I.
PENDAHULUAN
kandungan zat makanan, kadar air, kadar abu, serat, proin dan lemak kasar serta
BETN dari bahan pakan/ yang akan diuji.
Manfaat yang diperoleh dari raktikum ini adalah untuk meningkatkan
kemampuan praktikan dalam menganalisis bahan pakan dengan baik meliputi
pengetahuan dasar dan aplikasinya, sehingga para praktikan dapat
mengaplikasikannya dikehidupan nyata.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Kadar air adalah persentase kandungan air suatu bahan yang dapat
dinyatakan berdasarkan berat basah (wet basis) atau berat kering (dry basis).
Metode pengeringan melalui oven sangat memuaskan untuk sebagian besar
makanan, akan tetapi beberapa makanan seperti silase, banyak sekali mengandung
bahan-bahan atsiri (bahan yang mudah terbang) yang bisa hilang pada pemanasan
tersebut (Winarno, 1997).
tidak akan berkurang atau tetap setelah dimasukkan dalam oven. Air yang terdapat
dalam sampel yang telah menguap dan tersisa hanya padatan dan air yang benarbenar terikat kuat dalam sampel dapat juga diartikan sebagai berat sampel setelah
konstan. Setelah itu dapat dilakukan perhitungan untuk mengetahui persen kadar
air dalam bahan.
II.2 Pengertian Kadar Abu
Kadar abu merupakan campuran dari komponen anorganik atau mineral
yang terdapat pada suatu bahan pangan. Bahan pangan terdiri dari 96% bahan
anorganik dan air, sedangkan sisanya merupakan unsur-unsur mineral. Unsur juga
dikenal sebagai zat organik atau kadar abu. Kadar abu tersebut dapat menunjukan
total mineral dalam suatu bahan pangan. Bahan-bahan organik dalam proses
pembakaran akan terbakar tetapi komponen anorganiknya tidak, karena itulah
disebut sebagai kadar abu. Penentuan kadar abu total dapat digunakan untuk
berbagai tujuan, antara lain untuk menentukan baik atau tidaknya suatu
pengolahan, mengetahui jenis bahan yang digunakan, dan sebagai penentu
parameter nilai gizi suatu bahan makanan (Astuti, 2011).
II.2.1 Metode Pengabuan Kering dan Basah
Menurut (Wulandari, 2010) ada dua macam metode yang dapat dilakukan,
yaitu cara kering (langsung) dan cara tidak langsung (cara basah). Cara kering
dilakukan dengan mengoksidasikan zat-zat organik pada suhu 500-600C
kemudian melakukan penimbangan zat-zat tertinggal. Pengabuan cara kering
digunakan untuk penentuan total abu, abu larut, tidak larut air dan tidak larut
asam. Waktu pengabuan lama, suhu yang diperlukan tinggi, serta untuk analisis
sampel dalam jumlah banyak. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
melakukan pengabuan cara kering, yaitu mengusahakan suhu pengabuan
sedemikian rupa sehingga tidak terjadi kehilangan elemen secara mekanis karena
penggunaan suhu yang terlalu tinggi dapat menyebabkan terjadinya penguapan
beberapa unsur, seperti K, Na, S, Ca, Cl, dan P. Sedangkan cara basah dilakukan
dengan menambahkan senyawa tertentu pada bahan yang diabukan sepeti gliserol,
alkohol asam sulfat atau asam nitrat. Pengabuan cara basah dilakukan untuk
penentuan elemen mineral. Waktu pengabuan relatif cepat, suhu yang dibutuhkan
tidak terlalu tinggi, untuk analisis sampel dalam jumlah sedikit, memakai reagen
kimia yang sering berbahaya sehingga perlu koreksi terhadap reagen yang
digunakan.
II.3 Protein Kasar
Protein merupakan salah satu zat makanan yang berperan dalam penentuan
produktivitas ternak. Jumlah protein dalam pakan ditentukan dengan kandungan
nitrogen bahan pakan kemudian dikali dengan faktor protein 6,25. Angka 6,25
diperoleh dengan asumsi bahwa protein mengandung 16% nitrogen. Kelemahan
analisis proksimat untuk protein kasar itu sendiri terletak pada asumsi dasar yang
digunakan. Pertama, dianggap bahwa semua nitrogen bahan pakan merupakan
protein, kenyataannya tidak semua nitrogen berasal dari protein dan kedua, bahwa
kadar nitrogen protein 16%, tetapi kenyataannya kadar nitrogen protein tidak
selalu 16% (Soejono, 1990).
Menurut Siregar (1994) senyawa-senyawa non protein nitrogen dapat diubah
menjadi protein oleh mikrobia, sehingga kandungan protein pakan dapat
5
meningkat dari kadar awalnya. Sintesis protein dalam rumen tergantung jenis
makanan yang dikonsumsi oleh ternak. Jika konsumsi N makanan rendah, maka N
yang dihasilkan dalam rumen juga rendah. Jika nilai hayati protein dari makanan
sangat tinggi maka ada kemungkinan protein tersebut didegradasi di dalam rumen
menjadi protein berkualitas rendah.
II.3.1 Analisis Protein
Analisis protein dengan metode Kjeldahl disebut analisis protein kasar
(crude protein) karena tidak hanya N dari protein yang terukur namun senyawa
lain selain protein yang mengandung N terukur juga sebagai protein. Senyawa
bernitrogen lainnya yang dapat terukur sebagai protein yaitu asam amino bebas,
urea, amonia, asam nukleat, nitrit, nitrat, amida, purin, dan pirimidin. Oleh karena
itu, kadar nitrogen yang terukur berasal dari senyawa lain yang mengandung
Nitrogen sehingga kadar protein yang terukur merupakan protein kasar (Persson,
2008).
II.3.2 Prinsip Analisis
Prinsip analisis protein dengan metode Kjeldahl yaitu mengukur kadar
protein secara tidak langsung atau secara kasar dengan cara mengukur kadar N
dari sampel melalui tiga tahapan yaitu destruksi, destilasi, dan titrasi. Sampel
didestruksi dengan menggunakan asam kuat seperti H2SO4 pekat dengan katalis
menghasilkan amonium sulfat. Kemudian amonium sulfat didestilasi dengan
penambahan NaOH sehingga terbentuk amonia. Amonia yang terbentuk
ditampung dalam larutan standar asam borat dan dititrasi dengan bantuan
10
alat pencernaan pada ternak yang sedang tumbuh. Tingginya kadar serat kasar
dapat menurunkan daya rombak mikroba rumen (Farida, 1998).
Cairan retikulorumen mengandung mikroorganisme, sehingga ternak
ruminasia mampu mencerna hijauan termasuk rumput-rumputan yang umumnya
mengandung selulosa yang tinggi (Tillman et al., 1991). Langkah pertama metode
pengukuran kandungan serat kasar adalah menghilangkan semua bahan yang
terlarut dalam asam dengan pendidihan dengan asam sulfat bahan yang larut
dalam alkali dihilangkan dengan pendidihan dalam larutan sodium alkali. Residu
yang tidak larut adalah serat kasar (Soejono, 1990).
Langkah langkah yang dilakukan dalam analisa adalah :
a) Deffating, yaitu menghilangkan lemak yang terkandung dalam sample
menggunakan pelarut lemak.
b) Digestion, terdiri dari dua tahapan yaitu pelarutan dengan asam dan
pelarutan dengan basa. Kedua macam proses digesti ini dilakukan dalam
keadaan tertutup pada suhu terkontrol (mendidih) dan sedapat mungkin
dihilangkan dari pengaruh luar.
10
11
disebut bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) (Soejono, 1990). BETN merupakan
karbohidrat yang dapat larut meliputi monosakarida, disakarida dan polisakarida
yang mudah larut dalam larutan asam dan basa serta memiliki daya cerna yang
tinggi (Anggorodi, 1994).
11
12
III.
III.1
METODOLOGI PRAKTIKUM
12
13
Kegunaan
14
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Cawan porselin
Tanur listrik
Eksikator
Tang penjepit
Jagung fungsional
Jagung parikan
Lemak Kasar
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum pengamatan lemak kasar
Serat Kasar
14
15
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum pengamatan serat kasar
tertera pada tabel di bawah ini :
15
16
gram
4. Masukkan cawan + sampel kedalam oven selama 3 jam pada suhu 1001050C
5. Masukkan dalam eksikator Selma 15 menit dan timbang.
6. Setiap kali memindahkan cawan alumunium harus mengunakan tang
penjepit.
3.2.3. Kadar abu
Adapun prosedur kerja pada penentuan kadar abu pada bahan pakan ternak
adalah sebagai berikut:
1. Keringkan cawan porselin kedalam oven selama 1 jam pada suhu 100-105 0
C.
2. Dingimkan dalam eksikator selama 15 menit dan timbang.
3. Masukkan sejumlah sampel kering oven 2-5 gram kedalam cawan.
4. Masukkan ke dalam tanur listrik dengan temperatur 600-7000 C, biarkan
beberapa lama sampai bahan berubah menjadi abu putih betul. Lama
pembakaran sekitar 3-6 jam
5. Dinginkan dalam eksikator kurang lebih 30 menit dan timbang dengan
teliti memakai timbangan analitik.
3.2.4. Protein kasar
Adapun prosedur kerja pada praktikum penentuan protein kasar pada bahan
pakan ternak sebagai berikut:
Destruksi
1. Timbang sampel kering oven kurang lebih 2,5 gram.
2. Masukkan kedalam labu kjeldhal, dan tambahakan 1,2 gram katalis
campuran.
3. Tambah 20 ml asam sulfat pekat
4. Panaskan dalam nyala api kecildi lemari asam, bila sudah tidak berbuih lagi
destruksi diteruskan dengan nyala api yang besar.
5.
Destilasi
16
17
1. Siapkan alat destilasi selenkapnya, pasang dengan hati-hati jangan lupa batu
didih, vaselin dan tali pengaman.
2. Pindahkan larutan hasil destruksi ke dalam labu didih, kemudian bilas dengan
aquades sebanyak lebih kurang 50 ml.
3. Pasangakan Erlenmeyer yang telah di isi asam borax 2 %untuk menangkap
gas ammonia.
4. Basakan larutan bahan dari destruksi dengan menambah 40-60 ml NaOH
melalui corong samping. Tutup kran corong segera setelah larutan tersebut
masuk ke labu didih.
5. Nyalakan pemanas Bunsen dan alirkan air ke dalam pendingin tegak
6. Lakukan destilasi sampai semua N dalam larutan di anggap telah tertangkap
oleh asam borax yang di tandai dengan menyusutnya dalam labu didih
sekurang-kurangnya 1 ml.
Titrasi
1. Erlenmeyer berisi sulingan tadi di ambil
2. Kemudian titrasi dengan HCL yang sudah di ketahui normalitasnya, titik
titrasi di capai dengan perubahan wana hijau ke abu-abu.
3.2.5. Lemak Kasar
1. Siapkan kertas saring yang telah kering oven ( gunakan kertas saring bebas
lemak).
2. Buatlah selongsong penyaring yang di buat dari kertas saring, masukkan
sampel sekitar 2-5 gram dlam selongsongan kemudian timbang, tutup dengan
kapas kemudian hekter
3. Selongsongan penyaring berisi sampel dimasukkan kedalam alat soxhlet.
Masukkan pelarut lemak ( eksan ) sebanyak 100-200 ml ke dalam labu
didihnya.
4. Ekstraksi di lakukan selama 6 jam. Ambil selongsongan yang berisi sampel
yang telah diekstraksi dan keringkan di dalam oven selama 1 jam pada suhu
1050 C. kemudian masukkan ke dalam eksikator 15 menit dan kemudian
timbang.
17
18
18
19
19
20
Berat Cawan
Kosong
Berat sampel
6d
20,020 gr
1,50 gr
Penyelesaian:
Bahan Kering=
21,15020,020
100
1,500
1,130
100
1,500
75,33
2. Kadar air
Kode
Berat Cawan
Kosong
Berat sampel
6D
22,0312 gr
2,5152 gr
Penyelesaian :
B . ovenB .bet
100
B . sampel
24,546424,2728
100
2,5152
0,2736
100
2,5152
14,89
20
dioven
24,2728 gr
21
3. Protein Kasar
Kode
Berat sampel A
Normalitas Hcl
0,5277 gr
0,01 %
Penyelesaian :
( 1 ) protein=
94,15
x 100 =17,8415
527,7
(2) protein=
protein=
92,4
x 100 =17 , 5099
527,7
Titrasi1+Titrasi 2
2
17,8415+17,5099
2
17 , 6757
21
22
4. Lemak Kasar
Kode
Berat Labu
Kosong
Berat Sampel
Eksan
160,5594 gr
2, 5926 gr
100 -200 ml
lemak kasar=
158,95875158,3148
2,5040
0,64395
2,5040
25,7168
x 100 %
x 100%
5. Serat Kasar
Kode
Berat bag
4, 5170
Serat kasar=
Berat cawan
kosong
12, 2535
Berat sampel
0, 4435
0,0192
6,017512,253512,2682 x 100=1 , 27
22
Sisa sampel
23
6. Kadar Abu
Kode
Berat cawan
kosong
22,0310 gr
Kadar abu=
4.1.2
Cawan + sampel
Berat sampel
24,5464 gr
2,5152
Berat
abu
0,1874
(C A)
( B A )
(22,218622,0312)
(24,546422,0312)
7 , 4506
x 100 %
1. Bahan kering
Kode
Berat Cawan
Kosong
Berat Cawan
kering
20,9686 gr
19,5781 gr
Berat sampel
1,5307
gr
Penyelesaian:
BK =
(20,968619,5781)
1,5307
x 100 %
x 100%
= 90,8470 %
2. Kadar air
Kode
Berat Cawan
Aluminium
Berat sampel
5k
22,5855 gr
2,5098 gr
Penyelesaian :
23
24
( BD)
C
0,2706
2,5098
X 100 % =
= 10, 7817 %
(25,09324,8247)
2,5098
X 100 %
X 100 %
3. Protein Kasar
Kode
Berat sampel A
Normalitas Hcl
0,5296 gr
0,01 n
Penyelesaian :
( 1 ) protein=
14 , 1427
(2) protein=
24
25
15,8940
protein=
Titrasi1+Titrasi 2
2
14, 1427+15,8940
2
15,0183
4. Lemak Kasar
Kode
Berat Labu
Kosong
Berat Sampel
162,8430 gr
2,5344 gr
163,3433 gr
lemak kasar=
163,3433162,8430
2,5344
0,5003
2, 5334
19 ,7403
x 100 %
x 100%
5. Serat Kasar
Kode
3
Berat bag
4,4552 gr
Berat cawan
kosong
13,4363 gr
25
Berat sampel
0,4240 gr
Sisa sampel
0,0173 gr
26
Serat kasar=
(4,46374,4552)
13,4363 + 0,0173 13,4490 x 100
0,4240
6. Kadar Abu
Kode
Berat cawan
kosong
22,585 gr
(C A)
( B A)
Kadar abu =
Cawan + sampel
Berat sampel
Berat abu
25,0953 gr
20,0757 gr
0,1508 gr
x 100 %
(22,736322,5855)
(25,095322,5855)
0,1508
= 2,5098
= 6,0084 %
x 100 %
x 100 %
4.2 Pembahasan
Analisa proksimat adalah salah satu metode analisa kimia untuk
mengetahui kadar / kandungan nutrisi yang terdapat dalam suatu bahan pakan.
Pada praktikum kali ini kami menggunakan sampel berupa tepung jagung(R1, R2
dan R3). Berdasarkan hasil diatas dapat dijelaskan bahwa:
a. Kadar Air dan Bahan Kering
Prinsip kerja kadar air yaitu menguapkan air yang terdapat dalam bahan
dengan oven pada suhu 100o 105oC dalam jangka waktu tertentu (3-24 jam )
hingga sseluruh air yang terdapat dalam bahan menguap atau penyusutan berat
bahan tidak berubah lagi. Defano (2000) menyatakan ditiap bahan pakan yang
26
27
x 100 %
b. Kadar Abu
Membakar bahan dalam tanur (furnace) dengan suhu 600C selama 3-6
jam sehingga seluruh unsur pertama pembentuk senyawa organik (C,H,O,N) habis
terbakar dan berubah menjadi gas. Sisanya yang tidak terbakar adalah abu yang
merupakan kumpulan dari mineral-mineral yang terdapat dalam bahan. Dengan
perkataan lain, abu merupakan total mineral dalam bahan.
Perhitungan kadar abu :
Kadar Abu (%) =
x 100%
27
28
sampel yang memiliki Kadar abu terbesar yaitu pada R1 (8,0235 %) dan kadar
abu paling kecil yaitu pada R3 (6,00 %).
c. Lemak Kasar
Prinsip kerjanya yaitu Melarutkan (ekstraksi) lemak yang terdapat dalam
bahan dengan pelaut lemak (ether) selama 6 jam.Ekstraksi menggunakan alat
sokhlet.Beberapa pelarut yang dapat digunakan adalah kloroform, heksana, dan
aseton. Lemak yang terekstraksi (larut dalm pelarut) terakumulasi dalam wadah
pelarut (labu sokhlet) kemudian dipisahkan dari pelarutnya dengan cara
dipanaskan dalam oven suhu 105C. Pelarut akan menguap sedangkan lemak
tidak (titik didih lemak lebih besar dari 105C, sehingga tidak menguap dan
tinggal di dalam wadah). Lemak yang tinggal dalam wadah ditentukan beratnya.
Pada praktikum ini dilakukan dengan metode sokhlet yaitu dengan
memasukkan sampel kedalam alat sokhlet. Hal ini sesuai dengan (Soejono, 1990)
yaitu Kandungan lemak suatu bahan pakan dapat ditentukan dengan metode
soxhlet, yaitu proses ekstraksi suatu bahan dalam tabung soxhlet.
Perhitungan kadar Lemak Kasar :
x 100 %
29
atau untuk melarutkan lemak, sehingga merubah warna dari kuning menjadi jernih
(Mahmudi, 1997).
d. Protein Kasar
Penetapan nilai protein kasar dilakukan secara tidak langsung, karena
analisis ini didasarkan pada penentuan kadar nitrogen yang terdapat dalam bahan.
Kandungan nitrogen yang diperoleh dikalikan dengan angka 6,25 sebagai angka
konversi menjadi nilai protein. Nilai 6,25 diperoleh dari asumsi bahwa protein
mengandung 16% nitrogen (perbandingan protein : nitrogen =100 :16 = 6,25:1).
Definisi tersebut menurut Cherney : 2000 merupakan asumsi bahwa rata rat
kandungan N dalam bahan pakan adalah 16 gram per 100 gram protein
Penentuan nitrogen dalam analisis ini melalui tiga tahapan analisa kimia,
yaitu:
Tahap Destruksi
Perubahan N-protein menjadi amonium sulfat ((NH4)2SO4). Sampel
dipanaskan dengan asam sulfat (H2SO4) pekat dan katalisator yang akan memecah
semua ikatan N dalam bahan pakan menjadi amonium sulfat kecuali ikatan N=N,
NO dan NO2. CO2 dan H2O terus menguap.SO2 yang terbentuk sebagai hasil
reduksi dari sebagian asam sulfat juga menguap.Dalam reaksi ini digunakan
katalisator selenium/Hg/Cu. Destruksi dihentikan jika larutan berwarna hijau
jernih.
Zat Organik + H2SO4
Tahap Destilasi
29
30
terdapat
dalam
labu
erlenmeyer
dan
membentuk
senyawa
(NH4)2SO4 + H2SO4
Tahap Titrasi
Kelebihan H2SO4 yang tidak digunakan untuk menangkap N dititrasi
x 100 %
30
31
adanya perberdaan cara kita melakukan titrasi. Hal ini mengakibatkan hasil yang
didapatkan pun sangat jauh melenceng dari yang seharusnya.
. Kelemahan analisis proksimat untuk protein kasar itu sendiri terletak
pada asumsi dasar yang digunakan. Pertama, dianggap bahwa semua nitrogen
bahan pakan merupakan protein, kenyataannya tidak semua nitrogen berasal dari
protein dan kedua, bahwa kadar nitrogen protein 16%, tetapi kenyataannya kadar
nitrogen protein tidak selalu 16% (Soejono, 1990). Menurut Siregar (1994)
senyawa-senyawa non protein nitrogen dapat diubah menjadi protein oleh
mikrobia, sehingga kandungan protein pakan dapat meningkat dari kadar awalnya.
e.
Serat Kasar
Prinsip utama dari serat dalam pakan adalah pada kemampuannya
mengikat air, selulosa dan pektin. Serat kasar adalah bagian dari pakan yang tidak
dapat dihidrolisis oleh bahan bahan kimia yang digunakan untuk menentukan
kadar serat kasar yaitu asam sulfat (H 2SO41,25%) dan natrium hidroksida (NaOH
3,25%). Sedangkan serat makanan adalah bagian dari bahan makanan yang tidak
dapat dihidrolisis oleh enzim enzim pencernaan. Danuarsa, (2006) menyatakan
bahwa Serat kasar adalah semua zat organik yang tidak larut dalam H2SO4 0,3 N
dan dalam NaOH 1,5 N yang berturur-turut dimasak selama 30 menit. Kamal
(1998) menyatakan analisis kadar serat kasar adalah usaha untuk mengetahui
kadar serat kasar dalam bahan baku pakan pelaksanaan dilaboratorium biasanya
dilakukan secara kimiawi dengan metode mendell.
Perhitungan kadar serat kasar =
x 100 %
31
32
32
33
V.
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Pengertian biokimia yang sebenarnya adalah adalah kimia dari bahan-bahan
dan proses-proses yang terjadi dalam tubuh mahluk hidup sebagai upaya
untuk memahami proses kehidupan dari sisi kimia.
2. Karbohidrat adalah senyawa yang mengandung unsur-unsur: C, H dan O,
terutamaterdapat didalam tumbuh-tumbuhan yaitu kira-kira 75%. Dinamakan
karbohidratkarena senyawa-senyawa ini sebagai hidrat dari karbon; dalam
senyawa tersebutperbandingan antara H dan O sering 2 berbanding 1 seperti
air
3. Protein merupakan polimer yang panjang dari asam-asam amino yang
bergabung melalui ikatan peptida. Sedangkan Asam amino adalah asam
karboksilat yang terdiri atas atom karbon yang terikat pada satu gugus
karboksil (-COOH), satu gugus amino (-NH2), satu gugus hidrogen (-H) dan
satu gugus radikal (-R) atau rantai cabang
4. Lipid adalah biomolekul yang tidak larut didalam air ,karena lipid umumnya
merupakan molekul yang memiliki gugus non polar sedangkan air merupakan
molekul yang memiliki gugus polar .
5. Enzim adalah biomolekul berupa protein berbentuk bulat (globular), yang
terdiri atas satu rantai polipeptida atau lebih dari satu rantai polipeptida
33
34
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat kami ambil dari praktikum ini yaitu Sebaiknya
alat-alat dalam praktikum harus steril sehingga tidak terjadi kontaminasi didalam
Laboratorium.dalam melaksanakan praktikum, dilakukan secara jelas oleh asisten
agar para praktikan dapat lebih memahami dan Ruangan laboratorium harus
dibersihkan sebelum digunakan agar tidak mengganggu jalannya praktikum.
34