BAB I
PENDAHULUAN
dikenal sebagai Veterinary Public Health (VPH) diperkenalkan pertama kali oleh
pada laporannya the Joint WHO/FAO Expert Group on Zoonoses pada tahun
usaha masyarakat yang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh seni dan ilmu
public health comprises all the community efforts influencing and influenced by
the veterinary medical arts and sciences applied to the prevention of diseases,
Daging sapi (Bahasa Inggris: beef) adalah daging yang diperoleh dari sapi yang
biasa dan umum digunakan untuk keperluan konsumsi makanan. Di setiap daerah,
penggunaan daging ini berbeda-beda tergantung dari cara pengolahannya. Sebagai contoh
has luar, daging iga dan T-Bone sangat umum digunakan di Eropa dan di Amerika Serikat
sebagai bahan pembuatan steak sehingga bagian sapi ini sangat banyak diperdagangkan.
Akan tetapi seperti di Indonesia dan di berbagai negara Asia lainnya daging ini banyak
digunakan untuk makanan berbumbu dan bersantan seperti sup konro dan rendang.
mengetahui jenis daging, tekstur daging, kebersihan tempat penjualan serta proses
di tempat penjualan.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
kebutuhan protein karena daging mengamdung protein yang bermutu tinggi, yang
(2004), daging didefinisikan sebagai bagian dari hewan potong yang digunakan
selera, juga merupakan sumber protein hewani berkualitas tinggi. Daging adalah
bagian ternak yang sudah dipotong dari tubuh ternak kecuali tanduk, kuku, tulang
dan bulunya. Dengan demikian hati, lympa, otak da nisi perut seperti usus juga
ternasuk daging.
ikat, tulang dan tulang rawan merupakan komponen fisik utama daging. Jaringan
otot terdiri dari jaringan otot bergaris melintang, jaringan otot licin, dan jaringan
lemak intraselular. Jaringan ikat yang penting adalah serabut kolagen, serabut
elastin, dan serabut retikulin. Secara garis besar struktur daging terdiri atas satu
atau lebih otot yang masing-masing disusun oleh banyak kumpulan otot, maka
Daging sapi memiliki warna merah terang, mengkilap, dan tidak pucat.
Secara fisik daging elastis, sedikit kaku dan tidak lembek. Jika dipegang masih
4
terasa basah dan tidak lengket di tangan. Dari segi aroma, daging sapi sangat khas
(gurih) (Usmiati, 2010). Sapi pedaging dapat dibedakan dari jenis kelamin dan
umur, dimana dengan perbedaan tersebut akan membedakan mutu dari daging
sapi. Pada saat hewan dipotong akan diperoleh karkas dan non karkas. Dari sapi
yang beratnya 500 kg, akan diperoleh 350 kg karkas dan 270 kg daging
Kesehatan RI (1981) dalam Soputan (2004), dalam 100 gram daging dapat dilihat
pada tabel 1.
Secara visual, mutu daging dinilai dari warna, marbling dan daya ikat air
(water holding capacity, WHC)-nya. Daging dinilai bermutu baik jika memiliki
warna dan marbling yang seragam pada keseluruhan potongan daging dan dengan
itu, daya ikat air selain mempengaruhi penampakan juga akan mempengaruhi
lapisan Oksimioglobin pada permukaan daging. Keadaan ini lebih banyak terjadi
pada suhu rendah, sehingga daging yang disimpan didalam lemari pendingin
(didinginkan) akan terlihat lebih rendah. Jika daging segar dibungkus oleh
pembungkus yang tidak tembus oksigen, maka oksigen yang ada dalam
bungkusan akan habis karena adanya aktivitas biokimia dan Microoganisme pada
permukaan daging. Sehingga warna daging akan berubah dari merah cerah
2011).
semua hasil produk hasil pengolahan jaringan-jaringan tersebut yang sesuai untuk
Nilai pH daging tidak akan pernah mencapai nilai di bawah 5,3. Hal ini
6
disebabkan karena pada nilai pH di bawah 5,3 enzim-enzim yang terlibat dalam
menilai mutu daging. Kesan empuk melibatkan tiga aspek berikut: kemudahan
potongan-potongan yang lebih kecil dan jumlah residu (sisa) yang tertinggal
Air yang terikat di dalam otot dapat dibagi menjadi tiga komponen air,
yaitu air yang terikat secara kimiawi oleh protein otot sebesar 4-5% sebagai
lapisan monomolecular pertama; air terikat agak lemah sebagai lapisan kedua dari
molekul air terhadap grup hidrofilik, sebesar kira-kira 4 %, dan lapisan kedua ini
akan terikat oleh protein bila tekanan uap meningkat. Lapisan ketiga adalah
Jumlah air terikat (lapisan dan kedua) adalah bebas dari perubahan molekul yang
disebabkan denaturasi protein daging, sedangkan jumlah air terikat lebih lemah
yaitu lapisan air diantara molekul protein akan menurun bila protein daging
patogen yang biasanya mencemari daging antara lain : E. Coli, Salmonella sp. dan
Stahpylococcus sp. yang merupakan kontaminan utama pada daging sapi dan
unggas segar (Ho et al., 2004 ; Usmiati, 2010). Oleh karena itu, daging harus
hari. Beberapa faktor yang mempengaruhi laju pendinginan daging, yaitu : (a)
panas spesifik daging, (b) berat dan ukuran daging, (c) jumlah lemak pada
permukaan daging, (d) jumlah daging dalam ruang pendingin, dan (e) temperatur
Daging yang dapat dikonsumsi adalah daging yang berasal dari hewan yang
dan digunakan konsumen untuk memilih produk.Pada daging dan produk olahan
daging, mutu daging ditentukan oleh mutu komposisi gizi atau rasio antara daging
tekstur (juiciness dan keempukan) dan flavor.Secara visual, mutu daging dinilai
Kualitas daging dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik pada waktu hewan
masih hidup maupun setelah dipotong. Faktor penentu kualitas daging pada waktu
hewan hidup adalah cara pemeliharaan, yang meliputi : pemberian pakan, tata
oleh pengeluaran darah pada waktu hewan dipotong dan kontaminasi sesudah
hewan dipotong.
usia hewan susunan jaringan ikat semakin banyak sehingga daging yang
dihasilkan semakin liat. Jika ditekan dengan jari daging yang sehat akan memiliki
konsistensi kenyal.
Kandungan lemak (marbling) adalah lemak yang terdapat diantara serabut otot
rasa.
Warna daging bervariasi tergantung dari jenis hewan secara genetik dan
usia, misalkan daging sapi potong lebih gelap daripada daging sapi perah, daging
Rasa dan aroma dipengaruhi oleh jenis pakan. Daging berkualitas baik
Bau dan rasa tidak normal akan segera tercium sesudah hewan dipotong. Hal
Hewan sakit terutama yang menderita radang bersifat akut pada organ
(jika ditekan dengan jari akan terasa lunak) dapat mengindikasikan daging
10
tidak sehat, apabila disertai dengan perubahan warna yang tidak normal
meningkat, atau karena terlalu lama dibiarkan ditempat terbuka dalam waktu
relatif lama pada suhu kamar, sehingga terjadi proses pemecahan protein oleh
BAB III
METODE PRAKTIKUM
Praktikum ini dilaksanakan pada Tanggal 13 Mei 2017 pada pukul 09.00
Wita sampai dengan selesai bertempat di pasar masomba kota palu Sulawesi
tengah.
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah alat tulis menulis dan
lapangan dan wawancara dengan pak sukri, mengenai sistem penjualan daging
sapi
2) Mengamati keadaan daging sapi yang terdiri dari tekstur dagin, warna
daging,ke empukan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
ditempat penjualan
b. Jumlah karkas yang diambil dari RPH 1-4 ekor ternak yang sudah
di potong
2. Kualitas Daging
4.2 Pembahasan
terang disebut dengan tekstur yang masih halus pula. Dari pengamatan tersebut
dapat disimpulkan kalau daging sapi yang dijual termasuk dalam mutu I.
perlakuan yaitu dengan disimpan di tempat pendingin (freezer). Hal ini bertujuan
Salah satu sifat daging adalah mudah rusak. Mudah rusaknya daging
disebabkan kandungan air yang cukup tinggi yang merupakan syarat untuk
dapat merusak daging. Ciri-ciri terjadinya kerusakan enzimatis adalah rasa daging
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
kebutuhan protein karena daging mengamdung protein yang bermutu tinggi, yang
mampu menyumbangkan asam amino esensial yang lengkap, serta daging sangat
5.2 Saran
Sebaiknya pada saat memotong daging sapi sebaiknya tempat atau meja
dibersihkan terlebih dahulu, agar daging tersebut tidak mudah busuk, serta saluran
pencucian mengalir dengan sempurna, sehingga tempat tersebut tidak berbau, dan
tidak banyak lalat yang hinggap di daging, yang dapat merusak kualitas daging.
16
DAFTAR PUSTAKA
Blakely, J. dan D.H. Bade. 1991. Ilmu Peternakan Edisi Keempat. Gadjah Mada
University Press,Yogyakarta.