Anda di halaman 1dari 5

Nama : Nur Roudlotul Laila

NIM : 142011133002
Kelas : A-Akuakultur

TUGAS MATA KULIAH MANAJEMEN KUALITAS AIR

Berikut merupakan pemaparan hasil pengaruh pH terhadap ketersediaan


unsur nutriet (C, P, N, S) dalam air. C di artikan sebagai unsur karbon yang
terdapat di dalam air. Lautan memiliki fungsi sebagai penyerap karbon (carbon
sink) dan penyedia karbon (carbon source). Karbon yang diserap maupun yang
dilepas ke atmosfer berada dalam bentuk gas karbondioksida (CO 2). Laut akan
menyerap karbon jika tekanan parsial gas karbondioksida di atmosfer lebih tinggi
dari tekanannya di dalam air laut. Sebaliknya, laut akan melepas karbon apabila
tekanan parsial gas karbon dioksida di dalam air laut lebih tinggi dari tekanannya
di atmosfer. Air laut yang dingin serta banyak pergolakan (turbulent) cenderung
menyerap karbondioksida dari atmosfer sementara air laut yang lebih hangat serta
pergerakan airnya yang lebih tenang cenderung melepas karbondioksida ke
atmoster. Proses fotosintesis merupakan aktivitas penyerapan karbon, sebaliknya
proses respirasi oleh organisme lainnya di laut, merupakan aktivitas penyedia
karbon.
Dalam proses fotosintesis, fitoplankton dengan kandungan klorofilnya dan
bantuan sinar matahari memanfaatkan gas karbondioksida dan H 2O untuk
menghasilkan karbohidrat atau gula. Secara teori, apabila populasi fitoplankton di
laut makin meningkat maka penyerapan gas karbondioksida dari atmosfer juga
meningkat sehingga laut bisa menjadi carbon sink atau penyerap karbon.
Penambahan zat besi ke perairan yang unsur haranya cukup akan merangsang
pertumbuhan fitoplankton. Apabila populasi fitoplankton meningkat terus
menerus akan mengakibatkan blooming fitoplankton. Sekalipun terjadi blooming
fitoplankton sebagai akibat penambahan zat besi namun tidak berpengaruh nyata
terhadap absorpsi gas CO2 dari atmosfer karena tidak terjadi presipitasi karbon ke
laut yang lebih dalam secara nyata. Di lain pihak, peningkatan penyerapan gas
CO2 secara alami oleh air laut tidak menguntungkan karena hal ini akan
meningkatkan derajat keasaman (pH) air laut. Bila derajat keasaman air laut
meningkat maka hal ini akan menggangu kehidupan organisma laut lainnya
terutama ikan. Sehingga dapat disimpulkan apabila unsur karbon meningkat maka
suhu air juga mengalami peningkatan, ketika suhu permukaan air naik, maka
kelarutan karbondioksida akan menurun sehingga pH akan naik dan air bersifat
basa.
Selanjutnya yaitu unsur P, unsur P diartikan sebagai phosphor. Fosfor
merupakan nutrien primer yang dibutuhkan oleh fitoplankton untuk pertumbuhan.
Keberadaaan fosfor dalam tambak mempengaruhi produktivitas alami.
Fitoplankton memanfaatkan fosfor dalam bentuk orthophosphate terlarut dalam
air. Fitoplankton dapat merubah dengan cepat fosfat dari air dan fosfat dalam
fitoplankton akan masuk ke jaringan makanan pada ikan atau udang. Tanah
tambak secara kuat akan menyerap fosfat dan kapasitas tambak untuk menyerap
fosfat meningkat dengan naiknya kandungan liat. Sekitar 2/3 fosfat yang
diaplikasikan ke tambak dalam makanan terakumulasi di tanah dasar. Sebagian
besar fosfat tanah terikat secara kuat dan hanya dalam jumlah kecil yang terlarut
dalam air. Tanah tambak bukan merupakan sumber utama dalam air, karena fosfor
yang terabsorbsi dari tanah tidak larut. Material organik dalam tambak secara
cepat diabsorbsi oleh tanah dan sedikit yang masuk ke air. Tanah yang
mempunyai pH hampir netral mempunyai kapasitas lebih kecil mengabsorbsi
fosfor dan mempunyai kecenderungan lebih besar mengeluarkan fosfor dibanding
tanah asam atau basa.
Phospor berkaitan erat dengan nitrogen (N). Pelarutan N dari pakan
tergantung pada ketahanannya dalam air. Kebalikan dari pelarutan P dari pakan,
maka pelarutan N ke air dari pakan makin tinggi pada pakan yang ketahanannya
dalam air yang lebih rendah. Ada perbedaan pelarutan N dan P ke air dari pakan.
Pelepasan fosfor akan meningkat dengan menurunnya pH, sedangkan pelepasan
amonium meningkat dengan meningkatnya pH. Unsur fosfor sulit ditemukan
dalam bentuk bebas yaitu elemen. Bentuk yang bisa ditemui adalah sebagai
senyawa anorganik yang terlarut (polifosfat dan ortofosfat). Bentuk fosfor yang
paling sederhana dalam perairan adalah ortofosfat. Senyawa tersebut merupakan
produk ionisasi dari asam ortofosfat. Ortofosfat sendiri adalah bentuk lain dari
fosfor yang bisa digunakan secara langsung oleh tumbuhan. Kadar fosfat akan
meningkat dengan menurunnya kedalaman air laut. Karena fosfat cenderung
konstan pada perairan laut yang dalam.
Nitrogen sebagai unsur hara makro yang dibutuhkan hampir sebagian
besar jenis tanaman di darat dan di air. Nitrogen diserap dalam bentuk ion nitrat
karena ion tersebut bermuatan negatif sehingga selalu berada di dalam larutan dan
mudah terserap oleh akar. Ion nitrat lebih mudah tercuci oleh aliran air sehingga
tidak dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Tanaman yang diberi larutan nutrisi yang
hanya mengandung NO3 sebagai satu satunya sumber nitrogen cenderung
meningkatkan kadar pH, maka membutuhkan asam untuk menetralkan. Tetapi bila
kurang lebih 10% - 20% dari kebutuhan nitrogen diberikan dalam bentuk NH4-.
pH larutan nutrisi akan stabil dikisaran pH 5.5. Konsentrasi NH 4+ perlu dimonitor
karena organisme mikro yang hidup pada permukaan akar tanaman dapat
mengubah NH4- menjadi NO3-. Ketersediaan unsur N cenderung menurun dengan
menurunnya pH.
Hubungan antara Nitrogen dan Ortophosphate lebih dikenal dengan rasio
N:P. Rasio N:P yang tepat akan menghasilkan pertumbuhan fitoplankton yang
tepat pula, sehingga akan terjadi stabilitas ekosistem tambak melalui berbagai
mekanisme. Apabila rasio nutrien tersebut tidak tepat, maka muncul fitoplankton
dari kelompok yang tidak diharapkan, misalnya Oscillatoria, sehingga dapat
mengganggu stabilitas lingkungan. Adanya perbedaan rasio N:P yang terdapat di
perairan merupakan indikasi timbulnya perbedaan jenis fitoplankton yang
mendominasi perairan tersebut sehingga menimbulkan warna yang berbeda.
Unsur S merupakan unsur sulfur atau belerang. Sumber utama sulfur
dioksida (SO2) ke atmosfer berasal dari pembakaran bahan bakar fosil dari
pembangkit listrik dan fasilitas industri lainnya. Kandungan gas asam di udara
bebas jika terkena air hujan bisa menyebabkan hujan asam. Deposisi asam pada
umumnya adalah peristiwa pengendapan asam dengan pH kurang dari 5,6 (Hasan
et al., 2017). Menurut Walaszek et al., (2013) penghilangan polutan di atmosfer
dapat terjadi melalui proses deposisi basah atau deposisi kering. Amodio et al.,
(2014) menambahkan bahwa polutan asam dihilangkan dari atmosfer melalui
presipitasi oleh air hujan, salju, atau kabut yang dikenal dengan deposisi basah.
Hujan asam adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan berkontaknya
air hujan dengan sulfur dan nitrogen oksida yang secara signifikan membuat air
hujan sangat asam (Mustapha dan Mohammed, 2017).
Hujan asam terjadi saat sulfur dioksida (SO2) dan nitrogen oksida (NO2)
naik ke atmosfir dibantu oleh angin. SO2 dan NO2 bereaksi dengan air (H2O),
oksigen (O2) dan senyawa kimia lain hingga membentuk asam sulfat dan nitrat.
Sebelum jatuh ke tanah, senyawa tersebut bercampur dengan material lain. Saat
hujan asam terjadi penurunan nilai pH karena adanya asam organik maupun
anorganik yang bereaksi secara kompleks di atmosfer (Petrescu et al., 2017). Air
hujan menjadi lebih asam karena gas sulfur dioksida dan nitrogen oksida yang
membentuk asam sulfat dan asam nitrat. Sehingga dapat disimpulkan apabila
unsur sulfur atau belerang meningkat maka pH akan menurun dan bersifat asam.
Ikan yang hidup pada pH terlalu asam akan menyebabkan ikan stress dan akan
membunuh telur ikan, sehingga tidak akan menetas.
DAFTAR PUSTAKA

Amodio, M., Catino, S., Dambruoso, P. R., de Gennaro, G., Di Gilio, A.,
Giungato, P., Laiola, E., Marzocca, A., Mazzone A., Sardaro, A., dan
Tutino M. (2014). Atmospheric Deposition: Sampling Procedures,
Analytical Methods, and Main Recent Findings from the Scientific
Literature. Hindawi Publishing Corporation Advances in
Meteorology: 1-7.
Hasan, N. Y., Driejana, Sulaeman, A., dan Ariesyady, H. D. 2018. Acidic Wet
Deposition in Bandung City Indonesia. MATEC Web of Conferences,
147: 1-7.
Mustapha, M. K., dan Mohammed, Z. O. 2018. Effect of Simulated Acid Rain on
The Survival, Mortality, Behaviour and Morphology of African Mud
Catfish Clarias gariepinus (Burchell, 1822). Acta Scientiarum, 40:1-
4.
Petrescu, M., Bucur, E., Diodiu, R., Bratu, M., Serbanescu A., dan Barbu, M.
2017. Chemical Characterization of Wet Depositions in Urban and
Rural Area. International Symposium “The Environment and The
Industry”, Rumania: 213-220.
Walaszek, K., Kryza, M., dan Dore, A. J. 2013. The Impact of Precipitation on
Wet Deposition of Sulphur and Nitrogen Compounds. Ecological
Chemistry and Engineering, 20:733-745.

Anda mungkin juga menyukai