PEMERINTAH PROVINSI
NUSA TENGGARA BARAT
[Type the company name]
GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT
KATA PENGAI\TAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, "Laporan Informasi Kinerja
Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Tahun 2017" ini dapat disusun sesuai dengan
Pedoman Penyusunan lnformasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Provinsi dan
Nusa Tenggara Barat yang Beriman, Berbudaya, Berdaya saing dan Sejahtera".
Akhirnya, kepada Tim Penyusun dan semua pihak yang telah berpartisipasi
dan membantu penyusunan laporan ini, saya ucapkan terima kasih.
M
TGH. M. ZAINUL MAJDI
GUBERNIUR NUSA TENGGARA BARAT
SURAT TER}{YATAAIf
Nomor:
Mataram, April2018
/fih
ffi').
DAFTAR ISI
ii
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi NTB 2017
iii
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi NTB 2017
4.1.Program-Program Lingkungan........................................... IV - 1
Banjir ………………………………………………….. IV - 3
4.1.6. Proper IV - 8
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iv
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi NTB 2017
DAFTAR TABEL
Halaman
v
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi NTB 2017
vi
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi NTB 2017
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1 Peta geologi regional Pulau Lombok dan Sumbawa ................... I-5
vii
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi NTB 2017
viii
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi NTB 2017
Gambar 3.36 Analisa Total coli di Meninting I, Meninting II dan Moyo ........... III - 51
Gambar 3.37 Grafik Analisa BOD di Bendungan Batujai, Pengga, Pandanduri III - 52
dan Tibu Kuning ............................................................................
Gambar 3.38 Grafik Analisa E-coli di Bendungan Batujai, Pengga, Pandanduri III - 53
dan Tibu Kuning ...........................................................................
Gambar 3.39 Grafik Analisa Total coli di Bendungan Batujai, Pengga, III - 53
Pandanduri dan Tibu Kuning .......................................................
Gambar 3.40 GrafikJumlahRumahTangga Di Provinsi NTB Per III - 54
Kabupaten/Kota BerdasrkanTempatBuang Air Besar
.................................
Gambar 3.41 Gambar 3.34. Diagram JumlahRumahTanggaMenurutSumber III - 55
Air Minum......................................................................................
Gambar 3.42 Diagram persentasejumlahpendudukProvinsi NTB berdasarkan III - 57
tingkat pendidikan .........................................................................
Gambar 3.43 GrafiktingkatkemiskinanProvinsi se – Indonesia ....................... III - 58
Gambar 3.44 GrafikAnalisa BOD di LautProvinsi NTB Tahun 2016.............. III - 59
Gambar 3.45 Grafik Analisa Nitrat di LautProvinsi NTB Tahun 2016............. III - 60
Gambar 3.46 Grafik Hasil pemantauan kualitas udara ambien jalan raya untuk
Gas SO2..........................................................................................
III - 62
Gambar 3.47 GrafikHasilpemantauankualitasudaraambien jalan raya untuk
Gas CO .........................................................................................
III - 62
Gambar 3.48 GrafikHasilpemantauankualitasudaraambien jalan raya untuk
Gas NO2.........................................................................................
III - 63
Gambar 3.49 GrafikHasilpemantauankualitasudaraambienjalanrayauntuk O3
...................................................................................................
III - 63
Gambar 3.50 GrafikHasilpemantauankualitasudaraambienjalanrayauntuk TSP
...............................................................................................
III - 64
Gambar 3.51 GrafikHasilpemantauankualitasudaraambienjalanrayauntukPb
...................................................................................................
III - 64
Gambar 3.52 GrafikHasilpemantauankualitasudaraambienjalanrayauntuk HC
.................................................................................................
III - 65
Gambar 3.53 Grafik jumlahkendaraanbermotor di Provinsi NTB .................... III - 67
ix
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi NTB 2017
Gambar 3.54 Grafik Penggunaan Bahan Bakar di Provinsi NTB ....................... III - 68
Gambar 3.55 Grafik penambahan panjang jalan di Provinsi NTB ..................... III - 69
Gambar 3.56 Grafik jumlah kecamatan yang terkena dampak kekeringan ......... III - 71
Gambar 3.57 Grafik jumlah kk dan jiwa yang terkena dampak kekeringan ....... III - 72
Gambar 3.58 GrafikFrekuensiKejadianGempa di Provinsi NTB padatahun III - 73
2016 ...............................................................................................
Gambar 3.59 Sebaranpenduduk per Kabupaten/Kota di Provinsi NTB ............. III - 76
Gambar 3.60 Diagram jumlahpendudukProvinsi NTB menurutjeniskelamin III - 77
Gambar 3.61 Persentase perkiraanjumlahtimbulansampahRumahTangga di III - 78
Provinsi NTB tahun 2016 ............................................................
x
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi NTB 2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sumberdaya alam dan lingkungan hidup merupakan sumberdaya yang
sangat penting bagi kehidupan umat manusia dan mahluk hidup lainnya.
Dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup disebutkan bahwa lingkungan hidup adalah
kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup,
termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri,
kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup
lain. Pada keadaan alaminya, lingkungan atau ruang tempat berlangsungnya
semua kehidupan selalu bersifat dinamis atau mengalami perubahan.
Perubahan pada lingkungan akan terus berlangsung dan cenderung mengarah
pada kemungkinan terjadinya kerusakan dan pencemaran. Perubahan yang
terjadi secara alami merupakan reaksi dari lingkungan untuk tetap berada pada
keseimbangannya. Namun, perubahan dapat juga terjadi secara radikal seperti
bencana alam dan merupakan fenomena yang sulit untuk dikendalikan serta
umumnya berdampak besar dan penting terhadap kehidupan.
I-1
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi NTB 2017
I-2
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi NTB 2017
Luas
No Kabupaten / Kota Persentase
(km²)
1 Lombok Barat 1.053,87 5,23
2 Lombok Tengah 1.208,4 6
3 Lombok Timur 1.605,55 7,97
4 Sumbawa 6.643,98 32,97
5 Dompu 2.324,6 11,53
6 Bima 4.389,4 21,78
7 Sumbawa Barat 1.849,02 9,17
8 Lombok Utara 809,53 4,02
9 Kota Mataram 61,3 0,3
10 Kota Bima 207,5 1,03
TOTAL 20.153,15 100
I-3
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi NTB 2017
B.2.1.Pasang Surut
I-4
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi NTB 2017
karena terdapat pergerakan massa air yang besar antara Laut Flores dan
Samudera Hindia. Pola arus secara umum yang terjadi di Provinsi NTB
dapat dilihat pada Gambar 1.1
Gambar 1.1. Pola Arus di Perairan Laut KSPN Komodo dan Sekitarnya (KLH, 2010)
I-5
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi NTB 2017
berasal dari arah utara tersebut bertemu dengan arus laut yang berasal dari Laut
Banda yang kemudian bergerak menyusur pantai ke arah timur.
Selat Lombok dalah koridor utama ARLINDO atau Indonesian Through
flow (ITF). Arus ini membawa massa air Samudera Pasifik ke Samudera Hindia.
Meskipun arah utama transportasi air dari timur laut, namun terbatas terjadinya
pertukaran air dalam arah yang berlawanan. Aliran ITF yang hangat, rendah
salinitas dari Pasifik Utara dan tengah, menyediakan sumber air utama bagi
Samudera Hindia bagian timur laut (Turak dan De Vanitier, 2011).
I-6
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi NTB 2017
I-7
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi NTB 2017
B.2.3. Gelombang
I-8
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi NTB 2017
angin dari arah laut lepas Samudera Hindia (dari Selatan) (Sofian et al.,
2008).
Kondisi gelombang perairan NTB berdasarkan Stasiun Labuhan
Badas dengan tinggi signifikan 0,3-0,8 m, dengan tinggi maksimumnya
berkisar antara 0,5 -1,3 m. Sedangkan angin berasal dari tenggara dan
selatan dengan kecepatan berkisar 2-20 knot.
B.3. Geologi
Geologi wilayah Nusa Tenggara Barat secara umum ditutupi oleh
kumpulan dari batuan andesit vulkanik, epiklastik breksi dan setempat
dijumpai sisipan batu gamping kalsitis dan batu gamping koral dan
dibeberapa lokasi dijumpai intrusi andesit porfiri. Batuanan desitumumnya
berukuran halus hingga sedang, ekuigranular hingga subporpiritik terdapat
kearah bagian barat dari wilayah IUP Eksplorasi. Tidak ada struktur-
struktur besar dan yang dapat dipetakan telah tercatat kecuali rekahan-
rekahan yang secara umum berarah timur laut dan beberapa berarah barat
daya sementara pada peta image “landsat dan foto udara” terlihat jelas
liniament - kelurusan yang umumnya berarah NE - SW dan NW – SE.
I-9
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi NTB 2017
dan tanah pada daratan di bagian tengah dari Pulau Lombok sebagai
pemisah antara batuan kwarter di utara dan batuan erosi busur gunung
apitersier di selatan.
I - 10
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi NTB 2017
Peta geologi regional Pulau Sumbawa dan Pulau Lombok dapat dilihat
pada gambar 1.4.
I - 11
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi NTB 2017
I - 12
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi NTB 2017
Tahap awal yang dilakukan dalam upaya penjaringan isu dilaksanakan dengan
melakukan desk study dilanjutkan dengan melaksanakan Focus Group Discussion
(FGD).
I - 13
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi NTB 2017
FGD dilakukan dengan pola konsultansi dan diskusi berbagai sektor yang
melibatkan stakeholders, baik dari unsur pemerintah, swasta dan masyarakat.
Melalui kegiatan ini diharapkan dapat digali isu-isu penting yang terkait dengan
berbagai permasalahan di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Identifikasi isu-isu
panjang dilakukan dengan menghimpun masukan dari masyarakat dan pemangku
kepentingan yang didasarkan pada data dan/atau analisis teknis (ilmiah) serta
berdasarkan nomenklatur yang ada.
I - 14
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi NTB 2017
D.2. TUJUAN
1. Dapat digunakan sebagai dasar saat pengambilan keputusan untuk
memperbaiki lingkungan di Provinsi NTB. Dengan adanya dasar ini
maka perbaikan akan lebih mudah diterima oleh masyarakat dan lebih
mudah untuk dilaksanakan.
2. Memberi gambaran secara nyata melalui data yang diambil dari
lingkungan secara nyata guna meningkatkan kesadaran, pemahaman,
dan pengertian kepada masyarakat tentang kondisi lingkungan. Dengan
adanya pemahaman dari masyarakat tersebut akan memudahkan
pemerintah daerah dalam mengambil keputusan demi perbaikan
lingkungan.
3. Dapat digunakan untuk mengukur perkembangan dan kemajuan
lingkungan di suatu daerah tertentu.
E. RUANG LINGKUP
Adapun ruang lingkup yang disajikan dalam Laporan Informasi Kinerja
Pengelolaan Lingkungan Hidup daerah ini meliputi:
1. Ruang lingkup wilayah Nusa Tenggara Barat meliputi wilayah daratan
dan pesisir;
2. Ruang lingkup materi yang tercantum dalam panduan Nirwasita Tantra,
yakni penentuan isu prioritas, analisis P-S-R dn inovasi dalam
pengelolaan daerah;
3. Ruang lingkup kedalaman data mengikuti ketentuan yang terdapat dalam
panduan Nirwasita Tantra.
I - 15
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi NTB 2017
BAB II
Isu lingkungan hidup yang dikemukakan pada bagian ini adalah isu
strategis yang terkait dengan perkembangan wilayah dan dampaknya terhadap
lingkungan daerah, sedangkan isu kritis masing-masing komponen lingkungan
akan dibahas pada masing-masing komponen lingkungan dan kecenderungannya.
II - 1
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi NTB 2017
c. Kebijakan
1) Peningkatan aksesibilitas antar wilayah;
2) Peningkatan ketersediaan sumberdaya air;
3) Peningkatan kualitas perumahan dan lingkungan permukiman;
4) Peningkatan harmonisasi pembangunan berbasis tata ruang;
5) Peningkatan kualitas dan daya dukung lingkungan;
6) Peningkatan kapasitas energi listrik terpasang;
II - 2
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi NTB 2017
II - 3
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi NTB 2017
II - 4
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi NTB 2017
II - 5
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi NTB 2017
II - 6
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi NTB 2017
II - 7
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi NTB 2017
II - 8
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi NTB 2017
II - 9
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi NTB 2017
II - 10
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi NTB 2017
BAB III
A. TATAGUNA LAHAN
A.1. Lahan
Lahan merupakan bagian dari bentang lahan (Landscape) yang
meliputi lingkungan fisik termasuk di dalamnya iklim, topografi/relief,
hidrologi tanah dan keadaan vegetasi alami yang semuanya secara
potensial akan berpengaruh terhadap penggunaan lahan. Pada umumnya,
penetapan penggunaan lahan didasarkan pada karakteristik lahan dan daya
dukung lingkungannya. Bentuk penggunaan lahan yang ada dapat dikaji
melalui proses evaluasi sumber daya lahan, sehingga dapat diketahui
potensi sumber daya lahan untuk berbagai penggunaannya. Pengelolaan
lahan yang ramah lingkungan dan penyusunan tata ruang yang tepat, dapat
mengurangi dampak negatif yang mungkin ditimbulkan antara lain banjir,
kekeringan dan longsor.
Pengunaan lahan di Provinsi Nusa Tenggara Barat secara umum
dirinci menjadi lahan sawah sebesar 12.89%, lahan bukan pertanian
sebesar 22,41%, dan lahan pertanian bukan sawah sebesar 64,69% dari
total luas lahan sebesar 1.987.104 Ha. Lahan Sawah yaitu lahan yang
digunakan untuk ditanami padi atau tanaman lainnya yang produktif.
Lahan pertanian bukan sawah biasanya berupa tegal/kebun, huma, hutan
rakyat, tambak, kolam/empang dan lain-lain. Lahan bukan pertanian
biasanya berupa pemukiman, perkantoran, jalan dan lain-lain. Tabel 2
(lampiran) dan Grafik 3.1 berikut menyajikan Luas lahan dirinci menurut
penggunaan per kabupaten di Provinsi NTB.
III - 1
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi NTB 2017
350.000
300.000
250.000
Luas Lahan (Ha)
200.000
Luas Lahan (Ha)
150.000 Luas Lahan (Ha)
Gambar 3.1. Grafik Luas lahan dirinci menurut penggunaan per kabupaten di
Provinsi NTB
III - 2
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi NTB 2017
yang tidak pernah digenangi air atau tergenang air pada sebagian waktu
selama setahun. Lahan kering dapat digunakan untuk usaha pertanian
dengan menggunakan air secara terbatas dan biasanya hanya
mengharapkan dari curah hujan.
Ada beberapa kendala yang dihadapai dalam pengembangan lahan
kering, antara lain adalah tingkat kesuburan tanah yang relative rendah,
mudah tererosi, ketersedian air terbatas dan topografi umumnya tidak
datar. Adapun solusi untuk lahan kering adalah perlunya pengolahan tanah
yang baik, pemberian pupuk organic pada lahan kering, pembuatan
terasering agar permukaan tanah yang miring menjadi bertingkat-tingkat
untuk mengurangi kecepatan air yang meresap kedalam tanah. Selain itu
juga dengan melakukan konservasi secara kultur teknik, penggunaan
varietas unggul yang tahan terhadap kekeringan dan melakukan pola
tanam yang efektif.
0,02 1,81
7,34
2,77 9,24 Lombok Barat
Lombok Tengah
7,26
Lombok Timur
Sumbawa
8,24
Dompu
28,26 Bima
Sumbawa Barat
Lombok Utara
23,48
Kota Mataram
11,57 Kota Bima
III - 3
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi NTB 2017
III - 4
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi NTB 2017
III - 5
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi NTB 2017
Gambar 3.3. Grafik luas lahan kritis per kabupaten di Provinsi NTB
III - 6
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi NTB 2017
70.000,00
60.000,00
50.000,00
40.000,00
30.000,00
20.000,00
10.000,00
-
Gambar. 3.4. Grafik Luas Lahan Kritis dan Sangat Kritis di Provinsi Nusa
Tenggara Barat Menurut Fungsi Hutan
Dari grafik 3.4 diketahui luas lahan sangat kritis tertinggi di hutan
cagar alam sebesar 10.806,64 Ha atau 57,16 % dan terendah di Taman
Buru, Taman Wisata Alam, Taman Hutan Rakyat dan Kawasan Suaka
Alam sebesar 0%. Untuk luas lahan kritis tertinggi di hutan produksi
terbatas sebesar 70.330,93 Ha atau 31,84% dan terendah di Taman Hutan
Rakyat 754,57 Ha atau 0,34%.
Penanganan lahan kritis mutlak dilakukan karena berdampak
sangat luas terhadap lingkungan dan kehidupan mahluk hidup. Lahan kritis
dapat memicu kejadian bencana alam, kegagalan panen dan pada akhrnya
meningkatkan kemiskinan penduduk.
III - 7
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi NTB 2017
perubahan dan bagaimana perubahan terjadi. Pada tahun 2016 ini data
tutupan lahan yang disajikan berupa perbandingan tutupan lahan yang
diindikasikan menyimpang dari peruntukkannya di wilayah Provinsi Nusa
Tenggara Barat berdasarkan peta tutupan lahan 2016 dan 2009.
III - 8
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi NTB 2017
Pertambangan 19,21 -
Pertanian Lahan 5.540,53 17.891,33 12.350,80
Kering
Pertanian Lahan 21.105,64 4.289,47
Kering Campuran
Sawah 619,60 794,27 174,67
Tambak 1.887,21 319,72
b. Kawasan Pertanian Permukiman 537,40 25.477,40 24.940,00
Perkebunan 3.704,90 569,61
c. Kawasan Perkebunan Permukiman 1.460,31 27.521,69 26.061,38
Sawah 960,68 21.303,63 20.342,95
Tambak 965,63 296,57
d. Kawasan peternakan - - - -
e. Kawasan Pemukiman - - - -
f. Kawasan Permukiman - 47,00 47,00
Pertambangan
g. Danau/Waduk Permukiman 10,55 1.420,39 1.409,84
Sumber data : Bappeda Provinsi NTB
III - 9
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi NTB 2017
III - 10
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi NTB 2017
Dari tabel 3.2. diketahui simpangan pola ruang peningkatan lahan terbesar
terapat di daerah tutupan lahan pertanian dengan pola ruang kawasan perkebunan
sebesar 26.061,38 Ha. Untuk daerah tutupan lahan pertanian lahan kering
peningkatan terbesar terdapat di kawasang hutan produksi dengan peningkatan
sebesar 12.350,8 Ha. Sedangkan di pola ruang sawah peningkatan tertinggi
terdapat di kawasan perkebunan yaitu sebesar 20.342,95Ha. Peta tutupan lahan,
peta kesesuaian tutupan lahan dengan pola ruang dan peta simpangan kawasan
lindung menjadi kawasan budidaya dapat dilihat pada gambar 3.5- 3.10.
III - 11
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi NTB 2017
III - 12
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi NTB 2017
Gambar 3.5. Peta Tutupan Lahan Tahun 2016 di Provinsi Nusa Tenggara Barat
III - 13
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi NTB 2017
Gambar 3.6. Peta Kesesuaian Tutupan Lahan Tahun 2016 Dengan Pola Ruang di Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat
III - 14
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi NTB 2017
Gambar 3..7. Peta kesesuaian pola ruang dengan tutupan lahan tahun 2016 dan tahun 2009di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat
III - 15
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi NTB 2017
III - 16
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi NTB 2017
III - 17
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi NTB 2017
III - 18
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi NTB 2017
A.2. Hutan
Hutan merupakan ekosistem yang kaya akan keanekaragaman
hayati, berperan dalam penyediaan jasa lingkungan dan tempat
bergantung masyarakat yang hidup disekitar hutan serta menyimpan
karbon terrestrial dalam jumlah yang sangat besar. Selain itu hutan juga
merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi masalah pengendalian
daur air, erosi dan longsor lahan. Harapan ini perlu didukung bersama
untuk mewujudkan, karena banyak kelebihan ekosistem hutan untuk
mewujudkan harapan tersebut. Nilai peran hutan ditentukan oleh luas,
jenis, struktur pertumbuhan, keadaan pertumbuhan dan struktur hutannya.
Ekosistem hutan juga dipengaruhi oleh keadaan iklim, geologi, struktur
tanah dan geomorfologi, sehingga di dalam membangun hutan harus
memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi dan masalah
kependudukannya.
Sesuai dengan karakteristik/ciri khasnya dan untuk kepentingan
nasional, berdasarkan peruntukan/fungsi utamanya, hutan diklasifikasikan
menjadi empat jenis yaiitu:
1. Hutan Produksi, adalah hutan yang memiliki nilai ekonomi
tinggi dan sebagai penghasil komoditas kayu serta hasil hutan
lainnya
2. Hutan Lindung, adalah hutan yang karena sifat alamnya
diperuntukan secara khusus untuk melindungi tata air,
pencegahan erosi, banjir, abrasi pantai serta pelindung terhadap
tiupan angin
3. Hutan Konservasi, adalah hutan yang karena sifat-sifatnya
diperuntukkan sebagai pelindung dan pelestarian bagi flora dan
fauna, atau untuk pelindung suatu ekosistem.
Provinsi NTB memiliki luas wilayah yaitu 2,015,315 Ha, dengan
luas kawasan hutan 1.071,722,83 Ha atau 53 % dari luas wilayah NTB,
persentase ini sudah melebihi persentase minimum kawasan hutan di
suatu wilayah yaitu 30% dari total luas daratannya.Luas kawasan hutan
III - 19
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi NTB 2017
menurut fungsinya dapat dilihat pada tabel 3.3 dan diagram komposisi
fungsi kawasan hutan di Provinsi NTB dapat dilihat pada gambar 3.11.
Tabel 3.3. Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi
No. Fungsi Luas (Ha)
A. Berdasarkan Fungsi Hutan
1 Hutan Produksi 453.936,97
Hutan Produksi Tetap 160.250,74
Hutan Produksi Terbatas 293.685,83
2 Hutan Lindung 444.149,86
3 Hutan Konservasi 174.939,31
Taman Nasional Gunung Rinjani 41.330,00
Taman Nasional Gunung Tambora 71.645,64
Taman Wisata Alam 21.976,06
Cagar Alam 36.832,61
Taman Hutan Raya 3.155,00
Total Luas Hutan 1.071.722,83
Sumber data : Statistik Kehutanan Provinsi NTB
16,32%
41,44%
III - 20
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi NTB 2017
Tabel 3.4. Luas Kawasan Hutan Tiap Kabupaten/Kota Menurut Fungsi Hutan.
Hutan Total Luas
Hutan Konservasi (Ha) Lindung Hutan Produksi (Ha) Kawasan
(Ha) Hutan (Ha)
Luas Wilayah
No. Kab./Kota Kawasan Suaka Taman
(Ha) Kawasan Pelestarian Alam
Alam Buru
Terbatas Tetap
CA SM TN TWA THR
(HPT) (HP)
1 Kota Mataram 6.130,00 - - - - - - - - -
2 Lombok Barat 105.387,00 - - - 3.402,27 3.155,00 - 25.078,94 10.041,00 304,67 41.981,88
3 Lombok Utara 80.953,00 - - 10.210,00 2.954,00 - - 11.198,22 6.984,38 5.171,52 36.518,12
4 Lombok Tengah 120.840,00 - - 3.675,00 2.149,29 - - 9.926,14 - 4.583,89 20.334,32
5 Lombok Timur 160.555,00 - - 27.104,50 - - - 31.498,67 - 5.565,00 64.168,17
6 Sumbawa 664.398,00 1.641,25 - - 6.100,50 - 22.537,90 168.667,68 137.036,14 53.691,88 389.675,35
7 Sumbawa Barat 184.902,00 524 - - 4.538,00 - - 63.107,71 38.349,94 18.816,11 125.335,76
8 Dompu 232.460,00 0,00 27.445,00 2.600,00 - 51.482,59 32.586,78 26.119,11 140.233,48
9 Bima 438.940,00 10.826,55 44541,14 232 - 82.866,11 67.190,59 44.740,03 250.396,42
10 Kota Bima 20.750,00 - - - - - 323,8 1.497,00 1.258,53 3.079,33
TOTAL 2.015.315,00 12.991,80 112.975,64 21.976,06 3.155,00 22.537,90 444.149,86 293.685,83 160.250,74 1.071.722,83
400000
300000
200000
100000
Gambar 3.12. Grafik luas kawasan hutan per kabupaten di Provinsi NTB
III - 21
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi NTB 2017
III - 22
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi NTB 2017
bernilai tinggi yang memperkaya kesuburan laut dan memberi makan serta
perlindungan bagi berbagai spesies yang memiliki nilai ekonomis.
Kerusakan padang lamun dapat mengganggu ekosistem pesisir sehingga
sangat perlu untuk dijaga kelestariannya.
277,3
846,0 - 636,0
615,6
Lombok Barat
784,3 Lombok Tengah
Lombok Timur
1.617,5
Sumbawa
Dompu
Bima
125,3 Sumbawa Barat
Lombok Utara
Kota Mataram
Kota Bima
4.477,0
III - 23
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi NTB 2017
III - 24
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi NTB 2017
36,5 2.482,2
2.558,1 1.306,1 Lombok Barat
-
3.424,2 Lombok Tengah
Lombok Timur
4.494,9
Sumbawa
Dompu
Bima
8.858,5
Sumbawa Barat
Lombok Utara
10.856,0
Kota Mataram
3.090,5
Kota Bima
III - 25
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi NTB 2017
A.3.3. Mangrove
Hutan mangrove merupakan hutan yang tumbuh diatas rawa-rawa
berair payau yang terletak pada garis pantai dan dipengaruhi oleh pasang-
surut air laut. Hutan ini tumbuh khususnya di tempat-tempat di mana
terjadi pelumpuran dan akumulasi bahan organik. Ekosistem mangrove
mempunyai multi fungsi antara lain berperan menjebak dan menahan
sedimen, meredam badai pantai dan energi gelombang seperti tsunami,
kontrol terhadap erosi, menetralisir limbah cair sehingga melindungi laut
dari pencemaran (fungsi ekologis/fisik).
Selain itu, mangrove juga berfungsi menjaga kestabilan
produktivitas dan ketersediaan sumberdaya hayati wilayah pesisir karena
sebagai pemasok hara dan makanan bagi plankton (fungsi biologis), serta
menjadi daerah penangkapan ikan (fishing ground) yang produktif,
penghasil berbagai produk seperti kayu, bahan pewarna, makanan, madu,
obat-obatan, kosmetika dan lain-lain yang bernilai ekonomi (fungsi
ekonomi), dan sebagai obyek dan daya tarik wisata alam, pendidikan dan
ilmu pengetahuan (fungsi pariwisata).
Pada tahun 2015, dari hasil analisis peta citra menunjukkan bahwa
luas hutan mangrove Provinsi NTB saat ini diestimasi seluas 12.144,3 Ha.
Jika dibandingkan dengan tahun 1993, luas hutan mangrove di Provinsi
NTB masih seluas 49.174 Ha, terjadi degradasi hutan mangrove seluas
37.029,7 Ha. Ekosistem hutan mangrove tersebut tersebar pada perairan
pasang surut mulai dari Selat Lombok hingga Selat Sape, Laut Flores,
Samudera Hindia, perairan teluk, dan pulau-pulau kecil. Hutan mangrove
dengan kerapan tinggi di wilayah pesisir terdapat antara lain di Teluk
Lembar, Teluk Sepi, Teluk Bumbang, Teluk Ekas, Teluk Serewe, Teluk
Jor, Teluk Saleh, Teluk Sape, Teluk Waworada, dan Teluk Cempi.
Sedangkan di PPK, hutan mangrove masih tumbuh lebat diantaranya di
III - 26
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi NTB 2017
Gili Gede, Gili Sulat, Gili Lawang, Gili Petagan, Gili Belang, Gili Namo,
Gili Kalong, P. Panjang, P. Saringi, P. Temudong, P. Kramat, P. Medang,
dan P. Rea (Tabel 3.5., Tabel 3.6.).
Rasio
Luas Hutan Perubahan
No Tahun Perubahan Luas
Mangrove (Ha) (Ha/Tahun)
(%/Tahun)
1 1993 49.174 -
2 1999 20.234,26 (4.823,29) (9,81)
3 2006 18.256,88 (282,48) (1,40)
4 2015 12.144,30 (679,18) (3,72)
Rerata Perubahan (1.683,17) (3,42)
Sumber : DISHUT Provinsi NTB (1994); BP DAS Dodokan Moyosari (2011);
DISHUT Provinsi NTB (2007); DKP Provinsi NTB (2015) (Diolah)
Tabel 3.6. Luas Hutan Mangrove di Provinsi NTB Tahun 2006 dan 2015 Menurut
Kabupaten/Kota
Rasio
Perubahan
Luas Hutan Perubahan
Luas
No Kabupaten/Kota Mangrove (Ha) Luas
(Ha/Tahun)
(%/Tahun)
2006 2015
A. Pulau Lombok 3304,63 2514,4 -87,8
1 Kabupaten Lombok Barat 438,54 510,4 7,98 1,82
2 Kabupaten Lombok Utara - 6,7 - 0
3 Kabupaten Lombok Tengah 202,68 110,8 -10,21 -5,04
4 Kabupaten Lombok Timur 2.663,41 1.886,50 -86,32 -3,24
5 Kota Mataram - - - -
A. Pulau Sumbawa 15.052,25 9.566 -609,56 -4,05
1 Kabupaten Sumbawa Barat 152,22 672,20 57,78 37,96
2 Kabupaten Sumbawa 10.664,78 6.172,80 -499,11 -4,68
3 KabupatenDompu 3.373,57 2.038,10 -148,39 -4,4
4 Kabupaten Bima 861,68 663,30 -22,04 -2,56
5 Kota Bima - 19,80 2,2 0
PROVINSI NUSA TENGGARA 18.356,88 12.080,60 -697,36 -3,8
BARAT
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi NTB
III - 27
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi NTB 2017
III - 28
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi NTB 2017
III - 29
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi NTB 2017
III - 30
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi NTB 2017
Arahan Pemanfaatan
Kawasan
Zona Subzona
2. Wilayah Kerja dan
Wilayah Pengoperasian
Pelabuhan Perikanan.
Pertambangan 1. Mineral/Pasir Laut;
2. Minyak dan Gas Bumi
Perikanan Budidaya 1. Budidaya Laut; dan/atau
2. Budidaya Air Payau.
Perikanan Tangkap 1. Pelagis;
2. Demersal; dan/atau
3. Pelagis dan Demersal
Kawasan Konservai (KK)
KKP3K dan KKM, dirinci Pemanfaatannya antara lain:
Kawasan Konservasi
atas: 1. Perlindungan mutlak
dikategorikan atas: habitat dan populasi ikan
1. Zona Inti
a. Kawasan Konservasi Pesisir serta alur migrasi biota
dan Pulau-Pulau Kecil laut;
(KKP3K) 2. Perlindungan ekosistem
b. Kawasan Konservasi Maritim pesisir unik dan/atau
(KKM); rentan terhadap perubahan;
c. Kawasan Konservasi Perairan 3. Perlindungan situs budaya
(KKP); atau adat tradisional;
4. Penelitian; dan/atau
5. Pendidikan
III - 31
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi NTB 2017
Arahan Pemanfaatan
Kawasan
Zona Subzona
dan/atau
5) pelestarian lingkungan.
Alur Pelayaran :
1. Pelayaran Internasional;
2. Pelayaran Nasional;
3. Pelayaran Regional;
4. Pelayaran Lokal;
III - 32
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi NTB 2017
Gambar 3.15. Peta Pola Ruang WP3K Provinsi NTB (Alur Laut Perairan Sekitar Pulau Lombok)
III - 33
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi NTB 2017
Gambar 3.16. Peta Pola Ruang WP3K Provinsi NTB (Alur Laut perairan Pulau Sumbawa bagian Barat Daya)
III - 34
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi NTB 2017
Gambar 3.17. Peta Pola Ruang WP3K Provinsi NTB (Alur Laut perairan bagian Timur Pulau Sumbawa)
III - 35
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi NTB 2017
Gambar 3.18. Peta Pola Ruang WP3K Provinsi NTB (Alur Laut Perairan pantai Utara Pulau Sumbawa)
III - 36
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi NTB 2017
III - 37
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi NTB 2017
Tabel 3.8. Alokasi Ruang Kawasan Konservasi di WP3K Provinsi NTB tahun 2016
Kategori Penetapan Posisi Geografi
Lokasi Luas (ha)
Kawasan Konservasi Lon (X) Lat (Y)
1) Penetapan Kawasan 116,05662 -8,35349 TWP Pulau Gili Ayer, Meno, dan Trawangan di Lombok Utara 2.954,00
(Keputusan Menteri) 117,50765 -8,30142 TWAL Pulau Moyo di Kab. Sumbawa 6.000,00
117,74692 -8,10622 TWA Pulau Satonda di Kab. Dompu 2.600,00
JUMLAH 11.554,00
2) Pencadangan Kawasan 115,89656 -8,74569 TWP Gili Tangkong, Nanggu, dan Sudak di Kab. Lombok Barat 21.556,00
(Keputusan Gubernur) 116,70973 -8,32263 TWP Gili Sulat dan Gili Lawang di Kab. Lombok Timur 10.000,00
116,38586 -8,95308 TWP Teluk Bumbang di Kab. Lombok Tengah 6.310,00
116,82257 -8,51140 TPK Gili Balu di Kab Sumbawa Barat 6.005,20
117,07028 -8,38044 TPK Pulau Kramat, Bedil, dan Temudong di Kab. Sumbawa 2.000,00
117,72340 -8,51415 TWP Pulau Liang dan Ngali di Kab. Sumbawa 33.461,00
119,25674 -8,44085 TWP Gili Banta di Kab. Bima 40.500,00
118,32330 -8,79527 SAP Teluk Cempi di Kab. Dompu 22.387,31
117.09770 -9.10034 TP Penyu Tatar Sepang-Lunyuk di Kab. Sumbawa Barat dan di Kab. 50.364,18
Sumbawa
JUMLAH 192.583,69
3) Usulan Perluasan Kawasan 116.92917 -8.42942 KKP3K Pulau Panjang di Kab. Sumbawa 15.012,93
Konservasi
117.39969 -8.13771 KKP Pulau Medang di Kab. Sumbawa 11.339,56
117.97245 -8.65945 KKP Pulau Rakit di Kab. Sumbawa 12.146,00
117.83920 -8.66594 KKP Pulau Lipan dan Gili Taekebo di Kab. Sumbawa 14.494,76
118.28879 -8.25501 KKP Teluk Sanggar di Kab. Dompu 46.237,50
119.22670 -8.68268 KKP3K Pulau Kelapa di Kab. Bima 5.970,70
119.05087 -8.18098 KKP3K Pulau Sangiang di Kab. Bima 31.805,73
JUMLAH 137.007.18
Total 341.144,87
Sumber data : Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi NTB
III - 38
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi NTB 2017
b. Luas Zona Energi yang beririsan dengan KSNT dan Konservasi di Kawasan
Lembar yaitu seluas 1.408,46 Ha.
B. KUALITAS AIR
Air hujan yang jatuh ke bumi sebagian menguap kembali menjadi uap air
di udara, sebagian masuk ke dalam tanah (infiltrasi) dan sebagian lagi mengalir di
permukaan (run off). Aliran air di permukaan ini kemudian akan berkumpul
mengalir ke tempat yang lebih rendah dan membentuk sungai yang kemudian
mengalir ke laut. Air sungai menjadi salah satu indikator kondisi lingkungan
hidup di sekitarnya, terutama kondisi biofisik lahan dan prilaku masyarakat
sekitar dalam mengelola lingkungan. Aliran sungai normal sesuai karakteristiknya
menandakan kondisi biofisik lahan di sekitarnya terjaga dan berfungsi dengan
baik. Prilaku masyarakat dalam mengelola lingkungan selain berpengaruh
terhadap kondisi biofisik lahan, juga berpengaruh terhadap kualitas air sungai. Air
sungai mempunyai peranan yang sangat strategis dalam kehidupan manusia dan
III - 39
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi NTB 2017
III - 40
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi NTB 2017
amonia (NH3-N), tembaga (Cu), besi (Fe), timbal (Pb), seng (Zn), fosfat (PO4),
sulfat (SO42-) Parameter mikrobiologi yang diujikan adalah kandungan koliform
dan kolitinja. Sedangkan untuk parameter kimia organik mengukur minyak dan
lemak serta deterjen. Baku mutu yang digunakan yaitu baku mutu Peraturan
Pemerintah RI Nomor 82 tahun 2001.
Parameter-parameter yang melebihi baku mutu adalah :
1. TSS : Residu tersuspensi menyebabkan kekeruhan, air tidak larut dan tidak
dapat langsung mengendap dan akan mengurangi penetrasi sinar matahari
kedalam air sehingga akan mempengaruhi regenerasi oksigen serta
fotosintesis.
Sungai Ancar : dibagian Hulu (titik 3).
Sungai Tojang : dibagian Hulu (titik 3) dan Hilir (titik 6)
Sungai Brang Rea : dibagian Hilir (titik 6)
Sungai Sidutan : dibagian Hilir (titik 6)
180
160
140
120
100
80
60
40
20
0
1 2 3 4 5 6
Gambar 3.19. Grafik Analisa TSS di Sungai Ancar, Tojang, Brang Rea dan
Sidutan
III - 41
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi NTB 2017
makin besar B.O.D nya sedangkan D.O akan makin rendah. Jika
kandungan BOD tinggi dapat Menyebabkan mikroorganisme tidak bisa
terurai akibat dari kekurangan oksigen sehingga makin banyak bahan
organik dalam air tersebut.
Sungai Dodokan : dibagian hilir (titik 5 dan 6)
Sungai Babak : dibagian tengah (titik 3 dan 4) dan hilir (Titik 5 dan
6)
Sungai Ancar : dibagian hilir (Titik 6)
Sungai Sori Jangka : hampir diseluruh titik pengambilan sampel
melebihi baku mutu kecuali dibagian hulu (titik 1).
Sungai Rabaluju : dibagian Tengah (titik 3 dan 4) dan hilir (titik 5
dan 6)
Sungai Brang Rea : dibagian Tengah (titik 3) dan hilir (titik 5 dan
6)
Sungai Sidutan : dibagian Tengah (titik 3 dan 4) dan hilir (titik 5
dan 6)
Sungai Sori Padolo : dibagian Tengah (titik4) dan hilir (titik 5 dan
6)
Sungai Moyo : dibagian hulu (titik 2) Tengah (titik 3 dan 4) dan
hilir (titik 5 dan 6) dan anak sungai 2 (titik 8)
12,0
10,0
8,0
6,0
4,0
2,0
0,0
1 2 3 4 5 6
III - 42
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi NTB 2017
Gambar 3.19. Grafik Analisa BOD di Sungai Dodokan, Babak, Tojang dan Ancar
45,00
40,00
35,00
30,00
25,00
20,00
15,00
10,00
5,00
0,00
1 2 3 4 5 6
Gambar 3.20. Grafik Analisa BOD di Sungai Sori Jangka, Rabaluju, Brang Rea
dan Sidutan
25
20
15
10
0
1 2 3 4 5 6 7 8
Gambar 3.21. Grafik Analisa BOD di Sungai Sori Padolo, Brang Biji dan Moyo
III - 43
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi NTB 2017
70
60
50
40
30
20
10
0
1 2 3 4 5 6
Gambar 3.23. Grafik Analisa COD di Sungai Dodokan, Babak, Tojang, Dan Sori
Jangka
III - 44
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi NTB 2017
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
1 2 3 4 5 6 7 8
Gambar 3.24. Grafik Analisa COD di Sungai Rabaluju, Sidutan, Sori Padolo dan
Moyo
III - 45
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi NTB 2017
9,0
8,0
7,0
6,0
5,0
4,0
3,0
2,0
1,0
0,0
1 2 3 4 5 6 7 8
III - 46
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi NTB 2017
0,4
0,35
0,3
0,25
0,2
0,15
0,1
0,05
0
1 2 3 4 5 6
Gambar 3.26. Grafik Analisa Nitrit di Sungai Babak, Ancar, Tojang, Sori Jangka
dan Rabaluju
III - 47
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi NTB 2017
0,6
0,5
0,4
0,3
0,2
0,1
0
1 2 3 4 5 6
Gambar 3.27. Grafik Analisa Fosfat di Sungai Dodokan, Babak, Ancar dan
Tojang
0,45
0,4
0,35
0,3
0,25
0,2
0,15
0,1
0,05
0
1 2 3 4 5 6
Gambar 3.28. Grafik Analisa Fosfat di Sungai Sori Jangka, Rabaluju, Sidutan dan
Sori Padolo
III - 48
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi NTB 2017
0,120
0,100
0,080
0,060
0,040
0,020
0,000
1 2 3 4 5 6
Gambar 3.28. Grafik Analisa Seng (Zn) di Sungai Dodokan, Ancar, dan Rabaluju
III - 49
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi NTB 2017
0,4
0,35
0,3
0,25
0,2
0,15
0,1
0,05
0
1 2 3 4 5 6
Gambar 3.29. Grafik Analisa Seng (Zn) di Sungai Brang Rea, Brang Biji dan Sori
Padolo
8. Fecal coli dan Total Coli : Diakibatkan karena kebiasaan masyarakat yang
buang air langsung di sungai karena mereka tidak mempunyai WC atau
septic tank yang bermuara di sungai.
Diseluruh sungai yang dilakukan sampling melebihi baku mutu.
3.000.000
2.500.000
2.000.000
1.500.000
1.000.000
500.000
-
1 2 3 4 5 6
Gambar 3.31. Grafik Analisa e- coli di Sungai Dodokan, Babak, Ancar dan
Tojang
III - 50
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi NTB 2017
300.000
250.000
200.000
150.000
100.000
50.000
-
1 2 3 4 5 6
Gambar 3.31. Grafik Analisa e- coli di Sungai Sori Jangka, Rabaluju, Brang Rea,
dan Sidutan
300.000
250.000
200.000
150.000
100.000
50.000
-
1 2 3 4 5 6 7 8
Gambar 3.32. Grafik Analisa e- coli di Brang Biji, Sori Padolo, dan Moyo
III - 51
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi NTB 2017
3.000.000
2.500.000
2.000.000
1.500.000
1.000.000
500.000
-
1 2 3 4 5 6
Gambar 3.33. Grafik Analisa e- coli di Sungai Dodokan, Babak, Ancar dan
Tojang
300.000
250.000
200.000
150.000
100.000
50.000
-
1 2 3 4 5 6
Gambar 3.34. Grafik Analisa e- coli di Sungai Sori Jangka, Rabaluju, Brang Rea,
dan Sidutan
III - 52
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi NTB 2017
300.000
250.000
200.000
150.000
100.000
50.000
-
1 2 3 4 5 6 7 8
Gambar 3.35. Grafik Analisa e- coli di Brang Biji, Sori Padolo, dan Moyo
III - 53
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi NTB 2017
30
25
20 Batujai
Pengga
15
Pandanduri
Tibu Kuning
10
Baku Mutu (12 mg/l)
Gambar 3.37
Grafik Analisa BOD di Bendungan Batujai, Pengga, Pandanduri dan Tibu Kuning
2. Fecal coli dan total coli : Diakibatkan karena kebiasaan masyarakat yang
buang air langsung di sungai karena mereka tidak mempunyai WC atau
septic tank yang bermuara di sungai.
Diseluruh titik pengambilan sampel air bendungan melebihi baku
mutu
III - 54
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi NTB 2017
3.000.000
2.500.000 Batujai
2.000.000 Pengga
Pandanduri
1.500.000
Tibu Kuning
1.000.000
3.000.000
2.500.000
Batujai
2.000.000 Pengga
Pandanduri
1.500.000
Tibu Kuning
1.000.000
Baku Mutu (10000
MPN/100mL)
500.000
III - 55
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi NTB 2017
Dari data kualitas air sungai dan bendungan dapat diketahui jika
sumber pencemar utama yaitu bakteri e-coli yang disebabkan kebiasaan
masyarakat masyarakat yang tinggal di bantaran sungai sering
memanfaatkan sungai dalam kehidupan sehari-hari mereka, seperti
mencuci dan mandi. Penduduk yang bermukim di sepanjang sungai juga
biasanya memanfaatkan badan sungai sebagai lokasi buang air besar
(BAB) dan tempat pembuangan limbah padat/sampah maupun limbah cair.
300.000
250.000
200.000
150.000
100.000
50.000
III - 56
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi NTB 2017
111.802
446.410
450.590
Gambar 3.41. Diagram Jumlah Rumah Tangga Menurut Sumber Air Minum
III - 57
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi NTB 2017
dangkal, sehingga kualitas air tanah yang semula baik menjadi menurun
dan bahkan tidak dapat digunakan sebagai bahan baku air minum. Bila
diasumsikan tiap rumah tangga terdiri dari 4 orang serta 1 orang
membutuhkan 120 liter/hari, maka diperkirakan kebutuhan air bersih
untuk 1 rumah tangga adalah 480 liter/hari. Dengan jumlah rumah tangga
di Provinsi NTB yang berjumlah 1.360.627 rumah tangga, maka
diperkirakan kebutuhan air bersih untuk seluruh rumah tangga di Provinsi
NTB adalah 653.100.960 liter/hari.
Penyebab utama masyarakat buang air besar (BAB) masih disungai
selain karena tidak tersedianya MCK dirumah juga akibat pendidikan
masyarakat disekitar bantaran sungai masih minim, ini dibuktikan dengan
jumlah penduduk yang belum atau tidak sekolah di Provinsi NTB yang
tinggi.
Tabel 3.9. Data jumlah penduduk Provinsi NTB berdasarkan tingkat pendidikan
Tingkat Pendidikan
No. Kabupaten/Kota Tidak
SD SLTP SLTA Diploma Universitas
Sekolah
1 Lombok Barat 298.592 187.738 89.340 110.560 7.333 20.285
2 Lombok Tengah 493.328 221.684 143.974 136.708 10.935 45.173
3 Lombok Timur 503.414 386.634 188.465 162.126 11.684 37.584
4 Sumbawa 172.647 153.540 78.204 82.039 7.394 15.410
5 Dompu 114.508 27.653 24.327 36.219 4.318 7.770
6 Bima 195.458 116.211 63.771 122.019 7.006 20.212
7 Sumbawa Barat 46.843 38.845 16.791 24.504 2.199 5.849
8 Lombok Utara 115.562 56.219 26.802 27.955 2.042 5.111
9 Kota Mataram 169.262 44.297 54.597 104.962 8.844 37.544
10 Kota Bima 52.209 16.578 16.087 41.473 3.436 11.511
TOTAL 2.161.823 1.249.399 702.358 848.565 65.191 206.449
III - 58
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi NTB 2017
Diploma Universitas
1% 4%
SLTA
16%
[CATEGORY
NAME]
[PERCENTAGE]
SLTP
14%
SD
24%
III - 59
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi NTB 2017
III - 60
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi NTB 2017
35
30
25
20
15
10
III - 61
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi NTB 2017
0,025
0,02
0,015
0,01
0,005
Gambar 3.45. Grafik Analisa Nitrat di Laut Provinsi NTB Tahun 2016
C. KUALITAS UDARA
Kondisi kualitas udara jalan raya di Provinsi NTB dapat diketahui
dengan melihat hasil pemantauan setiap parameter yang diukur. Pada
tahun 2017, Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi NTB
melakukan uji kualitas udara di seluruh Kabupaten/Kota. Baku Mutu yang
dipakai adalah PP No. 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran
Udara seperti dibawah.
III - 62
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi NTB 2017
Tabel 3.11. Standard Kualitas Udara Ambien PP. No. 41/tahun 1999
Standar Waktu Baku Mutu
No Parameter Metode/Alat Prinsip Pengukuran
Pengukuran (ug/m3)
Total Suspended High Volume Air
1 Gravimetri 24 jam 150
Partikulat (TSP) Sampler (HVAS)
Menggunakan efek
1jam 900
Sulfur dioksida Spektrofotometer/U fluorescence, UV
2 24 jam 365
(SO2) V Fluorenscence Fluorescence sebagai
1 tahun 60
teknik pengukuran
1jam 400
Nitrogen
3 Spektrometer Metode Saltzman 24 jam 150
Dioksida (NO2)
1 tahun 100
Penyerapan panjang
Carbon
gelombang tertentu 1 jam 30000
4 Monoksida Analyzer (NDIR)
dari spectrum infra 24 jam 10000
(CO)
merah oleh CO
1 jam 235
5 Ozone (O3) Spektrofotometer Chemiluminescent
1 tahun 50
Atomisasi kation Pb
6 Timbal (Pb) Gravimetri/AAS dengan pengukuran 24 jam 2
panjang gelombang
Flame Ionisasi atom
Hidrokarbon
7 FID GC HC dan dideteksi 1 jam 160
(HC)
dengan detector FID
Sumber: PP No. 41 tahun 1999
III - 63
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi NTB 2017
Baku
Kab Kab. Kab. Kab. Kab.
Mutu Kota Kab. Kab. Kab. Kota
Parameter Satuan Lombok Lombok Lombok Lombok Sumbawa
PP Mataram Sumbawa Dompu Bima Bima
Barat Tengah Timur Utara Barat
41/1999
Debu (TSP) µg/Nm3 - 7,57 101,14 2,0 111,7 4,43 2,11 1,78 2,49 4,21 3,16
Timbale (udara) µg/Nm3 - < 0,2 < 0,2 < 0,2 < 0,2 < 0,2 < 0,2 < 0,2 < 0,2 < 0,2 < 0,2
Sulfur dioksida (SO2) µg/Nm3 900 <1 <1 <1 <1 <1 <1 <1 <1 <1 <1
Carbon Monoksida
µg/Nm3 30.000
(CO) <1 <1 <1 <1 <1 <1 <1 <1 <1 <1
Nitrogen dioksida
µg/Nm3 400
(NO2) <1 <1 <1 <1 <1 <1 <1 <1 <1 <1
Nitrogen Oksida (NO) µg/Nm3 - <1 <1 <1 <1 <1 <1 <1 <1 <1 <1
Total Nitrogen (NOx) µg/Nm3 - <1 <1 <1 <1 <1 <1 <1 <1 <1 <1
Carbon dioksida (CO2) % - < 0,1 < 0,1 < 0,1 < 0,1 < 0,1 < 0,1 < 0,1 < 0,1 < 0,1 0,1
0
Ambient temperature C - 32 31 30 34 31 35 32 31 32 31
0
Gas temperature C - 31 30 30 31 30 34 31 30 31 30
Kebisingan dβ 55 46,5 55,4 59,8 58,5 65,8 51,6 68,9 58,2 66,9 67,7
Sumber data : Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi NTB
III - 64
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi NTB 2017
Dari tabel diatas diketahui bahwa hampir seluruh parameter yang diuji
memenuhi standar baku mutu sesuai dengan PP no 41 tahun 1999 kecuali
parameter kebisingan yang melebihi baku mutu. Adapun kabupaten/Kota
yang melebihi baku mutu yaitu Kabupaten Lombok Barat, Kabupaten
Lombok Tengah, Kabupaten Lombok Timur, Kabupaten Lombok Utara,
Kabupaten Sumbawa, Kabupaten Bima, Kabupaten Dompu dan Kota Bima.
Sumber pencemaran udara yang paling tinggi yaitu asap dari sisa
pembakaran mesin kendaraan bermotor. Dimana diketahui jumlah kendaraan
bermotor tiap tahun terus meningkat sehingga menyebabkan tekanan terhadap
lingkungan. Pembentukan gas buang tersebut terjadi selama pembakaran
bahan bakar fosil bensin dan solar didalam mesin. Jenis proses pembakaran
yang terjadi pada mesin kendaraan bermotor tidak sesempurna didalam
industri dan menghasilkan bahan pencemar pada kadar yang lebih tinggi.
Bahan pencemar yang terutama terdapat didalam gas buang kendaraan
bermotor adalah karbon monoksida (CO), berbagai senyawa hindrokarbon,
oksida nitrogen (NOx), sulfur (SOx), dan partikulat debu termasuk timbal
(Pb).
III - 65
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi NTB 2017
1.400.000
1.200.000
1.000.000
800.000
600.000
400.000
200.000
-
Gambar 3.53. grafik2013
2012
jumlah kendaraan
2014
bermotor
2015
di Provinsi
2016
NTB
25.000.000
20.000.000
15.000.000
10.000.000
5.000.000
-
Premium (KL) Solar (KL) Kerosene / Minyak Tanah (KL) LPG (Kg)
III - 66
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi NTB 2017
Dari gambar 3.54. diketahui untuk pengguaan bahan bakar jenis premium
tertinggi di Kabupaten Lombok Timur sebesar 58.536 kiloliter dan terendah di
Lombok Utara 10.032 kiloliter. Penggunaan bahan bakar jenis solar tertinggi di
Kabupaten Sumbawa yaitu Sebesar 30.304 kiloliter dan terendah di Kabupaten
Lombok Utara sebesar 2.108 kiloliter. Konsumsi bahan bakar jenis minyak tanah
di Provinsi NTB hanya terjadi di Pulau Sumbawa karena untuk Pulau Lombok
sudah ada kebijakan konversi minyak tanah ke gas. Penggunaan minyak tanah
tertinggi yaitu di Kabupaten Sumbawa 14.935 kiloliter dan yang terendah yaitu
Kabupaten Sumbawa Barat yaitu 3.645 kiloliter
Dengan bertambahnya jumlah kendaraan bermotor setiap tahunnya maka
panjang jalan tiap tahunnya juga terus meningkat. Dari data (tabel 33-Lampiran)
dapat diketahui pada tahun 2015 panjang jalan di Provinsi NTB sepanjang
2.706,75 km.
1.600,00
1.400,00
1.200,00
1.000,00
800,00
600,00
Panjang (km)
400,00
Panjang (km)
200,00
Panjang (km)
-
III - 67
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi NTB 2017
Selain jumlah kendaraan dan panjang jalan, curah hujan juga sangat
berpengaruh dalam proses pencemaran udara dimana Bahan-bahan pencemar
tersebut dapat jatuh ke tanah bersama air hujan atau mengendap bersama debu,
dan mengkontaminasi tanah dan air. Senyawa tersebut selanjutnya juga dapat
masuk ke dalam rantai makanan yang pada akhirnya masuk ke dalam tubuh
manusia melalui sayuran, susu ternak, dan produk lainnya dari ternak hewan.
Curah hujan dinyatakan sebagai tinggi air hujan yang jatuh ke permukaan
tanah sebelum mengalami aliran permukaan, evaporasi, dan infiltrasi kedalam
tanah. Curah hujan merupakan ketinggian air hujan yang terkumpul dalam tempat
yang datar,tidak menguap, tidak meresap dan tidak mengalir. Curah hujan 1 mm,
artinya dalam luasan 1 meter persegi pada tempat yang datar tertampung air
setinggi 1 mm atau tertampung air sebanyak 1 liter. Berdasarkan data yang
diperoleh, dari Stasiun Meteorologi Kelas I –BIL, Lombok, diperoleh data curah
hujan yang tinggi pada tahun 2017 yaitu di bulan Januari sampai dengan April
dilanjutkan lagi pada bulan Oktober sampai Desember dengan puncak curah hujan
tertinggi di bulan Februari. Dari Stasiun Meteorologi Kelas III - Brang Biji,
Sumbawa Besar diperoleh data curah hujan yang tinggi pada tahun 2017 yaitu di
bulan Januari sampai dengan April dilanjutkan lagi pada bulan November sampai
Desember dengan puncak curah hujan tertinggi di bulan Januari. Dari Stasiun
Meteorologi Kelas III - M.Salahuddin, Bima diperoleh data curah hujan yang
tinggi pada tahun 2017 yaitu di bulan Januari sampai dengan April dilanjutkan
lagi pada bulan Oktober sampai Desember dengan puncak curah hujan tertinggi di
bulan Maret.
III - 68
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi NTB 2017
D. BENCANA ALAM
Aktivitas manusia yang berkaitan dengan pembangunan juga
mempunyai peran yang penting terhadap perubahan
lingkungan.Eksploitasi sumber daya alam yang tidak terkontrol cenderung
merusak kesetimbangan alam. Hal ini memicu terjadinya bencana alam
yang pada akhirnya merugikan manusia. Sebagai contoh, penebangan liar
(illegal logging) di hutan alami menyebabkan erosi dan banjir pada musim
hujan karena hutan tidak mampu lagi berfungsi sebagai peresap air
permukaan; pembukaan lahan perkebunan di kawasan hutan dengan
pembakaran menyebabkan kebakaran hutan yang tidak terkontrol sehingga
menimbulkan kabut asap. Kabut asap dapat mengancam kesehatan
manusia terutama saluran pernapasan, dan juga dapat mengganggu
aktivitas transportasi, perdagangan, dan aktivitas vital lain. Contoh
lainnya, sebagian besar sungai-sungai di Indonesia sudah beralih fungsi
menjadi tempat pembuangan sampah dan limbah, baik dilakukan oleh
masyarakat maupun kalangan industri. Sungai kemudian menjadi
tercemar sehingga menurunkan kualitas air dan keragaman biotik di
dalamnya.
Pada tahun 2017 bencana alam berupa banjir merata diseluruh
wilayah Provinsi NTB. Data yang diperoleh dari BPBD Provinsi NTB
untuk bencana alam berupa banjir telah menimbulkan banyak kerguian.
Dimana jumlah korban terdiri dari 26.498 kk terdampak, 625 jiwa
mengungsi dan 7 jiwa meninggal dunia. Selain menimbulkan korban jiwa
banjir juga merusak fasilitas-fasilitas diantaranya puluhan sekolah rusak
berat dan ringan, ratusan rumah rusak berat, sedang dan ringan, beberapa
tempat ibadah rusak ringan.
Selain bencana banjir pada tahun 2017 BPBD Provinsi NTB juga
mencatat bencana kekeringan. Dimana total kecamatan yang terkena
bencana kekeringan yaitu 71 kecamatan, yang terdiri dari 127.937 kk dan
640.048 jiwa.
III - 69
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi NTB 2017
20
18
16
14
12
10
8
6
4
2
0
Kecamatan
300.000
250.000
200.000
150.000
100.000
50.000
Gambar 3.57. grafik jumlah kk dan jiwa yang terkena dampak kekeringan
III - 70
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi NTB 2017
E. PERKOTAAN
E.1. Kependudukan
III - 71
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi NTB 2017
III - 72
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi NTB 2017
Pertumbuhan
No Kabupaten / Kota
Penduduk (%)
1 Lombok Barat 13,68
2 Lombok Tengah 19,81
3 Lombok Timur 24,67
4 Sumbawa 9,77
5 Dompu 4,13
6 Bima 10,04
7 Sumbawa Barat 2,61
8 Lombok Utara 4,50
9 Kota Mataram 8,05
10 Kota Bima 2,74
Sumber data: Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil 2017
III - 73
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi NTB 2017
III - 74
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi NTB 2017
Sumbawa
9% Lombok Timur
Dompu 24%
5%
III - 75
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi NTB 2017
III - 76
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi NTB 2017
ditargetkan75% akses layak dan 25% akses dasar. Dari target provinsi NTB
tersebut, telah didistribusikan ke seluruh Kabupaten/Kota di NTB, dimana sektor
Air LimbahKota Mataram diperhitungkan 90% akses layak dan 10% akses dasar
ditahun 2019. Untuk sektor Persampahan, SPM Provinsi NTB mentargetkan
pengurangan sampah perkotaan sebesar 20% dan cakupan layanan ditargetkan
sebesar 80% pada akhir tahun 2019.
III - 77
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi NTB 2017
BAB IV
INOVASI DAERAH DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
IV - 1
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi NTB 2017
IV - 2
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi NTB 2017
Tabel 4.1. Luas Lahan Kegiatan Reboisasi dan Penghijauan Tahun 2017
Realisasi Penghijauan Realisasi Reboisasi
Selain alih fungsi hutan menjadi kawasan pertanian, luasan lahan kritis
yang ada di Kabupaten/Kota se Nusa Tenggara Barat juga menjadi salah
satu faktor penyebab terjadinya bencana banjir terutama yang telah terjadi
di Kabupaten Bima pada Tahun 2016 dan 2017. Lahan kritis terluas berada
di Kabupaten Bima yaitu seluas 161.120, 5 Ha dari total luasan lahan kritis
se Nusa Tenggara Barat sebesar 577.344,21 Ha. Rusaknya ekosistem yang
ada di Daerah Aliran Sungai (DAS) Sari yang hulunya beada pada
Kecamatan Wawo Kabupaten Bima menjadi penyebab bencana banjir
yang melanda Bima. Kerusakan ekosistem tersebut menyebabkan tanah
tidak dapat meresap dan menahan air curah hujan yang tinggi. Akibatnya
tidak hanya Kabupaten Bima, namun Kota Bima dan Kabupaten Dompu
juga terendam banjir. Hal ini juga diperparah dengan kondisi topografi
IV - 3
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi NTB 2017
daerah banjir yang berada pada lembah yang dikelilingi gunung. Perlu
dilakukan perbaikan pada DAS Sari yang merupakan bagian dari 100 Ha
daerah sangat kritis dan kritis yang harus segera dibenahi. Selain itu
terjadi kerusakan infrastruktur di beberapa lokasi di Kota dan Kabupaten
Bima.
Meninaklanjuti hal tersebut, Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat,
Pemerintah Kota Bima dan Kabupaten Bima telah melakukan
penandatanganan Nota Kesepahaman untuk melakukan penanganan pasca
banjir Bima. Tujuan kesepakatan bersama ini adalah membangun
koordinasi dan sinergitas kegiatan pemulihan lingkungan Daerah Aliran
Sungai yang masuk dalam wilayah administrasi Kabupaten Bima dan Kota
Bima. Selain itu, dilakukan sinkronisasi dan evaluasi penataan ruang
wilayah Kabupaten Bima dan Kota Bima serta Provinsi Nusa Tenggara
Barat. Pelaksanaan kegiatan pemulihan lingkungan hidup khususnya
kegiatan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di Daerah aliran
Sungai.
IV - 4
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi NTB 2017
Tabel 4.2. Inovasi Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Tahun 2017
No Inovasi Uraian Target dan Sasaran Skema/Biaya
Tempat Pembuangan Akhir Sampah di kawasan hutan. upaya Koordinasi program
1 TAPAK kerjasama Pemprov dengan Pemkot Mataram dan Pemkab
Lombok Barat.
Pemenuhuan kebutuhan bahan baku unit mesin pelet, Upah pangkas dan BBM
pengolah limbah hutan (semak belukar/ ranting), dan limbah truck di KPH Rinjani Barat
kertas sebagai bahan campuran yang diperoleh dari berbagai
LIMBOP (Limbah instansi. Pelet tersebut sebagai pengganti cangkang sawit
2
Hutan Optimal) untuk memenuhi kebutuhan open tembakau di Pulau Lombok
Pengamanan rutin □ Patroli hutan oleh KPH secara rutin 7 hari kerja
4
berlapis
□ Pos penjagaan berlapis di 11 KPH (24 jam) secara terpadu
dengan TNI & POLRI.
IV - 5
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi NTB 2017
Optimalisasi APL vegetasi hutan alam sekitar 11 KPH, yang Optimalisasi kegiatan
belum ada peruntukan. Kawasan APL ini menjadi potensi Inventarisasi
illegal loging, yang perlu dilakukan pengamanan melalui
5 APL- Daerah penugasan Gubernur kepada Dinas LHK/KPH.
IV - 6
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi NTB 2017
IV - 7
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi NTB 2017
4.1.6. PROPER
Kegiatan Proper merupakan program penilaian pengelolaan lingkungan
terhadap penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan dalam pelaksanaan
implementasi dokumen/izin lingkungan, pengendalian pencemaran air,
pengendalian pencemaran udara dan pengelolaan limbah B3.
Inovasi ini dilakukan untuk memberikan kontribusi terhadap penangann
isu lingkungan prioritas khususnya pencemaran limbah cair dan banjir.
Sejauh ini, telah banyak manfaat yang didapatkan dengan pelaksanaan
program ini, yang pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas lingkungan,
khususnya sungai.
Pada tahun 2017, peserta program PROPER sebanyak 13 perusahaan
dengan rincian: 8 (delapan) PLTD, 4 (empat) Pertamina, 1 (satu) Agro
industry dan 1 (satu) Perusahaan pertambangan dengan jumlah alokasi
anggaran sebesar 354.476.000,-
IV - 8
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi NTB 2017
ASPEK Inovasi
UTAMA - Penguatan kelembagaan
- Alokasi Anggaran
Peningkatan Pengelolaan Lingkungan
Kapasitas - Peningkatan Kapasitas
Lembaga Personil
IV - 9
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi NTB 2017
a. Tujuan Ekonomi
c. Tujuan Kelembagaan
Sasaran pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil Provinsi NTB sebagai
berikut:
IV - 10
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi NTB 2017
4) Terwujudnya tata kelola WP3K yang baik, transparan dan akuntabel didukung
oleh kapasitas kelembagaan daerah dan kelembagaan masyarakat yang handal.
5) Terwujudnya masyarakat pesisir dan PPK yang berkualitas, maju, mandiri dan
sejahtera secara merata dan berkeadilan seiring berkembangnya usaha-usaha
ekonomi produktif, kelompok-kelompok pengelola sumberdaya alam dan jasa-
jasa lingkungan pesisir dan PPK yang semakin berkualitas, beragam dan
berdaya saing di pasar regional dan global.
IV - 11
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi NTB 2017
IV - 12
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi NTB 2017
IV - 13
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi NTB 2017
IV - 14
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi NTB 2017
IV - 15
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi NTB 2017
4 PT. Bumi Harapan Jaya (Perusahaan Perusahaan agar melakukan uji emisi Genset, melaporkan hasil
tambak udang) pengukuran cerobong aktif setiap 6 bulan ke DLH Kab.
Sumbawa Barat dan ditembuskan ke DLHK Provinsi NTB,
membuat Gudang LB3 yang sesuai ketentuan peraturan
17 s/d 19 Mei 2017 perundangan, melakukan pengelolaan LB3, mengajukan izin
pembuangan limbah ke laut ke Kementerian Lingkungan Hidup
dan Kehutanan Republik Indonesia.
5 PT. PLN Unit Induk Pembangunan Nusa Perusahaan wajib membuat laporan pelaksanaan kegiatan
Tenggara setiap 6 (enam) bulan sekali, agar membuat TPS LB3 sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku,
29 s/d 31 Maret
melakukan identifikasi terhadap seluruh limbah B3 yang
2017
dihasilkan, melakukan pencatatan volume LB3 dan melaporkan
pengelolaannya, menyimpan B3 (Oli Trafo) di TPS LB3.
IV - 16
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi NTB 2017
IV - 17
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi NTB 2017
IV - 18
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi NTB 2017
Dari tabel 4.5. diatas diketahui luas PAK HKm yaitu 34.601,50 ha,
dengan total realisasi 11.544,40 ha (46,9%) dan sisa real PAK HKm
13.057,10 ha. Persentase realisasi terbesar yaitu di Kota Bima 100% dan
yang terendah Kabupaten Lombok Timur sebesar 34%.
Pada Tahun 2017, Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi NTB
melakukan pembinaan terhadap 50 bank sampah se Pulau Lombok dengan
tujuannya:
IV - 19
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi NTB 2017
IV - 20
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi NTB 2017
IV - 21
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi NTB 2017
IV - 22
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi NTB 2017
BAB V
PENUTUP
5.1. KESIMPULAN
1. Isu Prioritas Lingkungan Hidup Daerah pada tahun 2017 ada 4 yaitu :
a) Banjir/erosi yang disebabkan oleh konversi lahan yang sangat tinggi di lahan
basah (irigasi) dan lahan kering (lahan kehutanan);
b) Pencemaran pada air sungai (E.Coli) dan air laut (pestisida);
c) Peningkatan produksi GRK dari sektor perternakan dan pertanian;
d) Optimalisasi pengelolaan Sampah perkotaan.
2. Data dan informasi mengenai kondisi lingkungan baik dalam bentuk data dasar dan
analisis data dari data yang disampaikan, telah berhasil dikumpulkan dari berbagai
sumber.
3. Dokumen informasi kinerja pengelolaan lingkungan hidup daerah mendorong
inisiatif berbagai pemangku kepentingan dalam menyusun program dan kegiatan
peningkatan keberlanjutan pembangunan sesuai dengan kompetisinya dan/atau
secara sinergis dengan pelaku lain, khususnya terkait dengan isu prioritas
lingkungan yang dituangkan dalam inovasi lingkungan di Provinsi Nusa Tenggara
Barat;
Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat akan memberikan perhatian utama pada
program-program inovasi yang telah dilakukan dan melanjutkan upaya-upaya perbaikan
serta melakukan evaluasi secara berkala untuk memastikan bahwa tujuan dari program-
program inovasi tersebut mencapai tujuan yang diharapkan.
V-1
InformasiKinerjaPengelolaanLingkunganHidupDaerah Provinsi NTB 2016
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2017 Statistik Badan Penanggulan Bencana Daerah Provinsi NTB 2017.
BPBD Prov. NTB. Mataram.
Anonim, 2017. Buku Data Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi NTB Tahun
2016. Pemerintah Provinsi NTB. Mataram.
Anonim, 2015. ESDM Dalam Angka 2015 Provinsi NTB. Dinas Pertambangan
dan Energi Prov. NTB. 2015. Mataram.
Anonim, 2017. Badan Meteorologi dan Geofisika Prov. NTB. 2017. Mataram.
Anonim, 2016. Profil Dinas Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2016. Mataram.
Anonim, 2016. Statistik Badan Lingkungan Hidup Prov. NTB Tahun 2016. BLHP
Prov. NTB. Mataram.
Anonim, 2016. Statistik Dinas Kehutanan Provinsi NTB Tahun 2016. Dinas
Kehutanan Provinsi NTB. Mataram.
Anonim, 2016. Data dan Informasi Sumberdaya Air, Bendungan dan Embung.
BISDA NTB. Mataram.
Anonim, 2016. Statistik Dinas Perhubungan Provinsi NTB Tahun 2016. Dinas
Perhubungan Provinsi NTB. Mataram.
BPS, 2016. Nusa Tenggara Barat Dalam Angka 2016. BPS, Cabang Provinsi
NTB. Mataram.
i
LAMPIRAN
Tabel 1. Luas Kawasan Lindung berdasarkan RTRW dan Tutupan Lahannya
Provinsi : Nusa Tenggara Barat
Tahun Data: 2017
Keterangan:
Sumber : Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi NTB
Tabel 2. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama
Provinsi : Nusa Tenggara Barat
Tahun Data: 2017
Keterangan:
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi NTB Tahun 2016
Tabel 3. Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi dan Status
Provinsi : Nusa Tenggara Barat
Tahun Data: 2017
Keterangan : Data yang tersedia pada Buku Statistik Kehutanan tidak terpisah tiap Kabupaten/Kota
Sumber : Dinas Lingkungna Hidup dan Kehutanan Provinsi NTB
Tabel 5. Evaluasi Kerusakan Tanah di Lahan Kering Akibat Erosi Air *)
Provinsi : Nusa Tenggara Barat
Tahun Data: 2017
Ambang
No. Parameter Hasil Pengamatan Status Melebihi/Tidak
Kritis
1 Ketebalan Solum < 20 cm > 100 cm Melebihi
2 Kebatuan Permukaan > 40 % 10 - 15 % Tidak Melebihi
< 18 % Tidak Memebihi
10 % - 20%
koloid;
3 Komposisi Fraksi > 80 % Tidak Melebihi
pasir 35%
kuarsitik
> 1,4 Tidak Melebihi
4 Berat Isi 1.24
g/cm3
< 30 % ; > Tidak Melebihi
5 Porositas Total 57.40%
70 %
< 0,7 Tidak Melebihi
6 Derajat Pelulusan air cm/jam; > 5.67
8,0 cm/jam
< 4,5 ; > Tidak Melebihi
7 pH (H2O) 1 : 2,5 6.22
8,5
> 4,0 Tidak Melebihi
8 Daya Hantar Listrik 0.44
mS/cm
9 Redoks < 200 mV 92.2 Melebihi
2 Melebihi
< 10 cfu/g
10 Jumlah Mikroba 1,29 x 10
tanah
Keterangan :
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi NTB
Tabel 9. Luas dan Kerusakan Padang Lamun
Provinsi : Nusa Tenggara Barat
Tahun Data: 2017
Keterangan :
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi NTB
Tabel 10. Luas Tutupan dan Kondisi Terumbu Karang
Provinsi : Nusa Tenggara Barat
Tahun Data: 2017
Keterangan :
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi NTB
Tabel 11. Luas Perubahan Penggunaan Lahan
Provinsi : Nusa Tenggara Barat
Tahun Data : 2015
Keterangan :
Sumber : Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi
NTB
Tabel 12. Jenis Pemanfaatan Lahan
Provinsi: Nusa Tenggara Barat
Tahun Data : 2017
Keterangan :
Sumber : Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi NTB
Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi NTB
Tabel 13. Luas Areal dan Produksi Pertambangan Menurut Jenis Bahan Galian
Provinsi : Nusa Tenggara Barat
Tahun Data : 2017
Keterangan:
Sumber : Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi NTB
Tabel 15. Kondisi Sungai-sungai Utama
Provinsi : Nusa Tenggara Barat
Tahun Data: 2017
Luas Genangan
No. Nama Bendungan / Embung Volume (m3)
(Ha)
Pulau Lombok
1 Bendungan Batujai 890.00 18,200,000
2 Bendungan Pengga 430.00 27,000,000
3 Bendungan Pandanduri 315.70 27,002,000
4 Bendung Baturiti 3.00 225,000
1 Embung Bayan 2.50 75,000
2 Embung Lokok Tawah 1.65 37,367
3 Embung Gegurik 7.00 110,000
4 Embung Kengkang 11.00 450,000
5 Embung Telekong I 2.50 45,000
6 Embung Telekong II 2.00 55,000
7 Embung Telaga Lebur 16.30 1,376,000
8 Embung Tibu Kuning 23.00 1,249,000
9 Embung Bantir 1.20 50,000
10 Embung Bentenu 1.70 55,000
11 Embung Mareje 3.75 5,625
12 Embung Teloke 0.00 -
13 Embung Ketapang 0.00 -
14 Embung Surabaya 3.75 300,000
15 Embung Tanggor 2.15 175,000
16 Embung Dakung 2.00 80,000
17 Embung Bodak 8.50 130,000
18 Embung Perandap 0.65 18,000
19 Embung Gerantung 1.50 22,691
20 Embung Jurang Jaler 1.20 38,400
21 Embung Pengadang 2.00 80,000
22 Embung Bubuk 1.00 21,000
23 Embung Pejanggik 2.65 157,790
24 Embung Bebie 0.80 56,200
25 Embung Bage 0.80 160,000
26 Embung Kepok 0.75 150,000
27 Embung Lendang Batah 1.50 60,000
28 Embung Jangkih Jawa 30.40 896,000
29 Embung Orogendang 3.50 157,500
30 Embung Juwet 2.00 100,000
31 Embung Patra 1 1.20 40,000
32 Embung Patra 2 1.25 38,000
33 Embung Batu Bokah 27.50 1,560,000
34 Embung Sepit 27.50 620,000
35 Embung Bonder 3.75 300,000
36 Embung Bombas 4.85 289,100
37 Embung Mapasan 6.50 652,866
38 Embung Ngabok 1.00 39,000
39 Embung Rurut 1.20 40,000
40 Embung Batu Jangkih 3.50 130,000
Embung Aik Mual/Torok aik
41 0.86 60,000
beleq
42 Embung Sware 2.00 100,000
43 Embung Montong Azan 1.20 56,000
Luas Genangan
No. Nama Bendungan / Embung Volume (m3)
(Ha)
44 Embung Sombeng II 0.80 76,000
45 Embung Sombeng I 0.75 60,000
46 Embung Masjid 2.00 75,000
47 Embung Darak 1.50 55,000
48 Embung Lamben 1.00 32,000
49 Embung Montong Sapah 1 1.00 45,000
50 Embung Leman 1.00 42,000
51 Embung Preak 1.50 36,000
52 Embung Tabaer 0.75 35,000
53 Embung Pare 2.52 767,500
54 Embung Goa 1.37 157,700
55 Embung Bual Pancor 1.50 40,000
56 Embung Batu Nyale 1.20 50,000
57 Embung Jerujuk 1.00 45,000
58 Embung Kelebuh 1.00 20,000
89 Embung Goa Dakang 4.00 160,697
95 Embung Orong Kolo 1.20 39,000
101 Embung Babi 3.34 110,000
102 Embung Macut 0.50 22,500
109 Embung Menteang 0.93 96,416
112 Embung Petikus 1.15 27,731
119 Embung Enem 1.80 58,000
120 Embung Uwung 1.60 53,834
125 Embung Mertak Bantun 1.21 37,233
126 Embung Silung Belanak 7.90 390,394
127 Embung Gamang 1.51 79,967
128 Embung Pantek 0.41 11,000
129 Embung Teluk Kateng 0.00 12,000
130 Embung Rembuah 0.00 32,000
131 Embung Lendang Galuh 0.00 48,000
132 Embung Bisok Bokah 0.00 -
140 Embung Seliat/Paok Gading 1.00 50,000
149 Embung Ujung Gol 5.50 66,907
153 Embung Solong 0.40 13,440
157 Embung Sapit 0.50 98,000
158 Embung Kokok Koak 0.40 20,787
159 Embung Propok Batu Tinja 0.93 51,533
171 Embung Tibu Kulit 0.50 60,000
188 Embung Montong Atas 1.00 100,000
189 Embung Pusuk 0.70 52,000
190 Embung Penede I 0.40 78,000
191 Embung Penede II 0.50 85,000
192 Embung Aweng 0.50 8,000
193 Embung Padak Guar 0.70 25,000
194 Embung Sengkurik 5.24 254,000
195 Embung Batu Payung 0.00 -
196 Embung Rante Mas 0.00 -
197 Embung Lendang Belo 0.00 -
Pulau Sumbawa
1 Embung Mantar 2.40 143,080
2 Embung Jeruk Lone 0.45 58,240
3 Embung Tiu Rantok 1.00 67,500
4 Embung Petara 1.00 50,000
Luas Genangan
No. Nama Bendungan / Embung Volume (m3)
(Ha)
5 Embung Mengkoang 10.00 1,839,000
6 Embung Selante 8.43 524,134
7 Embung Sepayung Dalam 5.00 1,550,000
8 Embung Pemasar 43.00 2,000,000
9 Embung Brangkolong 20.00 1,000,000
10 Embung Sejari I 10.76 699,000
11 Embung Lamenta 15.50 850,000
12 Embung Kaswangi 7.00 940,000
13 Embung Olat Rawa 50.00 1,920,344
14 Embung Penyaring 15.00 337,000
15 Embung Serading 11.00 486,000
16 Embung Muer 6.00 225,000
17 Embung Labangka 6.40 83,000
18 Embung Pernek 11.20 540,000
19 Embung Sejari II 4.32 72,500
20 Embung Jompong 8.00 225,000
21 Embung Ngeru 3.50 35,000
22 Embung Mamak 2.00 42,910
23 Embung Songkar 2.50 130,000
24 Embung Batu Bangka 5.00 146,490
25 Embung Sabeta 4.00 65,000
26 Embung Bantu Lanteh 4.50 75,000
27 Embung Mata 2.00 100,000
28 Embung Batu Razak 1.50 53,000
29 Embung Tolo Oi 2.00 75,000
30 Embung Aik Buak 6.50 140,000
31 Embung Pompong 0.53 17,000
32 Embung Labuan Kuris
33 Embung Hijrah I
34 Embung Hijrah II
35 Embung Banda
36 Embung Sanggupasante 18.00 650,000
37 Embung Kempo 7.10 500,000
38 Embung Kesi 9.50 624,600
39 Embung Saneo 2.56 320,000
40 Embung Tonda Selatan 19.50 660,000
41 Embung Jambu 17.60 940,000
42 Embung Lasi II 5.00 202,231
43 Embung Lanangga 5.40 254,550
44 Embung Soncolopi 3.00 118,000
45 Embung Panijara
46 Embung Kowo 5.00 400,000
47 Embung Ncera 5.00 425,000
48 Embung Woro 7.50 1,000,000
49 Embung Oi Toi 7.50 458,000
50 Embung Roi Roka 30.00 1,700,000
51 Embung Parado Kanca 4.46 718,000
52 Embung Laju 3.70 485,000
53 Embung Wera I 1.00 100,000
54 Embung Wora (Wera II) 5.10 300,000
55 Embung Kelampa (Tawali II) 1.50 175,000
56 Embung Waworada 7.50 315,000
57 Embung Kore 3.50 328,000
Luas Genangan
No. Nama Bendungan / Embung Volume (m3)
(Ha)
58 Embung Tolotangga 5.25 320,000
59 Embung Nggirah I 1.00 50,000
60 Embung Nggirah II 2.30 10,000
61 Embung Ncoha
62 Embung Ntori Sori Nae 0.75
63 Embung Maria 0.50 60
64 Embung Ni'u 1 5,000
65 Embung Ni'u 2
66 Embung Orong Bulu 7,500
67 Embung Kokar Lian 8,100
68 Embung Tanah Lekat 11,250
69 Embung Sabedo 5,000
70 Embung Wonogiri 11,250
71 Embung Cantik sari 4,875
72 Embung Batu Gong 8,400
73 Embung Mas Kerto 10,000
74 Embung Kokar Melung 5,625
75 Embung Aik Masam 7,800
76 Embung Sengkong Kuning 7,300
77 Embung Sarat babas 5,700
78 Embung Kokar Luar 9,200
79 Embung Karang Lombok 7,400
80 Embung Kokar Tiram 9,000
81 Embung Teluk Santong 11,250
82 Embung Songgolari 9,180
83 Embung Kandai II 9,000
84 Embung Serapanda 5,460
85 Embung Madaduli 7,875
86 Embung Sambi 7,500
87 Embung Pada Graha 6,800
88 Embungb Doro Toi 5,040
89 Embung Tawalli 7,225
90 Embung Nunggi 10,125
91 Embung Boke 10,630
92 Embung Nggembe 12,000
93 Embung Jati Baru I 4,800
94 Embung Jati Baru II 13,500
95 Embung Jia 5,070
Keterangan:
Sumber : Balai Informasi Sumber Daya Air Provinsi NTB
Tabel 17. Kualitas Air Sungai
Provinsi : Nusa Tenggara Barat
Tahun Data : 2017
Keterangan:
Sumber : Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi NTB
Tabel 18. Kualitas Air Danau/Embung/Waduk/Situ
Provinsi : Nusa Tenggara Barat
Tahun Data : 2015
Hulu 20 24.5 285 170 1 3.3 0 7.8 3.5 9.3 15.68 0.213 < 0,060 18.12 1.624 7 0:00 0.156 36 < 0,010 < 0,040 1,600,000 2,400,000
Keterangan: Perubahan Nomenklatur SKPD sehingga tidak ada anggaran untuk pengujian kualitas air Danau/Embung/Waduk/Situ
Sumber : Balai Informasi Infrastruktur Wilayah Provinsi NTB
Tabel 19. Kualitas Air Sumur *)
Provinsi : Nusa Tenggara Barat
Tahun Data :
Suhu Kecerahan TSS pH Salinitas DO BOD COD Nitrat Fosfat Nitrit Amonia
No Nama Lokasi Bujur Timur Lintang Selatan
˚C cm mg/l Promil mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l
1 Teluk Bima
Pantai Keu 118˚ 42' 36,82" 8˚ 22' 51,30" 27.8 950 0.013 8.42 31.8 8.7 10 100 0.01 0.42 0.009 < 0,001
P.Kambing Timur 118˚ 41' 56,94" 8˚ 26' 53,58" 28.8 220 0.014 8.39 33.5 5.19 4 123 0.02 0.58 0.003 0.002
Mangrove sisi Barat 118˚ 41' 31,29" 8˚ 26' 9,69" 29.1 110 0.022 8.37 17.42 4.65 14 115 < 0,01 2.62 0.004 0.003
2 Teluk Cempi
Tanjung Batu Putih 118˚ 24' 22,02" 8˚ 39' 55,82" 28.3 320 0.017 8.4 32.8 6.2 3 10.3 < 0,001 0.62 0.005 < 0,001
Soro Adu 118˚ 25' 18,90" 8˚ 40' 27,11" 28.4 760 0.019 8.43 33 5.65 3 13.6 < 0,001 0.23 0.005 0.01
Hu`u 118˚ 23' 46,30" 8˚ 45' 11,90" 29 360 0.018 8.36 33.7 5.71 9 12.4 < 0,001 0.15 0.004 0.001
3 Teluk Sanggar
Kore 118˚ 17' 55,71" 8˚ 21' 42,21" 27.5 800 0.013 8.18 30.2 6.65 4 16 < 0,01 0.73 0.001 0.01
Takad Pase 118˚ 17' 35,91" 8˚ 21' 18,16" 27.7 1000 0.015 7.14 31.8 6.28 5 14 < 0,01 0.26 0.002 < 0,001
Nisa 118˚ 16' 59,23" 8˚ 21' 17,93" 27.9 1000 0.012 7.96 32.5 32.5 6 17 < 0,01 0.16 0.004 < 0,001
4 Gili Matra
Sira 116˚ 6' 56,16" 8˚ 21' 49,97" 28.3 450 0.009 8.41 30 6.55 1 1.4 < 0,01 0.62 0.006 0.001
Jambi Anom 116˚ 7' 55,02" 8˚ 21' 36,32" 28.7 500 0.01 8.47 31.1 7.91 6 13.6 0.01 0.22 0.004 0.001
Nipah 116˚ 2' 31,24" 8˚ 25' 43,67" 27.5 1300 0.015 8.4 32.9 6.56 6 9 < 0,01 0.3 0.004 0.008
5 Senggigi & Mataram
Senggigi 116˚ 2' 33,34" 8˚ 29' 50,06" 28.2 900 0.01 8.51 33 6.46 4 14.5 0.01 0.9 0.008 0.004
Duduk 116˚ 3' 22,392" 8˚ 30' 56,34" 27.4 900 0.003 8.51 33.2 8.14 4 13.5 0.01 0.98 0.009 0.003
Montong 116˚ 3' 41,53" 8˚ 32' 33,55" 27.8 800 0.014 8.49 33.2 7.21 5 23 0.02 0.32 0.004 0.001
6 Sekotong
Loang Landak 115˚ 58' 32,87" 8˚ 42' 34,05" 27.7 700 0.006 8.37 32.2 5.95 4 11.4 0.02 0.22 0.004 0.007
Takad Kembar 116˚ 1' 0,55" 8˚ 43' 54,95" 27.6 830 0.018 7.9 33 5.91 5 14.9 < 0,01 0.51 0.003 < 0,001
Selat Gili Sudak 116˚ 1' 10,66" 8˚ 43' 30,89" 28 600 0.01 8.12 33.2 6.41 4 19 0.01 0.45 0.002 < 0,001
Keterangan :
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi NTB
Tabel 21. Akumulasi Curah Hujan Bulanan
Provinsi : Nusa Tenggara Barat
Tahun Data: 2017
Keterangan:
Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika Provinsi NTB
Tabel 22. Jumlah Rumah Tangga dan Sumber Air Minum
Provinsi : Nusa Tenggara Barat
Tahun Data : 2017
Keterangan :
Sumber : Dinas Kesehatan Provinsi NTB
Tabel 23. Jumlah Rumah Tangga dan Fasilitas Tempat Buang Air Besar
Provinsi: Nusa Tenggara Barat
Tahun Data: 2017
Keterangan :
Sumber : Dinas Kesehatan Provinsi NTB
Tabel 24. Jumlah Penduduk Laki-Laki dan Perempuan Menurut Tingkatan Pendidikan
Provinsi : Nusa Tenggara Barat
Tahun Data: 2017
Keterangan :
Sumber : Dinas Pemberdayaan Masyarakat Pemerintahan Desa, Kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi NTB
Tabel 25. Jenis Penyakit Utama yang Diderita Penduduk
Provinsi : Nusa Tenggara Barat
Tahun Data: 2017
Keterangan :
Sumber : Hasil Rapat Sekda 24 Februari 2017
Tabel 27. Volume Limbah Padat dan Cair Berdasarkan Sumber Pencemaran
Provinsi : Nusa Tenggara Barat
Tahun Data : 2014
B. Tidak Bergerak
1 RSUP Prop. NTB
2 RSI Siti Hajar
3 RSK St. Antonius
4 RS Risa Sentra Medika
5 RS Bhayangkara
6 RS Biomedika
7 RSU Praya
8 RS Yatofa
RSUD Kabupaten Lombok
9
Utara
Rumah Sakit
10 RSUD Selong
11 RS. Risa
12 RSUD Lombok Barat
13 RSUD Kota Mataram
14 RSUD Bima
15 RSU Persiapan Sondosia
16 RSUD Dompu
17 RSUD KSB
18 RSUD Sumbawa
19 RSUD Kota Bima
Keterangan:
Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika Provinsi NTB
Tabel 29. Kualitas Air Hujan
Provinsi : Nusa Tenggara Barat
Tahun Data: 2017
Keterangan:
Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika Provinsi NTB
Tabel 30.1. Kualitas Udara Ambien (Passive Sampler )
Provinsi Nusa Tenggara Barat
Tahun Data : 2016
Lama Debu (TSP) Timbal (Udara) SO2 CO NO2 NO Nox CO2 O2 Ambient Temperatur Gas Temperatur Kebisingan
Lokasi
Pengukuran µg/Nm3 µg/Nm3 µg/Nm3 µg/Nm3 µg/Nm3 µg/Nm3 µg/Nm3 % % ˚C ˚C dβ
Kota Mataram 7.57 < 0,2 <1 <1 <1 <1 <1 < 0,1 20.9 32 31 46.5
Lombok Barat 101.14 < 0,2 <1 <1 <1 <1 <1 < 0,1 20.9 31 30 55.4
Lombok Tengah 2 < 0,2 <1 <1 <1 <1 <1 < 0,1 20.9 30 30 59.8
Lombok Timur 111.7 < 0,2 <1 <1 <1 <1 <1 < 0,1 20.9 34 31 58.5
Lombok Utara 4.43 < 0,2 <1 <1 <1 <1 <1 < 0,1 20.9 31 30 65.8
Sumbawa Barat 2.11 < 0,2 <1 <1 <1 <1 <1 < 0,1 20.9 35 34 51.6
Sumbawa 1.78 < 0,2 <1 <1 <1 <1 <1 < 0,1 20.9 32 31 68.9
Dompu 2.49 < 0,2 <1 <1 <1 <1 <1 < 0,1 20.9 31 30 58.2
Bima 4.21 < 0,2 <1 <1 <1 <1 <1 < 0,1 20.9 32 31 66.9
Kota Bima 3.16 < 0,2 <1 <1 <1 <1 <1 0.4 20.5 31 30 67.7
Keterangan:
Sumber: Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi NTB
Tabel 31. Penggunaan Bahan Bakar
Provinsi Nusa Tenggara Barat
Tahun Data : 2017
Keterangan : Data yang tersedia pada Dinas ESDM terpisah tiap Kabupaten/Kota bukan berdasarkan penggunaan
Sumber : Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi NTB
Tabel 31.1. Penggunaan Bahan Bakar
Provinsi Nusa Tenggara Barat
Tahun Data : 2017
Kerosene /
No Kabupaten/Kota Premium (KL) Solar (KL) Minyak Tanah LPG (Kg)
(KL)
1 Kodya Mataram 43,856 12,624 - 16,159,920
2 Kota Bima 21,331 10,366 5,830 -
3 Kab. Bima 24,389 10,188 8,280 -
4 Kab. Dompu 26,020 15,429 6,310 -
5 Kab. Lombok Barat 40,930 23,830 - 13,639,920
6 Kab. Lombok Tengah 52,986 19,369 - 19,629,120
7 Kab. Lombok Timur 58,536 24,193 - 22,636,080
8 Kab. Sumbawa 39,887 30,304 14,935 -
9 Kab. Sumbawa Barat 10,930 6,889 3,645 -
10 Kab. Lombok Utara 10,032 2,108 - 4,158,000
Total 328,897 155,300 39,000 76,223,040
Keterangan : Data yang tersedia pada Dinas ESDM terpisah tiap Kabupaten/Kota
Sumber : Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi NTB
Tabel 32. Penjualan Kendaraan Bermotor
Provinsi : Nusa Tenggara Barat
Tahun Data : 2016
Jumlah (Unit)
No Jenis Kendaraan Bermotor
2012 2013 2014 2015 2016
1 Mobil Beban
2 Penumpag Pribadi
3 Penumpang umum
4 Bus besar pribadi
5 Bus besar umum
6 Bus Kecil pribadi
7 Bus kecil umum
8 Truck Besar
9 Truck Kecil
10 Roda Tiga
11 Roda Dua
TOTAL 983,573 1,091,464 1,200,752 1,291,235 1,316,495
Panjang (km)
No Jenis Jalan
2013 2014 2015
1 Jalan Kelas I - 65.93 133.70
2 Jalan Kelas II
4 Jalan Kelas III A 753.38 1,196.29 1,464.32
5 Jalan Kelas III B 825.31 948.46 915.15
6 Jalan Kelas III C 59.38 59.38 59.38
7 Belum Tembus/Tidak Dirinci 134.20 134.20 134.20
TOTAL 1,772.27 2,404.26 2,706.75
Keterangan:
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi NTB
Tabel 34. Dokumen Izin Lingkungan
Provinsi : Nusa Tenggara Barat
Tahun Data : 2017
Jenis
No. Kegiatan Pemrakarsa
Dokumen
Rencana Kegiatan IUP Operasi Produksi Bahan Galian Mineral
1 AMDAL Logam Emas Mineral Pengikutnya Desa Batu Putih Dan Desa PT. Bintang Bulaeng Perkasa
Pelangan Kecamatan Sekotong Kabupaten Lombok Barat
Pembahasan dokumen Addendum ANDAL dan RKL-RPL PLTU
Lombok Barat Pembangunan Pelindung Pantai (Groin) Di Sekitar PT. PLN (Persero) Unit Induk
2 AMDAL
Pltu Jeranjang Di Desa Taman Ayu Kecamatan Gerung Kabupaten Pembangunan Nusa Tenggara
Lombok Barat Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Addendum ANDAL dan RKL-RPL Kegiatan OP Pertambangan
3 AMDAL PT. Sumbawa Juta Raya
Bahan Galian Emas DMP Di Kec. Ropang – Kab. Sumbawa
Keterangan :
Sumber: Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi NTB
Tabel 35. Perusahaan yang Mendapat Izin Mengelola Limbah B3
Provinsi : Nusa Tenggara Barat
Tahun Data: 2017
Keterangan :
Sumber: Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi NTB
Tabel 36. Pengawasan Izin Lingkungan(AMDAL, UKL/UPL, Surat Pernyataan Pengelolaan
Lingkungan (SPPL)
Provinsi : Nusa Tenggara Barat
Tahun Data: 2017
s
No. Nama Perusahaan / Pemrakarsa Waktu (tgl/bln/thn) Hasil Pengawasan
1 Bandar Udara Sultan M. Kaharudin Perlu dilakukan pemantauan lingkungan terhadap penurunan kualitas udara dengan melakukan pengukuran
Sumbawa Kualitas Udara (CO, Cox, SO2, NO2 dan Debu) di 2 (dua) lokasi yakni areal parkir dan pemukiman penduduk
17 s/d 19 April 2017 RT 31 Kelurahan Lempeh, perlu melakukan pengukuran tingkat kebisingan di 2 (dua) lokasi yakni areal parkir
dan pemukiman penduduk sekitar, perlu melakukan pengambilan sampel air di outlet saluran drainase dan sungai
brang biji.
2 Bandar Udara Sultan M Salahuddin Bima
Perlu dilakukan pemantauan lingkungan terhadap penurunan kualitas udara dengan melakukan pengukuran
Kualitas Udara (CO, Cox, SO2, NO2 dan Debu) di 2 (dua) lokasi yakni areal parkir dan pemukiman penduduk
10 s/d 12 Aprl 2017
Desa Belo, perlu melakukan pengukuran tingkat kebisingan di 2 (dua) lokasi yakni areal parkir dan pemukiman
penduduk sekitar, perlu melakukan pengambilan sampel air di outlet saluran drainase dan sungai palibelo.
3 PT. INTAM PT. INTAM agar membuat laaporan pelaksanaan kegiatan RKL RPL yang mengacu pada KempenLH Nomor 45
3 s/d 5 Mei 2017
Tahun 2005
4 PT. Bumi Harapan Jaya (Perusahaan tambak Perusahaan agar melakukan uji emisi Genset, melaporkan hasil pengukuran cerobong aktif setiap 6 bulan ke
udang) DLH Kab. Sumbawa Barat dan ditembuskan ke DLHK Provinsi NTB, membuat Gudang LB3 yang sesuai
17 s/d 19 Mei 2017
ketentuan peraturan perundangan, melakukan pengelolaan LB3, mengajukan izin pembuangan limbah ke laut ke
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia.
5 PT. PLN Unit Induk Pembangunan Nusa Perusahaan wajib membuat laporan pelaksanaan kegiatan setiap 6 (enam) bulan sekali, agar membuat TPS LB3
Tenggara sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, melakukan identifikasi terhadap seluruh limbah B3
29 s/d 31 Maret 2017
yang dihasilkan, melakukan pencatatan volume LB3 dan melaporkan pengelolaannya, menyimpan B3 (Oli Trafo)
di TPS LB3.
Keterangan :
Sumber: Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi NTB
Tabel 37. Bencana Banjir, Korban, dan Kerugian
Provinsi : Nusa Tenggara Barat
Tahun Data : 2017
Keterangan:
Sumber: BPBD Provinsi NTB
Tabel 38. Bencana Kekeringan, Luas, dan Kekeringan
Provinsi : Nusa Tenggara Barat
Tahun Data : 2017
Perkiraan
No Kabupaten/Kota Kecamatan Jumlah KK Jumlah Jiwa Kerugian
(Rp)
1 LOMBOK BARAT 6 6,678 20,034 -
2 LOMBOK TENGAH 9 13,278 282,793 -
3 LOMBOK UTARA 4 11,552 33,138 -
4 LOMBOK TIMUR 9 51,582 153,681 -
5 SUMBAWA BARAT 4 6,258 18,775 -
6 SUMBAWA 18 23,706 84,998 -
7 DOMPU 7 6,113 19,186 -
8 KOTA BIMA 5 567 2,835 -
9 KAB. BIMA 9 8,203 24,608 -
10 KOTA MATARAM 0 - - -
TOTAL 71 127,937 640,048 -
Keterangan:
Sumber: BPBD Provinsi NTB
Tabel 39. Bencana Kebakaran Hutan/Lahan, Luas, dan Kerugian
Provinsi : Nusa Tenggara Barat
Tahun Data : 2017
Keterangan :
Sumber: BPBD Provinsi NTB
Tabel 40. Bencana Alam Tanah Longsor dan Gempa Bumi, Korban, Kerugian
Provinsi : Nusa Tenggara Barat
Tahun Data : 2017
Keterangan :
Sumber: BPBD Provinsi NTB
Tabel 41. Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, Pertumbuhan Penduduk dan Kepadatan
Penduduk menurut Kabupaten
Provinsi : Nusa Tenggara Barat
Tahun Data : 2017
Keterangan :
Sumber : Dinas Pemberdayaan Masyarakat Pemerintahan Desa, Kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi NTB
Tabel 42. Perkiraan Timbulan Sampah Per hari
Provinsi : Nusa Tenggara Barat
Tahun Data : 2017
Jumlah
Timbulan Sampah
No Kabuapten/Kota Penduduk
(m3/hari)
(jiwa)
1 Lombok Barat 670,793 1,676.98
2 Lombok Tengah 922,474 2,306.19
3 Lombok Timur 1,145,348 2,863.37
4 Sumbawa 445,503 1,113.76
5 Dompu 234,665 586.66
6 Bima 465,625 1,164.06
7 Sumbawa Barat 131,983 329.96
8 Lombok Utara 213,075 532.69
9 Kota Mataram 449,003 1,122.51
10 Kota Bima 162,618 406.55
Total 4,841,087 12,102.73
Keterangan :
Sumber: Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi NTB
Tabel 43. Kegiatan Fisik Lainnya oleh instansi dan masyarakat *)
Provinsi : Nusa Tenggara Barat
Tahun Data:
dst
Laporan Sdr Alamsyah Dachlan Mengutamakan mediasi dalam penyelesaian masalah untuk
(Pengacara) Telah terjadinya kerusakan bentang alam oleh aktivitas menghasilkan win-win solution bagi kedua belah pihak
pembangunan villa (Grand Valley Meninting) dan
menyebabkan longsor yang merusak rumah warga
Keterangan :
Sumber: Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi NTB
Tabel 45 Organisasi Masyarakat Bidang Lingkungan Hidup
Provinsi : Nusa Tenggara Barat
Tahun Data : 2017
Keterangan:
Sumber : Bakesbangpoldagri Prov NTB
Tabel 46. Penerima Penghargaan Lingkungan Hidup
Provinsi : Nusa Tenggara Barat
Tahun Data: 2015
Keterangan:
Sumber: Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi NTB
Tabel 47. Kegiatan Sosialisasi Lingkungan Hidup *)
Provinsi : Nusa Tenggara Barat
Tahun Data: 2017
Waktu
Instansi Kelompok
No Nama Kegiatan Penyuluhan
Penyelenggara Sasaran
(Bulan/tahun)
1 Peningkatan peran serta kelompok masyarakat 2017
masyarakat dalam DLHK berlokasi di kawasan
pengelolaan persampahan sekitar Gunung Rinjani
3 Perlindungan mata air Kelompok Pengelola 2017
DLHK
dengan vegetasi/civil teknis Mata Air di NTB
Keterangan:
Sumber: Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi NTB
Tabel 48. Produk Hukum Bidang Pengelolaan Lingkungan Hidup
Provinsi : Nusa Tenggara Barat
Tahun Data: 2017
Keterangan:
Sumber: Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi NTB
Tabel 49. Anggaran Pengelolaan Lingkungan Hidup
Provinsi : Nusa Tenggara Barat
Tahun Data: 2017
Jumlah Anggaran
No. Sumber Anggaran Program Pemanfaatan
2016 2017
APBD PROGRAM PENGEMBANGAN KINERJA
PENGELOLAAN PERSAMPAHAN
Peningkatan Peran Serta Masyarakat Dalam
Terbinanya masyarakat pengelola sampah 55,976,200 291,568,500
Pengelolaan Persampahan
PROGRAM PENGENDALIAN PENCEMARAN
DAN KERUSAKAN LH
Terlaksananya penanganan/pengendalian pencemaran
Pemantauan Kualitas Lingkungan 225,222,500 480,967,500
pada sungai yang tercemar
Terlaksananya pemantauan di daerah pertambangan
rakyat dan kawasan industri
tersedianya informasi tentang kualitas lingkungan
Pengawasan Pelaksanaan Kebijakan Bidang Tersusunnya laporan monitoring dan evaluasi
145,815,000 159,065,000
Lingkungan Hidup pelaksanaan AMDAL, UKL-UPL
Terlaksananya pengawasan bagi pengelola/penghasil
Pengelolaan B3 dan Limbah B3 57,048,000 163,311,000
Limbah B3 dan penyimpan Limbah B3 ke Kab/Kota
Terlaksananya pembinaan terhadap perizinan bagi
usaha/kegiatan yang akan melakukan pengelolaan
limbah B3
Terlaksananya penilaian Dokumen Amdal , UKL dan
Pengkajian Dampak Lingkungan 115,250,000 187,960,000
UPL
1 Terlaksananya penilaian kinerja perusahaan terhadap
Peningkatan Peringkat Kinerja Perusahaan (Proper) - 354,476,000
pengelolaan lingkungan
PROGRAM PERLINDUNGAN DAN
KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM
Tersedianya data pemakaian dan peredaran gas
Pengendalian Dampak Perubahan Iklim 109,085,000
freon/CFC di Provinsi NTB dan Green School
Rumusan arah kebijakan KEHATI di Prov. NTB dan
Koordinasi Peningkatan Pengelolaan Kawasan
terkondisinya kegiatan konservasi SDA di Provinsi 113,940,000
Konservasi
NTB
Terlaksananya pelestarian lingkungan mata air termasuk
Perlindungan Mata Air dengan Vegetasi/Civil Teknis kelangsungan hidup dan kelestarian mata airnya guna 186,088,000 532,497,000
memberi manfaat bagi pemenuhan kebutuhan dasar
masyarakat
PROGRAM PENINGKATAN KUALITAS DAN
AKSES INFORMASI SDA DAN LH
penguatan jejaring informasi lingkungan pusat dan Penyelesaian telaahan terhadap pengaduan kasus
91,895,000
daerah lingkungan hidup
Tersedianya database dan informasi Lingkungan
Penyusunan Status lingkungan hidup daerah 490,339,000
Hidup Provinsi NTB
PROGRAM PENINGKATAN PENGENDALIAN
707,675,000
POLUSI
Meningkatnya pemahaman masyarakat terhadap
Pengujian emisi/polusi udara akibat aktifitas industri
kualitas lingkungan
2 APBN 785,399,700 3,682,779,000
Bantuan Luar
3 - - - -
Negeri
785,399,700 3,682,779,000
Keterangan:
Sumber: Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi NTB
Tabel 50. Jumlah Personil Lembaga Pengelola Lingkungan Hidup Menurut Tingkat Pendidikan
Provinsi : Nusa Tenggara Barat
Tahun Data: 2017
Jumlah
No. Tingkat Pendidikan Total
Laki-Laki Perempuan
1. Doktor (S3) 1
2. Master (S2) 39
3. Sarjana (S1) 290
4. Diploma (D3/D4) 18
5. SLTA 283
6 SLTP 3
7 SD 3
Total 637
Keterangan:
Sumber: Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi NTB
Tabel 51 Jumlah Staf Fungsional
Provinsi: Nusa Tenggara Barat
Tahun Data: 2017
Keterangan:
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi NTB
Tabel 53. Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Konstan
Provinsi: Nusa Tenggara Barat
Tahun Data: 2016
Keterangan:
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi NTB
BIODATA
5. Agama : Islam
6. Pangkat/Golongan : IV/b
12. Telp/Hp :-
(Madani Mukarom)
BIODATA
2. Nip :-
5. Agama : Islam
6. Pangkat/Golongan :-
7. Jabatan :-
(Lalu Pahrurrozi)
BIODATA
5. Agama : Islam
6. Pangkat/Golongan : IV/b
Lingkungan
12. Telp/Hp :-
(Ahmad Fathoni)
BIODATA
2. Nip :-
5. Agama : Islam
6. Pangkat/Golongan : III/c
7. Jabatan : Staf
(Taradina Wisudayani M)
01231467879
97
97
7
8
77
9
7
!7
"
#7
$$77
7
8
77
%"&
7
'()*
+79
,
-
.
)/
017
'()2
!879
,
3$7
"7
9
7
7
8
7
"97
7
456 789:;6 <=8>8?@8:A>B?C8D8>8E6 48>8F;GHA>6 @5IA>8:5>6
JK6 LMKLL6N6LMKOL6 RASBF:>8FB6CAFA>:86 C8EB:B86 r6
6 6 6 6
LMKOL6N6LPKLL6 CAGH;988E6 6 6
6 CAG8D8>8E6TAD8U86VBE8F6WBES9;ES8E6XBI;D6I8E6 TAD8U86VWXT6C>5ZBEFB64[\6 TAD8U86\BI8ES6CAE8:88E6I8E6
6 TAY;:8E8E6C>5ZBEFB64[\6 6 CAESAU5U88E6WBES9;ES8E66
6 6 6 6
6 6 6 6
LPKLL6N6LPKOL6 CAE]8GD8B8E6C>5S>AF:6CAES;GD;U8E6I8:86I8E6 TAD8U86\BI8ES6CAE8:88E6I8E6 T8F;HBI6CAE8:88E6
6 DAE];F;E8E6I59;GAE6^TCWXV6C>5ZBEFB64[\6 CAESAU5U88E6WBES9;ES8E66 WBES9;ES8E6
6 6 6 6
6 6 6 6
LPKOL6N6JJKOL6 VBF9;FB6DAE_8>BES8E6BF;6D>B5>B:8F6UBES9;ES8E6YBI;D6IB64[\6 qTCV6[A>98B:6 TAD8U86\BI8ES6CAE8:88E6I8E6
6 6 CAESAU5U88E6WBES9;ES8E66
6 6 6
JJKOL6N6JQKOL6 `abac1d1e1fgafafeh1fibhcjikjie1b4ifldhfl1f [BG6CAE];F;E6^TCWXV6C>5ZBEFB6
mi2hc2inop 4[\6I8E66
s1e1j1tuvawjh1jixyz{
pi21flgaf1e11f21fgafla4k411f|ifldhfl1f
}|~`gjkifbinhb1oafll1j1w1j1e
PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
JalanMajapahit No.: 54. MATARAM 83126Telepon (0370) 633071 Fax. (0370) 633961
Website : www.dishut.ntbprov.go.idE-Mail : dishut@dishut.ntbprov.go.id
Bismillaahirrahmaanirrahim
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh
Sehubungan dengan hal tersebut, dengan ini kami mengharap kehadiran Saudara
dalam rapat penentuan isu prioritas Lingkungan Hidup Daerah Provinsi NTB untuk
Penyusunan Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (IKPLHD)
Provinsi NTB Tahun 2017 yang akan dilaksanakan pada:
Demikian kami sampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih.
Notulensi :
Hasil rapat:
1. Surat LH kab/kota untuk segera melakukan penyusunan IKPLHD Tahun 2017 dengan
schedule yang sudah ditentukan oleh KLHK dan lampiran luasan hutan Provinsi NTB;
2. Diminta kepada Ka. UPTB Laboratorium untuk dapat membagikan data Tahun 2016 terkait
udara dan air ke Kab/Kota;
3. Rakor Mou Pasca Banjir Bima pada Bulan Februari 2018 dan Rakor sinkronisasi perlindungan
dan pengelolaan lingkungan hidup pada bulan Oktober 2018;
4. Data kualitas tanah dan air dari BPTP (bersurat dan share);
5. Perlu data ke BMKD terkait data kualitas udara
Lampiran Surat No.l 005 lo$i IPPL-DISLHM018
Kepdda yth.:
4. iov. Nfg
Prov. NTB
11 @puan'PerlindunganAnak,PengendalianPendudukdan
KB Prov. NTB i
t9 Kepala BadAn Kesatuan Bangsa dan Politlk Dalam Negeri Prov. NTB
20 Kepala Dinas Keeehatan Prov. NTB
21 Xepala Bldang AnaliEis dan Pengendalian Lingkungan pada DLHK Provinsi NTB
22 Kepala Bidang Pengelolaan Hutan pada DLHK Provinei NTB
23 Kepala Bidang Perlindungan Hutan, SDA dan Ekosistem pada DLHK Provinsi NTB
Dasar :
Undangan Sekretaris Daerah Provinsi NTB
2. Kabid Penataan
- Sampai dengan minggu ke III bulan Februari sudah terkumpul 70% data
penunjang penyusunan dokumen IKPLHD;
- Perlu klarifikasi dari Dinas Pertambangan, Dinas Kesehatan, Dinas
Kependudukan dan Catatan Sipil terkait data-data yang belum terisi dalam tabel
data;
- Harapannya dokumen sudah dapat di evaluasi dan di ekspose pada minggu I
Bulan April sebelum diserahkan kepada Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan;
1
- Data kualitas sumur sesuai dengan permintaan tidak bisa diberikan karena Dinas
Kesehatan hanya melakukan pengujian air sumur terhadap parameter syarat
memenuhi dan tidak untuk di konsumsi;
- Data jamban hanya ada data jamban permanen, semi permanen;
- Saat ini di NTB ada 82% jamban dari seluruh KK yang ada dengan rincian 495
desa, 250.000 KK
Kesimpulan :
Dartar panjang isu strategis lingkungna hidup dari masing-masing Dinas Instansi se
NTB adalah:
Dinas Energi Sumber Daya Mineral Provinsi NTB
Bakesbangpoldagri
1. Galian C di banyak lokasi di NTB
(Ex. Kawasn Kebon Ayu)
2. Sinkronisasi terkait aturan dalam pemberian izin pertambangan
BIIW
1. Sarana dan prasarana sumberdaya air yang sudah tidak dapat menampung (perlu
rehabilitasi)
2. Parameter e. Coli melebihi batas pada beberapa sungai
3
Pertanian dan Perkebunan Provinsi NTB
1. Pengembangan Pajale (padi, jagung dan kedelai) secara nasional sudah dapat
memenuhi target tapi efek sampingnya adalah: luasan yg bertambah dan menjadi
kekhawatiran banjir.
Alih fungsi lahan menjadi jagung (dari kawasan HGU, dll) menyebabkan banjir.
2. Pengkajian efek GRK (karena pertanian menjadi penyumbang GRK)
3. Komoditi perkebunan (coklat dan kopi) diupayakan tidak merusak lingkungan.
Ada 5 desa yang menjadi percontohan perkembangan perkebunan ramah lingkungan)
4. 2018 ada permentan larangan membakar lahan untuk pertanian/perkebunan.
5. Minimalisasi penggunaan lahan kimia pada lahan perkebunan
BKSDA
1. kekhawatiran penurunan spesie prioritas (5 utama yaitu kakak tua jantan dan rusa)
2. pemeliharaan satwa liar tanpa izin (burung)
3. kebakaran dan perambahan
4. penurunan kualitas ekosistem (salah satunya TWA danau rawa taliwang)
1. Lahan/tanah
Konversi lahan yang sangat tinggi di lahan basah (irigasi) dan lahan kering (lahan
kehutanan)menyebabkan erosi/banjir
- Kebakaran lahan/hutan
- Kesuburan semakin berkurang
2. Air
- Kekurangan ketersediaan air
- Pencemaran pada air sungai (akibat mercury dan pestisida)
- Sarana dan prasarana yang tidak memadai
3. Udara
- Peningkatan produksi GRK dari sektor perternakan dan pertanian
4
4. Lain-lain
- Degradasi kualitas lingkungan (perlunya pengelolaan biota laut) akibat ilegal
fishing dan pengelolaan limbah di hulu yang kurang optimal
- Banjir
- Sampah di perkotaan
5
Rapat Inovasi Daerah dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup untuk Penyusunan
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi NTB Tahun
2018
Dasar :
Undangan Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi NTB
- Berdasarkan hasil MoU, disepakati untuk adanya sistem kemitraan pada pihak
yang akan melakukan penanaman di kawasan hutan dengan aturan hanya
boleh melakukan penanaman di kawasan yang sudah ada izin pemanfaatannya
dan bukan pada Hutan Kemasyarakatan;
1
Dinas Kesehatan Provinsi NTB
- Dari target 100% pada Tahun 2018, sampai dengan Tahun 2017 sudah terjadi
peningkatan lokasi kawasan dengan sanitasi baik sebesar 82,62 %;
- Pada Tahun 2017, telah dilakukan aksi bersih pantai di kawasan Tanjung Luar
Kabupaten Lombok Timur.
- Program Biogas sebanyak 160 unit di 4 lokasi yaitu Lombok Barat, Lombok
Tengah, Lombok Timur dan Sumbawa;
- Pada Tahun 2018, akan dibangun reaktor biogas sebanyak 389 unit di Lombok
Barat, Lombok Tengah dan Lombok Timur;
2
DOKUMENTASI
Rapat I. Pembentukan Tim Penyusun IKPLHD
Rapat II. FGD Penentuan Isu Prioritas Lingkungan Hidup
Rapat III. Inovasi Daerah Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup