Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN TUGAS BESAR

PL3131 PERENCANAAN INFRASTRUKTUR WILAYAH DAN KOTA


PERENCANAAN INFRASTRUKTUR AIR LIMBAH DI KOTA SURABAYA

Dosen :
Shanty Yulianti Rachmat ST,MT,Ph.D.
Lisna Rahayu ST,M.Sc.
Ulfah Aliifah Rahmah S.T., M.T.

Oleh :
Shafa Kamila - 15418055
Al Hilal Firdaus - 1541857
Harsis Nugraha - 15418085
Fajar Miftahul Akbar -15418088
M Hafizhul Haq - 15418102

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

SEKOLAH ARSITEKTUR, PERENCANAAN, DAN PENGEMBANGAN KEBIJAKAN

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

2020
PRAKATA

Segala puja dan puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Tanpa
karunia-Nya, laporan penelitian ini tidak akan dapat terselesaikan dengan baik. Penulis benar-
benar merasa tertantang untuk mewujudkan penelitian ini sebagai salah satu bentuk
kontribusi dalam upaya penyediaan infrastruktur sanitasi air limbah di Kota Malang untuk
beberapa tahun ke depan. Kota Malang merupakan salah satu kota penyumbang kekumuhan
di Indonesia. Hal ini tidak mengherankan karena Kota Malang merupakan salah satu kota di
Indonesia yang memiliki pertumbuhan dan perkembangan kota yang sangat cepat baik dalam
pertumbuhan fisik maupun ekonomi (Wijaya, 2016). Disisi lain Malang menoreh penghargaan
Kota Sehat Nasional 2019 dengan capaian tertinggi Swasti Saba Wistara dari Kementerian
Kesehatan (Kemenkes) dan Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri). Hal ini
mengindikasikan keseriusan dari Kota Malang sendiri dalam mengentaskan permasalahan
kesehatan kota yang salah satunya adalah sanitasi. Berdasarkan kondisi tersebut, penulis
berusaha melakukan penelitian ini dengan memuat beragam teknik analisis.
Terselesaikannya laporan penelitian ini juga tidak terlepas dari bantuan beberapa pihak.
Karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada Ibu Shanty Yulianti Rachmat
ST,MT,Ph.D., Ibu Lisna Rahayu ST,M.Sc., serta Ibu Ulfah Aliifah Rahmah S.T., M.T. selaku
dosen pembimbing yang telah memberikan kritik dan masukan sehingga laporan ini dapat
terselesaikan dengan baik. Dengan segala pengharapan dan keterbukaan, penulis
menyampaikan rasa terima kasih dengan setulus-tulusnya dan semoga laporan ini dapat
memberikan manfaat.

Bandung, Desember 2020

Tim Penulis
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………… i
DAFTAR TABEL……………………………….……………………..………………………… iii
DAFTAR GAMBAR…….……………………………………………….……………………… v

BAB 1 PENDAHULUAN…….……………………………………………….………………… 1
1.1 Latar Belakang…….……………………………………………….…………..…………… 1
1.2 Rumusan Masalah…….……………………………………………….…………………… 2
1.3 Tujuan dan Sasaran Penelitian…….……………………………………………….…..… 2
1.4 Ruang Lingkup…….……………………………………………….……………………..… 2
1.4.1 Ruang lingkup materi…….……………………………………………………… 2
1.4.2 Ruang lingkup wilayah…….………………………………………………..…… 2
1.5 Sistematika Penulisan…….……………………………………………….……………..… 3

BAB 2 TINJAUAN LITERATUR…….……………………………………………………...… 4


2.1 Tinjauan Literatur Materi…….……………………………………………….…..……...… 4
2.1.1 Standar kebutuhan air bersih…….…………………………………………..… 4
2.1.2 Air limbah…….………………………………………………………………...… 4
2.1.3 Pengolahan air limbah…….……………………………………………….....… 5
2.1.4 Standar produksi air limbah…….………………………………………..…..… 5
2.1.5 Kondisi sanitasi layak…….………………………………………………......… 6
2.2 Tinjauan Literatur Metode…….……………………………………………………..…..… 7
2.2.1 Proyeksi penduduk…….………………………………………………….…..… 7
2.2.2 Pemilihan lokasi IPAL dan IPLT…….………………...……………………..… 8

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN…….…………………………………...……….…..… 12


3.1 Metode Pengumpulan Data…….………………………………………………….…...… 12
3.2 Metode Analisis Data…….…………………………………………………....…….…..… 12
3.2.1 Proyeksi jumlah penduduk…….………………………………………....…..… 12
3.2.2 Perhitungan kebutuhan air bersih dan produksi air limbah.………….…..… 12
3.2.3 Skoring penentuan lokasi IPAL dan IPLT…….………………………….....… 13

BAB 4 DATA DAN ANALISIS…….……………………....…………………………….…..… 15


4.1 Input Data…….………………………………………………………………………..…..… 15
4.1.1 Jumlah penduduk eksisting…….………………………………………...…..… 15
4.1.2 Jumlah fasilitas sanitasi eksisting…….……..………………………..….…..… 15
4.2 Analisis Output Data…….…………………………………………..……………….…..… 16
4.2.1 Proyeksi jumlah penduduk tahun 2040…….………………………....…….… 16
4.2.2 Perhitungan gap penduduk yang belum terlayani…….…….……….…….… 19
4.2.3 Kebutuhan air bersih dan produksi air limbah tahun 2040…….…...……..… 20
4.2.4 Perhitungan kebutuhan fasilitas air limbah tahun 2040…….……………..… 20
4.2.5 Gap kebutuhan fasilitas air limbah…….…………………………..…….…..… 22
4.2.6 Skoring lokasi…….………………………………….…………………….…..… 23
4.2.7 Digitasi lokasi…….…………………………………………..…………….…..… 25

BAB 5 SIMPULAN DAN REKOMENDASI…….…..………………………………….…..… 26

i
5.1 Simpulan…….………………………………………………………………………...…..… 26
5.1.1 Kondisi eksisting infrastruktur Kota Malang…….………………...…....…..… 26
5.1.2 Kebutuhan infrastruktur tambahan pada tahun 2040…….………...…......… 26
5.2 Rekomendasi…….………………………………………………….…………………....… 26

DAFTAR PUSTAKA…….………………………………………………………………..…..… 27

ii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Standar Kebutuhan Air Bersih…….………………………………………….…..… 4

Tabel 2.2 Proporsi Air Limbah Cair…….………………………………………………..…..… 5

Tabel 2.3 Faktor-faktor Pertimbangan Penentuan Lokasi IPAL…….………………..…..… 9

Tabel 2.4 Uraian Faktor Pertimbangan…….…………………………………………..…...… 10

Tabel 3.1 Faktor Penentuan Lokasi IPAL/IPLT…….…………………………………..…..… 13

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Kota Malang Tahun 2011-2019…….…………………..…..… 15

Tabel 4.2 Jenis Penggunaan Jamban di Kota Malang…….…………...……………..…..… 15

Tabel 4.3 Data IPAL dan IPLT Kota Malang…….…………………….………………..…..… 16

Tabel 4.4 Data Inisiasi Badan Pusat Statistik Kota Malang…….……………………..…..… 16

Tabel 4.5 Laju Pertumbuhan Penduduk Kota Malang Tahun 2011-2019…………..…...… 17

Tabel 4.6 Pengujian Error Metode Aritmatika…….……………………..……………..…..… 17

Tabel 4.7 Pengujian Error Metode Geometri…….……………………………………..…..… 18

Tabel 4.8 Pengujian Error Metode Eksponensial…….………………………………..…..… 18

Tabel 4.9 Proyeksi Jumlah Penduduk Tahun 2040…….………………….…………..…..… 19

Tabel 4.10 Gap Jumlah Penduduk Yang Belum Terlayani…….……………………..…..… 19

Tabel 4.11 Jumlah Kebutuhan Air Bersih Tahun 2040…….…………………………..…..… 20

Tabel 4.12 Skenario Pembangunan IPLT…….……………………………………………..… 21

Tabel 4.13 Data IPAL Mojosongo…….…………..……………………………………..…..… 21

Tabel 4.14 Perhitungan kebutuhan IPAL Kota Malang Tahun 2040…………..…..……….. 21

Tabel 4.15 Gap Kebutuhan Fasilitas IPLT Tahun 2040…….…………………..…..……….. 22

Tabel 4.16 Gap Kebutuhan Fasilitas IPAL Tahun 2040…….……………………...………... 22

iii
Tabel 4.17 Kriteria Skoring Lokasi…….…………..………..……………….…………..…..… 24

Tabel 4.18 Hasil Skoring Lokasi…….…………..………..……………….…………..……..… 24

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Peta Kota Malang…….……………………………………………………..…..… 3

Gambar 4.1 Hasil Digitasi Lokasi…….…………………………………………………..…..… 25

Gambar 5.1 Rekomendasi Lokasi Pembangunan IPAL dan IPLT Kota Malang…....…..… 26

v
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dewasa ini, dunia global telah menggalakkan gagasan mengenai
pembangunan berkelanjutan. Hal ini dilandaskan kepada Sustainable Development
Goals (SDGs) dimana merupakan rencana aksi global yang telah disepakati oleh
pemimpin dunia. Salah satu poin tujuan yang termaktub di dalamnya adalah
“Memastikan ketersediaan dan manajemen air bersih yang berkelanjutan dan sanitasi
bagi semua” yang salah satu targetnya adalah pada tahun 2030 mencapai akses
terhadap sanitasi dan kebersihan yang layak dan adil untuk semua dan mengakhiri
buang air di tempat terbuka , dengan memberikan perhatian khusus pada kebutuhan
perempuan dan anak perempuan serta mereka yang berada dalam situasi rentan.
Dari tujuan tersebut dapat disimpulkan pentingnya sanitasi yang layak dalam
pembangunan berkelanjutan. Namun faktanya, fasilitas sanitasi jauh dibawah
kebutuhan penduduk yang terus meningkat jumlahnya. Akibatnya, muncul berbagai
penyakit yang salah satu diantaranya adalah diare. Di dunia, penyakit tersebut telah
menimbulkan kematian sekitar 2,2 juta anak per tahun dan menghabiskan banyak
dana untuk mengatasinya (UNICEF, 1997)
Kota Malang merupakan salah satu kota penyumbang kekumuhan di
Indonesia. Hal ini tidak mengherankan karena Kota Malang merupakan salah satu kota
di Indonesia yang memiliki pertumbuhan dan perkembangan kota yang sangat cepat
baik dalam pertumbuhan fisik maupun ekonomi (Wijaya, 2016). Selain itu, menurut
data Badan Pusat Statistik, Kota Malang memiliki angka penyakit karena masalah
sanitasi seperti diare yang cukup tinggi yakni 44.667 kasus pada 2018, Kota Malang
ini merupakan kota terbesar kelima dengan kasus diare di Jawa Timur. Disisi lain
Malang menoreh penghargaan Kota Sehat Nasional 2019 dengan capaian tertinggi
Swasti Saba Wistara dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan Kementerian
Dalam Negeri (Kemendagri). Hal ini mengindikasikan keseriusan dari Kota Malang
sendiri dalam mengentaskan permasalahan kesehatan kota yang salah satunya
adalah sanitasi.
Keseriusan ini juga terbukti dengan adanya misi yang termaktub pada RPJMD
Kota Malang tahun 2018 - 2023 yang berbunyi “Mewujudkan Kota Produktif dan
Berdaya Saing berbasis Ekonomi Kreatif, Keberlanjutan, dan Keterpaduan”. Yang
kemudian misi tersebut diturunkan menjadi tujuan “Terwujudnya produktivitas dan
daya saing daerah yang merata dan berkelanjutan” serta sasaran “Meningkatkan
kualitas kemanfaatan tata ruang dan lingkungan hidup” Dengan memprioritas pada
rencana Walikota dan Wakil Walikota poin 7 “Pengelolaan IPAL di bangunan
pemerintah, swasta, dan rumah tangga berbasis komunal”.
Selain pada RPJMD, juga sudah terdapat perencanaan secara spasial yang
memfokuskan permasalahan sanitasi ini pada Kota Malang. Yaitu pada RTRW Kota
Malang yang mengupayakan pengembangan sistem pengelolaan air limbah dengan :
- Untuk on site system menggunakan sumur resapan untuk kemudian diarahkan
ke saluran pematusan
- Untuk off site system menggunakan Instalasi Pengolahan Limbah Terpadu
(IPLT) Supiturang dan mengoptimalkan penggunaan Instalasi Pengolahan Air
Limbah (IPAL)

1
Meski sudah adanya rencana di masa depan, tentu suatu data akan menjadi
sangat penting untuk pertimbangan dalam merealisasikannya. Data baik secara
aktual, spasial, dan peramalan terkait kondisi masa depan diperlukan sebagai dasar.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang sudah dijelaskan pada bagian sebelumnya,
maka terdapat beberapa rumusan masalah yang akan dijawab, antara lain :
1. Bagaimana kondisi ketersediaan infrastruktur sanitasi Kota Malang secara
aktual dan spasial?
2. Bagaimana kondisi kebutuhan infrastruktur sanitasi Kota Malang pada tahun
2040 secara aktual dan spasial berdasarkan proyeksi jumlah penduduk?

1.3 Tujuan dan Sasaran Penelitian


Tujuan :
Mengetahui kondisi ketersediaan dan rencana pemenuhan kebutuhan infrastruktur
sanitasi di Kota Malang secara aktual dan spasial pada tahun 2040

Sasaran :
1. Mengetahui kondisi eksisting ketersediaan infrastruktur sanitasi Kota Malang
secara aktual dan spasial
2. Mengetahui proyeksi jumlah penduduk Kota Malang pada tahun 2040
berdasarkan metode aritmatika, geometrik, dan eksponensial
3. Mengetahui kebutuhan infrastruktur sanitasi Kota Malang pada tahun 2040
berdasarkan hasil proyeksi penduduk

1.4 Ruang Lingkup


1.4.1 Ruang lingkup materi
Materi yang akan dibahas lebih lanjut yaitu mengenai kondisi
infrastruktur sanitasi Kota Malang secara aktual dan spasial serta kebutuhan
infrastruktur sanitasi Kota Malang sampai dengan tahun 2040. Infrastruktur
sanitasi yang akan ditinjau khususnya terkait infrastruktur sanitasi air limbah.
1.4.2 Ruang lingkup wilayah
Kota Malang merupakan kota yang terletak di Provinsi Jawa Timur dan
menjadi kota terbesar kedua di Jawa Timur setelah Kota Surabaya. Secara
astronomis, Kota Malang terletak pada posisi 112,060° - 112,070° Bujur Timur
dan 7,060° - 8,020° Lintang Selatan serta berada pada ketinggian 445 - 526
meter di atas permukaan laut. Selain itu, Kota Malang memiliki luas sebesar
110,06 km2 dan berbatasan langsung dengan Kabupaten Malang. Menurut
data dari BPS Kota Malang (2020), jumlah penduduk Kota Malang pada tahun
2019 mencapai 927.285 jiwa dengan kepadatan penduduk sebesar 8.718
jiwa/km2 dan pertumbuhan penduduk sebesar 1,23 persen/tahun. Berikut ini
peta Kota Malang pada skala 1:100.000.

2
Gambar 1.1 Peta Kota Malang
Sumber : Badan Informasi Geospasial, 2020

1.5 Sistematika Penulisan


Sistematika penulisan laporan penelitian ini adalah sebagai berikut :

Bab I Pendahuluan
Pada bagian pendahuluan, penulis menguraikan latar belakang dilakukannya
penelitian, rumusan masalah, tujuan dan sasaran yang ingin dicapai, ruang lingkup
penelitian yang mencakup ruang lingkup materi dan ruang lingkup wilayah serta
sistematika penulisan laporan.

Bab II Tinjauan Pustaka


Pada bagian tinjauan pustaka, terdapat penjelasan mengenai standar
kebutuhan air bersih, standar produksi air limbah, dan kondisi sanitasi yang layak.
Kemudian juga dijelaskan mengenai metode proyeksi penduduk serta metode
penentuan pemilihan lokasi infrastruktur sanitasi dengan menggunakan analisis GIS.

Bab III Metodologi Penelitian


Pada bab ini, terdapat penjelasan mengenai metode yang digunakan dalam
penelitian. Dimulai dari metode pengumpulan data secara sekunder sampai metode
analisis data berupa proyeksi penduduk, analisis perhitungan kebutuhan air bersih dan
produksi air limbah serta skoring penentuan lokasi infrastruktur.

Bab IV Data dan Analisis


Pada bab ini, akan dipaparkan berbagai input data yang digunakan dalam
penelitian serta analisis output data yang dihasilkan.

Bab V Kesimpulan dan Rekomendasi


Pada bagian ini, terdapat kesimpulan akhir hasil penelitian dari analisis-analisis
yang telah dilakukan serta diberikan rekomendasi terkait penyediaan infrastruktur
sanitasi air limbah di Kota Malang.

3
BAB 2
TINJAUAN LITERATUR

2.1 Tinjauan Literatur Materi


2.1.1 Standar Kebutuhan Air Bersih
1. Standar kelayakan kebutuhan air bersih adalah 49,5 liter/kapita/hari. Badan
dunia UNESCO sendiri pada tahun 2002 telah menetapkan hak dasar manusia
atas air yaitu sebesar 60 ltr/org/hari.
2. Direktorat Jenderal Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum membagi lagi
standar kebutuhan air minum tersebut berdasarkan lokasi wilayah.
a. Pedesaan dengan kebutuhan 60 liter/per kapita/hari.
b. Kota Kecil dengan kebutuhan 90 liter/per kapita/hari.
c. Kota Sedang dengan kebutuhan 110 liter/per kapita/hari.
d. Kota Besar dengan kebutuhan 130 liter/per kapita/hari.
e. Kota Metropolitan dengan kebutuhan 150 liter/per kapita/hari.

Tabel 2.1 Standar Kebutuhan Air Bersih


Jumlah Penduduk Jenis Kota Jumlah Kebutuhan Air
(liter/orang/hari)

>2000000 Metropolitan >210

1000000-2000000 Metropolitan 150-210

500000-1000000 Besar 120-150

100000-500000 Besar 100-150

20000-100000 Sedang 90-100

3000-20000 Kecil 60-100


Sumber : Pedoman Konstruksi dan Bangunan, Dep. PU dalam Direktorat Pengairan
dan Irigasi Bappenas. 2006

3. Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006 tentang


Pedoman Teknis dan Tata Cara Pengaturan Tarif Air Minum pada Perusahaan
Daerah Air Minum pasal 1 ayat 8 berbunyi standar kebutuhan pokok air minum
adalah kebutuhan air sebesar 10 meter kubik/kepala keluarga/bulan atau 60
liter/orang/hari, atau sebesar satuan volume lainnya yang ditetapkan Iebih
lanjut oleh Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
sumber daya air.

2.1.2 Air Limbah


Berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 112 Tahun 2003, Air
limbah domestik yakni air limbah yang berasal dari usaha dan atau kegiatan
permukiman (real estate), rumah makan (restoran), perkantoran, perniagaan,
apartemen dan asrama.

4
Adapun Air limbah domestik terdiri dari dua jenis yakni :
1. Grey water, merupakan air limbah rumah tangga dari kegiatan non kakus,
grey water merupakan 98% dari total produksi air limbah rumah tangga.
2. Blackwater, merupakan air limbah rumah tangga dari kegiatan kakus, dan
merupakan 2% dari total produksi air limbah rumah tangga.

2.1.3 Pengolahan Air Limbah


Sistem Pengelolaan Limbah Cair Domestik berdasarkan Tempat
Pengolahannya terbagi dua jenis yakni :
1. Centralized system / sistem pengolahan terpusat / Off site system
Pada sistem off site, air limbah dari seluruh daerah pelayanan
dikumpulkan melalui suatu riol pengumpul, kemudian dialirkan ke
dalam riol kota menuju ke tempat instalasi pengolahan air limbah (IPAL)
dan atau dengan pengenceran tertentu (intersepting sewer), yang
selanjutnya bila telah memenuhi standar baku mutu dapat dibuang ke
badan air penerima.
2. Decentralized system / sistem pengolahan setempat / On site system
Pada sistem on site, air limbah dibuang serta diolah langsung di
tempat tanpa melalui penyaluran terlebih dahulu. Sistem ini dipakai jika
syarat-syarat teknis lokasi dapat dipenuhi dan menggunakan biaya
relatif rendah. Sistem ini berlaku pada daerah yang dimana tidak ada
sistem riol kota atau berlaku juga untuk lingkungan kecil yang masih
tersedia lahan pekarangannya.

2.1.4 Standar Produksi Air Limbah


Berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 112 Tahun 2003, Air
limbah domestik adalah air limbah yang berasal dari usaha dan atau kegiatan
permukiman (real estate), rumah makan (restoran), perkantoran, perniagaan,
apartemen dan asrama. Adapun dilihat dari pengelompokannya air limbah
domestik terdiri dari dua jenis :
1. Grey water : merupakan air limbah rumah tangga dari kegiatan non kakus
merupakan 98% dari total produksi air limbah rumah tangga
2. Black water : merupakan air limbah rumah tangga dari kegiatan kakus
merupakan 2% dari total produksi air limbah rumah tangga
Baku mutu air limbah domestik diatur dalam Keputusan Menteri Lingkungan
Hidup No. 112 tahun 2003. Kemudian Standar atau Proporsi produksi air limbah
domestik yakni sebesar 80% dari total pemanfaatan air bersih untuk kegiatan
rumah tangga. Sedangkan proporsi produksi air limbah non domestik adalah
sesuai tabel berikut :

Tabel 2.2 Proporsi Air Limbah Cair


Fasilitas % Limbah Cair dari pemakaian
rata-rata Air Bersih

Pendidikan 90%

Sarana Peribadatan
- Masjid 85%

5
- Mushola 85%
- Gereja 85%
- Vihara/Pura 85%

Sarana Kesehatan
- Rumah Sakit 80%
- Puskesmas 80%
- Poliklinik 80%
- Rumah Bersalin 80%
- Apotik 80%

Hotel 85%

Bioskop 90%

Lapangan Olahraga 85%

Perdagangan
- Pertokoan 90%
- Supermarket 90%
- Mall 90%
- Pasar Tradisional 85%
- Rumah Makan 75%

Perkantoran 90%
Sumber : Pedoman Konstruksi dan Bangunan, Dep. PU dalam Direktorat Pengairan
dan Irigasi Bappenas. 2006

2.1.5 Kondisi Sanitasi Layak


Berdasarkan Dokumen Buku Putih Sanitasi Kota Malang tahun 2014, Sanitasi
adalah perilaku disengaja dalam pembudayaan hidup bersih dengan maksud
mencegah manusia bersentuhan langsung dengan kotoran dan bahan buangan
berbahaya lainnya dengan harapan usaha ini akan menjaga dan meningkatkan
kesehatan manusia. Bahan buangan berbahaya yang dimaksud merupakan bahan
buangan yang dapat menyebabkan masalah kesehatan seperti : tinja manusia
atau binatang, sisa bahan-bahan padat, air bahan industri dan bahan buangan
pertanian. Perlu dilakukan upaya pengelolaan lingkungan dan pemantauan
lingkungan yang baik agar sanitasi ini dapat terlaksana untuk meningkatkan
kesehatan masyarakat, termasuk di dalamnya upaya pengelolaan terhadap air
limbah.
Menurut Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 112 Tahun 2003
tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik, Setiap penanggung jawab usaha dan
atau kegiatan permukiman (real estate), rumah makan (restoran), perkantoran,
perniagaan dan apartemen wajib :
a. melakukan pengolahan air limbah domestik sehingga mutu air limbah
domestik yang dibuang ke lingkungan tidak melampaui baku mutu air
limbah domestik yang telah ditetapkan;
b. membuat saluran pembuangan air limbah domestik tertutup dan kedap air
sehingga tidak terjadi perembesan air limbah ke lingkungan.
c. membuat sarana pengambilan sampel pada outlet unit pengolahan air
limbah.

6
Pengelolaan limbah ini dapat dilakukan secara kolektif melalui pengelolaan
limbah domestik terpadu dan harus memenuhi baku mutu limbah domestik yang
berlaku. Berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No.68 Tahun 2016
tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik, pengolahan air limbah domestik dapat
dilakukan secara :
1. Tersendiri, tanpa menggabungkan dengan pengolahan air limbah dari
kegiatan lainnya; atau
2. Terintegrasi, melalui penggabungan air limbah dari kegiatan lainnya ke
dalam satu sistem pengolahan air limbah.
Dalam pengolahan limbah domestik ini, wajib dilakukan pemantauan untuk
mengetahui pemenuhan ketentuan baku mutu air limbah. Pemantauan ini juga
dilakukan untuk memenuhi ketentuan persyaratan teknis antara lain :
a. menjamin seluruh air limbah domestik yang dihasilkan masuk ke instalasi
pengolahan air limbah domestik;
b. menggunakan instalasi pengolahan air limbah domestik dan saluran air
limbah domestik kedap air sehingga tidak terjadi perembesan air limbah
domestik ke lingkungan;
c. memisahkan saluran pengumpulan air limbah domestik dengan saluran air
hujan;
d. melakukan pengolahan air limbah domestik, sehingga mutu air limbah
domestik yang dibuang ke sumber air tidak melampaui baku mutu air
limbah domestik;
e. tidak melakukan pengenceran air limbah domestik ke dalam aliran buangan
air limbah domestik;
f. menetapkan titik penaatan untuk pengambilan contoh uji air limbah
domestik dan koordinat titik penaatan; dan
g. memasang alat ukur debit atau laju alir air limbah domestik di titik penaatan.

2.2 Tinjauan Literatur Metode


2.2.1 Proyeksi Jumlah Penduduk
Dalam perencanaan pembangunan di segala bidang, informasi kependudukan
menjadi salah satu hal terpenting. Informasi kependudukan yang dimaksud dapat
berupa jumlah penduduk, persebaran penduduk, komposisi penduduk, dan lain-
lain. Tentunya dalam merencanakan sesuatu, dibutuhkan informasi kependudukan
untuk tahun rencana tersebut. Namun, data yang umum tersedia adalah data masa
sekarang maupun masa lampau. Maka dari itu, perlu dilakukan proyeksi penduduk
berdasarkan informasi atau data yang tersedia di masa sekarang.
Proyeksi penduduk digunakan untuk mengestimasi jumlah penduduk di masa
yang akan datang. Dalam melakukan proyeksi ini, terdapat beberapa asumsi yang
digunakan, seperti tingkat kelahiran, tingkat kematian, dan perpindahan penduduk
yang nantinya akan mempengaruhi ketepatan dari hasil proyeksi. Hasil dari
proyeksi jumlah penduduk ini nantinya akan berguna dalam perencanaan
pembangunan dimana nantinya dapat digunakan sebagai pijakan dan dasar
pengambilan kebijakan serta evaluasi pencapaian program perencanaan yang
dicanangkan.
Dalam buku Pedoman Penghitungan Proyeksi Penduduk dan Angkatan Kerja
(2010) yang dipublikasikan oleh Badan Pusat Statistik, terdapat beberapa metode
yang dapat digunakan untuk melakukan proyeksi penduduk, salah satu yang

7
paling sering digunakan adalah metode matematik. Metode matematik sering juga
disebut sebagai metode tingkat pertumbuhan penduduk karena dalam
memproyeksikan jumlah penduduk, digunakan data laju pertumbuhan penduduk.
Dalam metode ini, laju pertumbuhan penduduk dianggap konstan. Metode
matematik terbagi lagi menjadi 3 jenis yakni sebagai berikut :
a. Metode Aritmatik
Dalam metode in diasumsikan bahwa jumlah penduduk di masa yang akan
datang akan bertambah dengan jumlah yang sama setiap tahun. Formula yang
digunakan adalah :
● 𝑃𝑡 = 𝑃𝑜 (1 + 𝑟𝑡)
1 𝑃𝑡
● 𝑟 = ( − 1)
𝑡 𝑃𝑜
dengan :
Pt = jumlah penduduk pada tahun t
P0 = jumlah penduduk pada tahun dasar
r = laju pertumbuhan penduduk
t = periode waktu antara tahun dasar dan tahun t (dalam tahun)

b. Metode Geometrik
Metode ini mengasumsikan bahwa pertambahan jumlah penduduk terjadi
secara geometrik seperti pada perhitungan bunga majemuk. Formula yang
digunakan adalah :
𝑡
● 𝑃𝑡 = 𝑃𝑜 (1 + 𝑟)
1
𝑃𝑡
● 𝑟 = ( ) 𝑡 −1
𝑃𝑜
dengan :
Pt = jumlah penduduk pada tahun t
P0 = jumlah penduduk pada tahun dasar
r = laju pertumbuhan penduduk
t = periode waktu antara tahun dasar dan tahun t (dalam tahun)

c. Metode Eksponensial
Metode eksponensial mengasumsikan pertambahan jumlah penduduk terjadi
secara sedikit demi sedikit sepanjang tahun. Formula yang digunakan :
● 𝑃𝑡 = 𝑃𝑜 𝑒 𝑟𝑡
1 𝑃𝑡
● 𝑟= 𝑙𝑛( )
𝑡 𝑃𝑜
dengan :
Pt = jumlah penduduk pada tahun t
P0 = jumlah penduduk pada tahun dasar
r = laju pertumbuhan penduduk
t = periode waktu antara tahun dasar dan tahun t (dalam tahun)

2.2.1 Pemilihan lokasi IPAL dan IPLT


Pemilihan lokasi untuk IPAL dan IPLT memerlukan proses
perencanaan yang matang serta perlu memerhatikan banyak faktor yang
nantinya akan memengaruhi kinerja instalasi tersebut. Menurut Samsuhadi
dalam Jurnal Teknik Lingkungan (2012), setidaknya terdapat sembilan faktor

8
yang memengaruhi penentuan lokasi IPAL dan IPLT yang nantinya perlu
dibuat skala prioritas untuk menentukan faktor mana yang lebih penting dalam
penentuan lokasi tersebut. Kesembilan faktor tersebut meliputi :
- Jumlah penduduk yang akan dilayani
- Jarak antar lokasi IPAL/IPLT dengan pusat kota dan permukiman
- Kemiringan lokasi
- Jenis tanah pada lahan yang tersedia
- Tata guna lahan yang tertera pada RTRW setempat
- Badan air penerima
- Potensi bahaya banjir
- Legalitas lahan yang akan dijadikan lokasi IPAL/IPLT
- Batas administrasi wilayah
Kesembilan faktor yang ada tersebut nantinya dapat diberikan skor
atau bobot tertentu untuk melihat faktor mana yang paling memengaruhi
penentuan lokasi IPAL/IPLT tersebut. Berikut adalah contoh nilai bobot dari
kesembilan faktor tersebut :

Tabel 2.3 Faktor-faktor Pertimbangan Penentuan Lokasi IPAL


No Faktor-faktor pertimbangan Nilai Bobot

1 Penduduk yang akan dilayani pengelolaan limbah 9

2 Jarak antar lokasi IPAL dengan pusat kota dan 7


pemukiman

3 Kemiringan lokasi IPAL. 6

4 Jenis tanah pada lahan yang tersedia. 2

5 Tata guna lahan yang telah tertera pada RUTR / 5


RTRW.

6 Badan air penerima. 4

7 Bahaya banjir. 3

8 Legalitas dari lahan yang akan diperuntukan untuk 10


IPAL.

9 Batas administrasi wilayah 8


Sumber : Jurnal Teknik Lingkungan, 2012

Berdasarkan tabel di atas, dapat terlihat bahwa faktor legalitas lahan


yang akan diperuntukkan untuk IPAL/IPLT memiliki bobot tertinggi yang artinya
legalitas lahan merupakan faktor terpenting dalam kasus ini. Selain
memberikan bobot pada masing-masing faktor, dapat juga dilakukan
penguraian pada masing-masing faktor dan memberikan bobot pada setiap
uraian faktor tersebut. Berikut ini adalah contohnya :

9
Tabel 2.4 Uraian Faktor Pertimbangan
No Uraian Faktor Pertimbangan Nilai Bobot

1 Jumlah penduduk
> 1.000.000 jiwa 10
500.000 – 1.000.000 jiwa 8
100.000 – 500.000 jiwa 5
< 100.000 jiwa 2

2 Mata pencaharian penduduk


Pengusaha, Eksekutif 10
Pengawai Negeri / Swasta 8
Petani, Nelayan, Buruh 6
Pengangguran 2

3 Jarak Ke pusat kota


> 30 KM 2
20 – 29 KM 4
10 – 19 KM 6
3 – 9 KM 8
< 3 KM 10

4 Jarak Ke pemukiman
> 30 KM 2
20 – 29 KM 4
10 – 19 KM 6
3 – 9 KM 8
< 3 KM 10

5 Kemiringan lahan
> 25 % 2
16 – 25 % 4
8 – 15 % 6
3–7% 8
0–2% 10

6 Elevasi tanah
> 600 m (dpl) 10
400 – 600 m (dpl) 8
150 – 399 m (dpl) 6
51 – 149 m (dpl) 4
0 – 50 m (dpl) 2

7 Jenis Tanah
Lempung 10
Lanau 5
Pasir 2

8 Tata Guna Lahan


Pemukiman 4
Industri/Pusat Perekonomian 6
Perkebunan 8
Pertanian 10

9 Badan Air Penerima


Golongan A 0
Golongan B 4
Golongan C 7
Golongan D 10

10
10 Bahaya Banjir
Bebas banjir 10
Banjir, tapi masih dapat ditangani 5
Banjir dan tidak dapat ditangani 0

11 Kepemilikan lahan
Milik Pemerintah 10
Milik Masyarakat 7
Milik Swasta 3

12 RUTR/RTRW
Sesuai 10
Dapat disesuaikan 5
Tidak sesuai 0

13 Dukungan Masyarakat
Didukung 10
Negosiasi 5
Tidak didukung 0

14 Batas Administrasi Wilayah


Didalam batas administrasi wilayah 10
Diluar batas administrasi wilayah 2
Sumber : Jurnal Teknik Lingkungan, 2012

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa dari setiap faktor yang
ada dapat diberikan uraian lebih rinci dan dari setiap uraian tersebut dapat
diberikan bobot masing-masing. Hal ini akan lebih memudahkan dalam
melakukan pembobotan karena faktor tersebut telah diuraikan lebih rinci
sehingga dapat memberikan gambaran yang lebih jelas.

11
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data yang digunakan adalah melalui pengumpulan data
sekunder. Data sekunder tersebut didapatkan melalui BPS Kota Malang (Kota Malang
dalam Angka) untuk mendapatkan data kependudukan, serta Dokumen Buku Putih
Sanitasi Kota Malang Tahun 2014 untuk mendapatkan data ketersediaan fasilitas
sanitasi Kota Malang secara aktual.

3.2 Metode Analisis Data


3.2.1 Proyeksi jumlah penduduk
Dalam melakukan proyeksi jumlah penduduk, dilakukan berdasarkan pada
Pedoman Penghitungan Proyeksi Penduduk dan Angkatan Kerja (2010) yang
dipublikasikan oleh Badan Pusat Statistik dimana terdapat tiga metode yang
digunakan yakni :
- Metode Aritmatika dengan rumus :
𝑃𝑡 = 𝑃𝑜 (1 + 𝑟𝑡)
1 𝑃𝑡
𝑟 = ( − 1)
𝑡 𝑃𝑜
- Metode Geometrik dengan rumus :
𝑃𝑡 = 𝑃𝑜 (1 + 𝑟) 𝑡
𝑃𝑡 1
𝑟 = ( ) 𝑡 −1
𝑃𝑜
- Metode Eksponensial dengan rumus :
𝑃𝑡 = 𝑃𝑜 𝑒 𝑟𝑡
1 𝑃𝑡
𝑟 = 𝑙𝑛( )
𝑡 𝑃𝑜
Selain itu, digunakan perhitungan error yakni perhitungan MAPE untuk melihat
seberapa besar error yang dihasilkan dari setiap metode proyeksi yang ada.
MAPE dihitung dengan cara :
𝐴𝑐𝑡𝑢𝑎𝑙 − 𝐹𝑜𝑟𝑒𝑐𝑎𝑠𝑡
𝑀𝐴𝑃𝐸 = 𝛴 𝑥 100%
𝐴𝑐𝑡𝑢𝑎𝑙

3.2.2 Perhitungan kebutuhan air bersih dan produksi air limbah


Dalam menghitung kebutuhan air bersih, perlu diketahui terlebih dahulu
mengenai jumlah penduduk ataupun proyeksi jumlah penduduk pada tahun yang
direncanakan. Selain itu, dibutuhkan juga standar kebutuhan air bersih per orang
yang nantinya akan memengaruhi hasil perhitungan. Berikut rumus yang
digunakan untuk menghitung kebutuhan air bersih :
𝑄𝑡 = (𝑄𝑑 + 𝑄𝑛𝑑) 𝑥 (𝐹𝑚𝑑 𝑥 [1 + 𝑘])
dengan :
● 𝑄𝑡 = Kebutuhan Air Bersih Total
● 𝑄𝑑 = Kebutuhan Air Bersih Domestik
● 𝑄𝑛𝑑 = Kebutuhan Air Bersih Non-Domestik

12
● 𝐹𝑚𝑑 = Faktor Harian Maksimum
● 𝑘 = Faktor Kehilangan Air Bersih
Setelah diketahui jumlah kebutuhan air bersih total, maka dapat dihitung jumlah
produksi air limbah. Produksi air limbah sendiri diasumsikan 80% dari total
kebutuhan air bersih. Hal ini didasari pada saat mengonsumsi air bersih, 20% air
tersebut menyerap ke dalam tanah dan 80% air bersih tersebut akan menjadi air
limbah.

3.2.3 Skoring penentuan lokasi IPAL dan IPLT


Dalam melakukan skoring penentuan lokasi, dilakukan pendekatan yang sama
seperti pada pedoman yang tertera pada Jurnal Teknik Lingkungan (2012) yakni
digunakan beberapa faktor dalam menentukan lokasi IPAL dan IPLT. Namun,
terdapat beberapa hal yang disesuaikan mengingat adanya perbedaan kondisi
serta ketersediaan data yang terbatas. Berikut ini faktor-faktor yang digunakan
yaitu :
Tabel 3.1 Faktor Penentuan Lokasi IPAL/IPLT
No Uraian Faktor Pertimbangan Bobot
Guna Lahan Eksisting Bobot

Pertanian/Perkebunan 5
1
Industri 3

Permukiman 1

Jarak ke Pusat (m) Bobot

> 4.000 5

3.001 - 4.000 4
2
2.001 - 3.000 3

1.001 - 2.000 2

0 - 1.000 1

Jarak ke Permukiman (m) Bobot

> 800 5

601 - 800 4
3
401 - 600 3

201 - 400 2

0 - 200 1

Jumlah Penduduk Tahun 2040 Bobot


4
> 1.000.000 5

13
500.001 - 1.000.000 4

100.001 - 500.000 3

20.001 - 100.000 2

3.000 - 20.000 1

Elevasi Tanah (mdpl) Bobot

> 600 5

401 - 600 4
5
151 - 400 3

51 - 150 2

0 - 50 1

Badan Air Penerima Bobot

Ada, > 750m 5

Ada, 501 - 750m 4


6
Ada, 251 - 500m 3

Ada, 0 - 250m 2

Tidak ada 1

Potensi Banjir Bobot

7 Tidak ada 5

Ada 1

Kepemilikan Lahan Bobot

8 Milik Pemerintah 5

Bukan Milik Pemerintah 1


Sumber : Jurnal Teknik Lingkungan, 2012

Berdasarkan tabel di atas, terdapat setidaknya delapan faktor yang digunakan


dalam penentuan lokasi IPAL/IPLT. Di dalam setaip faktor juga terdapat uraian
faktor yang memiliki bobot yang berbeda-beda.

14
BAB 4
DATA DAN ANALISIS

4.1 Input Data


4.1.1 Jumlah penduduk eksisting
Berdasarkan data BPS Kota Malang Tahun 2011-2019, didapatkan bahwa
jumlah penduduk Kota Malang dalam rentang tahun 2011 hingga tahun 2019 adalah
sebagai berikut :

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Kota Malang Tahun 2011-2019


Tahun
Kecamatan
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019

Kedungkandang 177.260 179.512 181.834 183.927 186.068 188.175 190.274 192.316 194.341

Sukun 183.690 185.352 187.074 188.545 190.053 191.513 192.951 194.321 195.659

Klojen 105.755 105.399 105.060 104.590 104.127 103.637 103.129 102.584 102.018

Blimbing 173.838 174.891 175.988 176.845 177.729 178.564 179.368 180.104 180.805

Lokowaru 187.948 189.373 190.847 192.066 193.321 194.521 195.692 196.793 197.859

TOTAL 828.491 834.527 840.803 845.973 851.298 856.410 861.414 866.118 870.682
Sumber : BPS Kota Malang, 2019

4.1.2 Jumlah fasilitas sanitasi eksisting


Pengelolaan limbah cair rumah tangga di Kota Malang sebagian besar masih
memanfaatkan sistem pengolahan konvensional yaitu menggunakan septic tank
pribadi dan terdapat pula sistem pengolahan komunal di berbagai tempat seperti
di Kelurahan Mergosono, Ciptomulyo, Tlogomas, dan lain-lain. Namun tidak sedikit
pula yang masih memanfaatkan sungai sebagai tempat BAB (Buang Air Besar).
Penggunaan jamban di Kota Malang dibagi menjadi 4 jenis, yaitu cemplung,
plengsengan, leher angsa tanpa tangki septik dan leher angsa dengan tangki
septik, dengan prosentase 85,1%.

Tabel 4.2 Jenis Penggunaan Jamban di Kota Malang


No Jenis Jamban Jumlah Persentase Diperiksa Memenuhi Syarat
(%)

Jumlah %

1 Cemplung 1.321 1,0 160 89 55

2 Plengsengan 4.759 3,6 2.989 2.951 98

3 Leher Angsa 13.691 10,3 3.732 3.633 97


Tanpa Tangki
Septik

4 Leher Angsa 112.868 85,1 35.223 34.862 99


dengan Tangki

15
Septik

Total 132.639 100 42.104 41.535

Sumber : Buku Putih Sanitasi Kota Malang, 2014

Pengolahan air limbah domestik selain memakai on-site system juga memakai
off-site system atau sering disebut dengan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
domestik. Berikut ini data mengenai instalasi pengolahan air limbah domestik di
Kota Malang beserta dengan jumlah pelanggan yang dilayaninya :

Tabel 4.3 Data IPAL dan IPLT Kota Malang


Nama Fasilitas Kapasitas(Jiwa)
IPLT Supit Urang 17.515
IPAL Mergosono 6.000
IPAL Ciptomulyo 10.000
MCK Terpadu Tlogomas 2.500
MCK Terpadu Bareng 750
MCK Terpadu Samaan 2.500
MCK Terpadu Penanggungan 250
MCK Terpadu Mergosono (RW01) 750
MCK Terpadu Samaan
500
(RT11/RW02)
MCK Terpadu Penanggungan 500
Jamban dengan Tangki Septik 564.340
TOTAL 605.605
Sumber : Buku Putih Sanitasi Kota Malang, 2014

4.2 Analisis Output Data


4.2.1 Proyeksi jumlah penduduk tahun 2040
Sebelum dilakukan proyeksi penduduk, dibutuhkan data inisiasi jumlah
penduduk. Berikut ini data inisiasi jumlah penduduk Kota Malang tahun 2011
hingga tahun 2019 :

Tabel 4.4 Data Inisiasi Badan Pusat Statistik Kota Malang


Tahun
Kecamatan
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019

Kedungkandang 177.260 179.512 181.834 183.927 186.068 188.175 190.274 192.316 194.341

Sukun 183.690 185.352 187.074 188.545 190.053 191.513 192.951 194.321 195.659

Klojen 105.755 105.399 105.060 104.590 104.127 103.637 103.129 102.584 102.018

16
Blimbing 173.838 174.891 175.988 176.845 177.729 178.564 179.368 180.104 180.805

Lokowaru 187.948 189.373 190.847 192.066 193.321 194.521 195.692 196.793 197.859

TOTAL 828.491 834.527 840.803 845.973 851.298 856.410 861.414 866.118 870.682
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Malang, 2019

Hal selanjutnya yang dilakukan adalah menghitung laju pertumbuhan


penduduk berdasarkan metode aritmatika, geometrik, dan eksponensial. Dalam
menghitungnya, digunakan jumlah penduduk awal yakni jumlah penduduk pada
tahun 2011 (Po 2011) dan jumlah penduduk akhir yakni jumlah penduduk pada
tahun 2019 (Pt 2019).

Tabel 4.5 Laju Pertumbuhan Penduduk Kota Malang Tahun 2011-2019


Aritmatika 0,006365639458

Geometrik 0,006228169743

Eksponensial 0,00620885485

Rata-rata 0,006267554683
Sumber : Hasil Analisis, 2020

Didapatkan bahwa rata-rata laju pertumbuhan penduduk Kota Malang Tahun


2011-2019 adalah sebesar 0,63%. Selanjutnya dilakukan pengujian error pada
ketiga metode untuk mencari metode yang paling efektif untuk dipakai dalam
melakukan proyeksi penduduk. Pengujian dilakukan dengan cara memasukkan
rumus perhitungan dari tiap metode terhadap data inisiasi yang ada dengan jumlah
penduduk awal yakni jumlah penduduk pada tahun 2011 (Po 2011) dan dilakukan
peramalan hingga tahun 2019. Kemudian dihitung error dari tiap tahun peramalan
untuk kemudian dirata-ratakan untuk mendapatkan MAPE. Berikut ini merupakan
hasil peramalan jumlah penduduk dari ketiga metode beserta dengan MAPE-nya
masing-masing :

Tabel 4.6 Pengujian Error Metode Aritmatika


Tahun
Kecamatan
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019

Kedungkan 178.370,9 179.481,9 180.592,9 181.703,9 182.814,9 183.925,9 185.036,9 186.147,8


177.260
dang 867 735 602 470 337 205 072 939
184.841,2 185.992,5 187.143,8 188.295,1 189.446,4 190.597,7 191.749,0 192.900,2
Sukun 183.690
871 742 614 485 356 227 098 970
106.417,8 107.080,6 107.743,4 108.406,3 109.069,1 109.731,9 110.394,7 111.057,6
Klojen 105.755
252 505 757 010 262 515 767 020
174.927,5 176.017,0 177.106,6 178.196,1 179.285,6 180.375,2 181.464,7 182.554,3
Blimbing 173.838
392 783 175 567 959 350 742 134
189.125,9 190.303,9 191.481,9 192.659,8 193.837,8 195.015,8 196.193,8 197.371,7
Lokowaru 187.948
744 487 231 975 718 462 206 949
833.683,6 838.876,2 844.068,8 849.261,4 854.454,0 859.646,6 864.839,2 870.031,9
TOTAL 828.491
126 253 379 506 632 759 885 012

17
- - - - - - - -
ERROR 0,001010 0,002291 0,002250 0,002392 0,002283 0,002051 0,001476 0,000746
617215 588762 854411 28732 878941 654741 370968 6547175

MAPE -0,001812988385
Sumber : Hasil Analisis, 2020

Tabel 4.7 Pengujian Error Metode Geometrik


Tahun
Kecamatan
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019

Kedungkan 178.370,9 179.488,9 180.613,8 181.745,9 182.885,0 184.031,2 185.184,6 186.345,3


177.260
dang 867 367 934 008 032 450 709 259
184.841,2 185.999,7 187.165,5 188.338,6 189.519,0 190.706,8 191.902,1 193.104,8
Sukun 183.690
871 900 538 242 468 678 335 906
106.417,8 107.084,8 107.755,9 108.431,3 109.110,9 109.794,7 110.482,9 111.175,3
Klojen 105.755
252 048 647 311 304 891 339 917
174.927,5 176.023,9 177.127,1 178.237,3 179.354,4 180.478,5 181.609,6 182.747,9
Blimbing 173.838
392 071 466 006 127 262 853 339
189.125,9 190.311,3 191.504,1 192.704,3 193.912,1 195.127,5 196.350,4 197.581,1
Lokowaru 187.948
744 318 184 810 662 213 937 312
833.683,6 838.908,7 844.166,6 849.457,5 854.781,5 860.138,9 865.529,9 870.954,6
TOTAL 828.491
126 703 769 377 592 494 173 734
- - - - - - -
0,000313
ERROR 0,001010 0,002252 0,002135 0,002161 0,001901 0,001480 0,000678
1722033
617215 881736 201868 948367 473304 183265 9867969

MAPE -0,001413515044
Sumber : Hasil Analisis, 2020

Tabel 4.8 Pengujian Error Metode Eksponensial


Tahun
Kecamatan
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019

Kedungkan 178.374,4 179.495,9 180.624,4 181.760,1 182.902,8 184.052,8 185.210,0 186.374,4


177.260
dang 756 582 918 207 897 434 273 866
184.844,9 186.007,0 187.176,5 188.353,3 189.537,5 190.729,2 191.928,4 193.135,1
Sukun 183.690
025 662 367 599 821 498 097 091
106.419,9 107.088,9 107.762,2 108.439,8 109.121,6 109.807,6 110.498,0 111.192,7
Klojen 105.755
067 939 878 148 016 749 618 893
174.930,9 176.030,7 177.137,5 178.251,2 179.371,9 180.499,7 181.634,5 182.776,5
Blimbing 173.838
607 931 403 460 538 078 522 316
189.129,6 190.318,7 191.515,3 192.719,4 193.931,1 195.150,4 196.377,3 197.612,0
Lokowaru 187.948
736 766 559 583 311 221 790 501
833.699,9 838.941,5 844.216,2 849.523,9 854.865,1 860.239,8 865.648,4 871.090,9
TOTAL 828.491
191 880 124 997 583 980 300 667
- - - - - - -
0,000469
ERROR 0,000991 0,002213 0,002076 0,002083 0,001803 0,001362 0,000542
7084233
07742 85036 647326 876973 857633 99387 1547952

18
MAPE -0,001325593744
Sumber : Hasil Analisis, 2020

Setelah dilakukan perbandingan MAPE berdasarkan ketiga tabel di atas maka,


metode eksponensial menjadi metode yang paling tepat dalam melakukan
proyeksi penduduk hingga tahun perencanaan yang diinginkan karena memiliki
MAPE yang paling mendekati nol yaitu -0,001326. Selanjutnya dilakukan proyeksi
jumlah penduduk hingga tahun perencanaan yang diinginkan yakni tahun 2040
dengan menggunakan rumus perhitungan metode eksponensial serta dengan Po
2011 dan laju pertumbuhan penduduk sebesar 0,63%. Berikut ini hasil proyeksi
jumlah penduduk Kota Malang tahun 2040 :

Tabel 4.9 Proyeksi Jumlah Penduduk Tahun 2040


Kecamatan 2011 2040

Kedungkandang 177.260 212.592,3889

Sukun 183.690 220.304,0501

Klojen 105.755 126.834,6389

Blimbing 173.838 208.488,2980

Lowokwaru 187.948 225.410,7769

TOTAL 828.491 993.631


Sumber : Hasil Analisis, 2020

Berdasarkan perhitungan dengan metode eksponensial, didapatkan bahwa


jumlah penduduk Kota Malang pada tahun 2040 sebanyak 993.631 jiwa. Angka ini
akan digunakan dalam menghitung gap penduduk yang belum terlayani pada
bagian selanjutnya.

4.2.2 Perhitungan gap penduduk yang belum terlayani


Setelah dilakukan proyeksi penduduk pada tahun 2040, maka selanjutnya
dilakukan perbandingan terhadap kondisi eksisting pelayanan fasilitas sanitasi yang
ada di Kota Malang. Apabila digunakan asumsi bahwa fasilitas sanitasi yang ada
telah mampu melayani 100% penduduk yang ada sekarang maka dapat dilakukan
perhitungan terhadap gap penduduk yang belum terlayani pada tahun 2040 nanti.
Berikut ini merupakan hasilnya :

Tabel 4.10 Gap Jumlah Penduduk Yang Belum Terlayani


Kondisi eksisting (jiwa) 605.605

Proyeksi 2040 (jiwa) 993.164

Gap Jumlah Penduduk 387.559

Sumber : Hasil Analisis, 2020

19
Didapatkan bahwa gap jumlah penduduk yakni sebesar 387.559 jiwa. Dengan
menggunakan skenario optimis yakni seluruh penduduk akan terlayani
kebutuhannya pada tahun 2040 nanti maka akan terdapat 387.559 jiwa yang harus
dilayani kebutuhan sanitasinya dan angka ini yang akan menjadi dasar dalam
penentuan seberapa banyak kebutuhan fasilitas sanitasi di tahun 2040 nanti.

4.2.3 Kebutuhan air bersih dan produksi air limbah tahun 2040
Pada bagian sebelumnya telah dihitung mengenai gap penduduk yang belum
terlayani dan didapatkan pada tahun 2040 nanti akan ada 387.559 penduduk yang
belum dapat terlayani oleh fasilitas sanitasi yang ada. Berdasarkan data gap
penduduk yang belum terlayani ini maka dapat dihitung mengenai jumlah
kebutuhan air bersih dan produksi air limbah yang dihasilkan. Perhitungan
kebutuhan air bersih didasarkan pada rumus yang tertera pada bagian 3.2.2
dengan asumsi tambahan yakni
- standar kebutuhan air bersih sebesar 150 liter per orang per hari
- kebutuhan air non-domestik sebesar 20% dari kebutuhan air domestik
- faktor harian maksimum sebesar 1,1
- tingkat kehilangan air sebesar 20%.
Berikut ini merupakan hasil perhitungan kebutuhan air bersih berdasarkan
gap jumlah penduduk yang belum terlayani :

Tabel 4.11 Jumlah Kebutuhan Air Bersih Tahun 2040


Penduduk Standar Kebutuhan Kebutuhan Air
Kebutuhan Total
Yang Harus Kebutuhan Air Bersih Bersih Non-
Air Bersih
Dilayani Air Bersih Domestik domestik
Tahun 2040
(jiwa) (L/o/h) (L/h) (L/h) (L/h)

387.559 150 58.133.850 11.626.770 92.084.018


Sumber : Hasil Analisis, 2020

Didapatkan bahwa kebutuhan total air bersih Kota Malang berdasarkan jumlah
penduduk yang harus dilayani pada tahun 2040 adalah sebesar 92.084.018 liter
per hari. Dengan ini maka dapat dilakukan perhitungan terhadap air limbah yang
diproduksi. Menggunakan asumsi bahwa air limbah yang dihasilkan merupakan
80% dari kebutuhan air bersih maka didapatkan bahwa produksi air limbah Kota
Malang berdasarkan jumlah penduduk yang belum terlayani pada tahun 2040
adalah sebesar 73.667.215 liter per hari atau sebesar 852,63 liter per detik.

4.2.4 Perhitungan kebutuhan fasilitas air limbah tahun 2040


Sebelum menentukan jumlah fasilitas air limbah yang dibutuhkan, perlu
ditentukan jenis sistem pengolahan limbah jenis mana yang cocok untuk dibangun.
Hal ini ditentukan berdasarkan kepadatan penduduk yang ada di Kota Malang pada
tahun 2040 nanti. Jumlah penduduk Kota Malang pada tahun 2040 adalah sebesar
993.164 jiwa sedangkan luas wilayah Kota Malang adalah sebesar 11.006 hektare
sehingga didapatkan bahwa kepadatan penduduk Kota Malang pada tahun 2040
nanti adalah 90,24 jiwa per hektare. Dengan kepadatan sebesar ini maka sistem

20
pengolahan air limbah yang sebaiknya dibangun adalah dengan sistem setempat
(on site system).
Karena Sistem Setempat adalah sistem yang tepat, maka fasilitas yang perlu
dibangun adalah IPLT. Pembangunan IPLT menggunakan standar dari Kimpraswil
dimana :
- 1 IPLT memiliki luas 2 Hektar
- 1 IPLT memiliki kapasitas pengolahan 139 L/detik
Berdasarkan jumlah produksi air limbah total pada bagian 4.2.3 serta dengan
menggunakan standar Kimpraswil di atas, maka kebutuhan IPLT beserta dengan
luas lahan yang dibutuhkan adalah sebagai berikut :

Tabel 4.12 Skenario Pembangunan IPLT


Produksi Air Kebutuhan
Luas Lahan
Limbah Total IPLT

(L/detik) (unit) (Hektare)

852,63 7 14
Sumber : Hasil Analisis, 2020

Dengan menggunakan standar tersebut maka pada tahun 2040 dibutuhkan 7


unit IPLT dengan luas lahan sebesar 14 Hektar. Akan tetapi, meskipun Sistem
Setempat adalah sistem yang paling tepat, namun tidak menutup kemungkinan
untuk membangun Sistem Terpusat (Off site System) berdasarkan dokumen
RPJMD dan RTRW Kota Malang. Perhitungan kebutuhan IPAL dilakukan dengan
tinjauan benchmark kepada IPAL Mojosongo di Kota Surakarta yang dijadikan
landasan standar pelayanan dan luas lahan per satuan IPAL. Berikut ini merupakan
data dari IPAL Mojosongo di Kota Surakarta yang dijadikan benchmark :

Tabel 4.13 Data IPAL Mojosongo


Sambungan Penduduk
Kapasitas Luas Lahan
Rumah terlayani
Nama

(SR) (jiwa) (L/detik) (Hektare)

IPAL Mojosongo 10.000 50.000 50 1,2


Sumber : PDAM Kota Surakarta, 2020

Berdasarkan data IPAL Mojosongo di atas maka dapat dilakukan perhitungan


kebutuhan IPAL di Kota Malang pada tahun 2040. Dengan menggunakan data
benchmark serta jumlah penduduk yang harus dilayani pada tahun 2040 maka
didapatkan :

Tabel 4.14 Perhitungan Kebutuhan IPAL Kota Malang tahun 2040


Kebutuhan IPAL (Benchmark IPAL Mojosongo)

Standar Pelayanan (jiwa) 50.000

Luas 1 IPAL (Ha) 1,2

21
Kebutuhan IPAL (unit) 8

Luas Kebutuhan IPAL (Ha) 9,6


Sumber : Hasil Analisis, 2020

Didapatkan bahwa kebutuhan IPAL di Kota Malang pada tahun 2040 adalah
sebesar 8 unit dengan luas lahan yang diperlukan sebesar 9,6 Ha.

4.2.5 Gap kebutuhan fasilitas air limbah


Setelah dilakukan perhitungan kebutuhan fasilitas maka perlu disesuaikan pula
dengan kondisi eksisting infrastruktur limbah yang sudah ada di Kota Malang.
Dengan begitu, dapat diketahui jumlah fasilitas dan luas lahan tambahan yang
dibutuhkan berdasarkan target kebutuhan fasilitas yang telah dilakukan pada
perhitungan sebelumnya. Berikut

Tabel 4.15 Gap Kebutuhan Fasilitas IPLT Tahun 2040


Perhitungan Gap Kebutuhan Fasilitas IPLT

Kondisi eksisting 1 unit

Kebutuhan tambahan Tahun 2040 7 unit


Luas Lahan tambahan yang
14 Ha
dibutuhkan
Sumber : Hasil Analisis, 2020

Tabel 4.16 Gap Kebutuhan Fasilitas IPAL Tahun 2040


Perhitungan Gap Kebutuhan Fasilitas IPAL

Kondisi eksisting 2 unit

Kebutuhan tambahan Tahun 2040 8 unit


Luas Lahan tambahan yang
9,6 Ha
dibutuhkan
Sumber : Analisis Pribadi, 2020

Gap dihitung berdasarkan kondisi eksisting serta digunakan skenario optimis


dimana 100% penduduk terlayani pada tahun 2040. Didapatkan kebutuhan
tambahan fasilitas IPLT sebanyak 7 unit dengan luas lahan yang dibutuhkan
sebesar 14 Hektar serta kebutuhan tambahan fasilitas IPAL sebanyak 8 unit
dengan luas lahan yang dibutuhkan sebesar 9,6 Hektar.

22
4.2.6 Skoring lokasi
4.2.6.1 Alternatif Lokasi Fasilitas Air Limbah

Gambar 4.1 Alternatif Kelurahan Bakalankrajan


Sumber : Google MyMaps, 2020

Gambar 4.2 Alternatif Kelurahan Wonokoyo


Sumber : Google MyMaps, 2020

Gambar 4.3 Alternatif Kelurahan Tlogowaru


Sumber : Google MyMaps, 2020

23
Gambar 4.4 Alternatif Tunggulwulung
Sumber : Google MyMaps, 2020

Tabel 4.17 Kriteria Skoring Lokasi


FAKTOR
Luas
Jumlah Badan Air
Alternatif Alternatif Jarak ke Jarak ke Elevasi
Guna Lahan Penduduk Penerima, Potensi Kepemilikan
Lokasi ibukota Pemukima Tanah
Eksisting Tahun 2040 Jarak ke BAP Bencana Lahan
(meter) n (meter) (mdpl)
(Jiwa) (meter)

Ada (Sungai),
1 12.1 Perkebunan 2.000 400 993.164 440 Tidak Hak Milik
1000

Ada (Sungai),
2 44.5 Perkebunan 3.700 1.000 993.164 454 Tidak Hak Milik
1300

Ada (Sungai),
3 44.7 Perkebunan 4.500 600 993.164 452 Tidak Hak Milik
650

Ada (Sungai),
4 11 Perkebunan 4.700 400 993.164 420 Tidak Hak Milik
400

Sumber : Hasil Analisis, 2020

Untuk menentukan alternatif lahan, dilakukan pembobotan untuk setiap kriteria


seperti yang telah dijelaskan pada Bab 3. Maka didapatkan hasil skoring dari
masing-masing alternatif lokasi sebagai berikut :

Tabel 4.18 Hasil Skoring Lokasi


Rank Nama Lokasi Total Poin Luas (Ha)

Kelurahan Bakalankrajan,
1 Alternatif Lokasi 1 29 12,1
Kecamatan Sukun

Kelurahan Tunggulwulung,
2 Alternatif Lokasi 4 28 11
Kecamatan Lowokwaru

Kelurahan Tlogowaru,
3 Alternatif Lokasi 3 Kecamatan 26 44,7
Kedungkandang

24
Kelurahan Wonokoyo,
4 Alternatif Lokasi 2 Kecamatan 24 44,5
Kedungkandang
Sumber : Hasil Analisis, 2020

Berdasarkan skoring yang dilakukan serta dengan mempertimbangkan luas


lahan dari tiap alternatif lokasi maka didapatkan :
● Alternatif Lokasi 1 dan 4 paling tepat untuk dibangun IPAL
● Alternatif Lokasi 3 dan 2 paling tepat untuk dibangun IPLT

4.2.7 Digitasi lokasi


Digitasi dilakukan dengan menggunakan analisis GIS setelah berhasil
didapatkan alternatif lokasi berdasarkan hasil skoring. Berikut adalah hasil digitasi
yang telah dilakukan :

Gambar 4.1 Hasil Digitasi Lokasi


Sumber : Analisis Pribadi, 2020

● Rekomendasi lokasi IPLT :


Kelurahan Tlogowaru dan Kelurahan Wonokoyo

● Rekomendasi lokasi IPAL :


Kelurahan Bakalankrajan dan Kelurahan Tunggulwulung

25
BAB 5
SIMPULAN DAN REKOMENDASI

5.1 Simpulan
5.1.1 Kondisi eksisting infrastruktur Kota Malang
Cakupan pelayanan infrastruktur sanitasi air limbah di Kota Malang mampu
melayani 605.605 jiwa. Infrastruktur tersebut termasuk di dalamnya IPLT sebanyak
1 unit dan IPAL sebanyak 2 unit.
Namun berdasarkan hasil proyeksi penduduk tahun 2040 dengan
menggunakan metode eksponensial, masih terdapat 387.559 jiwa yang belum
terlayani fasilitas infrastruktur air limbah.

5.1.2 Kebutuhan Infrastruktur tambahan pada tahun 2040


Kebutuhan Infrastruktur IPLT di Kota Malang pada tahun 2040 berjumlah 7 unit
dengan luas lahan total 14 Hektar.
Kebutuhan Infrastruktur IPAL di Kota Malang pada tahun 2040 berjumlah 8 unit
dengan luas lahan total 9,6 Hektar

5.2 Rekomendasi
Berikut adalah rekomendasi lokasi pembangunan infrastruktur air limbah yaitu IPAL
dan IPLT di Kota Malang untuk tahun 2040 :

Gambar 5.1 Rekomendasi Lokasi Pembangunan IPAL dan IPLT Kota Malang
Sumber : Analisis Pribadi, 2020

Untuk IPLT, direkomendasikan untuk dilakukan pembangunan di Kelurahan


Tlogowaru dan Kelurahan Wonokoyo. Sedangkan untuk IPAL, direkomendasikan untuk
dilakukan pembangunan di Kelurahan Bakalankrajan dan Kelurahan Tunggulwulung.

26
DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur. (2019). Jumlah Kasus Penyakit Menurut
Kabupaten/Kota dan Jenis Penyakit di Provinsi Jawa Timur, 2018. Diakses tahun 2020,
https://jatim.bps.go.id/statictable/2019/10/09/1674/jumlah-kasus-penyakit-menurut-
kabupaten-kota-dan-jenis-penyakit-di-provinsi-jawa-timur-2018-.html

Firdausi, Arifina Cahyati. 2019. Kota Malang Raih Penghargaan Kota Sehat, Dinkes:
Tantangannya Wujudkan Sanitasi Sehat. Malang : Malang Times, Diakses tahun 2020,
https://www.malangtimes.com/baca/46933/20191208/101600/kota-malang-raih-
penghargaan-kota-sehat-dinkes-tantangannya-wujudkan-sanitasi-sehat

Hasan, Ibnu Sasongko, Titik Poerwati. Konsep Penanganan Sanitasi Permukiman Kumuh di
Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang (Concept of Slum Sanitation Handling in
Lowokwaru Sub-District, Malang City). Malang : Program Studi Perencanaan Wilayah
dan Kota, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Nasional Malang.
Dapat diakses pada http://eprints.itn.ac.id/112/1/15.%20JURNAL.pdf

Wijaya, Donny Wahyu. 2016. Perencanaan Penanganan Kawasan Permukiman Kumuh Studi
Penentuan Kawasan Prioritas Untuk Peningkatan Kualitas Infrastruktur Pada Kawasan
Permukiman Kumuh di Kota Malang. JIAP Vol. 2. No.1.

27

Anda mungkin juga menyukai