Anda di halaman 1dari 17

PRAKTIKUM I

PENGUKURAN SUHU DAN pH

OLEH :

NAMA : MUH. ZIKRI


STAMBUK : I1B120004
KELOMPOK : 1 B (SATU B)
ASISTEN PEMBIMBING : YULIA REZKI PURNAMA

JURUSAN BUDIDAYA PERAIRAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2022
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia memiliki luas lahan dan kondisi iklim yang sangat potensial

untuk dikembangkan sebagai usaha pertanian. Potensi tersebut ditunjang dengan

jumlah penduduk Indonesia yang besar, sehingga dapat memaksimalkan potensi

tersebut. Salah satu sub sektor kegiatan pertanian adalah perikanan yang bertujuan

untuk meningkatkan produktivitas, juga untuk meningkatkan pendapatan petani,

kebutuhan gizi masyarakat, nilai ekspor komoditas non migas, devisa negara,

menciptakan lapangan pekerjaan, dan melestarikan sumberdaya alam serta

lingkungan hidup (Bonawati & Sriyanto, 2013). Sumber daya perikanan di

Indonesia meliputi perairan umum seluas 13,85 juta ha yang terdiri atas 12,0 juta

ha sungai dan paparan banjiran (flood plains), 1,8 juta ha danau alam (natural

lakes) dan 0,05 juta ha danau buatan (man made lakes) atau waduk (reservoirs).

Hal ini merupakan potensi yang besar dalam pengembangan budidaya perikanan

untuk mendukung upaya pembangunan perekonomian nasional (Kartamihardja, et

al., 2008).

Akuakultur (budidaya perikanan) merupakan salah satu sub sektor yang

diharapkan dalam mewujudkan misi kesejahteraan masyarakat kelautan dan

perikanan. Akuakultur di tingkat bawah berkontribusi terhadap kesejahteraan

pembudidaya ikan dalam menjamin ketersediaan pangan rumah tangga, gizi dan

kesehatan, penyedia lapangan pekerjaan dan juga pendapatan di pedesaan

(Hermawan, et al., 2017). Lingkungan perairan sebagai tempat hidup atau media

hidup organisme akuatik merupakan salah satu aspek terpenting yang perlu

diperhatikan dalam melakukan budidaya perairan. Hal ini disebabkan karena


kualitas perairan suatu wadah budidaya sangat menentukan kehidupan organisme

akuatik yang dibudidayakan, baik dari aspek sumber air yang digunakan seperti

parameter fisika, kimia dan biologi, juga perlu diketahui dan dipahami aspek-

aspek yang diperlukan dalam pengelolaan kualitas air (Hariyanti, 2019).

Kualitas air adalah sifat air dan kandungan makhluk hidup, zat energi atau

komponen lain di dalam air. Kualitas air merupakan istilah yang menggambarkan

kesesuaian atau kecocokan air untuk penggunaan tertentu, misalnya: air minum,

perikanan, pengairan/irigasi, industri, rekreasi dan sebagainya. Kualitas air

dinyatakan dengan beberapa parameter yaitu parameter fisika contohnya suhu,

kimia contohnya pH dan biologi contohnya plankton (Setyowati, 2018).

Suhu adalah derajat panas atau dingin yang diukur berdasarkan skala

tertentu dengan menggunakan termometer. Satuan suhu yang biasa digunakan

adalah derajat celcius (⁰C) (Andrianta, et al., 2017). Air akan mengatur

pengendalian suhu tubuh organisme dan pada umumnya ikan sensitif terhadap

perubahan suhu air. Berbagai aktivitas penting biota air seperti pernapasan,

konsumsi pakan, pertumbuhan, dan reproduksi akan dipengaruhi oleh suhu

perairan. Suhu akan mempengaruhi berbagai proses fisika dan kimia di perairan

seperti densitas air, kelarutan gas, kelarutan senyawa, dan sifat senyawa beracun.

Suhu perairan berpengaruh terhadap proses-proses biologi dan kimiawi (Muarif,

2016).

pH (power of hydrogen) merupakan pengukuran konsentrasi ion hydrogen

dalam larutan yang menyatakan derajat keasaman dari larutan tersebut. Larutan

dengan pH rendah disebut asam, sedangkan larutan dengan pH tinggi disebut


basa. Skalanya adalah ‘0’ (asam kuat) sampai ‘14’ (basa kuat) dengan nilai 7 yang

mempresentasikan air murni (netral) (Aminah, et al., 2016).

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penting untuk melakukan

praktikum pengukuran suhu dan pH, agar mahasiswa dapat mengetahui

bagaimana cara pengukuran suhu dan pH.

B. Tujuan dan Manfaat

Tujuan praktikum pengukuran suhu dan pH adalah untuk mengetahui cara

pengukuran suhu dan pH yang ada di dalam kolam budidaya dan bagaimana

pengaruhnya terhadap organisme yang dibudidayakan.

Manfaat praktikum pengukuran suhu dan pH adalah agar mahasiswa dapat

mengetahui cara pengukuran suhu dan pH serta mampu mengetahui pengaruh

suhu dan pH terhadap organisme yang dibudidayakan.


II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kualitas Air

Kualitas air menyatakan tingkat kesesuaian air terhadap penggunaan

tertentudalam memenuhi kebutuhan hidup organisme. Kualitas air mencakup tiga

karakteristik, yaitu fisika, kimia dan biologi. Kualitas air yang baik meliputi uji

kualitas secara fisika, kimia dan biologi, sehingga apabila dikonsumsi tidak

menimbulkan efek samping untuk kesehatan. Parameter fisika contohnya suhu,

parameter kimia contohnya pH dan parameter biologi contohnya bakteri

(Rohmawati & Kustomo, 2020).

Kualitas air ditentukan oleh kandungan sedimen tersuspensi dan bahan

kimia yang terlarut di dalam air tersebut. Setiap parameter kualitas air yang

terukur memiliki kadar yang berbeda-beda, tergantung pada daerah dan aktivitas

manusia yang terdapat di lingkungan tersebut (Sulistyorini, et al., 2016).

Kondisi air sebagai media hidup biota air, harus disesuaikan dengan

kondisi optimal bagi biota yang dipelihara. Kualitas air tersebut meliputi kualitas

fisika, kimia dan biologi. Faktor fisika misalnya suhu, kecerahan dan kedalaman.

Faktor kimia diantaranya pH, DO, CO2 dan NH3. Sedangkan faktor biologi

adalah yang berhubungan dengan biota air termasuk ikan. Apabila kualitas air

tidak stabil atau berubah-ubah maka dapat berdampak buruk terhadap ikan yang

dibudidayakan, akibatnya ikan dapat stress, sakit bahkan mati bila tidak mampu

bertoleransi terhadap perubahan lingkungan. Oleh sebab itu biasanya diperlukan

tindakan khusus atau rekayasa manusia agar kondisi kualitas air tetap stabil

(Augusta, 2016).
Kondisi kualitas air mempunyai peran yang penting terhadap keberhasilan

budidaya ikan. Air berfungsi sebagai media hidup bagi ikan baik sebagai media

internal maupun eksternal. Sebagai media eksternal, air berfungsi sebagai habitat

hidup ikanmaka dari itu pemantauan dan pengelolaan kualitas air sangat

diperlukan dalam budidaya ikan (Eshmat & Manan, 2013).

B. Suhu

Suhu adalah ukuran derajat panas atau dingin suatu benda, alat yang

digunakan untuk mengukur suhu disebut thermometer. Suhu perairan merupakan

salah satubfaktor yang amat penting bagi kehidupan organisme di perairan (Nonji,

2005). Suhu yang optimal untuk ikan bandeng yaitu berkisar 27⁰C – 29⁰C (Irawan

& Leni, 2021).

Kenaikan suhu air laut akan menimbulkan kehidupan ikan dan hewan air

lainnya terganggu. Oleh karena itu peningkatan suhu yang kecil saja dari suhu

alami dapat menimbulkan kematian atau paling tidak gangguan fisiologis biota

laut tersebut (Azwar et al., 2016).

Suhu air yang tinggi dapat mengakibatkan sebagian besar energi yang

tersimpan dalam tubuh ikan digunakan untuk penyesuaian diri terhadap

lingkungan yang kurang mendukung, sehingga dapat merusak sistem metabolisme

atau pertukaran zat. Oleh sebab itu, ketika suhu dibawah optimum maupun diatas

optimum pertumbuhan ikan termasuk lambat, disebabkan oleh konsumsi pakan

yang relatif rendah. Perubahan suhu akan mempengaruhi pengambilan makanan,

proses metabolisme, proses enzimatis, sintesa protein dan difusi molekul-molekul

kecil (Kelabora, 2010).


C. pH

pH adalah jumlah konsentrasi ion Hidrogen (H+ ) pada larutan yang

menyatakan tingkat keasaman dan kebasaan yang dimiliki. pH merupakan besaran

fisis dan diukur pada skala 0 sampai 14. Bila pH < 7 larutan bersifat asam, pH > 7

larutan bersifat basa dan pH = 7 larutan bersifat netral. Pengukuran pH biasanya

dilakukan dengan menggunakan pH meter (Ngafifuddin, 2017).

Derajat keasaaman (pH) juga merupakan salah satu bagian dari kualitaa

kimia yang dapat menurunkan kualitas air. pH air netral adalah berkisar antara

6,8-7,0 jika pH air berada dibawah pH 7 maka air berada dalam keadaan asam

(Hasrianti & Nurasia, 2013). Nila pH yang baik untuk kegiatan budidaya ikan

bandeng berkisar antara 6,5 hingga 8,5 (Karangan et al., 2019).

Konsentrasi pH mempengaruhi tingkat kesuburan perairan karena

mempengaruhi kehidupan jasad renik. Perairan yang asam cenderung

menyebabkan kematian pada ikan demikian juga pada pH yang mempunyai nilai

kelewat basa. Pada pH perairan yang terlalu rendah atau terlalu tinggi dapat

menyebabkan stres pada ikan dan rendahnya kelangsungan hidup ikan (Supriatna

et al., 2020).

Nilai optimum pada parameter suhu dan pH dapat dilihat pada tabel

dibawah ini:

Tabel 1. Nilai optimum suhu dan pH


Nomor Parameter Nilai Optimum
1 suhu 27-29⁰ C (Irawan & Leni, 2021)

2 pH 6,5-8,5 (Karangan et al., 2019)


III. METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Praktikum pengukuran suhu dan pH dilaksanakan pada Sabtu, 28 Mei

2022, Pukul 06.00-17.00 WITA. Bertempat di Sarana Praktikum dan Riset

Perikanan Air Tawar, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Halu

Oleo, Kendari.

B. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum pengukuran suhu dan pH,

dapat dilihat pada tabel 2 dibawah ini:

Tabel 2. Alat dan Bahan yang digunakan pada praktikum suhu dan pH
No. Alat dan Bahan Satuan Kegunaan
1. Alat
1. pH meter − Untuk mengukur pH
2. Thermometer °C Untuk mengukur suhu
3. Hand refraktometer ppt Untuk mengukur salinitas
4. Alat tulis − Untuk menulis hasil pengamatan
5. Kamera − Untuk dokumentasi
2. Bahan
1. Air tawar − Sebagai objek pengamatan
2. Air payau − Sebagai objek pengamatan
3. Tissu − Mengeringkan alat

C. Prosedur Kerja

Prosedur kerja praktikum pengukuran suhu dan pH sebagai berikut:

1. Prosedur pengukuran suhu


a. Mencelupkan bagian ujung thermometer kedalam kolom perairan,

kemudian dibiarkan beberapa saat.

b. Mengangkat sedikit thermometer dari kolam perairan bagian ujung lain

thermometer masih terendam di dalam air.

c. Membaca nilai yang tertera pada thermometer ketika masih di dalam air

maka nilai tersebut adalah suhu pada perairan yang diamati.

d. Mencatat hasil pengamatan.

e. Mengeringkan thermometer dengan tissu.

f. Mengulangi langkah a-e pada ketiga sisi kolam.

2. Prosedur pengukuran pH

a. Mencelupkan bagian ujung pH meter kedalam kolom perairan,

kemudian dibiarkan beberapa saat.

b. Menekan tombol on pada bagian ujung pH meter.

c. Membaca nilai yang tertera pada pH meter ketika masih di dalam air

makanilaitersebutadalahpH pada perairan yang diamati.

d. Mencatat hasil pengamatan.

e. Mencelupkan pH meter kedalam air biasa agar pHnya kembali netral.

f. Mengeringkan pH dengan tissu.

g. Mengulangi langkah a-f pada ketiga sisi kolam.


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Adapun hasil yang diperoleh pada praktikum pengukuran suhu dapat

dilihat pada gambar 1 dibawah ini:

PENGUKURAN SUHU
33
32
Suhu (oC)

31
30
29
28
27
6,00 7,00 8,00 9,00 10,0011,0012,0013,0014,0015,0016,00
16,0017,0018,00

Gambar 1. Grafik pengukuran suhu

Adapun hasil yang diperoleh pada praktikum pH dapat dilihat pada gambar

2 dibawah ini:

PENGUKURAN pH
9
8,5
8
pH

7,5
7
6,5
6
6,00 8,00 10,00 12,00 14,00 16,00
Waktu (jam)

Gambar 2. Grafik pengukuran pH


B. Pembahasan

1. Suhu

Suhu merupakan derajat panas atau dingin yang terdapat disuatu perairan.

Suhu yang sesuai dengan suatu organisme dapat berkembang biak dengan baik,

sedangkan suhu yang tinggi ataupun yang terlalu dapat menyebabkan organisme

tersebut harus menyesuaikan diri apabila organisme tidak mampu melakukan

adaptasi maka dapat memyebabkan kematian (Supu et al, 2016). Suhu yang

optimal untuk ikan bandeng yaitu berkisar 27⁰C – 29 ⁰C (Irawan & Leni, 2021).

Hasil pengamatan suhu di Sarana Praktikum dan Riset Perikanan Air

Tawar berkisar cukup tinggi terutama pada saat sore hari yaitu pada pukul 15:11

dan 17:02 WITA sebesar 32,5⁰C, hal disebabkan oleh pemanasan yang terjadi

akbat cahaya matahari yang optimum pada siang hari sehingga suhu kolam

cenderung meningkat di sore hari. Hal ini sesui dengan pernyataan Effendi (2003)

yang menyatakan bahwa suhu air dipengaruhi oleh musim, lintang, waktu dalam

hari, sirkulasi udara, penutupan awan dan aliran serta kedalaman air. Sedangkan

suhu rendah terjadi pada pukul 07:00 WITA sebesar 29⁰C, hal ini dikarenakan

pada pagi hari intensitas dan radiasi matahari belum terlalu besar dan suhu udara

disekitar kolam masih terasa dingin. Hal ini dukung oleh pernyataan Boyd (2015)

yang menyatakan bahwa radiasi matahari, suhu udara, cuaca, dan iklim akan

mempengaruhi besarnya suhu perairan.

Suhu tinggi dapat menyebabkan penetasan prematur (Nugraha et

al. 2012) serta menurunkan kandungan oksigen terlarut di dalam air

sehingga dapat menyebabkan kematian pada larva (Yulianti, et al. 2012), suhu
yang sangat tinggi juga akan menyebabkan ikan terinfeksi oleh bakteri (Andiany,

et al., 2022). Sedangkan jika suhu sangat rendah maka akan menyebabkan

penurunan tingkat kekebalan tubuh pada ikan dan dapat mengakibatkan adanya

ketidakteraturan perkembangan embrio sebagai akibat dari berkurangnya

kecepatan metabolisme sehingga menghambat proses kelangsungan hidup larva

(Andriyanto et al. 2013). Upaya pengendalian apabila suhu tinggi/rendah yaitu

dilakukan dengan menyiram kolam selama 30 menit hingga suhu kembali optimal

(Sustianti, et al., 2017). Upaya lain juga yaitu kolam ditutup dengan tanaman air

seperti eceng gondok untuk mengurangi penetrasi cahaya matahari secara

langsung (Augusta, 2016).

2. pH

Derajat keasaman (pH) merupakan logaritma negatif dari konsentrasi ion-

ion hidrogen yang terlepas dalam suatu cairan dan merupakan indikator baik

buruknya suatu perairan. pH suatu perairan merupakan salah satu parameter

kimia yang cukup penting dalam memantau kestabilan perairan (Simanjuntak,

2009). Nila pH yang baik untuk kegiatan budidaya ikan bandeng berkisar antara

6,5 hingga 8,6 (Karangan, et al., 2019).

Hasil pengamatan pH diperoleh bahwa pH tertinggi terjadi pada pukul

07:00 WITA sebesar 8,5 sedangkan pH terendah terjadi pada pukul 15:00 WITA

sebesar 6,8. Hal ini dikarenakan air payau memiliki larutan penyangga atau buffer

berupa alkalinitas yang berperan menjaga pH stabil dan juga membantu

menyediakan CO2 untuk fotosintesis. Alkalinitas sebagai penyangga pH dapat

dapat menjaga perubahan pH akibat proses biologi. Ketika alkalinitas tinggi maka
pH lebih stabil dan tidak mudah berubah. Hal ini sesuai dengan pernyataan

Supriatna, et al., (2020) yang menyatakan bahwa nilai pH air dipengaruhi oleh

konsentrasi CO2 pada siang hari karena terjadi fotosintesa maka konsentrasi CO2

menurun sehingga pH airnya meningkat. Sebaliknya pada malam hari seluruh

organisme dalam air melepaskan CO2 hasil respirasi sehingga pH air menurun.

Namun demikian air payau cukup ter-buffer dengan baik sehingga pH airnya

jarang turun mencapai nilai dibawah 6,5 atau meningkat hingga mencapai nilai 9,

sehingga efek buruk pada organisme jarang terjadi.

Variasi nilai pH perairan sangat mempengaruhi biota di suatu perairan.

Selain itu, tingginya nilai pH sangat menentukan dominasi fitoplankton yang

mempengaruhi tingkat produktivitas primer suatu perairan dimana keberadaan

fitoplankton didukung oleh ketersediaanya nutrien di perairan. Kondisi perairan

yang sangat basa maupun sangat asam akan membahayakan kelangsungan hidup

organisme karena akan mengganggu proses metabolisme dan respirasi (Hamuna,

et al., 2018). Perubahan pH harian dipengaruhi oleh proses fotosintesis dan juga

respirasi mikroorganisme (Amalia, 2010). Perairan yang asam cenderung

menyebabkan kematian pada ikan demikian juga pada pH yang mempunyai nilai

kelewat basa. Pada pH perairan yang terlalu rendah atau terlalu tinggi dapat

menyebabkan stres pada ikan (Chakravarty, et al., 2016).


V. PENUTUP

A. Simpulan

Adapun kesimpulan dari praktikumpengukuran suhu dan pH adalah

pengukuran suhu dan pH dilakukann secara langsung. Untuk suhu menggunakan

alat berupa thermometer sedangkan untuk pH menggunakan alat berupa pH meter.

Suhu tinggi terjadi paka pukul 15:11 dan 17:02 WITA sebesar 32,5⁰C dan untuk

suhu rendah terjadi pada pukul 07:00 WITA sebesar 29⁰C. Sedangkan pH tinggi

terjadi pada pukul 07:00 WITA sebesar 8,5 dan pH rendah terjadi pada pukul

15:00 WITA sebesar 6,8.

Suhu tinggi dapat menyebabkan penetasan prematur, menurunkan

kandungan oksigen terlarut di dalam air sehingga dapat menyebabkan

kematian pada larva, suhu yang sangat tinggi juga akan menyebabkan ikan

terinfeksi oleh bakteri Sedangkan jika suhu sangat rendah maka akan

menyebabkan penurunan tingkat kekebalan tubuh pada ikan dan dapat

mengakibatkan adanya ketidakteraturan perkembangan embrio sebagai akibat

dari berkurangnya kecepatan metabolisme dan menghambat proses kelangsungan

hidup larva. Sedangkan dimana keberadaan fitoplankton didukung oleh

ketersediaanya nutrien di perairan. Kondisi perairan yang sangat basa maupun

sangat asam akan membahayakan kelangsungan hidup organisme karena akan

mengganggu proses metabolisme dan respirasi

B. Saran

Saran dari praktikum pengukuran suhu dan pH adalah agar praktikan lebih

jeli lagi dalam hal mengamati hasil pengamatannya suhu dan pH.
DAFTAR PUSTAKA

Amalia, F.J. 2010. Pendugaan Status Kesuburan Perairan Danau Lido, Bogor
Jawa Barat melalui Beberapa Pendekatan. [Skripsi]. Institut Pertanian
Bogor, Bogor.
Aminah. N.,Kartika. D.,Nur. I. A., Samsuci. 2016. Rancang Bangun Alat
Pengukuran Kadar Keasaman Minuman Kemasan dan Kematangan Buah.
Jurnal Penelitian. Vol 1(2):Hal 1-7
Andiany. D. A., Ekki. K., Istiqomah. 2022. Rancang Bangun Sistem Monitoring
Suhu dan pH Budidaya Ikan Nila. Jurnal e-Proceeding of engineering.
Vol 9(2):Hal 210-219
Andrianta. M. A., Muhammad. I., Anharu. S., Rasyid. I. G., Ridho. R., Rizki,
Dahlan. 2017. Alat ukur suhu udara digital berbasis atmega 32. Fakultas
Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi. Universitas Sumatera Utara.
Andriyanto S (2013) Kondisi Terkini Budidaya Ikan Bandeng Di Kabupaten
Pati, Jawa Tengah. Jurnal Media Akuakultur 8: 139-144
Augusta. T. S. 2016. Dinamika Perubahan Kualitas Air Terhadap Pertumbuhan
Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) yang Dipelihara di Kolam Tanah.
Jurnal Ilmu Hewani Tropika. Vol 5(1):Hal 41-44
Azwar, M., Emiyarti., Yusnaini. 2016. Critical Thermal dari Ikan Zebrasoma
scopas yang Berasal dari Perairan Pulau Hoga Kabupaten Wakatobi.
Jurnal Sapu Laut. Vol. 1(2) : 60-66.
Banowati. E, Sriyanto, 2013, Geografi Pertanian, Yogyakarta, Penerbit Ombak.
Boyd CE. 2015. Water Quality. Switzerland:Springer.
Chakaravaty M. S., Ganesh P. R. C.,Amarnath D., Shanthu Sudah B., and Srinu
Babu T. 2016. Spatula variation of water quality parameters pof shrimp
(Litopenaues vanname) culture pond at Narsapurapupaeta, Kaljulur and
Kaikavola villages of East. Jurnal internasional of fisheri and akuakultur.
Vol 4(4):Hal 390-395
Effendi, H..2003. Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumberdaya dan
Lingkungan Perairan. Cetakan Kelima Yogjakarta: Kanisius.
Eshmat. M. E , Mantan. A. 2013. Analisis kondisi kualitas air pada budidaya ikan
kerapu tikus (Cromileptes altivelis) di situbondo. Jurnal Ilmiah Perikanan
dan Kelautan. Vol 5(1):1-4
Hamuna B, Rosye. H. R., Suwito, Hendra. K., Maury, Alianto. 2018. Kajian
Kualitas Air Laut dan Indeks Pencemaran Berdasarkan Parameter Fisika-
Kimia diperairan distrik Depapaper, Jaya Pura. Jurnal Ilmu Lingkungan.
Vol 16(1): Hal 35-43
Hariyanti. C., C. 2019. Pengelolaan Kualitas Air. Direktorat pembinaan sekolah
menengah kejuruan kementerian pendidikan dan kebudayaan republik
Indonesia.
Hasrianti & Nurasia. 2013. Analisis Warna, Suhu, pH dan Salinitas Air Sumur
Bor Di Kota Paloro. Jurnal Elektronik. Vol 2(1):Hal 747-897.
Hermawan, A., Sitti. A., Anna. F., 2017. Partisipasi Pembudidaya ikan dalam
kelompok usaha akuakultur di Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. Jurnal
Penyuluhan. Vol 13(1): 1-9
Irawan. D., Leni. H. 2021. Studi kesesuaian kualitas perairan tambak ikan
bandeng dikawasan ekowisata mangrove sungai tatah. Jurnal budidaya
Perairan. Vol 9(1):Hal 10-18
Karangan, J., Sugeng, B., & Sulardi. 2019. Uji Keasaman Air dengan Alat Sensor
Ph di Stt Migas Balikpapan. Jurnal Keilmuan Teknik Sipil. Vol 2(1): 65-
72.
Kartamihardja . E. S.,Kunto. P.,Chairulwan. U. 2008. Sumberdaya ikan perairan
umum daratan di Indonesia terabaikan. Jurnal Penelitian. Vol 7(1): Hal 1-7
Kelabora, D.M. 2010. Pengaruh Suhu terhadap Kelangsungan Hidup dan
Pertumbuhan Larva Ikan Mas (Cyprinus carpio). Jurnal Berkala
Perikanan Terubuk. 38(1): 71 – 81
Muarif. 2016. Karakteristik Suhu Perairan di Kolam Budidaya Perikanan. Jurnal
Mina Sains. Vol. 2(2): Hal 96-101
Ngafifuddin. 2017. Penerapan Rancang Bangun pH meter berbasis Arduino pada
mesin pencuci fiom radiografi sinar-x. Jurnal Sains Dasar. Vol 6 (1): Hal
66 – 70.
Nonji, A. 2005. Laut Nusantara. Jakarta: Penerbit Djambatan.
Nugraha D, Supardjo MN, Subiyanto (2012) Pengaruh Perbedaan Suhu Terhadap
Perkembangan Embrio, Daya Tetas Telur dan Kecepatan Penyerapan
Kuning Telur Ikan Black Ghost (Apteronotus albifrons) Pada Skala
Laboratorium. Journal Of Management Of Aquatic Resources1:1-6
Rohmawati. Y & Kustomo. 2020. Analisis Kualitas Air pada Reservoir PDAM
kota Semarang Menggunakan Uji Parameter Fisika, Kimia dan
Mikrobiologi Serta Kombinasikan dengan Analisis Kemometri. Jurnal Of
Chemistry. Vol. 3(2):Hal 100-107.
Setyowati. R. D. N. 2018. Status kualitas air das cisangarung, Jawa barat. Jurnal
Teknik Lingkungan. Vol 1(1): 37-45
Simanjuntak, M 2009. Hubungan faktor lingkungan kimia, fisika terhadap
distribusi plankton di perairan Belitung Timur, Bangka Belitung. Journal
of Fisheries Sciences, 11(1), 31-45.
Sulistyorini. I. S., Muli. E., Adriana. S. A. 2016. Analisis Kualitas Air pada
sumber mata air di Kecamatan Karangan dan Kaliorang Kabupaten Kutai
Timur. Jurnal Hutan Tropis. VoL 4(1):Hal 64-76
Supriatna, Mohammad. M., Muhammad. M., Kusriani. 2020. Hubungan pH
dengan parameter kualitas air pada tambak insentif udang Vaname. Jurnal
of fisheries and marine research. Vol 4(3):Hal 368-374
Supu, I., Usman, B., Basri, S dan Sunarmi. 2016. Pengaruh Suhu Terhadap
Perpindahan Panas pada Material yang Berbeda. Jurnal Dinamika. Vol.
7(1) : 62-73
Sustianti, Suryanto A, Suryanti. 2014. Kajian Kualitas Air Dalam Menilai
Kesesuaian Budidaya Bandeng (Chanos chanos) (Chanos chanos forsk) Di
Sekitar PT Kayu Lapis Indonesia Kendal. Jurnal Undip. 3(2) : 1-10
Yulianti S, Hari PCS, Winanto T (2012) Proses Embriogenesis Dan Perkembagan
Stadia Awal Larva Ikan Kerapu Macan (Ephinephelus fuscoguttatus) Pada
Suhu dan Salinitas Berbeda. Omni-Akuatika . Vol 11(2):Hal 2-10

Anda mungkin juga menyukai