Dosen :
Shanty Yulianti Rachmat ST,MT,Ph.D.
Lisna Rahayu ST,M.Sc.
Ulfah Aliifah Rahmah S.T., M.T.
Oleh :
Shafa Kamila - 15418055
Al Hilal Firdaus - 1541857
Harsis Nugraha - 15418085
Fajar Miftahul Akbar -15418088
M Hafizhul Haq - 15418102
2020
PRAKATA
Segala puja dan puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Tanpa
karunia-Nya, laporan penelitian ini tidak akan dapat terselesaikan dengan baik. Penulis benar-
benar merasa tertantang untuk mewujudkan penelitian ini sebagai salah satu bentuk
kontribusi dalam upaya penyediaan infrastruktur sanitasi air limbah di Kota Malang untuk
beberapa tahun ke depan. Kota Malang merupakan salah satu kota penyumbang kekumuhan
di Indonesia. Hal ini tidak mengherankan karena Kota Malang merupakan salah satu kota di
Indonesia yang memiliki pertumbuhan dan perkembangan kota yang sangat cepat baik dalam
pertumbuhan fisik maupun ekonomi (Wijaya, 2016). Disisi lain Malang menoreh penghargaan
Kota Sehat Nasional 2019 dengan capaian tertinggi Swasti Saba Wistara dari Kementerian
Kesehatan (Kemenkes) dan Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri). Hal ini
mengindikasikan keseriusan dari Kota Malang sendiri dalam mengentaskan permasalahan
kesehatan kota yang salah satunya adalah sanitasi. Berdasarkan kondisi tersebut, penulis
berusaha melakukan penelitian ini dengan memuat beragam teknik analisis.
Terselesaikannya laporan penelitian ini juga tidak terlepas dari bantuan beberapa pihak.
Karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada Ibu Shanty Yulianti Rachmat
ST,MT,Ph.D., Ibu Lisna Rahayu ST,M.Sc., serta Ibu Ulfah Aliifah Rahmah S.T., M.T. selaku
dosen pembimbing yang telah memberikan kritik dan masukan sehingga laporan ini dapat
terselesaikan dengan baik. Dengan segala pengharapan dan keterbukaan, penulis
menyampaikan rasa terima kasih dengan setulus-tulusnya dan semoga laporan ini dapat
memberikan manfaat.
Tim Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………… i
DAFTAR TABEL……………………………….……………………..………………………… iii
DAFTAR GAMBAR…….……………………………………………….……………………… v
BAB 1 PENDAHULUAN…….……………………………………………….………………… 1
1.1 Latar Belakang…….……………………………………………….…………..…………… 1
1.2 Rumusan Masalah…….……………………………………………….…………………… 2
1.3 Tujuan dan Sasaran Penelitian…….……………………………………………….…..… 2
1.4 Ruang Lingkup…….……………………………………………….……………………..… 2
1.4.1 Ruang lingkup materi…….……………………………………………………… 2
1.4.2 Ruang lingkup wilayah…….………………………………………………..…… 2
1.5 Sistematika Penulisan…….……………………………………………….……………..… 3
i
5.1 Simpulan…….………………………………………………………………………...…..… 26
5.1.1 Kondisi eksisting infrastruktur Kota Malang…….………………...…....…..… 26
5.1.2 Kebutuhan infrastruktur tambahan pada tahun 2040…….………...…......… 26
5.2 Rekomendasi…….………………………………………………….…………………....… 26
DAFTAR PUSTAKA…….………………………………………………………………..…..… 27
ii
DAFTAR TABEL
iii
Tabel 4.17 Kriteria Skoring Lokasi…….…………..………..……………….…………..…..… 24
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 5.1 Rekomendasi Lokasi Pembangunan IPAL dan IPLT Kota Malang…....…..… 26
v
BAB 1
PENDAHULUAN
1
Meski sudah adanya rencana di masa depan, tentu suatu data akan menjadi
sangat penting untuk pertimbangan dalam merealisasikannya. Data baik secara
aktual, spasial, dan peramalan terkait kondisi masa depan diperlukan sebagai dasar.
Sasaran :
1. Mengetahui kondisi eksisting ketersediaan infrastruktur sanitasi Kota Malang
secara aktual dan spasial
2. Mengetahui proyeksi jumlah penduduk Kota Malang pada tahun 2040
berdasarkan metode aritmatika, geometrik, dan eksponensial
3. Mengetahui kebutuhan infrastruktur sanitasi Kota Malang pada tahun 2040
berdasarkan hasil proyeksi penduduk
2
Gambar 1.1 Peta Kota Malang
Sumber : Badan Informasi Geospasial, 2020
Bab I Pendahuluan
Pada bagian pendahuluan, penulis menguraikan latar belakang dilakukannya
penelitian, rumusan masalah, tujuan dan sasaran yang ingin dicapai, ruang lingkup
penelitian yang mencakup ruang lingkup materi dan ruang lingkup wilayah serta
sistematika penulisan laporan.
3
BAB 2
TINJAUAN LITERATUR
4
Adapun Air limbah domestik terdiri dari dua jenis yakni :
1. Grey water, merupakan air limbah rumah tangga dari kegiatan non kakus,
grey water merupakan 98% dari total produksi air limbah rumah tangga.
2. Blackwater, merupakan air limbah rumah tangga dari kegiatan kakus, dan
merupakan 2% dari total produksi air limbah rumah tangga.
Pendidikan 90%
Sarana Peribadatan
- Masjid 85%
5
- Mushola 85%
- Gereja 85%
- Vihara/Pura 85%
Sarana Kesehatan
- Rumah Sakit 80%
- Puskesmas 80%
- Poliklinik 80%
- Rumah Bersalin 80%
- Apotik 80%
Hotel 85%
Bioskop 90%
Perdagangan
- Pertokoan 90%
- Supermarket 90%
- Mall 90%
- Pasar Tradisional 85%
- Rumah Makan 75%
Perkantoran 90%
Sumber : Pedoman Konstruksi dan Bangunan, Dep. PU dalam Direktorat Pengairan
dan Irigasi Bappenas. 2006
6
Pengelolaan limbah ini dapat dilakukan secara kolektif melalui pengelolaan
limbah domestik terpadu dan harus memenuhi baku mutu limbah domestik yang
berlaku. Berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No.68 Tahun 2016
tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik, pengolahan air limbah domestik dapat
dilakukan secara :
1. Tersendiri, tanpa menggabungkan dengan pengolahan air limbah dari
kegiatan lainnya; atau
2. Terintegrasi, melalui penggabungan air limbah dari kegiatan lainnya ke
dalam satu sistem pengolahan air limbah.
Dalam pengolahan limbah domestik ini, wajib dilakukan pemantauan untuk
mengetahui pemenuhan ketentuan baku mutu air limbah. Pemantauan ini juga
dilakukan untuk memenuhi ketentuan persyaratan teknis antara lain :
a. menjamin seluruh air limbah domestik yang dihasilkan masuk ke instalasi
pengolahan air limbah domestik;
b. menggunakan instalasi pengolahan air limbah domestik dan saluran air
limbah domestik kedap air sehingga tidak terjadi perembesan air limbah
domestik ke lingkungan;
c. memisahkan saluran pengumpulan air limbah domestik dengan saluran air
hujan;
d. melakukan pengolahan air limbah domestik, sehingga mutu air limbah
domestik yang dibuang ke sumber air tidak melampaui baku mutu air
limbah domestik;
e. tidak melakukan pengenceran air limbah domestik ke dalam aliran buangan
air limbah domestik;
f. menetapkan titik penaatan untuk pengambilan contoh uji air limbah
domestik dan koordinat titik penaatan; dan
g. memasang alat ukur debit atau laju alir air limbah domestik di titik penaatan.
7
paling sering digunakan adalah metode matematik. Metode matematik sering juga
disebut sebagai metode tingkat pertumbuhan penduduk karena dalam
memproyeksikan jumlah penduduk, digunakan data laju pertumbuhan penduduk.
Dalam metode ini, laju pertumbuhan penduduk dianggap konstan. Metode
matematik terbagi lagi menjadi 3 jenis yakni sebagai berikut :
a. Metode Aritmatik
Dalam metode in diasumsikan bahwa jumlah penduduk di masa yang akan
datang akan bertambah dengan jumlah yang sama setiap tahun. Formula yang
digunakan adalah :
● 𝑃𝑡 = 𝑃𝑜 (1 + 𝑟𝑡)
1 𝑃𝑡
● 𝑟 = ( − 1)
𝑡 𝑃𝑜
dengan :
Pt = jumlah penduduk pada tahun t
P0 = jumlah penduduk pada tahun dasar
r = laju pertumbuhan penduduk
t = periode waktu antara tahun dasar dan tahun t (dalam tahun)
b. Metode Geometrik
Metode ini mengasumsikan bahwa pertambahan jumlah penduduk terjadi
secara geometrik seperti pada perhitungan bunga majemuk. Formula yang
digunakan adalah :
𝑡
● 𝑃𝑡 = 𝑃𝑜 (1 + 𝑟)
1
𝑃𝑡
● 𝑟 = ( ) 𝑡 −1
𝑃𝑜
dengan :
Pt = jumlah penduduk pada tahun t
P0 = jumlah penduduk pada tahun dasar
r = laju pertumbuhan penduduk
t = periode waktu antara tahun dasar dan tahun t (dalam tahun)
c. Metode Eksponensial
Metode eksponensial mengasumsikan pertambahan jumlah penduduk terjadi
secara sedikit demi sedikit sepanjang tahun. Formula yang digunakan :
● 𝑃𝑡 = 𝑃𝑜 𝑒 𝑟𝑡
1 𝑃𝑡
● 𝑟= 𝑙𝑛( )
𝑡 𝑃𝑜
dengan :
Pt = jumlah penduduk pada tahun t
P0 = jumlah penduduk pada tahun dasar
r = laju pertumbuhan penduduk
t = periode waktu antara tahun dasar dan tahun t (dalam tahun)
8
yang memengaruhi penentuan lokasi IPAL dan IPLT yang nantinya perlu
dibuat skala prioritas untuk menentukan faktor mana yang lebih penting dalam
penentuan lokasi tersebut. Kesembilan faktor tersebut meliputi :
- Jumlah penduduk yang akan dilayani
- Jarak antar lokasi IPAL/IPLT dengan pusat kota dan permukiman
- Kemiringan lokasi
- Jenis tanah pada lahan yang tersedia
- Tata guna lahan yang tertera pada RTRW setempat
- Badan air penerima
- Potensi bahaya banjir
- Legalitas lahan yang akan dijadikan lokasi IPAL/IPLT
- Batas administrasi wilayah
Kesembilan faktor yang ada tersebut nantinya dapat diberikan skor
atau bobot tertentu untuk melihat faktor mana yang paling memengaruhi
penentuan lokasi IPAL/IPLT tersebut. Berikut adalah contoh nilai bobot dari
kesembilan faktor tersebut :
7 Bahaya banjir. 3
9
Tabel 2.4 Uraian Faktor Pertimbangan
No Uraian Faktor Pertimbangan Nilai Bobot
1 Jumlah penduduk
> 1.000.000 jiwa 10
500.000 – 1.000.000 jiwa 8
100.000 – 500.000 jiwa 5
< 100.000 jiwa 2
4 Jarak Ke pemukiman
> 30 KM 2
20 – 29 KM 4
10 – 19 KM 6
3 – 9 KM 8
< 3 KM 10
5 Kemiringan lahan
> 25 % 2
16 – 25 % 4
8 – 15 % 6
3–7% 8
0–2% 10
6 Elevasi tanah
> 600 m (dpl) 10
400 – 600 m (dpl) 8
150 – 399 m (dpl) 6
51 – 149 m (dpl) 4
0 – 50 m (dpl) 2
7 Jenis Tanah
Lempung 10
Lanau 5
Pasir 2
10
10 Bahaya Banjir
Bebas banjir 10
Banjir, tapi masih dapat ditangani 5
Banjir dan tidak dapat ditangani 0
11 Kepemilikan lahan
Milik Pemerintah 10
Milik Masyarakat 7
Milik Swasta 3
12 RUTR/RTRW
Sesuai 10
Dapat disesuaikan 5
Tidak sesuai 0
13 Dukungan Masyarakat
Didukung 10
Negosiasi 5
Tidak didukung 0
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa dari setiap faktor yang
ada dapat diberikan uraian lebih rinci dan dari setiap uraian tersebut dapat
diberikan bobot masing-masing. Hal ini akan lebih memudahkan dalam
melakukan pembobotan karena faktor tersebut telah diuraikan lebih rinci
sehingga dapat memberikan gambaran yang lebih jelas.
11
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
12
● 𝐹𝑚𝑑 = Faktor Harian Maksimum
● 𝑘 = Faktor Kehilangan Air Bersih
Setelah diketahui jumlah kebutuhan air bersih total, maka dapat dihitung jumlah
produksi air limbah. Produksi air limbah sendiri diasumsikan 80% dari total
kebutuhan air bersih. Hal ini didasari pada saat mengonsumsi air bersih, 20% air
tersebut menyerap ke dalam tanah dan 80% air bersih tersebut akan menjadi air
limbah.
Pertanian/Perkebunan 5
1
Industri 3
Permukiman 1
> 4.000 5
3.001 - 4.000 4
2
2.001 - 3.000 3
1.001 - 2.000 2
0 - 1.000 1
> 800 5
601 - 800 4
3
401 - 600 3
201 - 400 2
0 - 200 1
13
500.001 - 1.000.000 4
100.001 - 500.000 3
20.001 - 100.000 2
3.000 - 20.000 1
> 600 5
401 - 600 4
5
151 - 400 3
51 - 150 2
0 - 50 1
Ada, 0 - 250m 2
Tidak ada 1
7 Tidak ada 5
Ada 1
8 Milik Pemerintah 5
14
BAB 4
DATA DAN ANALISIS
Kedungkandang 177.260 179.512 181.834 183.927 186.068 188.175 190.274 192.316 194.341
Sukun 183.690 185.352 187.074 188.545 190.053 191.513 192.951 194.321 195.659
Klojen 105.755 105.399 105.060 104.590 104.127 103.637 103.129 102.584 102.018
Blimbing 173.838 174.891 175.988 176.845 177.729 178.564 179.368 180.104 180.805
Lokowaru 187.948 189.373 190.847 192.066 193.321 194.521 195.692 196.793 197.859
TOTAL 828.491 834.527 840.803 845.973 851.298 856.410 861.414 866.118 870.682
Sumber : BPS Kota Malang, 2019
Jumlah %
15
Septik
Pengolahan air limbah domestik selain memakai on-site system juga memakai
off-site system atau sering disebut dengan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
domestik. Berikut ini data mengenai instalasi pengolahan air limbah domestik di
Kota Malang beserta dengan jumlah pelanggan yang dilayaninya :
Kedungkandang 177.260 179.512 181.834 183.927 186.068 188.175 190.274 192.316 194.341
Sukun 183.690 185.352 187.074 188.545 190.053 191.513 192.951 194.321 195.659
Klojen 105.755 105.399 105.060 104.590 104.127 103.637 103.129 102.584 102.018
16
Blimbing 173.838 174.891 175.988 176.845 177.729 178.564 179.368 180.104 180.805
Lokowaru 187.948 189.373 190.847 192.066 193.321 194.521 195.692 196.793 197.859
TOTAL 828.491 834.527 840.803 845.973 851.298 856.410 861.414 866.118 870.682
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Malang, 2019
Geometrik 0,006228169743
Eksponensial 0,00620885485
Rata-rata 0,006267554683
Sumber : Hasil Analisis, 2020
17
- - - - - - - -
ERROR 0,001010 0,002291 0,002250 0,002392 0,002283 0,002051 0,001476 0,000746
617215 588762 854411 28732 878941 654741 370968 6547175
MAPE -0,001812988385
Sumber : Hasil Analisis, 2020
MAPE -0,001413515044
Sumber : Hasil Analisis, 2020
18
MAPE -0,001325593744
Sumber : Hasil Analisis, 2020
19
Didapatkan bahwa gap jumlah penduduk yakni sebesar 387.559 jiwa. Dengan
menggunakan skenario optimis yakni seluruh penduduk akan terlayani
kebutuhannya pada tahun 2040 nanti maka akan terdapat 387.559 jiwa yang harus
dilayani kebutuhan sanitasinya dan angka ini yang akan menjadi dasar dalam
penentuan seberapa banyak kebutuhan fasilitas sanitasi di tahun 2040 nanti.
4.2.3 Kebutuhan air bersih dan produksi air limbah tahun 2040
Pada bagian sebelumnya telah dihitung mengenai gap penduduk yang belum
terlayani dan didapatkan pada tahun 2040 nanti akan ada 387.559 penduduk yang
belum dapat terlayani oleh fasilitas sanitasi yang ada. Berdasarkan data gap
penduduk yang belum terlayani ini maka dapat dihitung mengenai jumlah
kebutuhan air bersih dan produksi air limbah yang dihasilkan. Perhitungan
kebutuhan air bersih didasarkan pada rumus yang tertera pada bagian 3.2.2
dengan asumsi tambahan yakni
- standar kebutuhan air bersih sebesar 150 liter per orang per hari
- kebutuhan air non-domestik sebesar 20% dari kebutuhan air domestik
- faktor harian maksimum sebesar 1,1
- tingkat kehilangan air sebesar 20%.
Berikut ini merupakan hasil perhitungan kebutuhan air bersih berdasarkan
gap jumlah penduduk yang belum terlayani :
Didapatkan bahwa kebutuhan total air bersih Kota Malang berdasarkan jumlah
penduduk yang harus dilayani pada tahun 2040 adalah sebesar 92.084.018 liter
per hari. Dengan ini maka dapat dilakukan perhitungan terhadap air limbah yang
diproduksi. Menggunakan asumsi bahwa air limbah yang dihasilkan merupakan
80% dari kebutuhan air bersih maka didapatkan bahwa produksi air limbah Kota
Malang berdasarkan jumlah penduduk yang belum terlayani pada tahun 2040
adalah sebesar 73.667.215 liter per hari atau sebesar 852,63 liter per detik.
20
pengolahan air limbah yang sebaiknya dibangun adalah dengan sistem setempat
(on site system).
Karena Sistem Setempat adalah sistem yang tepat, maka fasilitas yang perlu
dibangun adalah IPLT. Pembangunan IPLT menggunakan standar dari Kimpraswil
dimana :
- 1 IPLT memiliki luas 2 Hektar
- 1 IPLT memiliki kapasitas pengolahan 139 L/detik
Berdasarkan jumlah produksi air limbah total pada bagian 4.2.3 serta dengan
menggunakan standar Kimpraswil di atas, maka kebutuhan IPLT beserta dengan
luas lahan yang dibutuhkan adalah sebagai berikut :
852,63 7 14
Sumber : Hasil Analisis, 2020
21
Kebutuhan IPAL (unit) 8
Didapatkan bahwa kebutuhan IPAL di Kota Malang pada tahun 2040 adalah
sebesar 8 unit dengan luas lahan yang diperlukan sebesar 9,6 Ha.
22
4.2.6 Skoring lokasi
4.2.6.1 Alternatif Lokasi Fasilitas Air Limbah
23
Gambar 4.4 Alternatif Tunggulwulung
Sumber : Google MyMaps, 2020
Ada (Sungai),
1 12.1 Perkebunan 2.000 400 993.164 440 Tidak Hak Milik
1000
Ada (Sungai),
2 44.5 Perkebunan 3.700 1.000 993.164 454 Tidak Hak Milik
1300
Ada (Sungai),
3 44.7 Perkebunan 4.500 600 993.164 452 Tidak Hak Milik
650
Ada (Sungai),
4 11 Perkebunan 4.700 400 993.164 420 Tidak Hak Milik
400
Kelurahan Bakalankrajan,
1 Alternatif Lokasi 1 29 12,1
Kecamatan Sukun
Kelurahan Tunggulwulung,
2 Alternatif Lokasi 4 28 11
Kecamatan Lowokwaru
Kelurahan Tlogowaru,
3 Alternatif Lokasi 3 Kecamatan 26 44,7
Kedungkandang
24
Kelurahan Wonokoyo,
4 Alternatif Lokasi 2 Kecamatan 24 44,5
Kedungkandang
Sumber : Hasil Analisis, 2020
25
BAB 5
SIMPULAN DAN REKOMENDASI
5.1 Simpulan
5.1.1 Kondisi eksisting infrastruktur Kota Malang
Cakupan pelayanan infrastruktur sanitasi air limbah di Kota Malang mampu
melayani 605.605 jiwa. Infrastruktur tersebut termasuk di dalamnya IPLT sebanyak
1 unit dan IPAL sebanyak 2 unit.
Namun berdasarkan hasil proyeksi penduduk tahun 2040 dengan
menggunakan metode eksponensial, masih terdapat 387.559 jiwa yang belum
terlayani fasilitas infrastruktur air limbah.
5.2 Rekomendasi
Berikut adalah rekomendasi lokasi pembangunan infrastruktur air limbah yaitu IPAL
dan IPLT di Kota Malang untuk tahun 2040 :
Gambar 5.1 Rekomendasi Lokasi Pembangunan IPAL dan IPLT Kota Malang
Sumber : Analisis Pribadi, 2020
26
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur. (2019). Jumlah Kasus Penyakit Menurut
Kabupaten/Kota dan Jenis Penyakit di Provinsi Jawa Timur, 2018. Diakses tahun 2020,
https://jatim.bps.go.id/statictable/2019/10/09/1674/jumlah-kasus-penyakit-menurut-
kabupaten-kota-dan-jenis-penyakit-di-provinsi-jawa-timur-2018-.html
Firdausi, Arifina Cahyati. 2019. Kota Malang Raih Penghargaan Kota Sehat, Dinkes:
Tantangannya Wujudkan Sanitasi Sehat. Malang : Malang Times, Diakses tahun 2020,
https://www.malangtimes.com/baca/46933/20191208/101600/kota-malang-raih-
penghargaan-kota-sehat-dinkes-tantangannya-wujudkan-sanitasi-sehat
Hasan, Ibnu Sasongko, Titik Poerwati. Konsep Penanganan Sanitasi Permukiman Kumuh di
Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang (Concept of Slum Sanitation Handling in
Lowokwaru Sub-District, Malang City). Malang : Program Studi Perencanaan Wilayah
dan Kota, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Nasional Malang.
Dapat diakses pada http://eprints.itn.ac.id/112/1/15.%20JURNAL.pdf
Wijaya, Donny Wahyu. 2016. Perencanaan Penanganan Kawasan Permukiman Kumuh Studi
Penentuan Kawasan Prioritas Untuk Peningkatan Kualitas Infrastruktur Pada Kawasan
Permukiman Kumuh di Kota Malang. JIAP Vol. 2. No.1.
27