Anda di halaman 1dari 50

PENGARUH PEMBERIAN DOSIS EKSTRAK HATI BATANG

PISANG (Mussa sp) SEBAGAI BAHAN ANASTESI IKAN


GURAME (Osphronemous gouramey) PADA SISTEM
TRANSPORTASI BASAH TERTUTUP

LAPORAN
PENELITIAN

OLEH :
DWI SEPTIA YOLANDA ISMAWATI
NPM. 16090005

PROGRAM STUDI AKUAKULTUR


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PROF. DR. HAZAIRIN, SH BENGKULU
2022

i
SURAT PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT

Saya yang bertanda tangan dibawa ini :

Nama : Dwi Septia Yolanda Ismawati

NPM : 16090005

Program Studi : Akuakultur

Fakultas : Pertanian

Menyatakan dengan sebenarnya, bahwa skripsi yang telah saya buat dan diserahkan

adalah benar-benar karya saya sendiri dan bebas dari plagiat. Apa bila dikemudian

hari ternyata dalam pembuatan skripsi saya ini memenuhi unsur plagiat dan

terdapat plagiat berdasarkan permendiknas nomor 17 tahun 2010 tentang

pencegahan dan penanggulangan plagiat di perguruan tinggi, saya bersedia

menerima sanksi ketentuan peraturan perundang-undangan.

Demikian surat pernyataan plagiat ini saya buat dengan sebenarnya dan dapat

dipergunakan sebagaimana mestinya.

Bengkulu, 24 Juli 2022

Yang menyatakan

Materai 6000

(………………………….)

ii
RINGKASAN

DWI SEPTIA YOLANDA ISMAWATI. Pengaruh Pemberian Dosis Ekstrak Hati


Batang Pisang (Mussa sp) Sebagai Bahan Anastesi Ikan Gurame (Osphronemous
gourame) Pada Sistem Transportasi Tertutup. Dibimbing oleh SUHARUN
MARTUDI dan ZULKHASYNI.

Penelitian ini bertujuan mengetahui perlakuan terbaik pemberian ekstrak hati

batang pisang sebagai bahan anastesi dalam sistem transportasi basah ikan Gurame.

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yaitu terdiri dari 3

perlakuan dengan tiap-tiap perlakuan di ulangan sebanyak 5 kali, sehingga didapat

15 unit percobaan. Perlakuan pertama adalah dosis ekstrak 5%, perlakuan ke 2

dosis ekstrak 10%, dan perlakuan ke 3 dosis ekstrak 15% dengan lama transportasi

12 jam. Hasil analisis Analisis ragam dilanjutkan dengan uji berbeda nyata pada

taraf 5 % dan 1 %. Parameter yang diamati adalah kelangsungan hidup selama

transportasi dan pemeliharaan pasca transportasi, waktu pingsan ikan, respon dan

tingkah laku ikan dan kualitas air. Hasil penelitian menunjukkan berpengaruh

sangat nyata penggunaan ekstrak hati batang pisang sebagai bahan anastesi

terhadap kelangsungan hidup ikan Gurame (Osphronemous gourame) pada sistem

transportasi basah tertutup. Perlakuan dosis konsentrasi 5% (P1) menunjukkan hasil

terbaik dibandingkan dengan perlakuan lainnya.

Kata kunci : Gurame, ekstrak hati batang pisang, anastesi, transportasi

iii
SUMMARY

DWI SEPTIA YOLANDA ISMAWATI. The Effect of Dosage of Banana Stem


Liver Extract (Mussa sp) As Anesthesia Material for Carp (Osphronemous
gourame) in Closed Transportation Systems. Supervised by SUHARUN
MARTUDI and ZULKHASYNI.

This study aims to determine the best treatment of banana stem liver extract as an
anesthetic in the wet transportation system of carp. This study used a completely
randomized design (CRD), which consisted of 3 treatments with each treatment
being replicated 5 times, so that 15 experimental units were obtained. The first
treatment was a 5% extract dose, the second treatment was a 10% extract dose, and
the third treatment was a 15% extract dose with a transportation time of 12 hours.
Results of analysis Analysis of variance was continued with significantly different
tests at the 5% and 1% levels. Parameters observed were survival during
transportation and post-transportation maintenance, fish fainting time, fish response
and behavior and water quality. The results showed that the use of banana stem
liver extract as an anesthetic agent had a very significant effect on the survival of
gouramy (Osphronemous gourame) in a closed wet transportation system. The 5%
concentration dose treatment (P1) showed the best results compared to other
treatments.

Key words : Gouramy, banana stem liver extract, anesthesia, transportation

iv
PENGARUH PEMBERIAN DOSIS EKSTRAK HATI BATANG
PISANG (Mussa sp) SEBAGAI BAHAN ANASTESI IKAN
GURAME (Osphronemous gourame) PADA SISTEM
TRANSPORTASI BASAH TERTUTUP

Oleh:
DWI SEPTIA YOLANDA ISMAWATI
NPM. 16090005

SKRIPSI
Sabagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada
Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Prof. Dr.
Hazairin, SH Bengkulu

PROGRAM STUDI AKUAKULTUR


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PROF. DR. HAZAIRIN, SH
BENGKULU

v
2022

vi
vii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan Bengkulu pada tanggal 17

Januari 1998. Penulis merupakan anak kedua dari dua

saudara buah hati dari pasangan bapak Imam Syafe’i

dan ibu Minarti.

Penulis menyelesaikan Pendidikan Sekolah Dasar (SD) ditempuh di Sekolah

Dasar (SD) Negeri 153 Seluma pada tahun 2009. Lulus Sekolah Menengah Pertama

(SMP) Negeri 7 Seluma pada tahun 2012. Lulus Sekolah Menengah Kejuruan

(SMK) Negeri 3 Seluma pada tahun 2015. September 2016 penulis diterima

sebagai Mahasiswa S1 Program Studi Akuakultur, Fakultas Pertanian, Universitas

Prof. Dr. Hazairin, SH Bengkulu dengan biaya pendidikan dari pemerintah melalui

Program Beasiswa Bidikmisi.

Penulis menjalani program pengabdian masyarakat melalui Kuliah Kerja

Nyata (KUKERTA) periode (XXX) tahun akademik 2018-2019 bertempat di Desa

Sumber Arum Kecamatan Sukaraja Kabupaten Seluma pada tahun 2019 bulan Juli

sampai bulan Agustus.

Selama mengikuti program S1, Penulis aktif diberbagai organisasi

kemahasiswaan. Dimulai pada tahun 2016-2020 tergabung sebagai anggota

Himpunan Mahasiswa Akuakultur (HIMAQUA). dan aktif sebagai Biro Humas dan

Media UKM ROHIMAZ pada tahun 2017-2020.

viii
Motto

1. Hai orang-orang yang beriman, jadi kanlah sabar dan shalat sebagai
penolongmu, sesungguhnya allah bersama orang-orang yang sabar. (Q. S Al-
Baqorah: 153.
2. Hai orang- orang mukmin, jika kamu menolong (agama) allah, niscaya dia
akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu. (Q. S Muhammad: 7)

Ku Persembakan Kepada ;
 Sujud syukurku kusembahkan kepadamu ya Allah, atas kebesaranmu, rencana
terindahmu, rezekimu, sehingga saya bisa menyelesaikan tugas akhir skripsi
dengan baik, saya bisa menyeselasaikan amanah dari kedua orang tuaku, dan
alhamdulillah telah menghadirkan orang-orang yang berarti disekelilingku.
 Untuk papi iwaku Imam Syafe’I dan mami iwaku Minarti yang tercinta dan
tersayang, yang selalu menjadi motivasiku untuk bangkit dari setiap jatuh,
Terimakasih banyak atas limpahan do’a yang tak berkesudahan, dan
pengorbanan jerih payak kalian sehingga anakmu dapat menggapai cita-
citanya.
 Untuk mbapiiku yang baik hati Evi Liana Wulansari yang luar biasa telah
berkorban waktu, tenaga, materi, do’a dan motivasi dalam membantu
menyelasaikan tugas akhir ini.
 Dosen pembimbing yang selalu sabar, tak pernah lelah membantu dan
membimbing hingga tugas akhir ini dapat terselesaikan, terimakasih banyak
Bapak Suharu Martudi, S.Pi., M.Si dan Ibu Ir. Zulkhasyni, M.Si dan Doses
Penguji Bapak Dedi Pardiansyah, S.P., M.Si atas semua bantuan, dukungan,
dan motivasi yang kalian berikan. Semoga allah selalu memberi kesehatan
pada kalian.
 Untuk Sahabatku Zulpa Tri Anggraini (Mpaa), Anggi Ningrum K.D, Tenzi
Mahdalena Nur Aisya, Tria Eva Crisdayanti, Anggia Damayanti, suatu anugrah
terindah bisa bertemu kalian, terimakasih sudah menjadi sahabat yang selalu
siap membantu setiap apapunitu, pengingat dalam kebaikan, tempat berbagi
cerita, penyemangat, kita semua memiliki sifat yang berbeda-beda bisa

ix
dikatakan unik dan langka tetapi dengan ini kita bisa saling bertahan untuk
selalu menjadi sahabat yang satu jalan dalam pengingat kebaikan.
 Untuk keluarga besar Akuakultur Angkatan 2016 : Andi Saputra, Zulpa Tri
Anggraini, Debi Gusti Randa, Nur Aisyah, Anggi Ningrum K.D, Anggia
Damayanti, Tria Eva Crisdayanti, Alim Perdana Kusuma, Atri Prasetyo, Irvan
Maarif, Syaipul Azwi, Meli Sudaryanti, Dendi Sudrajat, Cece Gusti Kartina,
Doni Syajaratul I.N, Popi Puspita Sari, Anton Kurniawan. Kompak selalu guys,
sukses selalu untuk kita semua.
 Untuk UKM Rohimaz, terimakasih atas ilmu dan pengalaman yang diajarkan,
kesempatan, kenyamanan dan tempat muhasabah diri, rumah yang nantinya
bakal dirindukan. Terimakasih pada semua keluarga besar UKM Rohimaz.
 Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Pertanian dan karyawan/karyawati dilingkungan
Fakultas Pertania.
 Keluarga besar Almamater Universitas Prof. Dr. Hazairin, SH Bengkulu

x
KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat

yang dilimpahkan-Nya, sehingga Laporan Penelitian dengan Judul “PENGARUH

PEMBERIAN DOSIS EKSTRAK HATI BATANG PISANG (Mussa sp)

SEBAGAI BAHAN ANASTESI IKAN GURAME (Osphronemous gouramey)

PADA SISTEM TRANSPORTASI BASAH TERTUTUP ” dapat terselesaikan.

Penulis menyadari bahwa penulisan Laporan Penelitian ini masih jauh dari kata

sempurna, untuk itu penulis menerima kritik dan saran untuk kesempurnaan

Laporan Penelitian ini. Atas segala bantuan dan saran dari berbagai pihak penulis

mengucapkan terimakasih khususnya kepada:

1. Bapak Suharun Martudi S.Pi,. M.Si, selaku Dekan Fakultas Pertanian

Universitas Prof. Dr. Hazairin, S.H. Bengkulu sekaligus sebagai pembimbing

utama.

2. Bapak Dedi Pardiansyah, S.Pi, M.Si, selaku Ketua Jurusan Budidaya Perairan

Universitas Prof. Dr. Hazairin, S.H. Bengkulu

3. Ibu Ir. Zulkhasyni, M.Si, selaku Dosen Pembimbing pendamping yang telah

banyak memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan Laporan

Penelitian ini.

Akhir kata, penyususn berharap Skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi

pembaca.

xi
Bengkulu, 22 Juli 2022

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ........................................................................................ iii


DAFTAR ISI ...................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR........................................................................................... v
DAFTAR TABEL............................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................vii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..........................................................................................1
B. Tujuan ......................................................................................................3
C. Hipotesis...................................................................................................3
II.TINJAUAN PUSTAKA
A. Klasifikasi Ikan Gurame...........................................................................4
B. Morfologi Ikan Gurame ...........................................................................5
C. Kualitas Air Pemeliharaan Ikan Gurame .................................................6
D. Ekstrak Hati Batang Pisang......................................................................6
E. Anastesi ....................................................................................................8
F. Transportasi Ikan Hidup ..........................................................................10
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat..................................................................................12
B. Bahan dan Alat........................................................................................12
C. Rancangan Percobaan .............................................................................13
D. Parameter Pengamatan ...........................................................................14
E. Pelaksanaan Penelitian ............................................................................15
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xii
DAFTAR GAMBAR

No. Uraian Hal

1. Ikan Gurame ................................................................................................... 4

2. Penampang Melintang Pohon Pisang ............................................................. 7

3. Grafik Kelulusan Hidup Ikan Gurame selama Transportasi .................................. 18

4. Hati Batang Pisang Ambon ............................................................................ 34

5. Pembuatan Ekstrak Hati Batang Pisang.......................................................... 35

6. Pembuatan Media Pembiusan......................................................................... 36

7. Pembiusan Ikan............................................................................................... 37

8. Transportasi Ikan............................................................................................. 38

9. Pencatatan Waktu Sadar Ikan.......................................................................... 39

10. Kolam Pemeliharaan Ikan............................................................................. 40

xiii
DAFTAR TABEL

No. Uraian Hal

1. Respon Tingkah Laku Ikan Dalam Tahap Pemingsanan ........................................ 9

2. Bahan dan Alat ...................................................................................................... 12

3. Rekapitulasi Kelangsungan Hidup Ikan Pasca Transportasi................................. 19

4. Rekapitulasi Kelangsungan Hidup Ikan Pasca Pemeliharaan................................ 19

5. Hasil Sidik Ragam Kelangsungan Hidup.............................................................. 20

6. Rekapitulasi Hasil Uji Lanjut BNT Kelangsungan Hidup Pasca Transportasi..... 20

7. Rekapitulasi Hasil Uji Lanjut BNT Kelangsungan Hidup Pasca Pemeliharaan... 20

8. Lama Waktu Induksi dan Sedatif Ikan..................................................................... 21

9. Pengamatan Tingkah Laku Ikan Selama Proses Pemingsanan.............................. 21

10. Hasil Analisis Kualitas Air Sebelum Pemingsanan............................................. 23

11. Hasil Analisis Kualitas Air Sebelum Transportasi.............................................. 23

12. Hasil Analisis Kualitas Air Pasca Transportasi................................................... 24

13. Hasil Analisis Kualitas Air Selama Pemeliharaan............................................... 24

xiv
DAFTAR lAMPIRAN

No. Uraian Hal

1. Bagan Penelitian..............................................................................................30

2. Perhitungan Sidik Ragam dan Uji Lanjut BNT Kelangsungan Hidup ..........31

3. Perhitungan Sidik Ragam dan Uji Lanjut BNT Waktu Pingsan Ikan ............33

4. Dokumentasi...................................................................................................34

xv
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Metode anestesi banyak digunakan dalam transportasi hidup biota perairan

dengan tujuan mempertahankan tingkat kemampuan hidup melalui perlambatan

metabolisme tubuhnya. Dalam bidang perikanan anastesi diterapkan para pemilik

hatcery untuk mempermudah pemindahan biota ke dalam bak angkut. Selain itu,

metode anestesi juga banyak dilakukan untuk memingsankan biota perairan yang

akan ditransportasikan ke suatu wilayah. Aktivitas fisik ikan selama transportasi

dapat menyebabkan kerusakan fisik ikan karena adanya gerakan antar ikan yang

berlebihan. Ikan yang mengalami kerusakan fisik rentan terhadap serangan bakteri

dan jamur sehingga kelangsungan hidup pasca transportasi rendah. Salah satu cara

untuk menurunkan aktivitas fisik ikan adalah dengan perlakuan anastesi. Bahan

anestetik alami yang sudah diteliti untuk diaplikasikan dalam transportasi ikan

antara lain ekstrak biji karet, minyak cengkeh, ekstrak ubi kayu (Habibie 2006)

dan bahan alami lainnya yang mengandung zat anestesia. Selain bahan alami

tersebut, hati pisang (Mussa sp) juga dapat digunakan untuk memingsankan ikan

(Abdullah, 2012).

Abdullah, (2012) dalam penelitiannya menggunakan ekstrak batang pisang

(Mussa sp) sebagai bahan anastetik untuk memingsankan ikan. Bagian batang

pisang yang dapat digunakan untuk bahan anestesi adalah hati batang pisang.

Ekstrak hati batang pisang mengandung beberapa jenis senyawa aktif yaitu

saponin dengan kandungan yang paling banyak, kemudian flavonoid dan tannin,

serta tidak mengandung alkaloid, steroid dan triterpenoid. Adanya senyawa-

1
senyawa yang terkandung dalam hati batang pohon pisang dapat menjadi bahan

anestesi yang baik bagi ikan. Penggunaan bahan pemingsan (anestetikum) ini

ditujukan untuk mencegah atau mengurangi terjadinya stres yang berujung

kematian pada ikan selama proses transportasi hidup ikan.

Transportasi ikan hidup adalah menempatkan ikan dalam lingkungan baru

yang terbatas dengan lingkungan asalnya disertai perubahan-perubahan sifat

lingkungan yang sangat mendadak. Transportasi ikan hidup salah satunya yaitu

transportasi sistem basah. Transportasi sistem basah menuntut media yang sama

dengan tempat hidup ikan sebelumnya yaitu, air, oksigen, dan cahaya.

Pengangkutan sistem basah dapat dilakukan dengan cara terbuka. Pada cara

terbuka ikan diangkut dalam wadah terbuka seperti ember atau drum plastik.

Biota yang ditransportasikan dengan metode anestesi merupakan biota yang

rentan terhadap perubahan kondisi dalam pengangkutan, salah satunya ikan

Gurame. Ikan Gurame memiliki nilai ekonomi cukup tinggi dibandingkan dengan

ikan air tawar lainnya (lele, nila dan mas). Peningkatan permintaan konsumen

terhadap ikan Gurame didasari oleh keinginan terhadap suatu komoditi perikanan

yang bermutu tinggi, spesifik, dan resiko terhadap kesehatan yang kecil. Masalah

yang sering dihadapi dalam transportasi ikan Gurame adalah rendahnya kelulusan

hidup selama dan setelah proses transportasi. Penanganan dalam sistem

transportasi diperlukan untuk menjaga tingkat kelulusan hidup ikan tetap tinggi

sampai tempat tujuan. Stres dan aktivitas fisik selama proses transportasi ikan

dapat menyebabkan hilangnya kualitas produk, seperti mengurangi kesegaran

ikan, pelunakan tekstur otot dan menurunkan kualitas hasil fillet. Akibat yang

2
dapat ditimbulkan dari stres ikan ini akan berdampak ekonomis pada budidaya

ikan (Dobsikova et al. 2009).

Dari permasalahan dan temuan yang telah dikemukakan di atas maka saya

tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Pengaruh Pemberian Dosis

Ekstrak Hati Batang Pisang Sebagai Bahan Anastesi Gurame (Osphronemous

gouramey) Pada Sistem Transportasi Basah”.

B. Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perlakuan terbaik pemberian

ekstrak hati batang pisang sebagai bahan anastesi dalam sistem transportasi basah

ikan Gurame.

C. Hipotesis

1. Ho : µ=0 : Pemberian ekstrak hati batang pisang tidak berpengaruh terhadap

anastesi ikan Gurame (Osphronemus gouramy) pada sistem

transportasi basah tertutup.

2. Ho : µ≠0 : Pemberian ekstrak hati batang pisang berpengaruh terhadap anastesi

ikan Gurame (Osphronemus gouramy) pada sistem transportasi

basah tertutup.

3
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Klasifikasi Ikan Gurame

Ikan gurame (Osphronemus gouramy) merupakan salah satu jenis ikan air

tawar yang dibudidayakan di kolam dan merupakan ikan asli Indonesia yang

memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Menurut Mahyuddin (2009) ikan Gurame

diklasifikasikan sebagai berikut :

Filum : Chordata

Subfilum : Vertebrata

Kelas : Pisces

Subkelas : Teleostei

Ordo : Labyrinthici

Famili : Anabantidae

Genus : Osphronemous

Spesies : Osphronemous gouramy

Gambar 1. Ikan Gurame

Sumber: Bambang Sucitro, 2015

4
B. Morfologi Ikan Gurame (Osphronemous gouramy)

Gurame mempunyai bentuk badan agak panjang, pipih ke samping

(compressed) dan lebar. Sisiknya berukuran besar dengan tipe ctenoid, tepi sisik

agak kasar terutama pada sisik di bagian kepala. Kepala gurame muda berbentuk

lancip dan berdahi rata, sedangkan gurame dewasa memiliki bentuk kepala yang

lebih tumpul. Pada gurame jantan dewasa terdapat tonjolan seperti cula pada

bagian dahi atau kepala (Mahyuddin 2009).

Gurame memiliki lima buah sirip yaitu sirip punggung, sirip dada, sirip

perut, sirip dubur dan sirip ekor. Sirip punggung cukup panjang dan berada di

bagian belakang tubuh. Sirip dada berukuran kecil, letaknya berada di belakang

tutup insang. Sirip perut mengalami modifikasi menjadi sepasang benang yang

panjang yang berfungsi sebagai alat peraba. Sirip ekor berbentuk bulat, sedangkan

sirip dubur bentuknya panjang mulai dari belakang sirip perut hingga pangkal

bawah sirip ekor.

Gurame mempunyai organ pernafasan tambahan yang disebut labirin, yaitu

selaput berlekuk-lekuk yang terletak di dalam rongga insang. Labirin memiliki

pembuluh darah kapiler yang dapat mengambil oksigen dari udara bebas sehingga

kadang-kadang gurame muncul ke permukaan dan menyembulkan kepalanya ke

atas permukaan air. Gurame dapat hidup pada perairan minim oksigen dengan

bantuan labirin. Gurame termasuk ke dalam hewan omnivora namun cenderung

herbivora. Pakan yang diberikan kepada gurame biasanya berupa daun-daunan

seperti daun talas, sinkong, dll. Jika persediaan tumbuha terbatas, gurame

memakan bahan organik yang terdapat di dasar perairan.

5
C. Kualitas Air Pemeliharaan Gurame

Kualitas air merupakan faktor penting dalam budidaya maupun transportasi

ikan Gurame karena air merupakan media hidup yang utama. Air yang digunakan

untuk pemeliharaan ikan Gurame secara umum memiliki beberapa persyaratan

seperti kualitas air harus bersih dan tidak terlalu keruh, tidak tercemar bahan

beracun maupun limbah pabrik. Menurut Wibawa dkk (2018), suhu air yang

optimal untuk pemeliharaan ikan Gurame berkisar antara 24-30ºC, nilai derajat

keasaman (pH) perairan berkisar antara 6,5-8,5. Oksigen terlarut optimal untuk

ikan Gurame 3-8 mg.Lˉ¹ . Tinggi rendahnya kandungan oksigen terlarut yang ada

dalam perairan salah satunya dipengaruhi oleh amoniak. Amoniak di Perairan

akan mengakibatkan kandungan oksigen dalam air semakin menurun karena

oksigen yang ada digunakan untuk mengoksidasi amoniak menjadi nitrit dan

mengoksidasi nitrit menjadi nitrat. Apabila oksigen menurun maka biota air akan

kekurangan air dan dapat menyebabkan kematian pada biota air. Untuk itu nilai

amoniak pada media pemeliharaan harus lebih kecil dari 0,2mg.Lˉ¹ (Effendi,

2003).

D. Ekstrak Hati Batang Pisang

Pisang dari family Musaceae adalah tanaman berbatang basah dan tropis

yang berasal dari Asia dan meyebar ke seluruh dunia (MH Raina, 2011). Pisang

memiliki batang yang termasuk kedalam batang semu yang terbentuk dari pelepah

daun yang saling menutup dengan kompak. Memiliki tinggi batang berkisar 2,5

meter sampai 7,5 meter. Batang semu tanaman pisang memiliki warna hijau

kekuningan, merah, merah kekuningan dan hijau kemerahan. Batang semu juga

terdapat bercak-bercak berwarna merah, cokelat dan keunguan. Bonggol pisang

6
yang terletak di bawah batang semu memiliki ukuran lingkar sekitar 60 cm sampai

110 cm tergantung jenis tanaman pisang (Radiya, 2013).

Gambar 2. Penampang Melintang Batang Pisang Ambon


Sumber: Abdullah, 2012

Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi

senyawa aktif dari simplisa nabati atau simplisa hewani menggunakan pelarut

yang sesuai (Depkes RI Dirjen POM, 2000). Abdullah (2012), menyebutkan

bahwa ekstrak hati batang pisang Ambon mengandung beberapa jenis senyawa

aktif yaitu saponin dengan kandungan paling banyak, kemudian flavonid dan

tannin, serta tidak mengandung alkaloid, steroid dan triterpenoid. Saponin

memiliki sifat khas membentuk busa merupakan senyawa berasa pahit menusuk

dan menyebabkan bersin dan sering mengakibatkan iritasi terhadap selaput lendir.

Saponin juga bersifat bisa menghancurkan butir darah merah lewat reaksi

hemolisis, bersifat racun bagi hewan berdarah dingin, dan banyak diantaranya

digunakan sebagai racun ikan. Saponin yang berpotensi keras atau beracun

seringkali disebut sebagai sapotoksin. Saponin merupakan senyawa dalam bentuk

glikosida yang yang tersebar luas pada tanaman tingkat tinggi serta beberapa

hewan laut dan merupakan kelompok senyawa yang beragam dalam struktur, sifat

fisikokimia dan biologisnya (Patra and Saxena, 2009).

7
E. Anastesi

Anatesi diperlukan untuk ikan dalam transportasi, kegiatan penelitian

diagnosa penyakit, penandaan ikan pada pada bagian kulit dan insang,

pengambilan sampel darah dan proses pembedahan, pada kegiatan penelitian,

anatesi bertujuan untuk menurunkan segala aktifitas ikan terutama untuk jenis

ikan dari kelompok elasmobranci (hiu atau pari) karena disamping faktor

keamanan juga dapat mengurangi stres, luka akibat suntikan dan penurunan

metabolisme (Gunn, 2001).

Anestesi merupakan suatu kondisi ketika tubuh atau bagian tubuh

kehilangan kemampuan untuk merasa (insensibility). Anestesi dapat disebabkan

oleh senyawa kimia, suhu dingin, arus listrik atau penyakit (Tidwell et.al 2004)

Bahan anestesi mengganggu secara langsung maupun tidak langsung terhadap

keseimbangan kationik tertentu di dalam otak selama masa anestesinya.

Terganggunya keseimbangan ionik dalam otak menyebabkan ikan tersebut mati

rasa karena syaraf kurang berfungsi.

Anestesi menurut Mckelvey dan Wayne (2003) ada 4 tahapan, tahap

pertama atau sering disebut stadium analgesia, hewan masih sadar tetapi

disorientasi dan menunjukkan sensitivitas terhadap rasa sakit berkurang, respirasi

dan denyut jantung normal atau meningkat, semua reflek masih ada, hewan masih

bangun dan dapat juga urinasi, defekasi. Tahap kedua yaitu kesadaran mulai

hilang namun refleks masih ada, pupil membesar (dilatasi) tetapi akan menyempit

(konstriksi) ketika ada cahaya masuk. Tahap kedua atau stadium eksitasi berakhir

ketika hewan menunjukkan tanda-tanda otot relaksasi, respirasi menurun dan

refleks juga menurun. Tahap ketiga atau stadium anestesi, pada stadium ini

biasanya dilakukan operasi. Hewan kehilangan kesadaran, pupil mengalami

8
konstriksi dan tidak merespon cahaya yang masuk, refleks hilang (refleks

palpebrae). Tahapan keempat adalah pernafasan dan jantung terhenti, dan hewan

mati. Indikator tahapan anestesi antara lain aktivitas refleks (refleks palpebrae,

pedal refleks, kornea refleks, refleks laring, refleks menelan), relaksasi otot, posisi

mata dan ukuran pupil, sekresi saliva dan air mata, respirasi dan denyut jantung.

Respon tingkah laku ikan dalam tahap pemingsanan dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Respon Tingkah Laku Ikan Dalam Tahap Pemingsanan


Tingkat Sinonim Respon tingkah laku ikan

0 Normal Reaktif terhadap rangsangan


luar, pergerakan operculum dan
kontraksi otot normal

Ia Pingsan ringan (light sedation) Reaktifitas terhadap rangsangan


luar sedikit menurun, pergerakan
operculum melambat,
keseimbangan normal

Ib Pingsan (deep sedation) Reaktifitas terhadap rangsangan


luar tidak ada, kecuali dengan
tekanan kuat. Pergerakan
operculum lambat,
keseimbangan normal

IIa Kehilangan keseimbangan Kontraksi otot lemah, berenang


sebagian tidak teraturmemberikan reaksi
hanya terhadap rangsangan
getaran dan sentuhan yang
sangat kuat, pergerakan
operculum cepat

IIb Kehilangan keseimbangan total Kontraksi otot berhenti,


pergerakan operculum lemah
namun teratur, reflek urat syaraf
tulang belakang menghilang

III Gerakan reflek tidak ada Reaktifitas tidak ada, pergerakan


operculum lambat dan tidak
teratur, detak jantung lambat,
reflek tidak ada

IV Roboh (medullary collaps) Pergerakan operculum berhenti,

9
respirasi terhenti, diikuti
beberapa menit kemudian
penghentian detak jantung

Sumber: Tidwell et.al 2004

F. Transportasi

Transportasi hidup biota perairan yaitu memindahkan biota perairan dalam

keadaan hidup dengan diberi tindakan untuk menjaga agar derajat kelulusan hidup

(survival rate) tetap tinggi hingga di tempat tujuan. Metode transportasi hidup

biota perairan secara umum ada dua jenis, yaitu dengan menggunakan media air

(sistem basah) dan tanpa media air (sistem kering). Transportasi sistem basah

umumnya digunakan untuk transportasi jarak dekat (lokal), sedangkan

transportasi sistem kering digunakan untuk transportasi jarak jauh untuk tujuan

ekspor (Suryaningrum et al. 2005).

Transportasi basah sistem transportasi yang dalam pengangkutannya

menggunakan media air. Pada transportasi sistem basah, ikan diangkut di dalam

wadah tertutup atau terbuka yang berisi air laut atau air tawar tergantung jenis dan

asal ikan. Pada pengangkutan jarak jauh dan lama (lebih dari 24jam) biasanya

digunakan pengangkutan sistem tertutup. Sebelum ditransportasikan ikan Gurame

dipuasakan terlebih dahulu selama 24 jam (Midihatama. A, 2018). Ikasari dkk

(2009) dalam penelitiannya mengatakan untuk transportasi ikan Gurame dengan

sitem basah disarankan untuk menggunakan kepadatan transportasi tidak lebih

dari 1:4 agar menghasilkan tingkat kelulusan hidup yang tinggi. Metode yang

paling sederhana digunakan pada sitem tertutup ini adalah dengan menggunakan

plastik dan styrofoam. Ikan dimasukkan ke dalam kantong plastik kemudian

diberi asupan oksigen lalu diikat, kemudian diletakkan ke alam box styrofoam.

Transportasi basah biasanya digunakan untuk transportasi hasil perikanan hidup

10
selama penangkapan di tambak, kolam dan pelabuhan ke tempat pengumpul atau

dari satu pengumpul ke pengumpul lainnya (Jailani, 2000).

Dalam pengangkutan ikan hidup sistem tertutup yang menggunakan ekstrak

bahan baik alami maupun kimia untuk meminimalisir tingkat stess ikan akibat

perjanalan, diperlukan dosis yang sesuai dalam penggunaannya agar ikan dapat

tetap hidup setelah dipingsankan. Dosis merupakan jumlah atau takaran yang

diberikan kepada organisme. Abdullah, (2012), dalam penelitiannya

menggunakan ekstrak hati batang pisang sebagai bahan anastesi ikan Bawal air

tawar dengan konsentrasi 5%, 10% dan 15% (v/v).

11
III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat

Penelitian ini akan dilaksanakan pada hari minggu tanggal 20 Juli 2020- 20

Agustus 2020 menggunakan transportasi darat yang dimulai di laboratorium

Fakultas Pertanian Universitas Prof. Dr. Hazairin, S.H Bengkulu dengan rute

perjalanan kota Bengkulu-kabupaten Kepahiang-Curup-Lebong-kota Bengkulu.

B. Bahan dan Alat

Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 2. Bahan dan Alat yang Digunakan Dalam Penelitian


Bahan Kegunaan

Ikan Gurame (Osphronemous gouramy) Sebagai ikan uji (150 ekor)


berukuran 200gr/ekor yang didapat dari
Lutfi Pembibitan

Ekstrak hati batang pisang Ambon Sebagai bahan anastesi

Alat Kegunaan

Box (15 buah) Sebagai wadah untuk pengemasan ikan

Plastik ukuran 20L (15 buah) Sebagai wadah pengemasan ikan

Thermometer Untuk mengukur suhu air

pH indikator Untuk mengukur pH air

Water testkit Untuk mengukur oksigen terlarut

Pipa volumetrik Sebagai alat untuk menakar dosis bahan


anastesi

Alat pendukung, seperti:


Timbangan Untuk menimbang berat ikan
Alat tulis dan kamera Untuk mencatat hal penting dalam
kegiatan pelaksanaan penelitian dan
alat dokumentasi
Mobil Sebagai alat transportasi

12
C. Rancangan Percobaan
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yaitu terdiri

dari 3 perlakuan dengan tiap-tiap perlakuan di ulangan sebanyak 5 kali, sehingga

didapat 15 unit percobaan.

Adapun perlakuan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

P1 : Dosis ekstrak 5% (v/v)

P2 : Dosis ekstrak 10% (v/v)

P3 : Dosis ekstrak 15% (v/v)

Kemas Ali Hanafia (2010) mengemukakan bahwa model metematis

Rancangan Acak Lengkap (RAL) adalah:

Yij = µ +βi + ɑ ij

Dimana:

Yij : Nilai tengah-tengah pengamatan pada perlakuan ke-j

µ : Nilai tengah umum

βi : Pengaruh perlakuan ke-i

ɑij : Kesalahan (galat) percobaan pada perlakuan ke-i ulangan ke-j

Untuk mengetahui pengaruh perlakuan pakan tambahan yang diberikan

dilakukan analisis sidik ragam pada taraf 5% dan 1% sedangkan untuk melihat

dosis ekstrak bahan terbaik maka dilakukan uji orthogonal pada taraf 5% dan 1%.

D. Parameter Pengamatan

Parameter yang diamati dalam penelitian ini antara lain adalah survival rate,

parameter kualitas air dan waktu onset pingsan ikan.

1. Survival Rate (kelangsungan hidup)

Survival rate atau biasa dikenal dengan SR / Tinggkat kelangsungan

hidup dalam perikanan budidaya merupakan indeks kelulusan hidup suatu

13
jenis ikan dalam suatu proses budidaya. nilai SR ini dihitung dalam bentuk

angka persentase, mulai dari 0 – 100 %. Rumus mencari SR adalah :

SR =   Nt/No x 100 %

Keterangan :

SR : Survival Rate

Nt : Jumlah ikan akhir penelitian

No : Jumlah ikan awal awal penelitian

Pengamatan Survival rate ikan Gurame dilakukan sebanyak dua kali

yaitu setelah pengangkutan ikan dan setelah pemeliharaan ikan.

2. Waktu Pingsan Ikan

Parameter waktu pingsan ikan yang diamati adalah lama waktu yang

dibutuhkan ikan untuk pingsan dan sadar kembali setelah pingsan.

3. Respon dan Tingkah Laku Ikan

Parameter yang diamati adalah respon ikan meliputi gerak atau tingkah

laku ikan selama pembiusan berlangsung.

4. Kualitas Air

Parameter kualitas air diamati pada periode pengangkutan sampai periode

pemeliharaan ikan Gurame. Parameter kualitas air yang diamati yaitu

amoniak, pH, DO dan suhu air. Pengamatan kualitas air seperti pH, DO dan

suhu dilakukan setiap hari pada masa pemeliharaan ikan Gurame pasca

transportasi. Pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan kertas lakmus

sedangkan pengukuran suhu dilakukan dengan menggunakan thermometer,

dan oksigen terlarut dalam diukur dengan menggunakan alat DO meter.

14
E. Pelaksanaan Penelitian

1. Prosedur Penelitian

a. Prosedur tahap pertama

1) Pengujian kualitas air

Kualitas air yang digunakan dalam percobaan ini diketahui dengan

melakukan pengukuran suhu, kadar oksigen terlarut (DO), pH dan

amoniak terhadap air kolam tempat ikan hidup dan air laboratorium

sebagai media penyimpanan ikan sebelum dipingsankan. Tujuan

pengukuran kualitas air yaitu untuk memastikan bahwa kualitas air

tersebut dalam kondisi yang layak untuk kelangsungan hidup ikan

Gurame sehingga tidak berpengaruh dalam proses transportasi dan

pembugaran. Pengukuran pH, DO dan amoniak dilakukan dengan

mengambil sampel air lalu dicek di laboratorium Akuakultur UNIHAZ,

sedangkan suhu dicek menggunakan thermometer.

2) Pemberokan ikan

Pemberokan ikan bisa diartikan sebagai kegiatan penyimpanan

sementara ikan-ikan yang akan ditangani lebih lanjut. Pemberokan ikan

atau pemuasaan ikan dilakukan sebelum kegiatan pengangkutan ikan.

Hal ini bertujuan untuk menurunkan laju metabolisme agar kualitas air

dalam proses pengangkutan lebih stabil. Pemberokan ini dilakukan

selama 24 jam yaitu satu hari sebelum pelaksanaan transportasi.

3) Persiapan ekstrak hati batang pisang

15
Hati diambil dari batang pohon pisang dengan cara mengestraknya

dengan jumlah kadar yang berbeda. Penentuan ini dilakukan dengan

konsentrasi batang pisang 5, 10, dan 15 % (v/v).

Setelah pembuatan ekstrak bahan selesai kemudian menghitung

banyak ekstrak batang pisang yang akan digunakan dalam proses anastesi

dengan rumus sebagai berikut:

Volume zat terlarut


Volume/volume (v/v)%= x 100
Volume total larutan

b. Prosedur tahap kedua

Pembiusan ikan Gurame dengan bahan anestesi hati batang pisang

dengan konsentrasi 5%, 10% dan 15%. Kemudian dilakukan pengukuran

pH, suhu, oksigen terlarut dan amoniak. Selanjutnya ikan Gurame dibius

dengan cara memasukan ikan secara langsung ke dalam wadah. Hal ini

bertujuan untuk mengetahui tingkat kelulusan hidup ikan jika dibius dengan

bahan anestesi. Setelah ikan pingsan ikan dipindahkan ke dalam wadah

plastik yang telah dipersiapkan dengan kepadatan 1:4 yaitu 1kg ikan

berbanding dengan 4L air. Jumlah air yang digunakan dalam setiap plastik

adalah 8L, sehingga setiap plastik berisi 10 ekor ikan Gurame. Kemudian

kedua ujung plastik diikat lalu dimasukkan ke dalam box styrofoam dengan

posisi horizontal. Dalam tahap ini dilakukan pencatatan waktu, tingkah laku

ikan dan kelulusan hidup ikan Gurame.

c. Prosedur tahap ketiga

Pada tahap ini dilakukan uji coba transportasi dengan melakukan

percobaan pengangkutan dan perjalanan menggunakan alat transportasi

darat berupa mobil. Waktu transportasi yang digunakan dari jam ke 0

16
sampai dengan jam ke 12. Tahap ini dilakukan dengan mengambil dari

penelitian tahap kedua yang mempunyai nilai kelulusan hidup yang tinggi

dan waktu pingsan yang cepat. Pada tahap ini dilakukan pengujian kualitas

air bahan anastesi, perbedaan waktu transportasi dan kelulusan hidup ikan

Gurame.

17
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Setelah melakukan penelitian anastesi ikan Gurame menggunakan

bahan ekstrak hati batang pisang dengan dosis yang berbeda serta uji

transportasi ikan Gurame hasil yang diperoleh dari penelitian antara lain

sebagai berikut di bawah ini.

1. Survival rate (kelangsungan hidup)

Survival Rate (SR) yaitu kelangsungan hidup ikan Gurame

(Osphronemous gouramey) selama penelitian dapat dilihat dari gambar 3

di bawah ini:

Gambar 3. Grafik Kelulusan Hidup Ikan Gurame selama Transportasi

Berdasarkan gambar 3 dapat dilihat bahwa tingkat kelulusan hidup

ikan Gurame dalam transportasi basah berbeda-beda. Pada perlakuan 1

menunjukkan di jam ke 1, sampai jam 5 nilai kelulusan hidup P1 mencapai

100 % dan mulai menurun di jam ke 6 yaitu sebesar 96% dan pada jam ke

12 tingkat kelulusan hidupnya sebesar 78%. Nilai tingkat kelulusan hidup

18
ikan Gurame terkecil berasa di perlakuan 3, yaitu mulai menurun di jam ke

3 sebesar 84% dan pada jam ke 12 sebesar 44 %.

Berdasarkan data tingkat kelulusan hidup ikan Gurame tersebut

menunjukan bahwa semakin lama ikan Gurame ditransportasikan maka

tingkat kelulusan hidup akan semakin menurun. Menurunnya tingkat

kelulusan hidup ikan Gurame ini diduga disebabkan oleh perubahan

kualitas air yang terjadi pada media pengemasan. Hal yang perlu

diperhatikan dalam transportasi biota perairan hidup antara lain suhu

lingkungan, kadar oksigen dan proses metabolisme (Andasuryani 2003).

Tabel 3. Rekapitulasi Kelangsungan Hidup Ikan Selama Transportasi


Konsentrasi Total
Ulangan
5% 10% 15%  
1 90 50 50 190
2 80 60 50 190
3 80 60 40 180
4 70 60 40 170
5 70 60 40 170
Jumlah 390 290 220 900
Rata-rata 78 58 44  

Berdasarkan tabel 3 di atas dapat dilihat bahwa angka

kelangsungan hidup tertinggi bearada pada perlakuan 1 yaitu 78% dan

kelangsungan hidup terendah berada di perlakuan 3 yaitu 44%.

Tabel 4. Rekapitulasi Kelangsungan Hidup Ikan Selama Pemeliharaan


Konsentrasi Total 
Ulangan
5% 10% 15%
1 77,78 20 20 117,78
2 87,5 50 20 157,5
3 87,5 33,33 0 120,83
4 100 50 0 150
5 85,71 16,67 0 102,38
Jumlah 438,49 170,00 40,00 648,49
Rata-rata 87,70 34,00 8,00 43,23

19
Tabel 5. Hasil Sidik Ragam Kelangsungan Hidup
F. Tabel
Parameter F.Hitung
5% 1%
Kelangsungan Hidup
16,85 (**) 5,41 12,06
(transportasi)
Kelangsungan Hidup 26,00 (**) 5,41 12,6
(pemeliharaan)
Keterangan :

ns : tidak berpengaruh

* : berpengaruh nyata

** : berpengaruh sangat nyata

Tabel 6. Rekapitulasi Hasil Uji Lanjut BNT Kelangsungan Hidup Selama


Transportasi
Rata- BNT
Perlakuan
rata 5% 1%
5% 78 A A
10% 58 b B
15% 44 B B

Tabel 7. Rekapitulasi Hasil Uji Lanjut BNT Kelangsungan Hidup Selama


Pemeliharaan
Perlakua Rata- BNT
n rata 5% 1%
5% 87,698 a A
10% 43 b B
15% 5 b B
Keterangan :

Angka yang diikuti huruf yang tidak sama, berarti berbeda nyata
(BNT 5% dan 1%).

2. Masa Induksi dan Sedatif Ikan

Masa induksi ikan dari perlakuan 1,2 dan 3 memiliki hasil yang berbe

seperti yang tertera pada tabel 8 di bawah perlakuan 1 dengan konsetrasi

5% memiliki waktu induksi terlama yaitu 102 menit, sedangkan waktu

induksi tercepat ada pada perlakuan 3 dengan konsentrasi 15% memiliki

waktu induksi 66 menit.

20
Tabel 8. Lama Waktu Induksi dan Sedatif Ikan

Perlakuan Masa Induksi Masa Sedatif

1 102 menit 7,8 menit

2 74 menit 14,6 menit

3 66 menit 23 menit

3. Respon dan Tingkah Laku Ikan

Pengamatan terhadap perubahan tingkah laku ikan selama proses

pemingsanan dilakukan setiap 15 menit dengan percobaan trial and

run.Dimulai dari menit ke-0 sampai ikan tidak sadar (pingsan). Hasil

pengamatan terhadap perubahan tingkah laku ikan pada tiap-tiap

perlakuan dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Pengamatan Tingkah Laku Ikan Selama Proses Pemingsanan


Konsentrasi Ekstrak Waktu Pengamatan Respon Tingkah Laku
Hati Batang Pisang (menit) Ikan

0-15 Normal
15-30 Kehilangan keseimbangan
30-45 Kehilangan keseimbangan
P1 5% 45-60 Kehilangan keseimbangan
60-75 Pingsan ringan
75-90 Pingsan ringan
90-105 Pingsan (102)*

0-15 Normal
15-30 Kehilangan keseimbangan
30-45 Kehilangan keseimbangan
P2 10%
45-60 Kehilangan keseimbangan
60-75 Pingsan ringan
75-90 Pingsan (74)

0-15 Normal
15-30 Kehilangan keseimbangan
30-45 Kehilangan keseimbangan
P315% Pingsan ringan
45-60
60-75 Pingsan (66)

21
Berdasarkan tabel 9 terdapat perubahan aktivitas ikan uji mulai

terlihat pada menit ke-30 hingga menit ke-60. Pada perlakuan konsentrasi

5 % memasuki tahap pingsan pada menit ke 101, 102 dan 104. Perlakuan

konsentrasi 10 % memasuki tahap pingsan pada menit ke 73,74, dan 75,

sedangkan pada perlakuan konsentrasi 15 % ikan memasuki tahap pingsan

pada menit ke 65, 66, dan 68.

4. Kualitas air

Kualitas air merupakan salah satu faktor penting yang dapat

berpengaruh terhadap kelangsungan hidup ikan Gurame. Air yang

digunakan untuk pemeliharaan ikan Gurame selama penelitian berasal dari

air laboratorium yang telah diendapkan dalam kolam pemeliharaan selama

1-2 hari. Media air tersebut kemudian dianalisis kualitasnya dan

dibandingkan dengan kualitas air kolam budidaya bawal air tawar.

Sedangkan pengamatan pH, DO dan suhu dilakukan setiap hari pada masa

pemeliharaan ikan Gurame pasca transportasi. Hasil analisis kualitas air

media pemingsanan dan pemeliharaan ikan Gurame yang digunakan

selama penelitian ditampilkan pada tabel di bawah ini.

Tabel 10. Hasil Analisis Kualitas Air Sebelum Pemingsanan


Parameter P1 P2 P3
Suhu 27,3 27,1 27,3
pH 7,8 7,7 7,9
DO 6,28 6,38 6,2

Tabel 11. Hasil Analisis Kualitas Air Sebelum Transportasi


Parameter P1 P2 P3
Suhu 27,3 27,1 27,3
pH 7,8 7,7 7,9
DO 6,28 6,38 6,2

22
Tabel 12. Hasil Analisis Kualitas Air Pasca Transportasi
Parameter P1 P2 P3
Suhu 25,6 24,4 21
pH 6,7 6,4 4,4
DO 3,8 3,2 2

Tabel 13. Hasil Analisis Kualitas Air Selama Pemeliharaan


Parameter P1 P2 P3

Suhu 27,3 27,1 27,3

Ph 7,8 7,7 7,9


DO 6,28 6,38 6,2

B. Pembahasan

Berdasarkan tabel 3. Dapat dilihat kelangsungan hidup ikan

Gurame setiap perlakuannya menghasilkan nilai yang berbeda. Setelah

dilakukan analisis sidik ragam didapatkan nilai F. Hitung lebih besar

dibanding dengan F. tabel 5% dan 1% ini berarti bahwa pemberian ekstrak

hati batang pisang sebagai bahan anastesi berbeda berpengaruh sangat

nyata terhadap kelangsungan hidup ikan Gurame. Kemudian dilakukan uji

lanjut BNT pada taraf 5% dan 1% didapatkan P2 tidak berbeda dengan P3

tetapi berbeda dengan P1.

Diantara P1, P2 dan P3 didapatkan nilai kelangsungan hidup ikan

tertinggi dihasilkan pada P1 dengan konsentrasi 5% didapatkan kelulusan

hidup rata-rata sebesar 78%. Kelulusan hidup ikan Gurame terkecil

didapatkan pada ekstrak hati batang pisang dengan konsentrasi 15 %

memiliki waktu tercepat pemingsanan dengan rata-rata waktu pingsan 66

menit. Hal ini diduga bahwa saat ikan diberikan anestesi ikan menjadi

23
shock karena perubahan lingkungan sehingga ikan melakukan gerakan

yang berlebihan. Pada proses shock teersebut menyebabkan ikan

mengalami kematian karena pada kondisi tersebut ikan yang stres akan

terjadi peningkatan asam laktat dalam darah (Pratisari 2010). Pada

konsentrasi yang tinggi, kandungan bahan kimia di hati batang pisang juga

tinggi seperti saponin. Saponin juga bersifat bisa menghancurkan butir

darah merah lewat reaksi hemolisis, bersifat racun bagi hewan berdarah

dingin, dan banyak diantaranya digunakan sebagai racun ikan (Cheek

2005).

Pengamatan masa induksi menunjukkan bahwa perlakuan dengan

konsentrat 15% memiliki waktu tercepat dalam pemingsanan dengan rata-

rata waktu pingsan 66 menit. Hal ini diduga dikarenakan dosis ekstrak hati

batang pisang yang digunakan lebih banyak dari perlakuan yang lainnya.

Sedangkan waktu terlama dalam pemingsanan ikan Gurame terjadi pada

perlakuan dengan konsentrasi 5% yaitu dengan rata-rata waktu 102menit.

Pada pengamatan lama waktu sedatif dihitung pada saat ikan

berada di dalam wadah penyadaran yang diaerasi. Ciri-ciri ikan telah sadar

adalah ikan telah mulai berenang normal dan menerima respon ransangan

dari luar. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa waktu penyadaran ikan

berbeda di tiap perlakuan. Pada perlakuan 1 dengan konsentrasi 5%, ikan

mulai sadar di menit ke 7. Perlakuan 2 dengan konsentrasi 10%, ikan

mulai sadar di menit ke 14. Sedangkan waktu sadar terlama berada di

perlakuan dengan konsentrasi 15% yatiu ikan mulai sadar di menit ke 20.

Berdasarkan tabel 6 pemberian ekstrak hati batang pisang

menunjukkan pengaruh terhadap ikan yang diujikan. Pengaruh yang

24
diberikan tersebut dapat dilihat dari gerakan operkulum yang mulai

melemah, sirip punggung yang meregang, sesekali mulut disembulkan ke

permukaan serta sebagian ikan memasuki fase pingsan ringan dan pingsan

berat. Perubahan aktivitas ikan uji mulai terlihat pada menit ke-30 hingga

menit ke-60. Pada perlakuan konsentrasi 5 % memasuki tahap pingsan

pada menit ke 101, 102 dan 104. Perlakuan konsentrasi 10 % memasuki

tahap pingsan pada menit ke 73,74, dan 75, sedangkan pada perlakuan

konsentrasi 15 % ikan memasuki tahap pingsan pada menit ke 65, 66, dan

68.

Saat dilakukan anastesi ikan melalui beberapa tahapan dimulai dari

fase normal hinggan fase pingsan. Fase normal adalah fase dimana ikan

masih reaktif terhadap rangsangan luar, pergerakan operculum dan

kontraksi otot normal selanjutnya ikan memasuki fase kehilangan

keseimbangan. Fase ini ikan mengalami kontraksi otot lemah, berenang

tidak teratur memberikan reaksi hanya terhadap rangsangan getaran dan

sentuhan yang sangat kuat dan pergerakan operculum cepat. Fase pingsan

ringan ikan mulai mengalami reaktifitas terhadap rangsangan luar sedikit

menurun, pergerakan operculum melambat, keseimbangan normal (Tidwel

et.al 2004). Ikan memasuki fase pingsan ringan saat tidak mengalami

reaktivitas terhadap rangsangan luar, kecuali dengan tekanan kuat.

Pergerakan operculum lambat, keseimbangan normal. Pratisari (2010)

menyatakan ikan yang mengalami fase pingsan ringan, pingsan berat dan

roboh memiliki tingkat respirasi dan metabolisme yang rendah. Dari saat

ikan mengalami pingsan ringan sampai pingsan, pengaruh konsentrasi

pada perlakuan 10 % dan 15 % tidak menunjukan perbedaan yang nyata

25
secara visual hal ini diduga dosis yang diberikan sudah cukup untuk

mempengaruhi sistem syaraf ikan. Pemberian dosis yang berlebih akan

menyebabkan kerusakan sistem syaraf dan akan berakibat overdosis atau

kematian (Arliansah 2009).

26
V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Setelah dilakukan penelitian dapat disimpulkan bahwa:

1. Hasil penelitian menunjukan bahwa penggunaan ekstrak hati batang pisang

sebagai bahan anastesi berpengaruh sangat nyata terhadap kelangsungan

hidup ikan Gurame (Osphronemous gourame) pada sistem transportasi basah

tertutup.

2. Berdasarkan hasil uji lanjut BNT didapatkan Perlakuan dosis konsentrasi 5%

(P1). Merupakan perlakuan terbaik dibandingkan dengan perlakuan lainnya.

B. Saran

Adapun saran yang ingin penulis sampaikan adalah, dalam melakukan

transportasi basah tertutup ikan Gourame sebaiknya menggunakan bahan anastesi

ekstrak hati batang pisang dengan konsentrasi 5%.

27
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah. R.R. 2012. Teknik Imotilisasi Mengunakan Ekstrak Hati Batang Pisang
(Musa sp) dalam Simulasi Transportasi Kering Ikan Bawal Air Tawar
(Colossoma macropomum). Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Anwar, R. 1989. Pengaruh Zeloit pada Pengangkutan Benih Ikan Gurame
(Osphronemus gouramy). Karya Ilmiah Program Sarjana. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Arliansyah. 2009. Perbedaan Pengaruh Pemberian Propofol dan Penthotal
Terhadap Agregasi Platelet. [Tesis]. Program Pasca Sarjana Magister
Ilmu Biomedik Dan Program Pendidikan Dokter Spesialis I
Anestesiologi. Semarang.Universitas Diponegoro.
Cheek PR. 2005. Applied Animal Nutrition: Feeds and Feeding Thrid Edition.
Upper Sadle River. United States of America.
Gunn, E. 2001. Floundering in the Foibes of Fish Anestesia. Hlm: 211
Habibie, Mas Agung Hambari Akbar. 2006. Pengujian Ekstrak Ubi Kayu
(Manihot esculata) Sebagai Bahan Anestesi Pada Transportasi Udang
Galah (Macrobrachium rosenbergi) Hidup Tanpa Media Air
Hanafiah, KA. 2010. Rancangan Percobaan Teori dan Aplikasi Edisi Ketiga. PT.
Raja Grafindo Persada, Jajkarta.
Ikasari. D, Suryaningrum ThD, Syamdidi. 2009. Pengaruh Pemberokan dan
Kepadatan Terhadap Kelulusan hidup Ikan Gurami (Oshpronemus
gouramy) Dalam Transprtasi Sistem Basah. Jurnal Pasca Panen dan
Bioteknologi Kelautan dan Perikanan. Vol. 4 No. 2.
Jailani. 2000. Mempelajari Pengaruh Penggunaan Pelepah Pisang Sebagai Bahan
Pengisi Terhadap Tingkat Kelulus Hidupan Ikan Mas (Cyprinus carpio)
[Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian dan Kelautan, Institut Pertanian
Bogor.
Mahyuddin, K. 2009. Panduan lengkap Agribisnis Ikan Gurami. Penebar
Swadaya, Jakarta.252hlm.
Mckelvey D, Wayne K. 2003. Veterinary anesthesia and analgesia. Amerika:
Occation the veterinarian.
Midihatama.A, Subandiyono, dan Haditomo. A.H.C. 2018. Pengaruh Eguinol
Terhadap Kadar Glukosa Darah dan Kelulushidupan Benih Ikan Gurami
(Osphronemus gouramy, Lac) Selama dan Setelah Periode Transportasi
Sistem Tertutup.Jurnal Sains Akuakultur Tropis. Vol.2 No. 2

28
Patra, A.K. and J. Saxena. 2009. The Effect and Mode of Action of Saponins on
The Microbial Populations and Fermentation in The Rumen and
Ruminant Production. Nutrion Research Revies.22:204-219.
Pratisari, Dan. 2010. transportasi ikan nila (Oreochromis niloticus) hidup sistem
kering dengan menggunakan pembiusan suhu rendah secara langsung.
[skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut
Pertanian Bogor.

Radiya, M. 2013. Karakterisasi Morfologi Tanaman Pisang (Musa paradisiaca L.)


di Kabupaten Agam. [Skripsi]. Universitas Tamansiswa. 4-26. Padang.
Raina, M.H. 2011. Ensiklopedi tumbuhan berhasiat obat. Jakarta: Salemba
Medika.
Sucitro. B. 2015. Pemanfaatan Kacang Bambara (Vigna subterranean Vercourt L)
Sebagai Pakan Buatan Untuk Meningkatkan Pertumbuhan Ikan Gurami
(Osphronemus gouramy). Universitas Muhammadiyah Gresik. Gresik.
Suryaningrum ThD, Utomo BSB, Wibowo S. 2005. Teknologi Penanganan dan
Transportasi Krustasea Hidup. Jakarta: Pusat Riset Pengolahan Produk
dan Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan, Badan Riset Kelautan dan
Perikanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan.p.64-74.
Tidwell H. James ,Shawn D. Coyle, Robert M. Durborow. 2004. Anesthetics in
Aquaculture. SRAC Publication No. 3900.
Wibawa.YG, Amin. M, Wijayanti. M. 2018. Pemeliharaan Benih Ikan Gurame
(Osphronemus gouramy) dengan Frekuensi Pemberian Pakan yang
Berbeda. Universitas Sriwijaya. 6(1):28-26

29
LAMPIRAN

30
Lampiran 1. Bagan Penelitian

P1U2 P3U3 P1 U1 P3U4 P2U1

P2U3 P2U2 P3U5 P2U5 P1U4

P3U2 P1U3 P1U4 P3U1 P1U5

Keterangan:

P1 : Pemberian konsentrasi ekstrak bahan 5% (v/v)

P2 : Pemberian konsentrasi ekstrak bahan 10% (v/v)

P3 : Pemberian konsentrasi ekstrak bahan 15% (v/v)

U1 : Ulangan ke-1

U2 : Ulangan ke-2

U3 : Ulangan ke-3

U4 : Ulangan ke-4

U5 : Ulangan ke-5

31
Lampiran 2. Perhitungan Sidik Ragam dan Uji Lanjut BNT Kelangsungan Hidup

SR/kelangsungan hidup pasca tranportasi


perlakua Ulangan rata-
Jumlah
n 1 2 3 4 5 rata
1 90 80 80 70 70 390 78
2 50 60 60 60 60 290 58
3 50 50 40 40 40 220 44
jumlah 190 190 180 170 170 900  
rata-rata 63,33 63,33 60 56,67 56,67    

FK 54000
Tabel sidik ragam
F. tabel  
SK DB JK KT F.hitung
0,01 0,05  
1,53846
Ulangan 2 133,3333 66,66667 13,27 5,79
2 Tn
Perlakua 16,8461
4 2920 730 12,06 5,41
n 5 **
Galat 8 346,6667 43,33333        
Total 14 3400 242,8571        

LSD BNT
2,19426
Sȳ 9
σ (0.05) 4,53
BNT 9,94003
(0.05) 7
σ (0.01) 6,2
BNT 13,6044
(0.01) 7

3 2 1
Perlakuan
44 58 78
1 78 34 20 0
2 58 14 0  
3 44 0    

Perlakua Rata- BNT


n rata 5% 1%
5% 78 A A
10% 58 B B
15% 44 B B

SR/Kelangsungan Hidup Pasca Pemeliharaan

32
perlakua
Ulangan
n         jumlah  
  1 2 3 4 5    
1 77,78 87,5 87,5 100 85,71 438,49 87,698
2 20 50 33,33 50 61,67 215 43
3 20 0 0 o 0 20 5
jumlah 117,78 137,5 120,83 150 147,38 673,49  
rata-rata 39,26 45,83 40,28 75 49,13    

FK 30239,25
Tabel sidik ragam
F. tabel  
SK DB JK KT F.hitung
0,01 0,05  
293,791 146,895946 0,87112
Ulangan 2 13,27 5,79
9 7 5 Tn
Perlakua 17540,4 4385,11100 26,0046
4 12,06 5,41
n 4 3 7 **
1349,02 168,627798
Galat 8      
2 3  
19183,2 1370,23273
Total 14      
6 5  

LSD BNT
Sȳ 4,328559
σ (0.05) 4,53
BNT
(0.05) 19,60837
σ (0.01) 6,2
BNT
(0.01) 26,83707

3 2 1
Perlakuan
5 43 87,698
1 87,698 82,698 44,698 0
2 43 38 0  
3 5 0    

Perlakua Rata- BNT


n rata 5% 1%
5% 87,698 a A
10% 43 b B
15% 5 b B

33
Lampiran 3. Perhitungan Sidik Ragam dan Uji Lanjut BNT Waktu Pingsan Ikan

Waktu Pingsan Ikan


rata-
Perlakua ulangan
jumlah rata
n
1 2 3 4 5    
1 102 102 101 101 104 510 102
2 75,0 75 74 73 73 370 74
3 63,0 66 68 75 66 338 67,6
Jumlah 240 243 243 249 243 1218  
rata-rata 80 81 81 83 81    

FK 98901,6
Tabel sidik ragam
F. tabel  
SK DB JK KT F.hitung
0,01 0,05  
Ulangan 2 14,4 7,2 0,75 13,27 5,79 Tn
Perlakua 87,1666
4 3347,2 836,8 12,06 5,41
n 7 **
Galat 8 76,8 9,6        
Total 14 3438,4 245,6        

LSD BNT
Sȳ 1,032796
σ (0.05) 4,53
BNT
(0.05) 4,678564
σ (0.01) 6,2
BNT
(0.01) 6,403332

3 2 1
Perlakuan
67,6 74 102
1 102 34,4 28 0
2 74 6,4 0  
3 67,6 0    

Perlakua Rata- BNT


n rata 5% 1%
5% 102 A A
10% 74 B B
15% 67,6 B B

34
35

Anda mungkin juga menyukai