Anda di halaman 1dari 24

PRAKTIKUM II

BIOFILTER

OLEH :

NAMA : MUH. ZIKRI


STAMBUK : I1B120004
KELOMPOK : 1 B (SATU B)
ASISTEN PEMBIMBING : YULIA REZKI PURNAMA

JURUSAN BUDIDAYA PERAIRAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2022
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Akuakultur merupakan bentuk pemeliharaan berbagai macam hewan atau

tumbuhan perairan yang menggunakan air sebagai komponen pokoknya atau biasa

juga dikatakan sebagai tempat pemeliharaan atau budidaya biota (organisme) air

dalam perairan yang terkontrol maupun semi-terkontrol (Lukmiyati, 2018).

Budidaya perairan sangat berhubungan dengan filtrasi yaitu proses paling penting

dalam pengolahan air dan limbah. Dalam pengolahan air digunakan untuk

memurnikan air permukaan sedangkan pada limbah utamanya adalah untuk

menyediakan air yang nantinya dapat digunakan untuk berbagai keperluan. Semua

filter yang terlapisi biomassa dapat dikatagorikan sebagai biofilter (Enuari, 2016).

Biofilter merupakan salah satu metode pengolahan limbah cair secara

biologis dengan memanfaatkan mikroorganisme yang secara alamiah berada

dalam limbah cair untuk mereduksi kandungan senyawa-senyawa organik dan non

organik serta bakteriologis pada limbah cair tersebut. Sistem pengolahan limbah

domestik secara anaerob yang diutamakan, Aliran secara vertikal dan horisontal

dengan sistem pembagian ruangan, sehingga akan terjadi proses fermentasi yang

sempurna (Haerun, et al., 2018). Salah satu jenis hewan penyaring (filter feeder)

yaitu kijing taiwan (Anodonta woodiana) dimana cara mendapatkan makanan

yaitu dengan memompa air melalui rongga mantel sehingga mendapatkan

partikel-partikel yang ada dalam air (Lilindari & Aunurohim, 2014).

Kijing Taiwan (Anodonta woodiana) merupakan kerang air tawar yang

berasal dari Taiwan. Kijing ini masuk ke Indonesia tanpa di sengaja ketika
Indonesia mengintroduksi ikan nila pada tahun 1969. Budidaya Kijing Taiwan

(Anodonta woodiana) di kolam terkontrol berupa poli kultur dengan ikan nila dan

ikan mola di keramba jaring apung serta melakukan implantasi inti dan

pemeliharaan kerang di kolam dengan kedalaman yang berbeda (Padwa, et al.,

2015).

Ikan nila merupakan ikan yang banyak dibudidayakan diperairan tawar

seperti danau, sungai dan kolam tetapi, ikan nila bersifat euryhaline yaitu mampu

dipelihara dalam kisaran salinitas yang lebar, dapat hidup di lingkungan air tawar,

payau dan laut (Kasvarin, et al., 2022).

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penting untuk melakukan

praktikum biofilter dalam pemeliharaan ikan nila dengan menggunakan kijing

taiwan sebagai biofilter.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari praktikum ini adalah bagaimana pengaruh

penggunaan media biofilter menggunakan kijing taiwan dan batu karang terhadap

pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan nila (Oreochromis niloticus).

C. Tujuan dan Manfaat

Tujuan dari praktikum biofilter yaitu untuk mengetahui pengaruh biofilter

dalam pemeliharaan ikan nila dengan menggunakan kijing taiwan sebagai

biofilter.

Manfaat praktikum biofilter yaitu agar dapat mengetahui bagaimana

pengaruh biofilter dalam pemeliharaan ikan nila dengan menggunakan kijing

taiwan sebagai biofilter.


II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Klasifikasi dan Morfologi Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

Klasifikasi Ikan Nila menurut Lukman, et al., (2014) adalah sebagai

berikut:

Kingdom : Animalia
Fhyllum : Chordata,
Class : Pisces
Order : Perciformes
Family : Cichlidae
Genus : Oreochromis
Spesies : Oreochromis niloticus

Gambar 1. Ikan Nila (Oreochromis niloticus)


(Sumber : Dok. Pribadi, 2022)

Secara umum bentuk tubuh ikan nila panjang dan ramping, dengan sisik

yang berukuran besar. Mata besar, menonjol, dan bagian tepi berwarna lima putih.

Gurat sisi (linealiteralis) terputus dibagian tengah badan kemudian berlanjut, tapi

letaknya lebih ke bawah dari pada letak garis yang memanjang di atas sirip dada,

jumlah sisik pada garis rusuk berjumlah 34 buah, memiliki 17 jari-jari keras pada

sirip punggung, pada sirip perut terdapat 6 buah jari-jari lemah, sirip dada 15 jari-

jari lemah, sirip dubur 3 jari-jari keras dan 10 jari-jari lemah dan bentuk ekornya

berpinggiran tegak (Arifin, 2016).


B. Habitat dan Penyebaran Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

Habitat ikan nila adalah air tawar seperti sungai, danau, waduk, dan rawa-

rawa, tetapi karena toleransinya yang luas terhadap salinitas (euryhaline) sehingga

dapat pula hidup dengan baik di air payau dan laut. Salinitas yang cocok untuk

nila adalah 0-35 ppt, namun salinitas yang memungkinkan nila tumbuh optimal

adalah 0-30 ppt. Ikan nila masih dapt hidup pada salinitas 31-35 ppt, tetapi

pertumbuhannya lambat (Prayudi, et al., 2015).

Penyebaran ikan nila di alam sangat luas, baik di daerah tropis maupun di

daerah beriklim. Dimulai dari daerah asalnya yaitu Afrika bagian Timur, seperti

sungai Nil (Mesir), Danau Tanganyika, chad, Nigeria dan Kenya. Ikan jenis ini di

budidayakan di 110 negara. Di Indonesia, ikan nila telah di budidayakan di

seluruh provinsi (Sibagariang, et al., 2020).

C. Siklus Hidup dan Reproduksi Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

Di lingkungan hidup (habitat) alami, ikan Nila dapat memijah sepanjang

tahun. Dalam satu siklus (daur) hidup ikan nila meliputi tahap-tahap: stadium

Telur-Larva-Benih-Dewasa-Induk. Daur hidup sejak telur sampai menjadi induk

berlangsung selama 5 sampai 6 bulan. Setiap tahun ikan nila dapat berpijah antara

6 sampai 7 kali. Larva yang baru lahir berukuran kecil (panjang tubuh) 4 mm-5

mm, dan diasuh dalam mulut induk betina selama kurang lebih 1 hari. Larva yang

sudah besar (panjang tubuh) 8 mm disebut stadium benih. Pada stadium benih

ikan nila memiliki kebiasaan hidup berenang dan bergerombol, tetapi setelah

benih berukuran besar hidup berpisah sendiri-sendiri. Sedangkan ikan nila yang

berat badannya mencapai 25 gram/ekor disebut stadium ikan dewasa. Periode

stadium benih menjadi ikan dewasa berlangsung selama 4 sampai 5 bulan. Ikan
nila yang berumur 1,5 sampai 2 tahun dengan berat badan lebih dari 500

gram/ekor disebut stadium induk (Moleko, et al., 2014).

Pada genus Oreochromis, induk ikan betina mengerami telur dan larvanya

dalam rongga mulut, menjaga dan membesarkan larvanya sendiri, dan secara

alami ikan nila dapat memijah sepanjang tahun di daerah tropis. Pada umumnya

pemijahan ikan nila terjadi pada setiap musim hujan, yaitu 6 – 7 kali/tahun. Ikan

nila mencapai fase dewasa pada umur 4 – 5 bulan, dan masa pemijahan produktif

induk adalah pada umur 1,5 – 2,0 tahun dengan bobot di atas 500 g/ekor (Erni, et

al., 2018).

D. Makan dan Kebiasaan Makan Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

Ikan Nila merupakan golongan ikan omnivora yang cenderung herbivora

yang sangat responsif terhadap pakan buatan. ikan nila merupakan ikan pemakan

plankton terutama fitoplankton dan detritus, dimana fitoplankton didominasi oleh

kelompok Cholorophyceace, Myxophyceace, dan Desmid. Sedangkan zooplankton

didominasi oleh Rotifera, Crustacea dan Protozoa. Pada umumnya ikan akan

menyesuaikan jenis makanan dengan ukuran bukaan mulutnya. Ikan yang

berukuran lebih besar akan memangsa makanan yang lebih besar dan melakukan

spesialisasi terhadap jenis makanannya (Satia, et al., 2017).

E. Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

Kelangsungan hidup ikan (SR) dapat didefinisikan sebagai peluang untuk

hidup dalam suatu saat tertentu. Kualitas air seperti suhu, kadar amoniak dan

nitrit, oksigen terlarut, serta tingkat keasaman suatu perairan (pH), dan juga rasio

antara jumlah pakan dengan kepadatan adalah suatu faktor yang mempengaruhi
kelangsungan hidup ikan nila. Nilai tingkat kelangsungan hidup ikan nila rata-rata

yang baik berkisar antara 73,5 – 86,0% (Sibagariang, et al., 2020).

Pertumbuhan merupakan suatu proses pertambahan panjang dan juga berat

dari suatu organisme yang mampu dilihat dari perubahan ukuran panjang dan

berat dalam satuan waktu. Ikan nila jantan memiliki laju pertumbuhan lebih cepat

dibandingkan dengan ikan nila betina. Laju pertumbuhan ikan nila jantan rata-rata

2,1 gram/hari, sedangkan laju pertumbuhan ikan nila betina rata-rata 1,8

gram/hari. Pada waktu pemeliharaan 3-4 bulan, dapat diperoleh ikan nila

berukuran rata-rata 250 gram dari berat awal ikan nila 30-50 gram (Suriadi, 2019).

F. Biofilter

Biofilter merupakan salah satu metode pengolahan limbah cair secara

biologis dengan memanfaatkan mikroorganisme yang secara alamiah berada

dalam limbah cair untuk mereduksi kandungan senyawa-senyawa organik dan non

organik serta bakteriologis pada limbah cair tersebut. Biofilter merupakan salah

satu metode sederhana yang dapat diterapkan untuk mendegradasi parameter-

parameter pencemar yang ada di air limbah (Haerun, et al., 2018).

Kijing Taiwan (Anodonta woodiana) merupakan salah satu jenis kerang-

kerangan yang hidup diperairan tawar. Kijing ini menurut penelitian berasal dari

Taiwan dan bisa terdapat di Indonesia dikarenakan tanpa sengaja terbawa bersama

ikan mola (Hypophtalmichyts molitrix) pada tahun 1969. Kijing Taiwan dikenal

sebagai filter feeder, daya hidupnya yang tinggi dan cepat dalam berkembang biak

dapat dimanfaatkan untuk mengatasi pencemaran perairan akibat polutan

termasuk logam berat dengan demikian dapat membantu dalam usaha penjernihan

air. Perbaikan kualitas air bisa dilakukan dengan cara memanfaatkan filter baik
secara mekanik, kimia, dan biologi. Filter biologi adalah filter alami dengan

memanfaatkan hewan air salah satunya adalah kerang/kijing sebagai filter feeder

dan dikombinasikan dengan sistem resirkulasi sehingga efisien dalam penggunaan

air (Rahayu, et al,. 2014).

G. Parameter Kualitas Air

1. Suhu

Suhu merupakan faktor yang sangat mempengaruhi pertumbuhan ikan.

Suhu adalah ukuran terhadap panas atau dinginnya suatu benda atau zat

(Supu, et al., 2016). Dalam usaha budidaya perikanan suhu adalah salah satu

faktor lingkungan penting yang dapat mempengaruhi produksi (Muarif, 2016).

Peningkatan suhu dapat menyebabkan meningkatnya kecepatan metabolisme pada

kultivan budidaya yang dapat menyebabkan naiknya nilai karbondioksida dan

amoniak (Karimah, et al., 2018). Suhu rendah akan mengakibatkan laju

metabolisme ikan menjadi lambat dan menyebabkan nafsu makan ikan menjadi

menurun dan akhirnya ikan akan mengalami pertumbuhan yang lambat

(Ridwantara, et al., 2019).

Banyak faktor yang akan mempengaruhi suhu perairan sehingga nilainya

akan berubah dari waktu ke waktu. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan

suhu di perairan dapat disebabkan oleh topografi atau kedalaman yang

berhubungan dengan perbedaan penetrasi cahaya matahari pada lapisan

permukaan dan lapisan yang lebih dalam, adanya proses upwelling

radiasi matahari, suhu udara, cuaca, dan iklim (Sidabutar, et al., 2019).
2. pH

Derajat keasaman (pH) sangat menentukan kualitas air karena sangat

membantu proses kimiawi air. Derajat keasaman atau pH menggambarkan

aktivitas potensial ion hidrogen dalam larutan yang dinyatakan sebagai

konsentrasi ion hidrogen (mol/l) pada suhu tertentu, atau pH = - log (H+).

Konsentrasi pH mempengaruhi tingkat kesuburan perairan karena mempengaruhi

kehidupan jasad renik (Supriatna, 2020).

Keasaman (pH) yang tidak optimal dapat menyebabkan ikan stress,

mudah terserang penyakit, serta produktivitas dan pertumbuhan rendah. Selain itu,

keasaman (pH) memegang peranan penting dalam bidang perikanan budidaya

karena berhubungan dengan kemampuan untuk tumbuh dan bereproduksi. Ikan

dapat hidup minimal pada pH 4 dan pH diatas 11 akan mati (Siegers, et al., 2019).

Nilai pH dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain aktivitas biologis

(fotosintesis dan respirasi organisme), suhu, dan keberadaan ion-ion dalam

perairan (Hudiyah & Subtomo, 2019).

3. TOM

Total organic matter (TOM) menggambarkan kandungan bahan organik

total suatu perairan yang terdiri dari bahan organik terlarut dan tersuspensi. Bahan

organik di perairan terdapat sebagai plankton, partikel-partikel tersuspensi dari

bahan organik yang mengalami perombakan dan bahan-bahan organik total yang

berasal dari daratan dan terbawa oleh aliran air (Yuspita, et al.,2018).

.
II. METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Praktikum manajemen kualitas air praktikum biofilter dilaksanakan pada,

01-15 Juni 2022 pukul 08.00-Selesai WITA yaitu perakitan sistem biofilter dan

memberian pakan pada setiap harinya, bertempat di Laboratorium Unit Tegnologi

Pembenihan dan Produksi, dan dilanjutkan pada Senin, 20 Juni 2022 pukul 09.00-

11.00 WITA yaitu pengukuran TOM, bertempat di Laboratorium Produktivitas

Lingkungan Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Halu

Oleo, Kendari.

B. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum biofilter, dapat dilihat

pada tabel 1.

Tabel 1. Alat dan Bahan yang digunakan


No. Alat dan Bahan Satuan Kegunaan
1. Alat    
-pH meter o
C Untuk mengukur pH kolam
-Thermometer Ppt Untukcmengukur suhu kolam
-Hand  refraktometer - Untuk mengukur salinitas kolam
  -Kamera - Untuk mendokumentasikan kegiatan
-Alat Tulis - Untuk menulis hasil pengamatan
-Solder - Untuk membuat lubang pipa pada
baskom
-Aquarium - Untuk media pemeliharaan organisme
-Baskom - Untuk media pemeliharaan kijing
Taiwan
  -Aerasi - Untuk melarutkan oksigen dalam air
-Pompa aquarium - Untuk mengalirkan air
-Pipa - Sebagai sarana untuk menyalurkan air
-Batako - Sebagai tempat meletakkan baskom
2 Bahan
-Lem - Sebagai perekat
-Ikan nila - Sebagai objek pengamatan
-Kijing taiwan Sebagai filter feeder
-Batu karang - Sebagai material filter
-Air tawar - Mengkalibirasi pH meter
-Tisu - Mengeringkan alat

C. Prosedur Kerja

1. Biofilter

Prosedur kerja praktikum biofilter sebagai berikut:

a. Menyiapkan alat dan bahan.

b. Melubangi baskom menggunakan solder.

c. Memasang instalasi biofilter sedemikianrupa.

d. Mengisi air pada instalansi biofilter.

e. Mengukur bobot ikan dan memasukan kedalam baskom.

f. Memasukan kijing dan batu kerikil.

g. Menyalahkan pompa aquarium sebagai sistem resirkulasi air.

2. Suhu

Prosedur kerja praktikum biofilter untuk pengukuran suhu sebagai berikut:

a. Mencelupkan bagian ujung thermometer kedalam

akuarium/baskom, kemudian dibiarkan beberapa saat.

b. Mengangkat sedikit thermometer dari akuarium/baskom bagian ujung lain

thermometer masih terendam di dalam air.

c. Membaca nilai yang tertera pada thermometer ketika masih di dalam air

maka nilai tersebut adalah suhu pada perairan yang diamati.

d. Mencatat hasil pengamatan.


e. Mengeringkan thermometer dengan tisu.

3. pH

Prosedur kerja praktikum biofilter untuk pengukuran pH sebagai berikut:

a. Mencelupkan bagian ujung pH meter kedalam akuarium/baskom,

kemudian dibiarkan beberapa saat.

b. Menekan tombol on pada bagian ujung pH meter.

c. Membaca nilai yang tertera pada pH meter ketika masih di dalam air maka

nilai tersebut adalah pH pada perairan yang diamati.

d. Mencatat hasil pengamatan.

e. Mencelupkan pH meter kedalam air biasa agar pHnya kembali netral.

f. Mengeringkan pH dengan tisu.

4. TOM

Prosedur kerja praktikum biofilter untuk perhitungan TOM sebagai

berikut:

a. Masukan air tanpa filter ke dalam gelas ukur sebanyak 50 ml.

b. Masukan 9,5 KmNO4 0,01 N ke dalam sampel.

c. Menambahkan 10 ml H2SO4 ke dalam sampel.

d. Memanaskan sampel pada hot plate dengan suhu 70-80⁰C sampai berubah

warna.

e. Melakukan titrasi KmNO4 dalam kadar awal 14 ml ke 7,2 ml.

f. Melakukan dokumentasi hasil pengamatan.


D. Variabel Pengamata

1. Pertumbuhan Mutlak

Pertumbuhan mutlak merupakan selisih antara bobot tubuh pada akhir

pemeliharaan penelitian dengan bobot tubuh pada awal penelitian. Menurut

Safaringga, et al,. (2017), laju pertumbuhan bobot mutlak dapat dihitung dengan

rumus dibawah ini:

PM = Wt-W0

Keterangan:
PM = Pertumbuhan Mutlak (gr),
Wt = Bobot rata-rata akhir penelitian (gr),
W0 = Bobot rata-rata awal penelitian (gr).
2. Kelangsungan Hidup

Kelangsungan hidup adalah persentase jumlah benih ikan sampel yang

masih hidup setelah diberi pakan dan perlakuan. Penghitungan kelangsungan

hidup dilakukan pada akhir penelitian. Perhitungan kelangsungan hidup dapat

rumuskan oleh Mulayani, et al., (2014) sebagai berikut:

SR = Nt/No x 100%

Keterangan :
SR = Tingkat kelangsungan hidup (%),
Nt = Jumlah ikan yang hidup pada akhir pemeliharaan,
No = Jumlah ikan yang hidup pada awal pemeliharaan
3. Parameter Kualitas air

 BOT/TOM

BOT/TOM menggambarkan konsentrasi bahan organik total suatu perairan

yang terdiri dari bahan organik terlarut, tersuspensi dan koloid. Menurut Yuspita,

et al,. (2018) lerhitungan bahan organik terlarut (BOT) dapat dilihat dibawah ini:

BOT/TOM = a x 31,6 x 0,01 x 1000


b
Keterangan:
BOT = Bahan organik total (mg/l)
a = ml titrasi dari KmNO4 0,01 N yang dipakai
b = ml sampel

E. Analisi Data

Data dianalisis dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL),

untuk memudahkan dalam menganalisis data maka digunakan software statistik

(SPSS 20). Apabila memberikan pengaruh yang signifikan makan akan dilakukan

uji lanjut. Sedangkan untuk kualitas air, data dianalisis dengan menggunakan

metode deskriptif.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Pertumbuhan Mutlak

Hasil rata-rata pertumbuhan mutlak pada ikan nila (Oreochromis

niloticus), mendapatkan rata-rata pertumbuhan mutlak tertinggi pada perlakuan B

yaitu sebesar 1,521 g dan pertumbuhan mutlak terendah terdapat pada perlakuan

A yaitu sebesar 0,381 g.

1.6
1.4 1.521

1.2
1
0.8
PM

0.6
0.4
0.381
0.2
0
A B
Perlakuan
Gamb

ar 1. Grafik pertumbuhan mutlak ikan nila (Oreochromis niloticus)

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa, penggunaan media biofilter

dengan menggunakan kijing Taiwan dan batu karang berpengaruh nyata (P<0,05)

terhadap pertumbuhan mutlak ikan nila (Oreochromis niloticus).


2. Kelansungan Hidup

Hasil tingkat kelangsungan hidup ikan nila (Oreochromis niloticus),

mendapatkan kelangsungan hidup tertinggi pada perlakuan B yaitu sebesar 90%

dan kelangsungan hidup terendah terdapat pada perlakuan A yaitu sebesar 70%.

120
90%
100
Kelansungan Hidup (%)

80 70%

60

40

20

0
A B
Perlakuan
Gamb

ar 2. Grafik kelangsungan hidup ikan nila (Oreochromis niloticus)

3. Parameter Kualitas Air

Adapun hasil yang diperoleh pada parameter kualitas air dapat dilihat pada

tabel 1 dibawah ini:

Tabel 1. Parameter kualitas air


Parameter Kualitas Air Hasil Pengamatan Nilai optimal
Suhu 27,25⁰ C 25-30⁰ C (Azhari & Aprelia,
2018)
pH 7 5-8,5 (Siegers, et al., 2019)
TOM 45,50 mg/l 1-10 mg/l (Apriliana, et al.,
2014)
B. Pembahasan

Pertumbuhan merupakan suatu proses pertambahan panjang dan juga berat

dari suatu organisme yang mampu dilihat dari perubahan ukuran panjang dan

berat dalam satuan waktu. Ikan nila jantan memiliki laju pertumbuhan lebih cepat

dibandingkan dengan ikan nila betina (Suriadi, 2019).

Biofilter merupakan salah satu pengolahan air limbah dengan memanfaat

kan peranan mikroorganisme (bakteri) pada media hidup yang diberikan. Limbah

hasil budidaya meliputi amonia (NH3), bahan organik, dan padatan tersuspensi.

Limbah tersebut apabila tidak dikelola dan dibuang langsung ke lingkungan dapat

menyebabkan kerusakan lingkungan. Salah satu teknologi yang dapat digunakan

untuk memperbaiki kualitas limbah budidaya yaitu dengan menerapkan biofilter

(Muslim, 2013).

Hasil rata-rata pertumbuhan mutlak pada ikan nila (Oreochromis

niloticus), mendapatkan rata-rata pertumbuhan mutlak tertinggi pada perlakuan B

yaitu sebesar 1,521 g dan pertumbuhan mutlak terendah terdapat pada perlakuan

A yaitu sebesar 0,381 g. Hal ini dikarenakan pada perlakuan B menggunakan

media biofilter sehingga pakan yang tidak dimakan oleh ikan nila akan terfilter

dan kualitas airnya tetap terjaga. Sedangkan pada perlakuan A tidak menggunakan

biofilter sehingga pakan yang tidak dimakan oleh ikan nila akan terlarut didalam

air yang membuat kadar amoniaknya menjadi tinggi dan dapat bersifat racun bagi

ikan karena mengganggu proses pengikatan oksigen dalam darah. Hal ini sesuai

dengan pernyataan Zulfikri, (2019), bahwa kotoran padat dan sisa pakan tidak
termakan adalah bahan organik dengan kandungan protein tinggi yang diuraikan

menjadi polypeptida, asam-asam amino dan akhirnya amoniak sebagai produk

akhir dalam air. Hal ini juga didukung oleh pernyataan Siegers, et al., (2019),

bahwa tingkat efisiensi penggunaan pakan nila ditentukan oleh pertumbuhan dan

jumlah pakan yang diberikan. Dilihat dari pertumbuhan ikan nila menunjukkan

bahwa pakan yang diberikan sudah sesuai untuk kebutuhan ikan namun faktor lain

yang menyebabkan ikan tidak mau makan adalah kondisi lingkungan yaitu

kualitas yang tidak optimum sehingga mengganggu pertumbuhan ikan.

Penambahan bobot ikan nila (Oreochromis niloticus) juga dipengaruhi

oleh faktor fisika, kimia dan biologi perairan. Hal ini sesuai dengan pernyataan

Hidayat, et al., (2013), yang menyatakan bahwa pertumbuhan dipengaruhi oleh

beberapa faktor yaitu faktor dari dalam dan faktor dari luar, adapun faktor dari

dalam meliputi sifat keturunan, ketahanan terhadap penyakit dan kemampuan

dalam memanfaatkan makanan, sedangkan faktor dari luar meliputi sifat fisika,

kimia dan biologi perairan.

Hasil tingkat kelangsungan hidup ikan nila (Oreochromis niloticus),

mendapatkan kelangsungan hidup tertinggi pada perlakuan B yaitu sebesar 90%

dan kelangsungan hidup terendah terdapat pada perlakuan A yaitu sebesar 70%.

Hal ini dikarenakan pada perlakuan B menggunakan media biofilter dengan kijing

Taiwan dan batu karang sehingga kualitas airnya tetap terjaga. Hal ini didukung

oleh pernyataan Jualianto (2021), bahwa biofilter digunakan untuk mengubah

ammonia menjadi nitrit, dan kemudian nitrit menjadi nitrat oleh bakteri. Filter

mekanis tidak dapat menyaring limbah ikan yang larut kedalam air atau partikel

limbah yang terlalu kecil sehingga tidak dapat tersaring oleh filter mekanis.
Limbah mikroskopis ini diurai oleh bakteri biofilter. Salah satu organisme yang

digunakan dalam system biofilter adalah kijing Taiwan.

Sedangkan pada perlakuan A sama sekali tidak menggunakan media

biofilter sehingga kualitas air pada perlakuan A menjadi kurang bagus karena

kadar amoniaknya tinggi dan dapat menjadi toksik terhadap organisme ikan nila

bahkan menyebabkan kematian. Kematian ikan nila yang terjadi pada perlakuan

A dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya ialah naik turunnya pH dan

amonia. Hal ini sesuai dengan pernyataan Wahyuningsih & Arbi (2020), bahwa

amonia merupakan senyawa toksik yang dapat memberikan dampak buruk bagi

kesehatan ikan. Toksisitas amonia pada ikan terutama karena efeknya terhadap

sistem syaraf pusat, yang menyebabkan kejang-kejang sampai kematian. Proses

ini terjadi ketika kadar amonia di lingkungan meningkat, dan menyebabkan

gangguan terhadap ekskresi amonia atau menyebabkan serapan amonia dari

lingkungan, dengan hasil akhirnya amonia menjadi meningkat dalam tubuh dan

menyebabkan kejang dan kematian.

Hasil pengamatan parameter kualitas air menujukkan bahwa suhu antara

kedua perlakuan (perlakuan A dan B) mempunyai nilai suhu yang sama yaitu

sebesar 27,25⁰ C. Hal ini dapat terjadi karena lokasi budidaya yang sama

sehingga menjadikan sebaran suhu antara kedua perlakuan hampir sama. Hasil

yang diperoleh dapat dikatakan optimal untuk pertumbuhan ikan nila yang

dibudidayakan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Azhari & Aprelia, (2018),

bahwa kisaran suhu yang baik untuk budidaya ikan nila adalah 25-30⁰C.

Sedangkan hasil pengamatan pH menunjukkan bahwa rata-rata nilai pH

didalam pada kedua perlakuan sebesar 7, dalam batas toleransi hidup ikan nila
atau berada pada kondisi yang baik.. Sesuai dengan pernyataan Siegers, et al.,

(2019), bahwa ikan nila dapat mentolerir keasaman perairan untuk hidup optimal

antara 5-8.5. Hasil TOM atau bahan organik total pada perlakuan B (tanpa filter)

sebesar 45,50 mg/l, hasil tersebut sangatlah tinggi atau melawati nilai optimum

TOM yaitu 1-10 mg/l yang menyebabkan ikan nila (Oreochromis niloticus)

kehilangan nafsu makan bahkan menyebabkan kematian. Hal ini sesuai dengan

pernyataan Apriliana, et al., (2014), bahwa parameter bahan organik total kadar

maksimum yang diperbolehkan yaitu 10 mg/l. Jika kandungan bahan organik total

melebihi baku mutu air maka dapat menganggu organisme perairan.


V. PENUTUP

A. Simpulan

Adapun kesimpulan dari praktikum biofilter adalah pengaruh penggunaan

media biofilter menggunakan kijing Taiwan dan batu karang memberikan

berpengaruh yang nyata (P<0,05) terhadap pertumbuhan mutlak dan

kelangsungan hidup ikan nila (Oreochromis niloticus).

B. Saran

Saran dari praktikum biofilter adalah agar praktikan tidak melakukan

gerakan tambahan pada saat praktikum sehingga tidak menganggu proses

praktikum.
DAFTAR PUSTAKA

Aprliana, R. Siti. R & Pujiono. W. P. 2014 Keanekaragaman Jenis Bakteri


Perairan Dasar Berdasarkan Tipe Tutup Permukaan Perairan di Rawang
Pening. Jurnal Diponegoro. Vol 3(2): 119-128
Arifin, M. Y. 2016. Pertumbuhan dan Survival Rate Ikan Nila (Oreochromis. Sp)
Strain Merah dan Strain Hitam yang dipelihara pada Media Bersalinitas.
Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi. Vol.16(1) : 159-166.
Azhari, D & Aprilea. M. 2018. Kajian Kualitas Air Ikan Nila Yang dibudidayakan
Dengan Sistem Akuaponik. Jurnal Akuatik Indonesia. Vol 3(2): 84-90
Enuari, 2016. Aplikasi Biofilter Untuk Pengolahan Air dan Air Limbah. Jurusan
teknik kimia. Institut Teknologi Bandung
Erni, R, Asriayana & Ahmad M. 2018. Biologi Reproduksi Ikan Nila di Perairan
Rawa Aopa Watumohai Kecamatan Angata Kabupaten Konawe Selatan.
Jurnal Manajemen Sumberdaya Perairan. Vol 3(1): 117-123
Haerun, R., Anwar, M., & Muhammad, F. N. 2018. Efisiensi Pengolahan Limbah
Cair Industri Tahu menggunakan Biofilter Sistem Upflow dengan
Penambahan Efektif Mikroorganisme 4. Jurnal Nasional Ilmu Kesehatan
(JNIK) LP2M Unhas.Vol. 1( 2): 1-11.
Hidayat D, Ade. D. S & Yulisma. 2013. Kelangsungan hidup, pertumbuhan dan
efesiensi pakan ikan gabus (Channa striata) yang diberi pakan berbahan
baku tepung keong mas (Pomacea sp). Jurnal akuakultur rawa indonesia.
1 (2) : 161–172.
Hudiyah, D. B. M & Saptomo, S. K. Analisis Kualitas Air pada Jalur Distribusi
Air Bersih di Gedung Baru Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut
Pertanian Bogor.JSIL Jurnal Teknik Sipil dan Lingkungan.
Vol. 4(1):13-24.
Julianto, 2021. Kunci sukses bertani akuaponik, pt elex media komputindo kompas
gramedia. Jakarta
Karimah, U., Samidjan, I & Pinandoyo. Performa Pertumbuhan dan
Kelulushidupan Ikan Nila Gift (Oreochromis niloticus) yang Diberi
Jumlah Pakan yang Berbeda. Journal of Aquaculture Management and
Technology. Vol. 7(1) :128-135
Kasvarin T. Lia H, & Faisal S. 2022. Histologi Insang Ikan Nila (O. Niloticus)
yang di pelihara pada media Bersalinitas dengan penambahan kalsium
cangkang Langkitang (Faunus ater). Jurnal TILAPIA. Vol 3(1): 17-2
Liliandara, P & Aunurohim. 2014. Kecepatan Filtrasi Kerang Kijing Hijau Pernah
Viridis Terhadap chaeticeros sp Dalam Media Logam Tercemar
Kandimium. Jurnal Sains dan Seni Pomits. Vol 2(2):Hal 149-160
Lukman, Mulyana, & FS Mumpuni. 2014. Efektivitas Pemberian Akar Tuba
(Derris Elliptica) terhadap Lama Waktu Kematian Ikan Nila
(OreochromisNiloticus). Jurna lPertanian. Vol. 5(1): 22-31.
Lukmiyati, N., P. 2018. Dasar-dasar Budidaya Perikanan. Jakarta: Direktorat
Pembinaan SMK.
Moleko, A. Hengky. J. S, & Henky. M. 2014. Kelangsungan Hidup Larva Ikan
Nila Yang Berasal Dari Induk yang Diberi Pakan Berimunostimulan.
Jurnal Budidaya Perairan. Vol 2(3): 17-12
Muarif. 2016. Karakteristik Suhu Perairan di Kolam Budidaya Perikanan.Jurnal
Mina Sains. Vol 2. No. 2 : 96-101.
Muslim. 2013. Pengurangan Racun Amonia, Bahan Organik Dan Padatan
Tersuspensi Di Media Budidaya Udang Galah Dengan Biofilter Dari
Bahan Genteng Plastik Bergelombang. 2013. Jurnal Bumi Lestari., 13(1):
79-90
Padwa, M, Kalesaran. O. J, & Lumenta. C. 2015. Pertumbuhan Kijing Taiwan
dengan Perbedaan Substrat. Jurnal Budidaya Perairan. Vol 3(1): 119-123
Prayudi, R. D., Rusliadi, R & Syafriadiman, S. 2016. “Effect of Different Salinity
on Growth and Survival Rate of Nile Tilapia (Oreochromis
niloticus)." Jurnal Online Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Universitas Riau.Vol. 3(1) : 1-10.
Rahayu, S. Y. S, Rizky. K. K, Cecep. S. 2014. Potensi Kijing Taiwan Sebagai
Biofilter Merkuri. Seminar Nasional. Universitas Pakuan
Rahim.T, Tuiyo.R & Hasim., 2015. Pengaruh Salinitas Berbeda terhadap
Pertumbuhan dan Tingkat Kelangsungan Hidup Benih Ikan Nila Merah
(Oreochromis niloticus) di Balai Benih Ikan Kota Gorontalo. Jurnal
ilmiah Perikanan dan Kelautan,. Volume 3(1) 112-123
Ridwantara, D., Buwono, I. D., Asep Agus Handaka, S. A. A., & Lili,
WdanBangkit, I.2019.Uji Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Benih
Ikan Mas Mantap (Cyprinus carpio) pada Rentang Suhu yang Berbeda.
Jurnal Perikanan dan Kelautan. Vol. 10(1) :46-54.
Safaringga, R. Sayyid. A. & Siska. M. 2018. Pemanfaatan Kerang Air Tawar
Sebagai Biofilter Terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Nila. Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Kelautan dan Perikanan. Vol 2(3): 429-437
Satia, Y., Octorina, P & Yulfiperius. 2017. Kebiasaan Makanan Ikan Nila
(Oreochromis niloticus) di Danau Bekas Galian Pasir Gekbrong Cianjur –
Jawa Barat. Jurnal Agroqua. Vol. 9(1 ): 1-5.
Sibagariang, D. I. S, Ismi. E. K, Saidah. & Ayu. H. 2020. Pola Pertumbuhan Ikan
Nila Hasil Budidaya Masyarakat di Desa Bangun Sari Baru Kecamatan
Tanjung Morawa. Jurnal Jeumpam. Vol 7(2): 443-450
Sidabutara, E. A., Sartimbula, A & Handayania, M. 2019. Distribusi Suhu,
Salinitas dan Oksigen Terlarut Terhadap Kedalaman di Perairan Teluk
Prigi Kabupaten Trenggalek. Journal of Fisheries and Marine Research.
Vol.3(1) : 46-52.
Siegers, W. H., Prayitno, Y & Sari, A. 2019. Pengaruh Kualitas Air Terhadap
Pertumbuhan Ikan Nila Nirwana (Oreochromis sp.) pada Tambak Payau.
The Journal of Fisheries Development. Vol 3( 2): 95 – 104.
Supriatnaa., Mahmudia, M., Musaa, M & Kusriania. Hubungan Ph Dengan
Parameter Kualitas Air pada Tambak Intensif Udang Vannamei
(Litopenaeus vannamei). Journal of Fisheries and Marine Research.
Vol. 4. No. 3:368-374.
Supu, I., Usman, B., Basri, S & Sunarmi. 2016. Pengaruh Suhu Terhadap
Perpindahan Panas pada Material yang Berbeda. Jurnal Dinamika. Vol.
7(1) : 62-73
Suriadi. 2019. Efesiensi Pakan dan Laju Pertumbuhan Ikan Nila yang Dipuasakan
Secara Periodik Pada Wadah Terkontrol. Program Studi Budidaya Perairan.
Universitas Muhammadiyah Makassar
Wahyuningsih & Arbi. 2020. Amonia pada sistem budidaya ikan. Jurnal Ilmiah
Indonesia. 5(2): 112-125
Yuspita, N. L. E, Dewa. N. P. & Yulianto. S. 2018. Bahan Organik Total dan
Kelimpahan Bakteri di Perairan Telur Benua Bali. Jurnal of Marine and
Akuatik Science. Vol 4(1): 129-140
Zulfikri, 2019. Toksisitas Limbah Pakan Terhadap Kesehatan Ikan. Mahasiswa
Program Studi Akuakultur. Fakultas Pertanian, Universitas Almuslim.

Anda mungkin juga menyukai