PEMBINA
KEPALA BADAN LINGKUNGAN HIDUP
PROVINSI SUMATERA UTARA
(Dr. Ir. Hj. Hidayati, M.Si)
PENGARAH
SEKRETARIS BADAN LINGKUNGAN HIDUP
PROVINSI SUMATERA UTARA
(Siti Bayu Nasution, SIP, M.Si)
PENANGGUNG JAWAB
KASUBBAG PROGRAM BADAN LINGKUNGAN HIDUP
PROVINSI SUMATERA UTARA
(Indra Bangsawan Harahap, SP.MH)
PENYUSUN
Farakh Yolanda Kailola, ST, Roika Rauli Manurung, SST
Irna Karina Kaban,SE
Grafik 2. 1. Luas Tutupan Lahan dan Hutan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2014…………………… 2
Grafik 2. 2. Data Olahan Tutupan Lahan Bervegetasi & Tidak Bervegetasi Tahun 2014…………… 8
Grafik 2. 3. Kawasan Hutan Tetap Berdasarkan SK Menhut No.579/Menhut II Tahun 2014……… 8
Grafik 2. 4. Perbandingan Luas Kawasan Lahan Kritis TA 2013 & 2014……………………………………… 9
Grafik 2. 5. Titik Sampling Air Tanah dibeberapa lokasi di Sumatera Utara ………………………… . 24
Grafik 2. 6. Perbandingan Air Tanah dengan Permenkes RI No.492 Tahun 2010 ....…………………………… 25
Grafik 2. 7. TDS Sungai Asahan Tahun 2014 …………………………………………….........……………………………… 32
Gambar 1. 1. Kerangka Alur Pikir Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Badan Lingkungan Hidup ……… 17
Gambar 1.2. Mekanisme Sistem Program /Kegiatan Perlindungan dan Pengelolaan
LH di Sumatera Utara ……………………………………………………………………………..…………….. 18
Gambar 2. 1. Peta Tutupan Lahan Provinsi Sumatera Utara dalam Buku RTRW 2010-2030 ……. 7
Gambar 2. 2. Jenis Tumbuhan yang di awetkan Berdasarkan PP RI No. 7 Tahun 1999 ……………… 14
Gambar 2. 3. Jenis Satwa yang di awetkan Berdasarkan PP RI No. 7 Tahun 1999…………………….. 14
Gambar 2. 4. Ikan Batak …………………………………………………………………………..…………………………………… 16
Gambar 2. 5. Peta DAS di Sumatera Utara ………………………………………………….………………………………. 18
Gambar 2. 6. Peta Iklim Saat Ini di Sumatera Utara Tahun 2014 ……………………………………………….. 31
Gambar 2. 7. Peta Kerentanan Perubahan Iklim Di Sumatera Utara Tahun 2008 …………………….. 38
Gambar 2. 8. Peta Indeks Kerentanan Perubahan Iklim Di Sumatera Utara Tahun 2050 ............ 41
Gambar 2. 9. Peta Rawan Bencana Di Sumatera Utara ……………………………………..……………………….. 80
Gambar 2. 10. Peta Bencana Iklim Provinsi Sumatera Utara ………………………………………………………. 47
Gambar 2. 11. Peta Indeks Bencana Iklim Provinsi Sumatera Utara Tahun 2050 ……………………… 48
Gambar 4.1. Menanam Pohon Di Bantaran Sungai……………………………........…………………………………… 2
1. Peraturan Gubernur Sumatera Utara No. 1 Tahun 2009 tentang Baku Mutu Air Danau Toba di
Sumatera Utara
2. Peraturan Gubernur Sumatera Utara No. 21 Tahun 2006 tentang Penetapan Baku Mutu Air Sungai
dan Segmentasi Sungai di Provinsi Sumatera Utara
3. SK Kepala Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Utara tentang Tim Penyelenggara Sistem
Informasi Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah (SILHD) Provinsi Sumatera Utara
3. Air
Isu yang relevan dengan kualitas air yaitu :
a. Penurunan Kualitas Air Sungai Deli dan Sungai Belawan di Kabupaten
Karo, Deli Serdang, dan Kota Medan
b. Status cemar sedang samapi berat pada beberapa sungai di
Sumatera Utara, yaitu Sungai Deli, Sungai Belawan dan Sungai
Asahan.
c. Penurunan debit sungai
d. Sedimentasi pada beberapa sungai di Sumatera Utara, yaitu Sungai
Asahan dan Sungai Deli.
e. Penurunan kualitas Danau Toba
f. Daya dukung dan daya tampung Danau Toba
4. Perubahan Iklim
Isu yang relevan dengan iklim yaitu :
a. Peningkatan suhu udara
b. Curah hujan yang berfluktuasi
6. Persampahan
Isu yang relevan dengan persampahan yaitu :
a. Belum adanya Perda pengelolaan sampah yang disesuaikan dengan
peraturan yang berlaku.
b. Belum terimplementasinya konsep pengelolaan sampah 3R.
2. Wilayah pesisir
Habitat ekosistem pesisir dan laut mengalami degradasi, demikian
juga habitat ekosistem di wilayah pesisir dan laut.Khususnya di wilayah
padat kegiatan pantai timur Pulau Sumatera. Rusaknya habitat ekosistem
3. Air
Tingkat pencemaran air sungai di Sumatera Utara diindikasi dengan
status mutu air sungai dengan status cemar berat, sedang dan ringan.
Sumatera Utara dengan jumlah 11 (sebelas) Satuan Wilayah Sungai telah
dilakukan evaluasi kualitas air sungai, yaitu : Sungai Deli dan Sungai
Belawan.
Pencemaran air sungai Deli dan Belawan diakibatkan oleh kegiatan
industri, lingkungan permukiman, pasar, rumah sakit dan berbagai
kegiatan lain di sepanjang sungai tersebut. Berdasarkan data yang
diperoleh, diprediksi 70 persen pencemaran diakibatkan oleh limbah padat
dan cair. Limbah padat atau sampah yang dihasilkan di Kota Medan 1.235
ton /hari. Dari hasil pengamatan dan analisis air sungai Deli, menunjukkan
nilai DO, COD, BOD dan TSS di Kecamatan Belawan sudah melewati
baku mutu Kelas II yang mengacu kepada PP No. 82 Tahun 2001. Di
Sungai Belawan parameter yang melampaui baku mutu air kelas III adalah
DO, NH3N, Cd, Pb, Cu, Mn, dan Zn.
Upaya yang akan dilakukan oleh BLH Provinsi Sumatera Utara untuk
meningkatkan kualitas air Sungai Deli dan Sungai Belawan adalah dengan
penguatan kelembagaan instansi lingkungan hidup melalui penguatan
kelembagaan UPT Pengelolaan Sungai Deli dan Sungai Belawan, yang
memiliki peranan melakukan koordinasi terhadap stakeholder sepanjang
Sungai Deli dan pemantauan rutin terhadap parameter kualitas air Sungai
Deli.
5. Bencana Alam
Bencana alam di Sumatera Utara umumnya terdiri dari banjir, longsor,
gempa dan kekeringan. Hal tersebut tersebut berkaitan juga dengan
bencana iklim. Bencana longsor disertai dengan banjir bandang terjadi di
Sumatera Utara berlokasi di Sibolangit (Deli Serdang, 22 November
1994), Dolok - Saipar Dolok Hole di DAS Bilah (Tapanuli Selatan -
Labuhan Batu, Mei 1995), Perbaungan - Lubuk Pakam (Deli Serdang,
Januari 2002), Nias (31 Juli 2001 dan 2 Januari 2003), Bahorok (Langkat,
2 Nopember 2003), Mandailing Natal (16 November 2010, 27 Februari
2011, dan 30 desember 2012). Berbagai longsor dan banjir bandang
dalam ukuran kecil juga telah terjadi di berbagai lokasi di Sumatera Utara
seperti di Brastagi yang berada di Kabupaten Karo.
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya longsor di Sumatera
Utara adalah sebagai berikut:
Kemiringan Lereng.
Kemiringan Lereng yang terjal pada bagian barat Pegunungan Bukit
Barisan dan perbedaan elevasi satu tempat dengan tempat lain menjadi
sumber energi gaya berat untuk mempermudah terjadinya gerakan.
Kondisi Geologi.
Curah Hujan
Curah hujan yang tinggi terdapat pada daerah perbukitan bagian barat
Bukit Barisan serta disekitar Pegunungan Leuseur menyebabkan kondisi
dan pola hidrologi mempengaruhi tingkat kerawanan longsor disuatu
daerah. Daerah dengan kondisi pengeringan alamiah (drainage) yang
buruk akan menyebabkan genangan yang melumas bidang gelincir
massa batuan dan memicu terjadinya longsor.
Gempa
Gempa Sumatera, Rabu 11 April 2012. Dengan kekuatan 8,9 Skala
Richter (SR) dan terjadi di 2.31 Lintang Utara dan 92.67 Bujur Timur.
Sementara Tahun 2013 Bencana Tanah Longsor terjadi di Kabupaten
Dairi dengan jumlah 1 korban meninggal dunia, Kabupaten Nias Selatan
dengan jumlah 1 korban meninggal dunia, Kabupaten Samosir dengan
jumlah 4 korban meninggal dunia dan di Kabupaten Tapanuli Tengah
tetapi tidak ada korban jiwa. Jadi total korban meninggal dunia akibat
bencana tanah longsor tahun 2013 sebanyak 6 orang.
6. Persampahan
Pengelolaan sampah di Sumatera Utara masih menjadi polemik yang
memerlukan pemikiran yang serius melalui kebijakan nasional dan
regional. Hal ini teridentifikasi melalui permasalahan pencemaran akibat
dari pembuangan sampah di kawasan perkotaan terutama Kota Medan,
adalah hal yang sangat penting untuk diatasi. Seperti yang telah
disebutkan diatas bahwa Provinsi Sumatera Utara telah melakukan
perhitungan karakteristik sampah untuk menjadi dasar pertimbangan
kebijakan penentuan teknologi yang sesuai dalam pengelolaan sampah di
Sumatera Utara.
MISI
Merumuskan arah kebijakan dan melaksanakan
penataan, pengendalian dampak dan pemulihan
lingkungan hidup agar terlaksananya KEBIJAKAN
pembangunan berkelanjutan yang berwawasan
lingkungan di Provinsi Sumatera Utara
TUJUAN
- Melestarikan fungsi lingkungan
- Mencegah terjadinya pencemaran dan
kerusakan lingkungan
- Meningkatkan peran serta dan partisipasi PROGRAM
masyarakat dalam pelestarian lingkungan
- Mencegah penurunan potensi keaneka -
ragaman hayati
- Adaptasi dan mitigasi perubahan iklim
SASARAN
Komponen lingkungan hidup :
1. Fisik – Kimia KEGIATAN
2. Biologi
3. Sosial Budaya
4. Pemangku Amanah / Stakeholder
Gambar1.1. Kerangka Alur Pikir Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Badan
Lingkungan Hidup Sumatera Utara
Visi
Tugas LAKIP
Fungfsi
Strategi
Kondisi Eksisting Isu Lingkungan Isu Strategis Tujuan
Hidup Program
Kegiatan
RPJMN
RPJMD
RENSTRA
RENJA
Arah Kebijakan
BLH Provsu
Wilayah Sumatera Utara terdiri atas perairan laut, sungai, danau, dan
daratan yang terbentang dari dataran rendah di pesisir timur hingga
pegunungan bukit barisan dan pantai barat yang indah dengan hutan
tropis yang alami. Provinsi Sumatera Utara memiliki luas total 181.860,65
km² yang terdiri dari luas daratan sebesar 71.680,68 km². Hutan
merupakan suatu ekosistem yang tidak hanya menyimpan sumber daya
alam berupa kayu tetapi banyak potensi lainnya berupa hasil hutan non
kayu, termasuk perannya dalam mengatur fungsi hidrologis.
Berdasarkan topografi, kondisi iklim dan ketersediaan air, maka sektor
pertanian dan perkebunan merupakan kegiatan dominan dalam
penggunaan lahan di Sumatera Utara, dengan rincian sebagai berikut :
1. Komoditas kopi unggulan tersebar pada wilayah Kabupaten Dairi,
Pak-pak Bharat dan lain sebagainya.
2. Komoditas tanaman karet tersebar pada wilayah pesisir timur hingga
dataran tinggi.
3. Perkebunan kelapa sawit tersebar di wilayah Kabupaten Langkat,
Deli Serdang, Serdang Bedagai, Simalungun, Batu Bara, Asahan,
Labuhan Batu dan Padang Lawas.
4. Perkebunan tembakau Deli tersebar di pesisir timur antara Sungai
Ular di Deli Serdang dan Sungai Wampu di Langkat.
5. Komoditas sayur mayur dan buah-buahan terdapat di daratan tinggi
Karo, serta daerah Sidamanik di Kabupaten Simalungun yang juga
sesuai untuk perkebunan teh.
Permasalahan utama yang berkaitan dengan penggunaan lahan dan
hutan di Sumatera Utara adalah :
1. Perubahan penggunaan lahan atau alih fungsi lahan yang tidak
terkendali, baik perubahan penggunaan lahan dari sawah menjadi
1. Lahan
Hasil dari inventarisasi data luas tutupan lahan di Provinsi Sumatera
Utara dari Badan Pertanahan Nasional Wilayah Sumatera Utara (tahun
2015) menunjukkan bahwa lahan kering dan hutan mendominasi
penggunaan lahan Sumatera Utara dengan luas lahan kering
2.363.064,35 Ha atau 32,94 % dari luas seluruh tutupan lahan,hutan
seluas 1.769.758,11 Ha atau 24,67 % dari luas seluruh tutupan lahan,
luas lahan non pertanian 63.595,09 Ha atau 0,86 % dari luas seluruh
tutupan lahan. Perkebunan seluas 1.488.728,53 atau 21,89 % dari luas
tutupan lahan. Sawah seluas 212.271 atau 2,96 %. Gambaran tutupan
lahan tersebut ditunjukkan dengan Grafik 2.1.
6. Lahan Kritis
Acuan penetapan lahan kritis oleh instansi kehutanan adalah
berdasarkan lahan yang telah rusak karena kehilangan tutupan vegetasi,
kehilangan atau berkurangnya fungsi penahan air, pengendali erosi, siklus
hara pengatur iklim mikro dan retensi karbon. Tingkat kekritisan lahan
dibagi menjadi beberapa klasifikasi yaitu : sangat kritis, kritis, agak kritis,
potensial kritis dan tidak kritis. Luas lahan kritis di Sumatera Utara sebesar
6.616.540,67 Ha yang luasan terbesar terdapat di Kabupaten Mandailing
Natal sebesar 620.962,67 Ha, luasan terkecil terdapat di Kota Sibolga
seluas 1.112,08 Ha.
b. Golongan burung
Beo nias merupakan salah satu subspesies (anak jenis) burung beo
yang hanya terdapat (endemik) di pulau Nias, Sumatera Utara. Beo nias
yang mempunyai ukuran paling besar dibandingkan subspesies beo
lainnya paling populer dan banyak diminati oleh penggemar burung beo
karena kepandaiannya menirukan berbagai jenis suara termasuk ucapan
manusia.Sayang, beo nias yang endemik Sumatera Utara ini semakin hari
semakin langka.Beo Nias ditetapkan sebagai fauna identitas Provinsi
Sumatera Utara dan dilindungi berdasarkan Peraturan Perlindungan
Binatang Liar Tahun 1931 serta Surat Keputusan Menteri Pertanian No.
421/Kpts/Um/8/1970,
Di Indonesia, Beo Nias menjadi salah satu satwa yang dilindungi
bahkan oleh pemerintah kolonial Belanda. Berbagai peraturan
perundangan yang menyertakan Beo Nias dalam daftar satwa yang
dilindungi dari kepunahan antara lain Peraturan Perlindungan Binatang
Liar Tahun 1931, Surat Keputusan Menteri Pertanian No.
421/Kpts/Um/8/1970, Undang-undang No. 5 Tahun 1990, dan Peraturan
pemerintah No. 7 Tahun 1999 Tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan
Satwa.
2.3. AIR
Kondisi hidrologi di Provinsi Sumatera Utara terdiri dari air permukaan
yaitu sungai, danau, rawa dan air bawah tanah dimana secara
keseluruhan wilayah terbagi atas 72 DAS dan 3 (tiga) DAS lintas provinsi.
Jumlah induk sungai di Provinsi Sumatera Utara sebanyak 99 buah, anak
sungai sebanyak 783 buah, ranting sungai 659 buah, anak ranting sungai
342 buah.
Nitrat (NO3-N)
Nitrat adalah senyawa yang banyak dihasilkan dari limbah, baik
limbah kotoran manusia, limbah industri atau limbah organik lainnya
seperti hasil samping dari penggunaan pupuk pertanian.Senyawa nitrat
dapat menahan perembesan air kedalam tanah dan banyak mencemari
sumber air dangkal.Nitrat adalah salah satu jenis senyawa kimia yang
sering ditemukan di alam, seperti dalam tanaman dan air.
Tabel 2.5. Hasil Analisis Parameter NO3-N Air Sumur
Nitrat (NO2-N)
2.4. UDARA
Kota Medan 0
Kab. Serdang Bedagai 7,674
Kab. Batubara 24,0
Kota Sibolga 39,3
Kab Langkat 2
Kab. Nias 2
Kota Sibolga 39,3
Kab. Tapanuli Tengah 26
Kab. Nias Selatan 38.870,0
Kab. Nias Utara 34.480,5
Kab Nias Barat 3.000
Kab Labuhan Batu Utara 0
Sumber : Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Utara
2.6. IKLIM
Karo
Pematang
Siantar Tanjung
Dairi Balai
Asahan
PakPak
Bharat Labuhan
Toba Batu Utara
Humbang Samosir Labuhan Batu
Hasundutan
Tapanuli Utara
Labuhan
Sibolga
Batu Selatan
Mandailing
Natal
Nias Selatan
Tahun 2015
Kabupaten/Kota Perkiraan Luas
Perkiraan Kerugian
Hutan / Lahan
(Rp)
Terbakar (Ha)
Kota Medan 7 0
Kota Binjai 0 0
Kota Tebing Tinggi 2 0
Kota Pematang Siantar 0 0
Kota Tanjung Balai 0 0
Kota Sibolga 0 0
Kota Padang Sidempuan 4 0
Kota Gunung Sitoli 0 0
Kab. Deli Serdang 13,1 0
Kab. Langkat 11 0
Kab. Asahan 1 0
Kab. Dairi 21,15 0
Kab. Labuhan Batu 8 0
Kab. Labuhanbatu Selatan 21,5 0
Kab. Labuhanbatu Utara 21,5 0
Kab. Simalungun 9 0
Kab. Tapanuli Utara 4,5 0
Kab. Tapanuli Tengah 20 0
Kab. Tapanuli Selatan 15,7 0
Kab. Mandailing Natal 70 0
Kab. Karo 37,5 0
Kab. Nias 5 0
Kab. Nias Selatan 11 0
Kab. Nias Utara 0 0
Kab. Nias Barat 0 0
Kab. Humbang Hasundutan 18 0
Kab. Pakpak Barat 5 0
Kab. Toba Samosir 8 0
Kab. Serdang Berdagai 0,4 0
Kab. Samosir 1 Rp 1.580.000.000,00
Kab. Batu Bara 1 0
Kab. Padang Lawas 1,5 0
Kab. Padang Lawas Utara 29 0
Karo
Pematang
Siantar Tanjung
Dairi Balai
Asahan
PakPak
Bharat Labuhan
Toba Batu Utara
Humbang Samosir Labuhan Batu
Hasundutan
Tapanuli Utara
Labuhan
Sibolga
Batu Selatan
Mandailing
Natal
Nias Selatan
Karo
Pematang
Siantar Tanjung
Dairi Balai
Asahan
PakPak
Bharat Labuhan
Toba Batu Utara
Humbang Samosir Labuhan Batu
Hasundutan
Tapanuli Utara
Labuhan
Sibolga
Batu Selatan
Mandailing
Natal
Nias Selatan
3.1. KEPENDUDUKAN
3.1.1. Informasi jumlah, pertumbuhan, dan kepadatan penduduk,
serta pola migrasi, Analisis dan Kecendrungannya
Sumatera Utara merupakanprovinsi keempat yang terbesar jumlah
penduduknya di Indonesia setelah Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa
Tengah. Permasalahan kependudukan di Sumatera Utara terutama
adalah pertumbuhan penduduk dalam beberapa tahun terakhir yang relatif
cukup tinggi.
Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS) dari hasil pencacahan
lengkap Sensus Penduduk (SP) 1990 pendudukSumatera Utara keadaan
tanggal 31 Oktober 1990 (hari sensus) berjumlah10,26 juta jiwa, dan dari
hasil SP2000, jumlah penduduk Sumatera Utarasebesar 11,51 juta jiwa.
Pada bulan April tahun 2003 dilakukan PendaftaranPemilih dan
Pendataan Penduduk Berkelanjutan (P4B). Dari hasil pendaftaran
tersebut diperoleh jumlah penduduk sebesar 11.890.399 jiwa. Dari data
jumlah penduduk yang diperoleh pada Tahun 2013, jumlah penduduk di
Sumatera Utara sebanyak 13.766.851 jiwa. Dimana jumlah penduduk
terbanyak terdapat di Kota Medan yaitu sebesar 2.191.140 jiwa dan
kabupaten/kota dengan jumlah penduduk terkecil adalah Kabupaten
Pakpak Barat dengan jumlah penduduk 44.520 jiwa.
Untuk menganalisis tekanan dari kependudukan dapat dilihat dari
beberapa komponen yaitu laju pertumbuhan dan kepadatan penduduk,
struktur tingkat migrasi penduduk dan tingkat pendidikan. Analisis tersebut
dapat dilihat DE-1 s/d DE-3 dan DS-1, s/d DS-1A . Pola migrasi penduduk
di Sumatera Utara ditinjau dari arus perpindahan penduduk yang bersifat
internal, maka yang menjadi daerah sasaran dalam aktivitas perpindahan
penduduk antar kabupaten/kota adalah daerah perkotaan, sehingga
daerah perkotaan menjadi primadona masuknya arus migrasi. Daerah
yang paling diminati dan menjadi incaran para migran adalah kota Medan
yang merupakan ibukota Provinsi Sumatera Utara. Keadaan tersebut
mempengaruhi persebaran penduduk. Persebaran penduduk ini sangat
berpengaruh pada pola pemukiman suatu daerah yang dipengaruhi pula
oleh iklim, letak dan bentuk dataran/tanah, kesuburan tanah, sumber
alam, sosial budaya, dan teknologi.
3.2. PERMUKIMAN
3.2.1. Jumlah Rumah Tangga Yang Bertempat Tinggal Di Lokasi
Permukiman Mewah, Menengah, Sederhana, Kumuh, Bantaran
Sungai dan Di Lokasi Pasang Surut
Salah satu persoalan kependudukan adalah kemiskinan. Akar
persoalan kemiskinan berbeda satu dengan lainnya, mulai dari rendahnya
skala usaha, kekurangan modal kerja, kekurangan keterampilan kerja,
kreatifitas dan inovasi, serta faktor lainnya. Berdasarkan data yang
diperoleh dari Sosial Ekonomi Nasional pada Bulan Maret 2011, garis
kemiskinan di Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2010 sebesar 11.51
%per kapita/bulan. Angka garis kemiskinan terus mengalami penurunan,
jika dibandingkan dengan tahun 2003 dengan nilai 15.89%.
Berdasarkan data tingkat kemiskinan tahun 2015, persentase
kemiskinan tertinggi terdapat di Kota Medan, dengan jumlah penduduk
miskin sebanyak 209.69 rumah tangga dan kemiskinan terendah terdapat
di Kabupaten Pakpak Bharat dengan jumlah penduduk miskin sebanyak
4.94 rumah tangga. Data tingkat kemiskinan di Kabupaten/Kota yang
berada di Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2015 dapat dilihat (Sumber
: Buku Data SLHD Provinsi Tahun 2015 Tabel SE-1).
Kawasan permukiman terbagi atas dua yaitu, permukiman di
perkotaan dan permukiman di perdesaan. Pemukiman di perkotaan
tersebar di beberapa kota, seperti yaitu Kota Medan, Binjai, Tebing Tinggi,
Pematang Siantar, Tanjung Balai, Sibolga, Padang Sidempuan, dan
Gunung Sitoli dan di beberapa ibukota kabupaten.
Pemanfaatan lahan untuk permukiman di Sumatera Utara mencapai
±221.302,00 Ha atau 3,02 % dari total luas wilayah Sumatera Utara.
Perkembangan kawasan permukiman di Sumatera Utara berlangsung
sangat pesat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk, khususnya di
Kota Medan. Bahkan kawasan permukiman berkembang ke luar kota
Medan membentuk kawasan perkotaan baru yang cukup luas, yang
mencakup beberapa bagian wilayah kabupaten/kota di sekitarnya, seperti
Kabupaten Deli Serdang, dan Kota Binjai. Perkembangan ini ditunjang
oleh tersedianya sarana dan prasarana transportasi yang memadai, dan
prasarana lainnya.
3.2.2. Jumlah Rumah Tangga Menurut Sumber Air Untuk Minum,
Tempat Pembuangan Sampah Dan Tempat Buang Air Besar
1. Air Minum
Pemenuhan kebutuhan rumah tangga terhadap air minum di
Sumatera Utara Pada Tahun 2015 yang tertinggi bersumber dari air sumur
Kab. Serdang Berdagai dengan persentase sebesar 71,75 %, dan paling
sedikit bersumber dari air hujan 1,53 %.
Sumber air minum yang bersumber dari air ledeng paling banyak
digunakan di Kota Medan yaitu sebesar 41,30%. Pada kabupaten/kota
lainnya sebagaian besar sumber air terbanyak berasal dari air sumur.
Penggunaan air minum dalam kemasan di Kota Medan menempati
urutan tertinggi dibandingkan dengan kabupaten/kota lainnya di Provinsi
Sumatera Utara dari jumlah rumah tangga. Hal ini disebabkan oleh
kualitas air kemasan yang lebih baik, dan kepraktisan penggunaan air
minum dalam kemasan dan tidak lagi memerlukan proses pemasakan.
Data yang di peroleh menyajikan Jumlah Rumah Tangga dan Sumber Air
Minum dapat dilihat pada (Sumber : Buku Data SLHD Provinsi Tahun
2015 Tabel SE-2).
Dari data di atas dapat kita jabarkan perbandingan persentase
Sumber Air Minum Penduduk di Sumatera Utara pada Tahun 2015 adalah
sebagai berikut :
3.4. PERTANIAN
3.4.1. Kebutuhan Air dan Penggunaan Pupuk untuk Lahan Sawah,
Lahan Pertanian Tanaman Pangan dan Perkebunan
1. Kebutuhan air dan penggunaan pupuk untuk lahan sawah dan
lahan pertanian
b. Pupuk urea
Dari penggunaan pupuk tahun 2013, emisi CO 2 yang dihasilkan
sebesar 52.661 ton/tahun. Emisi CO2 tertinggi berasal dari Kabupaten
Labuhan Batu sebesar 14.502 ton/tahun, dan emisi CO2 terendah terdapat
di Kota Tanjung Balai sebesar 14 ton/tahun.
3.5. INDUSTRI
3.5.1. Informasi jumlah industri yang berpotensi mencemari sumber
air, tingkat ketaatan terhadap baku mutu dan jumlah beban limbah
cairnya, Analisis, Kecendrungannya
Di Indonesia, sektor industri dikelompokkan atas industri skala
besar,sedang, kecil, dan rumah tangga. Pengelompokan ini didasarkan
pada banyaknya jumlah tenaga kerja yangbekerja pada industri tersebut.
Industri di Provinsi Sumatera Barat dapat dikelompokkan menjadi industri
besar, menengah dan kecil.
Pada tahun 2015, jumlah usaha industri besar dan sedang di
Sumatera Utara tercatat sebanyak 81 perusahaan. Yang berarti
mengalami penurunan 10 perusahaan.
Tekanan terhadap lingkungan yang berasal dari sektor industri terutama
adalah:
1. Pencemaran terhadap udara akibat adanya emisi gas buang yang
dihasilkan pengolahan sawit, industri kertas, alumanium dan berbagai
kegiatan industri kecil;
2. Peningkatan limbah cair akibat perkembangan industri dan belum
dipenuhi baku mutu limbah cair terutama dari industri kecil.
Beban pencemaran limbah cair terbesar berasal dari PT. PP. London
Sumatera Indonesia Tbk, diidentifikasi dari indikator (BOD : 705.618),
(COD : 132.349) dan (TSS : 7.194,15). Data tersebut dapat dilihat pada
(Sumber : Buku Data tabel SP -1).
Sumber : Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Utara Tahun
2015
Grafik 3.5. Perbandingan Jumlah Jenis Industri/Kegiatan Usaha
menurut Beban Limbah Cair Tahun 2015
3.5.2. Penilaian PROPER
Sesuai dengan PP 38 Tahun 2007 tentang Kewenangan
Pemerintah Daerah, maka kewenangan perolehan izin penyimpanan
sementara limbah B3 telah dilimpahkan kepada kabupaten/kota dimana
lokasi industri tersebut berada. Dari hasil pelaksanaan kegiatan PROPER
Tahun 2014 – 2015 yang diadakan di kabupaten/kota di Sumatera Utara
sebanyak 77 kegiatan/usaha mendapat penghargaan. (Data tersebut
dapat dilihat pada (Sumber : Buku Data SLHD Tabel UP-7).
3.6. PERTAMBANGAN
3.6.1. Informasi Produksi dan Luas Areal Konsesi Pertambangan
yang Perizinan dan atau Pengawasannya merupakan
Kewenangan Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota, Analisis dan
Kecendrungannya
Konsumsi bahan bakar oleh rumah tangga terdiri dari LPG, Minyak
Tanah, Briket dan Biomassa. Jenis bahan bakar yang paling banyak
digunakan adalah LPG sebanyak 1.123.648 rumah tangga, dan jenis
bahan bakar yang paling sedikit digunakan adalah biomassa sebanyak
1.271 rumah tangga. Penggunaan LPG dan minyak tanah oleh rumah
tangga paling banyak digunakan di Kota Medan, penggunaan briket paling
banyak di Kabupaten Langkat dan penggunaan biomassa paling banyak
di Kabupaten deli Serdang.
batubara 0 - -
Pada Tabel 3.1. dapat dilihat nilai konsumsi energi (SBM) dan emisi
CO2 yang dikeluarkan (ton/tahun). Konsumsi energi terbesar berasal dari
sektor industri dan emisi CO2 terbesar dikeluarkan dari sektor industri,
yang diikuti oleh sektor transportasi diurutan berikutnya.
3.8. TRANSPORTASI
3.8.1. Informasi Panjang Jalan, kondisi, dan kepadatan lalulintas dan
jumlah limbah padat dan cair yang bersumber dari Pelabuhan,
Analisis dan Kecendrungannya
2. Transportasi Laut
Pelabuhan Belawan merupakan pintu gerbang transportasi laut di
Sumatera Utara yang memegang peranan penting dalam pelaksanaan
ekspor impor komoditi migas dan non migas dari dan ke Sumatera Utara.
Selain Pelabuhan Belawan kegiatan tersebut juga didukung oleh
Pelabuhan Tanjungbalai, Kuala Tanjung, Pangkalan Susu di Pantai Timur,
serta Sibolga dan Gunung Sitoli di Pantai Barat Sumatera Utara.
Dengan adanya Danau Toba dengan luas perairan yang sangat besar
maka diperlukan angkutan yang menghubungkan wilayah antar tepi danau
atau antara tepi danau dengan Pulau Samosir di bagian tengah Danau
Toba. Pergerakan yang terjadi merupakan aliran pergerakan barang dan
orang untuk kebutuhan sehari-hari. Adapun pada beberapa wilayah
pergerakan ini juga mendukung kegiatan pariwisata di kawasan Danau
Toba ini.
3. Transportasi Udara
Provinsi Sumatera Utara memiliki bandar udara untuk melayani
pergerakan melalui udara, meliputi Kuala Namu (Deli Serdang), Bandar
Udara Polonia (Medan), Binaka (Gunung Sitoli), Dr. Ferdinand
Lumbantobing (Tapanuli Tengah), Silangit (Tapanuli Utara) dan Aek
Godang (Tapanuli Selatan). Selain itu juga terdapat bandar udara P. Batu
di Pulau Nias dan Sibolangit, namun belum beroperasi secara layak.
Bandar udara Kuala Namu di Deli Serdang merupakan bandar
udara terbesar di Sumatera Utara yang melayani penerbangan domestik
dan internasional. Sebagai salah satu pintu gerbang internasional, Kuala
Namu memiliki peranan penting dan menjadi pendukung bagi kegiatan di
berbagai sektor pembangunan Sumatera Utara terutama pariwisata.
3.9. PARIWISATA
3.9.1. Informasi lokasi-lokasi wisata dan jumlah pengunjung, Analisis
dan Kecendrungannya
Salah satu sektor unggulan di Sumatera Utara adalah pariwisata.
Peruntukan kawasan parawisata di Sumatera Utara dibagi atas pariwisata
alam, pariwisata budaya dan pariwisata minat khusus. Pengembangan
kawasan budidaya pariwisata dilakukan pada kawasan yang memiliki
potensi dan sesuai untuk pengembangan pariwisata dengan
memperhatikan Destinasi Pengembangan Pariwisata (DPP) pada
kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya serta kawasan
lainnya.
Kawasan pariwisata yang ada di Sumatera Utara adalah :
1. Pariwisata Alam
Wisata alam merupakan jenis wisata yang mengandalkan daya tarik
keindahan bentukan alam, dapat berupa pantai, laut, danau, pegunungan,
flora, fauna, dan lain sebagainya.
a. Kawasan Danau Toba,dimana Danau Toba adalah sebuah danau
vulkanik dengan ukuran panjang 100 kilometer dan lebar 30 kilometer.
Di tengah danau ini terdapat sebuah pulau vulkanik bernama Pulau
Samosir dan sekeliling pantai kawasan Danau Toba terdapat air terjun
(Sipiso-piso), pantai tepi danau dan pemukiman tradisional yang
beragam termasuk Pantai Haranggaol Kabupaten Karo
b. Kawasan Dataran Tinggi Karo yang merupakandataran tinggi luas di
Sumatera Utara, hampir semua dataran tinggi ini termasuk ke dalam
wilayah administrasi Kabupaten Karo. Dataran Tinggi Karo juga
merupakan dataran tinggi terluas di Indonesia. Letaknya yang dekat
dengan pesisir timur Sumatra Utara menyebabkan dataran tinggi
berhawa sejuk.Kota-kota wisata di dataran tinggi ini antara lainBrastagi
dan Kabanjahe. Di kawasan dataran tinggi ini juga terdapat Taman
Hutan Rakyat Bukit Barisan yang bisa dijadikan tempat rekreasi.
c. Kawasan ekosistem Gunung Leuser dan Bukit Lawang Bahorok adalah
nama tempat wisata di Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatra Utara
yang terletak 68 km sebelah barat laut Kota Binjai dan sekitar 80 km di
sebelah barat laut Kota Medan. Bukit Lawang termasuk dalam lingkup
Taman Nasional Gunung Leuser yang merupakan daerah konservasi
terhadap mawas orang utan.
d. Kawasan pesisir pantai antara lain Pantai Cermin Kabupaten Serdang
Bedagai, Pulau Poncan Kabupaten Tapanuli Selatan, Pantai Perupuk
Kabupaten Labuhan Batu.
e. Kawasan pesisir Kepulauan Nias antara lain Pantai Lagundri, Pantai
Sorake, Pantai Morate, Pantai Solonoko, Pulau Mursala dan Pulau
Pandan.
2. Pariwisata Budaya
Merupakan jenis wisata dengan daya tarik budaya, dapat berupa
peninggalan jaman dahulu, kawasan permukiman yang masih memelihara
tradisi. Di wilayah Sumatera Utara terdapat beberapa objek wisata budaya
diantaranya:
a. Istana kerajaan dan rumah kediaman meliputi: Istana Maimun,
Kediaman Chong A Fie, Istana Lima Laras di Kabupaten Asahan,
Istana Kota Pinang di Kabupaten Labuhan Batu Utara, dan Istana
Sisimangaraja di Bakkara Kabupaten Humbang Hasundutan;
b. Bangunan agama meliputi : Mesjid Raya di Kota Medan, Mesjid Azizi
di Kabupaten Langkat, Candi Portibi di Kabupaten Padang Lawas
Utara;
c. Permukiman Tradisional meliputi : Desa Lingga dengan rumah
tradisionalnya di Kabupaten Karo, Pematang Purba dengan rumah
tradisionalnya di Kabupaten Simalungun, Perkampungan Tua Suku
Batak Harian Boho, rumah tradisional Nias dan tradisinya, Rumah dan
Makam Kuno Raja Sidabutar di Kabupaten Samosir.
4.4.2. Penghargaan
Pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup
merupakan kegiatan yang dilaksanakan secara sadar, terencana yang
memadukan komponen lingkungan hidup ke dalam proses pembangunan
untuk menjamin kemampuan, kesejahteraan dan mutu hidup generasi
masa kini dan masa depan.
Dalam kaitan tersebut untuk mendukung peranserta masyarakat di
Provinsi Sumatera Utara yang telah ikut berpartisipasi dalam pengelolaan
lingkungan hidup maka Provinsi Sumatera Utara terus berusaha
melakukan pembenahan di segala bidang khususnya dalam pengelolaan
lingkungan, untuk itu dalam meningkatkan peranserta dunia usaha,
masyarakat dan para peduli lingkungan telah banyak upaya yang
dilakukan diantaranya memberikan suatu penghargaan. Pemerintah
memberikan penghargaan kepada masyarakat yang telah berperan aktif
dalam pelestarian lingkungan, hal ini dilakukan sebagai wujud kepedulian
terhadap upaya pengelolaan lingkungan di wilayah Provinsi Sumatera
Utara,
Penghargaan bidang lingkungan hidup yang berhasil diraih Provinsi
Sumatera Utara yang diberikan oleh Presiden RI maupun oleh
Kementerian adalah Kalpaltaru, Anugrah Adipura, Piagam Adipura dan
Sekolah Adiwiyata, (Sumber : Buku Data SLHD Provinsi Tahun 2014
Tabel UP-7).
Tabel 4.1. Penghargaan Yang Diterima Tahun 2013 dan 2014
No. Jenis Penghargaan Tahun 2013 Tahun 2014
(1) (2) (3) (4)
1 Adipura 8 4
2 Kalpataru 2 1
3 Adiwiyata Nasional 34 72
4.5. Kelembagaan
4.5.1. Informasi produk hukum yang dihasilkan oleh pemerintah
daerah yang berkaitan dengan pengelolaan lingkungan hidup,
anggaran pengelolaan lingkungan hidup dan upaya untuk
meningkatkan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia
Penguatan kelembagaan dalam upaya melakukan perlindungan
lingkungan dilakukan melalui 4 pendekatan yaitu :
1. Melengkapi dengan priranti payung hukum
2. Peningkatkan kualitas dan kuantitas personil lingkungan hidup
3. Pendanaan dan sarana prasarana yang memadai.
4. Program Kerja yang kontinue dan berbasis pada isu strategis.
Produk hukum yang telah dihasilkan Pemerintah Sumatera Utara
berkaitan dengan pengelolaan lingkungan sebagai instrumen yang
mengatur tentang berbagai upaya pengelolaan lingkungan hidup dan
pengendalian dampak lingkungan. (Sumber : Buku Data SLHD Provinsi
Tahun 2014 Tabel UP-9). dapat dilihat pada Tabel berikut :
Jenis
No. Produk Nomor Tahun Tentang
Hukum
(1) (2) (3) (4) (5)
Keputusan Pembentukan Pusat Pengendalian Kebakaran Hutan
1 364/1028/K 2001
Gubenur dan lahan Propinsi Sumatera Utara
Peraturan Penetapan Baku Mutu Air Sungai dan Segmentasi
2 21 2006
Gubenur Sungai di Provinsi Sumatera Utara
Keputusan Pembentukan Pos Pengaduan Kasus Lingkungan Hidup
3 660/401.K 2006
Gubenur Provinsi Sumatera Utara
Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis
Peraturan
4 19 2006 Laboratorium Lingkungan pada Badan Pengendalian
Gubenur
Dampak Lingkungan Daerah Provinsi Sumatera Utara
5 Peraturan 7 2009 Pengembangan dan Pengelolaan Sistem Irigasi
Jenis
No. Produk Nomor Tahun Tentang
Hukum
(1) (2) (3) (4) (5)
Daerah
Peraturan
6 13 2009 Pengelolaan Hidrologi Provsu
Daerah
Peraturan
7 14 2009 Pemanfaatan Air Permukaan
Daerah
Peraturan
8 1 2009 Baku Mutu Air Danau Toba Provinsi Sumatera Utara
Gubenur
Perubahan atas Peraturan Gubenur Nomor 30 Tahun
Peraturan
9 18 2009 2008 tentang Badan Koordinasi Pengelolaan Ekosistem
Gubenur
Kawasan danau Toba
Peraturan
10 26 2010 Komisi Irigasi Provinsi Sumatera Utara
Gubenur
Peraturan
11 2 2011 Pengendalian Pencemaran Udara
Daerah
Jenis
No. Produk Nomor Tahun Tentang
Hukum
(1) (2) (3) (4) (5)
Peraturan
12 72 2011 Pelaksanaan Pengelolaan Limbah
Gubernur
Keputusan Sekretariat Bersama Pengelolaan Lingkungan di
13 188.44/301/KPTS 2014
Gubenur Kawasan Industri Medan Provinsi Sumatera Utara
Peraturan Pengelolaan Daerah Sungai Terpadu Provinsi Sumatera
14 1 2014
Daerah Utara
Peraturan Kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Air Provinsi
15 8 2014
Gubernur Sumatera Utara
Keputusan Sekretariat Bersama Pengelolaan Lingkungan Hidup
16 188.44/431/KPTS 2015
Gubenur Industri Kelapa Sawit Provinsi Sumatera Utara
Tabel 4.2. Produk Hukum Bidang Pengelolaan Lingkungan
Sumber : Biro Hukum Provinsi Sumatera Utara Tahun 2015
4.6. Anggaran Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Utara Tahun
Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Utara sebagai satuan kerja
perangkat daerah di tingkat provinsi yang bertanggung jawab atas kegiatan
lingkungan hidup di Sumatera Utara. (Sumber : Buku Data SLHD Provinsi
Tahun 2015 Tabel UP-10).
Tabel 4.3. Anggaran Pengelolaan Lingkungan Tahun 2015
Jumlah Anggaran
No. Sumber Peruntukan
Anggaran
Anggaran Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015
Sumbangan
3
Luar Negeri
2. Master (S2) 12 12 12 12
3. Sarjana (S1) 44 36 44 36
4. Diploma (D3/D4) 3 8 3 8
5. SLTA 26 19 26 19
Total 86 76 86 76
Sumber : Data Olahan Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Utara
Tahun 2015