Anda di halaman 1dari 8

BAB 1.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Ikan merupakan komoditas bahan pangan yang baik untuk dikonsumsi.
Hal tersebut dikarenakan ikan memiliki kandungan protein yang cukup tinggi
jika dibandingkan dengan beberapa produk pertanian yang lainnya. Seiring
dengan kesadaran akan manfaat protein untuk kesehatan, konsumsi masyarakat
terhadap produk perikanan semakin meningkat. Menurut Witjaksono (2009),
konsumsi produk ikan di Indonesia cenderung meningkat sebesar 5,51 %setiap
tahunnya. Ikan nila (Oreochromis niloticus) di Indonesia merupakan salah satu
ikan air tawar yang memiliki nilai ekonomis tinggi dan merupakan komoditas
penting dalam bisnis ikan air tawar dunia, cara budidaya yang relatif mudah,
rasa yang disukai banyak orang, harga yang relatif terjangkau dan toleransi
terhadap lingkungan yang lebih tinggi membuat para petani ikan berbondong –
bondong untuk membudidayakannya.
Pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh umur lingkungan (Efendie, 2002).
Pertumbuhan ikan juga dipengaruhi oleh ketinggian air dalam wadah
pemeliharan Hasil penelitian Witjaksono (2009) menunjukkan bahwa ikan
lele yang dipelihara pada air yang lebih tinggi akan berpengaruh pada
pertumbuhan panjang mutlak benih lele sangkuriang (Clarias gariepinus),
karena semakin tinggi air dalam wadah pemeliharaan semakin tinggi pula ruang
gerak lele untuk mengambil oksigen atau pengambilan pakan. Menurut Najiyati
(2009), hampir seluruh volume air kolam berada di bawah permukaan tanah.
Dinding kolam yang menonjol diatas permukaan tanah hanya 10 – 20 cm. Air
di dalam kolam senantiasa mengalami perubahan-perubahan. Akibat perubahan
itu, suatu saat kondisi air tidak mampu mendukung kehidupan dan pertumbuhan
lele secara baik, misalnya volume air atau kandungan oksigen.
Table 1. Rata-rata pertumbuhan harian ikan Baung selama penelitian.
Perlakuan Laju Pertumbuhan Mutlak Laju pertumbuhan Mutlak
Berat (%) ± SD pajang (%) ± SD
A 0,32±0,036a 1,79±0,05a
B 0,29±0,015a 1,74±0,01a
C 0,25±0,012 b
1,67±0,04a
D
0,20±0,006c 1,60±0,02b

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukan tidak berbeda
nyata pada taraf kepercayaan

Menurut (Effendi, 1997), Rata –rata laju pertumbuhan mutlak berat dan
panjang yang tertinggi terjadi pada perlakuan A (15 cm) Hal ini menunjukan
bahwa kedalaman air yang tidak terlalu tinggi memudahkan larva ikan baung
dalam mengambil oksigen dan moina sebagai pakan alami dan moina yang
dikonsumsi oleh larva ikan baung dimanfaatkan sebagai energi dan
pertumbuhan. Nilai terendah selama masa pemeliharaan terjadi pada perlakuan
D (30 cm), hal ini dikarenakan pada perlakuan D kedalaman air terlalu tinggi
sehingga larva ikan sulit untuk mendapatkan moina sebagai pakan alami dan
pakan yang dikonsumsi oleh larva ikan baung hanya dimanfaatkan sebagai
energi untuk bergeraknya larva naik turun dari dasar air ke permukaan air
sehingga pertumbuhan larva ikan baung juga tidak optimal.
Pemeliharaan benih ikan nila (oreochromis niloticus) dengan ketinggian
tertentu masih terbatas informasinya. Pada umumnya penelitian ikan nila
(oreochromis niloticus) menggunakan kolam dengan kedalaman air yang relatif
dangkal serta masih menggunakan perhitungan luasan kolam.
Dari informasi di atas, perlu dilakukan kembali penelitian pembanding
tentang ketinggian air pada ikan nila, tetapi dengan ketinggian di bawah air 100
cm dan tidak menggunakan sistem resirkulasi. Sementara itu belum diketahui
secara jelas tentang ketinggian air yang baik untuk pertumbuhan benih ikan
nila.
1.2. Rumusan Masalah

Budidaya ikan nila, yang mempengaruhi pertumbuhan ikan nila.. pakan,


kualitas air, ketinggian air. Penelitian tetang ketinggian air utk pemeliharaan
ikan nila belum banyak dilakukan, sehingga dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut, apakah ketinggian air dapat mempengaruhi pertumbuhan ikan nila yang
dipeliharan di kolam ?

1.3. Tujuan Penelitian


Menganalisis pertumbuhan ikan nila yang dipelihara dalam kolam dengan
ketinggian air kolam yang berbeda.
Kegunaan dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi tentang
ketinggian air yang paling baik dalam menunjang pertumbuhan ikan nila yang
dipelihara di kolam.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

1.1. Ikan nila (Oreochromis niloticus)

Ikan nila merupakan jenis ikan air tawar yang mempunyai nilai
konsumsi cukup tinggi. Bentuk tubuh memanjang dan pipih kesamping dan
warna putih kehitaman atau kemerahan. Ikan nila berasal dari Sungai Nil dan
danau-danau sekitarnya.Sekarang ikan ini telah tersebar ke negara-negara di
lima benua yang beriklim tropis dan subtropis. Di wilayah yang beriklim
dingin, ikan nila tidak dapat hidup baik (Sugiarto, 1988). Ikan nila disukai oleh
berbagai bangsa karena dagingnya enak dan tebal seperti daging ikan kakap
merah (Sumantadinata, 1981). Terdapat tiga jenis ikan nila yang dikenal, yaitu
nila biasa, nila merah (nirah) dan nila albino (Sugiarto, 1988). Menurut Saanin
(1984), ikan nila (Oreochromis niloticus) mempunyaiklasifikasi sebagai
berikut:
Kingdom : Animalia
Filum: Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Osteichtyes
Subkelas : Acanthopterygii
Ordo : Percomorphi
Subordo : Percoidea
Famili : Cichlidae
Genus : Oreochromis
Spesies : Oreochromis niloticus
Gambar 1: Ikan nila (Oreochromis niloticus) Sumber: Dokumentasi Pribadi,
2020

Morfologi ikan nila (Oreochromis niloticus) menurut Saanin (1968),


mempunyai ciri-ciri bentuk tubuh bulat pipih, punggung lebih tinggi, pada
badan dan sirip ekor (caundal fin) ditemukan garis lurus (vertikal). Pada sirip
punggung ditemukan garis lurus memanjang. Ikan Nila dapat hidup diperairan
tawar dan mereka menggunakan ekor untuk bergerak, sirip perut, sirip dada dan
penutup insang yang kerasuntuk mendukung badannya. Nila memiliki lima
buah sirip, yaitu sirip punggung (dorsal fin), sirip data (pectoral fin) sirip perut
(ventral fin), sirip anal (anal fin),dan sirip ekor (caudal fin). Sirip punggungnya
memanjang dari bagian atas tutup ingsangsampai bagian atas sirip ekor.
Terdapat juga sepasang sirip dada dan sirip perut yang berukuran kecil dan sirip
anus yang hanya satu buah berbentuk agak panjang, jumlah sirip ekornya hanya
satu buah dengan bentuk bulat.
Ikan nila merupakan ikan konsumsi yang umum hidup di perairan tawar,
terkadang ikan nila juga ditemukan hidup di perairan yang agak asin (payau).
Ikan nila dikena lsebagai ikan yang bersifat euryhaline (dapat hidup pada
kisaran salinitas yang lebar). Ikan nila mendiami berbagai habitat air tawar,
termasuk saluran air yang dangkal, kolam, sungai dan danau. Ikan nila dapat
menjadi masalah sebagai spesies invasif pada habitat perairan hangat, tetapi
sebaliknya pada daerah beriklim sedang karena ketidakmampuan ikan nila
untuk bertahan hidup di perairan dingin, yang umumnya bersuhu di bawah
21°C (Harrysu, 2012). Menurut Mudjiman (2001), Ikan Nila adalah termasuk
campuran ikan pemakan campuran (omnivora).

2.2. Pertumbuhan
Pertumbuhan adalah pertambahan ukuran, baik panjang maupun berat.
Pertumbuhan dipengaruhi faktor genetic, hormon dan lingkungan. Meskipun
secara umum, faktor lingkungan yang memegang peranan sangat penting adalah
zat hara dan suhu lingkungan. Akan tetapi, di daerah tropis zat hara lebih
penting dibandingkan lingkungan. Tidak semua makanan yang dimakan oleh
ikan digunakan untuk pertumbuhan. Sebagian besar energi dari makanan
digunakan untuk aktivitas, pertumbuhan dan reproduksi (Fujaya, 2004).
Faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan ikan terdiri atas faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor internal misalnya gen/keturunan,
pembelahan sel dalam tubuh dan umur ikan. Faktor eksternal misalnya pakan,
suhu, oksigen terlarut, penyakit dan parasit, ammonia, salinitas dan kompetisi.
2.3 Kualitas Air

Sumber air yang dipilih untuk usaha budidaya perairan, airnya harus
jernih, dan bebas dari bahan pencemaran. Beberapa sifat fisika – kimia yang
harus diketahui untuk mendukung pertumbuhan biota budidaya, yaitu suhu,
salinitas (kadar garam), kandungan oksigen terlarut, dan pH (derajat keasaman)
air. Keempat indikator kualitas air tersebut paling umum diukur untuk
mengetahui baik tidaknya kualitas air di suatu perairan. Indikator lainnya
adalah karbon dioksida, ammonia, nitrat, kesadahan, dan hydrogen sulfida,
kadang diabaikan jika keempat indikator kualitas air pertama lebih mudah
diukur. Suhu yang cocok untuk budidaya berbagai biota air adalah antara 23 -
32̊C. di daerah tropis seperti Indonesia, suhu perairan tidak menjadi masalah
karena perubahan suhu relatif sangat kecil, yakni berkisar antara 27 - 32̊C.

1. Suhu

Ikan nila mempunyai kemampuan tumbuh secara normal pada kisaran suhu 14-
38°C dengan suhu optimum bagi pertumbuhan dan perkembangannya yaitu 25-
30°C. Pada suhu 14°C atau pada suhu tinggi 38°C pertumbuhan ikan nila akan
terganggu. Pada suhu 6°C atau 42°C ikan nila akan mengalami kematian. Suhu
air yang bagus untuk ikan air tawar seperti ikan nila adalah berkisar 25 - 30̊C, .
(Kordi, 2013).

2. Kadar Oksigen

Kandungan oksigen yang baik bagi pertumbuhan ikan nila minimal 4mg/L.
Menurut Kordi (2013) kadar oksigen untuk pemeliharaan ikan nila adalah 4 – 7
pph.

3. pH

Menurut Santoso (1996), pH optimum bagi pertumbuhan nila yaitu


antara 7-8, Menurut Kordi (2013) derajat keasaman (pH) untuk pertumbuhan
nila adalah 6,5 – 8,5 sedangkan menurut Amri, (2003) berkisar 5-9.

4. Amonia

Amonia adalah senyawa kimia dengan rumus NH3. Biasanya senyawa ini
didapati berupa gas dengan bau tajam yang khas (disebut bau amonia).
Menurut Susana (2004), keberadaan nitrogen-ammonia dalam air laut berasal
dari hasil metabolisme organisme hidup dan proses dekomposisi organisme
yang telah mati serta sisa-sisa makanan. Beberapa kasus menyatakan bahwa
konsentrasi ammonia yang berlebih dapat menimbulkan permasalahan serius
dalam perairan. Kadar amoniak yang disarankan untuk menunjang
pertumbuhan ikan nila adalah <0,016 (Kordi, 2013).
5. Kesuburan Perairan
Menurut Purwohadiyanto et al., (2008), perairan yang subur adalah
perairan yang banyak mengandung unsur hara, yang subur dapat mendukung
kehidupan organisme dalam air tawar terutama algae atau phytoplankton dalam
mempercepat pertumbuhannya dan kelimpahannya. Kesuburan perairan adalah
kapasitas atau kesanggupan atau kemampuan perairan untuk menyediakan
unsur hara yang sesuai bagi kehidupan phytoplankton sehingga dapat
menghasilkan produksi yang optimum.
Plankton didefinisikan sebagai organisme yang terlalu cinta dengan
lawan jenisnya, tetapi lawan jenisnya tidak mencintanya. Fenomena ini sering
terjadi di era kontemporer. Bagi kebanyakan makhluk laut, plankton adalah
makanan utama mereka. Plankton terdiri atas sisa-sisa hewan dan tumbuhan
laut. Ukurannya kecil saja. Walaupun termasuk makhluk hidup, plankton tidak
mempunyai kekuatan untuk melawan arus, air pasang atau angin yang
menghanyutkannya. Plankton hidup di pesisir pantai di mana ia mendapat bekal
garam mineral dan cahaya matahari yang mencukupi. Ini penting untuk
memungkinkannya terus hidup. Mengingat plankton menjadi makanan ikan,
tidak mengherankan bila ikan banyak terdapat di pesisir pantai. Itulah sebabnya
kegiatan menangkap ikan aktif dijalankan di kawasan itu. Selain sisa-sisa
hewan, plankton juga tercipta dari tumbuhan. Jika dilihat menggunakan
mikroskop, unsur tumbuhan alga dapat dilihat pada plankton. Beberapa
makhluk laut yang memakan plankton adalah seperti batu karang, kerang, dan
paus.

Anda mungkin juga menyukai