Anda di halaman 1dari 34

1

I.

PENDAHULUAN

I.2 Latar Belakang


Analisis proksimat adalah suatu metoda analisis kimia untuk mengidentifikasi
kandungan nutrisi, kadar air, kadar abu, protein, lemak, serat kasar serta kadar
bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) pada suatu zat makanan dari bahan pakan
ternak. Pendapat ini didukung oleh pendapat Arora (2008) mengatakan bahwa;
Analisis proksimat adalah analisis terhadap suatu bahan yang menyangkut air,
protein, lemak, abu dan serat. Analisis proksimat memiliki manfaat sebagai
penilaian kualitas pakan atau bahan pangan terutama pada standar zat makanan
yang seharusnya terkandung di dalamnya.
Pakan merupakan komponen pokok yang mengambil porsi terbesar dari biaya
produksi suatu usaha peternakan. Kualitasnya pakan ditentukan oleh kualitas
bahan baku yang menyusunnya. Pakan memiliki peranan penting bagi ternak, baik
untuk pertumbuhan ternak muda maupun untuk mempertahankan hidup dan
menghasilkan produk (susu, anak, daging) serta tenaga bagi ternak dewasa.
Fungsi lain dari pakan adalah untuk memelihara daya tahan tubuh dan kesehatan.
Agar ternak tumbuh sesuai dengan yang diharapkan, jenis pakan yang diberikan
pada ternak harus bermutu baik dan dalam jumlah cukup.
Ternak membutuhkan zat-zat makanan yang ada dalam pakan seperti protein,
karbohidrat, dan lemak. Dengan adanya analisis proksimat, kandungan suatu
pakan bisa diketahui. Contohnya pada rerumputan. Kita bisa mengetahui
kandungan zat makanan dalam rumput. Setelah kita mengetahuinya, kita bisa
membandingkan rumput apa saja yang paling tinggi kandungannya dan paling
cocok bagi ternak.

Selain itu, analisis proksimat dapat digunakan untuk mengevaluasi dan


menyusun formula ransum dengan baik. Mengevaluasi ransum yang telah ada
seperti mencari kekurangan pada ransom tersebut kemudian kita bisa menyusun
formula ransum baru dengan menambahkan zat makanan yang diperlukan
1.2

Tujuan dan Kegunaan


Adapun tujuan setelah diadakannya praktikum ini adalah untuk mengetahui

kandungan zat makanan, kadar air, kadar abu, serat, proin dan lemak kasar serta
BETN dari bahan pakan/ yang akan diuji.
Manfaat yang diperoleh dari raktikum ini adalah untuk meningkatkan
kemampuan praktikan dalam menganalisis bahan pakan dengan baik meliputi
pengetahuan dasar dan aplikasinya, sehingga para praktikan dapat
mengaplikasikannya dikehidupan nyata.

II.

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Pengertian Kadar Air

Kadar air adalah persentase kandungan air suatu bahan yang dapat
dinyatakan berdasarkan berat basah (wet basis) atau berat kering (dry basis).
Metode pengeringan melalui oven sangat memuaskan untuk sebagian besar
makanan, akan tetapi beberapa makanan seperti silase, banyak sekali mengandung
bahan-bahan atsiri (bahan yang mudah terbang) yang bisa hilang pada pemanasan
tersebut (Winarno, 1997).

II.1.1 Macam-Macam Metode Analisa Kadar Air


A. Metode gravimetri (pengeringan dengan oven)
Metode oven biasa merupakan salah satu metode pemanasan langsung
dalam penetapan kadar air suatu bahan pangan. Dalam metode ini berat konstan
bahan setelah periode pemanasan tertentu akan terjadi jika bahan dipanaskan pada
suhu yang sudah ditentukan dan membuat semua air menguap. Kehilangan berat
bahan yang terjadi menunjukkan jumlah air yang terkandung. Metode ini terutama
digunakan untuk bahan-bahan yang stabil terhadap pemanasan yang agak tinggi,
serta produk yang tidak atau rendah kandungan sukrosa dan glukosanya seperti
tepung-tepungan dan serealia (AOAC, 1984).

Menurut (Crampton, 1959) metode ini sering dilakukan dengan cara


pengeringan bahan pangan dalam oven. Berat sampel yang dihitung setelah
dikeluarkan dari oven harus didapatkan berat konstan, yaitu berat bahan yang

tidak akan berkurang atau tetap setelah dimasukkan dalam oven. Air yang terdapat
dalam sampel yang telah menguap dan tersisa hanya padatan dan air yang benarbenar terikat kuat dalam sampel dapat juga diartikan sebagai berat sampel setelah
konstan. Setelah itu dapat dilakukan perhitungan untuk mengetahui persen kadar
air dalam bahan.
II.2 Pengertian Kadar Abu
Kadar abu merupakan campuran dari komponen anorganik atau mineral
yang terdapat pada suatu bahan pangan. Bahan pangan terdiri dari 96% bahan
anorganik dan air, sedangkan sisanya merupakan unsur-unsur mineral. Unsur juga
dikenal sebagai zat organik atau kadar abu. Kadar abu tersebut dapat menunjukan
total mineral dalam suatu bahan pangan. Bahan-bahan organik dalam proses
pembakaran akan terbakar tetapi komponen anorganiknya tidak, karena itulah
disebut sebagai kadar abu. Penentuan kadar abu total dapat digunakan untuk
berbagai tujuan, antara lain untuk menentukan baik atau tidaknya suatu
pengolahan, mengetahui jenis bahan yang digunakan, dan sebagai penentu
parameter nilai gizi suatu bahan makanan (Astuti, 2011).
II.2.1 Metode Pengabuan Kering dan Basah
Menurut (Wulandari, 2010) ada dua macam metode yang dapat dilakukan,
yaitu cara kering (langsung) dan cara tidak langsung (cara basah). Cara kering
dilakukan dengan mengoksidasikan zat-zat organik pada suhu 500-600C
kemudian melakukan penimbangan zat-zat tertinggal. Pengabuan cara kering
digunakan untuk penentuan total abu, abu larut, tidak larut air dan tidak larut
asam. Waktu pengabuan lama, suhu yang diperlukan tinggi, serta untuk analisis

sampel dalam jumlah banyak. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
melakukan pengabuan cara kering, yaitu mengusahakan suhu pengabuan
sedemikian rupa sehingga tidak terjadi kehilangan elemen secara mekanis karena
penggunaan suhu yang terlalu tinggi dapat menyebabkan terjadinya penguapan
beberapa unsur, seperti K, Na, S, Ca, Cl, dan P. Sedangkan cara basah dilakukan
dengan menambahkan senyawa tertentu pada bahan yang diabukan sepeti gliserol,
alkohol asam sulfat atau asam nitrat. Pengabuan cara basah dilakukan untuk
penentuan elemen mineral. Waktu pengabuan relatif cepat, suhu yang dibutuhkan
tidak terlalu tinggi, untuk analisis sampel dalam jumlah sedikit, memakai reagen
kimia yang sering berbahaya sehingga perlu koreksi terhadap reagen yang
digunakan.
II.3 Protein Kasar
Protein merupakan salah satu zat makanan yang berperan dalam penentuan
produktivitas ternak. Jumlah protein dalam pakan ditentukan dengan kandungan
nitrogen bahan pakan kemudian dikali dengan faktor protein 6,25. Angka 6,25
diperoleh dengan asumsi bahwa protein mengandung 16% nitrogen. Kelemahan
analisis proksimat untuk protein kasar itu sendiri terletak pada asumsi dasar yang
digunakan. Pertama, dianggap bahwa semua nitrogen bahan pakan merupakan
protein, kenyataannya tidak semua nitrogen berasal dari protein dan kedua, bahwa
kadar nitrogen protein 16%, tetapi kenyataannya kadar nitrogen protein tidak
selalu 16% (Soejono, 1990).
Menurut Siregar (1994) senyawa-senyawa non protein nitrogen dapat diubah
menjadi protein oleh mikrobia, sehingga kandungan protein pakan dapat
5

meningkat dari kadar awalnya. Sintesis protein dalam rumen tergantung jenis
makanan yang dikonsumsi oleh ternak. Jika konsumsi N makanan rendah, maka N
yang dihasilkan dalam rumen juga rendah. Jika nilai hayati protein dari makanan
sangat tinggi maka ada kemungkinan protein tersebut didegradasi di dalam rumen
menjadi protein berkualitas rendah.
II.3.1 Analisis Protein
Analisis protein dengan metode Kjeldahl disebut analisis protein kasar
(crude protein) karena tidak hanya N dari protein yang terukur namun senyawa
lain selain protein yang mengandung N terukur juga sebagai protein. Senyawa
bernitrogen lainnya yang dapat terukur sebagai protein yaitu asam amino bebas,
urea, amonia, asam nukleat, nitrit, nitrat, amida, purin, dan pirimidin. Oleh karena
itu, kadar nitrogen yang terukur berasal dari senyawa lain yang mengandung
Nitrogen sehingga kadar protein yang terukur merupakan protein kasar (Persson,
2008).
II.3.2 Prinsip Analisis
Prinsip analisis protein dengan metode Kjeldahl yaitu mengukur kadar
protein secara tidak langsung atau secara kasar dengan cara mengukur kadar N
dari sampel melalui tiga tahapan yaitu destruksi, destilasi, dan titrasi. Sampel
didestruksi dengan menggunakan asam kuat seperti H2SO4 pekat dengan katalis
menghasilkan amonium sulfat. Kemudian amonium sulfat didestilasi dengan
penambahan NaOH sehingga terbentuk amonia. Amonia yang terbentuk
ditampung dalam larutan standar asam borat dan dititrasi dengan bantuan

indikator. Volume titrasi menunjukkan banyaknya N dalam sampel (Bintang,


2010).
II.4 Lemak Kasar
Kandungan lemak suatu bahan pakan dapat ditentukan dengan metode
soxhlet, yaitu proses ekstraksi suatu bahan dalam tabung soxhlet (Soejono, 1990).
Lemak yang didapatkan dari analisis lemak ini bukan lemak murni. Selain
mengandung lemak sesungguhnya, ekstrak eter juga mengandung waks (lilin),
asam organik, alkohol, dan pigmen, oleh karena itu fraksi eter untuk menentukan
lemak tidak sepenuhnya benar (Anggorodi, 1994). Penetapan kandungan lemak
dilakukan dengan larutan heksan sebagai pelarut. Fungsi dari n heksan adalah
untuk mengekstraksi lemak atau untuk melarutkan lemak, sehingga merubah
warna dari kuning menjadi jernih (Mahmudi, 1997).
II.4.1 Macam-Macam Analisa Lemak
A. Metode Soxhlet
Analisis kadar lemak kasar dilakukan untuk mengetahui kandungan
lemak dari masing-masing sampel. Analisis kadar lemak dengan metode
soxhlet menggunakan alat ekstraksi yang terdiri atas kondensor dan pemanas
listrik untuk mengekstrak kandungan lemak yang terdapat dalam bahan. Untuk
sampel dilakukan metode hidrolisis karena mengandung kadar air yang besar.
Hidrolisis ini bertujuan mempermudah mengekstrak lemak yang terikat dalam
matriks-matriks sampel. Sampel yang telah dihaluskan, ditimbang sebanyak 12 g, dimasukkan ke dalam selongsong kertas yang dialasi dengan kapas.
Selongsong kertas yang berisi contoh tersebut disumbat dengan kapas pada

kedua ujungnya. Sebelum disuling, selongsong tersebut dikeringkan dalam


oven pada suhu tidak lebih dari 80C selama kurang lebih 1 jam. Setelah
dioven, sampel tersebut dimasukkan ke dalam alat penyulingan soxhlet yang
telah dirangkai dengan labu lemak berisi labu didih yang telah dikeringkan
dan telah diketahui bobotnya. Sampel tersebut diekstrak dengan pelarut
heksan selama kurang lebih 6 jam. Setelah selesai di suling selama 6 jam,
heksan disulingkan dan ekstrak lemak dikeringkan di dalam oven pengering
pada suhu 105C. Selesai di oven, ekstrak tersebut didinginkan di dalam
desikator dan ditimbang bobotnya. Pengeringan ini diulangi terus hingga
tercapai bobot yang relatif tetap. Pengukuran kadar lemak dilakukan dengan
tiga ulangan.
Kadar lemak dapat dihitung dengan persamaan berikut Kadar lemak
(% bb) = (W1-W2)/W0 x 100 Kadar lemak (% bk) = (kadar lemak (bb))/
((100-kadar air (bb))) x 100 dimana: W0 = Bobot contoh dalam gram (g) W1 =
Bobot labu + lemak hasil ekstraksi (g) W2 = Bobot labu lemak kosong (g)
Metode Soxhlet termasuk jenis ekstraksi menggunakan pelarut semikontinu.
Ekstraksi dengan pelarut semikontinu memenuhi ruang ekstraksi selama 5
sampai dengan 10 menit dan secara menyeluruh memenuhi sampel. Kemudian
kembali ke tabung pendidihan. Kandungan lemak diukur melalui berat yang
hilang dari contoh atau berat lemak yang dipindahkan. Metode ini
menggunakan efek perendaman contoh dan tidak menyebablan penyaluran
(Nielsen, 1998).
II.4.2 Prinsip Analisa

Metode ekstraksi soxhlet adalah metode ekstraksi dengan prinsip


pemanasan dan perendaman sampel. Hal itu menyebabkan terjadinya pemecahan
dinding dan membran sel akibat perbedaan tekanan antara di dalam dan diluar sel.
Dengan demikian, metabolit sekunder yang ada di dalam sitoplasma akan terlarut
ke dalam pelarut organik. Larutan itu kemudian menguap ke atas dan melewati
pendingin udara yang akan mengembunkan uap tersebut menjadi tetesan yang
akan terkumpul kembali. Bila larutan melewati batas lubang pipa samping soxhlet
maka akan terjadi sirkulasi. Sirkulasi yang berulang itulah yang menghasilkan
ekstrak yang baik (Harborne, 1987).
Prinsip soxhlet ialah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang
umumnya sehingga terjadi ekstraksi kontiyu dengan jumlah pelarut konstan
dengan adanya pendingin balik. Soxhlet terdiri dari pengaduk atau granul
antibumping, still pot (wadah penyuling, bypass sidearm, thimble selulosa,
extraction liquid, syphon arm inlet, syphon arm outlet, expansion adapter,
condenser (pendingin), cooling water in, dan cooling water out (Darmasih, 1997).

II.5 Serat Kasar


Fraksi serat kasar mengandung selulosa, lignin, dan hemiselulosa tergantung
pada species dan fase pertumbuhan bahan tanaman (Anggorodi, 1994). Pakan
hijauan merupakan sumber serta kasar yang dapat merangsang pertumbuhan alat-

10

alat pencernaan pada ternak yang sedang tumbuh. Tingginya kadar serat kasar
dapat menurunkan daya rombak mikroba rumen (Farida, 1998).
Cairan retikulorumen mengandung mikroorganisme, sehingga ternak
ruminasia mampu mencerna hijauan termasuk rumput-rumputan yang umumnya
mengandung selulosa yang tinggi (Tillman et al., 1991). Langkah pertama metode
pengukuran kandungan serat kasar adalah menghilangkan semua bahan yang
terlarut dalam asam dengan pendidihan dengan asam sulfat bahan yang larut
dalam alkali dihilangkan dengan pendidihan dalam larutan sodium alkali. Residu
yang tidak larut adalah serat kasar (Soejono, 1990).
Langkah langkah yang dilakukan dalam analisa adalah :
a) Deffating, yaitu menghilangkan lemak yang terkandung dalam sample
menggunakan pelarut lemak.
b) Digestion, terdiri dari dua tahapan yaitu pelarutan dengan asam dan
pelarutan dengan basa. Kedua macam proses digesti ini dilakukan dalam
keadaan tertutup pada suhu terkontrol (mendidih) dan sedapat mungkin
dihilangkan dari pengaruh luar.

II.6 Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen (BETN)


Kandungan BETN suatu bahan pakan sangat tergantung pada komponen
lainnya, seperti abu, protein kasar, serat kasar dan lemak kasar. Jika jumlah abu,
protein kasar, esktrak eter dan serat kasar dikurangi dari 100, perbedaan itu

10

11

disebut bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) (Soejono, 1990). BETN merupakan
karbohidrat yang dapat larut meliputi monosakarida, disakarida dan polisakarida
yang mudah larut dalam larutan asam dan basa serta memiliki daya cerna yang
tinggi (Anggorodi, 1994).

11

12

III.

III.1

METODOLOGI PRAKTIKUM

Waktu dan Tempat

III.1.1 Penentuan kadar bahan kering dan kadar air


Praktikum pengetahuan bahan makanan ternak dilaksanakan pada hari
selasa, tanggal 17 November 2015 mulai pukul 13.00 sampai selesai. Di
Laboratorium Nutrsi, Fakultas Peternakan dan Perikanan, Universitas Tadulako,
Palu
III.1.2 Penentuan Kadar air, Kadar abu dan Lemak kasar
Praktikum pengetahuan bahan makanan ternak dilaksanakan pada hari
Rabu, tanggal 18 November 2015 mulai pukul 08.00 sampai selesai. Di
Laboratorium Nutrisi, Fakultas Peternakan dan Perikanan, Universitas Tadulako,
Palu.
3.1.3 Penentuan lemak kasar, serat kasar dan kadar protein
Praktikum pengetahuan bahan makanan ternak dilaksanakan pada hari
Jumat, tanggal 20 November 2015 mulai pukul 09.00 sampai selesai. Di
Laboratorium Nutrisi, Fakultas Peternakan dan Perikanan, Universitas Tadulako,
Palu.
3.1.4 Penentuan kadar protei
Praktikum pengetahuan bahan makanan ternak dilaksanakan pada hari
Jumat, tanggal 27 November 2015 mulai pukul 09.00 sampai selesai. Di
Laboratorium Nutrisi, Fakultas Peternakan dan Perikanan, Universitas Tadulako,
Palu.

12

13

III.2 Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum Bahan Kering tertera
pada tabel di bawah ini :
Tabel 1. Alat dan bahan praktikum Bahan Kering
No.
Alat dan Bahan
Kegunaan
1.
Oven Listrik
Untuk memanaskan bahan-bahan
2.
Jagung Fungsional
Sebagai sampel dalam pengamatan
3.
Jagung Pabrikan
Sebagai sampel dalam pengamatan
4.
Jagung Lokal
Sebagai sampel dalam pengamatan
5.
Cawan Porselin
Sebagai wadah sampel
6.
Eksikator
Untuk mendinginkan cawan porselin
7.
Tang Penjepit
Untuk mengangkat cawan porselin dari oven
8.
Neraca Analitik
Untuk menimbang
3.2.2 Kadar Air
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum Kadar Air tertera pada
tabel di bawah ini :
Tabel 2. Alat dan bahan praktikum Kadar Air
No.
Alat dan Bahan
Kegunaan
1.
Oven listrik
Sebagai pemanas atau pengering
2.
Timbangan analitik
Untuk menimbangan sampel dan
cawan
3.
Eksikator
Sebagai pedingin
4.
Cawan alumunium
Sebagai wadah sampel yang di amati
5.
Tang penjepit
Sebagai penjepit
6.
Jagung fungsional
Sebagai sampel
7.
Jagung pabrikan
Sebagai sampel

III.2.3 Kadar Abu


Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum kadar Abu tabel di bawah
ini :
Tabel 3. Alat dan bahan praktikum Kadar Abu
No
Alat dan Bahan
13

Kegunaan

14

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Cawan porselin
Tanur listrik
Eksikator
Tang penjepit
Jagung fungsional
Jagung parikan

Sebagai wadah sampel


Sebagai alat pembakar
Sebagai pendingin
Sebagai penjepit
Sebagai sampel
Sebagai sampel

3.2.4 Protein Kasar


Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum Protein kasar tertera
pada tabel di bawah ini :
Table 4. Alat dan bahan praktikum Protein Kasar
No.
Alat dan Bahan
Kegunaan
1.
Labu kjeldahl
Tempat untuk menitrasi larutan
2.
Satu set alat destilasi
Untuk destilasi bahan
3.
Erlenmeyer
Untuk
4.
Timbangan analitik
Untuk menimbang
5.
Jagung fungsional
Sebagai sampel
6.
Jagung local
Sebagai sampel
7.
Jagung pabrikan
Sebagai peniter
8.
Asam Sulfat
Sebagai larutan indikator
9.
Asam Chorida
Sebagai peniter
3.2.5

Lemak Kasar
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum pengamatan lemak kasar

tertera pada tabel di bawah ini :


Tabel 5. Alat dan bahan praktikum lemak kasar
No.
Alat dan Bahan
Kegunaan
1.
Satu set alat soxhlet
Untuk menyimpan 3 tabung reaksi dalam
berbagai suhu kamar
2.
Kertas saring bebas lemak
Untuk memindahkan larutan setetes demi
setetes
3.
Oven
Untuk mengukur suhu
4.
Labu lemak
Untuk mengukur waktu
5.
Timbangan analitik
Sebagai sampel
6.
Hexsana
Sebagai contoh enzim
7.
Kapas dan biji hekter
Sebagai peniter
3.2.6

Serat Kasar

14

15

Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum pengamatan serat kasar
tertera pada tabel di bawah ini :

Tabel 5. Alat dan bahan praktikum serat kasar


No.
Alat dan Bahan
Kegunaan
1.
H2SO4 1.25%
Untuk menyimpan 3 tabung reaksi dalam
berbagai suhu kamar
2.
NaOH
Untuk memindahkan larutan setetes demi
setetes
3.
Aseton
Untuk mengukur suhu
4.
Aquades panas
Untuk mengukur waktu
5.
Hot plate
Sebagai sampel
6.
Hexsana
Sebagai contoh enzim
7.
Kapas dan biji hekter
Sebagai peniter

3.2. Prosedur Kerja


3.2.1. Bahan Kering
Adapun prosedur kerja pada praktikumpengamatan bahan kering pada
pakan ternak dengan 3 sampel adalah sebagai berikut:
1. Oven cawan porselin selama 30 menit lalu timbang.
2. Angkat cawan dengan tang penjepit lalu masukkan ke dalam eksikator.
3. Timbang cawan kosong.
4. Timbang cawan + sampel sebanyak 1-2 kg.
5. Ovan selama 24 jam dengan suhu 700 C.
6. Timbang kembali sampel tersebut ( 23, 2837 gr).
3.2.2. KadarAir
Adapun prosedur kerja pada praktikumkadar air pada pakan adalah sebagai
berikut:
1. Keringkan cawan aluminium dalam oven selama 1 jam pada suhu 100-105 0
C
2. Kemudian dinginkan dalam eksikator kemudian timbang beratnya

15

16

3. Tambahkan kedalam cawan tersebut sejumlah sampel

kurang lebih 2-5

gram
4. Masukkan cawan + sampel kedalam oven selama 3 jam pada suhu 1001050C
5. Masukkan dalam eksikator Selma 15 menit dan timbang.
6. Setiap kali memindahkan cawan alumunium harus mengunakan tang
penjepit.
3.2.3. Kadar abu
Adapun prosedur kerja pada penentuan kadar abu pada bahan pakan ternak
adalah sebagai berikut:
1. Keringkan cawan porselin kedalam oven selama 1 jam pada suhu 100-105 0
C.
2. Dingimkan dalam eksikator selama 15 menit dan timbang.
3. Masukkan sejumlah sampel kering oven 2-5 gram kedalam cawan.
4. Masukkan ke dalam tanur listrik dengan temperatur 600-7000 C, biarkan
beberapa lama sampai bahan berubah menjadi abu putih betul. Lama
pembakaran sekitar 3-6 jam
5. Dinginkan dalam eksikator kurang lebih 30 menit dan timbang dengan
teliti memakai timbangan analitik.
3.2.4. Protein kasar
Adapun prosedur kerja pada praktikum penentuan protein kasar pada bahan
pakan ternak sebagai berikut:
Destruksi
1. Timbang sampel kering oven kurang lebih 2,5 gram.
2. Masukkan kedalam labu kjeldhal, dan tambahakan 1,2 gram katalis
campuran.
3. Tambah 20 ml asam sulfat pekat
4. Panaskan dalam nyala api kecildi lemari asam, bila sudah tidak berbuih lagi
destruksi diteruskan dengan nyala api yang besar.
5.
Destilasi
16

17

1. Siapkan alat destilasi selenkapnya, pasang dengan hati-hati jangan lupa batu
didih, vaselin dan tali pengaman.
2. Pindahkan larutan hasil destruksi ke dalam labu didih, kemudian bilas dengan
aquades sebanyak lebih kurang 50 ml.
3. Pasangakan Erlenmeyer yang telah di isi asam borax 2 %untuk menangkap
gas ammonia.
4. Basakan larutan bahan dari destruksi dengan menambah 40-60 ml NaOH
melalui corong samping. Tutup kran corong segera setelah larutan tersebut
masuk ke labu didih.
5. Nyalakan pemanas Bunsen dan alirkan air ke dalam pendingin tegak
6. Lakukan destilasi sampai semua N dalam larutan di anggap telah tertangkap
oleh asam borax yang di tandai dengan menyusutnya dalam labu didih
sekurang-kurangnya 1 ml.
Titrasi
1. Erlenmeyer berisi sulingan tadi di ambil
2. Kemudian titrasi dengan HCL yang sudah di ketahui normalitasnya, titik
titrasi di capai dengan perubahan wana hijau ke abu-abu.
3.2.5. Lemak Kasar
1. Siapkan kertas saring yang telah kering oven ( gunakan kertas saring bebas
lemak).
2. Buatlah selongsong penyaring yang di buat dari kertas saring, masukkan
sampel sekitar 2-5 gram dlam selongsongan kemudian timbang, tutup dengan
kapas kemudian hekter
3. Selongsongan penyaring berisi sampel dimasukkan kedalam alat soxhlet.
Masukkan pelarut lemak ( eksan ) sebanyak 100-200 ml ke dalam labu
didihnya.
4. Ekstraksi di lakukan selama 6 jam. Ambil selongsongan yang berisi sampel
yang telah diekstraksi dan keringkan di dalam oven selama 1 jam pada suhu
1050 C. kemudian masukkan ke dalam eksikator 15 menit dan kemudian
timbang.

17

18

5. Eksan yang terdapat dalam labu didih, destilasi sehingga tertampung di


penampung sokhlet. Eksan yang tertampung disimpan untuk digunakan
kembali.
6. Setelah lemak terpisah dengan eksan, hasil ekstrak diovenkan.
3.2.6. Serat Kasar
1. Siapkan bag lalu ditimbang kering oven dengan diameter 4,5 cm,
2. Siapkan cawan porselin kering oven.
3. Residu/sisa ekstraksi lemak masukkan ke dalam gelas pialakhusus sebanyak 1
gram.
4. Tambah asam sulfatkemudian pasang pada alat pemanas khusus tepat di
bawah kodensor.
5. Alirkan airnya dan nyalakan pemanas listrik tersebut.
6. Didihkan selama 30 menit di hitung saat mulai mendidih.
7. Setelah cukup pemanasan, ambil dan saring dengan mempergunakan corong
bucshner yang telah di pasang bag.
8. Residu yang terdapat dalam corongbuchner dikembalikan kepada beaker
glass semula.
9. Tambahkan NaOH 0,3 N kemudian pasang kembali pada alat pemanas khusus
seperti semula.
10. Lakukan seperti pada 6-7. Tetapi menggunakan bag yang telah diketahui
beratnya.
11. Pada penyaringan ini cuci/bilas berturut-turut dengan:
a. Air panas 100 ml
b. Asam sulfat panas 1,5 N
c. Air panas 100 ml
d. Aceton
12. Bag dan isinya di masukkan kedalam cawan porselin gunakan pincet
13. Keringkan dalam oven 100-1050 C selama 1 jam
14. Dinginkan dalam eksikator selama 1 menit lalu timbang.
15. Panaskan dalam hot plate sampai tidak berasap lagi, kemudian masukan
dalam tanur listrik 600-7000 C selama 3 jam sampai abunya berwarna putih.
Di sini serat kasar di bakar sampai habis.
16. Dinginkan dalam eksikator selama 30 menit lalu timbang.

18

19

19

20

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil
4.1.1 Percobaan Jagung Pabrikan
1. Bahan kering
Kode

Berat Cawan
Kosong

Berat sampel

6d

20,020 gr

1,50 gr

Berat cawan + sampel setelah


dioven
21,15 gr

Penyelesaian:

Bahan Kering=

B . setelah ovenB . cawan Kosong


100
B . sampel

21,15020,020
100
1,500

1,130
100
1,500

75,33

2. Kadar air

Kode

Berat Cawan
Kosong

Berat sampel

6D

22,0312 gr

2,5152 gr

Berat cawan + sampel setelah

Penyelesaian :

Kadar Serat Kasar=

B . ovenB .bet
100
B . sampel

24,546424,2728
100
2,5152

0,2736
100
2,5152

14,89

20

dioven
24,2728 gr

21

3. Protein Kasar
Kode

Berat sampel A

Normalitas Hcl

Militer HCL yang terpakai

0,5277 gr

0,01 %

5,58 dan 5,48

Penyelesaian :

( 1 ) protein=

( ml HCLML blanko ) x Normalitas x sampel x 14 x 6,25 x 100


A x 1000

( 5,580,20 ) x 0,01 x 20 x 14 x 6,25 x 100


0, 5277 x 1000

94,15
x 100 =17,8415
527,7

(2) protein=

( ml HCLML blanko ) x Normalitas x sampel x 14 x 6,25 x 100


A x 1000

protein=

( 5,480,20 ) x 0,01 x 20 x 14 x 6,25 x 100


0, 5277 x 1000

92,4
x 100 =17 , 5099
527,7

Titrasi1+Titrasi 2
2

17,8415+17,5099
2
17 , 6757

21

22

4. Lemak Kasar

Kode

Berat Labu
Kosong

Berat Sampel

Eksan

160,5594 gr

2, 5926 gr

100 -200 ml

lemak kasar=

Labu setelah di ovenberat labukosong


berat sampel

158,95875158,3148
2,5040

0,64395
2,5040

25,7168

x 100 %

x 100%

5. Serat Kasar

Kode

Berat bag

4, 5170

Serat kasar=

Berat cawan
kosong
12, 2535

Berat bag dari ovenberat bag


berat sampel
(4,52484,5170)
0,4453

Berat sampel
0, 4435

0,0192

- Bck + sisa sampel x 100

6,017512,253512,2682 x 100=1 , 27

22

Sisa sampel

- 12,2535 + 0,0195 12,2682 x 100

23

6. Kadar Abu
Kode

Berat cawan
kosong
22,0310 gr

Kadar abu=

4.1.2

Cawan + sampel

Berat sampel

24,5464 gr

2,5152

Berat
abu
0,1874

(C A)
( B A )
(22,218622,0312)
(24,546422,0312)

7 , 4506

x 100 %

Percobaan Jagung Lokal

1. Bahan kering

Kode

Berat Cawan
Kosong

Berat Cawan
kering

20,9686 gr

19,5781 gr

Berat sampel
1,5307

gr

Penyelesaian:

(berat cawan setelah di ovenberat cawan kering)


berat sampel

BK =

(20,968619,5781)
1,5307

x 100 %

x 100%

= 90,8470 %
2. Kadar air

Kode

Berat Cawan
Aluminium

Berat sampel

5k

22,5855 gr

2,5098 gr

Penyelesaian :
23

Berat cawan + sampel setelah


dioven
24,8247 gr

24

( BD)
C

Kadar Air (%) =

0,2706
2,5098

X 100 % =

= 10, 7817 %

(25,09324,8247)
2,5098

X 100 %

X 100 %

3. Protein Kasar
Kode

Berat sampel A

Normalitas Hcl

Militer HCL yang terpakai

0,5296 gr

0,01 n

4,48 dan 5,01 ml

Penyelesaian :

( 1 ) protein=

( ml HCLML blanko ) x Normalitas x sampel x 14 x 6,25 x 100


A x 1000
4,48 x 20 x 0,01 x 0,04 x 6,25 100
0, 5296 x 1000

14 , 1427

(2) protein=

( ml HCLML blanko ) x Normalitas x sampel x 14 x 6,25 x 100


A x 1000

5,01 x 20 x 0,01 x 0,04 x 6,25 x 100


0, 5296 x 1000

24

25

15,8940

protein=

Titrasi1+Titrasi 2
2

14, 1427+15,8940
2
15,0183

4. Lemak Kasar

Kode

Berat Labu
Kosong

Berat Sampel

Berat labu setelah di oven

162,8430 gr

2,5344 gr

163,3433 gr

lemak kasar=

Labu setelah di ovenberat labukosong


berat sampel

163,3433162,8430
2,5344

0,5003
2, 5334

19 ,7403

x 100 %

x 100%

5. Serat Kasar

Kode
3

Berat bag
4,4552 gr

Berat cawan
kosong
13,4363 gr

25

Berat sampel
0,4240 gr

Sisa sampel
0,0173 gr

26

Serat kasar=

Berat bag dari ovenberat bag


berat sampel

(4,46374,4552)
13,4363 + 0,0173 13,4490 x 100
0,4240

= 0,0200 13,4363 + 0,0173 -13,4490 x 100


= 0,0200 0,0046 x 100
= 1,54%

6. Kadar Abu
Kode

- Bck + sisa sampel x 100

Berat cawan
kosong
22,585 gr
(C A)
( B A)

Kadar abu =

Cawan + sampel

Berat sampel

Berat abu

25,0953 gr

20,0757 gr

0,1508 gr

x 100 %

(22,736322,5855)
(25,095322,5855)

0,1508
= 2,5098

= 6,0084 %

x 100 %

x 100 %

4.2 Pembahasan
Analisa proksimat adalah salah satu metode analisa kimia untuk
mengetahui kadar / kandungan nutrisi yang terdapat dalam suatu bahan pakan.
Pada praktikum kali ini kami menggunakan sampel berupa tepung jagung(R1, R2
dan R3). Berdasarkan hasil diatas dapat dijelaskan bahwa:
a. Kadar Air dan Bahan Kering
Prinsip kerja kadar air yaitu menguapkan air yang terdapat dalam bahan
dengan oven pada suhu 100o 105oC dalam jangka waktu tertentu (3-24 jam )
hingga sseluruh air yang terdapat dalam bahan menguap atau penyusutan berat
bahan tidak berubah lagi. Defano (2000) menyatakan ditiap bahan pakan yang
26

27

paling kering sekalipun,masih terdapat kandungan air walaupun dalam jumlah


yang kecil.Bahan yang paling banyak mengadung kadar air adalah sampel R2
dengan nilai 14,89 % dan yang paling sedikit mengandung kadar air adalah R3
yaitu 10,78 %. Sedangkan yang memiliki berat kering paling besar adalah sampel
R3 dengan nilai 90,84% dan yang paling kecil adalah R2 yaitu 89,13%. Kadar
bahan kering ini pun dapat berubah-ubah,tergantung dari suhu dan kelembaban
dari suatu wilayah ternak itu dipelihara. Kadar air adalah persentase kandungan
air suatu bahan yang dapat dinyatakan berdasarkan berat basah (wet basis) atau
berat kering (dry basis).
Perhitungan Kadar Air :

x 100 %

b. Kadar Abu
Membakar bahan dalam tanur (furnace) dengan suhu 600C selama 3-6
jam sehingga seluruh unsur pertama pembentuk senyawa organik (C,H,O,N) habis
terbakar dan berubah menjadi gas. Sisanya yang tidak terbakar adalah abu yang
merupakan kumpulan dari mineral-mineral yang terdapat dalam bahan. Dengan
perkataan lain, abu merupakan total mineral dalam bahan.
Perhitungan kadar abu :
Kadar Abu (%) =

x 100%

Karra(2007)menyatakan bahwa pemanasan di dalam tanur adalah dengan


suhu 400-600 derajat Celcius dan Halim (2006) menyatakan bahwa zat anorganik
yang tertinggal di dalam pemanasan dengan tanur disebut dengan abu(ash). Disini,

27

28

sampel yang memiliki Kadar abu terbesar yaitu pada R1 (8,0235 %) dan kadar
abu paling kecil yaitu pada R3 (6,00 %).
c. Lemak Kasar
Prinsip kerjanya yaitu Melarutkan (ekstraksi) lemak yang terdapat dalam
bahan dengan pelaut lemak (ether) selama 6 jam.Ekstraksi menggunakan alat
sokhlet.Beberapa pelarut yang dapat digunakan adalah kloroform, heksana, dan
aseton. Lemak yang terekstraksi (larut dalm pelarut) terakumulasi dalam wadah
pelarut (labu sokhlet) kemudian dipisahkan dari pelarutnya dengan cara
dipanaskan dalam oven suhu 105C. Pelarut akan menguap sedangkan lemak
tidak (titik didih lemak lebih besar dari 105C, sehingga tidak menguap dan
tinggal di dalam wadah). Lemak yang tinggal dalam wadah ditentukan beratnya.
Pada praktikum ini dilakukan dengan metode sokhlet yaitu dengan
memasukkan sampel kedalam alat sokhlet. Hal ini sesuai dengan (Soejono, 1990)
yaitu Kandungan lemak suatu bahan pakan dapat ditentukan dengan metode
soxhlet, yaitu proses ekstraksi suatu bahan dalam tabung soxhlet.
Perhitungan kadar Lemak Kasar :

x 100 %

Kadar Lemak hasil perhitungan diatas dari yang terbesar yaitu R2


(25,71%), R1 (22,16%) dan terkecil yaitu R3 (19,74%). Lemak yang didapatkan
dari analisis lemak ini bukan lemak murni.Selain mengandung lemak
sesungguhnya, ekstrak eter juga mengandung waks (lilin), asam organik, alkohol,
dan pigmen, oleh karena itu fraksi eter untuk menentukan lemak tidak sepenuhnya
benar (Anggorodi, 1994).Penetapan kandungan lemak dilakukan dengan larutan
heksan sebagai pelarut.Fungsi dari n heksan adalah untuk mengekstraksi lemak
28

29

atau untuk melarutkan lemak, sehingga merubah warna dari kuning menjadi jernih
(Mahmudi, 1997).
d. Protein Kasar
Penetapan nilai protein kasar dilakukan secara tidak langsung, karena
analisis ini didasarkan pada penentuan kadar nitrogen yang terdapat dalam bahan.
Kandungan nitrogen yang diperoleh dikalikan dengan angka 6,25 sebagai angka
konversi menjadi nilai protein. Nilai 6,25 diperoleh dari asumsi bahwa protein
mengandung 16% nitrogen (perbandingan protein : nitrogen =100 :16 = 6,25:1).
Definisi tersebut menurut Cherney : 2000 merupakan asumsi bahwa rata rat
kandungan N dalam bahan pakan adalah 16 gram per 100 gram protein
Penentuan nitrogen dalam analisis ini melalui tiga tahapan analisa kimia,
yaitu:

Tahap Destruksi
Perubahan N-protein menjadi amonium sulfat ((NH4)2SO4). Sampel

dipanaskan dengan asam sulfat (H2SO4) pekat dan katalisator yang akan memecah
semua ikatan N dalam bahan pakan menjadi amonium sulfat kecuali ikatan N=N,
NO dan NO2. CO2 dan H2O terus menguap.SO2 yang terbentuk sebagai hasil
reduksi dari sebagian asam sulfat juga menguap.Dalam reaksi ini digunakan
katalisator selenium/Hg/Cu. Destruksi dihentikan jika larutan berwarna hijau
jernih.
Zat Organik + H2SO4

CO2 + H2O + (NH4)2SO4 + SO2

Tahap Destilasi

29

30

Setelah larutan menjadi hijau jernih, labu destruksi didinginkan kemudian


larutan dipindahkan ke labu destilasi dan diencerkan dengan aquades. Pengenceran dilakukan untuk mengurangi reaksi yang hebat jika larutan ditambah larutan
alkali. Penambahan alkali (NaOH) menyebabkan (NH4)2SO 4 akan melepas-kan
amoniak (NH3). Hasil sulingan uap NH3 dan air ditangkap oleh larutan H2SO4
yang

terdapat

dalam

labu

erlenmeyer

dan

membentuk

senyawa

(NH4)2SO4 kembali.Peyulingan dihenti-kan bila semua N sudah tertangkap oleh


asam sulfat dalam labu erlenmeyer.
NH3 + H2SO4

(NH4)2SO4 + H2SO4

Tahap Titrasi
Kelebihan H2SO4 yang tidak digunakan untuk menangkap N dititrasi

dengan NaOH.Titrasi dihentikan jika larutan berubah dari biru ke hijau.


Anggorodi (2005) menyatakan protein adalah esensial bagi kehidupan
karena zat tersebut merupakan protoplasma aktif dalam semua sel hidup.
Perhitungan kadar protein:

x 100 %

% Protein Kasar = kadar nitrogen x 6.25


Pada praktikum kali ini didapatkan % PK R1 (17,17%), R2 (17,67%), R3
(15,01%). Hasil ini terjadi kesalahan yaitu pada saat membandingkan hasil titrasi
dangan titer blanko tidak dilakukan secara bersamaan. Jika kita lakukan secara
bersamaan, otomatis cara yang kita gunakan adalah sama, sedangkan jika
dilakukan setelah atau sebelum membuat titrasi sampel, bisa memungkinkan

30

31

adanya perberdaan cara kita melakukan titrasi. Hal ini mengakibatkan hasil yang
didapatkan pun sangat jauh melenceng dari yang seharusnya.
. Kelemahan analisis proksimat untuk protein kasar itu sendiri terletak
pada asumsi dasar yang digunakan. Pertama, dianggap bahwa semua nitrogen
bahan pakan merupakan protein, kenyataannya tidak semua nitrogen berasal dari
protein dan kedua, bahwa kadar nitrogen protein 16%, tetapi kenyataannya kadar
nitrogen protein tidak selalu 16% (Soejono, 1990). Menurut Siregar (1994)
senyawa-senyawa non protein nitrogen dapat diubah menjadi protein oleh
mikrobia, sehingga kandungan protein pakan dapat meningkat dari kadar awalnya.

e.

Serat Kasar
Prinsip utama dari serat dalam pakan adalah pada kemampuannya

mengikat air, selulosa dan pektin. Serat kasar adalah bagian dari pakan yang tidak
dapat dihidrolisis oleh bahan bahan kimia yang digunakan untuk menentukan
kadar serat kasar yaitu asam sulfat (H 2SO41,25%) dan natrium hidroksida (NaOH
3,25%). Sedangkan serat makanan adalah bagian dari bahan makanan yang tidak
dapat dihidrolisis oleh enzim enzim pencernaan. Danuarsa, (2006) menyatakan
bahwa Serat kasar adalah semua zat organik yang tidak larut dalam H2SO4 0,3 N
dan dalam NaOH 1,5 N yang berturur-turut dimasak selama 30 menit. Kamal
(1998) menyatakan analisis kadar serat kasar adalah usaha untuk mengetahui
kadar serat kasar dalam bahan baku pakan pelaksanaan dilaboratorium biasanya
dilakukan secara kimiawi dengan metode mendell.
Perhitungan kadar serat kasar =

x 100 %

31

32

Serat kasar terdiri dari selulosa, hemiselulosa dan lignin.Selulosa dan


hemiselulosa adalah komponen dinding sel tumbuhan yang tidak dapat dicerna
oleh hewan monogastrik, sedangkan hewan ruminasia dapat mencerna selulosa
dan hemiselulosa karena adanya mikroba rumen. Pada praktikum kali ini
didapatkan hasil kadar serat kasar R1 (1,3%), R2 (1,27%) dan R3 (1,54%). Ini
membuktikan bahwa dengan penambahan perlakuan yaitu ditambah hijauan
rumput kumpai dan legum pada sampel, maka semakin tinggi pula kadar serat
kasar yang terkandung dalam sampel tersebut.

32

33

V.

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1. Pengertian biokimia yang sebenarnya adalah adalah kimia dari bahan-bahan
dan proses-proses yang terjadi dalam tubuh mahluk hidup sebagai upaya
untuk memahami proses kehidupan dari sisi kimia.
2. Karbohidrat adalah senyawa yang mengandung unsur-unsur: C, H dan O,
terutamaterdapat didalam tumbuh-tumbuhan yaitu kira-kira 75%. Dinamakan
karbohidratkarena senyawa-senyawa ini sebagai hidrat dari karbon; dalam
senyawa tersebutperbandingan antara H dan O sering 2 berbanding 1 seperti
air
3. Protein merupakan polimer yang panjang dari asam-asam amino yang
bergabung melalui ikatan peptida. Sedangkan Asam amino adalah asam
karboksilat yang terdiri atas atom karbon yang terikat pada satu gugus
karboksil (-COOH), satu gugus amino (-NH2), satu gugus hidrogen (-H) dan
satu gugus radikal (-R) atau rantai cabang
4. Lipid adalah biomolekul yang tidak larut didalam air ,karena lipid umumnya
merupakan molekul yang memiliki gugus non polar sedangkan air merupakan
molekul yang memiliki gugus polar .
5. Enzim adalah biomolekul berupa protein berbentuk bulat (globular), yang
terdiri atas satu rantai polipeptida atau lebih dari satu rantai polipeptida

33

34

5.2 Saran
Adapun saran yang dapat kami ambil dari praktikum ini yaitu Sebaiknya
alat-alat dalam praktikum harus steril sehingga tidak terjadi kontaminasi didalam
Laboratorium.dalam melaksanakan praktikum, dilakukan secara jelas oleh asisten
agar para praktikan dapat lebih memahami dan Ruangan laboratorium harus
dibersihkan sebelum digunakan agar tidak mengganggu jalannya praktikum.

34

Anda mungkin juga menyukai