Disusun Oleh:
Adithyar Rachman, ST
Nip 19860909 201101 1 003
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya semoga kita senantiasa berada dalam lindungan-Nya. sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat waktu. Shalawat serta salam semoga
senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi Besar Muhammad SAW beserta seluruh
keluarga dan sahabatnya yang selalu eksis membantu perjuangan beliau dalam menegakkan
Dinullah di muka bumi ini.
Makalah ini berjudul “ Implementasi Stategi STBM Dalam Meningkatkan Akses
Sanitasi di Kecamatan Panongan”.
Panongan”. Penyusunan makalah ini adalah merupakan salah satu
syarat dalam penilaian Tenaga Kesehatan Teladan Tahun 2018 Dinas Kesehatan Kabupaten
Tangerang.
Dalam penulisan makalah ini, tentunya banyak pihak yang telah memberikan bantuan
baik moril maupun materil. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan
men yampaikan ucapan terima
terimakasih
kasih
yang tiada hingganya kepada :
1. Kepala Bidang Kesehatan
Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten
Kabupaten Tangerang.
2. Kepala Seksi Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Kerja dan Olahraga Dinas
Kesehatan Kabupaten Tangerang.
3. Ibu Prima Saras Puspa, SH, MM Selaku Camat Panongan yang telah mensupport
pelaksanaan kegiatan STBM di Kecamatan Panongan
Panongan
4. Kepala Puskesmas Panongan drg Farah Segeir beserta staff
sta ff
5. Kepala Desa Serdang Kulon Bapak Sukarna, S.Sos
kekurangan, sehingga penulis sangat mengharapkan masukan dan saran, kritikan yang
bersifat membangun guna kesempurnaan makalah ini.
ii
Proses penyusunan makalah ini, penulis tidak terlepas dari berbagai rintangan, mulai
dari pengumpulan literatur, pengumpulan data maupun dalam tahap penulisan. Namun
dengan kesabaran dan ketekunan yang dilandasi dengan rasa tanggung jawab keilmuan dan
juga bantuan dari berbagai pihak, baik material maupun moril.
Akhirnya, makalah ini selesai semoga dapat berguna dan bermanfaat, bagi penulis
maupun pada orang lain/instansi yang terkait, Insya Allah. Semoga Allah swt memberikan
karunia-Nya kepada Bapak, Ibu serta Saudara (i) atas segala bantuannya kepada Penulis,
Amien, Ya Rabbal Alamin.
Panongan, 19 Maret 2018
Adithyar Rachman, ST
Nip 19860909 201101 1 003
iii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………...
Belakang…………………………………………………………... 1
1.2 Masalah…………………………………………………………………...
Masalah…………………………………………………………………... 3
1.3 Tujuan…………………………………………………………………….
Tujuan……………………………………………………………………. 3
“KASUR”………………….
“KASUR”………………….
3.2.3.2 Kegiatan
Kegiatan Pembuatan Bibir Sumur……………………….......….....
Sumur……………………….......…..... 43
3.2.3.3 Kegiatan Seribu Sarana Sanitasi “SERASI”………………………
“SERASI”……………………… 44
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan………………………………………………………………
Kesimpulan……………………………………………………………… 46
4.2 Saran…………………………………………………………………......
Saran…………………………………………………………………...... 47
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Saat ini Indonesia masih menghadapi tantangan untuk menuntaskan target Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 yang menetapkan tarcapainya
akses universal 100% air minum, 0% pemukiman kumuh dan 100% stop bebas buang air
besar sembarangan (SBS).
Berdasarkan data yang dirilis oleh sekretariat STBM, hingga 2017 dari 284, 03 juta
jiwa penduduk Indonesia sebanyak 62,66 juta diantaranya masih melakukan praktik buang air
besar sembarangan dan kerugian di sector kesehatan akibat
ak ibat kondisi sanitasi yang bu
buruk
ruk adalah
sebesar 29 T. Oleh sebab itu diperlukan percepatan untuk mencapai target Indonesia stop
buang air besar sembarangan (SBS) pada tahun 2019.
Untuk dapat mencapi tujuan tersebut, strategi penyelenggaraan STBM fokus pada
penciptaan lingkungan yang kondusif (enabling
( enabling environment ),
), peningkatan kebutuhan sanitasi
(demand creation)
creation) serta peningkatan penyediaan akses sanitasi ( supply improvement ))..
Kabupaten Tangerang dengan jumlah penduduk terbesar di provinsi Banten ±
3.140.473 jiwa (±26,26% penduduk Banten ) memiliki permasalahan yang sangat kompleks
dalam bidang sanitasi. Berdasarkan hasil studi EHRA (Environment Health Risk Assesment)
tahun 2012 terdapat 24 desa dengan status resiko sanitasi sangat
sangat tinggi dan 50 desa dengan
tingkat resiko tinggi
tinggi sanitasi dari 274 desa, bahkan belum ada satu
satu desapun yang bebas dari
buang air besar sembarangan. Risiko sanitasi diartikan sebagai terjadinya penurunan
pe nurunan kualitas
hidup, kesehatan dan lingkungan akibat rendahnya akses terhadap layanan sektor sanitasi dan
rendahnya perilaku higiene dan sanitasi. Dari hasil studi tersebut didapatkan bahwa 33,4%
tempat buang air besar adalah di tempat terbuka (sawah, sungai, kebun, saluran air, kolam)
atau dapat diartikan keluarga yang memiliki wc keluarga maupun bisa menjangkau wc umum
sebesar 66,6%. Dari jumlah tersebut yang buangan akhir tinja menggunakan tanki septik baru
39,8%, sedangkan sisanya dialirkan begitu saja ke tempat terbuka (saluran air, sungai, kebun,
sawah), adapun perilaku masyarakat buang air besar sembarangan 88,9%. Dari angka tersebut
nampak bahwa adanya sarana wc di rumah atau di dekat rumah tidak menjamin masyarakat
untuk berperilaku sehat dengan buang air besar di wc. Penderita penyakit diare terbanyak
33,4% pada kaum perempuan dan 28,4% diderita olah anak balita. Kedua kelompok tersebut
mengembangkan teknik pendekatan perilaku hidup bersih dan sehat, yaitu dengan pendekatan
Community Led Total Sanitation(CLTS)
Sanitation(CLTS) atau istilah lain adalah Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat (STBM). Pendekatan STBM ini menitikberatkan kepada fasilitasi atas suatu
proses untuk menyemangati
me nyemangati serta memberdayakan masyarakat setempat untuk tidak
tida k buang air
besar di tempat terbuka serta membangun dan menggunakan WC atas
ata s kemauan
ke mauan sendiri tanp a
subsidi dari luar. Melalui pendekatan STBM anggota masyarakat diajak menganalisis
menganalisis
masalah sekaligus mencari solusinya sendiri.
.
1.2 Masalah
1. Masih rendahnya kesadaran masyarakat akan pentingnya sanitasi yang layak bagi
kesehatan.
2. Pendekatan STBM yang masih pada sector demand creation
creation
3. Pola perilaku masyarakat yang terbiasa untuk Buang Air Besar Sembarangan (di
empang dan kebon)
1.3 Tujuan
a. Tujuan Umum
Meningkatkan peran serta Muspika (Camat, Danramil, Kepala Desa) dalam
menciptakan kondisi di lingkungan yang kondusif (enabling
(enabling environment ),
), petugas
kesehatan lingkungan untuk peningkatan kebutuhan sanitasi (demand
( demand creation)
creation) serta
Kelompok Wirausaha Sanitasi dalam peningkatan penyediaan akses sanitasi ( supply
improvement ) di masyarakat.
b. Tujuan Khusus
1. Terciptanya lingkungan yang kondusif dalam pelaksanaan kegiatan Sanitasi Total
Berbasis Masyarakat.
BAB II
LANDASAN TEORI
menjadi periode yang sangat penting bagi perkembangan CLTS di Indonesia, karena
pemerintah bekerja sama dengan Bank Dunia mulai mengimplementasikan sebuah proyek
yang mengadopsi pendekatan sanitasi total bernama Total Sanitation and Sanitation
Marketing (TSSM) atau Sanitasi Total dan Pemasaran Sanitasi (SToPS),
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) adalah pendekatan, strategi dan program
untuk merubah perilaku higiene dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat dengan
metode pemicuan. Perilaku higiene dan sanitasi yang dimaksud antara lain tidak buang air
besar sembarangan, mencuci tangan pakai sabun, mengelola air minum dan makanan yang
aman, mengelola sampah dengan benar dan mengelola limbah cair rumah tangga dengan
aman. Perilaku tersebut merupakan rangkaian kegiatan sanitasi total. Selanjutnya rangkaian
perilaku tersebut disebut sebagai pilar STBM. Kelima pilar tersebut merupakan satu kesatuan
kegiatan namun perlu diprioritaskan pilar mana yang paling mendesak. Prioritas berdasarkan
criteria: 1) luasnya akibat (dampak) yang ditimbulkan oleh prilaku itu; (2) kemampuan
masyarakat untuk menanggulangi; (3) keterdesakan untuk ditanggulangi; (4) keterdesakan,
akibat yang akan timbul apabila persoalan tidak segera ditanggulangi(Permenkes No3 Tahun
2014).
STBM dilaksanakan melalui pemberdayaan masyarakat
mas yarakat dimana masyarakat sadar, mau
dan mampu untuk melaksanakan sanitasi total yang timbul dari dirinya sendiri, bukan melalui
paksaan. Melalui cara ini diharapkan perubahan perilaku tidak terjadi pada saat pelaksanaan
program melainkan berlangsung seterusnya (Depkes RI, 2009).
Metode yang digunakan dalam STBM adalah metode pemicuan. Metode pemicuan ini
dilaksanakan oleh tim fasilitator dengan cara memicu masyarakat dalam lingkup komunitas
terlebih dahulu untuk memperbaiki sarana sanitasi sehingga tercapai tujuan dalam hal
memperkuat budaya perilaku hidup bersih dan sehat pada masyarakat serta mencegah
penyakit berbasis lingkungan. Faktor-faktor
Faktor -faktor yang harus dipicu antara lain rasa jijik, rasa m
malu,
alu,
takut sakit, aspek agama, privacy
privacy,, dan kemiskinan. Setelah pemicuan faktor tersebut
terlaksana, dibentuklah komite dari komunitas tersebut. Komite dibentuk agar rencana aksi
dari masyarakat yang terpicu dapat berjalan dengan baik. Selain itu monitoring dari tim
fasilitator juga harus diterapkan. Kegiatan terus dilakukan sampai tercapai kondisi desa bebas
buang air besar sembarangan (ODF/ Open Defecation Free)
Free) (Ditjen PP dan PL, 2011).
2. Semua sekolah yang berada diwilayah tersebut mempunyai jamban yang memenuhi syarat
kesehatan dan program perbaikan hygiene.
3. Semua sarana jamban digunakan dan dipelihara.
4. Lingkungan tempat tinggal bebas dari kotoran manusia.
Tujuan umum dari program STBM adalah memicu masyarakat sehingga dengan
kesadarannya sendiri mau menghentikan kebiasaan buang air besar di tempat terbuka pindah
ke tempat tertutup dan terpusat. Sedangkan tujuan khusus dari program STBM antara lain
(Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang):
bermanfaat, dan produktif, membantu peserta untuk memberikan kontribusinya dan bekerja
sebagai suatu kelompok, serta menyederhanakan tugas kelompok sehingga mudah tercapai
dan dilaksanakan (Widyastuti, 2008). Dalam program ini masyarakat dilibatkan dalam suatu
aktivitas. Keadaan ini dapat memberi stimulasi, sehingga terjadi partisipasi. Partisipasi
selanjutnya menimbulkan interaksi antar anggota masyarakat sehingga timbul pertanyaan-
pertanyaan pada dirinya sehingga timbul kesadaran tentang keadaan dirinya tersebut atau
terjadi realisasi. Kesadaran atau realisasi inilah yang kemudian menimbulkan keinginan
ataupun dorongan untuk berubah, yakni mengubah keadaannya yang jelek menjadi baik.
Keadaan inilah yang menunjukkkan motif pada diri seorang telah terbentuk. Atas dasar motif
tidak memberi daya ungkit terjadinya perubahan perilaku higienis dan peningkatan akses
sanitasi, menjadi pendekatan sanitasi total berbasis masyarakat yang menekankan pada 5
(lima) perubahan perilaku higienis.
Pelaksanaan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) dengan lima pilar akan
mempermudah upaya meningkatkan akses sanitasi masyarakat yang lebih baik serta
mengubah dan mempertahankan keberlanjutan budaya hidup bersih dan sehat. Pelaksanaan
STBM dalam jangka panjang dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian yang
diakibatkan oleh sanitasi yang kurang baik, dan dapat mendorong tewujudnya masyarakat
sehat yang mandiri dan berkeadilan.
Perubahan perilaku dalam STBM dilakukan melalui metode Pemicuan yang
mendorong perubahan perilaku masyarakat sasaran secara kolektif dan mampu membangun
sarana sanitasi secara mandiri sesuai kemampuan.
yaitu:
a. tidak mengakibatkan terjadinya penyebaran langsung bahan-bahan yang berbahaya bagi
a.
manusia akibat pembuangan kotoran manusia; dan
b. dapat mencegah vektor pembawa untuk menyebar penyakit pada pemakai dan lingkungan
b.
sekitarnya.
Jamban sehat efektif untuk memutus mata rantai penularan penyakit. Jamban sehat harus
dibangun, dimiliki, dan digunakan oleh keluarga dengan penempatan (di dalam rumah atau di
luar rumah) yang mudah dijangkau oleh penghuni rumah.
gangguan lainnya.
Implementasi Strategi STBM dalam Meningkatkan Akses Sanitasi Di Kecamatan Panongan 10
b) Bangunan tengah jamban Terdapat 2 (dua) bagian bangunan tengah jamban, yaitu:
b)
- Lubang tempat pembuangan kotoran (tinja dan urine) yang saniter dilengkapi oleh
konstruksi leher angsa. Pada konstruksi sederhana (semi saniter), lubang dapat dibuat
tanpa konstruksi leher angsa, tetapi harus diberi tutup.
- Lantai Jamban terbuat dari bahan kedap air, tidak licin, dan mempunyai saluran untuk
pembuangan air bekas ke Sistem Pembuangan Air Limbah (SPAL).
c) Bangunan Bawah
kotoran manusia (tinja dan urine). Bagian padat dari kotoran manusia akan tertinggal
dalam tangki septik, sedangkan bagian cairnya akan keluar dari tangki septik dan
diresapkan melalui bidang/sumur resapan. Jika tidak memungkinkan dibuat resapan maka
dibuat suatu filter untuk mengelola cairan tersebut.
- Cubluk, merupakan lubang galian yang akan menampung limbah padat dan cair dari
jamban yang masuk setiap harinya
ha rinya dan akan meresapkan cairan
c airan limbah tersebut ke dalam
tanah dengan tidak mencemari air tanah, sedangkan bagian padat dari limbah tersebut akan
diuraikan secara biologis.
Bentuk cubluk dapat dibuat bundar atau segi empat, dindingnya harus aman dari longsoran,
jika diperlukan dinding cubluk diperkuat dengan pasangan bata, batu kali, buis beton,
CTPS merupakan perilaku cuci tangan dengan menggunakan sabun dan air bersih yang
mengalir.
a. Langkah-langkah CTPS yang benar :
- Basahi kedua tangan dengan
den gan air bersih yang mengalir.
- Gosokkan sabun pada kedua telapak tangan sampai berbusa lalu gosok kedua punggung
tangan, jari jemari, kedua jempol, sampai semua permukaan kena busa sabun.
- Bersihkan ujung-ujung jari dan sela-sela di bawah kuku.
- Bilas dengan air bersih sambil menggosok-gosok kedua tangan sampai sisa sabun hilang.
- Keringkan kedua tangan dengan memakai kain, handuk bersih, atau kertas tisu, atau
mengibas-ibaskan kedua tangan sampai kering.
b. Waktu penting perlunya CTPS, antara lain:
- sebelum makan
3. Pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga (PAMM-RT)
PAMM-RT merupakan suatu proses pengolahan, penyimpanan, dan pemanfaatan air
minum dan pengelolaan makanan yang aman di rumah tangga.
Tahapan kegiatan dalam PAMM-RT, yaitu: a. Pengelolaan Air Minum Rumah
Tangga:
Pengolahan air minum di rumah tangga dilakukan untuk mendapatkan air dengan
kualitas air minum.
minum. Cara pengolahan yang disarankan, yaitu:
Air untuk minum harus diolah terlebih dahulu untuk menghilangkan kuman dan penyakit
melalui :
a) Filtrasi (penyaringan), contoh : biosand filter,
a) filter, keramik filter, dan sebagainya.
b)
b) Klorinasi, contoh : klorin cair, klorin tablet, dan sebagainya.
c) Koagulasi dan flokulasi (penggumpalan), contoh : bubuk koagulan
c)
d) Desinfeksi, contoh : merebus, sodis (Solar
d) ( Solar Water Disinfection)
Disinfection )
- Letakkan wadah penyimpanan air minum di tempat yang bersih dan sulit terjangkau oleh
binatang.
- Wadah air minum dicuci setelah tiga hari atau saat air habis, gunakan air yang sudah diolah
sebagai air bilasan terakhir.
4) Hal penting dalam PAMM-RT
- Cucilah tangan sebelum menangani air minum dan mengolah makanan siap santap.
Baik Buruk
Buruk Baik
b. Pengelolaan Makanan Rumah Tangga
Makanan harus dikelola dengan baik dan benar agar tidak menyebabkan gangguan
kesehatan dan bermanfaat bagi tubuh. Cara pengelolaan makanan yang baik yaitu dengan
menerapkan prinsip higiene dan sanitasi makanan. Pengelolaan makanan di rumah tangga,
walaupun dalam jumlah kecil atau skala rumah tangga juga harus menerapkan prinsip higiene
sanitasi makanan.
kemungkinan terjadinya kontaminasi oleh bakteri, serangga, tikus dan hewan lainnya serta
bahan kimia berbahaya dan beracun. Bahan makanan yang disimpan lebih dulu atau masa
kadaluwarsanya lebih awal dimanfaatkan terlebih dahulu.
Makanan dinyatakan laik santap apabila telah dilakukan uji organoleptik atau uji
biologis atau uji laboratorium, hal ini dilakukan bila ada kecurigaan terhadap makanan
tersebut. Adapun yang dimaksud dengan:
- Uji organoleptik yaitu memeriksa makanan dengan cara meneliti dan menggunakan 5
(lima) indera manusia yaitu dengan melihat (penampilan), meraba (tekstur, keempukan),
mencium (aroma), mendengar (bunyi misal telur) menjilat (rasa). Apabila secara
organoleptik baik maka makanan dinyatakan laik santap.
- Uji biologis yaitu dengan memakan makanan secara sempurna dan apabila dalam waktu 2
(dua) jam tidak terjadi tanda-tanda kesakitan, makanan tersebut dinyatakan aman.
- Uji laboratorium dilakukan untuk mengetahui tingkat cemaran makanan baik kimia
maupun mikroba. Untuk pemeriksaan ini diperlukan sampel makanan yang diambil
mengikuti standar/prosedur yang benar dan hasilnya dibandingkan dengan standar yang
telah baku.
Beberapa hal yang harus diperhatikan pada penyajian makanan yaitu tempat penyajian,
waktu penyajian, cara penyajian dan prinsip penyajian. Lamanya waktu tunggu makanan
mulai dari selesai proses pengolahan dan menjadi makanan matang
matang sampai dengan dis
disajikan
ajikan
dan dikonsumsi tidak boleh lebih dari 4 (empat) jam dan harus segera dihangatkan kembali
terutama makanan yang
yang mengandung protein tinggi, kecuali makanan yang
yang disajikan tetap
dalam keadaan suhu hangat. Hal ini untuk menghindari tumbuh dan berkembang biaknya
bakteri pada makanan yang dapat menyebabkan gangguan pada
pa da kesehatan.
Pengurangan
Pengurangan / Pengurangan /
/Penggunaan Pengolahan
Pengolahan (3R) Pengolahan (3R)
Pengolahan
Kembali/
Pendaur
Ulangan
(3 R)
Pengangkutan
Pen golahan
ngolahan
Pengumpulan Akhir
Pendekatan partisipatif ini mengajak masyarakat untuk mengalisa kondisi sanitasi melalui
proses pemicuan yang menyerang/menimbulkan rasa ngeri dan malu kepada masyarakat
tentang pencemaran lingkungan akibat BABS
Sedangkan dasar pelaksanaan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat adalah Permenkes
Nomor 3 Tahun 2014. Sanitasi Total
T otal Berbasis Masyarakat (STBM) sebagai strategi na
nasional.
sional.
Strategi ini pada dasarnya dilaksanakan dalam rangka memperkuat upaya pembudayaan hidup
bersih dan sehat, mencegah
mencegah penyebaran
penyebaran penyakit
penyakit berbasis lingkungan, meningkatkan
kemampuan masyarakat, serta mengimplementasikan komitmen Pemerintah untuk
meningkatkan akses air minum dan sanitasi dasar yang berkesinambungan.
Strategi penyelenggaraan STBM meliputi 3 (tiga) komponen yang saling mendukung
satu dengan yang lain yaitu penciptaan lingkungan yang kondusif, peningkatan kebutuhan
sanitasi, dan peningkatan penyediaan akses sanitasi. Apabila salah satu dari komponen STBM
tersebut tidak ada maka proses pencapaian 5 (lima) Pilar STBM tidak maksimal.
yang layak dalam rangka membuka dan mengembangkan pasar sanitasi perdesaan,
yaitu :
a. Mengembangkan opsi teknologi sarana sanitasi yang sesuai kebutuhan dan
terjangkau;
BAB III
PEMBAHASAN
Wilayah kerjanya terdiri dari 8 Pemerintahan Desa terdiri dari 1 Kelurahan dan 7 Desa
di Kecamatan Panongan, yaitu : Desa Ranca Iyuh, Kelurahan Mekar Bakti, Desa Ranca
Kalapa, Desa Peusar, Desa Serdang Kulon, Desa Mekar Jaya, Desa Ciakar dan Desa
Panongan yang merupakan Ibu Kota Kecamatan yang terdiri dari 48 Dusun, 75 RW dan
jumlah 321 RT dan 27.777 Kepala Keluarga
Letak strategis Puskesmas Panongan adalah daerah pemukiman penduduk
(perumahan), berada di Desa Panongan Jalan Raya Panongan RT 001 RW 02, waktu tempuh
jangakauan pelayanan Puskesmas ke Desa terjauh selama 30 menit, dengan alat transportasi
yang umum digunakan yaitu sepeda motor.
TABEL.3.1
JUMLAH PENDUDUK PER DESA
PENDUDUK
DESA /
NO JUMLAH
KEL LAKI - LAKI PEREMPUAN
Ranca
5 3.359 3.101 6.460
Kalapa
Ranca
6 5.542 5.388 10.930
Iyuh
Serdang
7 3.752 3.785 7.537
Kulon
Mekar
8 3.794 3.064 6.858
Jaya
Puskesmas sebagai unit pelayanan kesehatan dasar dan ujung tombak bagi
pelayanan kesehatan terhadap masyarakat, melakukan
me lakukan sebagian tugas Dinas Kesehatan di
bidang Pencegahan dan pemberantasan penyakit, Pengobatan dan perawatan,
pengembangan kesehatan dan penunjang kesehatan.
kesehatan .
Sesuai Peraturan Bupati Tangerang nomor 85 Tahun 2006, maka program yang
dilakukan di Puskesmas Panongan,yaitu program kesehatan wajib Puskesmas, program
kesehatan pengembangan wajib & pilihan, serta pelayanan penunjang dari setiap program
kesehatan wajib
wajib dan program
program kesehatan pengembangan. Adapun program – program
tersebut sebagai berikut :
1. Program Kesehatan Wajib :
Tabel 3.2
Data Kepegawaian Puskesmas Panongan Tahun 2017
Panongan, disamping itu terdapat 2 puskesmas pembantu yang terletak di Kelurahan Mekar
Bakti dan Desa Ranca Iyuh serta memiliki 13 Posbindu yang tersebar di 7 Desa dan 1
Kelurahan di Wilayah Puskesmas Panongan.
Adapun sarana dan prasarana yang ada di Puskesmas Panongan adalah sebagai berikut
a. Ruang Kepala Puskesmas 1 ruang
b. Ruang BP Umum 1 ruang
c. Ruang BP Gigi 1 ruang
d. Ruang KIA /KB 1 ruang
e. Ruang BP Anak ( MTBS ) 1 ruang
Tingkat Pendidikan
Pendidikan juga merupakan hal yang sangat berpengaruh dalam meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat. Apabila tingkat pendidikan suatu wilayah tinggi maka masyarakatnya
tentu akan lebih mengerti dan memahami masalah - masalah kesehatan dan tentang bagaimana
Tabel 3.2
DATA JUMLAH SEKOLAH YANG ADA DI WILAYAH PUSKESMAS
PANONGAN
TAHUN
NO URAIAN
2015 2016 2017
1 Jumlah SD/MI 40 40 42
2 Jumlah SMP 16 17 17
3 Jumlah SMA 9 9 9
(STBM) di Kecamatan Panongan yang diikuti oleh kader PKK Kecamatan Panongan, selain
itu Petugas Kesehatan Lingkungan yang di dampingi oleh Kepala Puskesmas Panongan dr.
Secunda Suswanti melakukan advokasi ke Camat Panongan, Ibu Prima Saras Puspa SH,
MM Dengan harapan agar program ini memperoleh dukungan dari MUSPIKA Kecamatan
Panongan.
Pada bulan Januari 2015 setelah dilakukannya sosialiasi dan advokasi serta
pengenalan program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat kepada Camat di Kecamatan
Panongan, maka sebagai tindak lanjut kegiatan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat ini
diadakan pelatihan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat khususnya untuk pilar pertama yaitu
Stop BABS dilaksanakan di Desa Serdang Kulon .
Pelatihan Sanitasi Total Berbasis Mayarakat bagi Desa Serdang Kulon ini merupakan
direncanakan dan ditentukan oleh masyarakat itu sendiri mulai dari bentuk dan lokasi WC.
Monitoring rutin selanjutnya juga dilaksanakan oleh petugas sanitarian di wilayah Puskesmas
Panongan kerja masing-masing.
Kegiatan pemicuan ini bertujuan sebagai demand creation
creation atau menciptakan
kebutuhan bagi masyarakat bahwa pentingnya WC bagi kesehatan. Kendala muncul ketika
Masyarakat yang telah membuat komitmen untuk membangun WC namun kesulitan dalam
pembiayaan, oleh sebab itu harus tetap didampingi, dilakukan pengawasan oleh tim pemicu
yang telah melakukan pemicuan secara berkesinambungan seperti bidan desa, sanitarian
Puskesmas.
Salah satu penghambat dalam upaya perbaikan sanitasi adalah masalah pendanaan,
orang tidak mau membuat WC karena berfikir bahwa membangun WC itu mahal. Pemikiran
tersebut sebenarnya tidak benar, apalagi jika memikirkan akibat dari tidak memiliki sanitasi
yang layak ( misalnya biaya perawatan kesehatan yang lebih mahal), tidak masuk sekolah atau
kerja behari – hari, penurunan nilai jual rumah dan lain – lain. Meskipun demikian sanitasi
yang layak memang memerlukan biaya yang harus di investasikan. Kondisi seperti ini tidak
boleh di diamkan dan harus dicarikan solusinya . Hal ini dilakukan agar masyarakat merasa
diperhatikan dan dihargai hasil kerjanya sehingga masyarakat tetap semangat dan masyarakat
yang sebelumnya tidak terpicu timbul rasa malu dan ikut membangun WC seperti warga desa
lainnya. Setiap masyarakat mempunyai karakteristik yang berbeda sehingga pendekatan
terhadap masyarakat harus disesuaikan dengan kondisi masyarakat itu sendiri.
3.2.3 SUP
SUPPL
PL Y I M PR OVE ME NT DALAM
DALAM PELAKSANAAN STBM DI KECAMATAN
PANONGAN
Kegiatan pemicuan adalah suatu metode untuk menimbulkan demand / kebutuhan akan
WC yang sehat bagi masyarakat, kegiatan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat ini tidak hanya
sampai penciptaan demand / kebutuhan akan sarana sanitasi tapi juga menfasilitasi warga yang
sudah terpicu, agar melaksanakan niatnya untuk membuat WC, permasalahan klasiknya
adalah “Dana”.
“Dana”.
Kondsi seperti inilah yang lazim di temui ketika melaksanakan kegiatan Sanitasi Total
Berbasis Masyarakat dan ini yang sering menjadi kendala sehingga kegiatan STBM ini gagal
dalam meningkatkan akses sanitasi. Oleh sebab itu perlu adanya solusi atau strategi yang
dapat di terapkan sehingga warga yang sudah terpicu membuat wc dapat merealisasikannya
keinginannya, upaya yang dilakukan dalam menerapan strategi supply improvement , adalah
membentuk suatu wadah yang bergerak dalam menyediakan sarana sanitasi, dimana wadah
tersebut dapat menyediakan sarana sanitasi bagi masyarakat yang ingin membutuhkan namun
terkendala biaya.
Problem solved , masalah terpecahkan maka dibentuklah wadah untuk menerapkan
strategi supply improvement dengan nama Kelompok Swadaya Masyarakat Bina Hidup
Sejahtera (KSM BHS) dimana KSM BHS bergerak di bidang pembiayaan sanitasi dan
menampung warga yang ingin membuat WC.
Sebagai wadah yang bergerak dalam hal pembiayaan kredit sanitasi, tentu perlu
adanya suatu legalitas dalam pengelolaanya, maka dibuatkanlah SK Camat dengan Nomor
660.2/ 07 – Kep/ Kec Png/ 2015 tentang Pembentukan Kelompok Swadaya Masyarakat
(KSM) Sanitasi “Bina Hidup Sejahtera” sebagai dasar legalitas KSM, namun sejalan dalam
kepengurusan legalitas ini di temukan hambatan –
hambatan – hambatan
hambatan terutama saat kepengurusan Akte
Notaris pendirian Kelompok Swadaya Masyarakat di Notaris, dimana nama “Bina Hidup
Sejahtera” ini
ini sudah terlalu banyak yang menggunakan, sampai akhirnya KSM Bina Hidup
Sejahtera bersepakat merubah nama menjadi KSM Serdang kulon Sehat Persada” dengan
Berita Acara Perubahan Nomor 660.2/ 215/ Kec Png/ 2017 yang di tandatangani oleh Camat
Panongan sampai akhirnya pada tahun 2018 ini KSM Bina Hidup Sejahtera sudah memiliki
legalitas di Notaris untuk Akte pendirian KSM Serdang kulon Sehat Persada, Nomor 08,-
tanggal 24 Februari 2018, harapan kami kedepan KSM ini dapat berdiri mandiri sebagai CV.
3.2.3.1 K redit
redit Air dan Sanitasi untuk Rakyat “KASUR”
“KASUR”
Merupakan kegiatan pemberian kredit kepada warga masyarakat yang sudah terpicu
ingin membuat WC namun terkendala biaya, dimana warga masyarakat dapat mencicil biaya
pembuatan sarana sesuai dengan kesepakatan yang telah dibuat bersama antara pemberi kredit
(KSM) dan penerima kredit (nasabah)
Modal awal KWS BHS/ SSP ini adalah dari Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang
untuk pembangunan 1 buah WC, kegiatan fisik pertama kali KSM BHS adalah membuat WC
berstandar SNI di rumah ibu Piong yang sudah terpicu dan ingin berubah untuk tidak BAB
Sembarangan lagi, melihat banyaknya warga yang terpicu dan ingin berubah maka kepala
desa Serdang Kulon memberikan bantuan pinjaman modal sebesar Rp 5.000.000 yang
dikelola sebagai dana berputar untuk kegiatan pembangunan WC.
Pembangunan Pertama Septik tank ber standar SNI oleh Kelompok Wirausaha Sanitasi
BHS/ SSP desa Serdang Kulon Kecamatan Panongan
Dari modal awal tersebut maka sudah dibangun sebanyak 2 buah WC keluarga,
kemudian adanya kerja sama antara KSM BHS dengan USAID/ IUWASH untuk pembuatan
WC keluarga tipe 1 lubang, kerja sama ini meliputi Bimbingan Teknis Pembuatan Septik tank
model 1 lubang dan pemberian bantuan material untuk pembuatan 5 buah septik tank ber
standar SNI, pemberian bantuan ini bukanya Cuma – Cuma tetapi dari pihak USAID/
IUWASH meminta komitmen kepada KSM BHS agar bantuan material untuk pembuatan WC
ini tidak hanya jadi 5 septik tank tapi di jadikan dana bergulir agar terjadi replikasi dan
peningkatan akses sanitasi di Kp Cibango pada khususnya dan desa Serdang Kulon Pada
Umumnya.