Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Dalam upaya pemenuhan protein hewani, potensi ternak yang ada di

Indonesia diperkirakan belum dapat sepenuhnya memenuhi seluruh kebutuhan di


dalam negeri sehingga perlu adanya upaya pembibitan dalam mengembangkan
sektor peternakan. Dalam upaya pemenuhan kebutuhan daging tersebut, tidak
harus disuplay dari ternak sapi akan tetapi kerbau juga memiliki potensi yang baik
untuk masyarakat.
Kerbau termasuk ternak ruminansia besar yang mempunyai potensi tinggi
dalam mendukung program swasembada daging di Indonesia. Beberapa potensi
yang dimiliki ternak kerbau antara lain mampu memanfaatkan pakan berkualitas
rendah, dapat bertahan dalam lingkungan yang cukup keras dan dapat
dikembangkan dengan pola ekstensif maupun terintegrasi dengan komoditas lain.
Kerbau memiliki beberapa peranan utama secara nasional yaitu selain sebagai
penghasil daging yang mendukung program pemerintah dalam hal swasembada
daging, juga sebagai ternak kerja, penghasil susu dan pupuk. Murtidjo (1992)
menjelaskan bahwa potensi kerbau sebagai ternak potong ternyata cukup tinggi,
meskipun kerbau sebagai ternak potong tidak sepopuler sapi karena dagingnya
berwarna lebih tua dan keras dibanding daging sapi, seratnya lebih kasar dan
lemaknya berwarna kuning. Ternak kerbau yang digemukkan, umumnya
memiliki kemampuan pertambahan bobot badan rata-rata per hari lebih tinggi
dibanding ternak sapi.

Secara umum usaha ternak kerbau telah lama dikembangkan oleh masyarakat
Indonesia sebagai salah satu mata pencaharian dalam skala usaha yang masih
relatif kecil. Usaha ternak kerbau ini dilakukan untuk tujuan produksi daging,
kulit dan tenaga kerja. Meskipun di beberapa wilayah tertentu produk daging
kerbau sangat diminati masyarakat, namun pada segmen pasar tertentu permintaan
produk daging kerbau masih relatif terbatas. Seperti diketahui bahwa
produktivitas ternak kerbau di Indonesia masih relative rendah, karena secara
teknis masih terdapat beberapa kendala yang memerlukan pemikiran untuk
mengatasinya.
Masalah peternakan kerbau cukup bervariasi antara lain pola pemeliharaan
masih bersifat tradisional, berkurangnya lahan penggembalaan, tingginya
pemotongan pejantan yang berdampak pada kekurangan pejantan, pemotongan
ternak betina produktif, kekurangan pakan dimusim tertentu, kematian pedet yang
cukup tinggi (sekitar 10%), rendahnya produktivitas serta pengembangan system
pemeliharaan semi intensif yang masih terbatas. Oleh karena itu perlu adanya
berbagai upaya guna meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi ternak kerbau,
salah satunya melalui manajemen pemeliharaan yang baik dalam rangka
pengembangan ternak kerbau secara terpadu.
1.2.

Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui

manajemen pemeliharaan yang baik dalam usaha peternakan kerbau sehingga


kuantitas dan kualitas produksi ternak kerbau dapat ditingkatkan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Ternak Kerbau
Kerbau adalah hewan yang termasuk lembu disamping ternak sapi (lembu
sejati). Kerbau dibedakan dengan sapi karena kerbau dianggap sebagai bentuk
yang paling primitive ditinjau dari tengkoraknya. Kerbau mempunyai sungut
(moncong) yang lebar, kuping besar, tanduk subur pertumbuhannya relative
lambat, rambut jarang. Kaki dengan sepatu yang melebar disesuaikan untuk
kehidupan di rawa-rawa/ tanah becek (Baikuni, 2002).
Kerbau (Bubalus bubalis) adalah hewan memamah biak yang menjadi ternak bagi
banyak bangsa di dunia, terutama Asia. Hewan ini adalah hasil domestikasi dari
kerbau liar yang masih dapat ditemukan di daerah daerah seperti Pakistan, India,
Nepal, Vietnam, Cina, Filiphina, Taiwan, Indonesia dan Thailand. Asia adalah
tempat asal kerbau. 95% dari populasi kerbau di dunia terdapat di Asia. Banyak
negara-negara Asia yang tergantung pada spesies ini, baik untuk daging, susu atau
tenaga kerjanya (Hardjosubroto W, 2004).
Dari fosil-fosil yang diketemukan di Asia dianggap sebagai asal dari
semua kerbau. Namun sejak jaman Tertier hewan ini telah tersebar di Afrika.
Kerbau-kerbau di Afrika sekarang pada galibnya terdapat sebagai Kerbau Caffer
(Syncerus caffer), yang hidup disabana Afrika Tengah dan Afrika Selatan. Hewan
ini besar dan berat badan mencapai 1000 Kg dan tinggi gumba 1,8 m, warna
hitam, dengan dasar tanduk besar bertemu kiri dan kanan. Disamping itu juga
ditemui ada kerbau kecil (Syncerus nanus) tinggi 1,4 m dengan warna kuning
sampai merah sawo matang.

Kerbau Asia (Bubalus bubalis) sekarang masih hidup secara liar di India
(dengan nama Arni) Arni liar hidup menyebar luas sampai Asia Kecil, Eropa
Selatan dan Afrika Utara. Warna kehitaman, tanduk tidak bertemu, berat badan
mencapai 1200 Kg, tinggi gumba 1,7 m. Bubalus bubalis ini hidup di Philipina
dengan perubahan bentuk dengan nama Kerbau Mindoro (Bubalus mindoroensis).
Di Indonesia orang berpendapat bahwa telah tidak ada kerbau liar, sedangkan
kerbau-kerbau yang dianggap liar tersebut sebenarnya berasal dari kerbau yang
telah jinak, seperti Kerbau Jalang di Banten Selatan dan Bengkulu.
Di Pulau Jawa ternak kerbau banyak terdapat di Pantai Utara dan semakin
ke Timur semakin berkurang. Yang banyak adalah di Banten, Sukabumi, Bogor,
Cianjur, Karawang, Indramayu, Cirebon, Tegal, Pekalongan, Semarang, Demak,
Kudus,

Bojonegoro,

Pasuruan,

Probolinggo

dan

Banyuwangi.

Tujuan

pemeliharaan umumnya adalah tujuan daging dan ternak kerja. Di luar Pulau Jawa
terdapat di Sulawesi Tenggara dan Selatan serta Nusa Tenggara, Flores, Sumba
dan Sumbawa. Kerbau di Sulawesi ada yang dalam bentuk kerdil tinggi 1 m
disebut dengan Anoa (Bubalus depresicornis). Kerbau di Indonesia umumnya
berat badannya mencapai 500 600 Kg dengan tinggi 120 130 cm.
Secara systematic zoology dapat disusun sebagai berikiut :
Kingdom

: Animal

Phylum

: Chordata

Class

: Mamalia

Ordo

: Ungulata

Family

: Bovidae

Genus

: Bubalus

Species

: Bubalus species

2.2. Jenis Jenis Ternak Kerbau


Berdasarkan habitatnya, ternak kerbau dibagi menjadi dua jenis yakni kerbau
rawa / lumpur (swamp buffalo) dan kerbau sungai (river buffalo) (Toilehere. MR,
2001).
Menurut Murti dan Trijoko Wisnu (2002), menyatakan bahwa ada beberapa jenis
bibit kerbau yang terdapat di Indonesia yaitu :
1. Kerbau Murrah ( asal India, warna hitam / kelabu kehitaman; Di Indonesia
kerbau ini banyak diternak oleh orang keturunan India di Medan,
Sumatera Utara) ;
2. Kerbau Belang / Tedong Bonga (asal Sulawesi Selatan / Toraja) ;
3. Kerbau Lokal (warna abu-abu, asal Sumba, Bali, Kalimantan, Sumatera).

Menurut Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia, ditetapkan 9


(Sembilan) jenis rumpun ternak kerbau di Indonesia yaitu:
1. Rumpun Kerbau Sumbawa (Keputusan Menteri Pertanian Republik
Indonesia Nomor 2910/Kpts/OT.140/6/2011)
2. Rumpun Kerbau Kalimantan Selatan (Keputusan Menteri Pertanian
Republik Indonesia Nomor 2844/Kpts/LB.430/8/2012 )

3. Rumpun Kerbau Kalimantan Timur (Keputusan Menteri Pertanian


Republik Indonesia Nomor 2843/Kpts/LB.430/8/2012)
4. Rumpun Ternak Kerbau Moa (Keputusan Menteri Pertanian Republik
Indonesia Nomor 2911/Kpts/OT.140/6/2011)
5. Rumpun Kerbau Toraya (Keputusan Menteri Pertanian Republik
Indonesia Nomor 2845/Kpts/LB.430/8/2012)
6. Rumpun Kerbau Pampangan (Keputusan Menteri Pertanian Republik
Indonesia Nomor 694/Kpts/PD.410/2/2013)
7. Kerbau Tapanuli Utara
8. Kerbau Badegur
9. Kerbau Murrah
2.3 Populasi Kerbau
Populasi kerbau di dunia sekitar 158 juta ekor dan 97% berada di Asia (FAO,
2000) sehingga dapat dikatakan bahwa kerbau adalah ternak Asia. Di Indonesia,
populasi kerbau tahun 2008 berjumlah 2,2 juta ekor, dimana lebih dari
setengahnya (51%) berada di Pulau Sumatera. Tiga propinsi dengan jumlah
populasi kerbau terbanyak adalah Nanggroe Aceh Darussalam (410,5 ribu ekor),
Sumatera Barat (197,3 ribu ekor) dan Sumatera Utara (189,2 ribu ekor). Selama
lima tahun terakhir (2004-2008) populasi kerbau naik turun dan cenderung

mengalami penurunan sekitar 8,8% (DIREKTORAT JENDERAL


PETERNAKAN, 2008).
Pertumbuhan populasi kerbau yang kurang menggembirakan dikarenakan
beberapa sebab di antaranya adalah masyarakat yang memiliki kerbau hanya
sebagai keeper (bukan sebagai producer atau breeder), penyusutan luasan padang
pangonan dan daya dukungnya dengan signifikan (DIWYANTO, 2006).
Penyakit, perhatian peternak yang kurang baik dalam manajemen
pemeliharaan, dan lain-lain. Pengetahuan peternak yang kurang baik dalam
tingkah laku biologi kerbau juga sering menyebabkan kerbau tidak dapat
berproduksi dan bereproduksi seperti yang diharapkan (HANDIWIRAWAN,
2006),
Dengan permintaan daging yang semakin meningkat, diperlukan upaya untuk
meningkatkan populasi. Sebaiknya Pemerintah mencari langkah-langkah
terobosan sehingga mencapai keseimbangan antara produksi dan permintaan.
Hingga saat ini Propinsi Jambi masih mendatangkan ternak potong dari daerah
lain, mencapai 25.654 ekor per tahun (Dinas Peternakan Propinsi Jambi, 2006).
Sistem pemeliharaan ternak kerbau umumnya masih tradisional dengan
penguasaan lahan yang kurang ekonomis, kualitas pakan yang rendah, terbatasnya
pengetahuan peternak tentang reproduksi dan belum diterapkan teknologi tepat
guna. (Dwiyanto dan Subandrio,1995)

BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Pengembangan Kerbau
Pengembangan usaha ternak kerbau di Indonesia mempunyai prospek yang
sangat baik. Usaha ini memungkinkan peternak memperoleh pendapatan harian
yang berasal dari upah tenaga kerja dan atau penjualan susu, pendapatan bulanan
dari penjualan kompos dan pendapatan tahunan dari penjualan anak kerbau.
Memelihara kerbau termasuk usaha tani yang cukup menguntungkan.
Sebagai ilustrasi, petani yang mempunyai 2 ekor kerbau mampu menyelesaikan 2
ha lahan sawah. Dengan demikian bisa menggantikan biaya traktor sekitar Rp. 1
juta/musim tanam. Jika bisa diperoleh anak 1 ekor/tahun maka bisa didapat sekitar
Rp. 10 juta/tahun. Keuntungan lain adalah dari fesesnya. Dua ekor kerbau bisa
menghasilkan 20 kg feses. Kalau feses ini diolah menjadi biogas, maka dalam 1
bulan bisa menggantikan fungsi minyak tanah sekitar 15 liter. Kalau diolah
langsung menjadi pupuk kandang bisa diperoleh sekitar Rp. 10.000/hari (pupuk
kandang Rp. 500/kg).
3.2. Manajemen Pemeliharaan Ternak Kerbau
Kerbau dipelihara dengan cara yang sangat berbeda di seluruh dunia. Cara
pemeliharaan ini tergantung pada keadaan geografis dan tujuan peternakan kerbau
tersebut. Terdapat berbagai cara pemeliharaan kerbau, mulai dari pemeliharaan

kerbau sebagai ternak multi-guna yang dipelihara di halaman belakang rumah


sampai pemeliharaan kerbau sebagai penghasil susu dengan sistem peternakan
modern (Toilehere. MR, 2001).
Menurut Setyawan (2010), menyatakan bahwa manajemen pemeliharaan dalam
upaya pengembangan kerbau masih sangat tradisional karena belum ada sentuhan
teknologi terpadu baik untuk peningkatan populasi ternak, pengelolaan pakan dan
pengetahuan pengelolaan hasil produksi sehingga menyebabkan peningkatan
populasi juga tidak berkembang.
Peternakan kerbau bisa menjadi bisnis yang menguntungkan kalau dikelola
dengan benar. Kerbau harus dipelihara sebagai modal hidup yang berharga.
Dengan pemeliharaan yang benar, peternakan kerbau sangat menguntungkan.
Dengan menentukan pada saat kelahiran apakah seekor anak akan dijadikan
ternak penghasil susu atau daging, pemeliharaan yang tepat lebih mudah
dilakukan dan lebih murah. Dengan demikian, peternak dapat memisahkan kerbau
yang akan dijadikan penghasil susu dan kerbau yang akan dijadikan kerbau
pedaging. Bagaimanapun bagusnya potensi genetik kerbau, tidak ada kerbau yang
akan memperlihatkan hasil memuaskan bila tidak dipelihara dan diberi pakan
dengan benar Keman, S (2006).
Menurut Gunawan, dkk (2010), menyatakan bahwa produktivitas ternak kerbau
sangat tergantung dari faktor manajemen yang diterapkan pada ternak tersebut,
selain faktor genetik yang dimiliki oleh ternak itu sendiri. Kerbau merupakan
ternak yang sudah lama di kenal masyarakat Indonesia. Agar usaha ini dapat
memberikan keuntungan yang optimal bagi pemiliknya maka perlu diperhatikan

beberapa hal yang menyangkut manajemen pemeliharaan ternak kerbau , antara


lain: bibit, pakan, kandang dan peralatannya, tata laksanana pemeliharaan serta
kesehatan dari ternak kerbau itu sendiri.
3.3. Pemilihan Ternak
Langkah pertama adalah menentukan jenis kerbau yang akan dipelihara. Hal
ini di sesuaikan dengan tujuan pemeliharaan, apakah untuk tenaga kerja, untuk
dipotong atau untuk di tabung. Setelah menentukan jenis kerbau yang akan
dipelihara, maka langkah selanjutnya adalah menentukan kerbau yang termasuk
bibit unggul dengan kriteria sebagai berikut:
1. Pertumbuhan kerbau sesuai umurnya ;
2. Bentuk tubuh yang seimbang ;
3. Telah diketahui sifat baiknya ;
4. Pandai mengasuh anak waktu melahirkan ;
5. Dapat beradaptasi dengan lingkungan sekitar.
3.4.

Management Perkandangan

Pada daerah yang padang rumputnya masih cukup luas, kerbau masih bisa
dipelihara secara ekstensif (dibiarkan berkeliaran di padang rumput mencari pakan
sendiri tanpa diberi fasilitas kangdang). Kerbau-kerbau tersebut dikandangkan
hanya pada musim membajak sawah. Ada juga yang memelihara secara semi
instensif, dilepas disiang hari dan dikandangkan di malam hari. Namun bagi

10

daerah yang lahan untuk ternak sudah sangat terbatas, fungsi kandang sangat
penting untuk memudahkan pemeliharaan tanpa menggangu kepentingan
manusia. Kerbau membutuhkan kandang yang sangat sederhana di banding
dengan kandang sapi.
Berikut ini hal - hal yang perlu dipertimbangkan sebelum membangun kandang
kerbau :
1. Tempat pakan dan air harus selalu teduh dan terlindung dari hujan lebat
baik oleh pepohonan atau pun atap ;
2. Air yang sejuk baik dari sungai yang jernih atau pun yang disediakan
dalam ember membantu kerbau menjaga suhu badannya. Tempat air harus
selalu diletakkan di tempat yang teduh ;
3. Padang rumput yang diselingi pepohonan merupakan fasilitas
perlindungan yang sangat murah dan efektif dari sinar matahari ;
4. Kandang dengan konstruksi sederhana yang hanya diberi atap. Di daerah
beriklim panas dan lembab kandang ini sebaiknya tidak diberi dinding.
Dinding bisa menghambat ventilasi dan menyebabkan perkembangan
bakteri dan pertumbuhan jamur sehingga kandang jadi tidak sehat. Untuk
melindungi bagian dalam kandang dari cahaya matahari terik atau hujan
lebat, tirai yang terbuat dari jerami, kain atau bahan lainnya dapat
digunakan ;

11

5. Penyediaan tempat berkubang. Namun demikian, kubangan ini harus


berair bersih (bukan air limbah kotor yang membahayakan kesehatan) dan
tidak jauh dari kandang ;
6. Menyiram kerbau dengan air sejuk selama 3 menit dua kali sehari terbukti
efisien untuk membuang kelebihan panas badan kerbau.

3.5 Pakan
Makanan ternak kerbau dapat dibagi dalam beberapa golongan menurut
kebutuhan, usia, dan manfaat ternak kerbau, yaitu makanan pengganti untuk anak
kerbau (gudel), makanan kerbau dara, makanan kerbau dewasa, makanan kerbau
laktasi, dan makanan kerbau kering kandang. Bahan baku makanan ternak kerbau
digolongkan menjadi 8 kelas, yakni hijauan kering, hijauan segar, silase, makanan
sumber energi, makanan sumber protein, makanan sumber mineral, makanan
sumber vitamin, dan makanan tambahan.
Kontribusi pakan sangat kuat pengaruhnya terhadap performa reproduksi.
Makanan berperan penting dalam perkembangan umum dari tubuh dan
reproduktif (Tillman, et al., 1983).
Pemberian pakan pada kerbau disesuaikan dengan tujuan pemeliharaan dan
ukuran tubuhnya. Kebutuhan pakan kerbau adalah 10 % dari bobot badannya.
Umumnya pakan untuk ternak kerbau adalah sebagai berikut:
Beberapa jenis Hijauan Makanan Ternak (HMT) :
1. Rumput Gajah

12

2. Rumput Raja
3. Rumput Setaria
4. Rumput Benggala
5. Rumput Lapangan
6. Lamtoro
7. Glirisidia (Gamal)
8. Turi
Beberapa jenis Limbah Pertanian antara lain :
1. Jerami Padi
2. Jerami Jagung
3. Jerami Kedelai
4. Jerami Kacang buah
Campuran Pakan :
1. Hijauan: 35 50 Kg (terdiri dari 70% rumput-rumputan dan 30% kacang
-kacangan)
2. Konsentrat: 2 - 5 Kg/hr/ekor (terdiri dari dedak halus, bungkil-bungkilan)
3.6 Penyakit
Penjagaan kesehatan perlu dilakukan sama halnya pada sapi. Kerbau biasanya
lebih rentan kena penyakit dibanding dengan sapi, walaupun biasanya kerbau
tidak menunjukan tanda-tanda penyakit. Untuk mencegah terjadinya penyakit
maka perlu langkah-langkah:

13

1. Bila hendak memasukkan kerbau baru kedalam kelompok yang ada,


pilihlah kerbau yang sehat ;
2. Pisahkan kerbau yang dicurigai sakit ;
3. Adakan program vaksinasi ;
4. Adakan inspeksi terhadap pealatan kandang secara teratur ;
5. Luka-luka segera diobati ;
6. Lakukan penyemprotan terhadap parasit eksternal.
3.7 Manajemen Bibit
Seleksi kerbau dilakukan untuk mendapatkan calon kerbau yang memiliki
kualitas dan penampilan yang bagus. Adapun untuk seleksi bibit kerbau dilakukan
berdasarkan performan anak dan individu calon bibit kerbau.
Agar dalam pemeliharaan/budidaya dapat tumbuh dan berkembang dengan
baik, maka diperlukan seleksi kebau secara baik. Sedangkan untuk mendapatkan
kerbau yang baik, maka diperlukan seleksi bibit kerbau juga. Seleksi kerbau
dilakukan untuk mendapatkan calon kerbau yang memiliki kualitas dan
penampilan yang bagus. Adapun seleksi kerbau tergantung pada tujuan
pemeliharaan, yaitu : 1) Pemeliharaan kerbau untuk mencari pengembangbiakan
sebaiknya dipilih kerbau yang berusia gudel pascasapih, karena mudah dipelihara
dan diarahkan sebagai calon kerbau bibit yang baik; 2) Untuk memperoleh bibit
kerbau yang akan dijadikan ternak kerja, sebaiknya dibeli bibit kerbau dengan
berat sekitar 200 -250 kg, sudah dilatih sebagai ternak kerja, sehat dan tidak cacat;

14

3) Kerbau yang akan digemukan sebaiknya dibeli dalam keadaan kurus tapi sehat,
tidak cacat dan berat tubuhnya sekitar 200 kg; 4) Kerbau yang akan dijadikan
ternak perah, sebaiknya dipilih kerbau yang termasuk tipe perah seperti kerbau
Murrah. Bibit kerbau perah dapat diperoleh dari kerbau hasil pembibitan atau
kerbau yang sudah dipelihara sebagai ternak perah.
Untuk seleksi bibit kerbau dilakukan berdasarkan performan anak dan
individu calon bibit kerbau, kriteria seleksi yang dapat digunakan, yaitu : 1)
Seleksi dilakukan oleh peternak terhadap bibit ternak yang akan dikembangkan di
peternakan maupun terhadap keturunan/bibit ternak yang diproduksi baik oleh
kelompok peternak rakyat maupun perusahaan peternakan untuk keperluan
peremajaan atau dijual sebagai bibit; 2) Seleksi calon bibit jantan dipilih dari hasil
perkawinan 5 - 10 % pejantan terbaik yang dikawinkan dengan betina unggul 75 80 % dari populasi selanjutnya dilakukan uji performan yang dilanjutkan dengan
uji zuirat untuk menghasilkan proven bull; 3) Seleksi calon bibit betina dipilih
dari hasil perkawinan 5 - 10 % pejantan terbaik yang dikawinkan dengan betina
unggul 75 - 80 % dari populasi selanjutnya dilakukan uji performan.
Persyaratan teknis secara umum : 1) Kerbau bebas dari penyakit, terutama
penyakit menular seperti Penyakit Mulut dan Kuku (PMK), radang limpa
(Anthraks), Septichaemia Epizootica (SE), kluron menular (Brucellosis), dan lainlain; 2) Kerbau bibit harus sehat dan bebas dari segala cacat fisik seperti cacat
mata (kebutaan), tanduk patah, pincang, lumpuh, kaki dan kuku abnormal, serta
tidak terdapat kelainan tulang punggung atau cacat tubuh lainnya; 3) Semua
kerbau bibit betina harus bebas dari cacat alat reproduksi, abnormal ambing serta

15

tidak menunjukan gejala kemandulan; 4) Kerbau bibit jantan harus siap sebagai
pejantan serta tidak menderita cacat pada alat kelminnya.
3.8 Solusi untuk mengatasi masalah pemeliharaan ternak kerbau di
indonesia
Upaya yang harus dilakukan pada pemeliharaan kerbau dalam rangka
meningkatkan populasi dan kualitas kerbau diantaranya adalah:
1. Mengupayakan terbentuknya village breeding system (VBC) yang secara
khusus mengupayakan pengembangan kerbau.
2. Mengadakan upaya recording serta seleksi kerbau berdasarkan performa dan
asal usul ternak dengan cara penjaringan ternak yang baik berdasarkan
standarisasi.
3. Penerapan teknologi, khusunya untuk mengolah limbah pertanian (jerami
padi, pucuk tebbu, jerami jagung, jerami kedelai).
4. Komitmen yang berkelanjutan. Penurunan populasi kerbau di daerah-daerah
tertentu sudah lama terjadi, namun sampai sejauh ini dorongan pemerintah,
terutama pemerintah daerah belum nyata mendorong perkembangan populasi
di daerahnya masing-masing. Tidak sedikit peternak kerbau berlokasi jauh
dari pusat pemerintah sehingga banyak yang tidak tersentuh oleh laju
pembangunan. Fasilitas untuk peningkatan populasi baik software maupun
hardware belum sampai ketangan peternak kerbau. Peternak kerbau seolah
berjalan sendiri tanpa tahu kemana tujuanya.
5. Pembentukan kelompok ternak. Memungkinkan

dapat

mendorong

peningkatan populasi. Dalam kelompok para peternak bisa merencanakan


usaha yang akan dilakukan sehubungan dengan peningkatan populasi,
termaksud terbentuknya kandang kelompok. Kandang kelompok bila dikelola
dengan baik dengan kesadaran yang tinggi dapat memecahkan masalah
ketiadaan jantan dan keterlambatan perkawinan.
6. Melakukan seleksi, baik pada kerbau betina maupaun pada kerbau jantan,
terutama pada kerbau jantan. Mengingat satu ekor jantan dalam 1 tahun
mampu mengawini 50 ekor betina dan bila semua berhasil bunting maka akan
lahir anak kerbau yang genetikanya baik. Pada saat ini justru kerbau betina
atau jantan yang tampilanya lebih besar adalah yang paling cepat masuk
16

rumah potong. Peran pemerintah disini melakukan penjaringan agar


fenomena yang sudah lama terjadi ini akan dihentikan minimal dikurangi.
7. Peternak yang memiliki kerbau yang baik dan memenuhi standar bibit perlu
mendapat penghargaan dengan memberikan sertifikat. Hal ini bisa
merangsang prestasi selanjutnya dan akan berpengaruh positif terhadap
lingkungan.
8. Mengembangkan program inseminasi buatan pada daerah-daerah yang padat
populasi kerbaunya. Penerapan inseminasi buatan (IB) pada kerbau adalah
salah satu cara untuk mengatasi terbatasnya pejantan unggul sepanjang secara
sosial ekonomi dapat dipertanggungjawabkan (SUBIYANTO, 2010) peran
pemerintah harus mengangtifkan kembali produksi mani beku kerbau di
balai-balai inseminasi buatan. Dengan inseminasi buatan juga dapat
mencegah terjadinya kawin silang dalam.
9. Peningkatan pendidikan inseminator. Inseminator buatan pada ternak bukan
pekerjaan mudah untuk itu diperlukan pengetahuan dan keterampilan, lebihlebih pada kerbau yang saat berahinya sulit diamati. Meskipun demikian kita
bila kita mau kita bisa. Pengalaman telah menunjukkan bahwa beberapa tahun
yang lalu pada sapi potong, yang pada saat itu sulit melakukan inseminasi
buatan pada sapi potong karena sapi potong

terutama sapi lokal juga

memperlihatkan berahi tenang. Pada saat ini meningkatnya pengetahuan dan


keterampilan para inseminator inseminasi buatan pada sapi potong sudah bisa
dilakukan dengan prestasi yang baik.
10. Lokasi peternak kerbau yang umumnya masih berjauhan, akan menyulitkan
pelaksanaan inseminasi buatan. Seorang inseminator mungkin saja melayani
peternak yang jaraknya dari pos bisa belasan kilometer. Dalam rangka
mempercepat peningkatan populasi maka program sinkronisasi birahi waktu
pelaksanaan dan jumlah yang akan diinseminasi bisa diatur dan fasilitas
inseminasi bisa lebih efisien. Penggunaan teknik sinkronisasi birahi akan
mampu meningkatkan efisiensi produksi dan reproduksi kelompok ternak,
disamping juga mengoptimalisasi pelaksanaan inseminasi butan dan
meningkatkan fertilitas .
11. Untuk meningkatkan mutu genetic kerbau di suatu wilayah, bisa dilakukan
dengan membeli pejantan unggul hasil seleksi dari wilayah lain atau
17

menggunakan pejantan IB persilang dengan tipe perah juga bisa dilakukan


dengan harapan keturunanya bisa menghasilkan susu yang lebih banyak,
minimal bisa memberi susu keturunanya dalam jumlah yang mencukupi.

BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Kerbau merupakan ternak yang sudah lama di kenal masyarakat Indonesia.
Agar usaha ini dapat memberikan keuntungan yang optimal bagi pemiliknya maka
perlu diperhatikan beberapa hal yang menyangkut manajemen pemeliharaan
ternak kerbau , antara lain: bibit, pakan, kandang dan peralatannya, tata laksanana
pemeliharaan serta kesehatan dari ternak kerbau itu sendiri.
4.2. Saran
Demekian makalah yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua, bila ada kesalahan kata yang disengaja maupun yang
tidak disengaja kami memohan maaf dan bila ada kritikan dan saran kami
menerima guna untuk memperbaiki makalah kami selanjutnya.

18

TINJAUAN PUSTAKA
Anonimous, 2006. Sulawesi Tenggara dalam Angka. BPS Provinsi Sulawesi
Tenggara. http://www.sultra.dalam.angka2006.bps. 15 Agustus 2009.
Buku/Brosur " Teknik Pengelolaan Ternak Kerbau ", Dinas Pertanian dan
Peternakan, Kabupaten Tangerang-Provinsi Banten 2008.
Ditjennak, 2004. Dalam http; www.ditjennak.go.id/basisdataproses.asp?yhn1
=2004&thn2=2008&jt=kerbau&button=submit&rep=2&ket=populasi+nasion
al+%28per+provinsi%29+.
Gunawan, dkk. 2010. Kebijakan Pengembangan Pembibitan Kerbau Mendukung
http://www.scribd.com/doc/16994754/

Kelas-X-SMK

Teknik

Ternak

Ruminansia- Caturto.
http://www.deptan.go.id/daerah-new/jambi/disnakjambi/kerbau-,gif
Keman, S. 2006. Reproduksi ternak kerbau. Menyongsong rencana kecukupan
daging tahun 2010. Pros. Orasi dan sSeminar Pelepasan dosen purna tugas
2006. Fakultas peterenakan. UGM. Yogyakarta.
http://www.scribd.com/doc/16994754/ Kelas-X-SMK-Teknik-Ternak RuminansiaCaturto.
http://www.deptan.go.id/daerah-new/jambi/disnakjambi/kerbau-,gif.

19

Lendhanie, UU. 2005. Karakteristik Reproduksi kerbau rawa dalam kondisi


lingkungan

peternakan

Rakyat

Bioscientiae,

2.(1)

http:/

Bioscientiae.tripod.com
Murtidjo, B.A., 1992. Memelihara Kerbau. Kanisius. Yogyakarta
Murti, T.W., 2006. Ilmu Ternak Kerbau. Kanisius. Yogyakarta
Peningkatan produksi dan daya saing. Makalah presentase dalam lokakarya RPJP
Pustlitbang Peternkan pada 27 januari 2011, Bogor
Pros. Semiloka Kerbau Nasional di Brebes, Jateng. 2009.
Peternakan

Pustlitbang

Bogor. Hlm. 109-118.

Pedoman "Pengembangan Budidaya Ternak Kerbau", Direktorat Jenderal Bina


Produksi Peternakan 2003;
Rusastra, I.W. 2011. Kinerja industri peternakan: isu dan kebijakan antisipatif
Swasembada Daging Sapi/Kerbau. Seminar Lokakarya Nasional Kerbau 2010.
Pustlitbang Peternakan, Bogor.
StepanusB.2008.Kerbautradisi

orang

toraja.

http://www.google.co.id/kerbau+dalam.
Setyawan . 2010. Perkembangan Program Aksi Pembibitan Ternak Kerbau di
Kabupaten Brebes. . Seminar Lokakarya Nasional Kerbau. 2010 Dinas
Peternakan Kabupaten Brebes.
Subiyanto.2010.PopulasiKebausemakinmenurun.http:/www.dijennak.go.id/bulleti
n.ar

tikel3.pdf

Talib, C. 2010. Peningkatan populasi dan produktivitas kerbau di padang


penggembalaan tradisional.
Toilehere, MR. 2001./ Potensi dan pengembangan kerbau di Indonesia. Suatu
tinjauan reproduksi. Workshop kebijakan ketahanan pangan kerbau

20

sebagai

sumber keanekaragaman protein hewani. Kerjasama pustlitbang

peternakan

dan dinas pertanian peternakan provinsi Bnnaten, Cilegon.

Tillman, dkk. 1982. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadja Mada University oress,
Fakultas Peternakan,. UGM. Jogjakarta
Triwulanngsih E., 2006. Kerbau Sumber Daging dan Susu, Mungkinkah?. Balai
PenelitianTernakBogor,Indonesia.http://www.balitnak.bogor.kerbau.sumber.d
aging.dan.susu.mungkinkah. 11 Agustus 2009.

21

Anda mungkin juga menyukai