1.2. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui suhu air kolam dan
fluktuasi harian, untuk mengetahui sampai kedalaman berapa cahaya matahari
bisa menembus kolam dan secara tidak langsung untuk penentuan kelimpahan
plankton, dan untuk mengetahui warna air dan bau guna mengetahui
kemungkinan adanya senyawa tertentu yang larut akibat kekeruhan.
3.1. Hasil
3.1.1. Gambar Termometer Air dan Pengamatan Suhu Air
\
Termometer Termometer
3.2. Pembahasan
3.2.1. Suhu, Kecerahan, Bau dan Warna Optimum untuk Budidaya Ikan
Suhu Optimum untuk Budidaya Ikan
Suhu optimum untuk ikan budidaya adalah 28-32°C. Dibawah suhu
25°C, aktifitas gerak dan nafsu makan ikan mulai menurun. Dibawah suhu
12°C, ikan akan mati kedinginan. Diatas 35°C, ikan budidaya akan
mengalami stress dan kesulitan nafas karena konsumsi oksigen ikan
meningkat, sedangkan daya larut oksigen di air menurun. Semakin tinggi
suhu kolam, akan mempercepat reaksi ammonium menjadi ammonia. Amonia
lebih beracun dibanding dengan ammonium. Hal lain yang dapat membuat
perubahan suhu disuatu perairan dikarenakan adanya pengaruh penyerapan
dan pelepasan panas dari teriknya matahari. Suhu yang berubah-ubah dapat
mempengaruhi pertumbuhan fitoplankton dan organisme yang ada diperairan
tersebut (Siegers dkk., 2019). Berikut merupakan tabel kisaran parameter
suhu air optimum menurut Amir, (2016) yang berasal dari berbagai rujukan:
Terdapatnya perbedaan suhu air dengan tubuh ikan akan
mengakibatkan pertumbuhan ikan mengalami perbedaan panjang yang
diakibatkan karena adanya ketidakstabilan suhu yang sangat berpengaruh
terhadap metabolisme ikan. Hal ini sesuai dengan Kelabora (2010) peneliti
pendahulu yang dilakukan pada ikan yang menyatakan bahwa suhu air yang
tidak stabil dapat mengakibatkan sebagian besar energi yang tersimpan dalam
tubuh ikan digunakan untuk penyesuaian diri terhadap lingkungan yang
kurang mendukung, sehingga dapat merusak sistem metabolisme atau
pertukaran zat. Pada sebagian besar spesies ikan, laju metabolisme diatas
suhu optimum akan meningkat dan energi mulai dialihkan dari pertumbuhan
untuk laju metabolisme yang tinggi sehingga laju pertumbuhan menjadi
menurun. Suhu yang optimum untuk selera makan ikan adalah 25- 27 0C
(Waruwu, 2014).
Meningkatnya jumlah pakan akan menyebabkan meningkatnya laju
pertumbuhan ikan, dan laju pertumbuhan akan bervariasi tergantung
kemampuan ikan dalam mencerna makanannya. Suhu memberikan pengaruh
yang nyata pada penggunaan energi untuk pertumbuhan. Peningkatan suhu
akan meningkatkan kebutuhan pakan karena ikan akan bergerak lebih aktif.
Meningkatnya jumlah pakan ini akan meningkatkan laju pertumbuhan ikan.
Suhu tinggi yang masih dapat ditolerir oleh ikan tidak selalu berakibat
mematikan pada ikan tetapi dapat menyebabkan gangguan status kesehatan
untuk jangka panjang, misalnya stress yang menyebabkan tubuh ikan lemah,
kurus, dan tingkah laku abnormal (Putri dan Syammaun, 2018).
Suhu yang semakin tinggi dalam suatu perairan, maka kelarutan
oksigen akan semakin rendah, dan daya racun semakin tinggi. Kenaikan suhu
air kolam ikan nila pada siang hari dipengaruhi oleh kondisi lingkungan,
cuaca, dan angin. Intensitas cahaya matahari yang masuk ke dalam
permukaan dapat menyebabkan terjadinya perubahan suhu pada pagi dan
siang hari. Kenaikan suhu akan mengakibatkan penurunan jumlah oksigen
terlarut di dalam air, dan akan meningkatkan kecepatan reaksi kimia, dan
dapat menyebabkan ikan dan biota air lainnya mengalami kematian apabila
suhu melampaui batas suhu tertentu (32oC) (Putri dan Syammaun, 2018).
Kecerahan Optimum untuk Budidaya Ikan
Kecerahan merupakan ekspresi sifat optik air yang disebabkan oleh
adanya bahan padatan tersuspensi berupa partikel liat, lumpur dan partikel
organik lainnya. Pada konsentrasi tertentu padatan tersuspensi berbahaya bagi
kehidupan biota perairan, seperti tersumbatnya filamer insang ikan. Padatan
tersuspendi akan berakibat terbatasnya intensitas matahari masuk ke
permukaan air, sehingga dapat menghambat proses fotosintesis oleh
phytoplankton (Koniyo dan Kasim., 2015). Kecerahan merupakan penetrasi
cahaya dalam suatu perairan. Kecerahan optimum untuk kegiatan budidaya
perikanan dalam suatu perairan berkisar antara 20-40 cm. Kecerahan juga
mempengaruhi proses fotosintesis dalam suatu perairan. Hasil pengukuran
kecerahan di perairan (Koniyo dan Kasim., 2015). Kecerahan optimal untuk
kegiatan budidaya ikan nila pada perairan danau atau waduk tidak kurang dari
60 cm (Boyd et al., 2019). Berikut merupakan tabel kisaran parameter
kecerahan air optimum menurut Amir, (2016) yang berasal dari berbagai
rujukan:
D1+ D 2
Kecerahan =
2
4,1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan tersebut, dapat ditarik kesimpulan
bahwa analisa kualitas air berdasarkan parameter fisika yaitu suhu, kecerahan air,
bau dan warna. Suhu optimum pada budidaya ikan adalah 28-32°C. Kecerahan
optimum untuk kegiatan budidaya perikanan dalam suatu perairan berkisar antara
20-40 cm. Sedangkan, bau yang optimum pada kolam ikan tidak memicu bau
busuk yang timbul dari proses dekomposisi, begitupun warna. Warna optimum
untuk budidaya adalah hijau yang menunjukkan bahwa tingginya kelimpahan
jenis fitoplankton pada air kolam. Selain itu, untuk mengukur parameter fisika,
perlu adanya alat ukur berupa termometer untuk mengukur suhu dan secchidisc
untuk mengukur kecerahan.
4.2. Saran
Saran yang perlu dilakukan mengenai analisa kualitas air berdasarkan
parameter fisika adalah perlu dilakukan pula pemantauan kualitas perairan secara
terus-menerus dalam pengembangan perikanan serta upaya pengelolaan mutu air
yang berkelanjutan.
DAFTAR PUSTAKA
Amir, Dedi A. 2016. Kelayakan Parameter Fisika Kualitas Air untuk Usaha
Budidaya Ikan Nila dengan Sistem Keramba Jaring Apung (KJA) pada
Lahan Bekas Tambang Pasir. Fakultas Pertanian Universitas
Muhammadiyah Makassar. Makassar.
Apriyanti, E., Ihwan, A., dan Jumarang, M. I. 2016. Analisis Kualitas Air Di Parit
Besar Sungai Jawi Kota Pontianak. Prisma Fisika, 4(3).
Ariawan, I. K. dan Poniran. 2004. Persiapan Media Budidaya Udang Windu: Air
(Makalah Pelatihan Petugas Teknis INBUDKAN). Balai Besar
Pengembangan Air Payau, Jepara.
Boyd, C. E. 2019. Water Quality Management For Pond Fish Culture. Elsevier
Scienctific Publishing Company. Alabama. USA.318 Pages.
Carlson, R. E and Simpson J. 1996. A Coordinator’s Guide to Volunteer Lake
Monitoring Methods. North American Lake Management Society
Eshmat, E., dan Manan, A. 2013. Analisis Kondisi Kualitas Air pada Budidaya
Ikan Kerapu Tikus (Cromileptes Altivelis) di Situbondo. Jurnal Ilmiah
Perikanan Dan Kelautan, 5(1), 1-4.
Fardiaz, S. 1992. Polusi Air dan Udara. Yogyakarta: Kanisius.
Gusmawati dan Lisa D. 2015. Analisis Parameter Fisika-Kimia sebagai Salah Satu
Penentu Kualitas Perairan Batang Palangki Kabupaten Sijunjung,
Sumatera Barat. Seminar Nasional XII Pendidikan Biologi FKIP UNS :
799-802.
Harianti, H., dan Nurasia, N. 2016. Analisis warna, suhu, pH dan salinitas air
sumur bor di Kota Palopo. Prosiding, 2(1).
Indaryanto, F. R. 2015. Kedalaman Secchi Disk dengan Kombinasi Warna Hitam-
Putih yang Berbeda di Waduk Ciwaka. Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa.
Kelabora, D. M. 2010. Pengaruh Suhu Terhadap Kelangsungan Hidup dan
Pertumbuhan Larva Ikan Mas (Cyprinus carpio). Jurnal Berkala Perikanan
Terubuk. 38(1): 71 – 81.
Koniyo, Y., dan Kasim, F. 2015. Parameter Fisik-kimia Perairan Danau Limboto
sebagai Dasar Pengembangan Perikanan Budidaya Air Tawar. The Nike
Journal, 3(4).
Kusumawati, I., Diana, F., & Humaira, L. 2018. Studi Kualitas Air Budidaya
Latoh (Caulerpa racemosa) di Perairan Lhok Bubon Kecamatan Samatiga
Kabupaten Aceh Barat. Jurnal Akuakultura Universitas Teuku Umar, 2(1).
Kusumawati, I., Diana, F., dan Humaira, L. 2018. Studi kualitas air budidaya
latoh (Caulerpa racemosa) di Perairan Lhok Bubon Kecamatan Samatiga
Kabupaten Medan. Skripsi. Universitas Negeri Medan.
Linne, Eugene Ramarta., Agung S., dan Max R. M. 2015. Tingkat Kelayakan
Kualitas Air untuk Kegiatan Perikanan di Waduk Pluit Jakarta Utara.
Diponegoro Journal of Maquares, Vol 4(1): 35-45.
Muharijadi, Atmomarsono dan Nurbaya. 2014. Pengaruh Pergiliran Jenis Bakteri
Probiotik Berbeda terhadap Sintasan dan Produksi Udang Windu di
Tambak Ekstensif. Media Akuakultur, Vol. 9(1):37-42.
Mukarromah, Rosyida. 2016. Analisis Sifat Fisis dalam Studi Kualitas Air di
Mata Air Sumber Asem Dusun Kalijeruk, Desa Siwuran, Kecamatan
Garung, Kabupaten Wonosobo. Skripsi. Fakultas Matematika Dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang. Semarang.
Pal S, Das D dan Chakraborty K. 2015. Colour Optimization of the Secchi Disk
and Assessment of the Water Quality in Consideration of Light Extinction
Coefficient of Some Selected Water Bodies At Cooch Behar, West
Bengal. International Journal of Multidisciplinary Research and
Development 2(3): 513-518.
Pramleonita, M., Yuliani, N., Arizal, R., & Wardoyo, S. E. 2018. Parameter fisika
dan kimia air kolam ikan nila hitam (Oreochromis niloticus). Jurnal Sains
Natural, 8(1), 24-34.
Putri, Clarita S., dan Syammaun U. 2018. Pengaruh Perbedaan Suhu Air terhadap
Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Ikan Nila (Oreochromis niloticus).
Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara.
Sudinno, Dinno., Iis J., dan Pigoselpi A. 2015. Kualitas Air dan Komunitas
Plankton Pada Tambak Pesisir Kabupaten Subang Jawa Barat. Jurnal
Penyuluhan Perikanan dan Kelautan, 9 (1): 13-28
Waruwu, D. K., H. Syandri dan Azrita. 2014. Pengaruh Perbedaan Suhu terhadap
kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Benih Ikan Bujuk (Channa Lucius
Cuvier). Universitas Bung Hatta. Padang.
LAMPIRAN