Anda di halaman 1dari 87

LAPORAN HASIL PENELITIAN SKRIPSI

VARIASI DOSIS OVAPRIM TERHADAP PEMIJAHAN


IKAN TOMAN (Channa micropeltes)

Oleh :
MUHAMMAD HAMSAN
G1B115024

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
BANJARBARU
2020
LAPORAN HASIL PENELITIAN SKRIPSI
VARIASI DOSIS OVAPRIM TERHADAP PEMIJAHAN
IKAN TOMAN (Channa micropeltes)

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan Studi pada


Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Lambung Mangkurat

Oleh :
MUHAMMAD HAMSAN
G1B115024

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
BANJARBARU
2020
JUDUL : VARIASI DOSIS OVAPRIM TERHADAP
PEMIJAHAN IKAN TOMAN (Channa
micropeltes)
NAMA : MUHAMMAD HAMSAN
NIM : G1B115024
JURUSAN : BUDIDAYA PERAIRAN
PROGRAM STUDI : AKUAKULTUR

Disetujui Oleh:

TIM PEMBIMBING

Dr. SLAMAT, S.Pi., M.Si.


(KETUA)

Ir. H. PAHMI ANSYARI, MS.


(ANGGOTA)

Mengetahui,

Ketua Program Studi Akuakultur Dekan Fakultas Perikanan dan


Fakultas Perikanan dan Kelautan ULM Kelautan ULM

Dr. Ir. H. UNTUNG BIJAKSANA, M.P Dr. Ir. Hj. AGUSTIANA, M.P
NIP. 19640517 199003 1 001 NIP. 19630808 198903 2 002

i
JUDUL : VARIASI DOSIS OVAPRIM TERHADAP
PEMIJAHAN IKAN TOMAN (Channa
micropeltes)
NAMA : MUHAMMAD HAMSAN
NIM : G1B115024
JURUSAN : BUDIDAYA PERAIRAN
PROGRAM STUDI : AKUAKULTUR

Menyetujui :

PENGUJI

Ir. H. MUHAMMAD ADRIANI, M.Si.


NIP. 19620726 198803 1 001

Mengetahui,
Panitian Seminar dan Ujian Sarjana
Fakultas Perikanan dan Kelautan
Universitas Lambung Mangkurat

Ir. JUHANA SUHANDA, M.P.


NIP. 19621229 198903 1 002

Tanggal Lulus Ujian : 16 Juli 2020


Tanggal Yudisium :

ii
ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dosis hormon


ovaprim yang optimal untuk mempercepat waktu laten dalam melakukan ovulasi
telur, sehingga fekunditas relatif, fertilisasi dan daya tetas telur yang dihasilkan
pada pemijahan ikan toman secara semi buatan dapat maksimal. Penelitian ini
dilaksanakan di Desa Samhurang, Kecamatan Labuan Amas Utara, Kabupaten
Hulu Sungai Tengah, Provinsi Kalimantan Selatan. Penelitian ini menggunakan
Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 3 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan
A (dosis ovaprim 0,2 ml/kg), B (dosis ovaprim 0,3 ml/kg), dan C (dosis ovaprim
0,4 ml/kg) dari berat tubuh ikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pemanfaatan hormon ovaprim dengan dosis yang berbeda memiliki efek yang
berbeda secara signifikan terhadap waktu laten, ovulasi, fekunidtas relatif,
fertilisasi telur dan daya tetas telur ikan toman. Dalam percobaan ini yang optimal
pada perlakuan B dengan pemberian ovaprim dengan dosis 0,3 ml/kg dari berat
tubuh ikan, terbilang baik karena nilai fekunditas 88,94%, fertilisasi telur 91,57%
dan daya tetas telur 98,31%. Penggunaan dosis ovaprim ini sangat optimal untuk
pemijahan ikan toman secara semi buatan. Kisaran nilai kualitas air selama
percobaan adalah suhu 28,0-31,0 oC, pH 5,42-6,49, DO 5,42-6,49 mg/l dan
amoniak <0,01-0,29.
Kata kunci : Hormon ovaprim, ikan toman, pemijahan, dosis

ABSTRACT

The objective of this study was to determine the optimal dose of ovaprim
hormone to accelerate the latent time of ovulating eggs, so that the relative
fecundity, fertilization and hatchability of eggs produced in semi-artificial toman
fish spawning can be maximized. This research was conducted in Samhurang
Village, North Labuan Amas District, Hulu Sungai Tengah Regency, South
Kalimantan Province. This study used a randomized block design (RBD) with 3
treatments and 3 replications. Treatment A (ovaprim dose 0.2 ml / kg), B
(ovaprim dose 0.3 ml / kg), and C (ovaprim dose 0.4 ml / kg) of fish body weight.
The results showed that the utilization of the ovaprim hormone with different
doses had a significantly different effect on latent time, ovulation, relative
fecunidity, egg fertilization and hatchability of toman fish eggs. In this
experiment, the optimal treatment B by giving ovaprim at a dose of 0.3 ml / kg
from the body weight of the fish is considered good because the fecundity value is
88.94%, egg fertilization is 91.57% and the hatchability of eggs is 98.31%. The
use of this dose of ovaprim is optimal for semi-artificial toman fish spawning. The
range of water quality values during the experiment was temperature 28.0-31.0
oC, pH 5.42-6.49, DO 5.42-6.49 mg / l and ammonia <0.01-0.29.

Keywords : ovaprim hormone, toman fish, spawning, dosage

iii
RINGKASAN

Muhammad Hamsan (G1B115024), Laporan penelitian skirpsi “Variasi


Dosis Ovaprim Terhadap Pemijahan Ikan Toman (Channa micropeltes)” dibawah
bimibingan Bapak Dr. Slamat, S.Pi, M.Si, selaku ketua, Bapak Ir. H. Pahmi
Ansyari, M.S., selaku anggota pembimbing dan Bapak Ir. H. Muhammad Adriani,
M.Si. selaku penguji.
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui dosis
hormon ovaprim yang optimal untuk mempercepat waktu laten dalam melakukan
ovulasi telur, sehingga fekunditas relatif, fertilisasi dan daya tetas telur yang
dihasilkan pada pemijahan ikan toman secara semi buatan dapat maksimal
Kegunaan penelitian ini memberikan informasi yang tepat terhadap dosis
penyuntikan induk ikan toman untuk mendapatkan waktu laten, ovulasi,
fekunditas, fertilisasi dan daya tetas yang optimal pada pemijahan ikan toman
secara semi buatan.
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Samhurang, Kecamatan Labuan
Amas Utara, Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Analisis kualitas air dilaksanakan
di Laboratorium Basah Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Lambung
Mangkurat Banjarbaru. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari-April 2020.
Waktu laten ikan toman yang tercepat adalah pada perlakuan C (dosis 0,4
ml/kg) dengan rata-rata 91,33 jam, diikuti oleh perlakuan B (dosis 0,3 ml/kg)
dengan rata-rata 120,67 jam, kemudian perlakuan A (dosis 0,2 ml/kg) dengan
rata-rata 148,33 jam.
Ovulasi ikan toman yang terlama adalah pada perlakuan B (dosis 0,3
ml/kg) dengan waktu 35,67 jam, diikuti perlakuan A (dosis 0,2 ml/kg) dengan
waktu 29 jam, dan yang terakhir pada perlakuan C (dosis 0,3 ml/kg) dengan
waktu 22,33 jam.
Fekunditas relatif ikan toman yang terbanyak pada perlakuan B dengan
rerata 89,46%, diikuti perlakuan A sebesar 84,38% dan fekunditas yang paling
sedikit pada perlakuan C memiliki rata-rata 83,89%.
Fertilisasi ikan toman yang terbanyak pada perlakuan B sebesar 91,57%,
diikuti perlakuan A sebesar 81,37%, dan yang terendah pada perlakuan C sebesar
64,64%.
Daya tetas ikan toman yang terbanyak pada perlakuan B sebesar 98,31%,
diikuti perlakuan A sebesar 90,04%, dan yang terendah pada perlakuan C sebesar
88,69%.
Pemberian dosis ovaprim 0,3 ml/kg pada pemijahan ikan toman secara
semi buatan sangat memberikan pengaruh optimal terhadap ovulasi, fekunditas
relatif, fertelisasi dan daya tetas telur ikan toman.
Pemijahan ikan toman dengan pemberian hormon ovaprim sebaiknya
dengan pemberian dosis 0,3 ml/kg dari berat tubuh ikan. Perlu dilakukan
penelitian lanjut dengan dosis yang lebih yang lebih tinggi.

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas limpahan


karunia dan petunjuk-Nya sehingga Laporan Hasil Penelitian Skripsi yang
berjudul “Variasi Dosis Ovaprim Terhadap Pemijahan Ikan Toman (Channa
micropeltes)” dapat terselesaikan. Penulis mengucapkan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Ibu Dr. Ir. Hj. Agustiana, M.P., selaku dekan Fakultas Perikanan dan Kelautan
Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru.
2. Ibu Dr. Ir. Fatmawati, M.Si. selaku Pjs. Ketua Program Studi Budidaya
Perairan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Lambung Mangkurat
Banjarbaru.
3. Bapak Dr. Slamat, S.Pi., M.Si., selaku ketua pembimbing skripsi dan Bapak Ir.
H. Pahmi Ansyari, MS. selaku anggota pembimbing skripsi atas bimbingan,
saran serta do’a yang diberikan selama Penyusunan Laporan Hasil Penelitian
Skripsi ini.
4. Orang tua dan rekan-rekan yang senantiasa memberi dukungan moril dan
materil sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Hasil Penelitian
Skripsi.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Laporan Hasil Penelitian
Skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Penulis mengharapkan saran dan kritik
yang berguna bagi kesempurnaan laporan ini dan semoga laporan ini bermanfaat
bagi semua pihak sebagaimana mestinya.

Banjarbaru, Agustus 2020

Penulis

v
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN PENGESAHAN................................................................. i
ABSTRAK................................................................................................ ii
RINGKASAN........................................................................................... iii
KATA PENGANTAR............................................................................. vii
DAFTAR ISI............................................................................................ viii
DAFTAR TABEL.................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR............................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................ xi
BAB 1. PENDAHULUAN....................................................................... 1
1.1.Latar Belakang........................................................................... 1
1.2.Rumusan Masalah...................................................................... 2
1.3.Tujuan Penelitian....................................................................... 3
1.4.Kegunaan Penelitian................................................................... 3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA............................................................. 4
2.1.Klasifikasi Ikan Toman (Channa micropeltes).......................... 4
2.2.Habiat Ikan Toman..................................................................... 5
2.3.Reproduksi Ikan Toman............................................................. 5
2.4.Tingkat Kematangan Gonad...................................................... 6
2.5.Manipulasi Hormon................................................................... 8
2.6.Ovulasi....................................................................................... 8
2.7.Fekunditas.................................................................................. 9
2.8.Fertilisasi.................................................................................... 9
2.9.Daya Tetas.................................................................................. 9
2.10.Kualitas Air.............................................................................. 10
BAB 3. METODE PENELITIN ............................................................ 11
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian.................................................. 11
3.2. Alat dan Bahan......................................................................... 11
3.3. Manajemen Penelitian.............................................................. 12
3.3.1.Waktu Laten....................................................................... 12
3.3.2.Ovulasi................................................................................ 12
3.4. Rancangan Penelitian............................................................... 13
3.5. Parameter Penelitian................................................................ 14
3.5.1.Waktu Laten....................................................................... 14
3.5.2.Ovulasi................................................................................ 14
3.5.3.Fekunditas........................................................................... 14
3.5.4.Fertilisasi............................................................................ 15
3.5.5.Daya Tetas.......................................................................... 15
3.5.6.Kualitas Air........................................................................ 15
3.6. Hipotesis .............................................................................. 15
3.7. Analisis Data............................................................................ 15
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................. 18
4.1. Hasil......................................................................................... 18
4.1.1.Waktu Laten....................................................................... 18
4.1.2.Ovulasi................................................................................ 19
vi
4.1.3.Fekunditas........................................................................... 21
4.1.4.Fertilisasi............................................................................ 23
4.1.5.Daya Tetas.......................................................................... 25
4.1.6.Kualitas Air........................................................................ 26
4.2. Pembahasan............................................................................. 26
4.2.1.Waktu Laten....................................................................... 26
4.2.2.Ovulasi................................................................................ 29
4.2.3.Fekunditas........................................................................... 31
4.2.4.Fertilisasi............................................................................ 32
4.2.5.Daya Tetas.......................................................................... 34
4.2.6.Kualitas Air........................................................................ 35
BAB 5. PENUTUP................................................................................... 37
5.1. Kesimpulan............................................................................... 37
5.2. Saran.......................................................................................... 37
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vii
DAFTAR TABEL

Nomor Halaman
2.1. Perbedaan Jenis Kelamin Ikan Toman........................................ 5
2.2. Penentuan Tingkat Kematangan Gonada Ikan............................ 7
2.3. Kriteria Kualitas Air untuk Budidaya Ikan Toman..................... 10
3.1. Jadwal Kegiatan Pelaksanaan Penelitian..................................... 11
3.2. Alat Yang Digunakan Dalam Pelaksanaan Penelitian................. 11
3.3. Bahan Yang Digunakan Dalam Pelaksanaan Penelitian............. 12
4.1. Nilai Rata-Rata Waktu Laten Ikan Toman.................................. 18
4.2. Hasil Uji Anova Waktu Laten Ikan Toman................................. 19
4.3. Nilai Rata-Rata Ovulasi Ikan Toman.......................................... 20
4.4. Hasil Uji Anova Waktu Ovulasi Ikan Toman............................. 21
4.5. Nilai Rata-Rata Perhitungan Fekunditas Relatif Ikan Toman..... 21
4.6. Hasil Uji Anova Fekunditas Ikan Toman.................................... 23
4.7. Nilai Rata-Rata Perhitungan Pengamatan Fertilisasi Telur
Ikan Toman.................................................................................. 23
4.8. Hasil Uji Anova Fertilisasi Ikan Toman...................................... 24
4.9. Nilai Rata-Rata Hasil Pengamatan Daya Tetas Telur Ikan Toman 25
4.10.Hasil Uji Anova Daya Tetas Ikan Toman................................... 26
4.11.Data Kualitas Air......................................................................... 26

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman
2.1. Ikan Toman (Channa micropeltes).............................................. 4
3.1. Tata Letak Wadah Perlakuan....................................................... 14
4.1. Rata-Rata Waktu Laten Ikan Toman........................................... 18
4.2. Rata-Rata Ovulasi Ikan Toman................................................... 20
4.3. Rata-Rata Fekunditas Relatif Ikan Toman.................................. 22
4.4. Rata-Rata Fertilasasi Ikan Toman............................................... 24
4.5. Rata-Rata Daya Tetas Ikan Toman.............................................. 25

viii
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman
1. Data Waktu Laten Ikan Toman...................................................... 43
2. Data Ovulasi Ikan Toman.............................................................. 44
3. Data Fekunditas Relatif Ikan Toman............................................. 45
4. Data Fertilisasi Telur Ikan Toman................................................. 46
5. Data Daya Tetas Telur Ikan Toman............................................... 47
6. Uji Normalitas Liliefors Waktu Laten Ikan Toman....................... 48
7. Uji Homogenitas Bartlett Waktu Laten Ikan Toman..................... 49
8. Uji Anova Waktu Laten Ikan Toman............................................ 50
9. Uji BNT Waktu Laten Ikan Toman............................................... 51
10. Uji Normalitas Liliefors Waktu Ovulasi Ikan Toman................... 52
11. Uji Homogenitas Bartlett Waktu Ovulasi Ikan Toman................. 53
12. Uji Anova Waktu Ovulasi Ikan Toman......................................... 54
13. Uji Duncan Ovulasi Ikan Toman................................................... 55
14. Uji Normalitas Liliefors Fekunditas Relatif Ikan Toman.............. 56
15. Uji Homogenitas Bartlett Fekunditas Relatif Ikan Toman............ 57
16. Uji Anova Fekunditas Relatif Ikan Toman.................................... 58
17. Uji Duncan Fekunditas Relatif Ikan Toman.................................. 59
18. Uji Normalitas Liliefors Fertilisasi Telur Ikan Toman.................. 60
19. Uji Homogenitas Bartlett Fertilisasi Telur Ikan Toman................ 61
20. Uji Anova Fertilisasi Telur Ikan Toman........................................ 62
21. Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) Fertilisasi Telur Ikan Toman............ 63
22. Uji Normalitas Liliefors Daya Tetas Telur Ikan Toman................ 64
23. Uji Homogenitas Bartlett Daya Tetas Telur Ikan Toman.............. 65
24. Uji Anova Daya Tetas Telur Ikan Toman..................................... 66
25. Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) Daya Tetas Telur Ikan Toman.......... 67
26. Hasil Analisa Kualitas Air Fakultas Perikanan dan
Kelautan ULM............................................................................. 68
27. Dokumentasi Kegiatan................................................................... 70

ix
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Budidaya peraian merupakan kegiatan memproduksi ikan atau organisme


perairan dilingkungan yang lebih terkontrol dengan tujuan untuk memperoleh
keuntungan. Budidaya dapat terbagi menjadi tiga kegiatan, yaitu pembenihan,
pendederan dan pembesaran, baik yang dilakukan di perairan tawar, payau
maupun laut. Lahan basah merupakan salah satu wilayah yang berpotensi untuk
dilakukan pengembangan perikanan budidaya yang dapat dikembangkan
khususnya di Kalimantan Selatan
Lahan basah yang terdapat di wilayah Kalimantan Selatan memiliki luas
mencapai ±1,4 juta Ha yang terdiri dari peraian sungai, danau, rawa, lebak, dan
payau (Mackinoon et al, 2000). Salah satu bagian dari lahan basah yaitu perairan
rawa. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2013 tentang rawa. Rawa
adalah wadah air beserta air dan daya air yang terkandung di dalamnya, tergenang
secara terus menerus atau musiman, terbentuk secara alami di lahan yang relatif
datar atau cekung dengan endapan mineral atau gambut dan ditumbuhi vegetasi
yang merupakan suatu ekosistem.
Salah satu spesies ikan rawa yang berpotensi untuk dikembangkan adalah
ikan toman. Ikan toman merupakan jenis ikan yang memiliki nilai ekonomis
tinggi baik dilihat dari aspek ukuran, rasa maupun harganya. Pada umumnya
permintaan ikan toman di pasaran cukup stabil, hal ini mengakibatkan kegiatan
penangkapan ikan toman semakin banyak dilakukan tanpa memperhatikan
kelestariannya. Penurunan populasi ikan toman di alam perlu dicegah dengan
upaya kegiatan pembenihan di lingkungan yang lebih terkontrol.
Pembenihan adalah suatu kegiatan penting dalam budidaya perikanan,
kesuksesan dalam kegiatan pembenihan akan sangat berpangaruh baik pada tahap
budidaya selanjutnya. Menurut Muslim dan Syifudin (2012) bahwa dalam
kegiatan budidaya diperlukan benih atau induk yang berasal dari kegiatan
pembenihan secara terkontrol. Sebagai langkah awal kegiatan pembenihan,
diperlukan induk yang sudah jinak (terdomestikasi). Kegiatan pembenihan
dilakukan mulai dari persiapan atau pra pemijahan sampai dengan pasca
pemijahan.
1
2

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Marimuthu (2011) dengan


menggunakan hormon ovaprim pada Channa puntatus didapatkan penggunaan
dosis ovaprim yang optimal yaitu pada dosis 0,4 ml/kg berat tubuh ikan
merupakan waktu laten tercepat ikan memijah selama 24,5 jam. Fitriliyani (2005)
melaporkan pada ikan Channa striata penggunaan gonadotropin sintetik
(ovaprim) lebih efektif jika dibandingkan dengan Pregnant mare serum
gonadotropin (PMSG). Cepat atau lambatnya waktu laten atau batas ovulasi
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor hormonal berupa rangsangan
penyuntikan hormon gonadotropin sintetik terhadap proses spermiasi dan kualitas
air (Najmiyati, 2009).
Ovulasi merupakan proses keluarnya sel telur (yang telah mengakhiri
pembelahan miosis kedua) dari folikel ke dalam lumen ovarium atau rongga perut
(Permana, 2009). Proses ovulasi terdiri dari beberapa tahapan, yaitu tahap awal
lapisan folikel melepaskan diri dari oosit, pada saat akan terjadi ovulasi, mikrofili
pada kedua permukaan tersebut sedikit demi sedikit terpisah, hal tersebut
dimungkinkan dilakukan oleh enzim proteolitik. Penelitian yang akan dilakukan
adalah melakukan pemijahan induk ikan toman secara semi buatan dengan
pemberian dosis ovaprim yang berbeda untuk mengetahui laju pemijahan atau
yang biasa disebut ovulasi.

1.2. Rumusan Masalah

Saat ini pembudidayaan ikan toman dilakukan dengan memanfaatkan


benih yang ditangkap dari alam, mengingat ikan toman di alam pemijahannya
bersifat musiman atau menunggu sinyal lingkungan sebagai pematangan gonad,
pada saat musim penghujan, sehingga pembudidayaan skala besar sulit dilakukan.
Jika hal ini dibiarkan secara terus menerus maka populasi ikan toman akan punah.
Oleh karena itu perlu adanya upaya untuk memijahakan ikan toman agar dapat
menjaga kelestariannya sehingga dapat memulihkan stock, habitat sumberdaya
ikan, baik untuk memenuhi kebutuhan benih yang bermutu dan induk yang
unggul.
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka dibutuhkan teknologi yang
dapat membantu memijahkan ikan toman, yaitu dengan memanipulasi hormonal
dengan pemberian dosis hormon ovaprim yang berbeda, sebagai upaya untuk
mengetahui dosis yang optimal terhadap waktu laten ikan toman dalam
3

melakukan ovulasi telur, sehingga fekunditas relatif, fetrtilisasi dan daya tetas
telur yang dihasilkan pada pemijahan ikan toman secara semi buatan dapat
maksimal.
1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui dosis


hormon ovaprim yang optimal untuk mempercepat waktu laten dalam melakukan
ovulasi telur, sehingga fekunditas relatif, fertilisasi dan daya tetas telur yang
dihasilkan pada pemijahan ikan toman secara semi buatan dapat maksimal.
1.4. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini memberikan informasi yang tepat terhadap dosis


hormon ovaprim yang optimal untuk mempercepat waktu laten dalam melakukan
ovulasi telur, sehingga fekunditas relatif, fertilisasi dan daya tetas telur yang
dihasilkan pada pemijahan ikan toman secara semi buatan dapat maksimal.
4

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Klasifikasi Ikan Toman (Channa micropeltes)

Menurut Kottelat et al (1993), klasifikasi ikan toman sebagai berikut :


Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Familia : Channidae
Genus : Channa
Spesies : Channa micropeltes

Gambar 2.1. Ikan Toman (Channa micropeltes)


Ikan toman adalah nama sejenis ikan buas dari suku ikan gabus
(Channidae), memiliki bentuk tubuh yang mirip dengan ikan gabus, toman dapat
tumbuh besar mencapai panjang lebih dari satu meter dan menjadi spesies yang
terbesar dalam sukunya. Ikan toman dalam bahasa Inggris dikenal sebagai red
snakehead, redline snakehead merujuk pada warna tubuhnya ketika muda, atau
Malabar snakehead. Nama snakehead mengacu pada bentuk kepalanya yang
menyerupai kepala ular. Sementara nama ilmiahnya adalah Channa micropeltes
(Wikepedia, 2020).
Ikan toman menyebar luas di Indonesia bagian barat (Sumatra,
Kalimantan dan pulau-pulau sekitarnya), Malaysia, Thailand, Laos, Vietnam,
India dan mungkin pula Myanmar. Keberadaannya di India barat daya (Tamilnadu
5

dan Kerala) terasa janggal, karena terpisah sekitar 2500 km dari wilayah
sebarannya yang lain di Asia Tenggara. Ikan ini diperkirakan dibawa masuk ke
India oleh manusia sebelum abad ke-19.
Ikan ini memiliki kebiasaan ‘mengasuh’ anak-anaknya. Induk ikan
seringkali didapati berenang di sekitar kelompok anak-anak toman yang masih
kecil-kecil. Dilaporkan pula bahwa induk semacam ini juga tidak segan-segan
menyerang orang yang berenang terlalu dekat, yang dikhawatirkan akan
mengganggu anak-anaknya. Perilaku suka menyerang pengganggu ini
dimanfaatkan orang Banjar di pedesaan untuk memancing induk toman dan gabus
(gabus) menggunakan belibis yang diikat sebagai "pengganggu" agar induk ikan
mendekat lalu diumpan dengan daging kodok. Menurut Makmur dan Prasetyo
(2006), ikan toman merupakan ikan yang banyak dijumpai pada rawa lebak, oleh
karena itu ikan ini termasuk kedalam golongan ikan hitam.

2.2. Habiat Ikan Toman

Ikan toman menempati saluran dataran rendah yang besar, danau dan
habitat yang dimodifikasi secara antropogenik. Termasuk kanal dan waduk.
Namun, di daerah danau Kapuas, di Kalimantan, ikan toman muncul disungai
kecil (Kottelat dan Widjanarti, 2005).

2.3. Reproduksi Ikan Toman

Sistem reproduksi adalah kemampuan individu untuk menghasilkan


keturunan sebagai upaya untuk melestarikan jenisnya atau kelompoknya. Untuk
dapat melakukan reproduksi maka harus ada gamet jantan dan betina. Penyatuan
gamet jantan dan betina (fertilisasi) akan membentuk zigot yang selanjutnya
berkembang menjadi generasi baru (Fujaya, 2004).
Menurut Ansyari dan Slamat (2018) perbedaan jenis kelamin ikan toman
dapat dilihat pada tabel 2.1
Tabel 2.1. Perbedaan Jenis Kelamin Ikan Toman
Ciri Biologi Jantan Betina
Kepala Lancip panjang atau membulat Lancip panjang atau membulat
Badan Langsing dan membulat Langsing dan membulat
Bentuk anus Garis atau agak menunjol Garis atau agak menunjol
Diurut Keluar urin Tidak keluar urin
6

Pada tabel dapat dilihat perbedaan antara ikan toman jantan dan betina
tidak terlalu mencolok tetapi dapat dibedakan dengan cara menetakan pada bagian
anus ikan toman, apabila saat ditekan pada bagian anus mengeluarkan urin maka
ikan toman dapat dipastikan jantan, sebaliknya jika dtidak mengeluarkan urin
maka ikan toman betina.
Pemijahan adalah proses perkawinan antara ikan jantan dan ikan betina
yang mengeluarkan sel telur dari betina, sel sperma dari jantan dan terjadi di luar
tubuh ikan (eksternal). Dalam budidaya ikan, teknik pemijahan ikan dapat
dilakukan dengan tiga macam cara, yaitu: (1) Pemijahan ikan secara alami, yaitu
pemijahan ikan tanpa campur tangan manusia, terjadi secara alamiah (tanpa
pemberian rangsangan hormon); (2) Pemijahan secara semi intensif, yaitu
pemijahan ikan yang terjadi dengan memberikan rangsangan hormon untuk
mempercepat kematangan gonad, tetapi proses ovulasinya terjadi secara alamiah
di kolam; (3) Pemijahan ikan secara intensif, yaitu pemijahan ikan yang terjadi
dengan memberikan rangsangan hormon untuk mempercepat kematangan gonad
serta proses ovulasinya dilakukan secara buatan dengan teknik stripping atau
pengurutan (Gusrina, 2008).
Pemijahan sebagai salah satu bagian dari reproduksi yang menentukan
keberhasilan dalam pembenihan ikan toman. Pemijahan bisa dilakukan secara
alami, semi buatan dan buatan. Ikan toman merupakan ikan buas yang masih satu
suku dengan ikan gabus (channidae) tetapi ikan gabus sudah lebih dulu
dibudidayakan secara semi intensif. Menurut Muslim (2017) pemijahan ikan
gabus di alam umumnya dilakukan di perairan dangkal (misalnya tepi rawa) yang
memiliki banyak tumbuhan. Namun dalam usaha budidaya, ikan gabus dapat
memijah dalam wadah budidaya seperti fibreglass, kolam beton dan kolam tanah.

2.4. Tingkat Kematangan Gonad

Kematangan gonad ikan adalah tahapan pada saat perkembangan gonad


sebelum dan sesudah terjadinya proses pemijahan. Selama proses reproduksi,
sebagian energi dipakai untuk perkembangan gonad. Menurut Muslim (2017)
Bobot gonad ikan akan mencapai maksimum pada saat ikan akan memijah
kemudian akan menurun dengan cepat selama proses pemijahan berlangsung
7

sampai selesai. Pertambahan bobot gonad ikan betina pada saat stadium matang
gonad dapat mencapai 10-25% dari bobot tubuh dan pada ikan jantan 5-10%.
Menurut (Effendie, 2002) penentuan TKG juga dapat dilakukan secara
morfologi, dengan mengamati ovarium (betina) dan testes (jantan) yang meliputi
warna, struktur permukaan, pengisian terhadap rongga abdomen dan ada tidaknya
telur. Pengamatan morfologi gonad memenuhi karakteristik yang tertera pada
Tabel 2.2 berikut ini:
Tabel 2.2. Penentuan Tingkat Kematangan Gonada Ikan
TKG Betina Jantan
I Belum masak
Gonad seperti sepasang benang Gonad berupa sepasang benang
yang memanjang pada sisi lateral tetapi jauh lebih pendek disbanding
rongga peritoneum bagian ovarium ikan betina dan berwarna
anterior, berwarna kemerahan kelabu
II Permulaan masak
Gonad berukuran lebih besar, Gonad berwarna putih susu,
mengisi seperempat rongga mengisi seperempat rongga
peritoneum, berwarna putih peritoneum dan terlihat lebih besar
kekuningan, telur-telur belum disbanding pada gonad tingkat I
bias dilihat satu per satu dengan
mata telanjang
III Hampir masak
Gonad mengisi hamper setengah Gonad mengisi hamper setengah
rongga peritoneum, telur-telur dari rongga peritoneum, berwarna
mulai terlihat dengan mata tanpa putih susu
alat bantu berupa butiran halus,
gonad berwarna kuning kehijauan
IV Masak
Gonad mengisi tiga perempat Gonad mengisi tiga perempat
rongga peritoneum, warna kuning rongga peritoneum dan pejal
dan lebih gelap. Telur-telur jelas berwarna putih susu dan mengisi
terlihat dengan butiran-butiran sebagian besar peritoneum
yang jauh lebih besar
dibandingkan pada tingkat III
V Salin
Gonad masih seperti pada tingkat Gonad bagian anal telah kososng
IV, sebagian gonad kemps karena dan lebih lembut
sebagian telur telah mengalami
ovoposisi (memijah)
8

2.5. Manipulasi Hormon

Menipulasi hormonal bisa dari rangsangan luar tubuh berupa implantasi


hormon dan suntikan, tidak lain adalah upaya menggantikan sinyal lingkungan.
Pada spesies yang tidak memijah secara alami di dalam wadah budidaya,
manipulasi hormonal mutlak diperlukan (Zairin, 2003). Untuk merangsang
pemijahan dapat digunakan hormon buatan atau hormon sintesis yang banyak
diproduksi di luar negeri. Beberapa jenis hormon sintesis tersebut adalah yang
terkandung dalam ovaprim, Human Chorionic Gonadotrophine/HCG, Luteinizing
Hormone Releasing Hormone/LHRH.
Ovaprim adalah merek dagang bagi hormon analog yang mengandung 20
µg analog Salmon Gonadotrophine Releasing Hormone/sGnRH, Leutinuezing
Hormon Releasing Hormone/LHRH dan 10 µg domperidon sejenis anti dopamin
per mililiter (Nandeesha et al., 1990). Ovaprim adalah campuran analog Salmon
Gonadotrophine Releasing Hormone/sGnRH dan anti dopamin. Hormon
gonadrotropin sintesis adalah hormon analog yang berfungsi untuk merangsang
dan memacu hormon gonadotropin pada tubuh ikan sehingga dapat mempercepat
proses ovulasi yaitu pada proses pematangan gonad dan dapat memberikan daya
rangsang yang lebih tinggi. Selain itu menghasilkan telur dengan kualitas yang
baik serta menghasilkan waktu laten yang relatif singkat juga dapat menekan
angka mortalitas (Sukendi, 1995).

2.6. Ovulasi

Ovulasi merupakan proses keluarnya sel telur (yang telah mengakhiri


pembelahan miosis kedua) dari folikel ke dalam lumen ovarium atau rongga perut
(Nagahama, 1987). Proses ovulasi terdiri dari beberapa tahapan. Pada tahap awal
lapisan folikel melepaskan diri dari oosit, pada saat akan terjadi ovulasi, mikrofili
pada kedua permukaan tersebut sedikit demi sedikit terpisah, hal tersebut
dimungkinkan dilakukan oleh enzim proteolitik. Sebelum terjadi ovulasi, sel telur
akan mengalami pembesaran. Folikel membentuk semacam benjolan yang
semakin membesar sehingga menyebabkan dinding folikel pecah.
9

2.7. Fekunditas

Fekunditas adalah jumlah telur matang dalam ovari yang akan


dikeluarkan pada waktu memijah (Hunter et al., 1992). Menurut Sumantadinata
(1981) fekunditas dari suatu ikan sangat penting untuk diketahui karena
fekunditas dapat memberikan informasi kemampuan ikan menghasilkan telur
dalam suatu pemijahan. Fekunditas dibedakan menjadi 2 yaitu fekunditas mutlak
dan fekunditas relatif. Fekunditas mutlak adalah jumlah telur yang dikandung
individu ikan, sedangkan fekunditas relatif yaitu jumlah telur per satuan berat dan
panjang ikan (Nikolsky, 1963).
Menurut Fujaya (2001), fekunditas pada setiap individu betina tergantung
pada umur, ukuran, spesies dan kondisi lingkungan (ketersediaan makanan, suhu,
air dan musim). Menurut Sukendi (2001), fekunditas spesies ikan dipengaruhi
oleh ukuran panjang total dan bobot tubuh.

2.8. Fertilisasi

Fertilisasi atau pembuahan adalah penggabungan antara gamet jantan dan


gamet betina yang diakhiri dengan bergabungnya nucleus 2 gamet tersebut
sehingga terbentuk zigot (Faruk et al., 2011). Fertilisasi dapat dibagi menjadi dua,
yaitu fertilisasi internal dan eksternal. Fertilisasi yang umumnya terjadi pada ikan
merupakan jenis fertilisasi eksternal, dikarenakan terjadi di luar tubuh induk
(Fujaya 2002). Keberhasilan proses fertilisasi dipengaruhi oleh kemampuan
sperma untuk membuahi sel telur. Sperma yang tidak disimpan (fresh sperm),
memiliki kemampuan fertilisasi yang lebih tinggi dibandingkan sperma hasil
penyimpanan.

2.9. Daya Tetas

Daya tetas telur (hatching rate) adalah persentase telur yang menetas
setelah waktu tertentu. Menetas merupakan saat terakhir masa pengeraman
sebagai hasil beberapa proses sehingga embrio keluar dari cangkangnya.
Penetasan telur terjadi karena kerja mekanik dan enzimatik. Kerja mekanik
disebabkan embrio sering mengubah posisinya karena kekurangan ruang dalam
10

cangkangnya atau karena embrio lebih panjang dari lingkungannya dalam


cangkang (Farida, et al., 2016).
Nugraha (2012) menjelaskan bahwa suhu yang diperlukan untuk
penetasan telur ikan black ghost berkisar antar 24-30 °C, sedangkan Budiardi
(2005) berpendapat bahwa untuk kesuksesan pemijahan dan penetasan telur
sebaiknya penyediaan air harus bersuhu 27-30 °C.

2.10. Kualitas Air

Kualitas air adalah parameter yang penting diperhatikan karena secara


langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi kelangsungan hidup dan
pertumbuhan ikan. Air sebagai media hidup ikan harus memenuhi persyaratan
baik secara fisika maupun kimia (Adelina et al., 2015)
Kualitas suatu perairan menurut Effendie (2002), adalah setiap parameter
yang mempengaruhi pengelolaan dan kelangsungan hidup, perkembangbiakan,
pertumbuhan atau produksi ikan. Parameter kualitas air yang dianggap penting
dan diukur pada berlangsungnya penelitian adalah suhu perairan, oksigen terlarut,
derajat keasaman (pH) dan amoniak (NH3).
Kriteria kualitas air untuk budidaya ikan toman menurut Heryanto (2019)
sebagai berikut :
Tabel 2.3. Kriteria Kualitas Air untuk Budidaya Ikan Toman
Parameter Nilai Kisaran Batas Kisaran optimal
Suhu (°C) 20-35 25-32
pH 5-9 6-8,5
DO (mg/l) 0-7 3-7
Amoniak (mg/l) <0,016 <0,016
BAB 3. METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Desa Samhurang, Kecamatan Labuan Amas


Utara, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, sedangkan analisis kualitas air
dilaksanakan di Laboratorium Kualitas Air Fakultas Perikanan dan Kelautan
Universitas Lambung Mangkurat. Secara keseluruhan masa persiapan hingga
penyusunan laporan selama 4 bulan, terhitung dari bulan Januari 2020. Rincian
kegiatan penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1. Jadwal Kegiatan Pelaksanaan Penelitian
Bulan ke
No Kegiatan
1 2 3 4
Pembuatan proposal XXXX
penelitian:
1
- Konsultasi XXX
- Seminar X
Pelaksanaan Penelitian: X XXXX XXXX
2 - Persiapan
- Pelaksanaan X XXXX XXXX
Pelaporan: XX XXXX
- Pengolahan data XX
- Penyusunan laporan
3
dan konsultasi XX XXXX
- Seminar X
- Distribusi X

3.2. Alat dan Bahan

Tabel 3.2. Alat Yang Digunakan Dalam Pelaksanaan Penelitian


No. Alat Jumlah Kegunaan
1. Suntikan/Spuit 3-5 buah Sebagai alat untuk menginjeksikan
hormon kedalam tubuh induk ikan toman
2. Penggaris 1 buah Untuk mengukur panjang ikan
3. Timbangan 1 buah Untuk menimbang induk ikan
4. Label 1 pak Untuk memberi keterangan
5. Serok 2 buah Untuk menyerok induk
6. Mesin Pompa Air 1 buah Untuk mengisi air kolam yang digunakan
7. Stopwatch 1 buah Untuk mengukur waktu
8. Senter 1 buah Sebagai alat penerangan pada waktu
malam hari
9. Kolam terpal 9 buah Sebagai tempat pemijahan ikan

11
12

No. Alat Jumlah Kegunaan


10. Termometer 1 buah Untuk mengukur suhu perairan
11. pH meter 1 buah Untuk mengukur keasaman perairan
11. DO meter 1 buah Untuk mengukur oksigen terlarut suatu
perairan
12 Amoniak test kit 1 buah Untuk mengukur kadar amoniak

Tabel 3.3. Bahan Yang Digunakan Dalam Pelaksanaan Penelitian


No. Bahan Kegunaan
1. Induk ikan toman Sebagai induk yang akan dipijahkan
2. Hormon ovaprim Sebagai hormon perangsang ikan untuk
memijah
3. Air Sebagai media pemijahan
4. Aquabides Sebagai pengencer hormon ovaprim
5. Eceng gondok Sebagai subtrat vegetasi/peletakkan telur
6. Cacahan batang pisang Sebagai media pertumbuhan pakan alami
7. Jerami padi Sebagai media pertumbuhan pakan alami
8. Dedak Sebagai media pertumbuhan pakan alami
9. Ikan sepat rawa (Trichogaster Sebagai pakan induk ikan toman
trichopterus)

3.3. Manajemen Penelitian

Persiapan alat dan bahan dimulai dari persiapan media pemijahan berupa
kolam terpal dan persiapan kolam untuk mengkultur pakan alami. Setelah itu
dilakukan persiapan alat dan bahan untuk seleksi induk ikan toman, pemijahan
induk, perhitungan telur dan perhitungan larva yang menetas.
3.3.1. Pengelolaan Induk
Ikan uji yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah ikan toman
dengan ukuran 1,5-4 kg/ekor umur ±2 tahun yang diperoleh dari hasil pembesaran
dikaramba di daerah Pangkalanbun Kalimantan Tengah. Setelah induk
didatangkan di pelihara didalam kolam terpal dengan ukuran 8x5x1 meter diisi air
dengan ketinggian 30 cm. Pemeliharaan ini dilakukan selama 2 minggu dengan
pemberian pakan ikan sepat rawa sebanyak 5 % dari bobot biomasa dengan
frekunsi pemberian pakan 2 kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari..
3.3.2. Media Pemijahan dan Kultur Pakan Alami
Media pemijahan ikan toman berupa kolam terpal dengan ukuran
2,5x4,5x1 meter diisi air dengan ketinggian 80 cm serta ditambahkan tumbuhan
air, jerami dan ranting kayu untuk sarang induk toman. Sedangkan untuk media
13

kultur pakan alami berupa kolam terpal dengan ukuran 8x5x1 meter diisi air
dengan ketinggian 30 cm. Pakan alami yang digunakan berupa Daphnia sp. untuk
mempercepat penumbuhannya dilakukan dengan cara menambahkan cacahan
batang pisang, jerami serta dedak.
3.3.3. Seleksi dan Pemijahan Induk Ikan Toman
Ikan uji yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah ikan toman
sebanyak 9 ekor jantan dan 9 ekor betina dengan ukuran 1,5-4 kg/ekor umur ±2
tahun diperoleh dari hasil pembesaran dikaramba di daerah Pangkalanbun
Kalimantan Tengah. Seleksi induk yang dilakukan untuk menentukan jenis
kelamin induk dengan cara melihat warna tubuh ikan, melihat bentuk kepala dan
apabila bagian anus sedikit ditekan mengeluarkan urin dapat dipastikan induk
jantan, apabila tidak mengeluarkan urin dan bagian perut lebih besar maka dapat
dipastikan induk betina.
Pemijahan dilakukan dengan perbandingan induk 1:1 secara semi buatan
dengan injeksi hormon ovaprim, sebelum dipijahkan semua induk ditimbang dan
diukur panjang total dan lingkar perut. Variasi dosis hormon ovaprim yang
diberikan sesuai perlakuan mulai dari 0,2 ml/kg, 0,3 ml/kg dan 0,4 ml/kg untuk
induk betina, sedangkan untuk semua induk jantan hormon yang diberikan
sebanyak 0,2 ml/kg dengan pengenceran aquabides perbandingan 1:1.
Penyuntikan induk betina dilakukan terlebih dahulu selama 6 jam pada sore hari
sebelum dilakukan penyuntikan pada induk jantan. Berikut ini cara perhitungan
dosis hormone yang diberikan :

3.4. Rancangan Penelitian

Tingkat kematangan gonad induk ikan toman yang digunakan tidak bisa
homogeny untuk itu rancangan percobaan yang digunakan pada penelitian ini
adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) setiap pasang induk toman yang
digunakan adalah kelompok. Dengan 3 perlakuan dan 3 kelompok sehingga
diperlukan 9 unit percobaan. Perlakuan yang digunakan pada penelitian ini :
Perlakuan A = Pemberian ovaprim dengan dosis 0,2 ml per kg
Perlakuan B = Pemberian ovaprim dengan dosis 0,3 ml per kg
Perlakuan C = Pemberian ovaprim dengan dosis 0,4 ml per kg
14

Menurut Montgomery (2001) model matematis RAK sebagai berikut :

Yij = µ + Ti + Bj + ɛ ij ; i = 1, 2, 3 … t
j = 1, 2, 3 … r
Keterangan :
Yij = Respon atau nilai pengamatan dari perlakuan ke i dan kelompok ke j
µ = nilai tengah umum
Ti = Pengaruh perlakuan ke-i
Bj = Perlakuan blok ke-j
ɛ ij = Pengaruh galat percobaan dari perlakuan ke-i dan kelompok ke-j
Penempatan perlakuan diacak menggunakan program Microsoft Office
excel dapat dilihat pada Gambar 3.1 sebagai berikut :
A1 C2 A3
B3 A2 B1
C1 B2 C3
Gambar 3.1 Tata Letak Wadah Perlakuan
Keterangan :
A, B dan C = Perlakuan
1, 2 dan 3 = Kelompok

3.5. Parameter Penelitian

Parameter yang diamati pada penelitian ini sebagai berikut :


3.5.1. Waktu Laten
Pengamatan waktu laten pemijahan ikan toman dilakukan setelah proses
injeksi hormon ovaprim sampai induk ikan mengalami proses ovulasi. Induk yang
mengalami ovulasi langsung dipisahkan ke kolam lain.
3.5.2. Ovulasi
Ovulasi merupakan proses keluarnya telur ke rongga ovari atau rongga
perut setelah pecahnya folikel oosit. Dalam habitat alaminya, ovulasi dan
pemijahan ikan akan terjadi secara alami setelah adanya stimulasi yang berasal
dari faktor lingkungan seperti suhu, fotoperiode, salinitas, pasang surut dan
beberapa faktor lainnya (Keys dan Crocos, 2006).
3.5.3. Fekunditas
Fekunditas relatif adalah jumlah telur persatuan berat atau panjang tubuh
ikan. Perhitungan jumlah telur yang dihasilkan dilakukan dengan cara sensus
lengkap (perhitungan langsung secara satu persatu) dengan memindahkan telur
15

yang ada dikolam kedalam baskom. Kemudian dilanjutkan perhitungan fekunditas


relatif dengan rumus sebagai berikut :

FR = x 100%

Keterangan :
FR = Fekunditas Relatif (%)
X = Berat Total Telur (g)
W = Berat Gonad ikan (g)
3.5.4. Fertilisasi
Perhitungan jumlah telur yang terbuahi dan tidak terbuahi dilakukan
dengan cara sensus lengkap (perhitungan langsung secara satu persatu) dengan
memindahkan telur yang ada dikolam kedalam baskom dengan cara melihat
warna telur secara langsung kemudian dilanjutkan dengan perhitungan fertilisasi
dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Fertilisasi = x 100%

3.5.5. Daya Tetas


Perhitungan jumlah telur yang menetas dilakukan dengan cara sensus
lengkap (dengan menghitung satu persatu semua telur ikan yang menetas)
kemudian dilanjutkan dengan perhitungan daya tetas menggunakan rumus sebagai
berikut :

Daya tetas = x 100%

3.5.6. Kualitas Air


Pengukuran kualitas air dilakuan pada awal dan akhir penelitian, yang
diukur pada percobaan ini adalah suhu, pH, amoniak dan DO.

3.6. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut :


16

H0 = Pemberian ovaprim dengan dosis berbeda berpengaruh tidak nyata


terhadap pemijahan ikan toman.
H1 = Pemberian ovaprim dengan dosis berbeda berpengaruh nyata terhadap
pemijahan ikan toman.
3.7. Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil penelitian diuji kenormalannya dengan


menggunakan Uji Normalitas Liliefors (Nasoetion dan Barizi, 1985) dengan
kaidah pengujian sebagai berikut :

≤ Lα (n), terima H0 data menyebar normal


Jika Lhitung

> Lα (n), tolak H0 data tidak menyebar normal

Selanjutnya dilakukan uji kehomogenannya menggunakan uji


homogenitas Bartlett (Sudjana, 1992), menggunakan prosedur Bartlett dengan
pengujian sebagai berikut :

X²hitung < (1 – α ) (K – 1), terima H0 (data homogen)


Jika X²hitung

X²hitung ≥ (1 – α ) (K – 1), tolak H0 (data tidak homogen)

Apabila data dinyatakan tidak normal atau tidak homogen, maka sebelum
dilakukan analisis lebih lanjut dilakukan transformasi data. Setelah asumsi di atas
terpenuhi maka dilakukan analisis sidik ragam dengan kaidah sebagai berikut :

≤ Ftabel (5%, 1%), terima H0 tolak H1


Jika Fhitung

> Ftabel (5%, 1%), terima H1 tolak H0

Jika pengujian hipotesis adalah menolak H0 dan menerima H1, maka


analisis data dilanjutkan dengan uji Beda Nilai Tengah. Menurut Hanafiah (2000),
uji lanjutan yang dipergunakan tergantung pada koefisien keragaman (KK) yang
diperoleh dengan rumus :

KK =
17

Keterangan:
KK : Koefisien Keragaman
KTG : Kuadrat Tengah Galat
: Rerata Grand Total
Menurut Hanafiah (2000), uji lanjutan tersebut harus memenuhi kriteria
sebagai berikut :
1. Jika KK besar (minimal 10 %) pada kondisi homogen atau minimal 20 %
pada kondisi heterogen, uji lanjutan yang sebaiknya digunakan adalah uji
beda jarak nyata Duncan.
2. Jika KK sedang (antara 5 - 10 % pada kondisi homogen atau 10 - 20 % pada
kondisi heterogen), uji lanjutan yang dilakukan adalah Uji Beda Nyata
Terkecil).
3. Jika KK kecil (maksimal 5 % pada kondisi homogen atau maksimal 10 %
pada kondisi heterogen), uji lanjutan yang sebaiknya dipakai adalah uji Beda
Nyata Jujur.
18
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
Hasil penelitian “Variasi Dosis Hormon Ovaprim Terhadap Ovulasi
Pemijahan Induk Ikan Toman (Channa micropeltes)” didapatkan data pengamatan
terhadap waktu laten, ovulasi, fekunditas, fertilisasi, daya tetas dan kualitas air.
4.1.1. Waktu Laten
Pengamatan waktu laten pemijahan ikan toman dilakukan setelah proses
injeksi hormon ovaprim sampai induk ikan mengalami proses ovulasi. Proses
ovulasi ikan toman ditandai dengan keluarnya telur. Hasil pengamatan waktu laten
ikan toman disajikan pada Tabel 4.1 dan rata-rata waktu laten disajikan pada
Gambar 4.1.
Tabel 4.1. Nilai Rata-Rata Waktu Laten Ikan Toman
Perlakuan Rata-rata
Kelompok Jumlah
A B C (Jam)
I 146 128 80 354,00 118,00
II 166 122 98 386,00 128,67
III 133 112 96 341,00 113,67
Jumlah 445,00 362,00 274,00 1081,00
Rata-rata (Jam) 148,33 120,67 91,33 120,11
Sumber : Data primer yang diolah, 2020
Berdasarkan Tabel 4.1 diatas dapat dilihat bahwa kisaran rerata
perlakuan terhadap waktu laten ikan toman adalah 91,33-148,33 jam, dimana pada
perlakuan A yaitu 148,33 jam, pada perlakuan B yaitu 120,67 jam dan pada
perlakuan C yaitu 91,33 jam. Grafik rata-rata waktu laten ikan toman dapat
dilihat pada Gambar 4.1.

Gambar 4.1. Rata-Rata Waktu Laten Ikan Toman


19
20

Berdasarkan Gambar 4.2 diatas dapat dilihat bahwa waktu laten ikan
toman yang tercepat adalah pada perlakuan C (dosis 0,4 ml/kg) dengan rata-rata
91,33 jam, diikuti oleh perlakuan B (dosis 0,3 ml/kg) dengan rata-rata 120,67 jam,
kemudian perlakuan A (dosis 0,2 ml/kg) dengan rata-rata 148,33 jam.
Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat bahwa semakin banyak dosis hormon
ovaprim yang diberikan pada induk ikan, maka semakin cepat proses pemijahan
terjadi atau semakin singkat waktu laten pemijahan.
Hasil Uji Normalitas Liliefors terhadap waktu laten ikan toman di
dapatkan nilai Lmax (0.129) ≤ Ltabel 5% (0.271) dan 1% (0.311), sehingga H0
diterima yang berarti data menyebar normal, secara rinci dapat dilihat pada
lampiran 6. Pada Uji Homogenitas Bartlett menunjukan varian data homogen
dimana X2hitung (2,718) < X2tabel 5% (5,99) dan 1% (9,21), secara rinci dapat dilihat
pada lampiran 7. Berdasarkan hasil Analisis Sidik Ragam (Anova) di peroleh data
F hitung perlakuan 18,73 > dari F tabel (5%) dan F tabel (1%) yang berarti bahwa
antara perlakuan berpengaruh sangat nyata. Berdasarkan nilai Koefisen
Keragaman (KK) pada (Lampiran 8) adalah 9,50%, sehingga dilakukan uji Beda
Nyata Terkecil (BNT). Hasil Uji BNT menunjukkan bahwa perlakuan A, B dan C
berbeda nyata secara signifikan.
Tabel 4.2. Hasil Uji Anova Waktu Laten Ikan Toman
F tabel
SK DB JK KT F Hitung
0,05 0,01
Kelompok 2 357,56 178,78 1,37 ns 6,94 18
Perlakuan 2 4874,89 2437,44 18,73 * * 6,94 18
Galat 4 520,44 130,11
Total 8 5752,89
Keterangan :
ns = Tidak berpengaruh nyata
** = Berpengaruh sangat nyata

4.1.2. Ovulasi
Ovulasi merupakan proses keluarnya telur ke rongga ovari atau rongga
perut setelah pecahnya folikel oosit, waktu ovulasi diamati dari proses pemijahan
hingga ikan mengeluarkan telur. Hasil pengamatan waktu ovulasi ikan toman
disajikan pada Tabel 4.3 dan rata-rata ovulasi disajikan pada Gambar 4.2.
21

Tabel 4.3. Nilai Rata-Rata Ovulasi Ikan Toman


Perlakuan Rata-rata
Kelompok Jumlah
A B C (Jam)
I 33 32 13 78,00 26,00
II 30 48 23 101,00 33,67
III 24 27 31 82,00 27,33
Jumlah 87,00 107,00 67,00 261,00
Rata-rata (Jam) 29,00 35,67 22,33 29,00

Berdasarkan Tabel 4.3 diatas dapat dilihat bahwa kisaran rerata


perlakuan terhadap waktu ovulasi ikan toman adalah 22,33-35,67 jam, dimana
pada perlakuan A yaitu 29 jam, pada perlakuan B yaitu 35,67 jam, dan pada
perlakuan C yaitu 22,33 jam.

Gambar 4.2. Rata-Rata Ovulasi Ikan Toman


Berdasarkan Gambar 4.2 diatas dapat dilihat bahwa ovulasi ikan toman
yang terlama adalah pada perlakuan B (dosis 0,3 ml/kg) dengan waktu 35,67 jam,
diikuti perlakuan A (dosis 0,2 ml/kg) dengan waktu 29 jam, dan yang terakhir
pada perlakuan C (dosis 0,3 ml/kg) dengan waktu 22,33 jam.
Hasil Uji Normalitas Liliefors terhadap ovulasi ikan toman di dapatkan
nilai Lmax (0.225) ≤ Ltabel 5% (0.271) dan 1% (0.311), sehingga H0 diterima yang
berarti data menyebar normal, secara rinci dapat dilihat pada lampiran 10. Pada
Uji Homogenitas Bartlett menunjukan varian data homogen dimana X 2hitung (2,152)
< X2tabel 5% (5,99) dan 1% (9,21), secara rinci dapat dilihat pada lampiran 11.
Berdasarkan hasil Analisis Sidik Ragam (Anova) di peroleh data F hitung
perlakuan 1,55 < dari F tabel (5%) dan F tabel (1%) yang berarti bahwa antar
perlakuan tidak berpengaruh nyata. Berdasarkan nilai Koefisen Keragaman (KK)
22

pada (Lampiran 12) adalah 32,01%, sehingga dilakukan uji Beda Jarak Nyata
(Duncan). Hasil Uji Duncan menunjukkan bahwa perlakuan A, B dan C tidak
berbeda nyata secara signifikan. Dimana terdapat nilai perlakuan B lebih tinggi
dibandingkan nilai perlakuan A dan C, walaupun terdapat kecenderungan nilai
perlakuan A dan C, menunjukkan tidak ada perbedaan secara signifikan,
perlakuan A dan B menunjukkan tidak ada perbedaan secara signifikan.
Tabel 4.4. Hasil Uji Anova Waktu Ovulasi Ikan Toman
F tabel
SK DB JK KT F Hitung
0,05 0,01
Kelompok 2 100,67 50,33 0,58 ns 6,94 18
Perlakuan 2 266,67 133,33 1,55 ns 6,94 18
Galat 4 344,67 86,17 6,94 18
Total 8 712
Keterangan :
ns = Tidak berpengaruh nyata

4.1.3. Fekunditas
Fekunditas dapat dinyatakan sebagai fekunditas mutlak dan fekunditas
relatif. Fekunditas mutlak adalah jumlah telur yang matang dalam ovari yang akan
dikeluarkan pada waktu memijah. Sedangkan fekunditas relatif adalah jumlah
telur persatuan berat atau panjang tubuh ikan yang dihasilkan. Dalam penelitian
ini perhitungan fekunditas relatif menggunakan cara sensus lengkap atau
menghitung satu persatu telur yang dihasilkan induk ikan toman. Hasil
perhitungan terhadap fekunditas relatif induk ikan toman disajikan pada Tabel 4.5
dan Gambar 4.3.
Tabel 4.5. Nilai Rata-Rata Perhitungan Fekunditas Relatif Ikan Toman
Jumlah Telur Berat Telur 1 Berat gonada Fekunditas
Perlakuan n
(butir) butir (g) (g) Relatif (%)
1 3234 0,004 17,89 72,31
A 2 3283 0,004 17,9 73,36
3 2758 0,004 15 73,55
Rerata 3092 16,93 73,07
1 3218 0,004 14 91,94
B 2 3580 0,004 17 84,24
3 3399 0,004 15 90,64
Rerata 3399 15,33 88,94
1 3051 0,004 15 81,36
C 2 2593 0,004 12 86,43
3 2672 0,004 13 82,22
Rerata 2772   13,33 83,34
23

Tabel 4.5. dapat dilihat bahwa kisaran rata-rata perlakuan terhadap


fekunditas mutlak ikan toman adalah 2772-3399 butir/ekor, dimana pada
perlakuan A yaitu 3092 butir, pada perlakuan B yaitu 3399 butir dan pada
perlakuan C yaitu 2772 butir. Fekunditas relatif ikan toman pada penelitian ini
berkisar antara 73,07-88,94%.

Gambar 4.3. Rata-Rata Fekunditas Relatif Ikan Toman


Gambar 4.3. Menunjukan grafik rata-rata hasil perhitungan fekunditas
relatif ikan toman yang terbanyak pada perlakuan B dengan rerata 88,94%, diikuti
perlakuan C sebesar 83,34% dan fekunditas relatif yang paling sedikit pada
perlakuan A memiliki rata-rata 73,07%.
Hasil Uji Normalitas Liliefors terhadap fekunditas relatif ikan toman di
dapatkan nilai Lmax (0.200) ≤ Ltabel 5% (0.271) dan 1% (0.311), sehingga H0
diterima yang berarti data menyebar normal, secara rinci dapat dilihat pada
lampiran 14. Pada Uji Homogenitas Bartlett menunjukan varian data homogen
dimana X2hitung (0,442) < X2tabel 5% (5,99) dan 1% (9,21), secara rinci dapat dilihat
pada lampiran 15. Berdasarkan hasil Analisis Sidik Ragam (Anova) di peroleh
data F hitung perlakuan 15,67 > dari F tabel (5%) dan < F tabel (1%) yang berarti
bahwa antar perlakuan berpengaruh nyata. Berdasarkan nilai Koefisen Keragaman
(KK) pada (Lampiran 16) adalah 4,31%, sehingga dilakukan Uji Beda Nyata
Jujur. Hasil Uji Beda Nyata Jujur menunjukkan bahwa nilai perlakuan B berbeda
nyata secara siginifikan dibadingkan dengan perlakuan A dan C. Walupun
24

terdapat kecenderungan pada perlakuan B dan C menunjukkan nilai yang tidak


berbeda secara signifikan, dimana terdapat nilai perlakuan B lebih besar daripada
nilai perlakuan C.
Tabel 4.6. Hasil Uji Anova Fekunditas Ikan Toman
F tabel
SK DB JK KT F Hitung
0,05 0,01
Kelompok 2 0,98 0,49 0,039 ns 6,94 18
Perlakuan 2 388,48 194,24 15,666 * 6,94 18
Galat 4 49,59 12,40
Total 8 438,08
Keterangan :
ns = Tidak berpengaruh nyata
* = Bepengaruh nyata

4.1.4. Fertilisasi
Fertilisasi merupakan proses penyatuan antara sel telur dengan sel
spermatozoa untuk membentuk zigot. Fertilisasi dapat dihitung dari jumlah
persentase telur yang dibuahi setelah proses ovulasi dengan cara melihat warna
telur secara langsung. Hasil perhitungan pengamatan fertilisasi telur ikan toman
disajikan pada Tabel 4.7 dan Gambar 4.4.
Tabel 4.7. Nilai Rata-Rata Perhitungan Pengamatan Fertilisasi Telur Ikan Toman
Perlakuan Rata-rata
Kelompok Jumlah
A B C (%)
I 89,98 92,08 71,62 253,68 84,56
II 62,93 90,98 54,76 208,67 69,56
III 91,19 91,64 67,55 250,38 83,46
Jumlah 244,10 274,70 193,93 712,73
Rata-rata (%) 81,37 91,57 64,64 79,19
Sumber : Data primer yang diolah, 2020
Pada Tabel 4.7 menunjukkan rata-rata nilai hasil pengamatan fertilisasi
atau jumlah telur terbuahi yaitu memiliki kisaran 64,64-91,57%, dimana pada
perlakuan A yaitu 81,37%, perlakuan B yaitu 91,57%, kemudian perlakuan C
yaitu 64,64%.
25

Gambar 4.4. Rata-Rata Fertilisasi Telur Ikan Toman


Gambar 4.4. Menunjukan grafik rata-rata hasil perhitungan fertilisasi
ikan toman yang terbanyak pada perlakuan B sebesar 91,57%, diikuti perlakuan A
sebesar 81,37%, dan yang terendah pada perlakuan C sebesar 64,64%.
Hasil Uji Normalitas Liliefors terhadap fertilisasi telur ikan toman di
dapatkan nilai Lmax (0.210) ≤ Ltabel 5% (0.271) dan 1% (0.311), sehingga H0
diterima yang berarti data menyebar normal, secara rinci dapat dilihat pada
lampiran 18. Pada Uji Homogenitas Bartlett menunjukan varian data homogen
dimana X2hitung (2,94) < X2tabel 5% (5,99) dan 1% (9,21), secara rinci dapat dilihat
pada lampiran 19. Berdasarkan hasil Analisis Sidik Ragam (Anova) di peroleh
data F hitung perlakuan 3,329 < dari F tabel (5%) dan F tabel (1%) yang berarti
bahwa antar perlakuan tidak berpengaruh nyata. Berdasarkan nilai Koefisen
Keragaman (KK) pada (Lampiran 20) adalah 16,29%, sehingga dilakukan Uji
Duncan. Hasil Uji Duncan menunjukkan bahwa nilai perlakuan A, B tidak
berbeda nyata secara signifikan sedangkan perlakuan B dan C berbeda secara
signifikan.
Tabel 4.8. Hasil Uji Anova Fertilisasi Ikan Toman
F tabel
SK DB JK KT F Hitung
0,05 0,01
Kelompok 2 419,613 209,806 1,260 ns 6,94 18
Perlakuan 2 1108,58 554,288 3,329 ns 6,94 18
Galat 4 666,01 166,504
Total 8 1774,59
Keterangan :
ns = Tidak berpengaruh nyata
4.1.5. Daya Tetas
26

Daya tetas telur (hatching rate) adalah persentase telur yang menetas
setelah waktu tertentu. Daya tetas dihitung menggunakan metode sensus (total)
yaitu dengan menghitung satu persatu semua telur ikan yang tebuahi dan yang
menetas kemudian dinyatakan dalam persen. Hasil perhitungan daya tetas
disajikan pada tabel 4.9 dan gambar 4.5.
Tabel 4.9. Nilai Rata-Rata Hasil Pengamatan Daya Tetas Telur Ikan Toman
Perlakuan Rata-rata
Kelompok Jumlah
A B C (%)
I 89,69 98,82 83,98 272,49 90,83
II 89,59 97,39 92,61 279,59 93,20
III 90,85 98,72 89,47 279,04 93,01
Jumlah 270,13 294,93 266,06 831,12
Rata-rata (%) 90,04 98,31 88,69 92,35
Sumber : Data yang diolah, 2020
Pada Tabel 4.9 menunjukkan rata-rata nilai hasil pengamatan daya tetas
yaitu memiliki kisaran 88,69-98,31%, dimana pada perlakuan A yaitu 90,04%,
perlakuan B yaitu 98,31%, kemudian perlakuan C yaitu 88,69%.

Gambar 4.5. Rata-Rata Daya Tetas Ikan Toman


Gambar 4.5. Menunjukan grafik rata-rata hasil perhitungan daya tetas
ikan toman yang terbanyak pada perlakuan B sebesar 98,31%, diikuti perlakuan A
sebesar 90,04%, dan yang terendah pada perlakuan C sebesar 88,69%.
Hasil Uji Normalitas Liliefors terhadap daya tetas telur ikan toman di
dapatkan nilai Lmax (0.188) ≤ Ltabel 5% (0.271) dan 1% (0.311), sehingga H0
diterima yang berarti data menyebar normal, secara rinci dapat dilihat pada
lampiran 22. Pada Uji Homogenitas Bartlett menunjukan varian data homogen
dimana X2hitung (0,421) < dari X2tabel 5% (5,99) dan 1% (9,21), secara rinci dapat
dilihat pada lampiran 23. Berdasarkan hasil Analisis Sidik Ragam (Anova) di
27

peroleh data F hitung perlakuan 10,85 > dari F tabel (5%) dan < dari F tabel (1%)
yang berarti bahwa antar perlakuan berpengaruh nyata. Berdasarkan nilai
Koefisen Keragaman (KK) pada (Lampiran 24) adalah 2,97%, sehingga dilakukan
Uji Beda Nyata Jujur (BNJ). Hasil Uji BNJ menunjukkan bahwa perlakuan
berbeda secara siginifikan. Dimana nilai perlakuan B lebih tinggi dibandingkan
dengan perlakuan A dan C, walaupun antara perlakuan A dan C tidak berbeda
secara signifikan.
Tabel 4.10. Hasil Uji Anova Daya Tetas Ikan Toman
F tabel
SK DB JK KT F Hitung
0,05 0,01
Kelompok 2 10,40 5,20 0,69 ns 6,94 18
Perlakuan 2 162,79 81,39 10,85 * 6,94 18
Galat 4 30,01 7,50
Total 8 203,20
Keterangan :
ns = Tidak berpengaruh nyata
* = Berpengaruh nyata

4.1.6. Kualitas Air


Pengukuran kualitas air yang dilakukan selama penelitian adalah suhu,
pH, CO2, DO dan amoniak. Hasil pengamatan kualitas air selama penelitian
disajikan pada Tabel 4.11.
Tabel 4.11. Data Kualitas Air
Hasil Pengukuran Penelitian
Parameter Optimal
Awal Akhir
Suhu 28,0 Co
31,0 oC 25-32 oC (Kordi, 2013)
pH 6,49 5,42 5-9 (Heryanto, 2019)
DO 5,5 mg/l 3,0 mg/l 3,4-3,7 mg/l (Heryanto, 2019)
Amoniak <0,01 0,29 <0,016 (Kordi, 2013)

4.2. Pembahasan
4.2.1. Waktu Laten
Pengamatan waktu laten pada pemijahan ikan toman terhitung dari
hormon diinjeksikan ke tubuh ikan toman sampai dengan terjadinya ovulasi.
Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 4.1. menunjukkan rata-rata waktu laten
pada penelitian ini berkisar antara 91,33-148,33 jam. Dimana waktu laten yang
tercepat didapat pada perlakuan C (dosis 0,4 ml/kg) dengan rata-rata 91,33 jam,
28

diikuti oleh perlakuan B (dosis 0,3 ml/kg) dengan rata-rata 120,67 jam, kemudian
perlakuan A (dosis 0,2 ml/kg) dengan rata-rata 148,33 jam adalah rata-rata paling
lama induk ikan toman untuk melakukan pemijahan. Berdasarkan penelitian
Marimuthu (2011) dengan menggunakan hormon ovaprim pada ikan Channa
puntatus dengan dosis 0,2 ml/kg, 0,4 ml/k dan 0,6 ml/kg didapatkan rata rata
waktu laten 24,5-9,10 jam. Pada penelitian ini waktu laten yang tercepat yaitu
pada dosis 0,4 ml/kg adalah 24,5 jam, sedangkan waktu waktu laten yang terlama
yaitu pada dosis 0,2 ml/kg adalah 29,10 jam berat tubuh ikan merupakan waktu
laten tercepat ikan memijah selama 24,5 jam. Berdasarakan penelitian yang
dilakukan Muslim (2017) pada pemijahan ikan haruan secara semi buatan
diporoleh rata-rata waktu laten 24 - 36 jam. Pemijahan ini dilakukan dengan
pemberian hormon ovaprim dengan dosis 0,6 ml/kg merupakan waktu tercepat
memijah selama 24 jam dan dosis terendah sebanyak 0,4 ml/kg memperoleh
waktu memijah selama 36 jam. Perbedaan ini sangat terlihat dikarenakan ukuran
induk yang sangat berbeda, dimana induk yang digunakan pada pemijahan ikan
toman berkisar 2-5 kg/ekor dengan umur minimum 2 tahun.
Penggunaan dosis hormon ovaprim yang berbeda terhadap waktu laten
pemijahan induk ikan toman pada Gambar 4.1. grafik menunjukkan terjadinya
penurunan waktu laten yang diperlukan induk ikan toman untuk malakukan
pemijahan, semakin singkat waktu laten maka semakin bagus telur yang
didapatkan. Penggunaan ovaprim dengan dosis 0,4 ml/kg berat tubuh induk ikan
toman merupakan dosis yang tercepat untuk waktu laten, Hal ini karena ovaprim
yang disuntikkan dalam tubuh induk ikan toman betina adalah dosis yang diduga
mampu merangsang sekresi follicle stimulating hormone (FSH) pada kelenjar
pituitari sehingga merangsang estrogen dan memproduksi luteinizing hormone
(LH) sehingga terjadi ovulasi. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan
oleh Frandson (1992) bahwa kenaikan konsentrasi LH yang cepat dan tinggi
menyebabkan pecahnya folikel dan terjadi ovulasi. Dari hasil penelitian ini
menunjukan bahwa induk ikan toman yang disuntik dengan hormon ovaprim
dengan dosis 0,4 ml/kg berat badan dapat menyebabkan peningkatan konsentrasi
hormon gonadotropin di dalam darah sehingga dapat merangsang perkembangan
telur dan mempercepat proses pemijahan ikan dengan waktu laten 91,33 jam lebih
29

cepat dari perlakuan lainnya. Hal ini karena hormon ovaprim yang disuntikkan
dalam tubuh induk ikan betina dapat memacu proses ovulasi dengan cepat. Sesuai
dengan fungsinya ovaprim sangat berperan di dalam mamacu terjadi ovulasi dan
pemijahan pada ikan, yaitu pada saat pematangan gonad dimana GnRH analog
berperan merangsang hipotalamos untuk melepas gonadrotropin, Hal ini sesuai
dengan pendapat yang di kemukakan oleh (Lam, 1985), yang dalam kondisi
alamiah sekresi gonadotropin dihambat oleh dopamine sehingga apabila dopamine
dihalang dengan antagonisnya maka peranan dopamine akan terhenti dan sekresi
gonadotropin akan meningkat.
Berdasarakan hasil Uji Anova pada taraf nyata 5% menunjukan bahwa
perlakuan berpengaruh sangat nyata terhadap waktu laten ikan toman. Hal ini
diduga karena induk yang digunakan pada pemijahan dalam kondisi TKG yang
seragam yaitu pada kondisi TKG III. Sehingga cepatnya waktu laten ikan toman
dipengaruhi oleh penggunaan dosis hormon ovaprim yang diberikan. Semakin
banyak dosis ovaprim yang diberikan pada pemijahan ikan toman maka semakin
cepat waktu laten ikan untuk mematangkan gonad, sehingga proses keluarnya sel
telur dari ovarium semakin cepat, akan tetapi belum tentu mendapatkan hasil daya
tetas yang optimal. Hal ini sependapat dengan penelitian Saputra, (2015) semakin
tinggi dosis ovaprim yang digunakan pada pemijahan ikan haruan maka semakin
cepat waktu laten ikan untuk melakukan pemijahan. Semakin singkat waktu laten
yang diperlukan induk ikan untuk memijah, Adanya pengaruh GnRH dan anti
dopamin semakin banyak diberikan menyebabkan GtH mensekresikan kelenjar
hipofisa semakin banyak. GtH yang terlalu banyak dapat menyebabkan
keberadaannya diplasma darah semakin lama dapat memaksimalkan kematangan
gonad dan mempercepat ovulasi. Banyak faktor yang mempengaruhi cepat atau
lambatnya waktu laten seperti tingkat kematangan gonad (TKG), faktor
fisikologis, kesehatan induk dan lingkungan. Cepat atau lambatnya waktu laten
atau batas waktu ovulasi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor hormonal
berupa rangsangan penyuntikan hormon gonadotropin sintetik terhadap proses
spermiasi dan faktor lingkungan berupa kuantitas dan kualitas air (Najmiyati,
2009 dalam Muslim, 2017).
4.2.2. Ovulasi
30

Pegamatan ovulasi ikan toman dilakukan dengan melihat atau mengrtol


secara langsung dikolam pemijahan. Waktu ovulasi terhitung dari induk ikan
toman dari mengeluarkan telur (terlihatnya telur ikan toman di atas permukaan air
yang terletak disela-sela eceng gondok, hingga diakhiri dengan ikan toman
berhenti mengeluarkan telur dari ovarium (adanya respon ikan toman dengan
mengumpulkan telur ikan toman yang berserakkan dipermukaan air kesatu titik)
adanya respon ini menandakan bahwa ikan toman bersifat menjaga telurnya
sendiri. Berdasarkan hasil pengamatan ovulasi pada induk ikan toman dipijahkan
pada Tabel 4.3. menunjukkan rata-rata ovulasi induk ikan toman pada penelitian
ini berkisar antara 22,33 - 35,67 jam. Dimana ovulasi yang terlama didapat pada
perlakuan B (dosis 0,3 ml/kg) dengan rata-rata 35,67 jam, diikuti oleh perlakuan
A (dosis 0,2 ml/kg) dengan rata-rata 29 jam, kemudian perlakuan C (dosis 0,4
ml/kg) dengan rata-rata 22,33 jam adalah rata-rata paling cepat induk ikan toman
untuk melakukan pemijahan. Berdasarkan penelitian Muslim (2017) pemijahan
ikan haruan secara semi buatan dengan pemberian dosis ovaprim 0,2 ml/kg, 0,4
ml/kg dan 0,6 ml/kg diperoleh rata-rata waktu ovulasi selama percobaan pada ikan
toman adalah 22-62 jam. Dimana ovulasi yang tercepat didapat pada pemberian
hormon dengan dosis 0,6 ml/kg dengan rata-rata ovulasi 24-30 jam, cepat atau
lambatnya ovulasi ikan haruan pada pemijahan secara semi buatan dengan
pemberian hormon ovaprim sangat dipengaruhi oleh banyak dosis yang diberikan.
Semakin banyak dosis yang diberikan maka aktivitas pengeluaran feremonnya
akan semakin cepat oleh induk betina untuk melakukan ovulasi.
Hasil analisis penggunaan dosis hormon ovaprim yang berbeda terhadap
ovulasi induk ikan toman pada Gambar 4.2. grafik menjelaskan hasil ovulasi ikan
toman yang mengalami peningkatan dan penurunan disetiap perlakuan. Dimana
hasil yang paling optimal didapat pada perlakuan B dengan pemberian hormon
dengan dosis 0,3 ml/kg memperoleh rerata waktu 35,67 jam, kemudian diikuti
oleh perlakuan A dengan pemberian hormon dengan dosis 0,2 ml/kg memperoleh
rerata waktu 29 jam dan yang terendah pada perlakuan C dengan pemberian
hormon dengan dosis 0,4 ml/kg memperoleh rerata waktu 22,33 jam. Jika
ditelaah secara mendalam, pada perlakuan C seharusnya lebih baik dari pada
perlakuan A dan B, dimana dosis hormon yang digunakan lebih rendah
31

dibandingan perlakuan C. Hal ini diduga karena TKG induk pada saat dipijahkan
lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan A dan B yang kondisi TKG nya
lebih tinggi. Selain itu ukuran berat gonad juga sangat mempengaruhi terhadap
ovulasi, semakin berat ukuran gonad ikan toman maka jumlah telur yang ada
didalam gonad akan semakin banyak sehingga ovulasi ikan akan semakin lama.
Jika dilihat dari jumlah telur yang dihasilkan, semakin lama ikan toman
melakukan ovulasi maka semakin banyak jumlah telur yang didapatkan. Selain
itu, kondisi kesehatan induk ikan serta penanganan pada saat melakukan
pemijahan induk menjadi salah satu faktor penyebab waktu ovulasi pada
perlakuan C lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Saputra (2015)
melaporkan semakin banyak penggunaan dosis yang di berikan pada induk ikan
haruan, maka akan semakin cepat pemijahan terjadi. Adanya pengaruh GnRH dan
anti dopamin semakin banyak diberikan maka akan mempengaruhi GtH
mensekresikan kelenjer hipofisa semakin banyak. GtH yang terlalu banyak akan
memberikan dampak terhadap plasma darah sehingga dapat memaksimalkan
kematangan gonad dan mempercepat ovulasi.
Berdasarakan hasil Uji Anova pada taraf nyata 5% perlakuan
menunjukkan perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap ovulasi ikan toman. Hal
ini diduga karena kondisi TKG induk ikan yang digunakan tidak pada kondisi
optimal (siap pijah) bahkan fase TKG ikan ini tergolong rendah misalnya TKG 3,
sehingga respon tubuh ikan terhadap rangsangan hormon ovaprim yang diberikan
untuk mengeluarkan sel telur lebih lama. Pada fase ini ovari seharusnya
mendapatkan hormon ovaprim dengan dosis yang tepat untuk mempercepat fase
TKG 4. Pada fase TKG 3 untuk mencapai TKG 4 ini memerlukan waktu peralihan
yang sangat bervariasi tergantung kondisi tubuh induk yang digunakan,
lingkungan perairan dan jumlah rangsangan hormon. Berbeda halnya jika kondisi
ikan memasuki TKG 4 atau dalam kondisi optimal (siap mijah) jika diberikan
rangsangan hormon walaupun dalam jumlah sedikit, maka respon tubuh induk
ikan akan cepat untuk melepaskan sel telur. Sehingga dapat dikatakan pemberian
hormon dengan dosis yang tepat sangat mempengaruhi hasil dari suatu pemijahan
untuk mendapatkan hasil yang optimal. Beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi dalam proses pemijahan ikan yaitut faktor internal dan faktor
32

eksternal. Faktor intenal yang mempengaruhi proses pemijahan adalah tingat


kematangan gonad (TKG), pendorong dan penghambat hormon gonadotropin,
gonadotropin pra ovulasi, respon ovarium terhadap GtH dan kondisi kesehatan
ikan pada saat melakukan pemijahan. Sedangakn faktor eksternal yang
mempengaruhi pemijahan adalah photo periode, suhu, substrat untuk pemijahan,
hubungan sosial, kesempatan melakukan pemijahan dan pasangan pemijahan.
Menurut Najmiyati, (2009) faktor mempengaruhi cepat atau lambatnya proses
ovulasi seperti faktor hormonal berupa rangsangan penyuntikan hormon ovaprim
terhadap proses spermiasi dan faktor lingkungan berupa kuantitas serta kualitas
air.

4.2.3. Fekunditas
Fekunditas relatif adalah jumlah telur persatuan berat atau panjang tubuh
ikan yang dihasilkan. Berdasarkan hasil pengamatan fekunditas relatif pada induk
ikan toman yang dihitung secara langsung (sensus lengkap) pada Tabel 4.5.
menunjukkan rata-rata fekunditas mutlak dan fekunditas relatif induk ikan toman
yang digunakan pada penelitian. Fekunditas mutlak ikan toman dengan berat
2.300 -3.033 g berkisar antara 2.772-3.399 butir telur/ekor dan fekunditas relatif
berkisar antara 73,07-88,94%. Dimana rata-rata fekunditas relatif pada perlakuan
A yaitu 73,07%, pada perlakuan B yaitu 88,94% dan pada perlakuan C yaitu
83,34 butir telur. Berdasarkan penelitian Saputra (2015) rata-rata fekunditas ikan
toman pada pemijahan secara semi buatan berkisar 2.874 - 3.616 butir telur dari
berat ikan antara 160-170 g. Muslim (2017) melaporkan rata-rata fekunditas induk
haruan pada pemijahan secara semi buatan berkisar 3.021 - 5.432 butir telur.
Hasil pada Gambar 4.3. grafik menunjukkan peningkatan dan penurunan
pada setiap perlakuan, dimana fekunditas relatif ikan toman pada perlakuan B
sebanyak 88,94%, lebih banyak jika dibandingkan dengan perlakuan C sebanyak
83,34% dan begitu juga pada perlakuan A sebanyak 73,07%. Hal ini diduga
karena perbedaan ukuran berat tubuh terhadap total fekunditas telur yang diamati.
Selain itu, perkembangan ukuran tubuh ikan memiliki nilai positif terhadap
ukuran gonad, semakin berat ukuran berat gonad maka akan menambah volume
jumlah sel telur yang dikandungnya. Hasil Uji Anova pada taraf nyata 5%
fekunditas relatif ikan toman menunjukkan perlakuan berpengaruh nyata terhadap
33

fekunditas telur yang dihasilkan akan tetapi ukuran berat induk ikan toman sangat
mempengaruhi banyak atau tidaknya fekunditas yang dihasilkan. Sehingga dapat
dikatakan perbandingan antara ukuran berat tubuh ikan berkaitan erat dengan
perkembangan gonad ikan, semakin berat ukuran gonad ikan maka akan semakin
bertambah volume jumlah sel telur yang dihasilkan. Banyaknya fekunditas telur
ikan toman yang dihasilkan belum tentu mendapatkan fertlisiasi telur yang bagus.
Menurut Makmur (2006) jumlah telur ikan dipengaruhi ukuran panjang total dan
bobot tubuh ikan.
Beberapa faktor yang mempengaruhi fekunditas ikan toman diantaranya
umur, kualitas dan kuantitas pakan serta kondisi lingkungan seperti kehadiran
hama atau penyakit dan kualitas air. Kondisi umur ikan juga sangat
mempengaruhi fekunditas yang dihasilkan, hal ini dikarenakan ikan yang lebih tua
akan mengalami kemunduran untuk melakukan reproduksi, sedangkan ikan yang
berumur reproduktif akan menghasilkan lebih banyak sel telur yang dihasilkan.
Kualitas dan kuantitas dari pakan sangat mempengaruhi terhadap kondisi telur
yang dihasilkan, dimana pertumbuhannya lebih cepat, gemuk dan lebih besar serta
tidak menghambat proses reproduksi untuk menghasikan sel telur. Kondisi
lingkungan seperti Kehadiran hama dan penyakit ikan dapat menghambat proses
pemijahan dan jumlah telur yang dihasilkan akan lebih sedikit akibat gangguan
fisiologis dan biologisnya yang dapat menyebabkan kematian dan kecacatan
fisiknya. Selain itu kualitas air (suhu, ph dan DO) yang optimal akan menjamin
kehidupan ikan yang lebih baik jika dibandingkan dengan kualitas air yang
cenderung berubah secara ekstrim akibat perairan yang dangkal dan banyaknya
bahan organik yang terdekomposisi, sehingga dapat mempengaruhi seluruh tubuh
ikan yang berdampak pada kualitas gonad yang dikandungnya. Menurut Harianti
(2013) menyatakan jumlah telur pada setiap induk betina tergantung pada umur,
ukuran, spesies, kondisi lingkungan seperti ketersediaan makanan dan kualitas air.

4.2.4. Fertilisasi
Fertilisasi ialah proses penyatuan atau peleburan inti sel telur (ovum)
dengan inti sel spermatozoa membentuk makhluk hidup baru yang disebut zigot.
34

Zigot adalah bentuk paling awal dari semua makhluk hidup yang berkembang
melalui proses fertilisasi. Berdasarkan hasil pengamatan pada Tabel 4.7. rata-rata
fertilisasi ikan toman yang dihasilkan berkisar antara 64,64-91,57%. Berdaarkan
peneitian Saputra (2015) rata-rata fertilisasi ikan haruan yang dihasilkan pada
pemijahan secara semi buatan berkisar antara 98,78-99,75%. Sakuro (2016)
melaporkan rata-rata fertilisasi ikan haruan yang dihasilkan pada pemijahan
secara semi buatan berkisar antara 98,23-99,54%.
Hasil pengamatan pada Gambar 4.4. menjelaskan fertilisasi terhadap
fekunditas ikan toman yang dihasilkan mengalami peningkatan dan penurunan,
dimana fertilisasi ikan toman yang optimal pada perlakuan B sebesar 91,57%,
diikuti perlakuan A sebesar 81,37%, dan yang terendah pada perlakuan C sebesar
64,64%. Sehingga dapat dikatakan bahwa hanya sebagian telur yang terbuahi dan
sebagiannya tidak terbuahi. Hal ini diduga karena fertilisasi berkaitan erat dengan
tingkat kematangan, waktu keluarnya sel telur dari ovum dengan sperma
bersamaan, kesehatan sperma dan waktu motil seperma dalam membuahi sel telur,
kondisi kesehatan telur dan kondisi lingkungan. Muslim (2017) melaporkan
tingginya persentase fertilisasi ikan dipengaruhi beberapa faktor, antara lain telur
yang diovulasikan oleh ikan betina sudah matang sempurna, jumlah spermatozoa
ikan jantan secara kualitas dan kuantitas memenuhi, serta faktor ligkungan
(kualitas air) yang mendukung proses fertilisasi, sehingga tingkat keberhasilan
spermatozoa membuahi sel telur sangat tinggi.
Hasil uji anova pada taraf 5% menunjukkan perlakuan pemberian
hormon ovaprim yang berbeda berpengaruh sangat nyata terhadap fertilisasi telur
ikan toman. Hal ini diduga karena dosis hormon ovaprim yang digunakan pada
perlakuan B (dengan dosis ovaprim 0,3 ml/kg) adalah dosis yang optimal untuk
pematangan telur secara merata, walupun hasil perlakuan A (dengan dosis
ovaprim 0,2 ml/kg) dan B (dengan dosis ovaprim 0,3 ml/kg) menujukkan
perbedaan yang tidak signifikan. Sebaliknya pada perlakuan C (dengan dosis
ovaprim 0,4 ml/kg) pemberian dosis yang tinggi dan tidak tepat mengakibatkan
ikan betina lebih cepat berovulasi karena efek dari pemberian GnRH-a. Akibat
pemberian GnRH-a proses pematangan telur semakin cepat, menyebabkan tidak
meratanya kematangan telur. Sedangkan pada induk jantan penggunaan dosis
35

yang tinggi akan mempercepat proses kinerja pematangan gonad sehingga


konsentrasi sperma tinggi, semakin tinggi konsentrasi spermatozoa untuk
pembuahan telur maka semakin rendah tingkat pembuahan karena volume
kantung sperma yang dihasilkan menjadi rendah sehingga perbandingan antara sel
telur dan sel sperma tidak sebanding dan mengakibatkan fertilisasi menjadi
rendah. Seperti yang dikemukakan oleh Novianto (2004) pada ikan Brown trout,
treatment GnRH-a akan menyebabkan ketidak sinkronan antara kematangan
meiotic telur dengan proses ovulasi sehingga telur yang belum matang akan ikut
diovulasikan, hal ini yang menyebabkan kurangnya derajat pembuahan.
Muhammad et al. (2003) menambahkan bahwa dosis yang tinggi akan
memberikan efek negatif terhadap kinerja gonad sehingga mengakibatkan volume
semen rendah dan konsentrasi sperma tinggi, semakin tinggi konsentrasi
spermatozoa untuk pembuahan telur maka semakin rendah tingkat pembuahan.

4.2.5. Daya Tetas


Berdasarakan hasil pengamatan daya tetas pada Tabel 4.9. menjelaskan
pemberian hormon ovaprim dengan dosis yang berbeda terhadap persentase daya
tetas telur ikan toman menunjukkan nilai rata-rata daya tetas telur yaitu 88,69 -
98,31%. Berdasarkan penelitian Marimuthu (2011) dengan menggunakan hormon
ovaprim pada ikan Channa puntatus dengan dosis 0,2 ml/kg, 0,4 ml/k dan 0,6
ml/kg didapatkan rata rata daya tetas antara 84,3-96,3%. Pada penelitian ini daya
tetas yang terbanyak yaitu pada dosis 0,4 ml/kg adalah 96,3%, sedangkan daya
tetas tetas yang terendah yaitu pada dosis 0,6 ml/kg adalah 84,3% . Sakuro (2016)
melaporkan rata-rata daya tetas telur ikan haruan yang dihasilkan pada pemijahan
secara semi buatan berkisar antara 51,67% - 64,33%.
Berdaarkan hasil pada Gambar 4.5. Grafik menjelaskan nilai rata-rata
persentase daya tetas telur ikan toman mengalami peningkatan dan penurunan,
dimana nilai nilai rata-rata persentase daya tetas telur yang optimal diporeloh pada
pada perlakuan B sebesar 98,31%, diikuti perlakuan A sebesar 90,04%, dan yang
terendah pada perlakuan C sebesar 88,69%. Tingginya daya tetas telur ikan toman
yang dihasilkan, diduga karena oleh sifat induk toman yang selalu menjaga
telurnya. Selain itu faktor waktu laten, ovulasi, fekunditas dan fertilisasi, kodisi
telur dan lingkungan akan mempengaruhi daya tetas telur. Sakuro (2016)
36

melaporkan daya tetas telur berhubungan erat dengan keberhasilan fertilisasi.


Keberhasilan daya tetas akan menurun dengan semakin menurunnya keberhasilan
fertilisasi, sebaliknya keberhasilan daya tetas akan meningkat seiring
meningkatnya keberhasilan fertilsasi.
Hasil Uji Anova pada taraf 5% menunjukkan perlakuan pemeberian
hormon ovaprim yang berbeda berpengaruh nyata terhadap daya tetas telur ikan
toman. Hal ini diduga karena kualitas telur yang terbuahi oleh induk ikan toman
dapat dikatakan dalam kondisi bagus (sehat). Pada dasarnya daya tetas telur ikan
toman ini tergolong tinggi hal ini dikarenakan oleh sifat induk toman toman yang
selalu menjaga telurnya. Meski demikian telur yang terbuahi tentu tidak
sepenuhnya akan menetas hal ini tergantung oleh tingkat kesuburan dari telur ikan
yang terbuahi. Selain itu fakor yang mempengaruhi daya tetas telur adalah faktor
lingkungan seperti suhu, pH dan Oksigen. Hal ini sesuai dengan pendapat Nur, et
al. (2009) daya tetas dipengaruhi beberapa faktor yaitu kualitas telur itu sendiri,
fertilisasi telur terkait dengan kemampuan sperma untuk membuahi sel telur serta
kualitas air. Menurut Simbolon (2016) penetesan telur dipengaruhi oleh faktor
internal seperti kerja hormon atau volume kuning telur serta faktor eksternal
berupa suhu, oksigen terlarut dan intensitas cahaya.

4.2.6. Kualitas Air


Kualitas air secara luas dapat diartikan sebagai kondisi atau keadaan air
yang mempengaruhi jasad hidup yang ada didalamnya. Kondisi tersebut
mencakup sifat fisika, kimia, dan biologi air. Kualitas air mencerminkan sifat air
dan kandungan makhluk hidup, zat atau energi serta komponen dalam air dan
merupakan peubah yang biasanya dapat dipantau untuk mengetahui dan menduga
kondisi lingkungan perairan
Pengukuran kualitas air yang dilakukan selama penelitian adalah suhu,
pH, DO dan amoniak. Hasil pengamatan kualitas air selama penelitian pada Tabel
4.11. Menjelaskan suhu adalah salah satu sifat fisika yang mempengaruhi
reproduksi, pertumbuhan dan nafsu makan ikan atau organisme yang ada dalam
perairan. Pengukuran suhu yang diperoleh selama penelitian berkisar 28-31 oC.
Dilihat dari habitatnya ikan toman berasal dari perairan sungai serta juga terdapat
37

pada perairan rawa, maka dari itu ikan toman sangat menyukai kondisi lingkungan
dengan suhu yang stabil seperti di sungai dan rawa.
Derajat Keasaman (pH) sering dikatakan sebagai petunjuk baik dan
buruknya lingkungan perairan, karena dapat mempengaruhi secara langsung
kehidupan organisme yang ada didalamnya. pH berkaitan erat dengan alkalinitas
yaitu konsentrasi basa atau bahan yang mampu menetralisir keasaman dalam air.
Nilai pH pada penelitian ini berkisar antara 5,42 - 6,49 kisaran yang cukup baik
bagi pertumbuhan ikan toman jika dibandingkan dengan hasil penelitian Heryanto
(2019) berkisar 5-9.
DO merupakan faktor pembatas bagi kehidupan organisme. Perubahan
konsentrasi oksigen terlarut dapat menimbulkan efek langsung yang berkaitan
pada kematian organisme perairan, sedangkan pengaruh yang tidak langsung
adalah meningkatkan toksisitas bahan pencemar yang pada akhirnya dapat
menyebabkan organisme itu sendiri. Hal ini disebabkan oksigen terlarut pada
pemijahan ikan toman yang dilakukan dapat memproses metabolisme dalam
tubuh dan berkembangbiak. Kandungan oksigen terlarut pada penelitian ini
berkisar antara 3,0-5,5 mg/l. Kandungan oksigen ini tergolong optimal yang dapat
mendukung habitat ikan toman dan haruan di perairan rawa Kalimantan Selatan
bekisar antara 3,4-3,7 mg/l. Kandungan oksigen terlarut merupakan parameter
hidrobiologis yang dianggap sangat penting untuk menentukkan kehidupan
hidrobiologis karena oksigen terlarut merupakan komponen utama dalam
metabolism (Heryanto, 2019).
Hasil analisis amoniak pada penelitian ini berkisar antara 0,1 – 0,29 mg/l.
Kondisi ini masih tergolong rendah dan aman bagi ikan yang hidup di perairan
rawa tersebut. secara umum kondisi aman untuk kehidupan ikan dalam perairan
adalah < 0,5 ppm. Menurut kordi, (2013) kadar amoniak yang optimal adalah
berkisar <0,016 untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan toman.
Sedangkan menurut Yuanita (2009) kadar amoniak yang optimal untuk
keangsungan hidup ikan dan oragnisme lainnya adalah kurang dari 1 mg/l.
BAB 5. PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Pemijahan ikan toman secara semi buatan yang dilakukan di Desa
Samhurang, Kecamatan Labuan Amas Utara, Kabupaten Hulu Sungai Tengah
selama 4 bulan. Pemijahan dilakukan dengan pemberian hormon ovaprim dengan
dosis 0,2 ml/kg, 0,3 ml/kg dan 0,4 ml/kg. Ikan toman yang dipijahakan
memerlukan waktu laten berkisar antara 91,33-148,33 jam dengan waktu laten
yang tercepat pada dosis ovaprim 0,4 ml/kg yaitu 91,33 jam, ovulasi antara 22,33
- 35,67 jam dengan ovulasi yang optimal pada dosis ovaprim 0,3 ml/kg yaitu
35,67, fekunditas relatif antara 73,07-88,94% dengan fekunditas relatif yang
optimal pada dosis ovaprim 0,3 ml/kg yaitu 88,94%, fertilisasi antara 64,64-
91,57% dengan fertilisasi yang optimal pada dosis ovaprim 0,3 ml/kg yaitu 91,57
dan daya tetas berkisar antara 88,69-98,31% dengan daya tetas terbanyak pada
dosis ovaprim 0,3 ml/kg yaitu 98,31. Sehingga dapat disimpulkan selama
percobaan didapatkan hasil yang terbaik pada perlakuan dengan dosis 0,3 ml/kg
dimana ovulasi, fekuniditas, fertelisasi dan daya tetas yang optimal dibandingkan
dengan perlakuan lainnya. Kualitas air selama pemijahan yang optimal suhu yaitu
28,0-31,0 oC, pH yaitu 5,42-6,49, DO yaitu 5,42-6,49 mg/l dan amoniak yaitu
<0,01-0,29.

5.2. Saran
Pemijahan ikan toman secara semi buatan ini perlu dilakukan penelitian
lebih lanjut dengan pemberian hormon ovaprim yang lebih tinggi pada 0,04 agar
dapat menghasil pemijahan yang optimal. Penggunaan induk yang tepat (matang
gonad) sangat mempengaruhi terhadap hasil pemijahan ikan toman yang
dilakukan.
39

DAFTAR PUSTAKA

Adelina, Pamukas, N. A., Lukistyowati, I. & Mulyadi, 2015. Teknologi dan


Manajemen Produksi Ikan Selais ( Ompok hypophthalmus), Pekanbaru:
Universitas Riau.

Ansyari Pahmi & Slamat, (2018). Telaah aspek kematangan gonad dan fekunditas
ikan toman (Channa micropeltes) periode musim hujan diperairan rawa
danau panggang. Prosiding seminar nasional perikanan dan kelautan ke-
7 FPK UNRI 2018. ISBN : 978-979-792-860-5.

Budiardi, T., Cahyaningrum, W. Dan Effendi, I. 2005. Efisiensi Pemanfaatan


Kuning Telur Embrio Dan Larva Ikan Maanvis (Pterophyllum scalare)
Pada Suhu Inkubasi Yang Berbeda. Jurnal Akuakultur Indonesia. 4 (1):
57- 61.

Effendie M. I. 2002. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama, Yogyakarta.


Farida, Rachimi & Adrianus, 2016. Pengaruh Suhu yang Berbeda terhadap Waktu
Penetasan dan Kelangsungan Hidup Larva Ikan Biawan (Helostoma
temmincki). Jurnal Ruaya. 4 (2) : 63-69.

Faruk, Frenki, Waluyo, Budi, Prasetyo dan Pambudi. 2011. Teknik Pembenihan
Ikan. Sinar Winurya. Bandung.

Fitriliyani I. 2005. Pembesaran Larva Ikan Gabus, Channa striata dan Efektifitas
Induksi Hormon Gonadotropin untuk Pemijahan Induk, Tesis (tidak
dipublikasikan). Fakultas Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor,Bogor.

Frandson, R.D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Universitas Gadjahmada.


Press. Yogyakarta.

Fujaya, Y. 2001. Biologi dan Teknologi Teleostei. Institut Pertanian Bogor.


Bogor.
Fujaya, Y. 2002. Fisiologis Ikan: Dasar Pengembangan Teknik Perikanan,
Penerbit Rineka Cipta, Jakarta. Jakarta.

Fujaya, Y. 2004. Fisiologi Ikan Dasar Pengembangan Teknik Perikanan. Cetakan


pertama. Rineka Putra. Jakarta.

Gusrina. 2008. Budidaya Ikan Jilid 1. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah


Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan
Menengah Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Hanafiah, K. A. 2000. Rancangan Percobaan Teori dan Aplikasi. Edisi 2. PT


RajaGrafindo Persada. Jakarta.
40

Harianti. 2013. Fekunditas dan diameter telur ikan gabus (Channa striata Bloch)
di danau Tempe, Kabupaten Wajo. Sulawesi Selatan. Jurnal Saintek
Perikanan. 8 (2) :18-24.

Heryanto. S. B., 2019. Efektivitas Pemberian Pakan Beku (Frozen Feed) Dengan
Bahan Baku Dari Keong Sawah (Pila Ampullacea) Untuk Pertumbuhan
Benih Ikan Toman (Channa Micropeltes). Skripsi. Fakultas Perikanan
dan Kelautan. Universitas Lambung Mangkurat, Banjarbaru.

Hunter, J.R, B.J.Macewicz, N. Chyanhulio, and C.A. Kimbrill. 1992. Fecundity,


Spawning and Maturity of Female dover sole, Microstumuspacificus and
Evaluation of Asumption and Precisions. Fishery Bulletin (90) : 101-128.

Keys, S.J. dan Crocos, P.J. 2006. Domestication, growth and reproductive
performance of wild, pond and tank-reared brown tiger shrimp (Penaeus
esculentusi). Juornal Aquaculture. 257 : 232-240.

Kontributor Wikipedia. 2020. Toman. Wikipedia, Ensiklopedia Bebas


https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Toman&oldid=16780898
diakses pada 1 April 2020.

Kordi, K. M.G.H. 2013. Budi Daya Ikan Konsumsi di Air Tawar. Lily Publisher.
Yogyakarta.

Kottelat, M., A.J. Whiten., S. N. Kartikasari dan S. Wirjoatmodjo. 1993.


Freshwater Fishes of Western Indonesia and Sulawesi. Periplus Editions
(HK) Ltd. In Collaboration with the Envinmental Management
Development ini Indonesia (EMDI) Project Minstry of State for
Population and Environment, Republic of Indonesia. 291 pp.

Kottelat M, Widjanarti E, 2005. Ikan-ikan di taman Nasional Danau Sentarum dan


Danau Kapuas, Kalimantan Barat, Indonesia. Buletin Raffles Zoologi,
Tambahan, 13: 139-173.

Lam, T.J. 1985. Induced Spawning in Fish. in C.S. Lee and I.C.Liao (Eds).
Reproduction and culture at Milkfish the Oseanic Institut, Hawai.

Mackinoon, K., Hatta, M, Gt., Halim, H., Mangalik, A. 2000. Ekologi Kalimantan
(Alih Bahasa oleh G. Tjiroseopomo, S,N, Kartikasari, A. Widyanto).
Prenhallindo. Jakarta.

Makmur S. dan Prasetyo D. 2006. Kebiasaan Makan Tingkat Kematangan Gonad


dan Fekunditas Ikan Haruan (Channa striata BLOCH) Di Suaka
Perikanan Sungai Sambujur DAS Barito Kalimantan Selatan. Jurnal
Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia. 13 (1) : 27-31.
41

Makmur S. 2006. Fekunditas dan diameter telur ikan gabus (Channa striata Bloch)
di daerah banjiran sungai Musi Sumatra Selatan. Jurnal Fish Science. 7
(2):254-259.

Marimuthu, K. And Haniffa, M. A. 2011. Induced Spawning Of Native


Threatened Snakehead Fish Channa Punctatus With Ovaprim. Indian. J.
Sci.. Technol. 4 (8) : 228-229.

Montgomery D.C. 2001. Design and Analysis of Experiments, 5 th. Ed. New York
: John Wiley & Sons, Inc.

Muhammad, Hamzah S dan Irfan A 2003. Pengaruh donor dan dosis kelenjar
hipofisa terhadap ovulasi dan daya tetas telur ikan betok (Anabas
testudineus). Jurnal Sain dan Teknologi. 3 (3) : 87-94.

Muslim dan Syifudin, M. 2012. Domestifikasi calon induk ikan gabus (Channa
striata) dalam lingkungan budidaya (kolam beton) Majalah Ilmiah
Sriwijaya. 21 (15) : 20-27.

Muslim, M. 2017. Pemijahan Ikan Gabus (Channa striata) Secara Alami dan
Semi Alami. Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia. 5 (1) : 25-32.

Muslim. 2017. Budidaya Ikan Gabus (Channa stiata). Palembang. Unsri Press.
Muslim. 2019. Pematangan Gonad, Pemijahan, Penetasan Telur dan Perawatan
Larva Ikan Haruan (Channa striata). Jurnal Pena Akuatika. 18 (2) : 1-12.

Nagahama Y. 1987. Gonadotropin Action on Gametogenesis and Stetoidogenesis


in Teleost Gonads. Zool Sci 4 : 209-222.

Najmiyati E. 2009. Induksi Ovulasi dan Derajat Penetasan Telur Ikan Hike
(Labeobarbus longipinnis) dalam Penangkaran Menggunakan GnRH
Analog. Tesis (Tidak dipublikasikan). Sekolah Pasca Sarjana Institut
Pertanian Bogor, Bogor.

Nandeesha M.C., Das, S.K., Nathaniel, D.E., and Varghese, T.J. 1990. Breeding
of Carps With Ovaprim in India. Indian Journal of Marine Scinces. 21
(4).

Nasoetion, A.H. dan Barizi. 1985. Metode Statistika untuk Penarikan


Kesimpulan. PT Gramedia. Jakarta.

Nikolsky, G. V. 1963. The Ecology of Fishes. Academic Press. London


Novianto E. 2004. Evaluasi Penyuntikan Ovaprim-C dengan Dosis Berbeda pada
Ikan Sumatera (Puntius tetrazona). Skripsi. Departemen Budidaya
Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor,
Bogor.
42

Nugraha, D., Supardjo, M. N. Dan Subiyanto. 2012. Pengaruh Perbedaan Suhu


Terhadap Perkembangan Embrio, Daya Tetas Telur dan Kecepatan
Penyerapan Kuning Telur Ikan Black Ghost (Apteronotus albifrons) pada
Skala Laboratorium. Journal Of Management Of Aquatic Resources. 1
(1) : 1-6.

Nur, B., Chumaidi, Sudarto, Pouyaud, L. Dan Slembrouck, J., 2009. Pemijahan
dan Perkembangan Embrio Ikan Pelangi (Melanotaenia spp.) Asal
Sungai Sawiat, Papua. Jurnal Riset Akuakultur. 4 (2) :147-156.

Permana D. 2009. Evektivitas Aromatase Inhibitor dalam Pematangan Gonad dan


Stimulasi Ovulasi pada Ikan Sumatra (Puntius tetrazona). Skripsi (Tidak
dipublikasikan). Program Studi Teknologi dan Menagemen.

Sakuro, B. A., Muslim dan Yulisman. 2016. Rangsangan Pemijahan Ikan Gabus
(Channa striata) Menggunakan Ekstrak Hipofisa Ikan Gabus. Jurnal
Akuakultur Rawa Indonesia. 4 (1) : 91-102.

Saputra, A., Muslim, dan Fitriani, M. 2015. Pemijahan Ikan Gabus (Channa
striata) dengan Rangsangan Hormon Gonadotropin Sintesik Dosis
Berbeda. Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia. 3 (1) : 1-9.

Simbolon, F., 2016. Perbandingan Jumlah Induk Terhadap Keberhasilan Daya


Tetas dan Kelulushidupan Larva Ikan Mas Koki (Carrasius auratus),
Medan: Repositori Institusi Universitas Sumatra Utara.

Sudjana. 1992. Metode Statistika. Tarsito. Bandung.


Sukendi. 1995. Perubahan Histologi Gonad Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus
Burcheel) akibat Kombinasi Penyuntikan Ovaprim dan PGF2 α.
Lembaga Penelitian Universitas Riau.

Sukendi. 2001. Biologi reproduksi dan pengendaliannya dalam upaya pembenihan


ikan baung (Mystus nemurus) dari perairan sungai Kampar, Riau.
Disertasi. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Sumantadinata, K. 1981. Perkembangbiakan Ikan-Ikan Peliharaan Indonesia.


Fakultas Perikanan. Bogor.

Yuanita, R., Ansyari P., dan Asmawi S. 2009. Telaah Food Habits dan Bio
Limnologi Habitat Ikan. Larva dan Ukuran Kebul di Perairan Rawa
Kalimantan Selatan. Artikel Ilmiah. Fakultas Perikanan UNLAM.
Banjarbaru.

Zairin Jr M. 2003. Peranan Endokrinologi dalam Perikanan Indonesia. Orasi


Ilmiah Guru Besar. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
43

LAMPIRAN
44

Lampiran 1. Data Waktu Laten Ikan Toman

Tanggal/Bulan/Tahun/Waktu Waktu Laten


Perlakuan
Penyuntikan Mulai Keluar Telur (Jam)
A1 05/12/2019 16:00 11/12/2019 4:00 146
A2 05/12/2019 17:00 12/12/2019 15:00 166
A3 05/12/2019 17:05 11/12/2019 6:05 133
B1 05/12/2019 17:10 11/12/2019 1:10 128
B2 05/12/2019 17:19 10/12/2019 19:19 122
B3 05/12/2019 17:30 10/12/2019 9:30 112
C1 05/12/2019 17:38 09/12/2019 1:38 80
C2 05/12/2019 17:46 09/12/2019 19:46 98
C3 05/12/2019 17:52 09/12/2019 17:52 96
45
46

Lampiran 2. Data Ovulasi Ikan Toman

Tanggal/Bulan/Tahun/Waktu
Perlakuan Ovulasi (Jam)
Mulai Keluar Telur Respon Ikan*
A1 11/12/2019 4:00 12/12/2019 13:00 33
A2 12/12/2019 15:00 13/12/2019 21:00 30
A3 11/12/2019 6:05 12/12/2019 6:05 24
B1 11/12/2019 1:10 12/12/2019 9:10 32
B2 10/12/2019 19:19 12/12/2019 19:19 48
B3 10/12/2019 9:30 11/12/2019 12:30 27
C1 09/12/2019 1:38 09/12/2019 14:38 13
C2 09/12/2019 19:46 10/12/2019 18:46 23
C3 09/12/2019 17:52 11/12/2019 0:52 31

Keterangan :
* = Mulai mengumpulkan telur yang berserakan diluar sarang
47

Lampiran 3. Data Fekunditas Relatif Ikan Toman

Perlakuan Jumlah Telur (butir) Berat Ikan (g) Fekunditas Relatif (%)
A1 3234 2300 71,12
A2 3283 3000 91,38
A3 2758 2500 90,65
Rerata 3092 2600 84,38
B1 3218 3000 93,23
B2 3580 2900 81,01
B3 3399 3200 94,15
Rerata 3399 3033 89,46
C1 3051 2000 65,55
C2 2593 2400 92,56
C3 2672 2500 93,56
Rerata 2772 2300 83,89
48

Lampiran 4. Data Fertilisasi Telur Ikan Toman

Jumlah Telur Jumlah Telur


Perlakuan Fertilisasi Telur (%)
(butir) Terbuahi (butir)
A1 3234 2910 89,98
A2 3283 2066 62,93
A3 2758 2515 91,19
Rerata 3092 2497 81,37
B1 3218 2963 92,08
B2 3580 3257 90,98
B3 3399 3115 91,64
Rerata 3399 3112 91,57
C1 3051 2185 71,62
C2 2593 1420 54,76
C3 2672 1805 67,55
Rerata 2772 1803 64,64
49

Lampiran 5. Data Daya Tetas Telur Ikan Toman

Jumlah Telur Jumlah Telur Daya Tetas


Perlakuan
Terbuahi (butir) Menetas (butir) Telur (%)
A1 2910 2610 89,69
A2 2066 1851 89,59
A3 2515 2285 90,85
Rerata 2497 2249 90,05
B1 2963 2928 98,82
B2 3257 3172 97,39
B3 3115 3075 98,72
Rerata 3112 3058 98,31
C1 2185 1835 83,98
C2 1420 1315 92,61
C3 1805 1615 89,47
Rerata 1803 1588 88,69
50

Lampiran 6. Uji Normalitas Liliefors Waktu Laten Ikan Toman

No X Fkum Z F(z) S(z) S(z) - F(z)


1 80 1 -1,50 0,067 0,111 0,044
2 96 2 -0,90 0,184 0,222 0,038
3 98 3 -0,82 0,205 0,333 0,129
4 112 4 -0,30 0,381 0,444 0,063
5 122 5 0,07 0,528 0,556 0,027
6 128 6 0,29 0,616 0,667 0,051
7 133 7 0,48 0,685 0,778 0,093
8 146 8 0,97 0,833 0,889 0,056
9 166 9 1,71 0,956 1,000 0,044

Mean 120,111
Stdev 26,816
L maks 0,129
L tabel 1% 0,311
L tabel 5% 0,271
L maks < L tabel = Data menyebar normal
51

Lampiran 7. Uji Homogenitas Bartlett Waktu Laten Ikan Toman

Kelompok
No Perlakuan Rerata Stdev
I II III
1 A 146 166 133 148,33 16,6233
2 B 128 122 112 120,67 8,0829
3 C 80 98 96 91,33 9,86577

Perlakuan db = ni-1 1/db S2 db.S2 Log Si2 db.log Si2


A 2 0,5 276,3333 138,1667 2,4414 1,2207
B 2 0,5 65,3333 32,6667 1,8151 0,9076
C 2 0,5 97,3333 48,6667 1,9883 0,9941
Jumlah 6 1,5 439,0000 219,5000 6,2448 3,1224
Rerata 2 0,5 146,3333 73,1667 2,0816 1,0408

S2 36,5833
Log S2 1,5633
B 9,3797
X2 Hitung 2,718
X2 Tabel 1% 9,21
X2 Tabel 5% 5,99

X2 Hitung < X2 Tabel = Data homogen


52

Lampiran 8. Uji Anova Waktu Laten Ikan Toman

Perlakuan
Kelompok Jumlah Rata-Rata
A B C
I 146 128 80 354,00 118,00
II 166 122 98 386,00 128,67
III 133 112 96 341,00 113,67
Jumlah 445,00 362,00 274,00 1081,00
Rata-rata 148,33 120,67 91,33 120,11

FK = 129840

F tabel
SK DB JK KT F Hitung
0,05 0,01
Kelompok 2 357,56 178,78 1,37 6,94 18
Perlakuan 2 4874,89 2437,44 18,73 6,94 18
Galat 4 520,44 130,11
Total 8 5752,89

KK = 9,50%

Kelompok : F hitung < F tabel = Tidak berpengaruh nyata


Perlakuan : F hitung < F tabel = Tidak berpengaruh nyata
53

Lampiran 9. Uji BNT Waktu Laten Ikan Toman

Multiple Comparisons
Dependent Variable: Waktu_Laten
95% Confidence
(I) Mean
Interval
Perlakua (J) Perlakuan Difference Std. Error Sig.
Lower Upper
n (I-J)
Bound Bound
Tukey Dosis Dosis 27,66667 9,87702 ,070 -2,6387 57,9721
HSD ovaprim Ovaprim 0,3
0,2 Dosis 57,00000
* 9,87702 ,003 26,6946 87,3054
Ovaprim 0,4
Dosis Dosis ovaprim -27,66667 9,87702 ,070 -57,9721 2,6387
Ovaprim 0,2
0,3 Dosis 29,33333 9,87702 ,056 -,9721 59,6387
Ovaprim 0,4
Dosis Dosis ovaprim -57,00000
* 9,87702 ,003 -87,3054 -26,6946
Ovaprim 0,2
0,4 Dosis -29,33333 9,87702 ,056 -59,6387 ,9721
Ovaprim 0,3
LSD Dosis Dosis 27,66667
* 9,87702 ,031 3,4985 51,8349
ovaprim Ovaprim 0,3
0,2 Dosis 57,00000
* 9,87702 ,001 32,8318 81,1682
Ovaprim 0,4
Dosis Dosis ovaprim -27,66667
* 9,87702 ,031 -51,8349 -3,4985
Ovaprim 0,2
0,3 Dosis 29,33333
* 9,87702 ,025 5,1651 53,5015
Ovaprim 0,4
Dosis Dosis ovaprim -57,00000
* 9,87702 ,001 -81,1682 -32,8318
Ovaprim 0,2
0,4 Dosis -29,33333
* 9,87702 ,025 -53,5015 -5,1651
Ovaprim 0,3
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Waktu_Laten
Subset for alpha = 0.05
Perlakuan N
1 2 3
a Dosis Ovaprim 0,4 3 91,3333
Tukey HSD
Dosis Ovaprim 0,3 3 120,6667 120,6667
Dosis ovaprim 0,2 3 148,3333
Sig. ,056 ,070
Duncan
a Dosis Ovaprim 0,4 3 91,3333
Dosis Ovaprim 0,3 3 120,6667
Dosis ovaprim 0,2 3 148,3333
Sig. 1,000 1,000 1,000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.
54

Lampiran 10. Uji Normalitas Liliefors Waktu Ovulasi Ikan Toman

No X Fkum Z F(z) S(z) S(z) - F(z)


1 13 1 -1,70 0,0449 0,1111 0,066
2 23 2 -0,64 0,2624 0,2222 0,040
3 24 3 -0,53 0,2981 0,3333 0,035
4 27 4 -0,21 0,4161 0,4444 0,028
5 30 5 0,11 0,5422 0,5556 0,013
6 31 6 0,21 0,5839 0,6667 0,083
7 32 7 0,32 0,6248 0,7778 0,153
8 33 8 0,42 0,6642 0,8889 0,225
9 48 9 2,01 0,9780 1,0000 0,022

Mean 29,000
Stdev 9,434
L maks 0,225
L tabel 1% 0,311
L tabel 5% 0,271

L maks < L tabel = Data menyebar normal


55

Lampiran 11. Uji Homogenitas Bartlett Waktu Ovulasi Ikan Toman

Kelompok
No Perlakuan Rerata Stdev
I II III
1 A 33 30 24 29,00 4,58258
2 B 32 48 27 35,67 10,9697
3 C 13 23 31 22,33 9,0185

Perlakuan db = ni-1 1/db S2 db.S2 Log Si2 db.log Si2


A 2 0,5 21,0000 10,5000 1,3222 0,6611
B 2 0,5 120,3333 60,1667 2,0804 1,0402
C 2 0,5 81,3333 40,6667 1,9103 0,9551
Jumlah 6 1,5 222,6667 111,3333 5,3129 2,6564
Rerata 2 0,5 74,2222 37,1111 1,7710 0,8855

S2 18,5556
Log S2 1,2685
B 7,6108
X2 Hitung 2,152
X2 Tabel 1% 9,210
X2 Tabel 5% 5,991

X2 Hitung < X2 Tabel = Data homogen


56

Lampiran 12. Uji Anova Waktu Ovulasi Ikan Toman

Perlakuan
Kelompok Jumlah Rerata
A B C
I 33 32 13 78,00 26,00
II 30 48 23 101,00 33,67
III 24 27 31 82,00 27,33
Jumlah 87,00 107,00 67,00 261,00
Rerata 29,00 35,67 22,33 29,00

FK = 7569

F tabel
SK DB JK KT F Hitung
0,05 0,01
Kelompok 2 100,67 50,33 0,58 6,94 18
Perlakuan 2 266,67 133,33 1,55 6,94 18
Galat 4 344,67 86,17 6,94 18
Total 8 712

KK = 32,01%

Kelompok : F hitung < F tabel = Tidak berpengaruh nyata


Perlakuan : F hitung < F tabel = Tidak berpengaruh nyata
57

Lampiran 13. Uji Duncan Ovulasi Ikan Toman

Multiple Comparisons
Dependent Variable: Ovulasi
95% Confidence
Mean
(I) Interval
(J) Perlakuan Difference Std. Error Sig.
Perlakuan Lower Upper
(I-J)
Bound Bound
Tukey Dosis Dosis -6,66667 7,03431 ,633 -28,2499 14,9165
HSD ovaprim 0,2 Ovaprim 0,3
Dosis 6,66667 7,03431 ,633 -14,9165 28,2499
Ovaprim 0,4
Dosis Dosis 6,66667 7,03431 ,633 -14,9165 28,2499
Ovaprim 0,3 ovaprim 0,2
Dosis 13,33333 7,03431 ,220 -8,2499 34,9165
Ovaprim 0,4
Dosis Dosis -6,66667 7,03431 ,633 -28,2499 14,9165
Ovaprim 0,4 ovaprim 0,2
Dosis -13,33333 7,03431 ,220 -34,9165 8,2499
Ovaprim 0,3
LSD Dosis Dosis -6,66667 7,03431 ,380 -23,8790 10,5457
ovaprim 0,2 Ovaprim 0,3
Dosis 6,66667 7,03431 ,380 -10,5457 23,8790
Ovaprim 0,4
Dosis Dosis 6,66667 7,03431 ,380 -10,5457 23,8790
Ovaprim 0,3 ovaprim 0,2
Dosis 13,33333 7,03431 ,107 -3,8790 30,5457
Ovaprim 0,4
Dosis Dosis -6,66667 7,03431 ,380 -23,8790 10,5457
Ovaprim 0,4 ovaprim 0,2
Dosis -13,33333 7,03431 ,107 -30,5457 3,8790
Ovaprim 0,3

Ovulasi
Subset for alpha =
Perlakuan N 0.05
1
Tukey HSD
a Dosis Ovaprim 0,4 3 22,3333
Dosis ovaprim 0,2 3 29,0000
Dosis Ovaprim 0,3 3 35,6667
Sig. ,220
Duncan
a Dosis Ovaprim 0,4 3 22,3333
Dosis ovaprim 0,2 3 29,0000
Dosis Ovaprim 0,3 3 35,6667
Sig. ,117
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.
58

Lampiran 14. Uji Normalitas Liliefors Fekunditas Relatif Ikan Toman

No X Fkum Z F(z) S(z) S(z) - F(z)


1 72,31 1 -1,28 0,1002 0,1111 0,011
2 73,36 2 -1,14 0,1275 0,2222 0,095
3 73,55 3 -1,11 0,1329 0,3333 0,200
4 81,36 4 -0,06 0,4772 0,4444 0,033
5 82,22 5 0,06 0,5235 0,5556 0,032
6 84,24 6 0,33 0,6300 0,6667 0,037
7 86,43 7 0,63 0,7350 0,7778 0,043
8 90,64 8 1,20 0,8843 0,8889 0,005
9 91,94 9 1,37 0,9150 1,0000 0,085

Mean 81,783
Stdev 7,400
L maks 0,200
L tabel 1% 0,311
L tabel 5% 0,271

L maks < L tabel = Data menyebar normal


59

Lampiran 15. Uji Homogenitas Bartlett Fekunditas Relatif Ikan Toman

Kelompok
No Perlakuan Rerata Stdev
I II III
1 A 72,31 73,36 73,55 73,07 0,66786
2 B 91,94 84,24 90,64 88,94 4,12189
3 C 81,36 86,43 82,22 83,34 2,7132

Perlakuan db = ni-1 1/db S2 db.S2 Log Si2 db.log Si2


A 2 0,5 0,45 0,22 -0,35 -0,18
B 2 0,5 16,99 8,50 1,23 0,62
C 2 0,5 7,36 3,68 0,87 0,43
Jumlah 6 1,5 24,80 12,40 1,75 0,87
Rerata 2 0,5 8,27 4,13 0,58 0,29

S2 2,0665
Log S2 0,3152
B 1,8914
X2 Hitung 0,442
X2 Tabel 1% 9,210
X2 Tabel 5% 5,991

X2 Hitung < X2 Tabel = Data homogen


60

Lampiran 16. Uji Anova Fekunditas Relatif Ikan Toman

Perlakuan
Kelompok Jumlah Rerata
A B C
I 72,31 91,94 81,36 245,61 81,87
II 73,36 84,24 86,43 244,03 81,34
III 73,55 90,64 82,22 246,41 82,14
Jumlah 219,22 266,82 250,01 736,05
Rerata 73,07 88,94 83,34 81,78

FK = 60196,62

F tabel
SK DB JK KT F Hitung
0,05 0,01
Kelompok 2 0,98 0,49 0,039 6,94 18
Perlakuan 2 388,48 194,24 15,666 6,94 18
Galat 4 49,59 12,40
Total 8 438,08

KK = 4,31

Kelompok : F hitung < F tabel = Tidak berpengaruh nyata


Perlakuan : F hitung < F tabel = Berpengaruh nyata
61

Lampiran 17. Uji Beda Nyata Jujur Fekunditas Relatif Ikan Toman
Multiple Comparisons
Dependent Variable: Fekunditas_Relative
95% Confidence
Mean
Interval
(I) Perlakuan (J) Perlakuan Difference Std. Error Sig.
Lower Upper
(I-J)
Bound Bound
Tukey Pemberian Pemberian Dosis -15,86667* 2,34746 ,001 -23,0693 -8,6640
HSD Dosis Ovaprim 0,3
Ovaprim 0,2ml/kg
ml/kg Pemberian Dosis -10,26333* 2,34746 ,011 -17,4660 -3,0607
Ovaprim 0,4
ml/kg
Pemberian Pemberian Dosis 15,86667* 2,34746 ,001 8,6640 23,0693
Dosis Ovaprim 0,2
Ovaprim 0,3ml/kg
ml/kg Pemberian Dosis 5,60333 2,34746 ,118 -1,5993 12,8060
Ovaprim 0,4
ml/kg
Pemberian Pemberian Dosis 10,26333* 2,34746 ,011 3,0607 17,4660
Dosis Ovaprim 0,2
Ovaprim 0,4ml/kg
ml/kg Pemberian Dosis -5,60333 2,34746 ,118 -12,8060 1,5993
Ovaprim 0,3
ml/kg
LSD Pemberian Pemberian Dosis -15,86667* 2,34746 ,001 -21,6107 -
Dosis Ovaprim 0,3 10,1226
Ovaprim 0,2ml/kg
ml/kg Pemberian Dosis -10,26333* 2,34746 ,005 -16,0074 -4,5193
Ovaprim 0,4
ml/kg
Pemberian Pemberian Dosis 15,86667* 2,34746 ,001 10,1226 21,6107
Dosis Ovaprim 0,2
Ovaprim 0,3ml/kg
ml/kg Pemberian Dosis 5,60333 2,34746 ,054 -,1407 11,3474
Ovaprim 0,4
ml/kg
Pemberian Pemberian Dosis 10,26333* 2,34746 ,005 4,5193 16,0074
Dosis Ovaprim 0,2
Ovaprim 0,4ml/kg
ml/kg Pemberian Dosis -5,60333 2,34746 ,054 -11,3474 ,1407
Ovaprim 0,3
ml/kg
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
62

Fekunditas_Relative
Subset for alpha = 0.05
Perlakuan N
1 2
Tukey Pemberian Dosis Ovaprim 0,2 ml/kg 3 73,0733
HSDa Pemberian Dosis Ovaprim 0,4 ml/kg 3 83,3367
Pemberian Dosis Ovaprim 0,3 ml/kg 3 88,9400
Sig. 1,000 ,118
Duncana Pemberian Dosis Ovaprim 0,2 ml/kg 3 73,0733
Pemberian Dosis Ovaprim 0,4 ml/kg 3 83,3367
Pemberian Dosis Ovaprim 0,3 ml/kg 3 88,9400
Sig. 1,000 ,054
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.
63

Lampiran 18. Uji Normalitas Liliefors Fertilisasi Telur Ikan Toman

No X Fkum Z F(z) S(z) S(z) - F(z)


1 54,76 1 -1,64 0,0505 0,1111 0,061
2 62,93 2 -1,09 0,1374 0,2222 0,085
3 67,55 3 -0,78 0,2172 0,3333 0,116
4 71,62 4 -0,51 0,3056 0,4444 0,139
5 89,98 5 0,72 0,7656 0,5556 0,210
6 90,98 6 0,79 0,7857 0,6667 0,119
7 91,19 7 0,81 0,7898 0,7778 0,012
8 91,64 8 0,84 0,7984 0,8889 0,091
9 92,08 9 0,87 0,8066 1,0000 0,193

Mean 79,192
Stdev 14,894
L maks 0,210 L maks < L tabel = Data menyebar normal
L tabel 1% 0,311
L tabel 5% 0,271
64

Lampiran 19. Uji Homogenitas Bartlett Fertilisasi Telur Ikan Toman

Kelompok
No Perlakuan Rerata Stdev
I II III
1 A 89,98 62,93 91,19 81,37 15,9781
2 B 92,08 90,98 91,64 91,57 0,55365
3 C 71,62 54,76 67,55 64,64 8,79781

Perlakuan db = ni-1 1/db S2 db.S2 Log Si2 db.log Si2


A 2 0,5 255,2990 127,6495 2,4070 1,2035
B 2 0,5 0,3065 0,1533 -0,5135 -0,2568
C 2 0,5 77,4014 38,7007 1,8887 0,9444
Jumlah 6 1,5 333,0070 166,5035 3,7823 1,8911
Rerata 2 0,5 111,0023 55,5012 1,2608 0,6304

S2 27,7506
Log S2 1,4433 X2 Hitung < X2 Tabel = Data Homogen
B 8,6596
X2 Hitung 2,940
X2 Tabel 1% 9,210
X2 Tabel 5% 5,991
65

Lampiran 20. Uji Anova Fertilisasi Telur Ikan Toman

Perlakuan
Kelompok Jumlah Rerata
A B C
I 89,98 92,08 71,62 253,68 84,56
II 62,93 90,98 54,76 208,67 69,56
III 91,19 91,64 67,55 250,38 83,46
Jumlah 244,10 274,70 193,93 712,73
Rerata 81,37 91,57 64,64 79,19

FK = 56442,7

F tabel
SK DB JK KT F Hitung
0.05 0.01
Kelompok 2 419,613 209,806 1,260 6,94427 18
Perlakuan 2 1108,58 554,288 3,329 6,94427 18
Galat 4 666,01 166,504
Total 8 1774,59

F Hitung < F Tabel = Tidak Berpengaruh Nyata

KK = 16,2941%
66

Lampiran 21. Uji Duncan Fertilisasi Telur Ikan Toman

Multiple Comparisons
Dependent Variable: Fertilisasi
95% Confidence
Mean
(I) Interval
(J) Perlakuan Difference Std. Error Sig.
Perlakuan Lower Upper
(I-J)
Bound Bound
Dosis Ovaprim -10,20000 8,60242 ,503 -36,5946 16,1946
Dosis
0,3
ovaprim
Dosis Ovaprim 16,72333 8,60242 ,207 -9,6712 43,1179
0,2
0,4
Dosis ovaprim 10,20000 8,60242 ,503 -16,1946 36,5946
Dosis
Tukey 0,2
Ovaprim
HSD Dosis Ovaprim 26,92333* 8,60242 ,046 ,5288 53,3179
0,3
0,4
Dosis ovaprim -16,72333 8,60242 ,207 -43,1179 9,6712
Dosis
0,2
Ovaprim
Dosis Ovaprim -26,92333* 8,60242 ,046 -53,3179 -,5288
0,4
0,3
Dosis Ovaprim -10,20000 8,60242 ,281 -31,2494 10,8494
Dosis
0,3
ovaprim
Dosis Ovaprim 16,72333 8,60242 ,100 -4,3260 37,7727
0,2
0,4
Dosis ovaprim 10,20000 8,60242 ,281 -10,8494 31,2494
Dosis
0,2
LSD Ovaprim
Dosis Ovaprim 26,92333* 8,60242 ,020 5,8740 47,9727
0,3
0,4
Dosis ovaprim -16,72333 8,60242 ,100 -37,7727 4,3260
Dosis
0,2
Ovaprim
Dosis Ovaprim -26,92333* 8,60242 ,020 -47,9727 -5,8740
0,4
0,3
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Fertilisasi
Subset for alpha = 0.05
Perlakuan N
1 2
Tukey HSDa Pemberian dosis Ovaprim 0,4 ml/kg 3 64,6433
Pemberian dosis Ovaprim 0,2 ml/kg 3 81,3667 81,3667
Pemberian dosis Ovaprim 0,3 ml/kg 3 91,5667
Sig. ,207 ,503
Duncana Pemberian dosis Ovaprim 0,4 ml/kg 3 64,6433
Pemberian dosis Ovaprim 0,2 ml/kg 3 81,3667 81,3667
Pemberian dosis Ovaprim 0,3 ml/kg 3 91,5667
Sig. ,100 ,281
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.
67

Lampiran 22. Uji Normalitas Liliefors Daya Tetas Telur Ikan Toman

No X Fkum Z F(z) S(z) S(z) - F(z)


1 89,69 1 -0,53 0,2991 0,1111 0,188
2 83,98 2 -1,66 0,0484 0,2222 0,174
3 89,47 3 -0,57 0,2841 0,3333 0,049
4 89,59 4 -0,55 0,2922 0,4444 0,152
5 90,85 5 -0,30 0,3832 0,5556 0,172
6 92,61 6 0,05 0,5208 0,6667 0,146
7 97,39 7 1,00 0,8415 0,7778 0,064
8 98,72 8 1,26 0,8970 0,8889 0,008
9 98,82 9 1,28 0,9005 1,0000 0,099

Mean 92,347
Stdev 5,040
L maks 0,188 L maks < L tabel = Data menyebar normal
L tabel 1% 0,311
L tabel 5% 0,271
68

Lampiran 23. Uji Homogenitas Bartlett Daya Tetas Telur Ikan Toman

Kelompok
No Perlakuan Rerata Stdev
I II III
1 A 89,69 89,59 90,85 90,04 0,70
2 B 98,82 97,39 98,72 98,31 0,80
3 C 83,98 92,61 89,47 88,69 4,37

Perlakuan db = ni-1 1/db S2 db.S2 Log Si2 db.log Si2


A 2 0,5 0,491 0,245 -0,309 -0,155
B 2 0,5 0,637 0,319 -0,196 -0,098
C 2 0,5 19,079 9,540 1,281 0,640
Jumlah 6 1,5 20,207 10,104 0,776 0,388
Rerata 2 0,5 6,736 3,368 0,259 0,129

S2 1,684
Log S2 0,226
B 1,358
X2 Hitung 0,421
X2 Tabel 1% 9,210
X2 Tabel 5% 5,991

X2 Hitung < X2 Tabel = Data homogen


69

Lampiran 24. Uji Anova Daya Tetas Telur Ikan Toman

Perlakuan
Kelompok Jumlah Rerata
A B C
I 89,69 98,82 83,98 272,49 90,83
II 89,59 97,39 92,61 279,59 93,20
III 90,85 98,72 89,47 279,04 93,01
Jumlah 270,13 294,93 266,06 831,12
Rerata 90,04 98,31 88,69 92,35

FK = 76751,16%

F tabel
SK DB JK KT F Hitung
0,05 0,01
Kelompok 2 10,40 5,20 0,69 6,94 18
Perlakuan 2 162,79 81,39 10,85 6,94 18
Galat 4 30,01 7,50
Total 8 203,20

KK = 2,9662 %

Kelompok : F hitung < F tabel = Tidak berpengaruh nyata


Perlakuan : F hitung > F tabel (1%) = Berpengaruh nyata
70

Lampiran 25. Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) Daya Tetas Telur Ikan Toman

Multiple Comparisons
Dependent Variable: Daya_Tetas
95% Confidence
Mean Interval
(I) Difference Lower Upper
Perlakuan (J) Perlakuan (I-J) Std. Error Sig. Bound Bound
Tukey Dosis Dosis *
-8,26667 2,11908 ,019 -14,7686 -1,7647
HSD ovaprim Ovaprim 0,3
0,2 Dosis
1,35667 2,11908 ,804 -5,1453 7,8586
Ovaprim 0,4
Dosis Dosis ovaprim *
8,26667 2,11908 ,019 1,7647 14,7686
Ovaprim 0,2
0,3 Dosis *
9,62333 2,11908 ,009 3,1214 16,1253
Ovaprim 0,4
Dosis Dosis ovaprim
-1,35667 2,11908 ,804 -7,8586 5,1453
Ovaprim 0,2
0,4 Dosis *
-9,62333 2,11908 ,009 -16,1253 -3,1214
Ovaprim 0,3
LSD Dosis Dosis *
-8,26667 2,11908 ,008 -13,4519 -3,0815
ovaprim Ovaprim 0,3
0,2 Dosis
1,35667 2,11908 ,546 -3,8285 6,5419
Ovaprim 0,4
Dosis Dosis ovaprim *
8,26667 2,11908 ,008 3,0815 13,4519
Ovaprim 0,2
0,3 Dosis *
9,62333 2,11908 ,004 4,4381 14,8085
Ovaprim 0,4
Dosis Dosis ovaprim
-1,35667 2,11908 ,546 -6,5419 3,8285
Ovaprim 0,2
0,4 Dosis *
-9,62333 2,11908 ,004 -14,8085 -4,4381
Ovaprim 0,3
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Daya_Tetas
Subset for alpha = 0.05
Perlakuan N
1 2
Tukey HSDa Dosis Ovaprim 0,4 3 88,6867
Dosis ovaprim 0,2 3 90,0433
Dosis Ovaprim 0,3 3 98,3100
Sig. ,804 1,000
Duncana Dosis Ovaprim 0,4 3 88,6867
Dosis ovaprim 0,2 3 90,0433
Dosis Ovaprim 0,3 3 98,3100
Sig. ,546 1,000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.
71

Lampiran 26. Hasil Analisa Kualitas Air Fakultas Perikanan dan Kelautan ULM
70

Lampiran 27. Dokumentasi Kegiatan


71

Karamba Pembudidaya Ikan Toman Di Perjalanan Mengambil Induk Ikan


Pangkalanbun Toman Di Pangkalanbun

Persiapan Kolam Pemijahan Ikan Kultur Pakan Daphnia sp. Di Kolam


Toman Pemijahan Ikan Toman

Kolam Pemijahan Ikan Toman Yang Penggerikan Induk Ikan Toman di


Digunakan Kolam Penampungan
72

Seleksi Induk Ikan Toman Induk Jantan dan Betina ikan toman

Penimbangan Induk Ikan Toman Pengukuran Panjang Tubuh Induk Ikan


Toman

Pengambilan Dosis Ovaprim Penyuntikan Induk Ikan Toman


73

Memasukkan Induk Ikan Toman Pengontrolan Kolam Pemijahan Ikan


Setelah Penyuntkan Toman

Sarang Ikan Toman Tempat Ikan Toman Meletakkan Telur

Telur Ikan Toman Perhitungan Jumlah Telur dan Telur


Terbuahi
74

Larva Ikan Toman Pengukuran Suhu Air Pemijahan

Anda mungkin juga menyukai