feeding + LK (gram) = Konsumsi Ransum (gram)

10% larutan ekstrak daun kelor + × BK ransum (%) x LK Ransum (%).

EM-4 Kecernaan Lemak Kasar

R3 : Ransum basal liguid feeding + Kecernaan lemak kasar yang

15% larutan ekstrak daun kelor + merupakan selisih antara selisih antara

EM-4 jumlah lemak kasar pakan yang

Variabel yang Diamati dikonsumsi dengan lemak yang dikeluar

Variabel yang diamati dalam dengan feses, yang dihitung menurut

penelitian ini meliputi: Tillman dkk (2005).

Kon Ransum ( gr ) x BKR ( % ) x LKR (%)−LKF ( gr )


Konsumsi Serat Kasar (kg) =
Kec . LK (%)= × 100 %
Kon. LK ( gr )
Konsumsi Ransum (gram) × BK
Keterangan :
Ransum (%) x SK Ransum (%).
BKR : Bahan kering ransum
Kecernaan Serat Kasar
LKR : Lemak kasar ransum
Kecernaan serat kasar menurut
LKF : Lemak kasar feses
Tillman dkk (2005)
Kon LK : Konsumsi lemak kasar
Kon Ransum ( gr ) x BKR x SKR−SKF(
Kecernaan SK (%)=
Kec LK : Kecernaan lemak konsumsi Sera t Kasar ( gram)

kasar Keterangan :

Konsumsi Serat Kasar SKR : Serat kasar ransum

Perhitungan menurut Tillman dkk SKF : Serat kasar feses

(2005): Metode Analisis Data


Rancangan yang digunakan (ANOVA) sementara untuk menguji

dalam penelitian ini menggunakan perbedaan antara perlakuan digunakan

Rancangan Acak Kelompok (RAK). uji jarak berganda Duncan menurut

Data tersebut dianalisis dengan petunjuk Gaspersz (1991).

menggunakan Analisis Of Varience

HASIL DAN PEMBAHASAN

Variabel Penelitian

Tabel 4. Rataan pengaruh perlakuan terhadap variable penelitian


Perlakuan
Variabel R0 R1 R2 R3 Std-Error P-value
Konsumsi ransum
(g/e/hari) 2145,67a 2096,33a 2208,33a 2262,50a 32734.74 0,70
Konsumsi LK(g/e/hr) 55,72a 55,75a 57,69a 58,47a 23,50 0,86
Kecernaan LK (%) 18,34a 22,76a 36,14ab 42,79b 75,80 0,04
Konsumsi SK (g/e/hr) 116,32a 122,11a 137,01b 146,64b 98,91 0,03
Kecernaan SK (%) 19,27a 26,91a 42,05b 50,91b 63,82 0,01
Keterangan: rataan dengan superscrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang
nyata (p<0,05)

Rataan Konsumsi Ransum Dua g/e/hr, R2 2208,33 g/e/hr, R0 2145,67

Minggu Terakhir (gram/ekor/hari) g/e/hr.

Dari tabel 3 terlihat konsumsi Hasil analisis ragam (ANOVA)

ransum terendah pada ternak babi yang menunjukkan bahwa perlakuan

mendapat perlakuan R1 2096,33 g/e/hr, berpengaruh tidak nyata (P>0,05)

dan konsumsi tertinggi adalah ternak terhadap konsumsi ransum ternak babi

yang mendapat perlakuan R3 2262,50 selama dua minggu terakhir masa


penelitian. Hal ini selaras dengan hasil Dari tabel 4 memperlihatkan

penelitian Siti dkk (2017) bahwa bahwa rataan tertinggi dari konsumsi

penggunaan ekstrak daun kelor pada lemak kasar adalah ternak yang

kosentrasi 2-6cc/100cc air minum yang mendapat perlakuan R3 (58,47

diberikan tidak berpengaruh nyata gram/ekor/hari), kemudian diikuti oleh

(P>0,05) terhadap konsumsi ransum perlakuan R2 57,69 gram/ekor/hari,

pada ternak ayam. selanjutnya hasil diikuti perlakuan R1(55,75

penelitian Rohman dkk (2018) yakni gram/ekor/hari), dan konsumsi lemak

pemberian larutan daun kelor 5%, 10% kasar terendah adalah R0 (55,72

dan 15%, dalam ransum puyuh yang gram/ekor/hari). Hasil analisis ragam

mendapat pengaruh tidak nyata (ANOVA) menunjukan bahwa

(P>0,05) terhadap konsumsi ransum. pemberian ekstrak daun kelor

Perbedaan yang tidak nyata pada difermentasi dengan EM-4 pada liquid

komsumsi ransum tiap perlakuan feeding berpengaruh tidak nyata

disebabkan karena palatabilitas keempat (P>0,05) terhadap konsumsi lemak

ransum perlakuan relatif sama, bentuk kasar.

fisik ransum dan sistem pemeliharaan, Kandungan lemak kasar pada

kondisi lingkungan genetik, dan umur setiap perlakuan mengalami

ternak. Artinya ekstrak kelor tidak peningkatan walaupun relative kecil.

mempengaruhi tingkat kesukaan babi Tampaknya perbedan kandungan nutrisi

terhadap pakan yang diberikan. lemak kasar yang relative kecil telah

Pengaruh perlakuan terhadap menyebabkan perbedaan yang juga

konsumsi Lemak kasar relatif, dan hal ini membuktikan bahwa

sumbangan kecil nutrisi dari larutan


daun kelor memberikan kontribusi yang terendah perlakuan R0 (18,34%).

relative kecil juga bagi peningkatan Kecernaan lemak kasar mengalami

konsumsi lemak kasar dari ternak R1- peningkatan dari setiap perlakuan

R3. Hal ini sesuai dengan penelitian seiring dengan meningkatnya level

Rohi (2020) yang mendapatkan bahwa larutan daun kelor. Peningkatan

penambahan ekstrak daun kelor hingga kecernaan lemak kasar pada ternak

15% ke dalam liquid feeding ternak babi disebabkan karena kandungan lemak

landrace berpengaruh tidak nyata. Hal kasar dari ransum yang diberikan

ini berbeda dengan oleh Jansen dan mengalami peningkatan dengan

Mikklesen (1998) bahwa pemberian semakin bertambahnya level larutan

pakan basah memberikan keuntungan daun kelor sehingga kecernaan ransum

yaitu peningkatan asupan pakan, perlakuan meningkat. Hal ini berarti

peningkatan laju pertumbuhan dan larutan daun kelor dari setiap perlakuan

efisiensi pakan yang lebih baik dan memberikan pengaruh yang baik

karena berkurangnya pakan yang terhadap kecernaan lemak kasar,

terbuang. Konsumsi lemak kasar pada sehingga koefisien cernanya mengalami

perlakuan ini (55-60 gram/e/hr). peningkatan.

Pengaruh perlakuan terhadap Hasil analisis ragam (ANOVA)

kecernaan lemak kasar menunjukkan bahwa perlakuan

Tabel 4 menunjukkan bahwa pemberian ekstrak daun kelor

kecernaan lemak kasar tertinggi pada difermentasi dengan EM-4 pada liquid

ternak yang mendapat perlakuan R3 feeding berpengaruh nyata (P<0,05)

(42,79%), kemudian diikuti perlakuan terhadap kecernaan lemak kasar. Hal ini

R2 (36,14%), R1 (22,76%) yang mengindikasikan bahwa pemberiaan


larutan daun kelor (Moringa oleifera dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor

Lam) pada 15% dalam ransum diantaranya komposisi bahan makanan,

meningkatkan kecernaan lemak kasar komposisi ransum, penyiapan makanan,

pada ternak babi. Nyatanya pengaruh faktor hewan dan jumlah makanan.

perlakuan terhadap kecernaan lemak Pengaruh perlakuan terhadap

kasar pada pemberian 15% larutan kelor konsumsi Serat kasar

menyebabkan tambahan nutrisi dan Data dari tabel 4 menunjukkan

tambahan zat antibakteri dalam jumlah bahwa urutan rataan konsumsi serat

yang cukup sehingga kemungkinan kasar tertinggi pada babi yang mendapat

dapat menekan bakteri pathogen, perlakuan R3 (146,64 gram/ekor/hari),

meningkatkan daya serap dinding usus kemudian diikuti dengan R2 (137,01

sehingga meningkatkan koefisien cerna gram/ekor/hari), R1 (122,11

termasuk lemak kasar. Anggorodi gram/ekor/hari) dan yang terendah pada

(1994) menyatakan bahwa faktor yang perlakuan R0 (116,32 gram/ekor/hari).

dapat mempengaruhi kecernaan adalah Hasil analisis ragam (ANOVA)

laju perjalanan makanan dalam saluran menunjukkan bahwa ekstrak daun kelor

pecernaan, bentuk fisik atau ukuran difermentasi dengan EM-4 pada liqud

bahan penyusun ransum, komposisi feeding ternak babi berpengaruh nyata

kimiawi ransum dan pengaruh dari (P<0,05) terhadap konsumsi serat kasar.

perbandingan zat-zat makanan lain, Hasil penelitian tersebut menunjukkan

pemberian dalam liquid feeding juga bahwa larutan daun kelor 10-15% nyata

mempengaruh peningkatan kecernaan. meningkatkan konsumsi serat kasar.

Sementara menurut Sihombing (1997) Disebabkan karena adanya peningkatan

bahwa, kecernaan suatu bahan makanan konsumsi ransum, kandungan serat


kasar pada setiap perlakuan serta tingkat yang menentukan tingkat konsumsi

palatabilitas ternak tersebut. ransum dan nutrisi yang terkandung di

Peningkatan rataan konsumsi dalamnya. Selanjutnya Kartasudjana

serat kasar diatas dari R0 sampai R3 dan Suprijatna (2006) menyatakan

diduga dipengaruhi oleh kandungan bahwa bentuk fisik ransum juga

serat kasar pada daun kelor 10% mempengaruhi banyaknya ransum yang

sehingga ada penambahan serat kasar dikonsumsi. Dari hasil penelitian ini

yang terkonsumsi pada ransum yang dapat dinyatakan bahwa ekstrak daun

terus meningkat. Serat kasar bertambah kelor yang diaplikasikan dalam liquid

dengan peningkatkan pemberian ekstrak feeding memberikan pengaruh yang

daun kelor sehingga serat kasar baik terhadap konsumsi ransum.

terkonsumsi meningkat. Hal ini sesuai Pengaruh perlakuan terhadap

penelitian Rere (2020) yang kecernaan serat kasar

menyatakan bahwa hingga 15% Data pada tabel 4

suplementasi larutan daun kelor dalam menunjukkan bahwa rataan

liquid feeding menunjukkan adanya kekecernaan serat kasar tertinggi pada

peningkatan konsumsi serat kasar pada perlakuan R3 (50,91%), diikuti R2

setiap perlakuan. Meningkatnya (42,05%), R1 (26,91%), diperlakuan

konsumsi serat kasar diduga yang terendah perlakuan R0 (19,27%).

dipengaruhi oleh meningkatnya Peningkatan kecernaan serat kasar pada

konsumsi ransum, yang diakibatkan ternak yang mendapat perlakuan R1,

oleh tingkat palatabilitas yang baik. R2, dan R3 disebabkan karena adanya

Church (1991) menyatakan bahwa zat dan mikroorganisme dalam daun

palatabilitas merupakan faktor penting kelor dan EM-4 yang dapat


menguraikan serat kasar sehingga sebabkan pemberian larutan daun kelor

kecernaan meningkat dengan semakin yang dilakukan Rohi (2020)

bertambahnya kosentrasi pada konsentrasinya 3,3 W/V sedangkan

perlakuan R1, R2, dan R3 sehingga pada penelitian ini 10 W/V. Menurut

kecernaan serat kasar meninggkat. Prawitasari (2012), kandungan serat

Hasil anlisis ragam (ANOVA) kasar didalam yang semakin tinggi akan

menunjukkan bahwa larutan daun kelor menyebabkan kecernaan serat kasar

hingga 10-15% dalam ransum ternak yang semakin rendah dan begitu juga

babi berpengaruh nyata (P<0,05) sebaliknya. menurut Maynard dkk

terhadap kecernaan serat kasar. Hal ini (2005) dalam Suprato dkk (2003)

mengindikasikan bahwa perlakuan 10- bahwa daya cerna dari bahan pakan

15% dalam meningkatkan kecernaan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara

serat kasar. pada penelitian ini lain kadar serat kasar dalam pakan dan

kecernaan serat kasar nyata meningkat komposisi penyusun serat kasar

berbeda dengan yang dilaporkan Rohi (selulosa, hemiselulosa, lignin dan

(2020) berpengaruh tidak nata pada polisakarida).

kecernaan serat kasar. Hal ini di

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tidak mempengaruhi konsumsi lemak

maka disimpulkan Disimpulkan bahwa kasar level 10-15%, akan tetapi

pemberian ekstrak daun kelor meningkatkan konsumsi serat kasar,

difermentasi EM-4 pada liquid feeding kecernaan lemak kasar dan kecernaan
serat kasar pada level pemberian 10- Berdasarkan hasil penelitian ini

15% pada ternak babi peranakan duroc maka untuk menggunakan ekstrak daun

fase starter. kelor 10-15% dengan 1 kg daun kelor

Saran dalam 10 liter air.

DAFTAR PUSTAKA

Anggorodi, R. 1994. Ilmu Makan penggunaan larutan daun kelor


Ternak Unggas. Jakarta : (Moringa oleifera Lam) dalam
Universitas Indonesia. liguid feeding terhadap erforman
dan income over feed cost babi
Church, D. C. 1991. Livestcok feed and peranakan landrace fase starter-
feeding. 3 ed. New Jersey, grower. Jurnal peternakan
printice-hall, inc.:278-279 Lahan Kering. 2 (2) : 790-798.
Gaspersz, V., 1991. Metode Kartasudjana, R. Dan E. Suprijatna.
Perancangan Percobaan. Cv. 2006. Manajemen Ternak
Armino Bandung. Unggas. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Hestera, T. S., 2008. Efek Penggunaan Manihuruk. F. H, Ismail, Rastina,
Tepung Daun Kelor dalam Razali, Mustaf. S, Zuhrawati,
Pakan Terhadap Presentase Muhammad J. 2018. Effeek of
Karkas,Presentase Desposisi Fermented moringa leaf
Daging Dada Presentase Lemak (Moringa oleifera) powdes in
Abdominal dan Kolesterol Feed To Inerease Broiler
Daging Ayam Pedaging. Skripsi Carcass Weislet. Jurnal Medika
Program Study Nutrisi dan Veterinaria 12(2):103-109
Makanan Ternak, Fakultas
Peternakan, Universitas
Brawijaya, Malang. Murtidjo, B. A. 1999. Pedoman
Meramu Pakan Unggas. Kanisius,
Ichwan, 2003. Membuat Pakan ras Yogyakarta.
Pedaging. Tanggerang: Agro
Media Pustaka. NRC. 1998 Nutrient Requirements of
swine. Washington, D.C, National
Jansen, B. B. And L. L. Mikkelsen. Academy Press
1998. Feeding Liquid diets to
pigs. In: Recent advance in National Research Council (N. R. C.).
animal nutrition (Ed. P. C. 2012. Nutient Requiremen of Swine.
Garnsworthy and J. Wisemen). 11st Ed. National Academy of
Nottingham University Perss. Science, The National Academies
UK. Pp. 107-126. Press, U.S.A.
Kambe. MH, Dodu T, Aryanta IMS, Nuhu F. 2010. Effect of moringa leaf
Suryani NN 2020. Efek meal (MOLM) on nutrient
digestibility, growth,carcass Ayam Pedaging.Fakultas
and blood indicies of weaner Bioteknologi. Universitas Atma
rabbits. MSc thesis Kwame Jaya Yogyakarta
Nkrumah University of scince
and Technology, Ghana. Shiriki, D., Igyor. M.A. and Gernah,
D.I. 2015. Nutritional
Prawitasari, R.H., V. D. Y. B. Ismadi., eyaluation of complementary
I. Estiningdriyati. 2012. Kecernaan food formulations from maize,
Protein Kasar Serta Laju Digesta soybean and Nutrion sciences,
Pada Ayam Arab Yang Diberi 6, 494-500.
Ransum Dengan Berbagai Level
Azolla Microphylla . Animal Sihombing, D.T.H. 2006. Ilmu Ternak
Agricilture journal. Vol.2. No. 1 Babi. Gadjah Mada University
(147-483). Press: Yogyakarta.
Siti W. N.,Bidura
Rere F.Y. 2020.Menguji tentang
I.G.N.G.2017.Pemanfaatan
pengaruh suplementasi larutan
Ekstrak Daun Kelor (Moringa
daun kelor (Moringa oleifera
oleifera) Ferfermentasi Melalui
Lam) dalam bentuk liquid feed
Air Minum Untuk
terhadap konsumsi kecernaan
Meningkatkan Produksi Dan
serat kasar dan lemak
Menurunkan Kolesterol Telur
kasarpada ternak babi. Skripsi
Ayam.Majalah ilmiah Fakultas
peternakan Kampus Nusa
Peternakan. Universitas
Cenana kupang.
Udayana. Denpasar.
Rohi, A. P 2020 efek penggunaan Sjorfan, O. 2008. Efek penggunaan
larutan daun kelor (Moringa tepung daun kelor (Moringa
oleifera Lam) dalam liquid Oleifera Lam) dalam pakan
feeding terhadap konsumsi terhadap penampilan produksi
kecernaan serat kasar dan lemak ayam pedaging.Seminar
kasar ternak babi. Jurnal Nasional Teknologi Peternakan
peternakan lahan kering vol. 2 dan Veteriner, Bogor.
(4) : 1045-1051
Syarifudin, N.A. 2017. Daun Kelor
Rohman, F., R Handarini dan H Nur. Sebagai Pakan Ternak. Cetakan
2018. Performa Burung Puyuh ke-1 Penerbit UPT.
(Coturnix-Broin. 2010) Grower
and processing moringa leaves. Tillman, A. D., S. Prawirodiprodjo, S.
France: Imprimerie Horizon Prawirokusumo dan S.
Lebdosoekojo. 2005. Ilmu
Sarjono, H. T. 2008. Efek Penggunaan Makanan Ternak Dasar. Gadjah
Tepung Daun Kelor (Moringa Mada University Press,
oleifera, Yogyakarta
Lam) Dalam Pakan Terhadap
Persentase Karkas, Persentase
Deposisi
Daging Dada, Persentase Lemak
Abdominal Dan Kolesterol Daging

Anda mungkin juga menyukai