Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seiring dengan berkembangnya kesadaran masyarakat Indonesia akan kebutuhan gizi dan
bertambahnya tingkat pendapatan masyarakat, menyebabkan permintaan bahan pangan yang
mempunyai nilai gizi tinggi meningkat. Pemenuhan tingkat gizi tersebut diantaranya berasal dari
produkproduk peternakan. Sapi perah merupakan salah satu komoditi peternakan yang dapat
mendukung pemenuhan kebutuhan akan bahan pangan bergizi tinggi.
Pemeliharaan sapi perah beberapa tahun terakhir ini menunjukkan perkembangan yang
sangat pesat. Perkembangan ini senantiasa didorong oleh pemerintah agar swasembada susu
tercapai secepatnya. Untuk memenuhi kebutuhan susu secara nasional, perk embangan sapi
perah perlu mendapatkan pembinaan yang lebih mantap dan terencana dari pada tahun - tahun
yang sudah.
Namun demikian peningkatan pemeliharaan sapi perah terkadang tidak seeiring dengan
pengetahuan masayarakat akan manajemen pemeliharaan sapi perah serta minimnya
penegatahuan masyarakat akan penanganan susu yang dihasilkan sehingga aman untuk
dikonsumsi. Untuk mengetahui manajemen pemeliharaan sapi perah serta penanganan pasca
produksi pada ternak perah, maka dilakukanlah praktikum kunjungan ke peternakan sapi perah.

B. Tujuan dan Kegunaan


Adapun tujuan dilakukannya praktek lapang Produksi Ternak Perah ini adalah untuk
mengetahui manajemen pemeliharaan pada sapi perah dan penanganan pasca produksi pada sapi
perah, serta aspek keuangan dan kelayakan usaha pada peternakan sapi perah.
Kegunaan dilakukannya praktek lapang Produksi Ternak Perah ini adalah agar praktikan
mengetahui manajemen pemeliharaan pada sapi perah dan penanganan pasca produksi pada sapi
perah, serta aspek keuangan dan kelayakan usaha pada peternakan sapi perah.
BAB II

METODE PRAKTEK LAPANG

A. Waktu dan Tempat


Praktek lapang Ilmu Ternak Perah dilaksanakan pada hari Jumat Sabtu tanggal 18-19
April 2014, yang bertempat di Peternakan Rakyat Milik Sanusi Dusun Talaga, Kelurahan
Juppandang, Kecamatan Enrekang, Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan.

B. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada praktek lapang Ilmu Ternak Perah adalah alat tulis menulis
tranportasi, sekop, selang air, milk can, mesin pemotong rumput, karpet, laktodensimeter dan
termometer.
Bahan yang digunakan pada praktek lapang Ilmu Ternak Perah adalah kertas, data
kuisioner, sapi, susu segar, dan hijauan.

C. Prosedur Kerja
Metode yang digunakan pada praktek lapang Ilmu Ternak Perah adalah tinjauan
langsung ke kandang lalu melakukan pembersihan kandang, memandikan sapi, memberikan
pakan, memerah susu dan wawancara dengan pemilik peternakan rakyat (Bapak Sunusi).
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Bangsa-bangsa Sapi Perah


Berdasarkan praktek lapang yang telah dilakukan, maka dapat kita ketahui pada Usaha
peternakan Rakyat Sapi Perah milik Pak Sanusi yang terletak di Dusun Talaga, Kelurahan
Juppandang, Kecamatan Enrekang, Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan terdapat beberapa
jenis sapi perah, diantaranya Sapi Peranakan Fries Holland (Holstein Friesian) dan Sapi Jersey.
Menurut Putra (2009), sapi FH sangat menonjol karena banyaknya jumlah produksi susu
namun kadar lemaknya rendah, kapasitas perut besar sehingga mampu menampung pakan
banyak, mempunyai kemampuan yang tinggi dalam mengubah pakan menjadi susu. Sapi
Peranakan Friesian Holstein (PFH) merupakan hasil persilangan antara sapi FH dengan sapi
lokal, dengan ciri - ciri yang hampir menyerupai FH tetapi
produksi susu relatif lebih rendah dari FH dan badannya juga lebih kecil. Hasil dari
persilangan tersebut mempunyai sifat diantara kedua induknya, dimana pertambahan bobot
badan cukup tinggi serta mampu beradaptasi dengan lingkungan tropis secara baik (Putra,
2009).

B. Sumber Daya Alam


Potensi sumber daya alam di Dusun Talaga, Kelurahan Juppandang, Kecamatan
Enrekang, Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan yaitu memiliki prospek yang sangat baik, akan
tetapi proses untuk menunjang potensi sumber daya alam masih dalam skala yang kurang
efektif, misalnya salah satu komoditas peternakan yang dikembangkan dengan prinsip
keterkaitan antara daerah yaitu sapi perah yang diusahakan dalam skala peternakan rakyat
dengan pola pengusaha yang masih sebagai sambilan di kabupaten Enrekang.
Permasalahan pola pengusaha peternakan sapi perah dipengangaruhi oleh kurangnya
sumbangsi pemerintah dalam memberikan dukungan nyata untuk meningkatkan produktivitas
dan kualitas hasil ternak (susu) kepada para peternak. Hal ini sesuai dengan pendapat Nurani
(2011) bahwa adanya permasalahan-permasalahan yang dihadapi peternak merupakan faktor
kurangnya kesadaran dalam memanfaatkan sumber daya alam maupun sumber daya manusia
yang ada, seperti pemerintah perlu memberikan dukungan nyata untuk meningkatkan
produktivitas dan kualitas hasil ternak (susu) kepada para peternak.
Bahan baku pakan utama dari sumber daya alam yang digunakan pada peternakan sapi
perah milik Pak Sunusi yang terletak di Dusun Talaga Kelurahan Juppandang Kecamatan
Enrekang Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan ini adalah hijuan segar berupa rumput gajah
(Pennisetum purpureum) yang diperoleh dari padang rumput di sekitar areal peternakan tersebut
yang ditanam sendiri. Menurut Dwiputra (2011), hijauan rumput gajah (Pennisetum purpureum)
merupakan makanan pokok bagi ternak sapi perah karena mengandung serat kasar yang tinggi
dengan poduksi persatuan luas yang sangat tinggi.

C. Perkandangan
Perkandangan Sapi perah milik Pak Sanusi di Dusun Talaga, Kelurahan Juppandang,
Kecamatan Enrekang, Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan yaitu memiliki perkandangan
terbuka.

D. Proses Pembentukan Air Susu


Di dalam tubuh sapi, air susu dibuat oleh kelenjar susu di dalam ambing. Ambing sapi
terbagi dua yaitu ambing kiri dan ambing kanan, selanjutnya masing-masing ambing terbagi dua
yaitu kuartir depan dan kuartir belakang. Tiap-tiap kuartir mempunyai satu puting susu. Kelenjar
susu tersusun dari gelembung-gelembung susu sehingga berbentuk seperti setandan buah anggur.
Dinding gelembung merupakan sel-sel yang menghasilkan air susu. Bahan pembentuk air susu
berasal dari darah. Air susu mengalir melalui saluran-saluran halus dari gelembung susu ke ruang
kisterna dan ruang puting susu. Dalam keadaan normal, lubang puting susu akan tertutup.
Lubang puting menjadi terbuka akibat rangsangan syaraf atau tekanan sehingga air susu dari
ruang kisterna dapat mengalir keluar. Gerakan menyusui dari pedet, usapan atau basuhan air
hangat pada ambing merupakan rangsangan pada otak melalui jaringan syaraf. Selanjutnya otak
akan mengeluarkan hormon oksitosin yang menyebabkan otot-otot pada kelenjar susu bergerak
dan lubang puting membuka sehingga susu mengalir keluar (Hidayat et al, 2012).
Susu disentasa pada kelenjar ambing dalam alveoulus. Sekelompok kelenjar air susu
terdiri dari beberapa gelembung-gelembung (alveoli) air susu. Dinding alveoli terdiri dari selapis
sel epitel yang disebut sel myoepitel dan sel sekresi berbentuk kubus dan di tengahnya terdapat
lumen. Sel sekresi dikelilingi oleh sel myoepitel dan kapiler-kapiler darah. Sel-sel ini
membentuk air susu dari zat-zat yang berasal dari darah, kemudian mensekresikan ke dalam
lumen alveoli. Bahan mentah untuk produksi susu dari makanan yang dimakan dalam saluran
pencernaan ditransport melalui pembuluh darah ke sel sekresi. Sekitar 400-800 liter darah diantar
ke ambing untuk menjadi 1 liter air susu (Malaka, 2010).

E. Kualitas Air Susu


Malaka (2010) menyebutkan bahwa komponen air susu berdasarkan nilai nutrisinya
sebagai bahan mentah sifat-sifatnya bervariasi. Dapat dilihat dalam tabel berikut :
Tabel 1. Rata-rata Komposisi Air Susu
Komponen Rata-rata % Rata-rata ( %) BK
Air 87,3 -
PTL 8,8 6,9
Lemak (BK) 3,1 -
Laktosa 4,6 3,6
Lemak 3,9 3,1
Protein 3,25 3,6
Kasein 2,6 2,0
Mineral 0,65 0,51
As. Organik 0,18 0,14
Lainnya 0,14 0,11
Sumber : Malaka, 2010.
Susu secara alami merupakan bahan makanan yang paling baik, terutama bagi anak
mamalia yang baru dilahirkan. Untuk bayi, susu merupakan satu-satunya sumber zat makanan
(nutrien) selama 2-3 bulan pertama dan di beberapa negara susu memegang peranan penting
dalam makanan anak-anak yang sedang tumbuh. Susu atau bahan penggantinya sangat penting
artinya pada pertumbuhan awal bagi mamalia. Selanjutnya susu juga sangat tinggi nilai gizinya
sebagai bahan makanan bagi orang dewasa terutama bagi orang-orang lanjut usia. Susu sangat
penting dalam menu sehari-hari karena adanya tiga komponen penting yaitu protein, kalsium dan
riboflavin (vit B2). Yang paling penting adalah protein yang mengandung banyak macam asam
amino essensial yang pada umumnya terdapat dalam jumlah yang kurang pada biji-bijian yang
biasa digunakan sebagai bahan makanan pokok manusia. Jumlah konsumsi susu yang disarankan
1 quart (= 0,946 liter) susu per hari dapat mencukupi semua kebutuhan protein untuk anak-anak
sampai umur 6 tahun dan lebih dari 60 % kebutuhan bagi anak-anak yang sedang tumbuh sampai
umur 14 tahun. Untuk umur 14-20 tahun jumlah susu tersebut mampu menyediakan setengah
dari kebutuhan protein harian, sedangkan bagi wanita yang sedang menyusui mampu
menyediakan sebanyak 44 % kebutuhan protein (Budi, 2006).
Air susu merupakan bahan makanan utama bagi makhluk yang baru lahir, baik
bagi hewan maupun manusia. Sebagai bahan makanan/minuman air susu sapi mempunyai nilai
gizi yang tinggi, karena mengandung unsur-unsur kimia yang dibutuhkan oleh tubuh seperti
Calsium, Phosphor, Vitamin A, Vitamin B dan Riboflavin yang tinggi. Komposisinya yang
mudah dicerna dengan kandungan protein, mineral dan vitamin yang tinggi, menjadikan susu
sebagai sumber bahan makanan yang fleksibel yang dapat diatur kadar lemaknya, sehingga
dapat memenuhi keinginan dan selera konsumen (Saleh, 2012).

F. Hasil Ikutan
Hasil ikutan pada Usaha peternakan Rakyat Sapi Perah milik Pak Sanusi yang terletak
di Dusun Talaga Kelurahan Juppandang Kecamatan Enrekang Kabupaten Enrekang, Sulawesi
Selatan yaitu susu yang dalam sehari seekor ternak dapat menghasilkan 16 liter susu dari 8 ekor
sapi betina laktasi. Produksi susu ini memiliki nilai ekonomis yang tinggi karena dilakukan
penangan yang baik, seperti pengolahan susu menjadi dangke dan krupuk dangke yang memiliki
nilai tambah.
Bahan dasar dari kerupuk susu yakni dangke, yang dihasilkan tidak menggunakan susu
sebagai bahan dasar pembuatan kerupuk ini, melainkan dangke sehingga namanya kerupuk
dangke. Hal ini sejalan dengan Nurani (2011) bahwa Penggunaan susu sapi dalam pengolahan
dangke harus dilakukan dalam rangka mempertahankan keberadaan dangke baik sebagai salah
satu kekayaan budaya asli Indonesia, maupun sebagai industri skala rumah tangga yang telah
memberikan sumbangan pendapatan untuk sebagian masyarakat peternak di pedesaan Kabupaten
Enrekang.
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan praktek yang telah dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan jika ditinjau
dari aspek kelayakan usaha maka peternakan sapi perah pak Sanusi sudah termasuk layak karena
memiliki lokasi usaha yang baik untuk beternak sapi perah.

B. Saran
Adapun saran kepada para peternak adalah agar sistem pemeliharaan dapat ditingkatkan.
Untuk meningkatkan produksi susu sebaiknya dilakukan penambahan konsentrat pada ransum.
Sehingga mendatangkan banyak keuntungan.
DAFTAR PUSTAKA
Budi, Usman. 2006. Dasar Ternak Perah. Universitas Sumatera Utara. Sumatera.

Dwiputra, Aditya. 2011. Tata Laksana dan Produksi Ternak Perah. Fakultas Peternakan. Universitas
Gadjah Mada. Yogyakarta.

Hidayat, Arief et al. 2012. Proses Pembentukan Susu. Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat.

Malaka, R. 2010. Pengantar Teknologi Susu. Masagena Press. Makassar.

Nurani, S. 2011. Potensi Peternakan di Sulawesi Selatan. http://ilmu peternakan. co.id.

Putra, Adika. 2009. Potensi Penerapan Produksi Bersih Pada Usaha Peternakan Sapi Perah (Studi Kasus
Pemerahan Susu Moeria Kudus Jawa Tengah). UNDIP. Semarang.

Saleh, Eniza. 2004. Dasar Pengolahan Susu dan Hasil Ikutan Ternak. USU. Sumatera.

Anda mungkin juga menyukai