Oleh :
MUTIA DELSIYANDA
NIM. 111110023
ABSTRAK
Nyamuk Aedes aegypti sebagai vektor penyebab Demam Berdarah Dengue
(DBD) dapat berkembangbiak pada bak mandi, ember, tangki, drum, barang
bekas, vas bunga, tempat minum burung, tempurung kelapa. Dari Temuan di
lapangan, Tempat Penampungan Air (TPA) yang ditemukan di Jorong Tanjung
Alai adalah bak mandi, ember, tangki, drum, vas bunga, tempat minum burung,
barang bekas, lobang batu, pelepah daun, dan tempurung kelapa. Penelitian
bertujuan untuk mengetahui jenis tempat perkembangbiakan, mengidentifikasi
jentik, dan mengetahui tingkat kepadatan jentik dengan indikator berbasis Angka
Bebas Jentik (ABJ) di Jorong Tanjung Alai Kenagarian Pauh, Kecamatan Lubuk
Sikaping, Kabupaten Pasaman.
Hasil penelitian adalah TPA yang ditemukan 205 (Ember, yaitu 54,63 %),
BTPA yang ditemukan 203 (vas bunga, yaitu 48,77 %), dan TPAA yang
ditemukan 15 (tempurung kelapa, yaitu 73,33 %). Jentik yang ditemukan berupa
jentik Aedes (11), bukan jentik Aedes (3) dari 117 rumah. Kepadatan jentik
berbasis ABJ di Jorong Tanjung Alai adalah 88,89 %.
Kata Kunci : Tempat Penampungan Air, Breeding Place, jentik Aedes aegypti
Daftar Pustaka 28 ( 1987-2013)
POLYTECHNIC HEALTH MINISTRY OF HEALTH PADANG
ENVIRONMENTAL HEALTH DEPARTMENT
ABSTRACT
Aedes aegypti vectors cause Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) can be
breeding places in the bak mandi, bucket, tank, drum, other hands, vases, drinking
cups, birds, coconut shell. From the findings in the field, containers (TPA) were
found in Jorong Tanjung Alai is bak mandi, buckets, tanks, drums, flower vases,
drinking cups, bird, other hands, stone pit, leaf midrib, and coconut shell. The
study aims to determine the types of breeding sites, identifying larvae, and the
larvae to determine the level of density-based Free larvae indicators (ABJ) in
Jorong Tanjung Alai Kenagarian Pauh, Kecamatan Lubuk Sikaping, Kabupaten
Pasaman.
The results of the study were found 205 TPA (Ember, ie 54.63%), BTPA
found 203 (flower vase, ie 48.77%), and found 15 TPAA (coconut shell, ie
73.33%). Larvae of Aedes larvae were found in the form (11), instead of larvae of
Aedes (3) of 117 homes. ABJ larvae density based on Jorong Tanjung Alai is
88.89%.
Based on the survey results find out in the ABJ in Jorong Tanjung Alai is
still high, people are expected to optimize the 3 M, sowing abate powder (1 g in
10 L of water) on all landfill, replace the water in bird drinking places (1 x 2 days)
and vase (1 x week).
NIM : 111110023
Agama : Islam
RIWAYAT PENDIDIKAN
No Pendidikan Tahun Lulus
SDN 14 Tanjung Beringin Kec. Lubuk Sikaping Kab.
1. 2005
Pasaman
2. SMP Negeri 3 Lubuk Sikaping Kab.Pasaman 2008
3. SMA Negeri 1 Lubuk Sikaping Kab.Pasaman 2011
D-III Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes RI
4. 2014
Padang
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan Do‟a dan Puji Syukur atas Kehadirat Tuhan Yang
Maha Esa, dengan berkat serta rahmat dan Karunia-Nya, penulisan Karya Tulis
Ilmiah dengan judul “Survei Tempat Penampungan Air (TPA) Sebagai
Breeding Place Jentik Nyamuk Aedes aegypti di Jorong Tanjung Alai
Kenagarian Pauh Kecamatan Lubuk Sikaping Kabupaten Pasaman Tahun
2014” dapat terselesaikan.
Penyusunan dan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini merupakan suatu
rangkaian dari proses pendidikan secara menyeluruh di Program Studi D.III
Jurusan Kesehatan Lingkungan di Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang dan
sebagai prasyarat dalam menyelesaikan Pendidikan D.III Kesehatan Lingkungan
pada masa akhir pendidikan.
Dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat
bimbingan, motivasi, arahan serta saran yang bersifat membangun sehingga
penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Ucapan terima kasih kepada
Bapak Aidil Onasis, SKM, M.Kes sebagai Dosen Pembimbing I dan Bapak
Drs.Zulfikri Agus selaku Dosen Pembimbing II yang telah mengarahkan,
membimbing, dan memberi masukan kepada penulis dalam menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Bapak H. Sunardi, SKM, M.Kes, selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Kemenkes Padang.
2. Bapak Dr. Burhan Muslim SKM, M.si selaku Ketua Jurusan Kesehatan
Lingkungan dan selaku pembimbing akademik.
3. Bapak Evino Sugriarta, SKM, M.Kes selaku Ka. Prodi D III Jurusan
Kesehatan Lingkungan.
4. Dosen dan Staf Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan
Kemenkes Padang.
5. Kedua orang tua dan keluarga tercinta atas dorongan moril dan materil
serta doa yang tulus sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah ini.
6. Serta semua pihak yang telah membantu dalam proses perkuliahan yang
tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Semoga bantuan, bimbingan dan petunjuk yang bapak/ibu dan rekan –
rekan berikan menjadi amal ibadah dan mendapat balasan yang berlipat ganda dari
Allah SWT.
Penulis menyadari akan keterbatasan kemampuan yang ada, sehingga
penulis merasa masih ada belum sempurna baik dalam isi maupun dalam
penyajiannya. Untuk itu penulis selalu terbuka atas kritik dan saran yang
membangun guna penyempurnaan Karya Tulis Ilmiah Ini. Semoga Karya Tulis
Ilmiah ini dapat memberi manfaat kepada kita semua.
Penulis
„ MDY „
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................. ii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... iv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. v
BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................. 1
A. Latar Belakang ................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................ 6
C. Tujuan Penelitian ............................................................................. 7
D. Manfaat Penelitian ........................................................................... 7
E. Ruang lingkup Penelitian ................................................................. 7
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 Larva Index ...................................................................................... 21
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Pembangunan bidang kesehatan masa depan memiliki Visi dan Misi yang
Strategis yang ingin dicapai Depkes adalah Masyarakat Sehat Yang Mandiri dan
tersedianya upaya kesehatan yang paripurna, merata, bermutu dan berkeadilan, (3)
hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang
lingkungan dan perilaku adalah yang paling besar pengaruhnya terhadap derajat
kesehatan.
dewasa di Indonesia masih tinggi yaitu 239 orang per 1000 bagi laki-laki dan 200
orang per 1000 bagi wanita. Bagi balita, angka mortalitas adalah 41 orang bagi
balita laki-laki dan 36 orang balita perempuan per 1000 kelahiran. Mortalitas
berbagai penyakit. Secara umum ada dua jenis penyakit, yaitu yang menular dan
tidak menular. Penyakit yang tidak menular seperti jantung, tekanan darah tinggi,
menular ada yang ringan dan ada juga yang berat. Yang ringan misalnya influenza
dan diare. Sedangkan yang berat seperti HIV/AIDS, polio, demam berdarah,
campak, TBC, malaria, flu burung, SARS, dan sederet penyakit lainnya.
kematian.5 Penyakit DBD disebabkan oleh infeksi virus dengue, yang terdiri dari 4
infeksi DBD 50 juta sampai 100 juta orang di seluruh dunia setiap tahun, dimana
250.000 sampai 500.000 merupakan kasus dengue haemmorhagic fever (DHF)
sebagai vektor utama, disamping Ae. Albopictus. Kedua spesies dikenal juga
termasuk kelas Hexapoda, Ordo Diptera dan Tribus Culicini, Phylum Arthropoda.
Populasi vektor DBD dapat diketahui dengan cara penangkapan nyamuk dewasa,
atau dengan koleksi jentik atau menggunakan perangkap telur ovitrap (terutama
nyamuk Aedes aegypti yang menjadi vektor utama demam berdarah dengue
(DBD) sehingga penularan virus dengue masih tinggi. Hal ini tergambar dari
masih tingginya kasus DBD di Indonesia, misalnya jumlah kasus tahun 2008
sebanyak 137.469 orang dengan kematian 1.187 orang serta tahun 2009 sebanyak
jernih yang menggenang seperti bak mandi, tempayan, drum, tempat minum
burung dan lain-lainnya, baik yang terletak di dalam maupun di luar rumah.
Kemudian telur menetas menjadi jentik dalam waktu 1-2 hari. Jentik akan
berkembang melalui empat tahap (instar) dan berubah menjadi pupa dalam lima
hari kemudian. Stadium pupa biasanya berlangsung dua hari dalam suasana
sekolah. Tempat perkembangbiakan nyamuk ini berupa genangan air bersih yang
dan ember. (2) Tempat Penampungan air bukan untuk keperluan sehari-hari,
seperti : tempat minum burung, vas bunga, perangkap semut, dan barang-barang
bekas (ban, kaleng, botol plastik, dll). (3) Tempat penampungan air alamiah,
seperti : lobang pohon, lobang batu, pelepah daun, tempurung kelapa, pelepah
dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti: jenis kontainer, letak kontainer, warna
kontainer, kondisi tutup kontainer, adanya ikan pemakan jentik, volume kontainer,
Dari penelitian yang telah dilakukan pada bulan Maret - Juni 2014, dapat
diketahui bahwa tempat Penampungan Air (TPA) yang ada di masyarakat Jorong
Tanjung Alai, Kenagarian Pauh berupa bak mandi, tangki, drum, selain itu
masih banyak terdapat tempat-tempat yang dapat menampung air, seperti kaleng
bekas, vas bunga, ban bekas, tempat minum burung, tempurung kelapa, lobang
nyamuk.
ditemukan jentik Aedes aegypti yang terbanyak pada bak mandi, kemudian ember,
tangki, dan ban bekas. Sedangkan pada vas bunga, kaleng bekas, dan tempurung
kelapa ditemukan bukan jentik Aedes aegypti. Total jentik yang ditemukan dari
117 rumah yang menjadi sampel adalah 13 jentik. Hal tersebut disebabkan karena
penelitian dilakukan pada musim hujan yang menyebabkan air PDAM yang
1 x dalam sehari dan ada juga yang membersihkan 1 x dalam 2 hari. Mayoritas
dengan indikator Angka Bebas Jentik (ABJ), yaitu jumlah rumah/bangunan yang
metoda survei jentik secara Single Larva Method, yaitu dengan cara mengambil
satu jentik disetiap tempat-tempat penampungan air yang ditemukan ada jentiknya
ABJ merupakan angka bebas jentik yang dapat menggambarkan besaran masalah
DBD, seperti ABJ kasus DBD di Kota Palembang tahun 1998, 1999, dan 2000
relatif sama yaitu, 83,73% pada tahun 2001 sedikit menurun yaitu, 80,60%. 14
Sumatera Barat merupakan salah satu Provinsi di Indonesia yang
mempunyai potensi cukup besar dalam penularan DBD, pada bulan Desember
2008 tercatat 158 kasus DBD di Sumatra Barat dan pada Januari 2009 tercatat 190
Pasaman pada tahun 2013 tercatat kasus DBD sebanyak 58 kasus di Kabupaten
15
Pasaman, sedangkan berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas Lubuk
Sikaping pada tahun 2012 tercatat kasus DBD sebanyak 20 kasus, pada tahun
2013 tercatat kasus DBD sebanyak 44 kasus yang terjadi di Lubuk Sikaping
Tempat Penampungan air (TPA) Sebagai Breeding Place Jentik Nyamuk Aedes
B.Rumusan Masalah
Breeding Place Jentik Nyamuk Aedes aegypti di Jorong Tanjung Alai, Kenagarian
C.Tujuan
1.Tujuan Umum
Place Jentik Nyamuk Aedes aegypti di Jorong Tanjung Alai, Kenagarian Pauh,
Kabupaten Pasaman.
Kabupaten Pasaman.
D.Manfaat Penelitian
E.Ruang Lingkup
Adapun ruang lingkup dari penelitian ini adalah Tempat Penampungan air
(TPA) sebagai Breeding Place Jentik Nyamuk Aedes aegypti di Jorong Tanjung
identifikasi jentik pada TPA, bukan TPA, dan TPA alamiah, kemudian Indikator
jentik berbasis Angka Bebas Jentik (ABJ). Sedangkan variabel dependen, yaitu
TINJAUAN PUSTAKA
1. Nyamuk Dewasa
periode singkat di atas permukaan air agar sayap-sayap dan badan mereka
kering dan menguat sebelum akhirnya dapat terbang. Nyamuk jantan dan
makan dari sari buah tumbuhan dan kawin dengan nyamuk betina yang
buah tumbuhan untuk mengisi tenaga, kemudian kawin dan menghisap darah
Sumber : http://justzacky.blogspot.com/2009/11/aedes-aegypti.html
2. Kepompong
dengan bagian perutnya, sehingga tampak seperti tanda baca „koma‟. Tahap
pupa pada nyamuk Aedes aegypti umumnya berlangsung selama 2-4 hari.
Saat nyamuk dewasa akan melengkapi perkembangannya dalam cangkang
pupa, pupa akan naik ke permukaan dan berbaring sejajar dengan permukaan
Sumber : http://pancarahmat.blogspot.com/2012/05/bab-ipendahuluana.html
3. Jentik
yang pendek, besar dan berwarna hitam. Larva ini tubuhnya langsing,
bergerak sangat lincah, bersifat fototaksis negatif dan pada waktu istirahat
membentuk sudut hampir tegak lurus dengan permukaan air. Larva menuju
ke permukaan air dalam waktu kira-kira setiap ½-1 menit, guna mendapatkan
Ada 4 tingkat (instar) jentik sesuai dengan pertumbuhan larva tersebut, yaitu :
Sumber : http://en.wikipedia.org/wiki/Aedes_aegypti
4. Telur
berwarna hitam, berukuran 0,5-0,8 mm, dan tidak memiliki alat pelampung.
bersih dan sedikit di atas permukaan air. Nyamuk Aedes aegypti betina dapat
menghasilkan hingga 100 telur apabila telah menghisap darah manusia. Telur
pada tempat kering (tanpa air) dapat bertahan sampai 6 bulan. Telur-telur ini
kemudian akan menetas menjadi jentik setelah sekitar 1-2 hari terendam air.
Sumber : http://kk.convdocs.org/docs/index-77171.html?page=4
Stadium telur, jentik dan kepompong hidup di dalam air. Pada umumnya telur
akan menetas menjadi jentik dalam waktu ±2 hari setelah telur terendam air.
Stadium jentik biasanya berlangsung 6-8 hari, dan stadium kepompong (Pupa)
berangsung antara 2-4 hari. Pertumbuhan dari telur menjadi nyamuk dewasa
selama 9-10 hari. Umur nyamuk betina dapat mencapai 2-3 bulan. 6
Sumber : http://indonesianpublichealth.blogspot.com/
C.Tempat Perkembangbiakan
lingkungan mikro seperti suhu air, pH air, salinitas dan keberadaan nutrin dan
berbagai tempat atau wadah buatan manusia yang dapat menampung air di
yang mana air didalamnya tidak dapat mengalir ke tempat lain. Dalam
nyamuk Aedes aegypti menyukai kontainer yang menampung air jernih yang
tidak langsung berhubungan langsung dengan tanah dan berada di tempat gelap
genangan air yang tertampung di suatu tempat atau bejana seperti bak mandi,
sembarangan yang pada waktu hujan akan terisi air. Nyamuk ini tidak dapat
minuman hewan, ban bekas, kaleng bekas, vas bunga, perangkap semut, dan
sebagainya, dan c) Tempat Penampungan Air (TPA) alamiah yang terdiri dari
lubang pohon, lubang batu, pelepah daun, tempurung kelapa, kulit kerang,
lembab, tempat tersembunyi dalam rumah dan bangunan. Perpipaan yang tidak
selalu mengalir karena debit air kecil dan tekanan air rendah sehingga tidak
mampu melayani air keseleruh pipa sehingga harus menampung air di tempat
penampungan air seperti drum, ember, dan bak mandi. Di daerah sulit air,
air di tempat penampungan air besar dan kecil dimana memungkinkan menjadi
Tempat penampungan air yang dibuat dari tanah liat, keramik, bak
beton, drum, seng, vas bunga, pot tanaman, dan mangkok untuk menyimpan air
minum burung. Tempat penampungan air yang tidak baik dan terlindung dari
barang, seperti : kaleng bekas, pecahan botol, ember dan pot-pot yang
berserakan, batok kelapa, ban bekas, pagar bambu, beton yang berlubang yang
dapat menampung air hujan menjadi tempat perkembangbiakan jentik nyamuk
Ae.aegypti.
Sumber : http://idkf.bogor.net/
telurnya. Oleh karena itu, setelah kawin nyamuk betina memerlukan darah
manusia setiap 2-3 hari sekali. Nyamuk betina menghisap darah pada pagi
dan sore hari dan biasanya pada jam 09.00-10.00 WIB dan 16.00-17.00
menggigit lebih dari satu orang. Posisi menghisap darah nyamuk Aedes
dapur, dan WC. Di dalam rumah nyamuk ini beristirahat di baju-baju yang
digantung, kelambu, dan tirai. Sedangkan di luar rumah nyamuk ini
biak sampai ketinggian daerah ±1.000 m dari permukaan air laut. Di atas
ketinggian 1.000 m nyamuk ini tidak dapat berkembang biak, karena pada
kulit serta perdarahan yang keluar melalui lubang hidung, telinga dan lain-lain.
disebabkan oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong Arbovirus dan
menyebabkan kematian.
periode sampai timbul gejala demam. Periode ini dimana virus beredar didalam
sirkulasi darah manusia disebut fase viremia. Apabila nyamuk yang belum
terinfeksi menghisap darah manusia dalam fase viremia maka virus akan
masuk kedalam tubuh nyamuk dan berkembang selama periode 8-10 hari
sebelum virus siap di transmisikan kepada manusia lain. Siklus penularan virus
dengue infection). 21
lain: 6
a. Demam
terus menerus yang berlangsung selama 2-7 hari. Panas dapat turun pada hari
ke-3 yang kemudian naik lagi, dan pada hari ke-6 atau ke-7 panas mendadak
turun.
b. Manifestasi Perdarahan
Pendarahan dapat terjadi pada semua organ tubuh dan umumnya terjadi
pada 2-3 hari setelah demam. Bentuk-bentuk perdarahan yang terjadi dapat
berupa:
2) purpura
6) perdarahan gusi
b. Nyeri saat ditekan dan pembesaran hati tidak sejajar beratnya penyakit
Shock dapat terjadi pada saat demam tinggi yaitu antara hari ke- 3-7
a. Tanda-tanda terjadinya shock antara lain: kulit terasa dingin pada ujung
b. Perasaan gelisah
kurang). 6
e. Komplikasi
oleh nyamuk Aedes albopictus. Namun sering terjadi bahwa kedua spesies
kota. Oleh karena itu, penyakit demam berdarah dengue (DBD) ini lebih
dua vektor yang menularkan dengue, yaitu Aedes aegypti dan Aedes albopictus.
Akan tetapi, saat ini, Aedes aegypti adalah vektor yang mendapat perhatian
metode, yakni :
a. Metode Single Larva
b. Metode Visual
Survei ini dilakukan dengan melihat ada atau tidaknya larva di setiap
a. House Index (HI) adalah jumlah rumah positif jentik dari seluruh rumah
yang diperiksa. 20
b. Container Index (CI) adalah jumlah kontainer yang ditemukan larva dari
c. Breteau Index (BI) adalah jumlah kontainer dengan larva dalam seratus
rumah.
Jumlah kontainer yang positif jentik
BI = X 100 %
merupakan gabungan dari HI, CI dan BI yang dinyatakan dengan skala 1-9
Keterangan Tabel :
DF = 1 = kepadatan rendah
menunjukan risiko penularan rendah, 2-5 resiko penularan sedang dan diatas
Alat Skala
NO Variabel Defenisi Operasional Cara Ukur Hasil Ukur
Ukur Ukur
1 Jenis tempat Semua tempat yang berpotensi Checklist Observasi -TPA Ordinal
perkembangbia sebagai tempat perkembang- -Bukan TPA
kan nyamuk biakan nyamuk Aedes aegypti -TPA Alamiah
Aedes aegypti dengan karakteristik: TPA (Bak
Mandi/WC, Ember, Drum,
Tangki, Reservoir, dan
Tempayan), Bukan TPA
(Tempat Minum Burung, Vas
Bunga, Perangkap Semut, dan
Barang bekas), dan TPA alamiah
(Lobang Pohon, Lobang Batu,
Pelepah Daun, Tempurung
Kelapa, Pelepah Pisang,dan
Potongan Bambu) yang berada
di dalam dan di luar rumah
2 Identifikasi Hasil survei jenis jentik pada Checklist - Observasi Jenis jentik : Ordinal
Jentik Pada semua TPA (Bak Mandi/WC, - Labor - Jentik Aedes
TPA, bukan Ember, Drum, Tangki, - Bukan Jentik
TPA, dan TPA Reservoir, dan Tempayan), Aedes
alamiah bukan TPA (Tempat Minum - Bukan Jentik
Burung, Vas Bunga, Perangkap Nyamuk
Semut, dan Barang bekas), dan
TPA alamiah (Lobang Pohon,
Lobang Batu, Pelepah Daun,
Tempurung Kelapa, Pelepah
Pisang, dan Potongan Bambu)
yang ditemukan melalui single
larva method
3 Kepadatan Jumlah rumah yang ditemukan Checklist Observasi ≥ 95% bebas Ordinal
jentik Aedes jentik dari rumah yang diperiksa jentik
dengan Angka < 95% tidak
Bebas Jentik bebas jentik
(ABJ)
BAB III
METODE PENELITIAN
A.Desain Penelitian
Penampungan Air (TPA) sebagai Breeding Place jentik nyamuk Aedes aegypti di
Pasaman Tahun 2014 dengan rancangan cross sectional yaitu mengukur variabel
Juni 2014.
1. Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh rumah yang ada di Jorong
2. Sampel
( )
( )
( )
2,2182 n = 259,308
n = 116,9
Keterangan :
n = Jumlah sampel
kasus = 0,1)
N = Populasi
1. Data Primer
Data primer diperoleh melalui survei pada TPA, bukan TPA, dan TPA
jentik yang ditemukan pada TPA, bukan TPA, dan TPA alamiah apakah jentik
Aedes, bukan jentik Aedes dan bukan jentik nyamuk, serta mengetahui kondisi
rumah-rumah yang terpilih menjadi sampel. Jentik diperiksa pada setiap TPA
yang ada, baik di luar rumah maupun di dalam rumah dengan menggunakan
metode single larva method, yaitu dengan cara mengambil satu jentik disetiap
2. Data Sekunder
2013
b. Puskesmas Lubuk Sikaping berupa data kasus DBD Tahun 2012 dan
2013
kepentingan analisa.
1. Editing
kelengkapan data dengan cara mengecek kembali checklist yang telah terisi.
2. Coding
3. Processing
4. Cleaning
Data yang telah di entri di cek kembali untuk memastikan bahwa data
telah bersih dari kesalahan, baik kesalahan dalam pembacaan maupun dalam
F.Analisis Data
1. Geografis
kelilingi oleh perbukitan dengan luas wilayah 6.000 m². Kenagarian Pauh
tersebut berbatasan dengan dua kenagarian lain, yaitu Kenagarian Air Manggis
Kenagarian Pauh terbagi menjadi tiga jorong, yaitu Jorong Pauh, Jorong
Taluak Ambun, dan Jorong Tanjung Alai. Jorong Pauh dengan luas wilayah
oleh perbukitan dan berbatasan dengan 2 jorong lainnya, yaitu Jorong Pauh dan
Ambun
KK.
B. Hasil Penelitian
Tabel 2
Distribusi Frekuensi Jumlah Tempat Penampungan Air (TPA) Yang Ada
di Jorong Tanjung Alai Kenagarian Pauh Kecamatan Lubuk Sikaping
Kabupaten Pasaman Tahun 2014
terbanyak di Jorong Tanjung Alai adalah Ember, yaitu 112 buah dengan
0,49 %.
yang terbanyak di Jorong Tanjung Alai adalah vas bunga, yaitu 99 buah
Tabel 4
Distribusi Frekuensi Jumlah Tempat Penampungan Air Alamiah (TPAA)
Yang Ada di Jorong Tanjung Alai Kenagarian Pauh Kecamatan
Lubuk Sikaping Kabupaten Pasaman Tahun 2014
Tabel 5
Distribusi Frekuensi Identifikasi Jentik Aedes, Bukan Jentik Aedes, dan
Bukan Jentik Nyamuk Yang Ditemukan di Jorong Tanjung Alai
Kenagarian Pauh Kecamatan Lubuk Sikaping
Kabupaten Pasaman Tahun 2014
bukan jentik Aedes (Culex) yang ditemukan hanya 3 dengan persentase 21,43
%.
Jentik (ABJ), yaitu jumlah rumah yang tidak ditemukan jentik per jumlah
rumah yang diperiksa (%). Kepadatan jentik di Jorong Tanjung Alai dapat di
Tabel 6
Distribusi Frekuensi Kepadatan Jentik Berbasis Angka Bebas Jentik
(ABJ) di Jorong Tanjung Alai Kenagarian Pauh Kecamatan Lubuk
Sikaping Kabupaten Pasaman Tahun 2014
= 0,8889 x 100 %
= 88,99 %
C. Pembahasan
Tanjung Alai
air (TPA) 205 buah, Bukan Tempat Penampungan Air (BTPA) 203 buah, dan
Tempat Penampungan Air Alamiah (TPAA) 15 buah dari 117 sampel rumah.
bahwa tempat perindukan utama nyamuk Aedes aegypti terbagi 3, yaitu Tempat
bak mandi, bak WC, ember, dan sejenisnya, kemudian Tempat Penampungan
Air (TPA) bukan untuk keperluan sehari-hari, seperti tempat minum hewan, ban
bekas, kaleng bekas, vas bunga, perangkap semut, dan sebagainya, Tempat
Penampungan Air Alamiah (TPAA) yang terdiri dari lubang pohon, lubang
batu, pelepah daun, tempurung kelapa, kulit kerang, pangkal pohon pisang dan
lain-lain.
Bukan Tempat Penampungan Air (BTPA) yang ditemukan, yaitu 259 (54,74 %)
lebih banyak dibandingkan dengan Tempat Penampungan Air (TPA), yaitu 214
(45,23 %).
ember, drum dan tangki yang didapatkan di dalam rumah dengan volume yang
yang dilakukan bak mandi yang ditemukan terletak di tempat gelap, lembab,
tidak terkena cahaya matahari langsung, jarang dibersihkan kecuali pada musim
hujan karena air PDAM yang digunakan akan kotor dan keruh, tidak adanya
ikan pemakan jentik, dan tidak langsung berhubungan dengan tanah. Ember dan
tangki yang digunakan sebagai tempat menampung air tidak memakai tutup dan
penampungan air bersih di dalam atau di sekitar rumah, berupa genangan air
yang tertampung di suatu tempat atau bejana, seperti bak mandi, tempayan,
pada waktu hujan akan terisi air. Nyamuk Aedes tidak dapat berkembangbiak
rumah dan bangunan. Perpipaan yang tidak selalu mengalir karena debit air
kecil dan tekanan air rendah sehingga tidak mampu melayani air keseluruh pipa
ember, dan bak mandi. Di daerah sulit air, pengambilan air dari sumber lain juga
adalah tempat minum burung, vas bunga, dan barang bekas yang ditemukan di
luar rumah. Dari Observasi yang telah dilakukan air pada tempat minum burung
selalu diganti dan dibersihkan. Sedangkan vas bunga air yang tergenang
dibiarkan begitu saja dan tidak dibuang. Pada barang bekas yang ditemukan,
yaitu kaleng bekas dan ban bekas dibiarkan menampung air hujan dan air yang
tempat penampungan air yang terbuat dari tanah liat, keramik, bak beton, drum,
seng, vas bunga, pot tanaman dan mangkok untuk menyimpan air minum
burung. Tempat penampungan air yang tidak baik dan terlindung dari sinar
perindukan non TPA yang diperoleh loyang/ember dan pot bunga bekas paling
(TPAA) yang ditemukan di Jorong Tanjung Alai Kenagarian Pauh terdiri dari
lobang batu, pelepah daun, dan tempurung kelapa. Setelah dilakukan observasi,
ditemukan lobang batu yang dibiarkan saja menampung air hujan. Air yang
tertampung juga dibiarkan saja tidak dibuang. Pelepah daun yang tidak dibuang
dan dapat menampung air serta tempurung kelapa yang berserakan karena
seperti : kaleng bekas, pecahan botol, ember, dan pot-pot yang berserakan, batok
kelapa, pagar bambu, beton yang berlubang yang dapat menampung air hujan
kemudian menutup ember, tangki, dan drum yang digunakan sebagai tempat
kuning, putih, orange karena nyamuk Aedes menyukai tempat yang berwarna
gelap untuk berkembangbiak. Bukan Tempat Penampungan Air (BTPA) yang
ditemukan di luar rumah, seperti vas bunga yang tergenang air hujan sebaiknya
airnya dibuang, barang-barang bekas, yaitu ban bekas dan kaleng bekas
Air Alamiah (TPAA) yang ditemukan, seperti lobang batu yang tergenang air
hujan sebaiknya ditutup atau diletakkan terbalik agar tidak menampung air,
pelepah daun dan tempurung kelapa yang berserakan sebaiknya dibuang atau
dibakar.
Jentik Nyamuk
Alai, yaitu 11 jentik Aedes, 3 bukan jentik Aedes (Culex), dan bukan jentik
nyamuk tidak ditemukan. Jentik Aedes terbanyak ditemukan pada bak mandi
Utara bahwa jentik Aedes terbanyak ditemukan pada bak mandi, yaitu 45,53 %.
Hal ini sejalan dengan teori Menurut Soedarmo (2001) yang
Aedes aegypti dalam suatu kontainer dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti :
musim hujan yang mengakibatkan air PDAM menjadi keruh, kotor, dan
PDAM sebagai sumber air bersih, sehingga mereka lebih sering membersihkan
bak mandi, ember, tangki, drum, dan sebagainya. Dari observasi yang telah
bahkan ada yang membersihkan bak mandi 1x dalam sehari tergantung tingkat
hanya sedikit.
Penelitian ini sama dengan penelitian di Peru dan New Orleans bahwa
jumlah pupa per tempat penampungan air tidak berdistribusi normal yang mana
kebanyakan tempat penampungan air tidak memiliki jentik sama sekali, sedikit
(1-10) dan sangat sedikit mungkin 1% dari seluruh tempat penampungan air
yang diteliti.
Sebaiknya masyarakat di Jorong Tanjung Alai Kenagarian Pauh tidak
Angka Bebas Jentik (ABJ), yaitu 88,89 %. Hal ini menunjukkan bahwa Jorong
Tanjung Alai belum bebas jentik karena syarat dari suatu daerah bebas jentik,
1457/Menkes/SK/X/2003.
Hal tersebut tidak jauh beda dengan penelitian yang telah dilakukan
oleh Tampi F.H, dkk di Desa Teep Kecamatan Amurang Barat Kabupaten
yaitu 13 rumah (11,11%). Hal tersebut tidak jauh beda dengan penelitian yang
yang tertampung di suatu tempat, seperti bak mandi, ember, tangki, drum,
barang bekas, vas bunga, tempat minum burung, tempurung kelapa, dll. Tempat-
tempat yang berada di dalam maupun di luar rumah yang tidak berhubungan
langsung dengan tanah, tidak terkena cahaya matahari langsung, lembab, dan
Aedes sp. Termasuk nyamuk yang aktif pada siang hari dan biasanya akan
bersih atau genangan air hujan misalnya bak mandi, tangki penampungan air,
pekuburan), kaleng bekas, kantung plastik bekas, di atas lantai gedung terbuka,
talang rumah, pagar bambu, kulit buah (rambutan, tempurung kelapa), ban
bekas ataupun semua bentuk kontainer yang dapat menampung air bersih.
Penampungan Air (TPA) yang ada, yaitu menguras tempat penampungan air
menabur bubuk abate pada tempat penampungan air minimal 1 x dalam 3 bulan,
bak mandi yang terbuat dari semen di cat dengan warna terang agar nyamuk
Sampah padat seperti kaleng, botol, ember atau sejenisnya yang tersebar di
jentik di Jorong Tanjung Alai Kenagarian Pauh adalah dengan selalu menguras
dan membersihkan semua Tempat Penampungan Air (TPA) baik yang berada di
dalam rumah maupun di luar rumah, membuang air yang tergenang pada
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada bulan Maret - Juni 2014
tentang Survei Tempat Penampungan Air (TPA) Sebagai Breeding Place Jentik
Lubuk Sikaping Kabupaten Pasaman Tahun 2014, diperoleh hasil yang dapat
Jorong Tanjung Alai Kenagarian Pauh adalah 205 buah TPA, 203 buah
Tanjung Alai adalah 10 buah TPA, 3 buah BTPA, dan 1 buah TPAA.
B. Saran
1. Kepada masyarakat
lingkungan masing-masing.
ember yang berwarna terang, seperti : kuning, putih, dan orange karena
seminggu.
sebulan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Depkes, 2010. Visi dan Misi Depkes Tahun 2010-2014. Diakses pada tanggal
24 Februari 2014. Dari www.depkes.go.id.
4. WHO (World Health Organization), 2006. Mortality Country Fact Sheet 2006
(Indonesia).
http://www.who.int/whosis/mort/profiles/mort_searo_idn_indonesia.pdf.
7.Herman, Reni, dkk. Jurnal Sebaran Serotipe Virus Dengue di Pontianak, Medan,
dan Jakarta; 2008.
11.Sugianto S. Demam Berdarah Dengue, Tinjauan dan Temuan Baru di era 2003.
Surabaya Airlangga University Press;2004.
19. Departemen Kesehatan RI. Demam Berdarah Dengue, Depkes. Jakarta. 2004.
23. Soedarto. Penyakit Menular di Indonesia. Penerbit Sagung Seto, Jakarta. 2009.
27.F.H, Tampi, dkk. Jurnal Survei Jentik Nyamuk Aedes sp di Desa Teep
Kecamatan Amurang Barat Kabupaten Minahasa Selatan.