Anda di halaman 1dari 40

 

Disusun Oleh:
Adithyar Rachman, ST
Nip 19860909 201101 1 003
i
 

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya semoga kita senantiasa berada dalam lindungan-Nya. sehingga penulis dapat

menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat waktu. Shalawat serta salam semoga
senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi Besar Muhammad SAW beserta seluruh
keluarga dan sahabatnya yang selalu eksis membantu perjuangan beliau dalam menegakkan
Dinullah di muka bumi ini.
Makalah ini berjudul “ Implementasi Stategi STBM Dalam Meningkatkan Akses
Sanitasi di Kecamatan Panongan”.
Panongan”. Penyusunan makalah ini adalah merupakan salah satu
syarat dalam penilaian Tenaga Kesehatan Teladan Tahun 2018 Dinas Kesehatan Kabupaten
Tangerang.
Dalam penulisan makalah ini, tentunya banyak pihak yang telah memberikan bantuan

 baik moril maupun materil. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan
men yampaikan ucapan terima
terimakasih
kasih
yang tiada hingganya kepada :
1.  Kepala Bidang Kesehatan
Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten
Kabupaten Tangerang.
2.  Kepala Seksi Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Kerja dan Olahraga Dinas
Kesehatan Kabupaten Tangerang.
3.  Ibu Prima Saras Puspa, SH, MM Selaku Camat Panongan yang telah mensupport
 pelaksanaan kegiatan STBM di Kecamatan Panongan
Panongan
4.  Kepala Puskesmas Panongan drg Farah Segeir beserta staff
sta ff
5.  Kepala Desa Serdang Kulon Bapak Sukarna, S.Sos

6.  Sekretaris Desa Serdang Kulon Mamih Mulyawati


7.  Kelompok Swadaya Masyarakat Bina Hidup Sejahtera yang sangat saya
 banggakan
8.  Istri dan anakku tersayang yang menjadi sumber semangat dalam bekerja dan
menjalani kehidupan.
9.  Semua pihak yang telah membantu kami baik secara langsung maupun tidak
langsung.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan suatu makalah ilmiah tidaklah
mudah, oleh karena itu tidak tertutup kemungkinan dalam penyusunan makalah ini terdapat

kekurangan, sehingga penulis sangat mengharapkan masukan dan saran, kritikan yang
 bersifat membangun guna kesempurnaan makalah ini.

ii
 

Proses penyusunan makalah ini, penulis tidak terlepas dari berbagai rintangan, mulai
dari pengumpulan literatur, pengumpulan data maupun dalam tahap penulisan. Namun
dengan kesabaran dan ketekunan yang dilandasi dengan rasa tanggung jawab keilmuan dan
 juga bantuan dari berbagai pihak, baik material maupun moril.
Akhirnya, makalah ini selesai semoga dapat berguna dan bermanfaat, bagi penulis

maupun pada orang lain/instansi yang terkait, Insya Allah. Semoga Allah swt memberikan
karunia-Nya kepada Bapak, Ibu serta Saudara (i) atas segala bantuannya kepada Penulis,
Amien, Ya Rabbal Alamin.
Panongan, 19 Maret 2018

Adithyar Rachman, ST
 Nip 19860909 201101 1 003

iii
 

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………... 
Belakang…………………………………………………………...  1

1.2 Masalah…………………………………………………………………...
Masalah…………………………………………………………………...   3
1.3 Tujuan…………………………………………………………………….
Tujuan…………………………………………………………………….   3

BAB II LANDASAN TEORI


2.1 Pengertian STBM……………………………………………………….
STBM………………………………………………………... 5
2.1.1 Pilar STBM……………………………………………………………. 
STBM…………………………………………………………….  8
2.2 Strategi STBM……………………………………………………………
STBM……………………………………………………………   23

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Gambaran Umum Kecamatan Panongan…………………………….


P anongan…………………………….   26
3.1.1 Kondisi Fisik dan Wilayah Kecamatan Panongan………………… 
Panongan…………………   26
3.1.2 Kependudukan………………………………………………………… 
Kependudukan…………………………………………………………  27
3.1.3 Sosial Ekonomi………………………………………………………
Ekonomi………………………………………………………...
... 32
3.2 Pelaksanaan Strategi STBM di Kecamatan Panongan………………..
Panongan……………….. 33
3.2.1 E na
nab
bling
li ng E nv
nvii ronme
ronment …………………………………………………. 
………………………………………………….  33
3.2.2 D ema
mand
nd Cerat
Cer atii on……………………………………………………….
……………………………………………………….   35
3.2.3 Sup
 Supp
ply I mprov
rove
ement ………………………………………………….. 
…………………………………………………..  38
3.2.3.1 Kredit Air dan Sanitasi Untuk Rakyat 41

“KASUR”………………….  
“KASUR”…………………. 
3.2.3.2 Kegiatan
Kegiatan Pembuatan Bibir Sumur……………………….......…..... 
Sumur……………………….......….....  43
3.2.3.3 Kegiatan Seribu Sarana Sanitasi “SERASI”……………………… 
“SERASI”………………………  44
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan……………………………………………………………… 
Kesimpulan………………………………………………………………  46
4.2 Saran…………………………………………………………………......
Saran…………………………………………………………………...... 47

iv
 

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Saat ini Indonesia masih menghadapi tantangan untuk menuntaskan target Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 yang menetapkan tarcapainya
akses universal 100% air minum, 0% pemukiman kumuh dan 100% stop bebas buang air
 besar sembarangan (SBS).
Berdasarkan data yang dirilis oleh sekretariat STBM, hingga 2017 dari 284, 03 juta
 jiwa penduduk Indonesia sebanyak 62,66 juta diantaranya masih melakukan praktik buang air
 besar sembarangan dan kerugian di sector kesehatan akibat
ak ibat kondisi sanitasi yang bu
buruk
ruk adalah
sebesar 29 T. Oleh sebab itu diperlukan percepatan untuk mencapai target Indonesia stop
 buang air besar sembarangan (SBS) pada tahun 2019.
Untuk dapat mencapi tujuan tersebut, strategi penyelenggaraan STBM fokus pada
 penciptaan lingkungan yang kondusif (enabling
( enabling environment ),
), peningkatan kebutuhan sanitasi
(demand creation)
creation) serta peningkatan penyediaan akses sanitasi ( supply improvement ))..
Kabupaten Tangerang dengan jumlah penduduk terbesar di provinsi Banten ±
3.140.473 jiwa (±26,26% penduduk Banten ) memiliki permasalahan yang sangat kompleks
dalam bidang sanitasi. Berdasarkan hasil studi EHRA (Environment Health Risk Assesment)
tahun 2012 terdapat 24 desa dengan status resiko sanitasi sangat
sangat tinggi dan 50 desa dengan
tingkat resiko tinggi
tinggi sanitasi dari 274 desa, bahkan belum ada satu
satu desapun yang bebas dari

 buang air besar sembarangan. Risiko sanitasi diartikan sebagai terjadinya penurunan
pe nurunan kualitas
hidup, kesehatan dan lingkungan akibat rendahnya akses terhadap layanan sektor sanitasi dan
rendahnya perilaku higiene dan sanitasi. Dari hasil studi tersebut didapatkan bahwa 33,4%
tempat buang air besar adalah di tempat terbuka (sawah, sungai, kebun, saluran air, kolam)
atau dapat diartikan keluarga yang memiliki wc keluarga maupun bisa menjangkau wc umum
sebesar 66,6%. Dari jumlah tersebut yang buangan akhir tinja menggunakan tanki septik baru
39,8%, sedangkan sisanya dialirkan begitu saja ke tempat terbuka (saluran air, sungai, kebun,

Implementasi Strategi STBM dalam Meningkatkan Akses Sanitasi Di Kecamatan Panongan 1

 
sawah), adapun perilaku masyarakat buang air besar sembarangan 88,9%. Dari angka tersebut
nampak bahwa adanya sarana wc di rumah atau di dekat rumah tidak menjamin masyarakat
untuk berperilaku sehat dengan buang air besar di wc. Penderita penyakit diare terbanyak
33,4% pada kaum perempuan dan 28,4% diderita olah anak balita. Kedua kelompok tersebut

 paling beresiko jika berada pada kondisi sanitasi yang buruk.


Upaya-upaya peningkatan cakupan WC yang telah dilakukan bertahun-tahun melalui
 berbagai proyek dan pendekatan, tetapi belum memberikan hasil yang signifikan dengan
 besarnya biaya yang telah dikeluarkan. Tolok ukur yang digunakan dalam pelaksanaan
 program - program adalah pe
peningkatan
ningkatan jumlah cakupan
caku pan WC yang dibangun bukan
buka n pada peran
serta masyarakat yang mandiri secara sanitasi dan ingin ber Prilaku Hidup Bersih dan Sehat.
Sehingga pada kenyataannya belum mampu menurunkan prevalensi penyakit berbasis
lingkungan, karena banyak masyarakat yang tetap buang air besar di tempat terbuka.
Kecamatan Panongan merupakan salah satu Kecamatan yang ada diwilayah
Kabupaten Tangerang yang merupakan daerah Pertanian yang sebagian sudah dijadikan
daerah perumahan dan perindustrian dengan Luas Wilayah Kecamatan Panongan ± 34,93
2
KM . Wilayah kerjanya terdiri dari 8 Pemerintahan Desa terdiri dari 1 Kelurahan dan 7 Desa
di Kecamatan Panongan, yaitu : Desa Ranca Iyuh, Kelurahan Mekar Bakti, Desa Ranca
Kalapa, Desa Peusar, Desa Serdang Kulon, Desa Mekar Jaya, Desa Ciakar dan Desa
Panongan yang merupakan Ibu Kota Kecamatan yang terdiri dari 48 Dusun, 75 RW dan
 jumlah 321 RT.
Data Puskesmas Panongan pada tahun 2017 dari total 7 desa dan 1 kelurahan, wilayah
kecamatan Panongan memiliki 1 kelurahan yang sudah terverifikasi ODF, namun masih ada
desa dengan akses kepemilikan sarana sanitasi (WC) yang rendah terdapat di 4 Desa ( Ranca
Iyuh, Ranca Kalapa, Mekar Jaya dan Serdang Kulon) dimana kepemilikan WC sehat masih di
 bawah 70 %, Masih rendahnya
rendahn ya cakupan kepemilikian sanitasi dasar ini selain faktor ekonomi
dikarenakan masih rendahnya kesadaran masyarakat tentang pengetahuan dan pemahaman
mengenai sanitasi dasar yang sehat.
Sebagai upaya dalam meningkatkan kesadaran akan pentingnya sanitasi bagi kesehan.
Puskesmas Panongan berusaha melakukan pendekatan berbeda yaitu dengan

Implementasi Strategi STBM dalam Meningkatkan Akses Sanitasi Di Kecamatan Panongan 2

mengembangkan teknik pendekatan perilaku hidup bersih dan sehat, yaitu dengan pendekatan
Community Led Total Sanitation(CLTS) 
Sanitation(CLTS)   atau istilah lain adalah Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat (STBM). Pendekatan STBM ini menitikberatkan kepada fasilitasi atas suatu
 proses untuk menyemangati
me nyemangati serta memberdayakan masyarakat setempat untuk tidak
tida k buang air
 besar di tempat terbuka serta membangun dan menggunakan WC atas
ata s kemauan
ke mauan sendiri tanp a

subsidi dari luar. Melalui pendekatan STBM anggota masyarakat diajak menganalisis
menganalisis
masalah sekaligus mencari solusinya sendiri.
.
1.2 Masalah
1.  Masih rendahnya kesadaran masyarakat akan pentingnya sanitasi yang layak bagi
kesehatan.
2.  Pendekatan STBM yang masih pada sector demand creation 
creation 
3.  Pola perilaku masyarakat yang terbiasa untuk Buang Air Besar Sembarangan (di
empang dan kebon)

4.  Masih tingginya ketergantungan masyarakat akan bantuan pemerintah. 


pemerintah.  
5.  Masih kurangnya koordinasi antar program dan antar sector.

1.3 Tujuan
a.  Tujuan Umum
Meningkatkan peran serta Muspika (Camat, Danramil, Kepala Desa) dalam
menciptakan kondisi di lingkungan yang kondusif (enabling
(enabling environment ),
), petugas
kesehatan lingkungan untuk peningkatan kebutuhan sanitasi (demand
( demand creation)
creation) serta
Kelompok Wirausaha Sanitasi dalam peningkatan penyediaan akses sanitasi ( supply
improvement ) di masyarakat.
 b.  Tujuan Khusus
1.  Terciptanya lingkungan yang kondusif dalam pelaksanaan kegiatan Sanitasi Total
Berbasis Masyarakat.

Implementasi Strategi STBM dalam Meningkatkan Akses Sanitasi Di Kecamatan Panongan 3

2.  Meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap akses sanitasi yang baik


3.  Terbentuknya Kelompok Wirausaha Sanitasi yang mandiri dan mampu dalam
menyediakan sarana sanitasi.
Implementasi Strategi STBM dalam Meningkatkan Akses Sanitasi Di Kecamatan Panongan 4

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian STBM


STBM merupakan adopsi dari keberhasilan pembangunan sanitasi total dengan
menerapkan model CLTS (Community-Led
( Community-Led Total Sanitation).
Sanitation ). Pendekatan CLTS berasal dari
evaluasi oleh Kamal Kar mengenai WaterAid dari VERC’s (Village
( Village Education Resource).
Resource).
Hasil dari evaluasi adalah penemuan pendekatan CLTS dengan metode PRA pada tahun 2000.
Sejak tahun 2000, melalui pelatihan langsung oleh Kamal Kar dan dukungan dari banyak
lembaga serta dibantu dengan kunjungan lintas Negara, CLTS telah menyebar ke organisasi
lain di Bangladesh dan Negara lain di Asia selatan dan asia tenggara, afrika, amerika latin, dan
timur tengah. Lembaga atau instansi yang mensponsori pelatihan ini oleh Kamal Kar antara
lain the WSP-World Bank, CARE, Concern, WSLIC II (Water
( Water and Sanitation for Low Income
Communities in Indonesia),
Indonesia), the Bill and 15
Melinda Gates Foundation-supported Total Sanitation and Sanitation Marketing
 project in East Java,
Ja va, the Social Fund for Development in Yemen, the Irish NGO Vita Refugee

Trust International working in Ethiopia, Plan International and UNICEF(Kar, K and


Chambers, R, 2008). Uji coba implementasi CLTS di 6 kabupaten di Indonesia pada tahun
2005. Pada Juni 2006, Departemen Kesehatan mendeklarasikan pendekatan CLTS sebagai
strategi nasional untuk program sanitasi. Pada september 2006, program WSLIC memutuskan
untuk menerapkan pendekatan CLTS sebagai pengganti pendekatan dana bergulir di seluruh
lokasi program (36 kabupaten). Pada saat yang sama, beberapa LSM mulai mengadopsi
 pendekatan ini. Mulai Januari sampai Mei 2007, Pemerintah Indonesia bekerja sama dengan
Bank Dunia merancang proyek PAMSIMAS di 115 kabupaten. Program ini mengadopsi
 pendekatan CLTS dalam rancangannya (Permeknkes No 3 Tahun 2014). Bulan Juli 2007

menjadi periode yang sangat penting bagi perkembangan CLTS di Indonesia, karena
 pemerintah bekerja sama dengan Bank Dunia mulai mengimplementasikan sebuah proyek
yang mengadopsi pendekatan sanitasi total bernama Total Sanitation and Sanitation
 Marketing (TSSM) atau Sanitasi Total dan Pemasaran Sanitasi (SToPS),

Implementasi Strategi STBM dalam Meningkatkan Akses Sanitasi Di Kecamatan Panongan 5

Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) adalah pendekatan, strategi dan program
untuk merubah perilaku higiene dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat dengan
metode pemicuan. Perilaku higiene dan sanitasi yang dimaksud antara lain tidak buang air
 besar sembarangan, mencuci tangan pakai sabun, mengelola air minum dan makanan yang
aman, mengelola sampah dengan benar dan mengelola limbah cair rumah tangga dengan
aman. Perilaku tersebut merupakan rangkaian kegiatan sanitasi total. Selanjutnya rangkaian
 perilaku tersebut disebut sebagai pilar STBM. Kelima pilar tersebut merupakan satu kesatuan
kegiatan namun perlu diprioritaskan pilar mana yang paling mendesak. Prioritas berdasarkan
criteria: 1) luasnya akibat (dampak) yang ditimbulkan oleh prilaku itu; (2) kemampuan
masyarakat untuk menanggulangi; (3) keterdesakan untuk ditanggulangi; (4) keterdesakan,
akibat yang akan timbul apabila persoalan tidak segera ditanggulangi(Permenkes No3 Tahun
2014).
STBM dilaksanakan melalui pemberdayaan masyarakat
mas yarakat dimana masyarakat sadar, mau
dan mampu untuk melaksanakan sanitasi total yang timbul dari dirinya sendiri, bukan melalui
 paksaan. Melalui cara ini diharapkan perubahan perilaku tidak terjadi pada saat pelaksanaan
 program melainkan berlangsung seterusnya (Depkes RI, 2009).
Metode yang digunakan dalam STBM adalah metode pemicuan. Metode pemicuan ini
dilaksanakan oleh tim fasilitator dengan cara memicu masyarakat dalam lingkup komunitas
terlebih dahulu untuk memperbaiki sarana sanitasi sehingga tercapai tujuan dalam hal
memperkuat budaya perilaku hidup bersih dan sehat pada masyarakat serta mencegah
 penyakit berbasis lingkungan. Faktor-faktor
Faktor -faktor yang harus dipicu antara lain rasa jijik, rasa m
malu,
alu,
takut sakit, aspek agama,  privacy
 privacy,, dan kemiskinan. Setelah pemicuan faktor tersebut
terlaksana, dibentuklah komite dari komunitas tersebut. Komite dibentuk agar rencana aksi
dari masyarakat yang terpicu dapat berjalan dengan baik. Selain itu monitoring dari tim
fasilitator juga harus diterapkan. Kegiatan terus dilakukan sampai tercapai kondisi desa bebas
 buang air besar sembarangan (ODF/ Open Defecation Free)
Free) (Ditjen PP dan PL, 2011).

Terdapat 4 Parameter desa ODF antara lain:


1.  Semua rumah tangga mempunyai jamban yang memenuhi syarat kesehatan.

Implementasi Strategi STBM dalam Meningkatkan Akses Sanitasi Di Kecamatan Panongan 6

2.  Semua sekolah yang berada diwilayah tersebut mempunyai jamban yang memenuhi syarat
kesehatan dan program perbaikan hygiene.
3.  Semua sarana jamban digunakan dan dipelihara.
4.  Lingkungan tempat tinggal bebas dari kotoran manusia.
Tujuan umum dari program STBM adalah memicu masyarakat sehingga dengan
kesadarannya sendiri mau menghentikan kebiasaan buang air besar di tempat terbuka pindah
ke tempat tertutup dan terpusat. Sedangkan tujuan khusus dari program STBM antara lain
(Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang):

1.  Memfasilitasi masyarakat sehingga masyarakat dapat mengenali permasalahan kesehatan


lingkungannya sendiri
Implementasi Strategi STBM dalam Meningkatkan Akses Sanitasi Di Kecamatan Panongan 7

2.  Memfasilitasi masyarakat untuk menganalisis masalah kesehatan lingkungan mereka


dengan memicu perasaan jijik, malu, takut sakit, rasa dosa, dan lain sebagainya sehingga
muncul kesadaran untuk merubah perilakunya kearah perilaku hidup bersih dan sehat
dengan meninggalkan kebiasaan bab di tempat terbuka. Memunculkan kemauan keras
masyarakat untuk membangun jamban yang sesuai dengan keinginannya dan kemamuan
mereka tanpa menunggu bantuan.
Fasilitasi didefinisikan sebagai tindakan yang mempromosikan, membantu,
menyederhanakan, atau mempermudah suatu tugas. Keterampilan fasilitasi pendidik
kesehatan akan membantu membentuk keseluruhan pengalaman peserta menjadi lebih berarti,

 bermanfaat, dan produktif, membantu peserta untuk memberikan kontribusinya dan bekerja
sebagai suatu kelompok, serta menyederhanakan tugas kelompok sehingga mudah tercapai
dan dilaksanakan (Widyastuti, 2008). Dalam program ini masyarakat dilibatkan dalam suatu
aktivitas. Keadaan ini dapat memberi stimulasi, sehingga terjadi partisipasi. Partisipasi
selanjutnya menimbulkan interaksi antar anggota masyarakat sehingga timbul pertanyaan-
 pertanyaan pada dirinya sehingga timbul kesadaran tentang keadaan dirinya tersebut atau
terjadi realisasi. Kesadaran atau realisasi inilah yang kemudian menimbulkan keinginan
ataupun dorongan untuk berubah, yakni mengubah keadaannya yang jelek menjadi baik.
Keadaan inilah yang menunjukkkan motif pada diri seorang telah terbentuk. Atas dasar motif

inilah akan terjadi perubahan perilaku (Slamet, 2006).


Prinsip dari program nasional STBM antara lain non-subsidi, kebersamaan, keberpihakan
terhadap kelompok miskin, keberpihakan pada lingkungan, prinsip tanggap kebutuhan,
kesetaraan jender, pembangunan berbasis masyarakat, dan keberlanjutan (Kepmenkes RI,
2010 dan Ditjen PP dan PL, 2011).

2.1.1 Pilar STBM


Tantangan yang dihadapi Indonesia terkait pembangunan kesehatan, khususnya
 bidang, higiene dan sanitasi masih sangat besar.
be sar. Untuk itu perlu dilakukan intervensi terpadu
melalui pendekatan sanitasi total. Pemerintah merubah pendekatan pembangunan sanitasi
nasional dari pendekatan sektoral dengan penyediaan subsidi perangkat keras yang selama ini

Implementasi Strategi STBM dalam Meningkatkan Akses Sanitasi Di Kecamatan Panongan 8

tidak memberi daya ungkit terjadinya perubahan perilaku higienis dan peningkatan akses
sanitasi, menjadi pendekatan sanitasi total berbasis masyarakat yang menekankan pada 5
(lima) perubahan perilaku higienis.
Pelaksanaan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) dengan lima pilar akan
mempermudah upaya meningkatkan akses sanitasi masyarakat yang lebih baik serta
mengubah dan mempertahankan keberlanjutan budaya hidup bersih dan sehat. Pelaksanaan
STBM dalam jangka panjang dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian yang
diakibatkan oleh sanitasi yang kurang baik, dan dapat mendorong tewujudnya masyarakat
sehat yang mandiri dan berkeadilan.
Perubahan perilaku dalam STBM dilakukan melalui metode Pemicuan yang
mendorong perubahan perilaku masyarakat sasaran secara kolektif dan mampu membangun
sarana sanitasi secara mandiri sesuai kemampuan.

LIMA PILAR STBM


Lima Pilar STBM terdiri dari:
1.  Stop Buang air besar Sembarangan (SBS)
Suatu kondisi ketika setiap individu dalam komunitas tidak buang air besar sembarangan.
Perilaku SBS diikuti dengan pemanfaatan sarana sanitasi yang saniter berupa jamban sehat.
Saniter merupakan kondisi fasilitas sanitasi yang memenuhi standar dan persyaratan kesehatan

yaitu:
a.   tidak mengakibatkan terjadinya penyebaran langsung bahan-bahan yang berbahaya bagi
a.
manusia akibat pembuangan kotoran manusia; dan
b.  dapat mencegah vektor pembawa untuk menyebar penyakit pada pemakai dan lingkungan
b. 
sekitarnya.

Implementasi Strategi STBM dalam Meningkatkan Akses Sanitasi Di Kecamatan Panongan 9

Contoh perubahan perilaku SBS :

Jamban sehat efektif untuk memutus mata rantai penularan penyakit. Jamban sehat harus
dibangun, dimiliki, dan digunakan oleh keluarga dengan penempatan (di dalam rumah atau di
luar rumah) yang mudah dijangkau oleh penghuni rumah.

Standar dan persyaratan kesehatan bangunan jamban terdiri dari :


a)  Bangunan atas jamban (dinding dan/atau atap)
a)
Bangunan atas jamban harus berfungsi untuk melindungi pemakai dari gangguan cuaca dan

gangguan lainnya.
Implementasi Strategi STBM dalam Meningkatkan Akses Sanitasi Di Kecamatan Panongan 10

b)  Bangunan tengah jamban Terdapat 2 (dua) bagian bangunan tengah jamban, yaitu:
b)

- Lubang tempat pembuangan kotoran (tinja dan urine) yang saniter dilengkapi oleh
konstruksi leher angsa. Pada konstruksi sederhana (semi saniter), lubang dapat dibuat
tanpa konstruksi leher angsa, tetapi harus diberi tutup.
- Lantai Jamban terbuat dari bahan kedap air, tidak licin, dan mempunyai saluran untuk
 pembuangan air bekas ke Sistem Pembuangan Air Limbah (SPAL).

c) Bangunan Bawah

Merupakan bangunan penampungan, pengolah, dan pengurai kotoran/tinja yang berfungsi


mencegah terjadinya pencemaran atau kontaminasi dari tinja melalui vektor pembawa
 penyakit, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Terdapat 2 (dua) macam bentuk bangunan bawah jamban, yaitu:
- Tangki Septik, adalah suatu bak kedap air yang berfungsi sebagai penampungan limbah

kotoran manusia (tinja dan urine). Bagian padat dari kotoran manusia akan tertinggal
dalam tangki septik, sedangkan bagian cairnya akan keluar dari tangki septik dan
diresapkan melalui bidang/sumur resapan. Jika tidak memungkinkan dibuat resapan maka
dibuat suatu filter untuk mengelola cairan tersebut.
- Cubluk, merupakan lubang galian yang akan menampung limbah padat dan cair dari
 jamban yang masuk setiap harinya
ha rinya dan akan meresapkan cairan
c airan limbah tersebut ke dalam
tanah dengan tidak mencemari air tanah, sedangkan bagian padat dari limbah tersebut akan
diuraikan secara biologis.

Implementasi Strategi STBM dalam Meningkatkan Akses Sanitasi Di Kecamatan Panongan 11


 

Bentuk cubluk dapat dibuat bundar atau segi empat, dindingnya harus aman dari longsoran,
 jika diperlukan dinding cubluk diperkuat dengan pasangan bata, batu kali, buis beton,

anyaman bambu, penguat kayu, dan sebagainya.

2.  Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)

CTPS merupakan perilaku cuci tangan dengan menggunakan sabun dan air bersih yang
mengalir.
a.  Langkah-langkah CTPS yang benar :
-  Basahi kedua tangan dengan
den gan air bersih yang mengalir.
-  Gosokkan sabun pada kedua telapak tangan sampai berbusa lalu gosok kedua punggung
tangan, jari jemari, kedua jempol, sampai semua permukaan kena busa sabun.
-  Bersihkan ujung-ujung jari dan sela-sela di bawah kuku.
-  Bilas dengan air bersih sambil menggosok-gosok kedua tangan sampai sisa sabun hilang.
-  Keringkan kedua tangan dengan memakai kain, handuk bersih, atau kertas tisu, atau
mengibas-ibaskan kedua tangan sampai kering.

Implementasi Strategi STBM dalam Meningkatkan Akses Sanitasi Di Kecamatan Panongan 12

 
 b.  Waktu penting perlunya CTPS, antara lain:
-  sebelum makan

-  sebelum mengolah dan menghidangkan makanan


-  sebelum menyusui
-  sebelum memberi makan bayi/balita
-  sesudah buang air besar/kecil
-  sesudah memegang hewan/unggas

c.  Kriteria Utama Sarana CTPS


-  Air bersih yang dapat dialirkan
-  Sabun
-  Penampungan atau saluran air limbah yang aman

Implementasi Strategi STBM dalam Meningkatkan Akses Sanitasi Di Kecamatan Panongan 13

 
3.  Pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga (PAMM-RT)
PAMM-RT merupakan suatu proses pengolahan, penyimpanan, dan pemanfaatan air
minum dan pengelolaan makanan yang aman di rumah tangga.
Tahapan kegiatan dalam PAMM-RT, yaitu: a. Pengelolaan Air Minum Rumah
Tangga:

1) Pengolahan air baku


Apabila air baku keruh perlu
pe rlu dilakukan pengolahan awal:
-  Pengendapan dengan gravitasi alami
-  Penyaringan dengan kain
-  Pengendapan dengan bahan kimia/tawas

2)  Pengolahan air untuk minum


Implementasi Strategi STBM dalam Meningkatkan Akses Sanitasi Di Kecamatan Panongan 14

Pengolahan air minum di rumah tangga dilakukan untuk mendapatkan air dengan
kualitas air minum.
minum. Cara pengolahan yang disarankan, yaitu:
Air untuk minum harus diolah terlebih dahulu untuk menghilangkan kuman dan penyakit
melalui :
a)   Filtrasi (penyaringan), contoh : biosand  filter,
a)  filter, keramik filter, dan sebagainya.

b)
b)   Klorinasi, contoh : klorin cair, klorin tablet, dan sebagainya.
c)  Koagulasi dan flokulasi (penggumpalan), contoh : bubuk koagulan
c) 
d)   Desinfeksi, contoh : merebus, sodis (Solar
d) ( Solar Water Disinfection)
Disinfection )

3)  Wadah Penyimpanan Air Minum


Setelah pengolahan air, tahapan selanjutnya menyimpan air minum dengan aman
untuk keperluan sehari-hari, dengan cara:
- Wadah bertutup, berleher sempit, dan lebih baik dilengkapi dengan kran.

- Air minum sebaiknya disimpan di wadah pengolahannya.


- Air yang sudah diolah sebaiknya
sebaikn ya disimpan dalam tempat yang bersih dan selalu tertutup.
- Minum air dengan menggunakan gelas yang bersih dan kering atau tidak minum air
langsung mengenai mulut/wadah kran.

Implementasi Strategi STBM dalam Meningkatkan Akses Sanitasi Di Kecamatan Panongan 15

- Letakkan wadah penyimpanan air minum di tempat yang bersih dan sulit terjangkau oleh
 binatang.
- Wadah air minum dicuci setelah tiga hari atau saat air habis, gunakan air yang sudah diolah
sebagai air bilasan terakhir.
4)  Hal penting dalam PAMM-RT
- Cucilah tangan sebelum menangani air minum dan mengolah makanan siap santap.

- Mengolah air minum secukupnya sesuai dengan kebutuhan rumah tangga.


- Gunakan air yang sudah diolah untuk mencuci sayur dan buah siap santap serta untuk
mengolah makan siap santap.
- Tidak mencelupkan tangan ke dalam air yang sudah diolah menjadi air minum.
- Secara periodik meminta petugas kesehatan untuk melakukan pemeriksaan air guna
 pengujian laboratorium.

Baik Buruk

Implementasi Strategi STBM dalam Meningkatkan Akses Sanitasi Di Kecamatan Panongan 16

Buruk Baik
 b. Pengelolaan Makanan Rumah Tangga
Makanan harus dikelola dengan baik dan benar agar tidak menyebabkan gangguan
kesehatan dan bermanfaat bagi tubuh. Cara pengelolaan makanan yang baik yaitu dengan
menerapkan prinsip higiene dan sanitasi makanan. Pengelolaan makanan di rumah tangga,
walaupun dalam jumlah kecil atau skala rumah tangga juga harus menerapkan prinsip higiene
sanitasi makanan.

Prinsip higiene sanitasi makanan :


1)  Pemilihan bahan makanan
Pemilihan bahan makanan harus memperhatikan mutu dan kualitas serta memenuhi
 persyaratan yaitu untuk bahan makanan tidak dikemas harus dalam keadaan segar, tidak
 busuk, tidak rusak/berjamur, tidak mengandung bahan kimia berbahaya dan beracun serta
 berasal dari sumber yang resmi atau jelas.
Untuk bahan makanan dalam kemasan atau hasil pabrikan, mempunyai label dan
merek, komposisi jelas, terdaftar dan tidak kadaluwarsa.
2)  Penyimpanan bahan makanan
Menyimpan bahan makanan baik bahan makanan tidak dikemas maupun dalam
kemasan harus memperhatikan tempat penyimpanan, cara penyimpanan, waktu/lama
 penyimpanan dan
da n suhu penyimpanan. Selama berada da
dalam
lam penyimpanan harus terhindar dari

kemungkinan terjadinya kontaminasi oleh bakteri, serangga, tikus dan hewan lainnya serta
 bahan kimia berbahaya dan beracun. Bahan makanan yang disimpan lebih dulu atau masa
kadaluwarsanya lebih awal dimanfaatkan terlebih dahulu.

Implementasi Strategi STBM dalam Meningkatkan Akses Sanitasi Di Kecamatan Panongan 17

3)  Pengolahan makanan


Empat aspek
aspek higiene
higiene sanitasi
sanitasi makanan
makanan sangat
sangat mempengaruhi proses
proses pengolahan
pengolahan
makanan, oleh karena itu harus memenuhi persyaratan, yaitu :
-  Tempat pengolahan makanan atau dapur harus memenuhi persyaratan teknis higiene
sanitasi untuk mencegah risiko pencemaran terhadap makanan serta dapat mencegah
masuknya serangga, binatang pengerat, vektor dan hewan lainnya.
-  Peralatan yang digunakan harus tara pangan ( food grade)
grade ) yaitu aman dan tidak berbahaya
 bagi kesehatan (lapisan permukaan peralatan tidak larut dalam suasana asam/basa dan
tidak mengeluarkan bahan berbahaya dan beracun) serta peralatan harus utuh, tidak cacat,
tidak retak, tidak gompel dan mudah dibersihkan.
-  Bahan makanan memenuhi persyaratan dan diolah sesuai urutan prioritas Perlakukan
makanan hasil olahan sesuai persyaratan higiene dan sanitasi makanan, bebas cemaran
fisik, kimia dan bakteriologis.
b akteriologis.
-  Penjamah makanan/pengolah makanan berbadan sehat, tidak menderita penyakit menular
dan berperilaku hidup bersih dan sehat.
4)  Penyimpanan makanan matang

Penyimpanan makanan yang telah matang harus memperhatikan suhu, pewadahan,


tempat penyimpanan dan lama penyimpanan. Penyimpanan pada suhu yang tepat baik suhu
dingin, sangat dingin, beku maupun suhu hangat serta lama penyimpanan sangat
mempengaruhi kondisi dan cita rasa makanan matang.
5)  Pengangkutan makanan
Dalam pengangkutan baik bahan makanan maupun makanan matang harus
memperhatikan beberapa hal yaitu alat angkut yang digunakan, teknik/cara pengangkutan,
lama pengangkutan, dan petugas pengangkut. Hal ini untuk menghindari risiko terjadinya
 pencemaran baik fisik, kimia maupun bakteriologis.

6)  Penyajian makanan

Implementasi Strategi STBM dalam Meningkatkan Akses Sanitasi Di Kecamatan Panongan 18

Makanan dinyatakan laik santap apabila telah dilakukan uji organoleptik atau uji
 biologis atau uji laboratorium, hal ini dilakukan bila ada kecurigaan terhadap makanan
tersebut. Adapun yang dimaksud dengan:
-  Uji organoleptik yaitu memeriksa makanan dengan cara meneliti dan menggunakan 5
(lima) indera manusia yaitu dengan melihat (penampilan), meraba (tekstur, keempukan),
mencium (aroma), mendengar (bunyi misal telur) menjilat (rasa). Apabila secara
organoleptik baik maka makanan dinyatakan laik santap.
-  Uji biologis yaitu dengan memakan makanan secara sempurna dan apabila dalam waktu 2
(dua) jam tidak terjadi tanda-tanda kesakitan, makanan tersebut dinyatakan aman.
-  Uji laboratorium dilakukan untuk mengetahui tingkat cemaran makanan baik kimia
maupun mikroba. Untuk pemeriksaan ini diperlukan sampel makanan yang diambil
mengikuti standar/prosedur yang benar dan hasilnya dibandingkan dengan standar yang
telah baku.
Beberapa hal yang harus diperhatikan pada penyajian makanan yaitu tempat penyajian,
waktu penyajian, cara penyajian dan prinsip penyajian. Lamanya waktu tunggu makanan
mulai dari selesai proses pengolahan dan menjadi makanan matang
matang sampai dengan dis
disajikan
ajikan
dan dikonsumsi tidak boleh lebih dari 4 (empat) jam dan harus segera dihangatkan kembali
terutama makanan yang
yang mengandung protein tinggi, kecuali makanan yang
yang disajikan tetap
dalam keadaan suhu hangat. Hal ini untuk menghindari tumbuh dan berkembang biaknya
 bakteri pada makanan yang dapat menyebabkan gangguan pada
pa da kesehatan.

4.  Pengamanan Sampah Rumah Tangga

Implementasi Strategi STBM dalam Meningkatkan Akses Sanitasi Di Kecamatan Panongan 19

Tujuan Pengamanan Sampah Rumah Tangga adalah untuk menghindari penyimpanan


sampah dalam rumah dengan segera menangani sampah. Pengamanan sampah yang aman
adalah pengumpulan, pengangkutan, pemrosesan, pendaur-ulangan atau pembuangan dari
material sampah dengan cara yang tidak membahayakan kesehatan masyarakat dan
lingkungan.
Prinsip-prinsip dalam Pengamanan sampah:
a.   Reduce  yaitu mengurangi sampah dengan mengurangi pemakaian barang atau benda yang
tidak terlalu dibutuhkan. Contoh:
-  Mengurangi pemakaian kantong plastik.
-
  Mengatur dan merencanakan pembelian kebutuhan rumah tangga secara rutin misalnya
sekali sebulan atau sekali seminggu.
-  Mengutamakan membeli produk berwadah sehingga bisa diisi ulang.
-  Memperbaiki barang-barang yang rusak (jika masih
ma sih bisa diperbaiki).
-  Membeli produk atau barang yang tahan lama.
b.   Reuse
b.   Reuse   yaitu memanfaatkan barang yang sudah tidak terpakai tanpa mengubah bentuk.
Contoh:
-  Sampah rumah tangga yang bisa dimanfaatkan seperti koran bekas, kardus bekas,
kaleng susu, wadah sabun lulur, dan sebagainya. Barang-barang tersebut dapat
dimanfaatkan sebaik mungkin misalnya diolah menjadi tempat untuk menyimpan
tusuk gigi, perhiasan , dan sebagainya.
-  Memanfaatkan lembaran yang kosong pada kertas yang sudah digunakan,
memanfaatkan buku cetakan bekas untuk perpustakaan mini di rumah dan untuk
umum.
-  Menggunakan kembali kantong belanja untuk belanja berikutnya.
c.   Recycle
c.   Recycle yaitu
 yaitu mendaur ulang kembali barang
ba rang lama menjadi barang baru. Contoh:
-  Sampah organik bisa dimanfaatkan sebagai pupuk dengan cara pembuatan kompos
atau dengan pembuatan lubang biopori . 
-  Sampah anorganik bisa di daur ulang menjadi sesuatu yang bisa digunakan kembali,
contohnya mendaur ulang kertas yang tidak digunakan menjadi kertas kembali, botol
Implementasi Strategi STBM dalam Meningkatkan Akses Sanitasi Di Kecamatan Panongan 20

 plastik bisa menjadi tempat alat tulis, bungkus


bungkus plastik detergen atau susu bisa dijadikan
tas, dompet, dan sebagainya.
-  Sampah yang sudah dipilah dapat disetorkan ke bank sampah terdekat.
Konsepsi integrasi 3 R

SKALA INDIVIDU   SKALA. LINGKUNGAN   SKALA KOTA/


REGIONAL  
SUMBER  
SAMPAH  
Pemilahan  

Pengurangan    
Pengurangan / Pengurangan /   
/Penggunaan Pengolahan
Pengolahan (3R)   Pengolahan (3R)
Pengolahan  
Kembali/
Pendaur
Ulangan
      
(3 R)

Pengangkutan
 
 
Pen golahan
ngolahan
Pengumpulan    Akhir  

Kegiatan Pengamanan Sampah Rumah Tangga dapat dilakukan dengan :


-  sampah tidak boleh ada dalam rumah dan harus dibuang setiap hari
-   pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai dengan jenis, jumlah,
dan/atau sifat sampah.
-   pemilahan sampah dilakukan terhadap 2 (dua) jenis sampah, yaitu organik dan nonorganik.
Untuk itu perlu disediakan tempat sampah yang berbeda untuk setiap jenis sampah tersebut.

Tempat sampah harus tertutup rapat.


-   pengumpulan sampah dilakukan melalui pengambilan dan pemindahan sampah dari rumah
tangga ke tempat penampungan sementara atau tempat pengolahan sampah terpadu.
-  Sampah yang telah dikumpulkan di tempat penampungan sementara atau tempat pengolahan
sampah terpadu diangkut ke tempat pemrosesan akhir.
Implementasi Strategi STBM dalam Meningkatkan Akses Sanitasi Di Kecamatan Panongan 21

5.  Pengamanan Limbah Cair Rumah Tangga


Proses pengamanan limbah cair yang aman pada tingkat rumah tangga untuk
menghindari terjadinya genangan air limbah yang berpotensi menimbulkan penyakit berbasis
lingkungan. Untuk menyalurkan limbah cair rumah tangga diperlukan sarana
sarana berupa sumur
resapan dan saluran pembuangan air limbah rumah tangga. Limbah cair rumah tangga yang
 berupa tinja dan urine disalurkan ke tangki septik yang dilengkapi dengan sumur resapan.
Limbah cair rumah tangga yang berupa air bekas yang dihasilkan dari buangan dapur, kamar
mandi, dan sarana cuci tangan disalurkan ke saluran pembuangan air limbah.
Prinsip Pengamanan Limbah Cair Rumah Tangga
Ta ngga adalah:
a)  Air limbah kamar mandi dan dapur
da pur tidak boleh tercampur
dengan air dari jamban
 b)  Tidak boleh menjadi tempat perindukan vektor

c)  Tidak boleh menimbulkan bau


d)  Tidak boleh ada genangan yang menyebabkan lantai licin dan rawan kecelakaan
e)  Terhubung dengan saluran limbah umum/got atau sumur
resapan.
Implementasi Strategi STBM dalam Meningkatkan Akses Sanitasi Di Kecamatan Panongan 22

2.2.Strategi Sanitasi Total Berbasis Masyarkat


Pendekatan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat adalah pendekatan untuk mengubah
 perilaku higienis dan saniter melalui pemberdayaan masyarakat dengan cara pemicuan.

Pendekatan partisipatif ini mengajak masyarakat untuk mengalisa kondisi sanitasi melalui
 proses pemicuan yang menyerang/menimbulkan rasa ngeri dan malu kepada masyarakat
tentang pencemaran lingkungan akibat BABS
Sedangkan dasar pelaksanaan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat adalah Permenkes
 Nomor 3 Tahun 2014. Sanitasi Total
T otal Berbasis Masyarakat (STBM) sebagai strategi na
nasional.
sional.
Strategi ini pada dasarnya dilaksanakan dalam rangka memperkuat upaya pembudayaan hidup
 bersih dan sehat, mencegah 
mencegah  penyebaran 
penyebaran  penyakit
 penyakit berbasis lingkungan, meningkatkan
kemampuan masyarakat, serta mengimplementasikan komitmen Pemerintah untuk
meningkatkan akses air minum dan sanitasi dasar yang berkesinambungan.
Strategi penyelenggaraan STBM meliputi 3 (tiga) komponen yang saling mendukung
satu dengan yang lain yaitu penciptaan lingkungan yang kondusif, peningkatan kebutuhan
sanitasi, dan peningkatan penyediaan akses sanitasi. Apabila salah satu dari komponen STBM
tersebut tidak ada maka proses pencapaian 5 (lima) Pilar STBM tidak maksimal.

1.  Penciptaan Lingkungan yang Kondusif


Komponen ini mencakup advokasi kepada Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan
 pemangku kepentingan dalam mengembangkan komitmen bersama untuk

Implementasi Strategi STBM dalam Meningkatkan Akses Sanitasi Di Kecamatan Panongan 23


 

melembagakan program pembangunan sanitasi perdesaan, yang diharapkan akan


menghasilkan:
a.  Komitmen Pemerintah Daerah untuk menyediakan sumber daya untuk

melaksanakan program STBM yang dinyatakan dalam surat kepeminatan.


 b.  Kebijakan daerah dan peraturan daerah mengenai program sanitasi seperti
Keputusan Bupati, peraturan daerah, Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah (RPJMD), Rencana Strategis (Renstra), dan lain-lain.
lain -lain.
c.  Terbentuknya lembaga koordinasi yang mengarusutamakan sektor sanitasi, yang
menghasilkan peningkatan anggaran sanitasi daerah serta koordinasi sumber daya
dari Pemerintah maupun non Pemerintah.
d.  Adanya tenaga fasilitator, pelatih STBM, dan program peningkatan kapasitas.
e.  Adanya sistem pemantauan hasil kinerja program serta proses pengelolaan
 pembelajaran.

2.  Peningkatan Kebutuhan Sanitasi


Komponen Peningkatan kebutuhan sanitasi merupakan upaya sistematis untuk
mendapatkan perubahan perilaku yang higienis dan saniter, berupa:
a.  Pemicuan perubahan perilaku;
 b.  Promosi dan kampanye perubahan perilaku higiene dan sanitasi;
c.  Penyampaian pesan melalui media massa dan media komunikasi lainnya;
d.  Mengembangkan komitmen masyarakat dalam perubahan perilaku;
e.  Memfasilitasi terbentuknya tim kerja masyarakat; dan
f.  Mengembangkan mekanisme penghargaan terhadap masyarakat/institusi.

3.  Peningkatan Penyediaan Akses Sanitasi


Peningkatan penyediaan sanitasi secara khusus diprioritaskan untuk
meningkatkan dan mengembangkan percepatan penyediaan akses dan layanan sanitasi

Implementasi Strategi STBM dalam Meningkatkan Akses Sanitasi Di Kecamatan Panongan 24

 
yang layak dalam rangka membuka dan mengembangkan pasar sanitasi perdesaan,
yaitu :
a.  Mengembangkan opsi teknologi sarana sanitasi yang sesuai kebutuhan dan
terjangkau;

 b.  Menciptakan dan memperkuat jejaring pasar sanitasi perdesaan; dan


c.  Mengembangkan mekanisme peningkatan kapasitas pelaku pasar sanitasi.
Apabila salah satu dari komponen STBM tersebut tidak ada maka proses pencapaian 5
(lima) Pilar STBM tidak maksimal. Tiga strategi ini disebut Komponen Sanitasi Total.

Implementasi Strategi STBM dalam Meningkatkan Akses Sanitasi Di Kecamatan Panongan 25

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Gambaran Umum Puskesmas Panongan


3.1.1 Kondisi Fisik dan Wilayah Puskesmas Panongan
Kecamatan Panongan masih merupakan merupakan salah satu Kecamatan yang ada
diwilayah Kabupaten Tangerang yang merupakan daerah Pertanian yang sebagian sudah
dijadikan daerah perumahan dan perindustrian dengan Luas Wilayah Kecamatan Panongan ±
2
34,93 KM  
Adapun Batas – 
Batas –  batas
 batas wilayah kerja Puskesmas Panongan Kecamatan Panongan sbb:
a.  Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Cikupa
 b.  Sebelah Timur berbatasan dengan kecamatan Curug
c.  Sebelah Barat berbatasan dengan kecamatan Tigaraksa
d.  Sebelah Selatan berbatasan dengan kecamatan Legok

Wilayah kerjanya terdiri dari 8 Pemerintahan Desa terdiri dari 1 Kelurahan dan 7 Desa
di Kecamatan Panongan, yaitu : Desa Ranca Iyuh, Kelurahan Mekar Bakti, Desa Ranca
Kalapa, Desa Peusar, Desa Serdang Kulon, Desa Mekar Jaya, Desa Ciakar dan Desa
Panongan yang merupakan Ibu Kota Kecamatan yang terdiri dari 48 Dusun, 75 RW dan
 jumlah 321 RT dan 27.777 Kepala Keluarga
Letak strategis Puskesmas Panongan adalah daerah pemukiman penduduk
(perumahan), berada di Desa Panongan Jalan Raya Panongan RT 001 RW 02, waktu tempuh
 jangakauan pelayanan Puskesmas ke Desa terjauh selama 30 menit, dengan alat transportasi
yang umum digunakan yaitu sepeda motor.

Implementasi Strategi STBM dalam Meningkatkan Akses Sanitasi Di Kecamatan Panongan 26

Peta Wilayah Puskesmas Kecamatan Panongan


3.1.2 Kependudukan
Jumlah penduduk wilayah kerja Puskesmas Panongan pada Tahun 2017 adalah 121.778 jiwa,
yang terdiri dari 62,656 jiwa laki-laki, dan 58.512 jiwa perempuan. Penyebaran penduduk
tidak merata, bervariasi tiap wilayah desa. Untuk lebih jelasnya lihat table 3.1

Implementasi Strategi STBM dalam Meningkatkan Akses Sanitasi Di Kecamatan Panongan 27

TABEL.3.1
JUMLAH PENDUDUK PER DESA

PENDUDUK
DESA /
NO JUMLAH
KEL LAKI - LAKI PEREMPUAN

1 Peusar 4.901 4.582 9.483


Mekar
2 12.553 12.206 24.759
Bakti
3 Ciakar 20.381 18.282 38.663
4 Panongan 8.774 8.314 17.088

Ranca
5 3.359 3.101 6.460
Kalapa
Ranca
6 5.542 5.388 10.930
Iyuh
Serdang
7 3.752 3.785 7.537
Kulon
Mekar
8 3.794 3.064 6.858
Jaya
Puskesmas sebagai unit pelayanan kesehatan dasar dan ujung tombak bagi
 pelayanan kesehatan terhadap masyarakat, melakukan
me lakukan sebagian tugas Dinas Kesehatan di
 bidang Pencegahan dan pemberantasan penyakit, Pengobatan dan perawatan,
 pengembangan kesehatan dan penunjang kesehatan.
kesehatan .
Sesuai Peraturan Bupati Tangerang nomor 85 Tahun 2006, maka program yang
dilakukan di Puskesmas Panongan,yaitu program kesehatan wajib Puskesmas, program
kesehatan pengembangan wajib & pilihan, serta pelayanan penunjang dari setiap program
kesehatan wajib
wajib dan program
program kesehatan pengembangan. Adapun program  –   program
tersebut sebagai berikut :
1. Program Kesehatan Wajib :

a.  Promosi Kesehatan


 b.  Penyehatan Lingkungan
c.  Kesehatan Ibu dan Anak serta KB
d.  Perbaikan Gizi masyarakat
Implementasi Strategi STBM dalam Meningkatkan Akses Sanitasi Di Kecamatan Panongan 28

e.  Pencegahan Penyakit Menular


f.  Pengobatan
2. Program Pengembangan Wajib :
a.  Lansia
 b.  Remaja dan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)
c.  Kesehatan Mata dan Telinga
d.  Kesehatan Kerja dan Olahraga

3. Program Pengembangan Pilihan :


a.  Laboratorium Sederhana
 b.  Usaha Kesehatan Gigi Masyarakat Desa
Jumlah pegawai di Puskesmas Panongan pada tahun 2017 adalah sebanyak 35 orang dari
 berbagai profesi
p rofesi antara lain dokter umum, dokter gigi,
gigi , perawat,
pera wat, bidan, ahli gizi, sanitarian
dan tenaga administrasi. Dari 35 orang pegawai Puskesmas Panongan 20 orang sudah
PNS, 11 orang tenaga PTT dan 4 orang adalah tenaga honorer. Dilihat dari kebutuhannya
Puskesmas Panongan belum cukup memiliki tenaga medis, mengingat besar dan luas nya
wilayah kerja serta
serta banyak nya jumlah penduduk, selain itu dibutuhkan tenag
tenagaa farmasi,
dan analis kesehatan.

Tabel 3.2
Data Kepegawaian Puskesmas Panongan Tahun 2017

Implementasi Strategi STBM dalam Meningkatkan Akses Sanitasi Di Kecamatan Panongan 29

No SDM 2014 2015 2016 2017


A. Tenaga Kesehatan
1 Dokter umum 2 2 2 1
2 Dokter Gigi 2 2 2 3
3 Perawat 3 3 3 3
4 Bidan 15 15 15 16
5 Tenaga Kes Mas 0 0 0 0
6 Tenaga Kesling 1 1 1 1
7 Tenaga Laboratorium 0 0 0 0
8 Tenaga Gizi 1 1 1 1
9 Tenaga Kefarmasian 0 0 0 0
Jumlah A 23 23 23 26
B.Tenaga Non Kesehatan
10 Tenaga Administrasi 3 3 3 3
11 Pekarya 0 0 0 0
12 Tenaga Satuan Pengamanan 3 3 3 3
13 Sopir 1 1 1 1
14 Tenaga Cleaning Service 2 2 2 3
Jumlah B 9 9 9 9
Total 32 32 32 35
SARANA PRASARANA
Puskesmas Panongan sebagai puskesmas utama yang ada di wilayah Kecamatan

Panongan, disamping itu terdapat 2 puskesmas pembantu yang terletak di Kelurahan Mekar
Bakti dan Desa Ranca Iyuh serta memiliki 13 Posbindu yang tersebar di 7 Desa dan 1
Kelurahan di Wilayah Puskesmas Panongan.
Adapun sarana dan prasarana yang ada di Puskesmas Panongan adalah sebagai berikut
a.  Ruang Kepala Puskesmas 1 ruang
 b.  Ruang BP Umum 1 ruang
c.  Ruang BP Gigi 1 ruang
d.  Ruang KIA /KB 1 ruang
e.  Ruang BP Anak ( MTBS ) 1 ruang

f.  Ruang Loket pasien umum 1 ruang


g.  Ruang Apotik 1 ruang

Implementasi Strategi STBM dalam Meningkatkan Akses Sanitasi Di Kecamatan Panongan 30

h.  Ruang Klinik TB 1 ruang


i.  Ruang TU 1 ruang
 j.  Ruang Staff 1 ruang
k.  Ruang Konseling 1 ruang
l.  Ruang Dokter 1 ruang
m.  Laboratorium 1ruang
n.  Ruang Gudang vaksin 1 ruang
o.  Ruang Gudang Obat 1 ruang
 p.  Ruang Laboratorium sederhana 1 ruang
q.  Ruang Komputer 1 ruang
r.  Mushola 1 ruang
s.  WC 3 ruang
Gedung Puskesmas Pembantu (Pustu)
- Gedung Pustu terletak di Kelurahan
Kelurahan Mekar Bakti Terdiri dari :
a.  Ruang Loket 1 ruang
 b.  Ruang Periksa 1 ruang
c.  WC 1 ruang
d.  Kamar Petugas 1 ruang
-  Gedung Pustu Desa Ranca Iyuh, Terdiri dari
a.  Ruang Loket 1 ruang
 b.  Ruang Periksa 1 ruang
c.  WC 1 ruang
d.  Kamar petugas 3 ruang
Posyandu
Posyandu yang ada di wilayah Puskesmas Panongan berjumlah 91 posyandu, terletak
di
a.  Desa Panongan 12 posyandu
 b.  Desa Serdang Kulon 11 posyandu
c.  Desa Ranca Iyuh 11 posyandu

Implementasi Strategi STBM dalam Meningkatkan Akses Sanitasi Di Kecamatan Panongan 31

d.  Desa Ranca Kalapa 7 posyandu


e.  Desa Mekar Jaya 8 posyandu
f.  Desa Ciakar 19 posyandu
g.  Desa Peusar 10 posyandu
h.  Kelurahan Mekar Bakti 13 psoyandu
Dilihat dari kebutuhannya jumlah Posyandu yang ada saat ini belum mencukupi untuk
semua desa yang ada di wilayah Kecamatan Panongan. Ada wilayah yang lokasinya cukup
 jauh dengan Posyandu yang ada, sehingga perlu dilakukan penambahan dari jumlah dan
 peningkatan strataPosyandu yang ada saat ini.
Disamping itu, masih kurangnya jumlah kader dan kurangnya kesadaran masyarakat
untuk memanfaatkan posyandu, membuat kegiatan posyandu kurang optimal.

3.1.3 Kondisi Sosial Ekonomi


  Tingkat Pendapatan
Berdasarkan data Kecamatan Panongan tahun 2017, mata pencaharian penduduk di
wilayah Kecamatan Panongan sebagian besar dari jumlah penduduk usia produktif adalah
 petani, kemudian pedagang dan usaha jasa lainnya. Dengan tingkat pendapatan yang
 bevariasi.
Pertumbuhan usaha properti di wilayah Kecamatan Panongan berdampak pada jenis
 pekerjaan penduduknya.Sangat dimungkinkan jumlah penduduk yang bermata pencaharian
 petani akan cepat menurun apabila tidak dikendalikan dengan
de ngan baik dikarenakan berkurangnya
lahan pertanian.

  Tingkat Pendidikan 
Pendidikan juga merupakan hal yang sangat berpengaruh dalam meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat. Apabila tingkat pendidikan suatu wilayah tinggi maka masyarakatnya
tentu akan lebih mengerti dan memahami masalah - masalah kesehatan dan tentang bagaimana

Implementasi Strategi STBM dalam Meningkatkan Akses Sanitasi Di Kecamatan Panongan 32

cara berprilaku hidup bersih dan sehat serta


serta pastinya akan lebih
lebih waspada terhadap masalah-

masalah yang dapat mempengaruhi kesehatan.

Tabel 3.2
DATA JUMLAH SEKOLAH YANG ADA DI WILAYAH PUSKESMAS
PANONGAN

TAHUN
NO URAIAN
2015 2016 2017

1 Jumlah SD/MI 40 40 42

2 Jumlah SMP 16 17 17

3 Jumlah SMA 9 9 9

3.2 PELAKSANAAN STRATEGI STBM DI WILAYAH PUSKESMAS PANONGAN


3.2.1  ENABLING ENVIRONMENT   DALAM PELAKSANAAN STBM DI
PUSKESMAS PANONGAN
Membangun suatu sistem sanitasi di pedesaan tidaklah mudah, banyak individu dan
lembaga yang terlibat, belum lagi berbagai variasi program dan pendekatan yang digunakan.
Pelaksanaan STBM menggunakan pendekatan yang bertujuan merubah perilaku sanitasi dan
higiene, yang pada gilirannya akan melahirkan kebutuhan akan sarana sanitasi. Untuk
merubah perilaku diperlukan upaya jangka panjang oleh masyarakat itu sendiri, dengan
didukung oleh lingkungan yang mendukung (enabling
( enabling environment ). 
). 
Kegiatan pemicuan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang sudah
mencangkup hampir seluruh desa di wilayah Kabupaten Tanegrang telah terpicu atau terpapar
oleh Sanitasi Total Berbasis Masyarakat Untuk kegiatan pemicuan STBM di wilayah
Puskesmas Panongan dimulai pada bulan Oktober 2014  Puskesmas Panongan, Dinas
Kesehatan Kabupaten Tangerang Mengadakan Sosialisasi Sanitasi Total Berbasis Masyarakat

Implementasi Strategi STBM dalam Meningkatkan Akses Sanitasi Di Kecamatan Panongan 33

(STBM) di Kecamatan Panongan yang diikuti oleh kader PKK Kecamatan Panongan, selain
itu Petugas Kesehatan Lingkungan yang di dampingi oleh Kepala Puskesmas Panongan dr.

Secunda Suswanti melakukan advokasi ke Camat Panongan, Ibu Prima Saras Puspa SH,
MM  Dengan harapan agar program ini memperoleh dukungan dari MUSPIKA Kecamatan
Panongan.
Pada bulan Januari 2015 setelah dilakukannya sosialiasi dan advokasi serta
 pengenalan program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat kepada Camat di Kecamatan
Panongan, maka sebagai tindak lanjut kegiatan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat ini
diadakan pelatihan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat khususnya untuk pilar pertama yaitu
Stop BABS dilaksanakan di Desa Serdang Kulon .
Pelatihan Sanitasi Total Berbasis Mayarakat bagi Desa Serdang Kulon ini merupakan

Pilot Project pelaksanaan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat di Wilayah Kecamatan


Panongan. Peserta dalam pelatihan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat ini terdiri dari kader
kesehatan desa Serdang Kulon, Bidan Desa, ibu-ibu PKK dan Tokoh Masyarakat. Dalam
 pelatihan ini fasilitator memberikan materi mengenai apa itu STBM, apa yang m embedakan
metode pemicuan dengan penyuluhan adalah dimana dalam memicu masyarakat tidak
diberikan bantuan apapun, semua hasil dari pemberdayaan masyarakat, masyarakat yang
menjadi pemimpin, tugas dari tim pemicu hanya menimbulkan rasa jijik, rasa malu dan rasa
takut sakit untuk buang air besar sembarangan, sehingga timbul rasa membutuhkan WC dari
masyarakat itu sendiri dan terpicu untuk segera membangun WC.
Dengan menerapkan metode pemberdayaan masyarakat WC tersebut dibangun oleh
masyarakat itu sendiri sehingga akan timbul rasa memiliki dan rasa butuh dengan harapan
masyarakat menggunakan WC karena sudah terjadi perubahan perilaku masyarakat untuk
tidak lagi buang air besar sembarangan. Fasilitator juga berbagi pengalaman dalam hal
 pemicuan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat yang telah dilakukan di daerah lain, apa kendala
kend ala
yang biasa ditemukan dimasyarakat dan apa kiat-kiat agar pemicuan Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat berhasil dan dapat diterapkan di Kecamatan Panongan, Desa Serdang Kulon.
Implementasi Strategi STBM dalam Meningkatkan Akses Sanitasi Di Kecamatan Panongan 34

Menindaklanjuti adanya kegiatan Sosialiasi dan Pemicuan Sanitasi Total Berbasis


Masyarakat di Desa Serdang Kulon ini, maka Dinas Kesehatan mengundang tim fasilitator
STBM desa serdang kulon yang berjumlah 5 orang untuk mengikuti pendalaman materi
tentang Sanitasi Total Berbasis Masyakat di Puskesmas Balaraja yang diadakan oleh Tim

Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang sebagai tim fasilitatornya,


dimana 5 orang ini adalah cikal bakal terbentuknya kelompok swadaya masyarakat Bina
Hidup Sejahtera sebagai wadah yang berperan dalam hal penerapan strategi Supply
 Improvement  di
 di strategi sanitasi.
.2  DEMAND CREATION DALAM PELAKSANAAN STBM DI PUSKESMAS
 3.2.2
 3.2
PANONGAN
Sebagai tindak lanjut kegiatan pelatihan STBM ini maka pada bulan Maret  2015
terdapat kegiatan pemicuan langsung ke masyarakat, dalam hal ini di pilihlah Kp Cibango Rt
13 Rw 06, pemilihan kp Cibango ini karena pada Kp Cibango ini masih terdapat warganya

yang DOLBON   (Modol/ BAB Sembarangan di kebon),   DOLPANG   (Modol/ BAB


Sembarangan di empang). Kader akan diajak turun ke lapangan yang telah ditentukan oleh
Sanitarian dimana masyarakatnya belum memiliki WC/ masih BAB Sembarangan. Disini lah
akan terlihat seperti apa pemicuan STBM dimana tiap kader mempunyai peran masing-
masing, ada yang ditunjuk sebagai fasilitator, penjaga situasi, menyiapkan alat-alat untuk
 pemetan dan ada
a da yang mencatat hasil dari masyarakat yang terpicu. Kerjasama tim dalam
d alam hal
ini sangat dibutuhkan. Setelah ada masyarakat yang terpicu mereka diminta untuk membuat
komitmen kapan akan mulai membangun dan kapan rencana selesai pekerjaan. Semua

Implementasi Strategi STBM dalam Meningkatkan Akses Sanitasi Di Kecamatan Panongan 35

 
direncanakan dan ditentukan oleh masyarakat itu sendiri mulai dari bentuk dan lokasi WC.
Monitoring rutin selanjutnya juga dilaksanakan oleh petugas sanitarian di wilayah Puskesmas
Panongan kerja masing-masing.

Kegiatan Pemicuan STBM Kp Cibango Desa Serdang Kulon

Pemetaan kondisi sanitasi wilayah Kp Cibango Desa Serdang Kulon

Implementasi Strategi STBM dalam Meningkatkan Akses Sanitasi Di Kecamatan Panongan 36

 
Kegiatan pemicuan ini bertujuan sebagai demand creation 
creation  atau menciptakan
kebutuhan bagi masyarakat bahwa pentingnya WC bagi kesehatan. Kendala muncul ketika
Masyarakat yang telah membuat komitmen untuk membangun WC namun kesulitan dalam
 pembiayaan, oleh sebab itu harus tetap didampingi, dilakukan pengawasan oleh tim pemicu
yang telah melakukan pemicuan secara berkesinambungan seperti bidan desa, sanitarian
Puskesmas.
Salah satu penghambat dalam upaya perbaikan sanitasi adalah masalah pendanaan,
orang tidak mau membuat WC karena berfikir bahwa membangun WC itu mahal. Pemikiran
tersebut sebenarnya tidak benar, apalagi jika memikirkan akibat dari tidak memiliki sanitasi
yang layak ( misalnya biaya perawatan kesehatan yang lebih mahal), tidak masuk sekolah atau
kerja behari  –   hari, penurunan nilai jual rumah dan lain  –   lain. Meskipun demikian sanitasi

yang layak memang memerlukan biaya yang harus di investasikan. Kondisi seperti ini tidak
 boleh di diamkan dan harus dicarikan solusinya . Hal ini dilakukan agar masyarakat merasa
diperhatikan dan dihargai hasil kerjanya sehingga masyarakat tetap semangat dan masyarakat
yang sebelumnya tidak terpicu timbul rasa malu dan ikut membangun WC seperti warga desa
lainnya. Setiap masyarakat mempunyai karakteristik yang berbeda sehingga pendekatan
terhadap masyarakat harus disesuaikan dengan kondisi masyarakat itu sendiri.

Implementasi Strategi STBM dalam Meningkatkan Akses Sanitasi Di Kecamatan Panongan 37

3.2.3   SUP
 SUPPL
PL Y I M PR OVE ME NT  DALAM
  DALAM PELAKSANAAN STBM DI KECAMATAN
PANONGAN
Kegiatan pemicuan adalah suatu metode untuk menimbulkan demand / kebutuhan akan
WC yang sehat bagi masyarakat, kegiatan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat ini tidak hanya
sampai penciptaan demand / kebutuhan akan sarana sanitasi tapi juga menfasilitasi warga yang

sudah terpicu, agar melaksanakan niatnya untuk membuat WC, permasalahan klasiknya
adalah “Dana”. 
“Dana”. 
Kondsi seperti inilah yang lazim di temui ketika melaksanakan kegiatan Sanitasi Total
Berbasis Masyarakat dan ini yang sering menjadi kendala sehingga kegiatan STBM ini gagal
dalam meningkatkan akses sanitasi. Oleh sebab itu perlu adanya solusi atau strategi yang
dapat di terapkan sehingga warga yang sudah terpicu membuat wc dapat merealisasikannya
keinginannya, upaya yang dilakukan dalam menerapan strategi  supply improvement , adalah
membentuk suatu wadah yang bergerak dalam menyediakan sarana sanitasi, dimana wadah
tersebut dapat menyediakan sarana sanitasi bagi masyarakat yang ingin membutuhkan namun
terkendala biaya.
 Problem solved , masalah terpecahkan maka dibentuklah wadah untuk menerapkan
strategi  supply improvement   dengan nama Kelompok Swadaya Masyarakat Bina Hidup
Sejahtera (KSM BHS) dimana KSM BHS bergerak di bidang pembiayaan sanitasi dan
menampung warga yang ingin membuat WC.
Sebagai wadah yang bergerak dalam hal pembiayaan kredit sanitasi, tentu perlu
adanya suatu legalitas dalam pengelolaanya, maka dibuatkanlah SK Camat dengan Nomor
660.2/ 07  –   Kep/ Kec Png/ 2015 tentang Pembentukan Kelompok Swadaya Masyarakat
(KSM) Sanitasi “Bina Hidup Sejahtera” sebagai dasar legalitas KSM, namun sejalan dalam
kepengurusan legalitas ini di temukan hambatan – 
hambatan  –  hambatan
 hambatan terutama saat kepengurusan Akte
 Notaris pendirian Kelompok Swadaya Masyarakat di Notaris, dimana nama “Bina Hidup
Sejahtera” ini
ini sudah terlalu banyak yang menggunakan, sampai akhirnya KSM Bina Hidup
Sejahtera bersepakat merubah nama menjadi KSM Serdang kulon Sehat Persada” dengan
Berita Acara Perubahan Nomor 660.2/ 215/ Kec Png/ 2017 yang di tandatangani oleh Camat
Panongan sampai akhirnya pada tahun 2018 ini KSM Bina Hidup Sejahtera sudah memiliki

Implementasi Strategi STBM dalam Meningkatkan Akses Sanitasi Di Kecamatan Panongan 38

legalitas di Notaris untuk Akte pendirian KSM Serdang kulon Sehat Persada, Nomor 08,-
tanggal 24 Februari 2018, harapan kami kedepan KSM ini dapat berdiri mandiri sebagai CV.

3.2.3.1 K redit
redit Air dan Sanitasi untuk Rakyat “KASUR” 
“KASUR”  
Merupakan kegiatan pemberian kredit kepada warga masyarakat yang sudah terpicu
ingin membuat WC namun terkendala biaya, dimana warga masyarakat dapat mencicil biaya
 pembuatan sarana sesuai dengan kesepakatan yang telah dibuat bersama antara pemberi kredit
(KSM) dan penerima kredit (nasabah)
Modal awal KWS BHS/ SSP ini adalah dari Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang
untuk pembangunan 1 buah WC, kegiatan fisik pertama kali KSM BHS adalah membuat WC
 berstandar SNI di rumah ibu Piong yang sudah terpicu dan ingin berubah untuk tidak BAB
Sembarangan lagi, melihat banyaknya warga yang terpicu dan ingin berubah maka kepala
desa Serdang Kulon memberikan bantuan pinjaman modal sebesar Rp 5.000.000 yang
dikelola sebagai dana berputar untuk kegiatan pembangunan WC.

Pembangunan Pertama Septik tank ber standar SNI oleh Kelompok Wirausaha Sanitasi
BHS/ SSP desa Serdang Kulon Kecamatan Panongan

Implementasi Strategi STBM dalam Meningkatkan Akses Sanitasi Di Kecamatan Panongan 39

Dari modal awal tersebut maka sudah dibangun sebanyak 2 buah WC keluarga,
kemudian adanya kerja sama antara KSM BHS dengan USAID/ IUWASH untuk pembuatan
WC keluarga tipe 1 lubang, kerja sama ini meliputi Bimbingan Teknis Pembuatan Septik tank
model 1 lubang dan pemberian bantuan material untuk pembuatan 5 buah septik tank ber
standar SNI, pemberian bantuan ini bukanya Cuma  –   Cuma tetapi dari pihak USAID/
IUWASH meminta komitmen kepada KSM BHS agar bantuan material untuk pembuatan WC
ini tidak hanya jadi 5 septik tank tapi di jadikan dana bergulir agar terjadi replikasi dan
 peningkatan akses sanitasi di Kp Cibango pada khususnya dan desa Serdang Kulon Pada
Umumnya.

Anda mungkin juga menyukai