Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

HUBUNGAN ANTARA PARAMETER FISIKA AIR DENGAN BUDIDAYA UDANG


VANAMEI (Litopenaeus vannamei)

OLEH KELOMPOK 4 :

Deananda J. Selang : 05172211008


Sapia Ohoibor : 05172211011
Rizky Suryaningsih S. : 05172211004
Widiawati Rustam : 05172211009
Gunawan Salim : 05172211005

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS KHAIRUN

TERNATE

2023
KATA PENGANTAR
Alhamduliilah rabbil alamin, segala puji hanya milik Allah SWT, Tuhan semesta alam.

Hanya kepada-Nya penulis menyerahkan diri dan menumpahka harapan, semoga segala aktivitas

dan produktivitas penulis mendapatkan limpahan rahmat dari Allah SWT. Rasa syukur juga

dipanjatkan oleh penulis atas berkat. Rahmat, Hidayah serta Kasih Sayang Allah jualah telah

memberi banyak nikmat, kesehatan, dan petunjuk serta kesabaran sehingga penulis dapat

melaksanakan penulisan Makalah sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan satu semester

pada Program Studi Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas

Khairun Ternate dengan judul ―Hubungan Antara Parameter Fisika Air dengan Budidaya

Udang vanamei (Litopenaeus vannamei)

Akhirnya dengan segala kerendahan hati penulis secara tulus dan ikhlas menyampaikan

terima kepada dosen pangampuh atas ilmu berupa materi dan nasihat yang telah di berikan

kepada penulis, serta teman-teman kelompok atas kerjasama selama proses penulisan ini

sehingga dapat membuahkan hasil pada hari ini, dan jika selama ini penulis pernah berbuat

kesalahan atau kehilafan kepada rekan-rekan seangkatan baik disengaja maupun tidak disengaja,

penulis menyampaikan permohonan maaf lahir dan bathin, karena Manusia tempatnya salah,

lupa dan khilaf.


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) merupakan salah satu komoditas unggulan dalam
budidaya perikanan. Hal ini karena selain harganya kompetitif, sistem produksinya juga dapat
dilakukan secara masal dengan padat tebar tinggi (Mangampa dan Suwono, 2016).Udang
Vaname termasuk hewan aquatik dimana kehidupannya jelas tidak bisa dipisahkan dengan
lingkungan perairan dan termasuk jenis udang yang cukup banyak di budidayakan di Indonesia
karena udang ini memiliki banyak keunggulan.
Udang Vaname memiliki keunggulan dalam kegiatan budidaya udang dalam tambak
antara lain yaitu responsif terhadap pakan/nafsu makan yang tinggi, lebih tahan terhadap
serangan penyakit dan kualitaslingkungan yang buruk pertumbuhan lebih cepat, tingkat
kelangsungan hidup tinggi, padat tebar cukup tinggi dan waktu pemeliharaan yang relatif singkat
yakni sekitar 90 - 100 hari persiklus (Purnamasari et al., 2017).unggul, tetapi harus ada yang
diperhatikan sepertkualitas air, padat tebar dan pemberian pakan. Padat tebar yang tinggi
membuat jumlah pakan yang diberikan akan besar.
Disamping itu, pakan yang diberikan dan tidak dikonsumsi oleh udang dapat
menyebabkan penurunan kualitas air. Karena udang meretensi protein pakan sekitar 16.3-40.87
% dan sisanya dibuang dalam bentuk ekskresi residu pakan, serta feses (Hariet al.,
2004).Kualitas air kolam sangat mempengaruhi pertumbuhan biota yang dibudidayakan.Kualitas
air yang baik sesuai standar budidaya (SNI. 2016) akan mendukung pertumbuhanyang optimal.
Sebaliknya, kualitas air yang buruk dapat menyebabkan stress sehinga berakibat pada
pertumbuhan akan terhambat karena menurunnya nafsu makan. Sehingga dalam usaha budidaya
perikanan penting untuk mempertahankan daya dukung pada lingkungan untuk menghindari
kegagalan panen (Latuconsina, 2020).
Beberapa parameter kualitas air yang mempengaruhi pertumbuhan dan tingkat
kelangsungan udang antara lain: suhu, oksigen terlarut, pH dan salinitas air (Supono,
2018).Dimana variabel yang penting dalam budidaya udang pola intensif adalah faktorkualitas
air. Kualitas air dalam kegiatan budidaya udang bersifat dinamis dan berfluktuasi sepanjang
waktu (Ariadi, 2020).
1.2 Tujuan
Selain untuk memenuhi tugas dari dosen pengampu. Makala ini juga bertujuan untuk
membantu para pembaca agar dapat memahami hubungan antara parameter fisika air dengan
budidaya udang vaname.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Kualitas Air
Kualitas air tambak yang optimal akan memberi ruang hidup sehingga udang dapat hidup
layak dan akan tumbuh maksimal. Apabila lingkungan dapat menyediakan kualitas air yang
layak sesuai dengan kebutuhan udang maka sintasan menjadi tinggi dan pertumbuhan udang
menjadi optimal sehingga target produksi tercapai sesuai harapan. Kualitas air ditentukan oleh
variabel- variabel penyusunnya. Parameter kualitas air yang diukur selama penelitian oksigen
terlarut (dissolved oxygen, DO) 4.81 ± 0.49 (4.30-5.54) mg/l, pH-pagi hari 7.94±0.41 (7.70-
9.00), pH-siang hari 8.59±0.32 (8.40-9.40), salinitas 29.00 ± 0.87 (26-29) ppt, suhu27.06±0.95
(26-29) oC, kecerahan (transparancy) 38.33±27.04 (25-110) cm, TOM 66.26 ± 8.28(46.77-
73.91) mg/l, karbonat 3.11±9.33 (0.00-28.00)mg/l, bikarbonat 181.11±35.55 (113.00-230.00)
mg/l, total alkalinitas 184.00 ± 29.77(113.00-230.00) mg/l. Pengukuran pH dansuhu air tambak
dilakukan pada saat pagi dan siang hari, oksigen terlarut pada malam haripukul 10 malam.
Sementara parameter kualitas air lainnya dilakukan pada pagi hari Suhu air tambak selama
budidaya udang vannamei berlangsung ada pada kisaran toleransi udang vannamei. Menurut (1)
bahwa suhu air optimal bagi pertumbuhan udang vannamei berkisar antara (26-32)ᴼC. Hal ini
sesuai dengan hasil penelitian (25), bahwa suhu terendah adalah 23°C dan maksimum adalah
32°C. Sementara suhu yang optimal untuk pertumbuhan udang vannamei adalah (28-32)°C (2; 4;
7). Jika suhu lebih dari angkaoptimum maka metabolisme dalam tubuh udang berlangsung cepat,
namun jika suhu lingkungan lebih rendah dari suhu optimal, maka pertumbuhan udang menurun
dengan menurunnya nafsu makan. Derajat keasaman (pH) pada pagi hari dan siang hari masih
dalam kisaran toleransi untuk kehidupan udang vannamei. Kisaran pH tersebut dapat dikatakan
mendukung untuk kelanjutan usaha budidaya tambak udang. Kisaran nilai pH yang optimal
untuk budidaya udang vannamei berkisar antara 7,0-8,5 (4; 8; 9; 10). Pada kisaran tersebut udang
dapat mengalami pertumbuhan optimal. Konsentrasi pH air berpengaruh terhadap nafsu makan
udang dan reaksi kimia di dalam air. Selain itu pH yang berada di bawah kisaran toleransi
menyebabkan kesulitan ganti kulit dimana kulit menjadi lembek serta sintasan menjadi rendah
(3). Oksigen terlarut yang tercatat selama penelitian berada pada posisi yang baik. Konsentrasi
oksigen terlarut yang optimum bagi udang adalah di atas 4 mg/l (3; 11; 12;13). Tingkat kelarutan
oksigen di dalam air merupakan faktor kritis bagi kehidupan udang (11; 14; 15). Kandungan
oksigen terlarut yang rendah di bawah 1,5 mg/l akan bersifat lethal bagi udang (16).

3.2 Keterkaitan Parameter Kualitas Air


Selama 95 hari masa budidaya intensif udang vaname berlangsung. Hasil penelitian menunjukan
bahwa dari parameter fisika, kimia, dan mikrobiologi terjadi keterkaitan antara satu sama lainnya
Kualitas air, adalah faktor dinamis yang dapat memacu keberhasilan budidaya udang vaname
(Sahrijanna et al, 2017).Berdasarkan data hasil uji korelasi terlihat bahwa dari semua parameter
kualitas air di tambak, terdeteksi bahwa parameter pH, fosfat, nitrit, dan Total Organic Matter
memiliki tingkat keeratan hubungan dengan parameter lain paling tinggi dibandingkan parameter
lainnya. Nilai konsentrasi pH terkait dengan parameter salinitas, kecerahan, suhu, nitrit, dan
bahan organik. Nilai pH memiliki hubungan kontras dengan kecerahan, artinya apabila air
tambak semakin pekan, maka nilai pH akan semakin basa. Parameter Fosfat memiliki keterkaitan
terhadap parameter oksigen terlarut, kecerahan, alkalinitas, nitrit, dan bahan organik. Dalam
ekosistem perairan sendiri, fosfat bertindak sebagai faktor pembatas produktifitas perairan (Egna
dan Boyd, 1997).Parameter nitrit dideskripsikan memiliki keterkaitan korelasi terhadap pH,
salinitas, kecerahan, fosfat, TAN, dan bahan organik Dari keenam parameter tersebut, nitrit
berkorelasi negatif dengan kecerahan, artinya apabila tingkat kecerahan air tambak semakin
pekat, maka konsentrasi nitrit akan semakin meningkat. Kelarutan konsentrasi nitrit yang tinggi
di tambak, disebabkan oleh semakin meningkatnya jumlah input pakan dan pemupukan yang
berakibat. pada penumpukan bahan organik serta kepekatan air (Boyd dan Tucker, 1998).
Sedangkan parameter bahan organik (TOM) memiliki korelasi dengan parameter pH, salinitas,
kecerahan, fosfat, dan nitrit. TOM memiliki korelasi negatif terhadap nilai kecerahan, artinya
semakin pekat air tambak maka akan semakin tinggi konsentrasi bahan organik di perairan
tambak. Sumber bahan organik (TOM) di tambak berasal dari akumulasi partikel organisme
hidup, detritus, feces, lumpur dan limbah pakan yang membentuk kekeruhan pada perairan
( Boyd, 2000; Schober et al, 2007).Selain itu, terlihat bahwa semua parameter fisika kimia air
memiliki tingkat keterkaitan yang heterogen antara satu sama lainnya, sedangkan dengan
parameter mikrobiologi tidak memiliki keterkaitan, kecuali parameter oksigen terlarut. Parameter
oksigen terlarut dideskripsikan memiliki hubungan negatif dengan total kelimpahan bakteri,
artinya setiap terjadi kenaikan kelimpahan bakteri maka akan terjadi penurunan konsentrasi
oksigen (Tabel 3.). Semakin melimpahnya bakteri di tambak, maka akan semakin intens proses
dekomposisi dan mineralisasi berlangsung,

BAB VI PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Selama masa budidaya udang intensif berlangsung, nilai parameter fisika kimia air memiliki
tingkat keterkaitan yang kuat antara satu sama lain dengan yang paling tinggi adalah pH, fosfat,
nitrit, dan TOM, tetapi hanya parameter oksigen terlarut saja yang menunjukan keterkaitan
korelasi terhadap parameter mikrobiologi.

4.2 Saran

Berdasarkan hasil kesimpulan ini, perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk mengetahui
keterkaitan hubungan antara parameter oksigen terlarut terhadap indikator biologis di perairan
tambak intensif. Serta, dampak simbiosis parameter fisika-kimia terhadap kondisi biologis
ekosistem organisme di perairan tambak intensif

DAFTAR PUSTAKA
Abedin, M.J., Bapary M.A.J., Rasul M.G., Majumdar B.C., Haque M.M., 2017. Water quality

parameters of some Pangasius ponds at Trishal Upazila, Mymensingh, Bangladesh.

European Journal of Biotechnology and Bioscience 5(2): 29-35.

Ahmed, E.R., Islam Md.A., bin Amran A., Alabdullah .T.Y., 2018. Proposed the pricing model

as an alternative Islamic benchmark. Benchmarking: An International Journal.

https://doi.org/10.1108/BIJ-04-2017-0077.

Alfiansyah, Y.R., Hassenruck C., Kunzmann A., Taslihan A., Harder J., and Gardes A., 2018.

Bacterial abundance and community composition in pond water from shrimp aquaculture

Systems with different stocking densities. Frontiers in Microbiology 9: 1-15.

American Public Health Association (APHA), 1980. American Public Health Association

Standart Methods for The Examination of Water and Wastewater, 15th ed.
APHAAWWA-WPCT. Washington DC, USA.

Ariadi, H., Wafi A., Supriatna., 2020. Hubungan Kualitas Air Dengan Nilai FCR Pada Budidaya

Intensif Udang Vanname (Litopenaeus vannamei). Samakia: Jurnal Ilmu Perikanan 11(1):

44-50.

Ariadi, H., Mahmudi M., Fadjar M., 2019. Correlation between density of vibrio bacteria with

Oscillatoria sp. abundance on intensive Litopenaeus vannamei shrimp ponds. Research

Journal Life Science 6(2): 114-129.

Ariadi, H., Fadjar M., Mahmudi M., Supriatna., 2019. The relationships between water quality

parameters and the growth rate of white shrimp (Litopenaeus vannamei) in intensive
ponds. AACL Bioflux 12(6): 2103-2116.

Boyd, C.E., and Lichtkoppler F., 1979. Water Quality Management in Pond Fish Culture.

Research and Development Series. Alabama.

Anda mungkin juga menyukai