Anda di halaman 1dari 13

Penggunaan Sekam Padi Fermentasi Dalam Konsentrat

Terhadap Status Faali Kambing Lokal


Use Of Rice Husk Fermentation In Concentrates On Local Goat Status
S. Ni’am1)S. Abdullah2)Padang2)
Jurusan Peternakan, Fakultas Peternakan dan Perikanan, Universitas Tadulako
Jl. Soekarno-Hatta Km. 9 Palu Sulawesi Tengah 94111
1)
Mahasiswa Fakultas Peternakan dan Perikanan Universitas Tadulako
2)
Dosen Fakultas Peternakan dan Perikanan Universitas Tadulako
Abstrak
Penelitian status faali ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
penggunaan sekam padi fermentasi dalam konsentrat terhadap kondisi fisiologi
kambing lokal dengan mengukur temperatur rektal, pulsus, dan frekuensi respirasi
pada kambing lokal. Penelitian ini dilaksanakan di Kandang Percobaan milik CV.
Prima Breed Kelurahan Tondo Kecamatan Mantikulore Kota Palu Provinsi
Sulawesi Tengah. Materi yang digunakan adalah 15 ekor kambing lokal betina.
Metode penelitian menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dengan lima
level perlakuan dan tiga kali ulangan sebagai kelompok. Perlakuan yang
diterapkan yaitu P1= SPF 0,00% dari konsentrat + Rumput lapang ad-libitum,
P2=SPF 2,50% dari konsentrat + Rumput lapang ad-libitum, P3=SPF 5,00% dari
konsentrat + Rumput lapang ad-libitum, P4=SPF 7,50% dari konsentrat + Rumput
lapang ad-libitum, P5 =SPF 10,00% dari konsentrat + Rumput lapang ad-libitum.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan sekam padi fermentasi dalam
konsentrattidak berpengaruh nyata terhadap suhu rektal, frekuensi respirasi, dan
frekuensi pulsus.
Kata Kunci : Kambing Lokal, Suhu Rektal, Frekuensi Respirasi, Frekuensi Pulsus
Abstract
This research on physiological status aims to determine the effect of using
fermented rice husks in concentrating on the physiology of local goats by
measuring rectal, pulsus and respiration temperatures in local goats. This
research was carried out in the Experimental Station owned by CV. Prima Breed
Tondo Village, Mantikulore District, Palu City, Central Sulawesi Province. The
material used was 15 female local goats. The research method used a randomized
block design (RBD) with five treatment levels and three replications as a group.
The treatment applied is P1 = SPF 0.00% of concentrate + Ad-libitum field grass,
P2 = SPF 2.50% of concentrate + Ad-libitum field grass, P3 = SPF 5.00% of
concentrate + Field grass ad- libitum, P4 = SPF 7.50% of concentrate + Ad-
libitum field grass, P5 = SPF 10.00% of concentrate + Ad-libitum field grass. The
results showed that the use of fermented rice husk in concentrate did not
significantly affect rectal temperature, respiration frequency, and pulsus
frequency.
Keywords: Local Goat, Rectal Temperature, Respiration Frequency, Pulsus
Frequency
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kambing Kacang merupakan kambing lokal Indonesia. Di Indonesia
kambing Kacang masih banyak di pelihara secara tradisional oleh masyarakat
sehingga produksinya kurang optimal. Kambing Kacang mempunyai pangsa pasar
tersendiri yang cukup luas. Hal itu dapat dilihat dari banyaknya masyarakat yang
lebih memilih memanfaatkan kambing Kacang untuk acara-acara khusus seperti
hari raya kurban, aqiqah dan untuk memenuhi kebutuhan daging sehari-hari.
Permintaan tersebut tentunya akan berlangsung terus-menerus. Untuk dapat
memenuhi permintaan pasar tersebut maka perlu penerapan pola pemeliharaan
ternak kambing yang lebih intensif dengan pemeliharaan ternak dalam waktu
singkat dan menggunakan pakan bernutrien tinggi untuk mendapatkan
pertambahan bobot badan yang cepat.
Salah satu pakan berserat yang dapat digunakan sebagai pakan adalah sekam
padi. Sekam padi mempunyai potensi menjadi bahan pakan karena: (1)
produksinya tinggi, (2) masih belum banyak dipergunakan untuk tujuan-tujuan
lain yang lebih bernilai ekonomi sehingga hanya terbuang atau dibakar langsung,
(3) keberadaannya terkonsentrasi pada tempat tertentu (di pabrik penggilingan
padi) sehingga memudahkan pengumpulannya, (4) kontinuitas ketersediaan
terjamin karena seiring dengan produk utamanya berupa beras.
Kendala utama dari sekam padi sebagai salah satu bahan pakan yaitu nilai
nutrisinya rendah, ditandai oleh kandungan serat kasar tinggi, protein dan energi
rendah. Penggunaan sekam padi secara langsung atau sebagai pakan tunggal tidak
dapat memenuhi asupan yang sesuai dengan kebutuhan ternak. Untuk mengatasi
hal tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan jasa mikroba melalui proses
bioteknologi fermentasi. Bioteknologi fermentasi pada prinsipnya dapat
menaikkan kualitas bahan berserat tinggi, baik oleh adanya penyederhanaan fraksi
serat kasar menjadi komponen dasar energi tersedia maupun protein sel tunggal
yang berasal dari multiplikasi biomassa sel mikroorganisme.
Salah satu bioteknologi fermentasi yang dapat digunakan ialah menggunakan
probiotik berupa suplemen organik cair (SOC). Larutan suplemen organik cair
(SOC) merupakan suatu kultur campuran berbagai mikroorganisme yang
bermanfaat diantaranya Lactobacillus, azetobacter, actynomycetes, pseudomonas,
saccharomyces, dan basillus. Teknologi ini terbukti dapat memperbaiki nilai
nutrisi limbah pertanian, dan bahan yang kurang berdaya guna untuk dijadikan
bahan pakan.
Salah satu cara untuk peningkatan produktivitas ternak dengan cara
mengetahui status faali dari ternak sebagaimana pernyataan Williamson dan
Payne (1993) penentuan status faali dari ternak sangat penting untuk diketahui
karena dengan mengetahui status faali pada ternak para peternak dapat
menentukan dan menemukan kesesuaian lingkungan pada ternak.
Kondisi status faali ternak merupakan indikasi dari kesehatan dan adaptasi
ternak terhadap lingkungannya. Ternak yang berada pada lingkungan dengan suhu
dan kelembaban yang tinggi maka dapat memengaruhi respon fisiologi ternak..
Oleh karena itu perlu adanya usaha pemenuhan pakan yang baik dan sesuai
dengan kebutuhan ternak.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari dan mengetahui
pengaruh penggunaan sekam padi fermentasi dalam konsentrat terhadap status
faali kambing lokal.
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan memberi
informasi bagai instansi, mahasiswa dan masyarakat di bidang peternakan,
khususnya status faali kambing lokal yang diberi pakan sekam padi fermentasi
dalam konsentrat.
MATERI DAN METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian dilaksanakan di Kandang Percobaan milik CV. Prima Breed
Kelurahan Tondo Kecamatan Mantikulore Kota Palu Provinsi Sulawesi Tengah
yang berlangsung dari 22 Januari 2018 sampai dengan 18 Maret 2018.
Pelaksanaan penelitian ini terdiri atas dua tahap, yaitu tahap pendahuluan dan
tahap perlakuan.
Tujuan tahap pendahuluan menurut Ranjhan (1981) adalah masa adaptasi
ternak percobaan:
1. Membiasakan ternak dengan lingkungan yang baru.
2. Membiasakan ternak dengan pakan baru (pakan yang diberikan pada
waktu penelitian).
3. Menghilangkan penga ruh pakan yang ada sebelumnya.
Sebelum pelaksanaan tahap perlakuan, terlebih dahulu dilakukan uji coba
atau latihan (trial and error) selama 2 minggu mengenai cara pengukuran status
faali. Tahap perlakuan atau pengumpulan data dilaksanakan selama 8 minggu.

Materi Penelitian
Ternak Percobaan
Ternak yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 15 ekor kambing
betina lokal umur  10 bulan dengan kisaran bobot badan antara 8,95 kg sampai
dengan 15,01 kg. Penentuan umur ternak didasarkan pada kondisi gigi seri
kambing yang masih temporer dan dalam keadaan renggang. Ternak tersebut
milik CV. Prima BREED Kelurahan Tondo Kecamatan Mantikulore Kota Palu
Provinsi Sulawesi Tengah.

Kandang
Kandang yang digunakan yaitu kandang panggung dengan atap seng,
lantai papan, dinding dari papan yang berukuran 7 x 20 m. Kandang dibuat petak
menjadi 15 petak dengan masing-masing ukuran 1,0 x 1,75 meter yang ditempati
seekor kambing percobaan. Setiap petak dilengkapi dengan bak pakan terbuat
dari papan dan sebuah baskom untuk tempat minum. Tiga hari sebelum kandang
digunakan terlebih dahulu dibersihkan dan disemprot dengan Rodalon dengan
tingkat pengenceran 15 cc per 10 liter, agar kandang terbebas dari kuman.

Pakan Ternak
Pakan yang diberikan selama penelitian terdiri dari konsentrat dan rumput
lapang. Konsentrat yang digunakan terdiri dari campuran beberapa bahan yang
terdiri dari Kacang kedele, dedak padi, dan jagung giling serta sekam padi
fermentasi. Konsentrat diberikan pada jam 08.00 pagi sebanyak 1% dari bobot
badan berdasarkan bahan kering, sedangkan rumput lapang diberikan secara ad-
libitum setelah konsentrat habis terkonsumsi. Adapun kandungan gizi bahan
pakan dan komposisi bahan penyusun konsentrat tertera pada Tabel 1 dan 2,
sedangkan komposisi perlakuan yang diamati tertera pada tabel, 3.
Tabel 1. Kandungan Nutrien Bahan Pakan Yang Digunakan
Protein Serat Lemak Kadar
Bahan Pakan
Kasar Kasar Kasar Abu
--------------------------%----------------------------
Rumput Lapang* 5,23 18,14 2,06 11,65
Sekam Padi Fermentasi** 3,62 29,43 1,05 18,34
Sekam Padi** 2,62 28,99 1,30 20,95
Keterangan: * Hasil Analisis Laboratorium Bagian Nutrisi Dan Makanan Ternak Fakultas
Peternakan Dan Perikanan Universitas Tadulako, 2018
** Hasil analisis Laboratorium Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas
Tadulako, 2018

Tabel 2. Kandungan Gizi dan Komposisi Bahan Penyusun Konsentrat Yang


Digunakan
Bahan Protein Serat Lemak Komposisi
Bahan Pakan TDN**
Kering* Kasar* Kasar* Kasar* ***
--------------------------------%---------------------------------------
Kedelai Giling 85,85 40,61 14,38 1,47 70,04 10,00
Dedak Padi 88,68 8,61 20,09 7,88 48,88 35,00
Jagung Giling 85,20 11,93 2,91 4,89 77,86 55,00
Total 100,00
Protein (%) 13,64
TDN (%) 66,93
Keterangan : * Sagaf, (2016)
** Dihitung berdasarkan petunjuk Hartadi dkk. (1993) dengan menggunakan
rumus 4 dan 5
*** Dihitung berdasarkan kandungan gizi bahan konsentrat

Tabel 3. Komposisi Perlakuan Yang Digunakan


Perlakuan (%)
Bahan Pakan
P1 P2 P3 P4 P5
Konsentrat 100,00 97,50 95,00 92,50 90,00
Sekam padi Fermentasi 0,00 2,50 5,00 7,50 10,00
Peralatan Penelitian
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Timbangan digital kapasitas 50.000 g dengan skala ketelitian 1 g untuk
menimbang ternak dan menimbang hijauan. Sedangkan untuk menimbang
konsentrat, digunakan timbangan digital kapasitas 5000 g skala ketelitian 1 g.
2. Termometer ruang, untuk mengukur suhu dan kelembaban udara.
3. Termometer klinis, untuk mengukur suhu rektal.
4. Stopwatch, untuk mengukur frekuensi pernapasan dan frekuensi pulsus.
5. Chopper untuk memotong hijauan rumput lapang dengan ukuran panjang ± 2
cm.

Prosedur Penelitian
Bahan Pakan dan Penyusunan Ransum
Bahan penyusun konsentrat dibeli dari pasar maupun penggilingan padi,
bahan yang sudah terkumpul dicampur berdasarkan persentase setiap bahan
dikalikan dengan jumlah konsentrat yang akan disusun. Penyusunan konsentrat
dilakukan setiap minggu dengan tujuan agar tidak terjadi ketengikan sehingga
mengganggu palatabilitas konsentrat.
Pembuatan Sekam Padi Fermentasi
1. Siapkan alat dan bahan seperti silo/drum, terpal, timbangan, sekam padi 20
kg, jagung giling 3 kg, dedak padi 1,5 kg, air 8 liter, gula pasir 0,5 kg,
suplemen organik cair (SOC) 40 ml.
2. Campur sekam padi, jagung giling dan dedak padi sampai homogen.
3. Setelah dihomogenkan, campuran dari ketiga bahan tadi diberi air sedikit
demi sedikit sambil dibolak-balik agar semua bahan terkena air.
4. Letakan campuran tersebut kedalam silo/drum, kemudian tutup rapat silo agar
udara tidak bisa masuk, kemudian diamkan selama 2 hari.
5. Setelah 2 hari silo dibuka kembali dan campuran bahan tersebut dikeluarkan
dan diberi suplemen organik cair yang sudah dicampur dengan larutan gula.
Kemudian campuran tersebut diletakan kembali kedalam silo/drum dan tutup
rapat silo agar udara tidak bisa masuk, kemudian diamkan selama 3 hari.
6. Setelah 3 hari silo dibuka kembali dan sekam padi fermentasi dikering-
anginkan. Setelah kering sekam padi fermentasi digiling halus dan sudah
dapat dijadikan bahan penyusun konsentrat.
Rancangan Percobaan
Dalam penelitian ini digunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK)
dengan lima level perlakuan dan diulang sebanyak 3 kali sebagai kelompok.
Adapun perlakuan yang dicobakan adalah :
P1 = SPF 0,00% dari konsentrat + Rumput lapang ad-libitum
P2 = SPF 2,50% dari konsentrat + Rumput lapang ad-libitum
P3 = SPF 5,00% dari konsentrat + Rumput lapang ad-libitum
P4 = SPF 7,50% dari konsentrat + Rumput lapang ad-libitum
P5 = SPF 10,00% dari konsentrat + Rumput lapang ad-libitum

Variabel Penelitian dan Cara Pengukuran Peubah


Prosedur kerja pengukuran status faali yang meliputi suhu tubuh, frekuensi
respirasi dan frekuensi pulsus mengikuti petunjuk Edey (1983).
1. Suhu tubuh
2. Frekuensi respirasi
3. Frekuensi pulsus
Beberapa variabel yang diamati pada penelitian ini adalah :
1. Suhu Rektal

Suhu rektal diukur dengan menggunakan termometer klinis. Terlebih dahulu


suhu termometer klinis diturunkan dengan cara dikibas-kibaskan, lalu ujung
termometer dimasukkan ke dalam rektum sampai mukosa melalui anus yang
dilakukan selama 1 menit. Suhu tubuh diukur setiap 3 hari sekali pada temperatur
rendah, yaitu pada pagi hari antara Pukul 03.00 sampai 04.00, temperatur
tertinggi, yaitu pada siang hari antara Pukul 12.00 sampai 13.00.

2. Frekuensi Respirasi

Pengukuran frekuensi respirasi diperoleh dengan cara meletakkan punggung


telapak tangan di muka hidung kambing melalui perhitungan hembusan nafas
atau nafas pendek selama 1 menit. Waktu pengukuran frekuensi respirasi juga
dilakukan seperti waktu pengukuran temperatur tubuh.

3. Frekuensi Pulsus

Pengukuran frekuensi pulsus diperoleh dengan cara melakukan perabaan


arteri femoralis sebelah medial paha kiri selama 1 menit. Perabaan arteri tersebut
dapat dilakukan dengan keempat ujung jari tangan. Waktu pelaksanaan
pengukuran frekuensi pulsus bersamaan dengan pengukuran temperatur tubuh dan
frekuensi respirasi.

Analisis Data
Data hasil pengamatan yang diperoleh dianalisis dengan analisis ragam (uji F)
sesuai petunjuk Steel dan Torrie (1991).

HASIL DAN PEMBAHASAN


Keadaan Umum Tempat Penelitian
Kondisi Wilayah tempat penelitian berada pada ketinggian 50 – 100 m diatas
permukaan laut, suhu rata-rata dalam kandang 30 oC pada siang hari dan 23 oC
pada malam hari dengan kelembaban udara 34 – 55 persen pada siang hari dan
72 – 87 persen pada malam hari.
Suhu Rektal Kambing Lokal
Hasil pengamatan suhu rektal kambing lokal pada setiap perlakuan selama
penelitian tertera pada tabel 4.
Tabel 4. Rataan Hasil Pengamatan Pengaruh Perlakuan Terhadap Suhu
Tubuh (Oc) Kambing Lokal
Perlakuan
Kelompok
P1 P2 P3 P4 P5
1 38,49 38,47 38,09 38,15 38,56
2 38,48 38,53 38,84 38,94 38,69
3 38,53 38,53 38,70 38,59 38,58
Rataan 38,50 38,51 38,54 38,56 38,61
Hasil pengamatan pada tabel 4 menunjukkan rata-rata suhu rektal kambing
lokal yang tertinggi pada perlakuan P5 (38,61 oC) selanjutnya diikuti oleh
perlakuan P4 (38,56 oC) kemudian P3 (38,54 oC) kemudian P2 (38,51 oC) dan
suhu terendah pada perlakuan P1 (38,50 oC). Data rata-rata hasil penelitian (tabel
4) menunjukan suhu kambing lokal memiliki kisaran suhu normal. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Yusuf (2007) yang menyatakan bahwa suhu normal kambing
antara 38,5 oC - 40 oC.
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa penggunaan sekam padi fermentasi
dalam konsentrat dengan takaran yang berbeda pada setiap perlakuan selama
penelitian tidak memberikan pengaruh nyata (P>0,05) terhadap suhu rektal ternak
kambing lokal. Hal ini disebabkan karena kambing mampu melakukan proses
20
termoregulasi melalui mekanisme homeostasis dalam tubuh. Jika kambing berada
dalam cekaman panas, maka kambing akan berusaha menyesuaikan suhu
tubuhnya. Ternak harus menyesuaikan secara fisiologis agar suhu tubuhnya tetap
konstan (38,5 oC - 40 oC). untuk mempertahankan kisaran suhu tubuhnya, ternak
memerlukan keseimbangan antara produksi panas dengan panas yang dilepaskan
tubuhnya (Yusuf (2007).
Menurut Isroli dkk, (2009) perubahan suhu tubuh juga dipengaruhi oleh
panas yang dihasilkan dari pakan yang dikonsumsi. Pakan sumber energi baik dari
konsentrat dan sekam padi fermentasi yang masuk ke dalam tubuh ternak
menghasilkan panas hasil dari proses metabolisme. Namun oleh ternak, panas
tersebut digunakan untuk mempertahankan kondisi homeostasis. Hal ini sesuai
dengan pendapat dari Suherman dan Purwanto (2015), bahwa pakan yang
dikonsumsi ternak bisa berpengaruh meningkatkan laju produksi panas dalam
tubuh atau disebut juga dengan efek kalorigenik pakan dan untuk
mempertahankan kondisi homeostasis.
Respon suhu tubuh kambing lokal yang diberi sekam padi fermentasi dalam
konsentrat dan hijauan berupa rumput lapang terhadap suhu tubuh bergerak
selaras. Tidak nampak perbedaan yang diakibatkan karena pengaruh perlakuan
pakan. Sehingga pengaruh perlakuan pemberian sekam padi fermentasi dalam
konsentrat terhadap perubahan suhu tubuh tidak terjadi.
Respirasi Kambing Lokal
Rataan hasil pengamatan terhadap respirasi ternak kambing lokal pada setiap
perlakuan selama penelitian tertera pada tabel 5.
Tabel 5. Rataan Hasil Pengamatan Pengaruh Perlakuan Terhadap Respirasi
(Kali/Menit) Kambing Lokal
Perlakuan
Kelompok
P1 P2 P3 P4 P5
1 31,44 36,69 30,94 37,25 28,00
2 36,53 35,06 37,34 35,78 43,59
3 35,91 33,66 38,69 35,72 38,19
Rataan 34,63 35,14 35,66 36,25 36,59

Hasil pengamatan pada tabel 5. menunjukkan rataan frekuensi respirasi ternak


kambing lokal pada masing-masing perlakuan didapatkan rataan respirasi tertinggi
pada perlakuan P5 (36,59 kali/menit), perlakuan P4 (36,25 kali/menit), perlakuan
P3 (35,66 kali/menit), perlakuan P2 (35,14 kali/menit) dan respirasi terendah ada
pada perlakuan P1 (34,63 kali/menit) Hasil Penelitian ini masih dalam kisaran
normal sesuai dengan pernyataan Frandson (1996), kisaran normal frekuensi
respirasi kambing antara 26-54 kali/menit.
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian sekam padi fermentasi
dalam konsentrat tidak memberikan pengaruh nyata (P>0,05) terhadap frekuensi
respirasi ternak kambing lokal. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan pemberian
sekam padi fermentasi dalam konsentrat tidak berpengaruh terhadap frekuensi
respirasi, diduga kambing masih dalam batas kemampuan untuk mengatur proses
metabolismenya.
Ananda (2009) menjelaskan bahwa aktivitas gerak dan metabolisme yang
tinggi akan menyebabkan laju respirasi meningkat. Menurut Santoso dan Aryani,
(2008) bahwa ternak kambing yang menerima beban panas lebih besar akan
berusaha membuang panas yang lebih besar. Ternak dengan konsumsi pakan yang
tinggi maka proses metabolisme tubuhnya meningkat dan panas tubuh yang
dihasilkan juga lebih banyak. Sehingga untuk mengurangi panas tubuh yang
diterima, ternak kambing akan meningkatkan frekuensi respirasi.
Frekuensi Pulsus Kambing Lokal

Hasil pengamatan terhadap frekuensi pulsus ternak kambing lokal pada setiap
perlakuan selama penelitian tertera pada tabel 6.
Tabel 6. Rataan Hasil Pengamatan Pengaruh Perlakuan Terhadap Frekuensi
Pulsus (Kali/Menit) Kambing Lokal
Perlakuan
Kelompok
P1 P2 P3 P4 P5
1 64,97 64,56 64,88 63,44 65,19
2 63,22 64,28 65,19 67,25 65,50
3 65,84 65,69 65,06 66,09 66,22
Rataan 64,68 64,84 65,04 65,59 65,64

Hasil pengamatan pada tabel 6. menunjukkan rataan frekunsi pulsus ternak


kambing lokal pada masing-masing perlakuan ditemukan frekuensi pulsus
tertinggi pada perlakuan P5 (65,64 kali/menit) kemudian diikuti oleh perlakuan P4
(65,59 kali/menit) kemudian perlakuan P3 (65,04 kali/menit) kemudian perlakuan
P2 (64,84 kali/menit) dan frekuensi pulsus terendah pada perlakuan P1 (64,86
kali/menit). Hasil Penelitian ini masih dalam kisaran normal sesuai dengan
pernyataan Fitra dan Hendri (2006) bahwa frekuensi pulsus kambing berkisar 60-
120 kali/menit.
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa penggunaan sekam padi fermentasi
dalam konsentrat tidak memberikan pengaruh nyata (P>0,05) terhadap frekuensi
pulsus ternak kambing lokal. Hal ini dapat terjadi karena konsumsi yang meningkat
berbanding lurus dengan panas metabolisme yang dihasilkan. Suhu tubuh meningkat
berdampak pada peningkatan temperatur darah, denyut jantung mempercepat ritme
untuk menyalurkan cekaman panas ke pembuluh darah bagian tepi sebagai upaya
termoregulasi dan melakukan penyediaan oksigen dalam tubuh untuk proses oksidasi.
Hal ini sesuai dengan pendapat Naiddin dkk, (2010) bahwa faktor yang
mempengaruhi denyut jantung salah satunya jumlah konsumsi BK, konsumsi BK
berbanding lurus terhadap kebutuhan oksigen (Davis dkk., 2003; Gaughan dkk.,
2010).
Beban panas bersumber dari asupan pakan dan aktivitas ternak. Kambing
memperoleh beban panas lebih besar akan meningkatkan denyut jantung untuk
mengalirkan beban panas menuju permukan agar kondisi ternak kembali dalam zona
nyamannya. Hal ini sesuai dengan pendapat Brosh (2007) bahwa denyut jantung
meningkat diikuti aliran pelebaran pembuluh darah sebagai median untuk mentransfer
panas menuju permukaan kulit.
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penggunaan sekam padi
fermentasi dalam konsentrat sampai level 10% tidak berpengaruh nyata (P>0.05)
terhadap status faali kambing lokal. Dan semuanya masih dalam kondisi yang
normal.
Saran

Perlu dilakukan penilitian lebih lanjut tentang sekam padi fermentasi dengan
level penggunaan yg lebih tinggi dengan perlakuan yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Ananda, R. R. 2009. Kondisi Fisiologis Domba Garut Jantan yang Mendapat
Ransum dengan Kadar Kromium dan Neraca Kation Anion Berbeda pada
Suhu Lingkungan Panas. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor,
Bogor (Skripsi)
Brosh, A. 2007. Heart rate measurements as an index of energy expenditure and
energy balance in ruminants: A review. J. Anim. Sci. 85:1213-1227
Davis, M.S., T.L. Mader, S. M. Holt and A.M. Parkhurst. 2003. Strategies to
reduce feedlot cattle heat stress: Effects on tynamic temperature. J. Anim.
Sci. 81: 649–661
Edey, T.N. 1983. The genetic pool of sheep and goats. In: Tropical Sheep and
Goat Production (Edited by Edey. T.N.). Australia University International.
Development Program. Canberra. Edisi Kedua. PT.Gramedia. Jakarta

Fitra,A.P dan Hendri.2006. Respon Tiga Jenis Kambing di Musim Kemarau Di


Dataran Rendah. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumara Barat,
Padang
Frandson, R. D., 1996, Anatomi dan Fisiologi Ternak, Edisi ke-7, diterjemahkan
oleh Srigandono, B. Dan Praseno, K. UGM Press, Yogyakarta
Hartadi, H. S. Reksohadiprodjo dan A.D. Tillman. 1993. Tabel Komposisi Pakan
untuk Indonesia. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta
Isroli, S. Susanti, W. Widiastuti, T. Yudiarti, &Sugiharto. 2009. Observasi
beberapa variabel hematologis ayam kedu pada pemeliharaan intensif.
Seminar Nasional Kebangkitan Peternakan, 2009 Mei 20, Fakultas
Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia
Naiddin, A., M. N. Rokhmat, S. Dartosukarno, M. Arifin dan A. Purnomoadi.
2010. Respon fisiologis dan profil darah sapi Peranakan Ongole (PO) yang
diberi pakan ampas teh dengan level yang berbeda. Dalam: L. H. Prasetyo,
L. Natalia, dan S. Iskandar (Eds.). Prosiding Seminar Nasional Teknologi
Peternakan dan Veteriner. Teknologi Peternakan dan Veteriner Ramah
Lingkungan dalam Mendukung Program Swasembada Daging dan
Peningkatan Ketahanan Pangan. Bogor 3-4 Agustus 2014. Pusat Penelitian
dan Pengembangan Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian, Departemen Pertanian, Bogor. Hal. 217-223.
Ranjhan, S.K. 1981. Animal Nutrition in Tropics 2nd Revised Edition. Vikas
Publishing House PVT LTD, New Delhi
Santoso , U., dan I. Aryani. 2008. Perubahan komposisi Kimia Daun Ubi Kayu
yang Difermentasi EM4. Jurusan Peternakan. Fakultas Pertanian.
Universitas Bengkulu. http://www.wordpress.com//pemanfaatan em4 pada
pakan/. Diakses pada tanggal 22 Mei 2018
Steel, Robert G.D and Torrie, J. H. 1991. Prinsip Dan Prosedur Statistika Suatu
Pendekatan Biometrik (Terjemahan: Bambang Sumantri). Jakarta: PT.
Gramedia

Suherman, D. dan B.P. Purwanto. 2015. Respon fisiologis sapi perah dara Fries
Hollad yang diberi konsentrat dengan tingkat energi berbeda. Jurnal Sains
Peternakan Indonesia. 10 (1): 13–21.
Williamson, G. dan W.J.A. Payne. 1993. Pengantar Peternakan di Daerah Tropis.
Diterjemahkan oleh: S.G.N. Djiwa Darmaja dan Ida Bagus Jagra. Gadjah
Mada University Press. Yogyakarta
Yusuf, M.K. 2007. Physiology Stress in Livestock. CRC Press, Inc. Boca Raton.
Florida

Anda mungkin juga menyukai