PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Dalam upaya pemenuhan protein hewani, potensi ternak yang ada di
Secara umum usaha ternak kerbau telah lama dikembangkan oleh masyarakat
Indonesia sebagai salah satu mata pencaharian dalam skala usaha yang masih
relatif kecil. Usaha ternak kerbau ini dilakukan untuk tujuan produksi daging,
kulit dan tenaga kerja. Meskipun di beberapa wilayah tertentu produk daging
kerbau sangat diminati masyarakat, namun pada segmen pasar tertentu permintaan
produk daging kerbau masih relatif terbatas. Seperti diketahui bahwa
produktivitas ternak kerbau di Indonesia masih relative rendah, karena secara
teknis masih terdapat beberapa kendala yang memerlukan pemikiran untuk
mengatasinya.
Masalah peternakan kerbau cukup bervariasi antara lain pola pemeliharaan
masih bersifat tradisional, berkurangnya lahan penggembalaan, tingginya
pemotongan pejantan yang berdampak pada kekurangan pejantan, pemotongan
ternak betina produktif, kekurangan pakan dimusim tertentu, kematian pedet yang
cukup tinggi (sekitar 10%), rendahnya produktivitas serta pengembangan system
pemeliharaan semi intensif yang masih terbatas. Oleh karena itu perlu adanya
berbagai upaya guna meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi ternak kerbau,
salah satunya melalui manajemen pemeliharaan yang baik dalam rangka
pengembangan ternak kerbau secara terpadu.
1.2.
Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Ternak Kerbau
Kerbau adalah hewan yang termasuk lembu disamping ternak sapi (lembu
sejati). Kerbau dibedakan dengan sapi karena kerbau dianggap sebagai bentuk
yang paling primitive ditinjau dari tengkoraknya. Kerbau mempunyai sungut
(moncong) yang lebar, kuping besar, tanduk subur pertumbuhannya relative
lambat, rambut jarang. Kaki dengan sepatu yang melebar disesuaikan untuk
kehidupan di rawa-rawa/ tanah becek (Baikuni, 2002).
Kerbau (Bubalus bubalis) adalah hewan memamah biak yang menjadi ternak bagi
banyak bangsa di dunia, terutama Asia. Hewan ini adalah hasil domestikasi dari
kerbau liar yang masih dapat ditemukan di daerah daerah seperti Pakistan, India,
Nepal, Vietnam, Cina, Filiphina, Taiwan, Indonesia dan Thailand. Asia adalah
tempat asal kerbau. 95% dari populasi kerbau di dunia terdapat di Asia. Banyak
negara-negara Asia yang tergantung pada spesies ini, baik untuk daging, susu atau
tenaga kerjanya (Hardjosubroto W, 2004).
Dari fosil-fosil yang diketemukan di Asia dianggap sebagai asal dari
semua kerbau. Namun sejak jaman Tertier hewan ini telah tersebar di Afrika.
Kerbau-kerbau di Afrika sekarang pada galibnya terdapat sebagai Kerbau Caffer
(Syncerus caffer), yang hidup disabana Afrika Tengah dan Afrika Selatan. Hewan
ini besar dan berat badan mencapai 1000 Kg dan tinggi gumba 1,8 m, warna
hitam, dengan dasar tanduk besar bertemu kiri dan kanan. Disamping itu juga
ditemui ada kerbau kecil (Syncerus nanus) tinggi 1,4 m dengan warna kuning
sampai merah sawo matang.
Kerbau Asia (Bubalus bubalis) sekarang masih hidup secara liar di India
(dengan nama Arni) Arni liar hidup menyebar luas sampai Asia Kecil, Eropa
Selatan dan Afrika Utara. Warna kehitaman, tanduk tidak bertemu, berat badan
mencapai 1200 Kg, tinggi gumba 1,7 m. Bubalus bubalis ini hidup di Philipina
dengan perubahan bentuk dengan nama Kerbau Mindoro (Bubalus mindoroensis).
Di Indonesia orang berpendapat bahwa telah tidak ada kerbau liar, sedangkan
kerbau-kerbau yang dianggap liar tersebut sebenarnya berasal dari kerbau yang
telah jinak, seperti Kerbau Jalang di Banten Selatan dan Bengkulu.
Di Pulau Jawa ternak kerbau banyak terdapat di Pantai Utara dan semakin
ke Timur semakin berkurang. Yang banyak adalah di Banten, Sukabumi, Bogor,
Cianjur, Karawang, Indramayu, Cirebon, Tegal, Pekalongan, Semarang, Demak,
Kudus,
Bojonegoro,
Pasuruan,
Probolinggo
dan
Banyuwangi.
Tujuan
pemeliharaan umumnya adalah tujuan daging dan ternak kerja. Di luar Pulau Jawa
terdapat di Sulawesi Tenggara dan Selatan serta Nusa Tenggara, Flores, Sumba
dan Sumbawa. Kerbau di Sulawesi ada yang dalam bentuk kerdil tinggi 1 m
disebut dengan Anoa (Bubalus depresicornis). Kerbau di Indonesia umumnya
berat badannya mencapai 500 600 Kg dengan tinggi 120 130 cm.
Secara systematic zoology dapat disusun sebagai berikiut :
Kingdom
: Animal
Phylum
: Chordata
Class
: Mamalia
Ordo
: Ungulata
Family
: Bovidae
Genus
: Bubalus
Species
: Bubalus species
BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Pengembangan Kerbau
Pengembangan usaha ternak kerbau di Indonesia mempunyai prospek yang
sangat baik. Usaha ini memungkinkan peternak memperoleh pendapatan harian
yang berasal dari upah tenaga kerja dan atau penjualan susu, pendapatan bulanan
dari penjualan kompos dan pendapatan tahunan dari penjualan anak kerbau.
Memelihara kerbau termasuk usaha tani yang cukup menguntungkan.
Sebagai ilustrasi, petani yang mempunyai 2 ekor kerbau mampu menyelesaikan 2
ha lahan sawah. Dengan demikian bisa menggantikan biaya traktor sekitar Rp. 1
juta/musim tanam. Jika bisa diperoleh anak 1 ekor/tahun maka bisa didapat sekitar
Rp. 10 juta/tahun. Keuntungan lain adalah dari fesesnya. Dua ekor kerbau bisa
menghasilkan 20 kg feses. Kalau feses ini diolah menjadi biogas, maka dalam 1
bulan bisa menggantikan fungsi minyak tanah sekitar 15 liter. Kalau diolah
langsung menjadi pupuk kandang bisa diperoleh sekitar Rp. 10.000/hari (pupuk
kandang Rp. 500/kg).
3.2. Manajemen Pemeliharaan Ternak Kerbau
Kerbau dipelihara dengan cara yang sangat berbeda di seluruh dunia. Cara
pemeliharaan ini tergantung pada keadaan geografis dan tujuan peternakan kerbau
tersebut. Terdapat berbagai cara pemeliharaan kerbau, mulai dari pemeliharaan
Management Perkandangan
Pada daerah yang padang rumputnya masih cukup luas, kerbau masih bisa
dipelihara secara ekstensif (dibiarkan berkeliaran di padang rumput mencari pakan
sendiri tanpa diberi fasilitas kangdang). Kerbau-kerbau tersebut dikandangkan
hanya pada musim membajak sawah. Ada juga yang memelihara secara semi
instensif, dilepas disiang hari dan dikandangkan di malam hari. Namun bagi
10
daerah yang lahan untuk ternak sudah sangat terbatas, fungsi kandang sangat
penting untuk memudahkan pemeliharaan tanpa menggangu kepentingan
manusia. Kerbau membutuhkan kandang yang sangat sederhana di banding
dengan kandang sapi.
Berikut ini hal - hal yang perlu dipertimbangkan sebelum membangun kandang
kerbau :
1. Tempat pakan dan air harus selalu teduh dan terlindung dari hujan lebat
baik oleh pepohonan atau pun atap ;
2. Air yang sejuk baik dari sungai yang jernih atau pun yang disediakan
dalam ember membantu kerbau menjaga suhu badannya. Tempat air harus
selalu diletakkan di tempat yang teduh ;
3. Padang rumput yang diselingi pepohonan merupakan fasilitas
perlindungan yang sangat murah dan efektif dari sinar matahari ;
4. Kandang dengan konstruksi sederhana yang hanya diberi atap. Di daerah
beriklim panas dan lembab kandang ini sebaiknya tidak diberi dinding.
Dinding bisa menghambat ventilasi dan menyebabkan perkembangan
bakteri dan pertumbuhan jamur sehingga kandang jadi tidak sehat. Untuk
melindungi bagian dalam kandang dari cahaya matahari terik atau hujan
lebat, tirai yang terbuat dari jerami, kain atau bahan lainnya dapat
digunakan ;
11
3.5 Pakan
Makanan ternak kerbau dapat dibagi dalam beberapa golongan menurut
kebutuhan, usia, dan manfaat ternak kerbau, yaitu makanan pengganti untuk anak
kerbau (gudel), makanan kerbau dara, makanan kerbau dewasa, makanan kerbau
laktasi, dan makanan kerbau kering kandang. Bahan baku makanan ternak kerbau
digolongkan menjadi 8 kelas, yakni hijauan kering, hijauan segar, silase, makanan
sumber energi, makanan sumber protein, makanan sumber mineral, makanan
sumber vitamin, dan makanan tambahan.
Kontribusi pakan sangat kuat pengaruhnya terhadap performa reproduksi.
Makanan berperan penting dalam perkembangan umum dari tubuh dan
reproduktif (Tillman, et al., 1983).
Pemberian pakan pada kerbau disesuaikan dengan tujuan pemeliharaan dan
ukuran tubuhnya. Kebutuhan pakan kerbau adalah 10 % dari bobot badannya.
Umumnya pakan untuk ternak kerbau adalah sebagai berikut:
Beberapa jenis Hijauan Makanan Ternak (HMT) :
1. Rumput Gajah
12
2. Rumput Raja
3. Rumput Setaria
4. Rumput Benggala
5. Rumput Lapangan
6. Lamtoro
7. Glirisidia (Gamal)
8. Turi
Beberapa jenis Limbah Pertanian antara lain :
1. Jerami Padi
2. Jerami Jagung
3. Jerami Kedelai
4. Jerami Kacang buah
Campuran Pakan :
1. Hijauan: 35 50 Kg (terdiri dari 70% rumput-rumputan dan 30% kacang
-kacangan)
2. Konsentrat: 2 - 5 Kg/hr/ekor (terdiri dari dedak halus, bungkil-bungkilan)
3.6 Penyakit
Penjagaan kesehatan perlu dilakukan sama halnya pada sapi. Kerbau biasanya
lebih rentan kena penyakit dibanding dengan sapi, walaupun biasanya kerbau
tidak menunjukan tanda-tanda penyakit. Untuk mencegah terjadinya penyakit
maka perlu langkah-langkah:
13
14
3) Kerbau yang akan digemukan sebaiknya dibeli dalam keadaan kurus tapi sehat,
tidak cacat dan berat tubuhnya sekitar 200 kg; 4) Kerbau yang akan dijadikan
ternak perah, sebaiknya dipilih kerbau yang termasuk tipe perah seperti kerbau
Murrah. Bibit kerbau perah dapat diperoleh dari kerbau hasil pembibitan atau
kerbau yang sudah dipelihara sebagai ternak perah.
Untuk seleksi bibit kerbau dilakukan berdasarkan performan anak dan
individu calon bibit kerbau, kriteria seleksi yang dapat digunakan, yaitu : 1)
Seleksi dilakukan oleh peternak terhadap bibit ternak yang akan dikembangkan di
peternakan maupun terhadap keturunan/bibit ternak yang diproduksi baik oleh
kelompok peternak rakyat maupun perusahaan peternakan untuk keperluan
peremajaan atau dijual sebagai bibit; 2) Seleksi calon bibit jantan dipilih dari hasil
perkawinan 5 - 10 % pejantan terbaik yang dikawinkan dengan betina unggul 75 80 % dari populasi selanjutnya dilakukan uji performan yang dilanjutkan dengan
uji zuirat untuk menghasilkan proven bull; 3) Seleksi calon bibit betina dipilih
dari hasil perkawinan 5 - 10 % pejantan terbaik yang dikawinkan dengan betina
unggul 75 - 80 % dari populasi selanjutnya dilakukan uji performan.
Persyaratan teknis secara umum : 1) Kerbau bebas dari penyakit, terutama
penyakit menular seperti Penyakit Mulut dan Kuku (PMK), radang limpa
(Anthraks), Septichaemia Epizootica (SE), kluron menular (Brucellosis), dan lainlain; 2) Kerbau bibit harus sehat dan bebas dari segala cacat fisik seperti cacat
mata (kebutaan), tanduk patah, pincang, lumpuh, kaki dan kuku abnormal, serta
tidak terdapat kelainan tulang punggung atau cacat tubuh lainnya; 3) Semua
kerbau bibit betina harus bebas dari cacat alat reproduksi, abnormal ambing serta
15
tidak menunjukan gejala kemandulan; 4) Kerbau bibit jantan harus siap sebagai
pejantan serta tidak menderita cacat pada alat kelminnya.
3.8 Solusi untuk mengatasi masalah pemeliharaan ternak kerbau di
indonesia
Upaya yang harus dilakukan pada pemeliharaan kerbau dalam rangka
meningkatkan populasi dan kualitas kerbau diantaranya adalah:
1. Mengupayakan terbentuknya village breeding system (VBC) yang secara
khusus mengupayakan pengembangan kerbau.
2. Mengadakan upaya recording serta seleksi kerbau berdasarkan performa dan
asal usul ternak dengan cara penjaringan ternak yang baik berdasarkan
standarisasi.
3. Penerapan teknologi, khusunya untuk mengolah limbah pertanian (jerami
padi, pucuk tebbu, jerami jagung, jerami kedelai).
4. Komitmen yang berkelanjutan. Penurunan populasi kerbau di daerah-daerah
tertentu sudah lama terjadi, namun sampai sejauh ini dorongan pemerintah,
terutama pemerintah daerah belum nyata mendorong perkembangan populasi
di daerahnya masing-masing. Tidak sedikit peternak kerbau berlokasi jauh
dari pusat pemerintah sehingga banyak yang tidak tersentuh oleh laju
pembangunan. Fasilitas untuk peningkatan populasi baik software maupun
hardware belum sampai ketangan peternak kerbau. Peternak kerbau seolah
berjalan sendiri tanpa tahu kemana tujuanya.
5. Pembentukan kelompok ternak. Memungkinkan
dapat
mendorong
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Kerbau merupakan ternak yang sudah lama di kenal masyarakat Indonesia.
Agar usaha ini dapat memberikan keuntungan yang optimal bagi pemiliknya maka
perlu diperhatikan beberapa hal yang menyangkut manajemen pemeliharaan
ternak kerbau , antara lain: bibit, pakan, kandang dan peralatannya, tata laksanana
pemeliharaan serta kesehatan dari ternak kerbau itu sendiri.
4.2. Saran
Demekian makalah yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua, bila ada kesalahan kata yang disengaja maupun yang
tidak disengaja kami memohan maaf dan bila ada kritikan dan saran kami
menerima guna untuk memperbaiki makalah kami selanjutnya.
18
TINJAUAN PUSTAKA
Anonimous, 2006. Sulawesi Tenggara dalam Angka. BPS Provinsi Sulawesi
Tenggara. http://www.sultra.dalam.angka2006.bps. 15 Agustus 2009.
Buku/Brosur " Teknik Pengelolaan Ternak Kerbau ", Dinas Pertanian dan
Peternakan, Kabupaten Tangerang-Provinsi Banten 2008.
Ditjennak, 2004. Dalam http; www.ditjennak.go.id/basisdataproses.asp?yhn1
=2004&thn2=2008&jt=kerbau&button=submit&rep=2&ket=populasi+nasion
al+%28per+provinsi%29+.
Gunawan, dkk. 2010. Kebijakan Pengembangan Pembibitan Kerbau Mendukung
http://www.scribd.com/doc/16994754/
Kelas-X-SMK
Teknik
Ternak
Ruminansia- Caturto.
http://www.deptan.go.id/daerah-new/jambi/disnakjambi/kerbau-,gif
Keman, S. 2006. Reproduksi ternak kerbau. Menyongsong rencana kecukupan
daging tahun 2010. Pros. Orasi dan sSeminar Pelepasan dosen purna tugas
2006. Fakultas peterenakan. UGM. Yogyakarta.
http://www.scribd.com/doc/16994754/ Kelas-X-SMK-Teknik-Ternak RuminansiaCaturto.
http://www.deptan.go.id/daerah-new/jambi/disnakjambi/kerbau-,gif.
19
peternakan
Rakyat
Bioscientiae,
2.(1)
http:/
Bioscientiae.tripod.com
Murtidjo, B.A., 1992. Memelihara Kerbau. Kanisius. Yogyakarta
Murti, T.W., 2006. Ilmu Ternak Kerbau. Kanisius. Yogyakarta
Peningkatan produksi dan daya saing. Makalah presentase dalam lokakarya RPJP
Pustlitbang Peternkan pada 27 januari 2011, Bogor
Pros. Semiloka Kerbau Nasional di Brebes, Jateng. 2009.
Peternakan
Pustlitbang
orang
toraja.
http://www.google.co.id/kerbau+dalam.
Setyawan . 2010. Perkembangan Program Aksi Pembibitan Ternak Kerbau di
Kabupaten Brebes. . Seminar Lokakarya Nasional Kerbau. 2010 Dinas
Peternakan Kabupaten Brebes.
Subiyanto.2010.PopulasiKebausemakinmenurun.http:/www.dijennak.go.id/bulleti
n.ar
tikel3.pdf
20
sebagai
peternakan
Tillman, dkk. 1982. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadja Mada University oress,
Fakultas Peternakan,. UGM. Jogjakarta
Triwulanngsih E., 2006. Kerbau Sumber Daging dan Susu, Mungkinkah?. Balai
PenelitianTernakBogor,Indonesia.http://www.balitnak.bogor.kerbau.sumber.d
aging.dan.susu.mungkinkah. 11 Agustus 2009.
21