OLEH :
A. Latar Belakang
Indonesia memiliki luas lahan dan kondisi iklim yang sangat potensial
tersebut. Salah satu sub sektor kegiatan pertanian adalah perikanan yang bertujuan
kebutuhan gizi masyarakat, nilai ekspor komoditas non migas, devisa negara,
Indonesia meliputi perairan umum seluas 13,85 juta ha yang terdiri atas 12,0 juta
ha sungai dan paparan banjiran (flood plains), 1,8 juta ha danau alam (natural
lakes) dan 0,05 juta ha danau buatan (man made lakes) atau waduk (reservoirs).
Hal ini merupakan potensi yang besar dalam pengembangan budidaya perikanan
al., 2008).
pembudidaya ikan dalam menjamin ketersediaan pangan rumah tangga, gizi dan
(Hermawan, et al., 2017). Lingkungan perairan sebagai tempat hidup atau media
hidup organisme akuatik merupakan salah satu aspek terpenting yang perlu
akuatik yang dibudidayakan, baik dari aspek sumber air yang digunakan seperti
parameter fisika, kimia dan biologi, juga perlu diketahui dan dipahami aspek-
Kualitas air adalah sifat air dan kandungan makhluk hidup, zat energi atau
komponen lain di dalam air. Kualitas air merupakan istilah yang menggambarkan
kesesuaian atau kecocokan air untuk penggunaan tertentu, misalnya: air minum,
Suhu adalah derajat panas atau dingin yang diukur berdasarkan skala
adalah derajat celcius (⁰C) (Andrianta, et al., 2017). Air akan mengatur
pengendalian suhu tubuh organisme dan pada umumnya ikan sensitif terhadap
perubahan suhu air. Berbagai aktivitas penting biota air seperti pernapasan,
perairan. Suhu akan mempengaruhi berbagai proses fisika dan kimia di perairan
seperti densitas air, kelarutan gas, kelarutan senyawa, dan sifat senyawa beracun.
2016).
dalam larutan yang menyatakan derajat keasaman dari larutan tersebut. Larutan
pengukuran suhu dan pH yang ada di dalam kolam budidaya dan bagaimana
A. Kualitas Air
karakteristik, yaitu fisika, kimia dan biologi. Kualitas air yang baik meliputi uji
kualitas secara fisika, kimia dan biologi, sehingga apabila dikonsumsi tidak
kimia yang terlarut di dalam air tersebut. Setiap parameter kualitas air yang
terukur memiliki kadar yang berbeda-beda, tergantung pada daerah dan aktivitas
Kondisi air sebagai media hidup biota air, harus disesuaikan dengan
kondisi optimal bagi biota yang dipelihara. Kualitas air tersebut meliputi kualitas
fisika, kimia dan biologi. Faktor fisika misalnya suhu, kecerahan dan kedalaman.
Faktor kimia diantaranya pH, DO, CO2 dan NH3. Sedangkan faktor biologi
adalah yang berhubungan dengan biota air termasuk ikan. Apabila kualitas air
tidak stabil atau berubah-ubah maka dapat berdampak buruk terhadap ikan yang
dibudidayakan, akibatnya ikan dapat stress, sakit bahkan mati bila tidak mampu
tindakan khusus atau rekayasa manusia agar kondisi kualitas air tetap stabil
(Augusta, 2016).
Kondisi kualitas air mempunyai peran yang penting terhadap keberhasilan
budidaya ikan. Air berfungsi sebagai media hidup bagi ikan baik sebagai media
internal maupun eksternal. Sebagai media eksternal, air berfungsi sebagai habitat
hidup ikanmaka dari itu pemantauan dan pengelolaan kualitas air sangat
B. Suhu
Suhu adalah ukuran derajat panas atau dingin suatu benda, alat yang
salah satubfaktor yang amat penting bagi kehidupan organisme di perairan (Nonji,
2005). Suhu yang optimal untuk ikan bandeng yaitu berkisar 27⁰C – 29⁰C (Irawan
Kenaikan suhu air laut akan menimbulkan kehidupan ikan dan hewan air
lainnya terganggu. Oleh karena itu peningkatan suhu yang kecil saja dari suhu
alami dapat menimbulkan kematian atau paling tidak gangguan fisiologis biota
Suhu air yang tinggi dapat mengakibatkan sebagian besar energi yang
atau pertukaran zat. Oleh sebab itu, ketika suhu dibawah optimum maupun diatas
fisis dan diukur pada skala 0 sampai 14. Bila pH < 7 larutan bersifat asam, pH > 7
Derajat keasaaman (pH) juga merupakan salah satu bagian dari kualitaa
kimia yang dapat menurunkan kualitas air. pH air netral adalah berkisar antara
6,8-7,0 jika pH air berada dibawah pH 7 maka air berada dalam keadaan asam
(Hasrianti & Nurasia, 2013). Nila pH yang baik untuk kegiatan budidaya ikan
menyebabkan kematian pada ikan demikian juga pada pH yang mempunyai nilai
kelewat basa. Pada pH perairan yang terlalu rendah atau terlalu tinggi dapat
menyebabkan stres pada ikan dan rendahnya kelangsungan hidup ikan (Supriatna
et al., 2020).
Nilai optimum pada parameter suhu dan pH dapat dilihat pada tabel
dibawah ini:
Perikanan Air Tawar, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Halu
Oleo, Kendari.
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum pengukuran suhu dan pH,
Tabel 2. Alat dan Bahan yang digunakan pada praktikum suhu dan pH
No. Alat dan Bahan Satuan Kegunaan
1. Alat
1. pH meter − Untuk mengukur pH
2. Thermometer °C Untuk mengukur suhu
3. Hand refraktometer ppt Untuk mengukur salinitas
4. Alat tulis − Untuk menulis hasil pengamatan
5. Kamera − Untuk dokumentasi
2. Bahan
1. Air tawar − Sebagai objek pengamatan
2. Air payau − Sebagai objek pengamatan
3. Tissu − Mengeringkan alat
C. Prosedur Kerja
c. Membaca nilai yang tertera pada thermometer ketika masih di dalam air
2. Prosedur pengukuran pH
c. Membaca nilai yang tertera pada pH meter ketika masih di dalam air
A. Hasil
PENGUKURAN SUHU
33
32
Suhu (oC)
31
30
29
28
27
6,00 7,00 8,00 9,00 10,0011,0012,0013,0014,0015,0016,00
16,0017,0018,00
…
Gambar 1. Grafik pengukuran suhu
Adapun hasil yang diperoleh pada praktikum pH dapat dilihat pada gambar
2 dibawah ini:
PENGUKURAN pH
9
8,5
8
pH
7,5
7
6,5
6
6,00 8,00 10,00 12,00 14,00 16,00
Waktu (jam)
1. Suhu
Suhu merupakan derajat panas atau dingin yang terdapat disuatu perairan.
Suhu yang sesuai dengan suatu organisme dapat berkembang biak dengan baik,
sedangkan suhu yang tinggi ataupun yang terlalu dapat menyebabkan organisme
adaptasi maka dapat memyebabkan kematian (Supu et al, 2016). Suhu yang
optimal untuk ikan bandeng yaitu berkisar 27⁰C – 29 ⁰C (Irawan & Leni, 2021).
Tawar berkisar cukup tinggi terutama pada saat sore hari yaitu pada pukul 15:11
dan 17:02 WITA sebesar 32,5⁰C, hal disebabkan oleh pemanasan yang terjadi
akbat cahaya matahari yang optimum pada siang hari sehingga suhu kolam
cenderung meningkat di sore hari. Hal ini sesui dengan pernyataan Effendi (2003)
yang menyatakan bahwa suhu air dipengaruhi oleh musim, lintang, waktu dalam
hari, sirkulasi udara, penutupan awan dan aliran serta kedalaman air. Sedangkan
suhu rendah terjadi pada pukul 07:00 WITA sebesar 29⁰C, hal ini dikarenakan
pada pagi hari intensitas dan radiasi matahari belum terlalu besar dan suhu udara
disekitar kolam masih terasa dingin. Hal ini dukung oleh pernyataan Boyd (2015)
yang menyatakan bahwa radiasi matahari, suhu udara, cuaca, dan iklim akan
sehingga dapat menyebabkan kematian pada larva (Yulianti, et al. 2012), suhu
yang sangat tinggi juga akan menyebabkan ikan terinfeksi oleh bakteri (Andiany,
et al., 2022). Sedangkan jika suhu sangat rendah maka akan menyebabkan
penurunan tingkat kekebalan tubuh pada ikan dan dapat mengakibatkan adanya
dilakukan dengan menyiram kolam selama 30 menit hingga suhu kembali optimal
(Sustianti, et al., 2017). Upaya lain juga yaitu kolam ditutup dengan tanaman air
2. pH
ion hidrogen yang terlepas dalam suatu cairan dan merupakan indikator baik
2009). Nila pH yang baik untuk kegiatan budidaya ikan bandeng berkisar antara
07:00 WITA sebesar 8,5 sedangkan pH terendah terjadi pada pukul 15:00 WITA
sebesar 6,8. Hal ini dikarenakan air payau memiliki larutan penyangga atau buffer
dapat menjaga perubahan pH akibat proses biologi. Ketika alkalinitas tinggi maka
pH lebih stabil dan tidak mudah berubah. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Supriatna, et al., (2020) yang menyatakan bahwa nilai pH air dipengaruhi oleh
konsentrasi CO2 pada siang hari karena terjadi fotosintesa maka konsentrasi CO2
organisme dalam air melepaskan CO2 hasil respirasi sehingga pH air menurun.
Namun demikian air payau cukup ter-buffer dengan baik sehingga pH airnya
jarang turun mencapai nilai dibawah 6,5 atau meningkat hingga mencapai nilai 9,
yang sangat basa maupun sangat asam akan membahayakan kelangsungan hidup
et al., 2018). Perubahan pH harian dipengaruhi oleh proses fotosintesis dan juga
menyebabkan kematian pada ikan demikian juga pada pH yang mempunyai nilai
kelewat basa. Pada pH perairan yang terlalu rendah atau terlalu tinggi dapat
A. Simpulan
Suhu tinggi terjadi paka pukul 15:11 dan 17:02 WITA sebesar 32,5⁰C dan untuk
suhu rendah terjadi pada pukul 07:00 WITA sebesar 29⁰C. Sedangkan pH tinggi
terjadi pada pukul 07:00 WITA sebesar 8,5 dan pH rendah terjadi pada pukul
kematian pada larva, suhu yang sangat tinggi juga akan menyebabkan ikan
terinfeksi oleh bakteri Sedangkan jika suhu sangat rendah maka akan
B. Saran
Saran dari praktikum pengukuran suhu dan pH adalah agar praktikan lebih
jeli lagi dalam hal mengamati hasil pengamatannya suhu dan pH.
DAFTAR PUSTAKA
Amalia, F.J. 2010. Pendugaan Status Kesuburan Perairan Danau Lido, Bogor
Jawa Barat melalui Beberapa Pendekatan. [Skripsi]. Institut Pertanian
Bogor, Bogor.
Aminah. N.,Kartika. D.,Nur. I. A., Samsuci. 2016. Rancang Bangun Alat
Pengukuran Kadar Keasaman Minuman Kemasan dan Kematangan Buah.
Jurnal Penelitian. Vol 1(2):Hal 1-7
Andiany. D. A., Ekki. K., Istiqomah. 2022. Rancang Bangun Sistem Monitoring
Suhu dan pH Budidaya Ikan Nila. Jurnal e-Proceeding of engineering.
Vol 9(2):Hal 210-219
Andrianta. M. A., Muhammad. I., Anharu. S., Rasyid. I. G., Ridho. R., Rizki,
Dahlan. 2017. Alat ukur suhu udara digital berbasis atmega 32. Fakultas
Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi. Universitas Sumatera Utara.
Andriyanto S (2013) Kondisi Terkini Budidaya Ikan Bandeng Di Kabupaten
Pati, Jawa Tengah. Jurnal Media Akuakultur 8: 139-144
Augusta. T. S. 2016. Dinamika Perubahan Kualitas Air Terhadap Pertumbuhan
Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) yang Dipelihara di Kolam Tanah.
Jurnal Ilmu Hewani Tropika. Vol 5(1):Hal 41-44
Azwar, M., Emiyarti., Yusnaini. 2016. Critical Thermal dari Ikan Zebrasoma
scopas yang Berasal dari Perairan Pulau Hoga Kabupaten Wakatobi.
Jurnal Sapu Laut. Vol. 1(2) : 60-66.
Banowati. E, Sriyanto, 2013, Geografi Pertanian, Yogyakarta, Penerbit Ombak.
Boyd CE. 2015. Water Quality. Switzerland:Springer.
Chakaravaty M. S., Ganesh P. R. C.,Amarnath D., Shanthu Sudah B., and Srinu
Babu T. 2016. Spatula variation of water quality parameters pof shrimp
(Litopenaues vanname) culture pond at Narsapurapupaeta, Kaljulur and
Kaikavola villages of East. Jurnal internasional of fisheri and akuakultur.
Vol 4(4):Hal 390-395
Effendi, H..2003. Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumberdaya dan
Lingkungan Perairan. Cetakan Kelima Yogjakarta: Kanisius.
Eshmat. M. E , Mantan. A. 2013. Analisis kondisi kualitas air pada budidaya ikan
kerapu tikus (Cromileptes altivelis) di situbondo. Jurnal Ilmiah Perikanan
dan Kelautan. Vol 5(1):1-4
Hamuna B, Rosye. H. R., Suwito, Hendra. K., Maury, Alianto. 2018. Kajian
Kualitas Air Laut dan Indeks Pencemaran Berdasarkan Parameter Fisika-
Kimia diperairan distrik Depapaper, Jaya Pura. Jurnal Ilmu Lingkungan.
Vol 16(1): Hal 35-43
Hariyanti. C., C. 2019. Pengelolaan Kualitas Air. Direktorat pembinaan sekolah
menengah kejuruan kementerian pendidikan dan kebudayaan republik
Indonesia.
Hasrianti & Nurasia. 2013. Analisis Warna, Suhu, pH dan Salinitas Air Sumur
Bor Di Kota Paloro. Jurnal Elektronik. Vol 2(1):Hal 747-897.
Hermawan, A., Sitti. A., Anna. F., 2017. Partisipasi Pembudidaya ikan dalam
kelompok usaha akuakultur di Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. Jurnal
Penyuluhan. Vol 13(1): 1-9
Irawan. D., Leni. H. 2021. Studi kesesuaian kualitas perairan tambak ikan
bandeng dikawasan ekowisata mangrove sungai tatah. Jurnal budidaya
Perairan. Vol 9(1):Hal 10-18
Karangan, J., Sugeng, B., & Sulardi. 2019. Uji Keasaman Air dengan Alat Sensor
Ph di Stt Migas Balikpapan. Jurnal Keilmuan Teknik Sipil. Vol 2(1): 65-
72.
Kartamihardja . E. S.,Kunto. P.,Chairulwan. U. 2008. Sumberdaya ikan perairan
umum daratan di Indonesia terabaikan. Jurnal Penelitian. Vol 7(1): Hal 1-7
Kelabora, D.M. 2010. Pengaruh Suhu terhadap Kelangsungan Hidup dan
Pertumbuhan Larva Ikan Mas (Cyprinus carpio). Jurnal Berkala
Perikanan Terubuk. 38(1): 71 – 81
Muarif. 2016. Karakteristik Suhu Perairan di Kolam Budidaya Perikanan. Jurnal
Mina Sains. Vol. 2(2): Hal 96-101
Ngafifuddin. 2017. Penerapan Rancang Bangun pH meter berbasis Arduino pada
mesin pencuci fiom radiografi sinar-x. Jurnal Sains Dasar. Vol 6 (1): Hal
66 – 70.
Nonji, A. 2005. Laut Nusantara. Jakarta: Penerbit Djambatan.
Nugraha D, Supardjo MN, Subiyanto (2012) Pengaruh Perbedaan Suhu Terhadap
Perkembangan Embrio, Daya Tetas Telur dan Kecepatan Penyerapan
Kuning Telur Ikan Black Ghost (Apteronotus albifrons) Pada Skala
Laboratorium. Journal Of Management Of Aquatic Resources1:1-6
Rohmawati. Y & Kustomo. 2020. Analisis Kualitas Air pada Reservoir PDAM
kota Semarang Menggunakan Uji Parameter Fisika, Kimia dan
Mikrobiologi Serta Kombinasikan dengan Analisis Kemometri. Jurnal Of
Chemistry. Vol. 3(2):Hal 100-107.
Setyowati. R. D. N. 2018. Status kualitas air das cisangarung, Jawa barat. Jurnal
Teknik Lingkungan. Vol 1(1): 37-45
Simanjuntak, M 2009. Hubungan faktor lingkungan kimia, fisika terhadap
distribusi plankton di perairan Belitung Timur, Bangka Belitung. Journal
of Fisheries Sciences, 11(1), 31-45.
Sulistyorini. I. S., Muli. E., Adriana. S. A. 2016. Analisis Kualitas Air pada
sumber mata air di Kecamatan Karangan dan Kaliorang Kabupaten Kutai
Timur. Jurnal Hutan Tropis. VoL 4(1):Hal 64-76
Supriatna, Mohammad. M., Muhammad. M., Kusriani. 2020. Hubungan pH
dengan parameter kualitas air pada tambak insentif udang Vaname. Jurnal
of fisheries and marine research. Vol 4(3):Hal 368-374
Supu, I., Usman, B., Basri, S dan Sunarmi. 2016. Pengaruh Suhu Terhadap
Perpindahan Panas pada Material yang Berbeda. Jurnal Dinamika. Vol.
7(1) : 62-73
Sustianti, Suryanto A, Suryanti. 2014. Kajian Kualitas Air Dalam Menilai
Kesesuaian Budidaya Bandeng (Chanos chanos) (Chanos chanos forsk) Di
Sekitar PT Kayu Lapis Indonesia Kendal. Jurnal Undip. 3(2) : 1-10
Yulianti S, Hari PCS, Winanto T (2012) Proses Embriogenesis Dan Perkembagan
Stadia Awal Larva Ikan Kerapu Macan (Ephinephelus fuscoguttatus) Pada
Suhu dan Salinitas Berbeda. Omni-Akuatika . Vol 11(2):Hal 2-10