SKRIPSI
BUKHARI
06C10432043
SKRIPSI
BUKHARI
06C10432043
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Perikanan pada
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Teuku Umar
Menyetujui,
Komisi Pembimbing
Ketua Anggota
Mengetahui,
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Sistem Distribusi Hasil Tangkapan
Nelayan di PPI Ujong Dan TPI Kuala Bubon adalah karya saya sendiri dengan
arahan dosen pembimbing dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya ilmiah yang ditertibkan
maupun tidak ditertibkan, dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
Bukhari
06C10432043
RINGKASAN
Bukhari dengan judul skripsi “Sistem Distribusi Hasil Tangkapan Nelayan Di
PPI Ujong Baroh Dan TPI Kuala Bubon” di bawah bimbingan Ir. Said Mahjali,
M.M sebagai pembimbing utama dan Muhammad Rizal, S.Pi,M.Si, sebagai
pembimbing kedua.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Sistem Distribusi Hasil
Tangkapan Nelayan di Ujong Baroh dan Kuala Bubon Kecamatan Johan
Pahlawan dan Kecamatan Bubon Kabupaten Aceh Barat secara Survey. Adapun
masalah dalam penelitian ini adalah apakah sistem distribusi hasil tangkapan
nelayan berjalan dengan lancar. Penelitian ini bermanfaat bagi peneliti dalam
melihat mengaplikasikan dan memperdalam pengetahuan dibidang ilmu perikanan
serta melengkapi persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana pada Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Teuku Umar.
Penelitian ini dilakukan pada sistem distribusi hasil tangkapan nelayan di PPI
ujong baroh dan TPI kuala di ujong baroh dan kuala bubon kecamatan johan
pahlawan dan kecamatan bubon kabupaten aceh barat Ruang lingkup penelitian
ini hanya berbatas pada masalah bagaimana sistem aktivitas distribusi hasil
tangkapan nelayan yang di daratkan di PPI ujong dan TPI kuala bubon serta
bagaimana pemanfaatan kapasitas fasilitas distribusi hasil tangkapan. Penelitian
ini menggunakan dengan metode survei yaitu metode penelitian dengan
melibatkan sejumlah responden yang merupakan stakeholder adalah praktisi yang
banyak memiliki informasi yang terkait.
Penanganan hasil tangkapan nelayan di PPI ujong baroh terhadap hasil tangkapan
yang di daratkan terbagi menjadi 3 tahap.di mulai sejak hasil tangkapan di
daratkan,kedua disimpan dan kemudian di angkut ke daerah tujuan ketiga kegiatan
ini saling berkaitan dan harus dalam rantai dingin untuk menjaga agar hasil
tangkapan tidak mengalami rigor mortis( kekakuan/kejang).distribusi hasil
tangkapan nelayan meliputi ikan tuna,cakalang,tongkol,udang,kembung,tenggiri
dan cumi-cumi,dengan tujuan distribusi medan,sigli,takengon,subussalam ,sigli
jalur distribusi hasil tangkapan yang di lakukan di ujong baroh.distribusi hasil
tangkapan berdasarkan tujuan pemasaran. Distribusi berdasarkan asal hasil
tangkapan distribusi berdasarkan tujuan meliputi sebagai berikut:,tangkapan laut,
nelayan, TPI, toke bangku, distribusi, grosir, pegencer, konsumen.
LEMBAR PENGESAHAN PEGUJI
Nama : BUKHARI
Nim : 06C10432043
Fakultas : Perikanan dan Ilmu kelautan
Program studi : perikanan
(Dosen Penguji I)
kelestarian dan ketersediaan sumber daya ikan (Keputusan Menteri Kelautan Dan
Perikanan, 2007).
Penangkapan ikan adalah kegiatan untuk memperoleh ikan di perairan yang tidak
dalam keadaan dibudidayakan dengan alat atau cara apa pun, termasuk kegiatan
Perikanan adalah tempat yang terdiri atas daratan dan perairan di sekitarnya
bersandar, berlabuh, dan/atau bongkar muat ikan yang dilengkapi dengan fasilitas
Ikan (TPI) Bubon mempunyai potensi yang sangat besar dalam mendistribusikan
hasil tangkapan, hal ini terlihat dari aktivitas penting yang dilakukan mulai dari
distribusi hasil tangkapan di PPI Ujung Baroh dan TPI Bubon yang cepat dan
distribusi hasil tangkapan. Agar aktivitas distribusi berjalan dengan lancar maka
pendaratan dan penyimpanan hasil tangkapan harus sangat diperhatikan agar tetap
tangkapan di PPI Ujung Baroh dan TPI Bubon, dapat menggambarkan baik atau
buruknya aktivitas yang dilakukan terhadap hasil akhir yang diharapkan yaitu
Pendaratan Ikan (PPI) Ujung Baroh dan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Kuala
Bubon kabupaten Aceh Barat, maka perlu dilakukan suatu penelitian mengenai
Ikan (PPI) Ujung baroh dan Tempat pelelangan ikan (TPI) Kuala bubon
tangkapan.
dan pihak lain, dalam upaya mencari sistem distribusi yang tepat pada PPI
Ujong Baroh dan TPI kuala Bubon dalam upaya untuk meningkatkan
pendapatan nelayan.
tangkapan dan pemasaran di PPI Ujong Baroh dan TPI Kuala Bubon.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sistem
sekumpulan benda yang memiliki hubungan di antara mereka. Kata sistem sendiri
berasal dari bahasa Latin (systēma) dan bahasa Yunani (sustēma) adalah suatu
kesatuan yang terdiri komponen atau elemen yang dihubungkan bersama untuk
berkaitan satu dengan yang lain nya bekerja bersama sama sesuai dengan aturan
yang di terapkan sehingga membentuk suatu tujuan yang sama dimana dalam
sebuah sistem bila terjadi satu bagian saja yang tidak bekerja atau rusak maka
suatu tujuan bisa terjadi satu bagian saja yang tidak bekerja atau rusak maka suatu
tujuan bisa terjadi kesalahan hasil nya atau ouput nya (James Havery, 2008).
pelabuhan yang secara khusus menampung kegiatan masyarakat baik di lihat dari
sebagai tempat pelayanan umum bagi masyarakat nelayan dan usaha perikanan,
2008).
5
suatu wilayah perpaduan antara wilayah daratan dan lautan yang dipergunakan
fasilitas sejak ikan didaratkan sampai ikan didistribusikan, serta berfungsi untuk
berlabuh dan bertambatnya kapal yang hendak bongkar muat hasil tangkapan ikan
ekonomi perikanan ditinjau dari aspek produksi, pengolahan dan pemasaran, baik
industri perikanan baik hulu maupun hilir dan pengembangan sumber daya
dan pergi serta letak dan posisi pelabuhan (Direktorat Pelabuhan Perikanan,
2005).
6
Perikanan Pasal 41, fungsi dan peran Pelabuhan Perikanan adalah sebagai pusat
penanganan dan pemasaran ikan hasil tangkapan. Setelah ikan hasil tangkapan
kontak nelayan dengan pemilik kapal), 2) fungsi komersial (menjadi tempat awal
ikan), dan 3) fungsi jasa (jasa pendaratan ikan, jasa kapal penangkap ikan, jasa
1979). Untuk itu diperlukan sarana untuk meningkatkan produksi, pengolahan dan
dapat merupakan tempat pemusatan kegiatan masyarakat, hal ini terlihat dari
kegiatan usaha di luat dan di darat ke dalam suatu sistem usaha dan berdaya guna
dan perairan.
Kondisi suatu pelabuhan perikanan dapat dilihat dari fasilitas dan aktivitas
yang ada. Kapasitas dan jenis fasilitas yang ada di suatu pelabuhan perikanan
umumnya akan menentukan skala atau tipe dari suatu pelabuhan dan akan
baru dan atau bertambahnya kapasitas dari fasilitas yang telah ada. Dengan kata
lain jenis dan kapasitas yang ada berkembang sesuai dengan kebutuhan
yang diperlukan oleh suatu pelabuhan perikanan guna melindungi tempat tersebut
dari gangguan alam, tempat tambat labuh dan bongkar muat sehingga kapal aman
(1) Dermaga merupakan bangunan yang berfungsi sebagai tempat berlabuh dan
bertambatnya kapal, bongkar muat hasil tangkapan dan mengisi bahan perbekalan
9
untuk keperluan di laut (Lubis, 2006). Tipe dermaga ada tiga yaitu wharf/quay,
(2) Kolam pelabuhan adalah perairan pelabuhan untuk masuknya kapal yang akan
b. Kolam putar yaitu daerah perairan untuk berputarnya kapal (turning basin)
(3) Breakwater adalah struktur bangunan kelautan yang berfungsi khusus untuk
laut. Menurut Pradoto vide Lubis (2006), bahwa ditinjau dari bentuk
bangunannya, breakwater terdiri atas beberapa tipe antara lain tipe timbunan dan
(4) Alat bantu navigasi adalah alat bantu yang berfungsi untuk memberikan
peringatan atau tanda terhadap bahaya yang tersembunyi, misalnya batu karang di
suatu perairan dan memberikan petunjuk pada waktu kapal akan keluar masuk
pelabuhan atau ketika kapal akan merapat dan membuang jangkar. Alat bantu
Tanda Pada Pantai Bagi Kapal Yang Akan Keluar Masuk Pelabuhan Dan
Jalur Pelayaran;
Pendangkalan.
adalah fasilitas yang berfungsi untuk meninggikan nilai guna dari fasilitas pokok
(1) Fasilitas pemasaran hasil perikanan seperti Tempat Pelelangan Ikan (TPI),
(2) Slipway atau docking merupakan suatu landasan dengan kelandaian tertentu
dari dan ke daratan. Alat ini biasanya digunakan untuk membangun dan
dibawah tonase kotor sekitar 1000 GT, untuk kapal-kapal yang lebih besar
(4) Fasilitas navigasi pelayaran dan komunikasi seperti telepon, internet, SSB,
rambu-rambu, lampu sonar dan menara pengawas. Tangki air tawar dan
(5) Fasilitas penanganan dan pengolahan hasil perbaikan seperti transit sheed dan
(2) Fasilitas pengelola pelabuhan seperti mess operator, pos jaga dan pos
pelayanan terpadu
(3) Fasilitas sosial dan umum seperti tempat peribadatan, mandi cuci kaskus
2.3. Distribusi/Pemasaran
barang dan jasa (Hanafiah dan Saefuddin, 2006). Secara makro, pelabuhan
perikanan dapat berfungsi sebagai pembuka akses bagi distribusi dan perdagangan
komoditas perikanan dari suatu wilayah tertentu. Peran ini semakin terlihat
pemasaran yang terjadi adalah setelah ikan didaratkan di dermaga adalah ikan
langsung ditangani oleh ABK kapal tersebut maupun TKBM (Tenaga Kerja
Bongkar Muat) dari kapal tersebut. Selama proses pembongkaran, ikan disortir
menurut jenis, ukuran dan mutu. Setelah itu kemudian dilakukan proses
kira saja. Apabila ikan hasil tangkapan telah terjual kepada bakul, maka bakul
memungkinkan semua pihak yaitu nelayan sebagai penjual ikan dan bakul sebagai
mekanisme pasar yang menguntungkan baik bagi nelayan maupun bagi pedagang.
konsumen harus diorganisir secara baik dan teratur. Pelelangan ikan adalah
harga yang layak khususnya bagi nelayan. Proses pemasaran berawal dari ikan-
ikan yang telah didaratkan dibawa ke gedung pelelangan ikan untuk dicatat
jumlah dan jenisnya. Setelah itu ikan disortir dan diletakkan pada keranjang atau
(Lubis, 2006).
telah dilakukan di atas kapal sehingga setelah ikan sampai di tempat pelelangan,
ikan tidak perlu disortir lagi. Pedagang atau bakul ikan mengambil ikan-ikan yang
telah dilelang atau dibeli secara cepat, kemudian ikan diberi es untuk
yang telah dilapisi dengan styrofoam atau dilengkapi dengan sarana pendingin
(Lubis, 2006).
14
hinterland-nya dapat melalui transportasi darat, laut, dan udara. Transportasi darat
sendiri dapat menggunakan mobil maupun kereta api (Lubis et al., 2010). Barang
hasil perikanan berupa bahan makanan mempunyai sifat cepat atau mudah rusak
pengangkutan yang dilengkapi dengan alat atau mesin pendingin (Hanafiah dan
Saefuddin, 2006).
Menurut Hanafiah dan Saefuddin (1983) yang diacu dalam Yundari (2005),
proses awal pemindahan ikan dari kapal ke darat yang melibatkan institusi bakul,
kemudian transaksi jual beli ikan yang dilakukan antara nelayan/pemilik kapal
sangat terlihat jelas bagaimana peranan distribusi yang sangat penting yaitu ikan
perikanan karena kualitas pemasaran ini akan berkaitan dengan harga. Untuk
nasional, dapat dilakukan melalui pendekatan indeks relatif nilai produksi. Faktor-
faktor yang mempengaruhi indeks relatif nilai produksi hasil tangkapan adalah
pemasaran (lokal, nasional, ekspor), tipe spesies ikan hasil tangkapan, penanganan
Dunia usaha dewasa ini ditandai dengan makin tajamnya persaingan. Oleh
karena itu, peranan distribusi/ pemasaran semakin penting dan merupakan ujung
pemasaran, karena kalau tidak demikian maka tentu akan mendapat kesulitan
produksi ikan sedikit atau banyak tidak menunjukan perbedaan yang berarti bagi
pendapatan nelayan.
tangkapan. Hal ini menunjukkan bahwa masih ada kelemahan dalam sistem
maksimal.
produk dari tempat produksi atau tampat penjualan ketempat dimana produk
tersebut akan dipakai. Untuk memaksimalkan keuntungan yang didapat oleh pihak
yang dituju dan menurunkan kualitas barang. Oleh kerana itu ketepatan waktu
maka dipastikan bahwa produk tersebut gagal dipasarkan. Agar hal tersebut tidak
terjadi maka ada beberapa hal yang harus diperhatikan, menurut (Mc Donald.
produksi hasil tangkapan yang didaratkan sedikit antara lain pihak pelabuhan
harus cepat tanggap dengan cara menganalisis penyebab produksi sedikit dan/atau
menurun, dari mana produk bisa didapatkan kembali, serta usaha-usaha apa yang
harus dilakukan agar kapal mau datang ke PP/PPI. Sebaliknya apabila produksi
mencari ide untuk dapat memanfaatkan produksi yang melimpah dalam bentuk
didaratkan di suatu pelabuhan menurun, antara lain karena harga ikan di PP/PPI
tidak layak, lokasi PP/PPI berjauhan dengan lokasi perumahan nelayan (untuk
dan atau beberapa fasilitas yang ada sudah rusak, serta tidak terdapatnya
sesuai SOP
hasil tangkapan
sesuai SOP
10) Penanganan dan penyimpanan produk beku dilakukan dengan cermat sesuai
SOP
14) Dek dan peralatannya disiapkan dengan cermat sesuai prosedur penyiapan
ikan hasil tangkapan yang bertujuan untuk menjaga mutu hasil tangkapan.
Penerapan penanganan yang tepat terhadap suatu hasil tangkapan maka dapat
tangkapan harus berpedoman pada prinsip penanganan hasil tangkapan agar hasil
penanganan hasil tangkapan adalah ikan yang akan ditangani harus segera
19
diawetkan atau didinginkan (menjalani rantai dingin) dan ikan harus ditangani
secara cermat, cepat dan menerapkan aspek sanitasi higienis (bersih). Pada
acara penyimpanan di kapal. Ikan dapat menjadi lebih segar jika disimpan dalam
4) Membuang insang dan isi perut untuk ikan-ikan besar dan mencuci dengan air
bersih.
atas.
Untuk memenuhi hal tersebut ada beberapa cara penanganan ikan segar
1997). Menurut Ilyas (1983), metode pendinginan ikan yang sudah umum
ditangani dengan baik agar tidak terjadi kerusakan pada tubuh ikan sehingga
terhadap hasil tangkapan dapat dibedakan menjadi dua yaitu penanganan selama
Wistasti (1997), dalam penanganan ikan segar di atas kapal haruslah dilakukan
langkah-langkah berikut ini agar didapatkan hasil tangkapan yang bermutu tinggi :
1). Wadah palka harus memenuhi persyaratan biologi, teknik, sanitasi, dan
2). Penanganan hasil tangkapan harus segera sesaat setelah ikan dinaikkan ke
dek;
3). Ikan yang tertangkap dengan alat tangkap trawl, cantrang, lampara dasar dan
4). Ikan yang tertangkap dengan alat tangkap pancing dan bubu harus segera
7). Ikan yang berukuran besar harus disiangi, kemudian dicuci dengan air bersih;
21
8). Baik ikan yang utuh maupun yang telah disiangi harus segera didinginkan
9) Pendinginan dapat dilakukan dengan cara pengesan, dalam udara dingin atau
aspek sanitasi dan higienis serta mempertahankan kondisi ikan tetap dingin.
Penanganan ikan hasil tangkapan yang dilakukan selama di darat biasanya dengan
penggaraman untuk ikan yang akan dijadikan ikan asin dan pengesan untuk ikan
(Ilyas, 1983):
mutu serta kesegaran ikan hasil tangkapan yang sedang ditangani. Jika fasilitas
secara optimal, dapat dikatakan bahwa semakin optimal pula proses penanganan
tangkapan antara lain meliputi penyediaan ruang pelelangan (TPI) dan sarana
ruang pendingin (cool room), penyediaan ruang pembeku dan penyimpanan (cold
penanganan hasil tangkapan berupa tempat pelelangan ikan (TPI), air bersih,
pabrik es dan cold storage akan dikemukakan lebih rinci sebagai berikut :
Fungsi gedung TPI adalah sebagai tempat untuk melelang hasil tangkapan,
dimana terjadi pertemuan antara penjual dengan pembeli (pedagang atau agen
perusahaan perikanan) (Lubis, 2006). Selain itu, TPI juga berfungsi untuk
23
melindungi hasil tangkapan agar tidak terkena sinar matahari secara langsung
yang dapat menurunkan mutu hasil tangkapan. Gedung TPI melindungi hasil
tangkapan sejak sebelum dilakukan pelelangan, saat pelelangan dan saat setelah
pelelangan. Gedung TPI yang baik harus memiliki persediaan air bersih, wadah
dan alat angkut hasil tangkapan serta lantai TPI harus miring pada kedua sisinya
agar tidak ada air yang menggenang di TPI setelah terjadinya proses pelelangan.
Tempat pelelangan ikan juga harus memiliki saluran air untuk menampung air
ataupun kotoran yang dihasilkan dari proses pelelangan. Kebersihan TPI harus
dijaga setiap saat karena jika TPI tidak terawat kebersihannya maka akan
supaya aliran produk perikanan dapat berjalan dengan cepat. Hal ini dengan
Ruangan yang terdapat pada gedung TPI dibagi menjadi (Lubis, 2006):
(1) Ruang sortir, yaitu tempat membersihkan, menyortir dan memasukkan hasil
tangkapan ke dalam peti atau keranjang; (2) Ruang pelelangan, yaitu tempat
yaitu tempat memindahkan hasil tangkapan ke dalam peti lain dengan diberi es
dan atau garam, selanjutnya siap untuk dikirim;(4) Ruang administrasi pelelangan
peralatan lelang, ruang duduk untuk peserta lelang, toilet dan ruang cuci umum.
24
Air bersih diperlukan sebagai salah satu bahan perbekalan melaut dan
bersih dipergunakan untuk air minum, memasak atau konsumsi bagi nelayan.
Selama di pelabuhan perikanan, air bersih digunakan untuk mencuci ikan hasil
tangkapan, membersihkan lantai TPI, bahan baku pembuat es dan kegiatan lain
pengolahan. Fasilitas dan pelayanan air bersih yang terdapat di suatu pelabuhan
perikanan harus mampu menyediakan dan memenuhi kebutuhan akan air bersih
perikanan terkait air bersih, PPS Nizam Zachman merupakan pelabuhan perikanan
yang telah mampu memenuhi kebutuhan terhadap air bersih. Menurut Hadianti
(2010), PPS ini memiliki fasilitas pelayanan air tawar dengan kapasitas yang
mencapai 2.400 ton per harinya dengan jumlah pemasok air tawar sebanyak 3
perusahaan. Perusahaan tersebut adalah PT. Palyja, PT. Tirta Sejahtera Abadi
2.5.3. Pabrik es
dengan lamanya waktu operasi dan perkiraan jumlah ikan yang akan ditangkap.
karena itu, pabrik es atau unit pelayanan es harus mampu menyediakan dan
membekukan dan menyimpan hasil tangkapan yang belum habis dilelang ataupun
dijual. Untuk mempertahankan mutu hasil tangkapan yang disimpan, maka dalam
proses pembekuan dan penyimpanan digunakan suhu yang rendah hingga -20oC.
Menurut Misran (1985) yang diacu dalam Aziza (2000), sistem rantai
Penelitian ini di lakukan di PPI Ujong Baroh dan TPI Kuala Bubon
Kabupaten Aceh Barat Provinsi Aceh pada Bulan Oktober s/d Desember 2012.
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada
Tabel 1.
Pada penelitian ini, data yang dikumpulkan adalah data primer dan data
sekunder adapun Data primer yang di peroleh dari survei wawancara responden di
lapangan dan data sekunder di peroleh dari dinas DKP dan BPS Kabupaten Aceh
Barat
16 orang yang untuk memiliki responden yang lain oleh karena itu untuk lebih
Jumlah
No Sumber Data Informasi
responden
Petugas PPI Ujung
Jumlah ikan yang didistribusi di PPI
1. Baroh dan TPI 2 orang
Ujung Baroh dan Kuala Bubon
Kuala Bubon
5. Jumlah 40 orang
Data sekunder yang di peroleh dalam penelitian ini dari kantor DKP dan
BPS Aceh Barat adapun data sekunder yang di ambil dapat dilihat pada tabel 3
berikut ini.
ditrisbusikan per bulan, daerah distribusi dan jumlah nilai distribusi (Rp) yang
diperoleh dari data Primer, data tersebut akan ditampilkan dalam bentuk tabel dan
diagram.
29
menggunakan analisis diskriptif terhadap aktifitas yang ada di PPI dan TPI
NxP
S = ————
Rx α
Dimana :
P = jumlah tempat yang didaratkan oleh hasil tangkapan per hari (m2/ton)
b. Area parkir
Standar bakunya : -Mobil/Truk : 5 x 2,5 m²/unit, Sepeda/ motor : 2x2,5m²/unit
Becak : 3 x 2,5 m²/unit
30
- 04047' Lintang Utara dan 95052' - 96030' Bujur Timur. Serta merupakan bagian
Barat dari wilayah Propinsi Aceh dengan batas-batas wilayah yaitu sebelah utara
berbatasan dengan Kabupaten Aceh Jaya dan Pidie, sebelah timur berbatasan
dengan Kabupaten Nagan Raya dan Aceh Tengah, sebelah selatan berbatasan
dengan Samudera Hindia dan Sebelah barat berbatasan dengan Samudera Hindia
Dengan luas wilayah kabupaten Aceh Barat mencapai 2.927.95 Km2 atau
seluas 292.795 Ha, sedangkan panjang garis pantai diperhitungkan 50,55 Km luas
laut 233 Km2. Kabupaten ini memiliki empat Kecamatan yang berbatasan
lambalek. Dan kecamatan daratan ada 8 (delapan) meliputi yaitu kaway XVI,
Sungai Mas, Pantee Ceuremen, Panton Reu, Bubon, Woyla Barat dan Woyla
Timur.
permukaan laut yang merupakan dataran rendah dan mempunyai lereng dengan
kemiringan lebih dari 40% meliputi lebih kurang 29,25% dari luas daerah yang
mempunyai tinggi tempat lebih dari 500 meter di atas permukaan laut. Dataran
tinggi terletak di bagian Timur dan Utara dimana terdapat gunung-gunung yang
32
berbatasan dengan Kabupaten Aceh Jaya, Nagan Raya, dan Aceh Tengah,
2) Keadaan iklim
Daerah Kabupaten Aceh Barat memiliki iklim tropis dengan suhu rata-
rata26°C-33°C pada siang hari dan 23-25oC pada malam hari. Curah hujan da
gelombang terjadi pada bulan September sampai Februari. Musim kemarau terjadi
pada bulan Maret sampai Agustus. Setiap tahun dijumpai periode bulan basah dan
3) Keadaan penduduk
budidaya ikan dan nelayan adalah sebanyak 27.172 jiwa atau 1,58% (Tabel 1).
Jumlah penduduk Johan Pahlawan yang tercatat oleh Badan Pusat Statistik
pada tahun 2010 adalah 56.050 orang, yang terdiri dari laki-laki sebanyak 26.950
orang dan perempuan sebanyak 26.130 orang (Badan Pusat Statistik, 2010).
perairan pantai dengan 12 mil berkisar 7.299 Km2 dan stock kehidupan populasi
ikan lestari diestimasikan setiap tahun mencapai 68.810,6 ton, sementara kawasan
lepas 12 mil sampai batas ZEE 200 mil populasi lestari diestimasikan masing-
masing stock ikan pelagis 19.907,3 ton dan ikan domersal 14.598 ton (Dinas
perikanan yang tersedia, maka peningkatan kontribusi sub sektor Kelautan dan
usaha yang meliputi usaha penangkapan di laut, budidaya air tawar, budidaya air
Jenis alat tangkap yang dikembangkan adalah trammel net, gillnet, pancing rawai,
dan mini purse seine dengan menggunakan perahu motor temple dan kapal
motor. Disamping itu akan ditempuh pula usaha diversifikasi melalui perbaikan
teknis penangkapan dan penggunaan beberapa jenis alat tangkap pada setiap unit
4.3. Keadaan Umum Perikanan Tangkap Ujong Baroh dan Kuala Bubon
kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat terletak di daerah pusat kota
berdekatan dengan muara sungai Samatiga jarak TPI Kuala Bubon dengan pusat
Aceh Barat sejauh ±15 km dengan lama perjalanan sekitar 20-30 menit, serta
dengan ibu kota propinsi adalah ± 240 km yang dapat ditempuh antara 4 jam.
34
keberadaan fasilitas, karena fasilitas adalah salah satu saran pendukung dari
yang terdapat di PPI Meulaboh terdiri atas fasilitas pokok, fasilitas fungsional dan
fasilitas penunjang.
Fasilitas pokok yang terdapat di PPI Meulaboh terdiri atas lahan, dermaga,
Tempat Pelelangan Ikan (TPI), instalasi air bersih, instalasi listrik pabrik Es,
genset, cold storage dan gedung pengepakan. Fasilitas penunjang yang terdapat di
PPI Meulaboh meliputi semua fasilitas yang menunjang aktivitas atau memberi
Balai pertemuan nelayan, Musholla, Pos jaga, Kios nelayan dan MCK umum,
kurang memadai pada sebagian fasilitas seperti, lahan PPI, dermaga, kolam
nelayan sedikit terganggu. Untuk lebih jelasnya, fasilitas yang terdapat di PPI
Berdasarkan tabel 8, dapat dilihat bahwa keadaan dari fasilitas yang ada di
Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Ujong baroh tidak semuanya berada dalam
keadaan berfungsi dengan baik. Faktor ini dapat menjadi penghambat dalam
a. Gedung aula
Aula yang dimiliki PPI Ujong Baroh berjumlah satu unit dengan luas 400 m .
Aula tersebut digunakan sebagai tempat musyawarah dan bale duek pakat nelayan
b. Mushola
unit. Mushola tersebut sering digunakan oleh nelayan dan pedagang sebagai
tempat ibadah dan memperoleh air bersih untuk kebutuhan melaut, Selain itu
c. Pos keamanan
Pos keamanan atau pos jaga di PPI Ujong Baroh berjumlah satu unit
yang terletak di gerbang/pintu masuk pelabuhan. Luas pos tersebut adalah 4 m2.
Pos tersebut digunakan oleh petugas pelabuhan sebagai tempat untuk menarik
d. MCK
PPI Ujong Baroh dilengkapi dengan dua unit fasilitas MCK (mandi, cuci,
kakus) dengan luas total 12 m2. MCK tersebut terletak di sebelah mushala.
Kondisi fasilitas tersebut bersih dan berfungsi dengan baik MCK juga sangat
berguna bagi pengunjung dan para Masyarakat yang datang ke PPI Ujong Baroh.
37
Gedung TPI milik PPI Ujong Baroh, yaitu TPI Pelabuhan seluas 360 m2, TPI
tersebut masih beroperasi sampai sekarang, selain itu TPI juga mempunyai
kapasitas yang sangat bagus yang di bangun oleh Non Govermen Organisaton
(NGO).
Kantor administrasi pelabuhan terdiri dari kantor PPI Ujong Baroh, kantor
KUB, Kantor PPI Ujong Baroh memiliki gedung 2 tingkat dengan luas ± 300 m2
PPI Ujong Baroh memiliki satu unit menara air berkapasitas 35 m3 dan satu
unit pompa air, menara air tersebut digunakan untuk air bersih dan sebagai
Sumber listrik di PPI Ujong Baroh yang bersumber dari Perusahaan Listrik
Negara (PLN) yang letaknya di Meulaboh dengan adanya Aliran listrik semua
e. Pagar keliling
Pagar keliling yang ada di PPI Ujong Baroh berada dalam kondisi bagus tapi
kurang terawat dimana catnya sudah mulai melepuh, bahkan sebagian kecil telah
hilang dan tidak terpasang dengan tegak. Pagar tersebut memiliki panjang ±
200 m, dengan demikian pagar yang ada di PPI Ujong Baroh tidak berpengaruh
setempat. Untuk pengembangan Dinas Kelautan dan Perikanan Aceh Barat selain
bisa memenuhi target konsumsi ikan masyarakat sasaran lain yaitu dapat menarik
investor dari dalam maupun luar daerah. Adapun produksi perikanan yang ada di
Kuala Bubon dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu jenis perahu tanpa
motor (PTM) dan perahu motor (PM). Perahu motor terdiri dari kapal motor
Masyarakat nelayan dalam usaha penangkapan ikan pada saat ini masih
mengunakan peralatan tradisional. Hal ini dapat dilihat dari penggunaan armada
tangkap di perairan Aceh Barat masih stabil dan belum menganggu keseimbangan
39
biota perairan. Jumlah dan jenis armada tangkap yang masih dipergunakan oleh
Tabel 6. Jumlah perahu dan jenis armada tangkap di Kabupaten Aceh Barat
2. Alat Tangkap
Alat tangkap merupakan alat yang dipakai oleh para nelayan yang ada di
di PPI Ujong Baroh Dan TPI Kuala Bubon yaitu berupa pukat cincin, Pancing
Tonda ( troll line ), Alat tangkap ini biasanya dioperasikan untuk menangkap
ikan-ikan pelagis yang mempunyai nilai ekonomis yang tinggi,alat pancing yang
di tarik ( drag line ),alat pancing rawai ( long line ). Jumlah alat tangkap di
Dari penjelasan tabel diatas bahwa di PPI Ujong Baroh memiliki jenis alat
tangkap yang memadai di banding dengan TPI Kuala Bubon dikarenakan nelayan
3. Nelayan
Pasal I poin 10, 11, 12, dan 13 dijelaskan bahwa nelayan adalah orang yang mata
melakukan pembudidayaan ikan. Pembudidaya ikan kecil adalah orang yang mata
hidup sehari-hari.
Aceh Barat yang berkerja disektor perikanan pada saat ini baik perikanan laut
muapun perikanan darat berjumlah 2.648 jiwa dan tersebar diberbagai kecamatan.
Untuk lebih jelas, jumlah penduduk yang bermata pencarian sebagai nelayan dan
petani nelayan sampai pada tahun 2006 dapat dilihat pada Tabel 5 di bawah ini.
Adapun jumlah nelayan menurut yang terdapat di Kabupaten Aceh Barat dapat
Pawang Total
No Kecamatan Serok Sungai ABK Pawang
pemilik Nelayan
1 Samatiga 31 47 250 97 33 458
Johan
2 40 27 1230 180 121 1598
Pahlawan
3 Meurebo 17 27 272 74 31 421
Arongan
4 21 103 43 3 1 171
lambalek
Jumlah 109 204 1.795 354 186 2.648
Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Aceh Barat, 2012
oleh pihak yang menjual hasil tangkapan, yaitu nelayan kepada pedagang
pengumpul atau pihak industri langsung. Biasanya nelayan juragan atau pemilik
alat tangkap yang mendapat hasil tangkapan banyak seperti pada alat tangkap
pancing, rawai dan jaring, menjual hasil tangkapannya dengan melalui pihak
perantara.
Hasil tangkapan yang berjumlah banyak dapat dijual ke luar daerah seperti
seperti Kabupaten Aceh Jaya dan Pidie baik secara langsung ataupun melalui
dijual kepada para toke bangku yang sudah menunggu di dermaga dan TPI saat
hasil tangkapan didaratkan. Pedagang toke bangku dan muge yang menunggu di
dalam palka kapal dan diberi es. Sebelum terisi oleh hasil tangkapan, palka
Setiap kapal berbeda jumlah palkahnya sesuai dengan ukuran kapal. Semakin baik
lebih bagus dibandingkan mutu hasil tangkapan yang tidak diberi penanganan
yang baik.
Kegiatan distribusi hasil tangkapan di PPI Ujong Baroh dan TPI Kuala
dan informasi pasar. Ketiga aspek tersebut akan sangat menentukan cara
didistribusikan di PPI Ujong Baroh Dan TPI Kuala Bubon , biaya distribusi, harga
hasil tangkapan di pasar, serta untung ruginya pihak distributor hasil tangkapan
transportasi darat yang biasa digunakan untuk mengangkut hasil tangkapan berupa
mobil pick up/colt (L300 dan Carry). Transportasi darat berupa mobil pick up
rata-rata mampu membawa muatan mencapai 2,7 Ton. Pasar yang menjadi daerah
(Aceh Jaya, Pidie, Bireun, Blang Pidie) dan Provinsi Sumatera Utara (Medan).
43
tidak ditimbang terlebih dahulu, tetapi beratnya diketahui dari ukuran wadah
yang sudah biasa dipakai, yaitu wadah plastik yang berkapasitas 10-20 kg dan
keranjang fiber yang berkapasitas 100-125 kg. Sebaliknya pedagang yang berada
di TPI melakukan penimbangan hasil tangkapan yang telah dibeli dari beberapa
Nelayan yang berbasis di PPI Ujong Baroh Meulaboh dan TPI Kuala
Bubon memiliki cara tersendiri dalam menanggani hasil tangkapan di atas kapal.
Saat hasil tangkapan berada di atas kapal, nelayan memberikan perlakuan khusus
selanjutnya ikan tersebut dimasukkan kedalam palkah yang sudah di isi es curah
atau es balok.
tangkapan yang didaratkan terbagi menjadi 3 (tiga) tahap. Dimulai sejak hasil
kegiatan ini saling berkaitan dan harus dalam rantai dingin untuk menjaga agar
yang terjadi secara bertahap sesuai dengan lamanya waktu pasca kematian hingga
24 jam setelahnya.
5.1.1. Pendaratan
tangkapan dari palka sampai ikan diangkut ke pelelangan ikan atau tempat
pendaratan ikan lainnya. Pada saat kapal mendarat di PPI Ujong Baroh Meulaboh
45
dan TPI Kuala Bubon Samatiga, para awak kapal melakukan pembongkaran hasil
di bagian barat berdekatan dengan TPI. Hasil tangkapan di keluarkan dari palkah
kemudian dimasukkan ke dalam keranjang dan diangkat ke atas deck. Saat hasil
tangkapan berada diatas deck dilakukan penyortiran sesuai dengan jenis, ukuran
PPI, aktivitas pelelangan ini berlangsung dari pagi hari pukul 05.00 WIB sampai
12.00 WIB, sedangkan pelelangan di TPI Kuala Bubon Samatiga pelelangan ini
berlangsung dari pagi hari pukul 06.00 WIB sampai 14.00 WIB.
Proses penyimpanan yang dilakukan di PPI ujong Baroh dan Kuala bubon
adalah penyimpanan ikan yang diletakkan di dalam Cold Storage, Kulkas dan
Fiber. Berhubung Cold Storage dan kulkas mengalami kerusakan selama 3 hari
serta belum adanya perbaikan maka ikan disimpan kedalam fiber dengan ukuran
fiber 80 X 1 meter. Lama penyimpanan ikan lebih kurang sampai 3 hari atau
lebih tergantung kondisi banyak tidaknya peminat pembeli ikan. Agar ikan tetap
segar maka dilakukan pemberian es batu di atas tubuh ikan, es batu dibeli
es sejak dilakukan persiapan perbekalan. Setelah didapatkan hasil ikan maka ikan
disimpan di dalam palkah yang diberi es. Saat tibanya di darat maka ikan
tersebut kepasar tradisional untuk dijual ke konsumen. Apabila ikan hasil lelangan
tidak habis dibeli oleh pedagang enceran maka ikan langsung dimasukan ke dalam
fiber yang diberi es. Tujuannya untuk dapat menjaga kesegaran ikan agar tidak
dikelola oleh pihak swasta. Alat transportasi darat yang biasa digunakan untuk
mengangkut hasil tangkapan berupa mobil pick up/colt (L300 dan Carry).
mencapai 2,7 Ton. Pasar yang menjadi daerah tujuan pendistribusian hasil
tangkapan nelayan terbagi menjadi pasar antar Kabupaten yang meliputi daerah
Pasar lokal yang ada di Kabupaten Aceh Barat dan sekitarnya menerima
pasokan hasil tangkapan dari beberapa pelabuhan diantaranya TPI Panggong, dan
TPI Kuala Bubon. Hasil tangkapan berupa ikan segar yang dominan dijual berupa
perikanan ini dijual hampir seragam di setiap pedagang yang ada di pasar
47
(empat) pada pengangkutan darat juga menggunakan roda 2 (dua) seperti sepeda
motor dan roda 3 (tiga) seperti becak untuk mengantarkan hasil tangkapan
perikanan yang dibawa kebeberapa wilayah sekitar dalam Kabupaten Aceh Barat.
memenuhi kebutuhan gizi pada tubuh maka masyarakat dapat membeli ikan di
pasar tradisional.
fasilitas distribusi hasil tangkapan di PPI Ujong Baroh Meulaboh dan TPI Kuala
tersentuh dan masih berfungsi dalam keadaan tidak memadai atau kurang optimal.
bahwa permasalahan dari fasilitas distribusi hasil tangkapan di PPI Ujong Baroh
dan TPI Kuala Bubon dalam kegiatan distribusi hasil tangkapan memerlukan
fasilitas yang memadai baik pada saat pra dan pasca, pada saat pra distribusi bisa
kita perhatikan aktifitas untuk penjagaan mutu masih kurang hal ini terlihat dari
1. Adapun jalur distribusi hasil tangkapan yang dilakukan di Ujong Baroh dapat
Nelayan
TPI
Toke Bangku
Grosir Distribusi
Pengencer
Konsumen
2. Adapun gerafik distribusi hasil tangkapan yang dilakukan di Ujong Baroh dapat
29%
20%
15%
30%
Keterangan :
Grosir : 29 %
Kota dan Desa : 20 %
Luar Daerah : 30 %
Pengencer : 15 %
Konsumen : 6%
5.3.1. Informasi Pasar di PPI Ujong Baroh dan TPI Kuala Bubon
melakukan operasi penangkapan ikan tentang jenis dan jumlah ikan dibutuhkan
pelelangan, akan tetapi untuk informasi pasar di PPI Ujong Baroh Meulaboh dan
50
TPI Kuala Bubon Samatiga masih sangat rendah pengaktifnya dimana untuk
informasi tersebut masih susah untuk kita lihat di papan informasi yang ada.
harus memenuhi standar kualitas sesuai dengan permintaan konsumen dan standar
mutu. Uji mutu dilakukan untuk produk-produk hasil tangkapan dalam keadaan
kualitas ikan yang tersedia di Kabupaten Aceh Barat akan selalu mempunyai
brand tersendiri dan efeknya ikan yang akan dikeluarkan ke daerah dan provinsi
Harga produk hasil tangkapan nelayan yang di jual dalam lokal dan
kedaerah-daerah lainya bervariasi sesuai dengan pasar dan daerahnya. Harga dasar
dalam penjualan hasil tangkapan kepasar lokal dan daerah lainnya merupakan
harga ikan hasil pelelangan kemudian harga akan disesuaikan dengan biaya lainya
yang dikeluarkan oleh pedagang pengecer. Harga ikan di Tempat Pelelangan Ikan
PPI Ujong Baroh Meulaboh untuk ikan Cakalang Rp17.000. ,Tongkol Rp 12.000.,
Udang Rp 52.000.
Hingga saat ini pasar di daerah luar Kabupaten Aceh Barat merupakan pasar yang
51
paling tinggi dalam memberikan harga per jenis produk perikaan dibandingkan
dengan daerah lokal. Harga ini juga sebanding dengan penangganan dan
pengujian mutu yang harus dilakukan untuk menjaga agar produk perikanan
tersebut dalam keadaan baik dan layak konsumsi. Harga rata-rata produk ikan
segar berdasarkan jenis dan daerah distribusinya dapat dilihat pada tabel 9.
Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa produk ikan segar lebih banyak di
distribusikan dengan jenis ikan yang lebih beragam. Produk ikan segar berupa
ikan tuna memiliki harga yang lebih tinggi dibandingkan jeni ikan lainya.
Produk-produk ikan yang segar dapat memiliki nilai/harga dan permintaan yang
tinggi pula disebabkan karena kulitas ikan tersebut bisa dipertahankan dalam
jangka waktu yang lama. Biasanya hasil tangkapan tersebut terlebih dahulu
Dinas Perikanan dan kelautan Aceh Barat 2007. Data Laporan Tahunan Dinas
Perikanan dan kelautan Kabupaten Aceh Barat tahun 2007, Dinas
Perikanan Kabupaten Aceh Barat
Subagyo, 2006. Metode Penelitian Dalam Teori Dan Praktek. Jakarta, Rineka
Cipta
.