PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring dengan berkembangnya kesadaran masyarakat Indonesia akan kebutuhan gizi dan
bertambahnya tingkat pendapatan masyarakat, menyebabkan permintaan bahan pangan yang
mempunyai nilai gizi tinggi meningkat. Pemenuhan tingkat gizi tersebut diantaranya berasal dari
produkproduk peternakan. Sapi perah merupakan salah satu komoditi peternakan yang dapat
mendukung pemenuhan kebutuhan akan bahan pangan bergizi tinggi.
Pemeliharaan sapi perah beberapa tahun terakhir ini menunjukkan perkembangan yang
sangat pesat. Perkembangan ini senantiasa didorong oleh pemerintah agar swasembada susu
tercapai secepatnya. Untuk memenuhi kebutuhan susu secara nasional, perk embangan sapi
perah perlu mendapatkan pembinaan yang lebih mantap dan terencana dari pada tahun - tahun
yang sudah.
Namun demikian peningkatan pemeliharaan sapi perah terkadang tidak seeiring dengan
pengetahuan masayarakat akan manajemen pemeliharaan sapi perah serta minimnya
penegatahuan masyarakat akan penanganan susu yang dihasilkan sehingga aman untuk
dikonsumsi. Untuk mengetahui manajemen pemeliharaan sapi perah serta penanganan pasca
produksi pada ternak perah, maka dilakukanlah praktikum kunjungan ke peternakan sapi perah.
C. Prosedur Kerja
Metode yang digunakan pada praktek lapang Ilmu Ternak Perah adalah tinjauan
langsung ke kandang lalu melakukan pembersihan kandang, memandikan sapi, memberikan
pakan, memerah susu dan wawancara dengan pemilik peternakan rakyat (Bapak Sunusi).
HASIL DAN PEMBAHASAN
C. Perkandangan
Perkandangan Sapi perah milik Pak Sanusi di Dusun Talaga, Kelurahan Juppandang,
Kecamatan Enrekang, Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan yaitu memiliki perkandangan
terbuka.
F. Hasil Ikutan
Hasil ikutan pada Usaha peternakan Rakyat Sapi Perah milik Pak Sanusi yang terletak
di Dusun Talaga Kelurahan Juppandang Kecamatan Enrekang Kabupaten Enrekang, Sulawesi
Selatan yaitu susu yang dalam sehari seekor ternak dapat menghasilkan 16 liter susu dari 8 ekor
sapi betina laktasi. Produksi susu ini memiliki nilai ekonomis yang tinggi karena dilakukan
penangan yang baik, seperti pengolahan susu menjadi dangke dan krupuk dangke yang memiliki
nilai tambah.
Bahan dasar dari kerupuk susu yakni dangke, yang dihasilkan tidak menggunakan susu
sebagai bahan dasar pembuatan kerupuk ini, melainkan dangke sehingga namanya kerupuk
dangke. Hal ini sejalan dengan Nurani (2011) bahwa Penggunaan susu sapi dalam pengolahan
dangke harus dilakukan dalam rangka mempertahankan keberadaan dangke baik sebagai salah
satu kekayaan budaya asli Indonesia, maupun sebagai industri skala rumah tangga yang telah
memberikan sumbangan pendapatan untuk sebagian masyarakat peternak di pedesaan Kabupaten
Enrekang.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan praktek yang telah dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan jika ditinjau
dari aspek kelayakan usaha maka peternakan sapi perah pak Sanusi sudah termasuk layak karena
memiliki lokasi usaha yang baik untuk beternak sapi perah.
B. Saran
Adapun saran kepada para peternak adalah agar sistem pemeliharaan dapat ditingkatkan.
Untuk meningkatkan produksi susu sebaiknya dilakukan penambahan konsentrat pada ransum.
Sehingga mendatangkan banyak keuntungan.
DAFTAR PUSTAKA
Budi, Usman. 2006. Dasar Ternak Perah. Universitas Sumatera Utara. Sumatera.
Dwiputra, Aditya. 2011. Tata Laksana dan Produksi Ternak Perah. Fakultas Peternakan. Universitas
Gadjah Mada. Yogyakarta.
Hidayat, Arief et al. 2012. Proses Pembentukan Susu. Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat.
Putra, Adika. 2009. Potensi Penerapan Produksi Bersih Pada Usaha Peternakan Sapi Perah (Studi Kasus
Pemerahan Susu Moeria Kudus Jawa Tengah). UNDIP. Semarang.
Saleh, Eniza. 2004. Dasar Pengolahan Susu dan Hasil Ikutan Ternak. USU. Sumatera.