Anda di halaman 1dari 23

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan dan kecerdasan

masyarakat Indonesia adalah dengan meningkatkan konsumsi protein hewani,

yang telah diketahui secara luas memiliki kandungan asam amino esensial dengan

komposisi seimbang. Upaya meningkatkan konsumsi protein hewani bagi

masyarakat berarti juga harus meningkatkan produksi bahan pangan asal ternak.

Pada akhirnya, hal tersebut berarti upaya peningkatan produksi ternak.

Dalam kaitannya dengan rantai makanan makhluk hidup, fungsi ternak

sebagai sumber pangan adalah mengubah bahan-bahan mentah menjadi produk

yang lebih sempurna dan langsung dapat dimanfaatkan oleh manusia. Dedaunan,

rerumputan, dan limbah industri pertanian hanya sedikit yang dapat digunakan

langsung oleh manusia, tetapi bila sudah diubah oleh ternak, akan menjadi daging

dan susu.

Ternak potong merupakan salah satu penghasil daging yang memiliki nilai

gizi serta nilai ekonomi yang tinggi. Sejalan dengan meningkatnya jumlah

penduduk, kebutuhan akan konsumsi daging di Indonesia terus meningkat setiap

tahunnya.
Peluang usaha beternak sapi potong sangat menjanjikan karena dengan

melihat meningkatnnya permintaan bahan makanan yang berasal dari hewan

sebagai sumber protein hewani khususnya daging.

Ternak kambing khususnya kambing Peranakan Ettawa (PE), merupakan

salah satu sumber daya penghasil bahan makanan berupa daging dan susu yang

1
2

memiliki nilai ekonomi yang tinggi, dan penting artinya bagi masyarakat. Seiring

hal tersebut peternakan kambing memiliki peluang yang cukup besar dengan

semakin sadarnya masyarakat akan kebutuhan gizi yang perlu segera dipenuhi.

Usaha ternak sapi dan kambing dapat dikatakan berhasil bila telah

memberikan kontribusi pendapatan dan dapat memenuhi kebutuhan hidup

peternak sehari-hari. Agar usaha ternak sapi dan kambing menghasilkan ternak

potong yang berkualitas, peternak harus meningkatkan keterampilan dan

pengetahuan mereka dalam beternak, antara lain memilih bibit/bakalan yang baik,

sistem pemeliharaan, pemberian pakan yang baik, dan pengawasan terhadap

kesehatan ternak. Hal inilah yang melatar belakangi diadakannya praktek

manajemen produksi ternak potong mengenai Tatalaksana Pemeliharaan Sapi

Potong dan kambing.

1.2 Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan praktik ini adalah untuk

mempelajari manajemen sistem pemeliharaan, pemberian pakan, perkandangan

dan kesehatan sapi potong dan kambing Pe di kandang kelompok tani Kurnia

Tani.

1.3 Manfaat

Adapun manfaat yang ingin di peroleh dari penulisan ini adalah:

1. Bagi mahasiswa selaku Praktikan.

Untuk menambah pengetahuan mahasiswa terkait manajemen pakan yang

selama ini hanya di lakukan oleh mahasiswa dalam bentuk kajian secara teoritis.

2. Bagi kandang kelompok tani Kurnia Tani.


3

Sebagai bentuk pengabdian terhadap peningkatan pengetahuan masyarakat

khususnya mahasiswa atau pelajar.

3. Bagi Fakultas Peternakan dan Perikanan.

Sebagai kontrol terhadap mahasiswa terkait pengembangan ilmu untuk

mahasiswa tersebut.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistem Pemeliharaan Ternak Sapi


4

2.1.1 Perkandangan

Kandang merupakan suatu bangunan yang digunakan untuk tempat tinggal

ternak atas sebagian atau sepanjang hidupnya. Suatu peternakan yang dikelola

dengan tata laksana pemeliharaan yang baik memerlukan sarana fisik sebagai

penunjang atau kelengkapan, selain bangunan kandang. Saran fisik tersebut antara

lain kantor kelola, gudang, kebun hijauan pakan, dan jalan. Komplek kandang dan

bangunan-bangunan pendukung tersebut disebut sebagai perkandangan. Dengan

demikian, perkandangan adalah segala aspek fisik yang berkaitan dengan kandang

dan sarana maupun prasarana yang bersifat sebagai penunjang kelengkapan dalam

suatu peternakan (Rianto dan Purbowati, 2009).

Perkandangan merupakan faktor yang penting dalam pemeliharaan ternak

karena kandang sangat berperan dalam usaha peningkatan produksi. Letak dan

bentuk kandang harus sesuai dengan sifat biologis ternak yang dipelihara dan

iklim setempat. Pembuatan kandang harus serius dengan mempertimbangkan

unsur-unsur efisiensi kerja dan perhitungan ekonomis serta masalah yang

menyangkut lingkungan. Kandang harus dirancang untuk memenuhi persyaratan

kesehatan dan kenyamanan ternak, serta nyaman untuk operator, efisien untuk

tenaga kerja dan pemakaian alat-alat, serta disesuaikan dengan peraturan

kesehatan ternak (Rianto dan Purbowati, 2009).

1. Syarat Kandang
4 penting dalam suatu usaha peternakan,
Kandang merupakan salah satu unsur

terutama dalam penggemukan ternak potong. Bangunan kandang yang baik harus
5

bisa memberikan jaminan hidup yang sehat dan nyaman. Bangunan kandang

diupayakan pertama-tama untuk melindungi sapi terhadap gangguan dari luar

yang merugikan, baik dari sengatan matahari, kedinginan, kehujanan dan tiupan

angin kencang. Selain itu, kandang juga harus bisa menunjang peternak dalam

melakukan kegiatannya, baik dari segi ekonomi maupun segi kemudahan dalam

pelayanan. Kandang berfungsi sebagai lokasi tempat pemberian pakan dan

minum. Dengan adanya kandang, diharapkan sapi tidak berkeliaran di sembarang

tempat, mudah dalam pemberian pakan dan kotorannya pun bisa dimanfaatkan

seefisien mungkin (Anonimc, 2012).

2. Kontruksi Kandang

Konstruksi kandang harus kuat serta terbuat dari bahan- yang ekonomis dan

mudah diperoleh. Di dalam kandang harus ada drainase dan saluran pembuangan

Iimbah yang mudah dibersihkan. Tiang kandang sebaiknya dibuat dari kayu

berbentuk bulat agar Iebih tahan lama dibandingkan dengan kayu berbentuk

kotak. Selain itu, kayu bulat tidak akan melukai tubuh sapi, berbeda dengan kayu

kotak yang memiliki sudut tajam, (Wello, 2011)

3. Atap Kandang

Atap merupakan pembatas (isolasi) bagian atas dari kandang dan berfungsi

untuk menghindari air hujan dan terik matahari, menjaga kehangatan ternak di

waktu malam hari serta menahan panas yang dihasilkan oleh tubuh sendiri. Tanpa

atap, panas di dalam kandang sebagian akan hilang ke atas pada waktu malam,

sehingga suasana kandang pada saat itu akan menjadi dingin. Sudut kemiringan

atap sekitar 30o dengan bagian yang miring meluncur kebagian belakang.
6

4. Tinggi Kandang

Kandang di daerah yang mempunyai suhu lingkungan agak panas (dataran

rendah dan pantai) hendaknya dibangun lebih tinggi dari pada kandang yang ada

di daerah pegunungan. Hal ini dimaksudkan agar udara panas di dalam ruangan

kandang lebih bebas bergerak atau berganti sehingga dapat diperoleh ruang

kandang cukup sejuk.

5. Kerangka Kandang

Terbuat dari bahan besi, besi beton, kayu dan bambu disesuaikan dengan

tujuan dan kondisi yang ada. Pemilihan bahan kandang hendaknya disesuaikan

dengan kemampuan ekonomi dan tujuan usaha.

6. Dinding Kandang

Dinding kandang sapi selbih sederhana dibandingkan dengan kandang

kerbau, namun perlu diperhatikan bahwa dinding sebagai pembatas bagian tepi

kandang yang berfunsi sebagai penahan angin langsung, penahan keluarnya udara

panas dari dalam kandang yang dihasilkan oleh tubuh ternak.

Ada berbagai macam bahan yang bisa dimanfaatkan untuk dinding. Kriteria

bahan harus ditinjau dari segi kemanfaatan, jaminan bagi hidup ternak, dan

ekonomis. Bahan-bahan yang bisa dipergunakan sebagai dinding kandang sapi

pada umumnya berasal dari anyaman bambu, papan dan tembok.

7. Lantai kandang

Lantai kandang sebagai batas bangunan kandang bagian bawah, atau tempat

berpijak dan berbaring bagi sapi pada sepanjang waktu, maka pembuatan lantai
7

kandang harus benar-benar memenuhi syarat : rata, tidak licin, tidak mudah

menjadi lembab, tahan injakan, atau awet.

8. Tempat Pakan dan Air Minum

Bagian kandang yang juga harus diperhatikan adalah tempat pakan dan air

minum. Tempat/bak pakan dapat dibuat dengan ukuran panjang 60 cm, lebar 50

cm dan dalamnya 30 cm untuk setiap ekor dewasa. Tempat pakan diperlukan

untuk efisiensi dan efektifitas pakan yang diberikan. Biaya pakan akan

membengkak jika pakan yang diberikan tidak habis dimakan ternak tetapi hanya

berserakan didalam maupun luar kandang.

Tempat air minum diperlukan untuk memenuhi kebutuhan minum ternak dan

menghindari tumpahnya air jedalam kandang. Syarat tempat pakan dan air minum

adalah:

Mudah dijangkau mulut ternak tetapi tidak bisa terinjak.


Mampu menampung jumlah pakan/air yang diperlukan ternak sampai

pemberian pakan/air berikutnya.


tidak mudah digerak-gerakkan ternak sehingga pakan/air minum yang ada

tidak tumpah. Khusus tempat air minum, tidak boleh bocor sehingga

mengairi kandang.

9. Selokan

Selokan berfungsi sebagai tempat pembuangan kotoran. Selokan biasanya

dibuat dengan lebar 20--30 cm dan kedalaman 10--20 cm. Selokan ini dibuat di

dalam kandang di bagian ekor sapi, baik itu di kandang tunggal maupun kandang

ganda. Tujuannya, agar pekerja mudah membersihkan kotoran dan urine sapi.
8

10. Model Kandang

Menurut Purnawan dan Saparinto (2009) ada 2 model kandang sapi, yakni

kandang bebas (loose housing) dan kandang konvensional

(conventional/stanchion barn).

a) Kandang Bebas

Kandang bebas merupakan barak atau areal yang cukup luas dengan atap

diatasnya. Kandang ini ditempati populasi sapi tanpa adanya batasan sedikit pun.

Sapi dapat bergerak bebas kemana saja selama masih ada didalam area kandang.

Kandang bebas hanya terdiri dari satu bangunan atau ruangan, tetapi digunakan

untuk ternak dalam jumlah banyak, Sebuah kandang bebas yang berukuran 7m X

9m dan dapat menampung 20-25 ekor sapi.

Pembesaran sapi didalam kandang bebas dapat menyebabkan beberapa hal

berikut:

Membutuhkan biaya pembuatan kandang, tetapi lebih murah dibanding

dengan kandang individual.


Penggunaan tenaga kerja lebih sedikit.
Kandang mudah dikembangkan tanpa banyak perubahan.
Sapi mudah saling beradu.
Mudah untuk membantu mendeteksi birahi
b) Kandang konvensional

Posisi ternak yang dipelihara di dalam kandang dibuat sejajar, lazim disebut

sistem stall. Susunan stall ada tiga macam yaitu stall tunggal, stall ganda tail to

tail, dan stall face to face.

Stall tunggal
9

Pada kandang stall tunggal, sapi ditempatkan satu baris dengan kepala searah.

Bentuk ini tepat untuk jumlah ternak yang tidak lebih dari 10 ekor.

Stall ganda tail to tail

Sapi pada kandang Stall ganda tail to tail ditempatkan dua baris sejajar (stall

ganda) dengan gang di tengah, sedangkan kepala ternak berlawanan arah atau

ekor saling berhadapan (tail to tail).

Stall ganda face to face

Model kandang ini mendesain sapi pada dua baris sejajar dengan gang di

tengah dengan kepala ternak saling berhadapan (face to face). Gang di tengah

agak lebar.

11. Peralatan Kandang

Menurut (Anonimd, 2012) dalam kegiatan pemeliharaan ternak, dibutuhkan

peralatan untuk keperluan di dalam kandang. Peralatan hendaknya selalu dalam

keadaan bersih, adapun peralatan kandang yang diperlukan antara lain sbegai

berikut:

Ember, digunakan untuk mengangkut air, pakan penguat, dan memandikan

ternak. Sebaiknya ember terbuat dari bahan antikarat, seperti ember plastik.

Sikat, digunakan untuk menggosok badan ternak waktu dimandikan dan

menggosok lantai waktu membersihkan kandang. Sikat yang baik terbuat dari

ijuk.
Skop, digunakan untuk mengambil/membuang kotoran dan mengaduk pakan

penguat.
Sapu lidi dan sapu ijuk, digunakan untuk membersihkan kandang, sebaiknya

sapu terbuat dari lidi daun kelapa.


10

Gerobak, untuk mengangkut sisa-sisa kotoran, sampah, rumput ke tempat

pembuangan.
Garu kecil, digunakan untuk membersihkan sisa pakan dan kotoran dalam

kandang.
Karung digunakan untuk tempat pakan.

2.1.2 Jenis Pakan

Pakan yang diberikan untuk sapi potong harus cukup, baik mengenai mutu

maupun jumlahnya. Pakan bagi ternak berfungsi untuk kebutuhan hidup pokok

dan pertumbuhan. Pakan yang kurang akan menghambat pertumbuhan. Hal yang

terpenting adalah pakan dapat memenuhi kebutuhan protein, karbohidrat, lemak,

vitamin dan mineral bagi ternak. Pakan ternak sapi digolongkan ke dalam tiga

jenis, yaitu:

a) Pakan Hijauan

Pakan hijauan ialah semua bahan pakan yang berasal dari tanaman ataupun

tumbuhan, misalnya bangsa rumput (Gramineae), legum dan tumbuh-tumbuhan

lain. Pakan hijauan ini dapat diberikan dalam dua macam bentuk, yaitu dalam

bentuk hijauan segar (diberikan dalam keadaan masih segar ataupun berupa

silase) dan dalam bentuk kering, bisa berupa hay (hijauan yang sengaja

dikeringkan) atau jerami kering (sisa hasil ikutan pertanian yang dikeringkan).

Pakan hijauan ini banyak mengandung serat kasar. Seekor ternak sapi diberi

hijauan tergantung dari berat badannya, sekitar 10% dari berat badan.

b) Pakan Konsentrat (Penguat)


11

Pakan konsentrat adalah campuran bahan-bahan makanan yang dicampur

sedemikian rupa sehingga menjadi suatu bahan makanan yang berfungsi untuk

melengkapi kekurangan gizi dari bahan makanan lainnya (hijauan). Pakan

konsentrat mempunyai kandungan serat kasar rendah dan mudah dicerna.

Pemberian pakan konsentrat per ekor per hari 1% dari berat badan. Contoh

bahan pakan konsentrat adalah dedak, katul, bungkil kelapa, tetes, jagung dan

berbagai ubi.

c). Pakan Tambahan

Pakan tambahan dapat berupa vitamin, mineral dan urea. Pakan tambahan ini

dibutuhkan oleh sapi yang dipelihara secara intensif, yang hidupnya berada di

dalam kandang terus menerus. Vitamin yang dibutuhkan ternak sapi adalah

vitamin A (karotina) dan vitamin D. Mineral dibutuhkan oleh sapi untuk

berproduksi. Mineral yang dibutuhkan oleh sapi terutama adalah Ca dan P. Ca dan

P ini dapat diperoleh dari tepung tulang (mengandung 23-33% Ca dan 10-18% P).

Urea hanya dapat diberikan kepada sapi dalam jumlah yang sangat terbatas, yaitu

2% dari seluruh ransum yang diberikan.

2.1.3 Metode Pemberian Pakan

Menurut (Rianto dan Purbowati, 2009) menjelaskan bahwa ransum

hendaknya tidak diberikan sekaligus dalam jumlah banyak setiap harinya

melainkan dibagi menjadi beberapa bagian. Pada pagi hari (misalnya pukul

07.00), sebaiknya sapi diberi sedikit hijauan untuk merangsang keluarnya saliva

(air ludah). Saliva berfungsi sebagai larutan buffer (penyangga) didalam rumen
12

sehingga pH rumen tidak mudah naik maupun turun pada saat sapi diberi

konsentrat. Pemberian konsentrat dengan kandungan karbohidrat tinggi akan

mudah terfermentasi sehingga menghasilkan asam lemak mudah terbang (volatile

fatty acid, VFA) yang berpotensi menurunkan pH rumen. Sementara pemberian

konsentrat yang banyak mengandung protein terdegradasi (rumen degradable

protein, RDP) akan menghasilkan NH3 yang meningkatkan pH rumen. Kondisi

peningkatan atau penurunan pH rumen secara ekstrim akan berbahaya bagi

kesehatan, ternak, bahkan dapat berakibat fatal, yaitu terjadinya kematian pada

ternak.

Setelah mengonsumsi sedikit rumput, tersebut diberi setengah jatah

konsentrat. Misalnya, apabila jatah konsentrat yang harus diberikan 6 kg maka

pada pagi hari diberikan konsentrat sebanyak 3 kg. Dua jam kemudian hijauan

diberikan lagi. Pada sore hari (sekitar pukul 15.00), konsentrat bagian kedua

diberikan. Selanjutnya, pada pukul 17.00, hijauan diberikan lagi.

Ternak yang tidak biasa diberikan konsentrat seringkali tidak mau

memakannya. Oleh karena itu, harus dilatih terlebih dahulu. Biasanya setelah satu

minggu, ternak akan terbiasa untuk makan konsentrat. Apabila ternak

mendapatkan konsentrat yang kering, hendaknya diberi sebaiknya pemberian air

minum ditingkatkan. Caranya dengan menyediakan tempat minum didalam

kandang sehingga sapi bebas mengonsumsinya.


2.2 Sistem pemeliharaan ternak kambing

Sistem pemeliharaan secara ekstensif umumnya dilakukan di daerah yang

mahal dan sulit untuk membuat kandang, kondisi iklim yang menguntungkan, dan

untuk daya tamping kira-kira tiga sampai dua belas ekor kambing per hektar
13

(Williamson dan Payne 1993).Sistem pemeliharaan secara ekstensif, induk yang

sedang bunting dan anak-anak kambing yang belum disapih harus diberi

persediaan pakan yang memadai (Devendradan Burns, 1994). Rata-rata

pertambahan bobot badan kambing yang dipelihara secara ekstensif dapat

mencapai 20-30 gram per hari (MulyonodanSarwono, 2005).

Sistem pemeliharaan secara intensif memerlukan pengandangan terus

meneus atau tanpa penggembalaan, system ini dapat mengontrol dari factor

lingkungan yang tidak baik dan mengontrol aspek-aspek kebiasaan kambing yang

merusak (Williamson dan Payne 1993). Dalam system pemeliharaan ini perlu

dilakukan pemisahan antara jantan dan betina, sehubungan dengan ini perlu

memisahkan kambing betina muda dari umur tiga bulan sampai cukup umur untuk

dikembang biakkan, sedangkan untuk pejantan dan jantan harus dikandangkan

atau ditambatkan terpisah (Devendradan Burns, 1994). Pertambahan bobot

kambing yang digemukkan secara intensif bias mencapai 100-150 gram per hari

dengan rata-rata 120 gram per hariatau 700-1.050 gram dengan rata-rata 840 gram

per minggu (MulyonodanSarwono, 2005).

Sistem pemeliharaan secara semi intensif merupakan gabungan pengelolaan

ekstensif (tanpa penggembalaan) dengan intensif, tetapi biasanya membutuhkan

penggembalaan terkontrol dan pemberian pakan konsentrat tambahan (Williamson

dan Payne 1993). Menurut Mulyono dan Sarwono (2005), pertambahan bobot

kambing yang digemukkan secara semi-intensif, rata-rata hanya 30-50 gram per

hari.

2.2.1 Perkandangan
14

Kandang diusahakan menghadap ketimur agar memenuhi persyaratan

kesehatan ternak. Bahan yang digunakan harus kuat, murah dan tersedia di lokasi.

Kandang dibuat panggung dan beratap dengan tempat pakan dan minum. Dinding

kandang harusmempunyai ventilasi (lubang angin) agar sirkulasi udara lebih baik.

Sebaiknya ternak dipelihara dalam kandang agar :

1) Memudahkan pengawasan terhadap ternak yang sakit, atau yang sedang

dalam masa kebuntingan.


2) Memudahkan dalam pemberian pakan
3) Menjaga keamanan ternak.

Ada 2 macam bentuk kandang yaitu :

1) Kandang dengan lantai tanah yang diatasnya cukup diberi jerami kering.
2) Kandang berbentuk panggung dengan kolong di bawah nya.

Syarat-syarat kandang yang baik adalah :

1) Kandang cukup luas, kira-kira 1 m2 per ekor kambing dewasa.


2) Tempat harus kering, mendapat cukup sinar matahari pagi dan mudah

dibersihkan.
3) Terlindung dari hujan, angin langsung dan terik matahari.
4) Sebaiknya di sekeliling kandang (terutama yang berlantai tanah) dibuat parit

untuk menghindari becek dalam kandang.


5) Kotoran harus mudah dibuang yaitu dengan membuat lobang di bawah

kandang agar kotoran dan bahan sisa lainnya langsung jatuh ke dalam lobang,

yang merupakan bahan pembuat pupuk kandang.


6) Letak kandang tidak terlalu dekat dengan rumah atau bangunan lain
7) Kandang terbuat dari bahan yang cukup kuat, tetapi murah dan mudah

didapat. Alas dapat dibuat dari bambu atau kayu yang disusun/dianyam agak

jarang. Dinding kandang dari bambu atau kayu sedang atap dari rumbia

kajang, alang-alang, dan sebagainya. Tinggi lantai diatas permukaan tanah

50-70 Cm, sedang jarak lantai ke atap 150-175 Cm. Pada bagian belakang
15

dibuatkan pintu dan tangga untuk keluar masuk ternak dan pada sis kandang

sebelah depan dibuatkan tempat makanan dan minuman.


8) Tempat makanan berupa bak dari kayu atau bambu dibuat sepanjang sisi

depan bagian luar kandang dengan lebar kira-kira 50 Cm. Letaknya lebih

tinggi 20-30 Cm dan lantai kandang.


9) Tempat minuman dari ember plastik atau belanga dari tanah diletakkan di

samping bak makanan. Tempat garam dibuat dari bambu atau kotak kayu

yang dipakukan setinggi kira-kira 50 Cm dari lantai. Terutama untuk kandang

berlantai tanah harus diberi alas jerami kering yang perlu dibalik-balik jika

sudah terlalu basah atau segera diganti dengan jerami yang baru.

2.2.2 Pakan
Menurut Sarwono (2005), kambing membutuhkan hijauan yang banyak

ragamnya. Kambing sangat menyukai daun-daunan dan hijauan seperti daun turi,

akasia, lamtoro, dadap, kembang sepatu, nangka, pisang, gamal, puteri malu, dan

rerumputan.Selain pakan dalam bentuk hijauan, kambing juga memerlukan pakan

penguat untuk mencukupi kebutuhan gizinya.Pakan penguat dapat terdiri dari satu

macam bahan saja seperti dedak, bekatul padi, jagung, atau ampas tahu dan dapat

juga dengan mencampurkan beberapa bahan tersebut.Sodiq (2002) menjelaskan,

ditinjau dari sudut pakan, kambing tergolong dalam kelompok herbivora, atau

hewan pemakan tumbuhan.Secara alamiah, karena kehidupan awalnya di daerah-

daerah pegunungan, kambing lebih menyukai rambanan (daun-daunan) daripada

rumput.
Menurut Kartadisastra (1997), kebutuhan ternak ruminansia terhadap pakan,

dicerminkan oleh kebutuhannya terhadap nutrisi. Jumlah kebutuhan nutrisi setiap

harinya sangat tergantung pada jenis ternak, umur, fase (pertumbuhan, dewasa,
16

bunting atau menyusui), kondisi tubuh (sehat, sakit), dan lingkungan tempat

hidupnya (temperatur dan kelembaban nisbi udara).


Pakan sangat dibutuhkan oleh kambing untuk tumbuh dan berkembang biak,

pakan yang sempurna mengandung kelengkapan protein, karbohidrat, lemak, air,

vitamin dan mineral (Sarwono, 2005). Pemberian pakan dan gizi yang efisien,

paling besar pengaruhnya dibanding faktor-faktor lain, dan merupakan cara yang

sangat penting untuk peningkatan produktivitas (Devendra dan Burns, 1994).

BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan lokasi kegiatan

Praktik mata kuliah Manajemen Produksi Ternak telah dilaksanakan pada

tanggal 12 November 2016 pukul 08:00 pagi sampai selesai di Kandang

kelompok tani Kurnia Tani Desa Bulu Pountu Jaya Kec. Sigi Biromaru Kab.

Sigi.

3.2 Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah alat tulis menulis dan

camera,sedangkan bahan dalam praktikum ini adalah ternak sapi dan kambing.

3.3 Metode praktikum

Metode yang digunakan dalam praktik ini adalah :

1. Metode Observasi

Pengumpulan data dengan cara penulis mengamati secara langsung kegiatan

operasional yang ada di lapangan.


17

2. Metode Wawancara

Wawancara ini dilakukan kepada pembimbing lapangan Praktek Kerja

Lapang dan pada kepala kandang dan pekerja kandang yang bersangkutan.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
17

4.1 Ternak Sapi


4.1.1 Lokasi

Lokasi Kandang Kelompok Tani Kurnia Tani (Gambar 1) beralamat di

Desa Bulu Pountu Jaya Kecamatan Sigi Biromaru Kabupaten Sigi. Kandang

Kelompok ini berada sekitar 20 km sebelah selatan kota Palu, tepatnya sekitar

1700 m dari jalan raya antara sigi dan Bora.

Gambar 1. Kandang Kelompok Tani Kurnia Tani

Kandang Kelompok Tani Kurnia Tani memiliki beberapa sarana dan

prasarana yang berguna untuk mendukung dan memperlancar kegiatan


18

pemeliharaan. Luas lahan yang digunakan untuk kegiatan pemeliharaan ternak

adalah seluas + 1 ha2 yang digunakan untuk bangunan kandang, rumah penjaga,

parkir, lahan hijauan pakan (rumput dan legum).

Sebagian besar sapi berasal dari hasil penjaringan dari luar. Data populasi

ternak di Kandang Kelompok Tani Kurnia Tani disajikan pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3 Data populasi ternak di Kandang


18Kelompok Tani Kurnia Tani (ekor)
Status fisiologis
Dewas
a Muda Pedet Total
Bangsa Materi 12-18 7-12
>18 bln bln bln <7 bln

JML
PO Jumlah 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1
Donggal
4
a Jumlah 0 0 0 0 0 0 0 40 0 40
0
TOTAL 41 0 41
Sumber : Kandang Kelompok Tani Kurnia Tani, (2016)

4.1.2 Aspek Perencanaan

4.1.2.1 Perencanaan Bahan Pakan

Kandang Kelompok Tani Kurnia Tani sebagian besar memenuhi

kebutuhan pakan untuk ternak yang dipelihara dengan memanfaatkan limbah

pertanian atau limbah industri pertanian yang tidak dikonsumsi oleh manusia.

Pakan yang digunakan berupa hijauan dan konsentrat. Hijauan yang digunakan

berupa rumput gajah, leguminosa segar mempunyai kandungan vitamin dan

mineral yang dibutuhkan oleh ternak.


19

Pakan konsentrat yang digunakan berupa konsentrat campuran dari

beberapa bahan pakan seperti : bekatul, tumpi jagung, bungkil kopra, kulit kopi,

garam, kapur, tetes dan mineral. Semua bahan tersebut dicampur jadi satu hingga

homogen. Pencampuran bahan pakan dilakukan menggunakan mesin mixer bahan

pakan.

4.1.2.2 Cara Memperoleh Bahan Pakan.

a. Hijauan Pakan Ternak.

Pakan hijauan yang diberikan di Kandang Kelompok Tani Kurnia Tani

berasal dari kebun milik Kandang Kelompok Tani Kurnia Tani yang memiliki

luas 1 ha2

Pemotongan hijauan berupa rumput dilakukan setiap hari dengan sistem

rotasi pada setiap kebun percobaan dengan umur potong sekitar 35 hari, sehingga

diharapkan tidak terjadi kekosongan dalam penyediaan hijauan pakan untuk

ternak di Kandang Kelompok Tani Kurnia Tani.

b. Limbah Pertanian.

Limbah Pertanian berupa pohon jagung dan kulit jagung berasal dari

perkebunan jagung milik warga yang brerada di sekitar Kandang Kelompok Tani

Kurnia Tani.

4.1.3 Aspek Pelaksanaan.

4.1.3.1 Pelaksanaan Prosedur Meramu Pakan.


20

Prosedur meramu pakan di Kandang Kelompok Tani Kurnia Tani tidak

memiliki prosedur yang ditentukan dalam proses meramu bahan pakan hanya

langsung mencampur

Hal ini tidak sesuai dengan pendapat Siregar (1994) yang menyatakan bahwa

untuk bahan baku yang jumlahnya sedikit, terlebih dahulu dilakukan pre-mixing

atau pencampuran awal. Bahan yang dicampur pada tahap awal meliputi vitamin,

mineral, kalsium karbonat, asam amino kristal, pemacu pertumbuhan,

koksidiostat, antioksidan.

4.1.3.2 Pelaksanaan Pemberian Pakan.

Metode pemberian pakan di Kandang Kelompok Tani Kurnia Tani.

Pakan diberikan dua kali sehari, pada pagi hari pada jam 07.00 dan sore hari pada

jam 17:00 diberikan pakan hijauan berupa rumput gajah dan limbah pohon jagung.

Hal ini sesuai dengan pendapat Santosa (2006) yang menyatakan bahwa

pemberian pakan minimal 2 kali sehari. Sedangkan pemberian konsentrat di

lakukan setiap satu minggu sekali.


21

Gambar 7. Pemberian Pakan Hijauan.

4.2 Ternak Kambing

Sebagian besar sapi berasal dari hasil penjaringan dari luar. Data populasi

ternak di Kandang Kelompok Tani Kurnia Tani disajikan pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3 Data populasi ternak kambing di Kandang Kelompok Tani Kurnia
Tani (ekor)
Status fisiologis
Dewasa Muda Cempe Total
Bangsa Materi 6-12 3-6
>12 bln bln bln <3 bln

JML
Kambing
Kacang /
PE Jumlah 4 4 0 20 10 0 0 0 4 34 1
TOTAL 4 34 38
Sumber : Kandang Kelompok Tani Kurnia Tani, (2016)
4.2.1 Aspek Pelaksanaan.

4.2.1.1 Pelaksanaan Pemberian Pakan.

Metode pemberian pakan pada ternak kambing. Pakan diberikan dua kali

sehari, pada pagi hari pada jam 07.00 dan sore hari pada jam 17:00 diberikan

pakan hijauan berupa lamtoro dan gamal. Hal ini sesuai dengan pendapat Santosa

(2006) yang menyatakan bahwa pemberian pakan minimal 2 kali sehari.

Sedangkan pemberian konsentrat di lakukan setiap satu minggu sekali.


22

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisis yang dilakukan bahwa manajemen pakan di

Kandang Kelompok Tani Kurnia Tani kurang baik. Hal ini bisa dilihat dari

tidak adanya acuan standar kebutuhan nutrisi bagi sapi potong, aspek pelaksanaan

pada formulasi ransum, aspek prosedur pengawasan bahan baku pakan, prosedur

pengawasan formulasi ransum pakan, hanya sebagian kecil yang sudah sesuai

dengan kriteria dalam standar manajemen pakan yang baik, yaitu pelaksanaan

pemberian pakan dan pemberian zat aditive seperti obat-obatan.

5.2 Saran

1. Agar dilakukan pembangunan sarana serta sesuai standar gudang

penyimpanan bahan pakan.

2. Perluasan untuk areal pakan hijauan agar kebutuhan akan hijauan bisa

terpenuhi.

3. Loyalitas dan kerjasama setiap karyawan khususnya karyawan anak kandang

agar ditingkatkan, untuk memperoleh target yang diharapkan.

23

56
23

DAFTAR PUSTAKA

Devendra, C. Dan M. Burns. 1994. ProduksiKambing di Daerah Tropis.


PenerbitITB, Bandung.
Kartadisastra, H.R. 1997. Penyediaan dan Pengelolaan Pakan Ternak Ruminansia.
Cetakan kesatu. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Mulyono, S dan B. Sarwono. 2005. Penggemukan Kambing Potong. Cetakan
kedua. Penebar Swadaya, Jakarta.

Purnomoadi, Agung. 2003. Diktat Kuliah Ilmu Ternak Potong dan Kerja. Fakultas
Peternakan. Universitas Diponegoro, Semarang.
Rianto, E. dan Purbowati, E. 2009. Sapi Potong. Penebar Swadaya, Jakarta.

Rianto, Edy dan Endang Purbowati. 2009. Panduan Lengkap Sapi Potong.
Penebar Swadaya. Semarang.

Santosa, U. 2006. Tata Laksana Pemeliharaan Ternak Sapi Cetakan ke-1. PT.
Penebar Swadaya. Jakarta.

Sarwono, B. 2005. Beternak Kambing Unggul. CetakanKe VIII. Penerbit PT


Penebar Swadaya, Jakarta.
Wello, Basit. 2011. Manajemen Ternak Sapi Potong. Masagena Press. Makassar.

Williamson, G dan W.J.A. Payne.1993. Pengantar IlmuPeternakan di Daerah


Tropis. Gadjah Mada University Press, Yogyakart a (diterjemahkan oleh
S.G.N. D Darmaja).

Anda mungkin juga menyukai