(Skripsi)
Oleh
Oleh
Bulu ayam termasuk limbah industri unggas yang berpotensi untuk dimanfaatkan
sebagai bahan alternatif pengganti sumber protein hewani dalam formulasi pakan
ternak. Namun pengolahannya belum optimal karena protein pada bulu ayam
termasuk keratin (protein serat) yang sulit terdegradasi. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mendapatkan isolat mikroorganisme yang mampu mendegradasi
senyawa keratin pada limbah bulu ayam dan mengurangi pencemaran limbah bulu
ayam di lingkungan. Kemampuan mikroorganisme dalam mendegradasi keratin
pada limbah bulu ayam diukur berdasarkan Indeks Keratinolitk (IK) koloni pada
medium Feather Meal Agar (FMA) dan aktivitas ekstrak enzim keratinolitik pada
substrat tepung bulu ayam. Hasil penelitian ini diperoleh 2 isolat dari 17 isolat
yang memilki aktivitas keratinolitik tertinggi pada medium padat dan medium
cair. Dua isolat diantaranya yaitu isolat B-9-6 dan isolat B-9-7 memiliki nilai IK
tertinggi sebesar 2,8 dan 2,3. Kedua isolat memiliki aktivitas enzim keratinase
berturut-turut sebesar 12,73 U/ml dan 13,43U/ml. Konsorsium kedua isolat
tersebut mampu mendegradasi 71% bulu ayam pada kultur cair dengan waktu
fermentasi selama 14 hari.
Kata kunci: Isolasi, bulu ayam, mikroba keratinolitik, keratin, enzim keratinase.
ABSTRACT
By
Chicken feathers is a waste product of the poultry industry that has potential to be
utilized as an alternative protein sources for animal feed formulations. However,
the utilization process is not simply because the protein in chicken feathers,
Keratin, is difficult to be degrade. The aimed of this research was to get isolates of
microorganisms which able to degrade keratin in chicken feather waste. The
ability of microorgnism to degrade keratin in the sample was measured based on
keratinolytic index (KI) of the microbial colony on Feather Meal Agar (FMA)
medium, and keratinase activity in liquid medium with chicken feather flour as
substrate. The results showed that two out of 17 isolates had the highest
keratinolytic activity on solid and liquid medium. The two isolates, i.e. B-9-6 and
B-9-7, have KI values of 2.8 and 2.3 respectively. Both isolates have a keratinase
enzyme of 12,73 U/ml and 13,43 U/ml, respectively. The consortium of two
isolates were able to degrade 71% of chicken feathers ( initial concentration 10%
(w/v) ) in liquid culture for 14 days.
Oleh
Skripsi
Pada
Jurusan Kimia
Fakultas Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam
Uiversitas Lampung
pada tahun 2007. Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Negeri 23 Bandar
Lampung diselesaikan pada tahun 2010, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di
SMA YP Unila Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2013. Tahun 2013,
Negeri).
Kehutanan tahun 2015, Kimia Dasar jurusan Teknologi Hasil Pertanian tahun
2016, Kimia Dasar jurusan Teknik Pertanian tahun 2016, dan asisten praktikum
Biokimia Jurusan Biologi 2017. Penulis juga terdaftar sebagai Kader Muda
Himaki (KAMI) periode kepengurusan 2013/2014. Aktif sebagai anggota biro
Kepada:
Allah SWT pemilik jiwa ragaku, yang telah menganugerahkan begitu banyak kebahagiaan
dan pelajaran dalam hidupku serta Nabi Muhammad SAW sebagai suri tauladanku,
Segala puji hanya milik Allah SWT yang telah memberikan begitu banyak
nikmat,
Dalam pelaksanaan dan penulisan skripsi ini tidak lepas dari kesulitan dan
rintangan. Namun, dengan kehendak Allah SWT maka skripsi ini terselesaikan.
ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
1. Kedua orang tua yang sangat aku cintai dan sangat berjasa dalam hidupku,
Bapak Kasino dan Ibu Misgiarti. Terima kasih telah memberikan kasih
3. Ibu Dra. Aspita Laila, M.S., selaku pembahas pertama yang telah
memberikan kritik, saran dan arahan kepada penulis sehingga skripsi ini
4. Bapak Dr. Suripto Dwi Yuwono, M. T., selaku pembahas kedua yang telah
5. Ibu Prof. Dr. Buhani, M.S., selaku Pembimbing Akademik atas kesediaannya
6. Bapak Prof. Warsito, D.E.A., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Matematika dan
7. Bapak Dr. Suripto Dwi Yuwono, M. T., selaku Ketua Jurusan Kimia FMIPA
8. Seluruh dosen dan staff administrasi di Jurusan Kimia FMIPA Unila yang
9. Mas Ferdi, Mba Yana, Aa Upen dan Mba Nur yang selalu memberikan
keberhasilanku.
10. Ketiga keponakan tante, Teteh Gwen, Adek Gerrard dan Teteh Yunda yang
dan Widya Aryani, S.Si., atas kekompakan, kerjasama dan kebersamaan kita
13. Sahabat- sahabatku “My B” Monica Dhamayanti, S.Si., Widya Aryani, S.Si.,
Siti Nabilla Shofa, S.Si., Vyna Ayu Ramadian Saputri, S.Si., dan
kesedihan, kasih sayang, kebersamaan, keceriaan, dan canda tawa yang selalu
pendukung secara langsung dalam hal apapun. Aku bersyukur bisa mengenal
dan menjadi dekat dengan kalian, semoga Allah selalu memberikan rahmat-
14. Sesorang yang selalu setia mendengarkan keluh kesah penulis, Agung
15. Teman- temanku “Sambalado” Kiki, Fika, Mia, Esti, Monica, Widya,
Nabilla, Vyna, dan Tyas atas segala keceriaan, waktu, pengalaman, dan
16. Teman-teman yang dengan tulus dan ikhlas memberikan bantuan selama
Fahrizki, S.Gz. Terima kasih juga untuk semangat, doa dan motivasinya.
17. Mulyono’s Research Group, mba Ajeng, mba Ayu Imani, mba Meta, kak
Aziez, Shelta, Ryan, Monica, Vyna, Tyas, Bidari, Asrul, Jefry, dan Fernando
18. Para penyayang bakteri dan jamur (2014) di Lab. Biokimia, Agung Cordova,
Asrul, Luthfi, Rahma, Rica, Riza, Bunga, Bidari, Erika, Ayuning, Hesti,
19. Para penghuni Lab. Biokimia terdahulu (2012 dan 2013), mbk Arum, S.Farm,
Putri Amalia, M.Si., Ana Febrilianti W., S.Si., Aprilia Isma D.,S.Si ,
Uswatun Khasanah, S.Si, Rizky Putri Y., S.Si., Syathira Assegaf., S.Si., Fifi
Ardhyanti., S.Si, Diani Iska M., S.Si., Mia Permatasari, S.Si., Sinta Dewi O,
S.Si., Fathaniah Sejati, S.Si., Maya Retna S., S.Si., Khomsatun Khasanah,
S.Si., Ezra Rhienzky, S.Si., Sri Wahyuni, C.S.Si. Terima kasih atas bantuan,
Esti, Kiki, Nova, Linda, Lulu, Anita, Megafit, Mawar, Nabilla, Renita, Siti,
Tyagita, Yulia, Uut, Vero, Widya, Yunitri, Della, Eky, Yuvica, Inggit, Awan,
Vicka, Arief, Oci, Maya, Nora, Atun, Diki, Shela, Vyna, Bara, Ridho,
Oso, Febri, Paul, Fentri, Riska, Eka, Shelta, Nia, Nurul, Ana, Nita, Anggi,
Gesa, Tika, Yuni, Celli, Riyan, Anggun, Radho, Arni, Sinta, Anton, Melita,
Monica, Tyas, Citra, Kartika, Ezra, Yunita, Verdi, Korina, Doddy, dan Ryan
Amha atas untuk motivasi dan pengalaman luar biasa serta kebersamaan yang
telah terjalin.
21. Sahabat-sahabatku “since 2009” Cici, Husnul dan Murti yang telah
22. Teman-teman SMA ku Dwi, Wulan, Anisya, Afida, Dyah Jombang, Riska,
Terima kasih untuk semangat, motivasi dan doa yang diberikan. Semoga
jarak tak membuat kita saling melupakan, dan kita masih saling mendukung
23. Team KKN Desa Purwodadi dan Cimarias Kec. Bangunrejo Kab. Lampung
Tengah, Mba Disti (emak di KKN), Shiska, Gagah (kordes cuy), Ibram, Dwi,
Fadjrin, Vyna, Indra, My Dori, dan Yona Annisa. Terima kasih untuk
24. Kakak-kakak dan Adik-adik Angkatan 2010, 2011, 2012, 2014, 2015, 2016,
25. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung penulis dalam
Semoga segala bentuk bantuan dan dukungan yang diberikan mendapat balasan
sempurna, namun penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan
umumnya. Amin.
Halaman
I. PENDAHULUAN
A. Kesimpulan ................................................................................................ 61
B. Saran .......................................................................................................... 62
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 6. Hasil analisis biodegradabilitas isolat terhadap limbah bulu ayam. ... 53
Tabel 11. Nilai absorbansi tirosin pada berbagai konsentrasi untuk penentuan
kurva standar ....................................................................................... 69
Tabel 12. Data jumlah sel 2 isolat terpilih yang diinkubasi selama 15 hari dan
diukur pada λ 600nm ........................................................................... 71
Tabel 13. Data nilai absorbansi, kadar tirosin, aktivitas unit enzim keratinase 2
isolat terpilih yang diukur pada λ 280nm ............................................ 73
Tabel 14. Hasil analisis biodegradabilitas isolat terhadap limbah bulu ayam .... 74
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 9. Delapan isolat mikroba sebagai stok pada medium agar miring... 43
Gambar 10. Pertumbuhan delapan isolat terpilih pada medium FMA yang di-
inkubasi selama 72 jam dengan metode tusuk. ............................. 44
Gambar 13. Kurva pertumbuhan sel isolat B-9-6 dan B-9-7 terhadap waktu
inkubasi ......................................................................................... 50
Gambar 14. Grafik profil pertumbuhan sel dan aktivitas enzim keratinase…...51
Gambar 15. Perbandingan aktivitas enzim keratinase isolat B-9-6 dan B-9-7
terhadap waktu inkubasi yang diukur pada λ 280nm .................... 51
Gambar 18. Morfologi makroskopik isolat (a) B-9-6 dan (b) B-9-7 pada
medium FMA dengan waktu inkubasi 72 jam. ............................. 57
Gambar 23. Profil pertumbuhan sel isolat yang diinkubasi selama 15 hari dan
diukur pada λ 600nm. .................................................................... 70
Gambar 24. Hasil biodegradasi bulu ayam dengan. waktu fermentasi 4 hari. .. 75
Gambar 25. Hasil biodegradasi bulu ayam dengan. waktu fermentasi 6 hari. .. 75
Gambar 26. Hasil biodegradasi bulu ayam dengan waktu fermentasi 10 hari.. 75
Gambar 27. Hasil biodegradasi bulu ayam dengan waktu fermentasi 14 hari.. 76
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Daging ayam termasuk salah satu sumber pangan yang diperlukan oleh tubuh,
ayam dalam jumlah yang tepat memiliki manfaat yaitu dapat membantu
Selain dilihat dari faktor kandungan dan manfaat bagi tubuh, daging ayam
dengan daging merah (sapi dan kambing). Hal-hal tersebut yang membuat
dan kambing.
Lampung produksi daging ayam meningkat setiap tahunnya, pada tahun 2015
sebanyak 33.354 kg dan pada tahun 2016 meningkat menjadi 34.646 kg. Sehingga
mengalami peningkatan yaitu sebanyak 3.88 %. Dari data tersebut dapat dilihat
yang berdampak juga pada peningkatan aktivitas rumah potong ayam (RPA).
2
Secara umum RPA mengahasilkan 2 jenis limbah yaitu limbah cair dan limbah
padat.Limbah cair terdiri dari air bekas cucian ayam, darah ayam, dan sludge
(endapan lemak). Sedangkan bulu ayam termasuk kedalam limbah padat. Menurut
(Goushterova et al., 2005), dari hasil pemotongan satu ekor ayam dihasilkan rata-
rata 6 % bulu ayam dari bobot hidupnya, jika satu ekor ayam memiliki bobot
hidup bulu ayam sebesar 1.5 kg, maka limbah bulu ayam pedaging yang
hiasan, shuttle cock dan kemoceng, sedangkan sebagian sisanya yang tidak
dimanfaatkan akan dibuang begitu saja di lingkungan sekitar RPA, sehingga dapat
menimbulkan bau yang tidak sedap. Selain itu, menjadi tempat bersarangnya
yaitu dapat menurunkan kualitas tanah karena limbah bulu ayam sangat sulit
Bulu ayam memiliki potensi sebagai bahan alternatif pengganti sumber protein
protein yang cukup tinggi antara 80 – 90 %, kadar proteinnya jauh lebih tinggi
dari kandungan protein kasar bungkil kedelai (42,5 %) dan tepung ikan (66,2%),
dimana bungkil kedelai dan tepung ikan adalah komponen yang biasa dipakai
3
dalam ransum komersil pada umumnya (Saravanan, 2012). Akan tetapi tidak
mudah dalam pengolahan limbah bulu ayam tersebut, karena bulu ayam
yang sukar dicerna. Keratin merupakan protein tidak larut yang memiliki stabilitas
ikatan kimia kompleks, kaya akan lilitan α atau lapisan β yang bersilangan dengan
jembatan sistein. Ikatan kimia kompleks keratin terdiri dari ikatan sistin disulfida,
ikatan hidrogen, dan interaksi hidrofobik molekul protein (Brandelli et al., 2010).
Daya cerna protein yang rendah tersebut menjadi satu kendala untuk menjadikan
bulu ayam sebagai sumber protein pakan hewan. Oleh karena itu, untuk
meningkatkan kualitas bulu ayam, terlebih dahulu akan dijadikan tepung bulu
menghasilkan enzim yang dapat merombak bahan yang sulit dicerna menjadi
mudah dicerna sehingga dapat memperbaiki kualitas pakan, dan menambah aroma
salah satunya diperoleh dari tanah limbah sekitar pemotongan ayam. Keratinase
(Quanti, 2015).
4
keratinolitik dari fases buaya, dari isolasi tersebut diperoleh dua isolat yang
ayam dari RPA khususnya di Kota Bandar Lampung, dan dilakukan karakterisasi
B. Tujuan Penelitian
ayam
5
C. Manfaat Penelitian
mikroorganisme pendegradasi keratin yang terdapat dalam limbah bulu ayam dan
A. Bulu Ayam
Bulu merupakan ciri khusus yang dimiliki oleh unggas dan berperan penting
secara fisiologis dan fungsional. Bulu merupakan pembeda antara bangsa aves
dengan jenis vertebrata lainnya. Sebagian besar burung dewasa ditutupi bulu
diseluruh bagian tubuhnya, kecuali pada paruh, mata, dan kaki. Bulu-bulu tersebut
perlindungan, tetapi bulu ayam juga berguna untuk memperindah bentuk tubuh
ayam dan sangat berguna dalam hal pengaturan suhu tubuh. Bulu tersusun sangat
2015). Barbules pada bulu ayam memilki kepadatan yang rendah dan berbeda
dengan rachis yang memiliki sifat tebal dan kaku daripada barbules. Rachis juga
bagian rachis sulit untuk dihidrolisis (Setyabudi, 2015). Susunan pada penampang
Bulu halus dari bulu unggas dikatakan memiliki kesamaan struktur dengan sarang
lebah, yaitu memiliki struktur heksagonal yang mempunyai resistensi yang tinggi
terhadap daya tekan. Bulu ayam memiliki sifat yang unik, termasuk massa jenis
7
relatif yang rendah, tingkat pemanasan yang baik, dan sifat mengisolasinya yang
dapat digunakan sebagai alternatif untuk olahan makanan dari bulu dan
Bulu ayam merupakan bagian terluar dari tubuh ayam yang menutupi hampir
seluruh bagian tubuh.Bulu ayam termasuk salah satu hasil samping ternak ayam
(petelur, pedaging, dan buras) dari rumah potong dan tempat pemotongan ayam
lainnya.Dari hasil pemotongan satu ekor ayam dewasa dihasilkan limbah bulu
ayam sekitar 5 – 7 % dari berat tubuh totalnya (Goushterova et al., 2005). Sekitar
setengah dari bagian bulu ayam terdiri bulu halus dan setengah bagian yang lain
merupakan bagian selubung bulu yang menjadi inti pusat bulu dengan struktur
tabung hampa. Bagian bulu halus dan selubung bulu tersebut terbuat dari protein
yang tidah mudah larut dalam bentuk keratin. Keratin pada bulu ayam sebagian
besar disusun oleh asam amino sistein, glutamin, prolin dan serin (Saravanan,
8
2012), sedangkan menurut Gupta et al. (2012), keratin bulu ayam tersusun atas
beberapa asam amino seperti glisin, alanin, serin, sistein dan valin, serta sedikit
Disamping itu kandungan protein kasar bulu ayam lebih tinggi dari kandungan
protein kasar bungkil kedelai (42,5 %) dan tepung ikan (66,2 %), dimana bungkil
kedelai dan tepung ikan adalah komponen yang biasa dipakai dalam ransum
komersil pada umumnya (Saravanan, 2012). Sehingga bulu ayam dapat dijadikan
amino tepung bulu ayam, tepung ikan dan bungkil kedelai dapat dilihat dari Tabel
2 berikut.
Tepung bulu
Asam amino (%) Tepung ikan Bungkil kedelai
ayam
Apabila dikaji lebih lanjut, bulu ayam memiliki kandungan protein keratin dengan
struktur α-helik.Selain bulu ayam,material lain yang kaya akan protein α-keratin
10
adalah rambut, wool, sayap, kuku, cakar, duri, sisik, tanduk, kulit penyu, dan
lapisan kulit sebelah luar, sedangkan material yang kaya dengan protein β-keratin
adalah sutera, bulu, dan jaring laba-laba (Lehninger, 2005) keratin pada bulu
bahan kering, dan 1.3 % abu. Tidak hanya itu saja, bulu ayam juga mengandung
mineral kalsium 0.19 %, fosfor 0.04 %, kalium 0.15 %, dan sodium 0.15 %
(Walida, 2015).
Bulu ayam yang merupakan produk samping dari pemotongan ayam sampai saat
ini belum banyak dimanfaatkan secara optimal. Sebagian besar bulu ayam
gangguan lingkungan (polusi). Dalam bidang industri pertenakan, bulu ayam akan
menjadi limbah yang tidak digunakan. Limbah bulu ayam dapat menimbulkan
lingkungan akibat adanya keratin atau protein fibrous berupa serat. Oleh sebab itu
limbah bulu ayam resisten terhadap perombakkan atau degradasi, hal ini
dapat dimanfaatkan lebih lanjut, yaitu sebagai sumber protein dalam pakan ternak,
pupuk, plastik, lem, biodegradable films atau untuk produksi asam amino serin,
Protein bulu ayam yang sebagian besar terdiri atas keratin yang digolongkan
dalam protein serat. Protein bulu ayam mempunyai ciri kaya akan asam amino
bersulfur, yaitu sistein. Pada bulu ayam terdapat lebih dari 80 % protein (β-
keratin). Struktur β-Heliks tersebut cenderung agregat oleh ikatan hydrogen untuk
membentuk silinder polipeptida struktur rantai yang unik (Riffel et al,. 2003).
Melihat potensi kandungan gizi yang terdapat pada bulu ayam tersebut dapat
dijadikan sebagai campuran pakan ternak yang berasal dari hewan. Dengan
menambahkan dedak halus, tepung pollard, tepung jagung, serta tepung tapioka
pemanfaatan bulu ayam sebagai bahan pakan ternak belum maksimal, karena
tetapi protein tersebut tersusun dari protein keratin yang sulit dicerna oleh unggas
(Zerdani et al. 2004). Padahal profil asam amino tepung bulu ayam memiliki
Sebelum digunakan, limbah bulu ayam ini direbus terlebih dahulu atau dapat
cerna hewan, tapi proses pembuatannya membutuhkan perlakuan dan energi yang
metode alternatif untuk meningkatkan nilai nutrisi dari bulu ayam tersebut (Kim
bakteri atau jamur dapat meningkatkan kecernaan suatu bahan ransum, karena
dalam fermentasi terjadi suatu proses perombakan atau perubahan kimia dari
kompleks, baik dalam keadaan ada udara (aerob) maupun tanpa udara (anaerob)
melalui bantuan enzim yang berasal darimikroba menjadi komponen yang lebih
empat metode pemrosesan bulu ayam, yaitu secara fisik dengan tekanan dan
temperatur tinggi, secara kimiawi dengan asam, basa atau karbonasi dan secara
Pemrosesan bulu dengan tekanan dan suhu tinggi telah dilakukan pada skala
industri, yaitu dengan tekanan 3 bar, suhu 105°C dan kadar air 40% selama 8 jam.
Pemrosesan ini menghasilkan kadar protein bulu ayam sebanyak 76% (Adiati et
al., 2004).
Kandungan protein yang tinggi pada tepung bulu selain dimanfaatkan sebagai
pada pertanian organik. Pertanian organik memerlukan pupuk organik yang kaya
untuk mendapatkan alternatf lain. Tepung bulu adalah materi yang kaya nitrogen,
murah, dan selalu tersedia. Selain dapat menyuplai nitrogen untuk tanaman dan
aktivitas mikroba tanah, tepung bulu juga dapat menjaga struktur tanah dan
C. Keratin
tersusun atas protein-protein serat yang kaya akan sulfur. Keratin adalah struktur
protein tidak larut (Jahan et al., 2010) yang banyak terdapat pada kulit hewan,
kuku, tanduk, rambut, bulu domba dan bulu ayam. Keratin merupakan limbah
yang sangat banyak dan sulit untuk didegradasi karena keratin tersusun atas 14%
ikatan disulfide sehingga menjadi sangat stabil, kaku, dan tidak dapat dicerna
dengan baik oleh enzim proteolitik seperti tripsin, pepsin, dan papain yang
terdapat dalam organ pencernaan oleh sebab itu diperlukan enzim keratinase
ekstraselular untuk proses degradasi (Brandelli, 2008). Daya cerna protein keratin
bulu ayam dalam organ pencernaan hewan ruminansia hanya sebesar 5,8 %
(Mulia et al., 2015). Rantai keratin dikemas dengan kuat dalam bentuk α-heliks
(α-keratin) atau β-sheet (β-keratin) dan tersusun atas atom karbon yang berikatan
keratin dapat bersifat fleksibel dan hidrofobik (sukar larut dalam air) (Rahayu,
Ikatan disulfida
Ikatan ester
Ikatan ionik
Ikatan hidrogen
Kandungan sistein pada keratin berkisar 8 % dan tidak dimiliki oleh jenis protein
lain (Rahayu, 2010) jembatan sistein adalah struktur penting keratin yang
Keratin memiliki daya tahan yang baik dan tahan terhadap degradasi.
Sistin terdiri atas dua molekul sistein, seperti yang ditunjukan pada Gambar 3
dibawah ini :
15
Protein serat terbentuk dari molekul yang rapat dan teratur berupa ikatan silang
antara rantai-rantai asam amoni berdekatan sehingga molekul air sukar menerobos
struktur ini, oleh karena itu protein serat tidak larut dalam air (hidrafobik).
Pembentukan ikatan silang sistin disulfide atau ikatan peptide kompleks terjadi
karena proses hidrolisis tidak sempurna, hal ini dapat diatasi dengan melakukan
proses hidrolisis ulang melalui fermentasi. Selain itu ikatan keratin dapat
D. Enzim
Enzim merupakan senyawa protein yang dapat mengkatalisis seluruh reaksi kimia
a. Suhu
Enzim dapat mempercepat terjadinya reaksi kimia pada suatu sel hidup.
Dalam batas-batas suhu tertentu, kecepatan reaksi yang dikatalisis enzim akan
meningkat seiring dengan naiknya suhu. Reaksi yang paling cepat terjadi pada
terdenaturasi. Pada suhu 0°C, enzim menjadi tidak aktif dan dapat kembali
b. pH
c. Konsentrasi enzim
d. Konsentrasi substrat
tercapai suatu titik batas yang pada akhirnya penambahan konsentrasi subtrat
tertentu yang dapat menghambat aktivitas enzim. Pada umumnya cara kerja
inhibitor adalah dengan menyerang sisi aktif enzim sehingga enzim tidak
Semua enzim murni yang telah diamati sampai saat ini adalah protein. Aktivitas
dapat mempercepat reaksi biologis, dari reaksi yang sederhana, sampai ke reaksi
yang sangat rumit. Enzim bekerja dengan cara menempel pada permukaan
mempunyai sifat sangat khas karena hanya bekerja pada substrat tertentu dan
bentuk reaksi tertentu.Sifat spesifik ini disebabkan oleh bentuknya yang unik dan
adanya gugus-gugus polar atau non polar dalam struktur enzim (Fessenden and
hanya akan mengkatalis satu reaksi saja. Sebagi contoh lactase menghidrolisis
gula laktosa tetapi tidak berpengaruh terhadap disakarida yang lain. Hanya
molekul laktosa saja yang akan sesuai dalam sisi aktif molekul (Marzuki, 2015).
E. Enzim Keratinase
tergolong serin dapat digunakan untuk mendegradasi protein keratin dengan baik.
Keratinase akan dihasilkan hanya jika terdapat substrat keratin. Enzim ini dapat
farmasi, pupuk, bahan tambahan pakan dan lingkungan, deterjen, lem, dan ikat
pinggang, serta perawatan terapi kulit (Brandelli, 2008). Enzim dengan nomor
biokimia yang berbeda-beda berdasarkan jenis dan sumber isolat, serta medium
dihasilkan pada keadaan basa atau netral, yaitu berkisar antara pH 7,5 sampai pH
9. Suhu optimum enzim keratinase bervariasi tergantung pada sumber dan asal
2008).
keratin melalui perombakan struktur jaringan kimia dinding sel, pemutusan ikatan
hydrogen dan ikatan disulfide penyusun keratin (Rodriguez et al., 2009). Proses
19
amino terlarut serta residu gugus thiol dari sistein (Wojciech and Anna, 2010)
bergantung pada faktor lingkungan seperti suhu, suplemen media, dan konsentrasi
substrat keratin. Namun biosintesis enzim proteolitik dan keratinolitik oleh bakteri
umumnya berada pada akhir fase eksponensial atau awal fase stasioner.
F. Mikroba Keratinolitik
dari bakteri dan jamur yang menjadi sumber alam yang memiliki peranan sangat
penting salah satunya yaitu sebagai pendegrdai limbah yang ada di lingkungan
limbah bulu ayam. Sebagian besar enzim keratinase yang dihasilkan oleh mikroba
tergolong dalam protease serin yang dicirikan dengan adanya gugus serina pada
sisi aktif enzim dan dihambat oleh senyawa didopropil fluorofosfat (DFP).
(Setyabudi, 2015).
dikarakterisasi oleh banyak peneliti (Tabel 3). Enzim keratinase dapat diproduksi
Mikroorganisme tersebut dapat diisolasi dari tanah Antartika hingga ke sumber air
tumbuh pada kisaran suhu dan pH yang luas dan relatif mudah untuk isolasi dari
berbagai macam lingkungan serta mampu tumbuh dalam media sintetik. Genus
sifat - sifat yang unggul seperti kisaran pertumbuhan yang luas, pembentukan
spora, memiliki range habitat yang luas, tahan terhadap senyawa antiseptik,
1. Bacillus sp
motil, menghasilkan spora yang biasanya resisten pada panas, bersifat aerob
d. pengikat nitrogen;
Kingdom : Procaryotae
Divisi : Bacteria
Kelas : Schizomycetes
Bangsa : Eubacteriales
Suku : Bacillaceae
Marga : Bacillus
Jenis : Bacillus sp
Gambar 4. Bacillus sp
22
Suhu
Mikroorganisme BM pH Tipe
(oC)
Bakteri
Stenotrophomonas 35,20 7,8 40 Serin
Bacillus sp. 50-3 27,42 7 37 Serin
B.halodurans PPKS2 ker I 11 60-70 Serin
30-60
ker II 11 70 -
Bacillus subtilis 64-69 5-7 40 Serin
B.subtilis KD-N2 30,5 8,5 55 Serin
Bacillus pumilus 34 9 60 Serin
Bacillus licheniformis 35 8,5 60 Serin
Bacillus pseudofirmus FA 8,8-
27,5 60 Serin
30-01 10,3
Bacillus sp. SCB-3 134 7 40 Metalo-protease
Chryseobacterium sp. Kr6 20 0 50-60 Metalo-protease
B. subtilis PB 100 0 7 30 -
B. subtilis MTCC 9102 0 7 37 -
Paracoccus sp. WJ-98 0 7,5 37 Metalo-protease
Aeromonas hydrophila 0 8 45-55 Metalo-protease
Serratia marcescens 0 6 45-55 Metalo-protease
Bacillus sp. Strain 0 8-11 45-65 Metalo-protease
Jamur
Myrothecium verrucaria 0 9 40 Serin
Trichophyton
mentagrophytes 38 5,5 50 Serin
var.erinacei
Penicillium sp. Ahm I 19 7-8 50
Metalo-protease
Ahm II 40 10-11 60-65
Actinomycetes
Streptomyces sp. 7 - 11 45 -
23
2. Bacillus subtilis
Bacillus subtilis adalah salah satu jenis bakteri yang umum ditemukan di tanah.
ekstrim. Sporanya berbentuk oval atau silinder dan lebarnya tidak melebihi dari
sel induknya. Bacillus subtilis berbentuk batang lurus gram positif berukuran 1,5
dalam jumlah besar ke luar dari sel. Bacillus subtlis merupakan jenis kelompok
bakteri termofilik yang dapat tumbuh pada kisaran suhu 45°C - 55°C dan
mempunyai pertumbuhan suhu optimum pada suhu 60°C - 80°C .dan tumbuh
Gambar 5.
3. Actinomycetes
Actinomycetes adalah bakteri gram positif yang bersifat aerob. Bakteri ini
neuritogenik, anti kanker, anti malaria dan anti inflamasi. Actinomycetes memiliki
2011).
Klasifikasi Actinomycetes
Kingdom : Bacteria
Filum : Actinobacteria
Class : Actinobacteria
Ordo : Actinomycetales
Family : Actinomycetaceae
Genus : Actinomyces
Spesies : Actinomyces sp.
c. mengikat struktur tanah liat sehingga dapat memperbaiki sifat fisik tanah
4. Streptomyces
modulator dan salah satu organisme tanah yang memiliki sifat-sifat umum yang
dimiliki oleh bakteri dan jamur tetapi juga memiliki ciri khas yang cukup berbeda
Perbedaan Streptomyces dengan bakteri lain yaitu pada media agar, koloni
Streptomyces tumbuh secara perlahan yaitu koloni akan terlihat jelas pada
inkubasi hari kedua atau hari ketiga. Koloni melekat erat pada permukaan media
G. Biodegradasi
dan reproduksinya melalui berbagai proses oksidasi. Enzim yang dihasilkan juga
hidrolisis ke dalam medium. Produk utama adalah peptide dengan berat molekul
satu hingga dua kilodalton, akan tetapi ditemukan juga asam – asam amino bebas
(Setyabudi, 2015).
b. pH
c. Suhu
Penelitian ini dilakukan pada bulan September 2017 – April 2018 di Laboratorium
Alat-alat yang akan digunakan dalam penelitian ini antara lain alat-alat gelas,
jarum ose, mikroskop cahaya, kaca preparat, kasa, kapas, rak tabung, mesin
autoclave model S-90N, laminar air flow CURMA model 9005-FL, neraca
Precisterm JP’ Selecta, magnetic stirrer STUART (stir CB161 dan heat-stir-
Adapun bahan-bahan yang digunakan adalah NaCl, yeast extract, agar, tepung
bulu ayam, bulu ayam, akuades, KH2PO4, K2HPO4, buffer fosfat, MgSO4.6H2O,
C. Prosedur Penelitian
1. Tahap Persiapan
a. Persiapan Alat
inginkan.
Bulu ayam dicuci hingga bersih dan direbus selama 2-3 jam, kemudian
dioven selama 8 jam pada suhu 50oC. Bulu ayam yang telah kering digiling
dan digerus dengan mortar dan disaring hingga menjadi tepung bulu ayam
(Adam, 2014).
c. Persiapan Sampel
Sampel tanah dicampur dengan limbah bulu ayam yang telah dikumpulkan
extract, 2 g agar powder (pH 7.5) dan dimasukan kedalam Erlenmeyer 250
pada suhu 121oC dan tekanan 1 atm. Setelah sterilisasi medium dimasukan
petri sebanyak kurang lebih 15 ml dan dibiarkan hingga memadat pada suhu
kamar.
pembuatan medium FMA, akan tetapi pada medium cair ini agar tidak
pada medium cair, medium cair starter di shaker selama 16 - 18 jam dengan
komposisi yang sama, namun berbeda pada volume yang lebih banyak.
pengenceran. Pengenceran yang diambil dengan seri 10-3, 10-4, 10-5,dan 10-6.
disebar ke medium FMA dengan metode Spread Plate, lalu diinkubasi selama 24-
48 jam pada suhu 37oC. Uji positif ditandai dengan terbentuknya zona bening
FMAbaru menggunakan metode Streak Plate dan diinkubasi selama 24-48 jam.
Proses ini dilakukan 2-3 kali pengulangan hingga didapatkan isolat tunggal. Isolat
tabung reaksi dan disimpan untuk digunakan sebagai stok kultur isolat (Miranti,
2015).
31
jam. Selain disimpan dalam medium padat, isolat terpilih disimpan dalam bentuk
cair dengan cara memasukan kedalam larutan stok gliserol 15% dengan
perbandingan isolat dengan stok gliserol yaitu 1:1 dan kemudian disimpan pada
dari volume total medium starter, dipindahkan secara aseptis ke dalam medium
kultur dan diinkubasi selama 24 jam dengan shaker incubator berkecepatan 150
rpm pada suhu 35°C. Pengambilan kultur dilakukan secara berkala selama
beberapa hari.
memisahkan enzim ekstraseluler dari sisa-sisa sel. Proses pemisahan enzim dari
komponen sel lainnya dilakukan dengan sentrifugasi pada 5000 rpm selama 20
menit. Filtrat yang diperoleh merupakan ekstrak kasar enzim yang selanjutnya
32
keratinase.
Disiapkan 5 buah labu ukur dan masing-masing diisi larutan stok standar tirosin
dari 1000 ppm lalu diencerkan dengan cara pengenceran bertingkat sehingga
dihasilkan kosentrasi 100, 200, 400, 600, dan 800 ppm. Setelah itu ditambahkan
Uji aktivitas enzim keratinase secara kuantitatif berdasarkan metode Kunitz yang
dimodifikasi.
akuades.
tepung bulu ayam. Kemudian diinkubasi pada suhu 40ºC selama 15 menit
bulu ayam dan 2 ml larutan TCA 0,1 M. Kemudian diinkubasi pada suhu
yang terbentuk.
sebagai jumlah enzim yang dapat menghasilkan 1µg tirosin per waktu dalam
UV-VIS pada panjang gelombang 600 nm. Sedangkan untuk blanko digunakan
medium Feather Meal cair tanpa isolat sebanyak 0.3 lalu ditambahkan 2,7 ml
akuades steril. Pengambilan dilakukan tiap hari mulai dari hari pertama sampai
Bulu ayam sebagai limbah Rumah Potong Ayam (RPA) yang telah dipotong
Erlenmeyer 250 ml yang telah berisi 45 ml media garam cair (0.05 g NaCl, 0.03 g
K2HPO4, 0.04 g KH2PO4, 0.01 g MgSO4.6H2O, 0.05 g NH4Cl, 0.1 yeast extract
diinokulasikan ke dalam Erlenmeyer yang berisi bulu ayam dan media garam cair
menggunakan shaker incubator dengan kecepatan 150 rpm dan suhu 35oC. Pada
hari ke-4, 6, 10 dan 14 waktu inkubasi, kultur disaring dengan kertas saring dan
dikeringkan pada suhu 80oC selama 24 jam di dalam oven hingga diperoleh berat
konstan.
Kontrol negatif disiapkan dengan perlakuan yang sama, pada Erlenmeyer 250 ml
yang berisi limbah keratin (bulu ayam) dan media garam cair tetapi tanpa
bulu ayam oleh mikroorganisme keratinolitik maka berat kering sampel akan
berkurang sehingga lebih kecil dari berat awal. Berkurangnya berat kering sampel
moltilitas.
koloni.
b. Karakterisasi Mikroskopik
1) Pewarnaan Gram
Dengan cara, 1 ose mikroba diletakkan pada kaca preparat yang telah
api spritus, kemudian ditetesi dengan larutan kristal violet, setelah itu
safranin, dan didiamkan selama 1 menit, dibilas dengan air mengalir dan
2) Pewarnaan Spora
spora dilakukan dengan mengambil satu ose isolat bakteri, difiksasi pada
kaca objek, lalu diberikan 2-3 tetes malachite green, lalu dipanasuapkan
(Rahayu, 2014).
c. Uji Moltilitas
moltilitas dilakukan dengan cara menusukan 1 ose mikroba secara tegak lurus
hingga setengah tinggi dari media pada tabung reaksi, kemudian diinkubasi
37
D. Diagram Alir
Secara keseluruhan, penelitian ini terangkum dalam diagram alir penelitian yang
Penyimpanan Mikroorganisme
Pendegradasi Bulu Ayam
Uji Biodegradabilitas
Limbah Bulu Ayam
Karakterisasi Mikroorganisme
Keratinolitik
Data
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari penelitian ini maka dapat diambil
2. isolat B-9-6 memiliki indek keratinolitik sebesar 2,8 pada waktu inkubasi
72 jam dan mencapai aktivitas enzim optimum pada hari ke-10 dengan
3. isolat B-9-7 memiliki indek keratinolitik sebesar 2,3 pada waktu inkubasi
72 jam dan mencapai aktivitas enzim optimum pada hari ke-8 dengan
bakteri gram negatif dengan bentuk sel yang sama dan juga memiliki
spora.
B. Saran
Adiati, U., Puastuti, W., dan Mathius, I-W. 2004. Peluang Pemanfaatan Tepung
BuluAyam Sebagai Bahan Pakan Ternak Ruminansia. Balai Penelitian
TernakBogor.
Baehaki, A., Rinto dan B. Arif. 2011. Isolasi dan Karekterisasi Protease dari
Bakteri Tanah Rawa Indralaya, Sumatera Selatan. J. Teknologi
danIndustri Pangan, Vol. XXII (1) : 1016.
El-Refai H.A., Abdel Naby M.A., Gaballa A.,El-Araby M.H., and AbdelFattah
A.F. 2005. Improvement of The Newly Isolated Bacillus pumilusFH9
Keratinolytic Activty, Process Biochem.40, 2325.
Fessenden, R.J. dan Fessenden, J.S. 1992.Kimia Organik Jilid II. Erlangga.
Jakarta.
Gupta, A., Perumal, R., Rosli, and Nuruldiyanah. 2012. Extraction of Keratin
Protein from Chiken Feather. Faculty of Chemical and Natural Resources
Engineering.Pahang, Malaysia.
Jahan, Z., S.N. Khan and M.M. Hoq. 2010. Screening ofKeratinolytic Bacteria
from Poultry Wastes.BangladeshJournal of Scientific and Industrial
Research 45:261-266.
Kim, J.M., Lim, W.J.,and Suh, H.J. 2001. Feather-Degrading Bacillus Species
from Poultry Waste.Process Biochemistry.37(3): 287-291.
Kumar M., Rajesh K., and Deepak K.M. 2016.Keratin Degradation by Bacterial
Strain From Poultry Farm Soil. Department of Biotecnology
Engineering.UIET. Kurukshetra Univerity. Haryana. India.
Manirujjaman M., Amin R., Nahid A. A., and Alam M. S. 2016.Isolation and
Characterization of Feather Degrading Bacteria From Poultry Waste.
Department of Microbiology, Gono University, Dhaka, Bangladesh.
65
Mulia, D.S., Risna T.Y., Heri M., dan Cahyono P., 2015.Pemanfaatan Limbah
Bulu Ayam Menjadi Bahan Pakan Ikan Dengan Fermentasi Bacillus
SubtilisUniversitas Muhammadiyah Purwokerto. Purwokerto.
Quanti, M. 2015 Isolasi dan Potensi Bakteri Keratinolitik dari Feses Buaya
(Crocodylus sp.)Dalam Mendegradasi Limbah Keratin. Universitas
Sumatera Utara. Medan.
Ratnakomala S., Ridwan R., Lisdiyanti P., Abowarno dan Utama A. 2011.
Screening of Actinomycetes Producing an ATPase Inhibitor of Japanes
Encephalitis Virus RNA Helicase from Soil and Leaf Litter
Samples.Departmen of Biologi, Universitas Indonesia. Jakarta.
.
Riffel A., Lucas F., Heeb P., andBrandelli A. 2003.Characterization Of New
Keratinolytic Bacterium That Completely Degrades Native Feather
Keratin.Arch Microbiol 179 (4): 258-265.
Rodriguez, M.R., Valdivia, E., Soler, J.J. Vivaldi, M.M., Martin-Platero, A.M.,
and Martinez-Bueno, M., 2009.Symbiotic Bacteria Living in the Hoopoe’s
Uropygial Gland Prevent Feather Degradation. J. Exp. Biol, 212:3621-
3626.
Savitha, G. Joshi, M.M., Tejashwini, N., Revati, R., Sridevi, S., and Roma, D.,
2007.Isolation, Identification and Characterization of a Feather
Degrading Bacterium.International Journal of Poultry Science, 6(9):689-
693.
Walida, H. 2015. Isolasi Bakteri Keratinolitik Dari Limbah Bulu Ayam dan
Karakterisasi Enzim Keratinasenya. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Yamamura S., Morita Y., Hasan O., Yokoyama K., and Tamiya E. 2002.Keratin
degradation: a cooperative action of two enzymes from Stenotrophomonas
sp.Biochem Biophys Res Comm 294: 1138-1143.
Yue, X. Y., Zhang, B., Jiang, D. D., Liu, Y. J. and Niu, T. G. 2011.Separation
and Purification of A Keratinase as Pesticide Against Root-Knot
Nematodes. World J Microbiol Biotechnol.27: 2147–2153.
Zerdani I., Faid M.,and Malki A. 2004. Feather Wastes Digestion By New
Isolated Strains Bacillus Sp. In Morocco.African J Biotechnol3 (1): 67-70.