Anda di halaman 1dari 17

PROPOSAL PENELITIAN EKSPERIMEN

EFEKTIFITAS PROTEIN BIJI KELOR


(Moringa Oleifera Seed) SEBAGAI BIOKOAGULAN
DALAM PROSES PENJERNIHAN AIR SEDERHANA






Karya Tulis Ilmiah (Riset)








Oleh:
Rifqah Fauziyah Natsir
70200110086





JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) ALAUDDIN MAKASSAR
2013


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebutuhan akan air bersih terutama air minum merupakan kebutuhan
pokok yang menjadi permasalahan di beberapa negara yang memiliki pasokan
air yang melimpah namun belum layak untuk di gunakan dalam kehidupan
sehari-hari. Jumlah air di dunia yang tercatat dalam sebuah penelitian
diperkirakan mencapai 326 juta mil kubik, dimana 72 % bumi tertutup oleh air
akan tetapi 97 % darinya adalah air asin yang tidak layak untuk diminum
karena memiliki tingkat kesadahan yang tinggi (US Geological Survey).
Indonesia merupakan salah satu dari enam negara yang termasuk kedalam
50 % total keseluruhan air tawar di bumi yang mengalami krisis air bersih. Hal
ini terlihat dari tingkat pencemaran air yang berasal baik dari industri maupun
domestik yang tidak tertangani oleh sistem pengolahan air bersih sehingga
menyebabkan kualitas air semakin buruk. Termasuk di dalamnya sumber-
sumber air yang sering dimanfaatkan masyarakat untuk kebutuhan sehari-hari
ialah air tanah, lautan, sungai, maupun danau yang merupakan salah satu
bagian terpenting dari siklus hidrologi (2013, Abidin).
Jika ketersediaan air bersih berkurang maka kemungkinan terburuk yang
muncul ialah ketidakseimbangan ekologi perairan dan tanah serta
mengganggu kesehatan yang menimbulkan gangguan atau bahkan penyakit
berbasis air (waterborne disease). Berkurangnya kualitas air menyebabkan
berkembangnya bakteri-bakteri anorganik maupun organik yang dapat
menyebabkan timbulnya penyakit.
Mengetahui fakta bahwa Indonesia masih dikategorikan ke dalam label
kekurangan air bersih, hendaknya dilakukan penerapan terhadap upaya-upaya
penjernihan air. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian terhadap sumber
daya alam yang dimiliki oleh Indonesia dalam rangka menemukan solusi
untuk kebutuhan air bersih yang semakin meningkat. Selain memanfaatkan
sumber daya alam yang ada, sebaiknya material yang digunakan benar-benar
efisien, murah dan tepat guna. Maka dari itu, penelitian-penelitian yang
berkaitan erat dengan proses penjernihan air sangat dibutuhkan.


Beberapa tahun terakhir pencemaran terhadap lingkungan berlangsung
dimana-mana dengan laju yang sangat cepat dan beban pencemaran dalam
lingkungan semakin berat seiring dengan semakin banyaknya industri yang
membuang limbah pada perairan, hal ini dapat menimbulkan permasalahan
yang perlu ditangani secara khusus terutama limbah logam berat. Beberapa ion
logam berat seperti arsenik (As), timbal (Pb), kadmium (Cd), ( Fe) besi dan
merkuri (Hg) sangat berbahaya bagi kesehatan manusia dan lingkungan,
walaupun pada konsentrasi yang rendah efek ion logam berat dapat
berpengaruh langsung pada makhluk hidup dan akan terakumulasi pada rantai
makanan (Waluyo, 1991).
Salah satu jenis nabati yang digunakan sebagai bahan utama dalam
penjernihan air ialah pemanfaatan ekstrak biji kelor (Moringa oleifera seed).
Biji buah kelor mengandung senyawa bioaktif rhamnosyloxy-benzil-
isothiocyanate, yang mampu mengadopsi dan menetralisir partikel-partikel
lumpur serta logam yang terkandung dalam limbah suspensi dengan partikel
kotoran melayang dalam air, sehingga sangat potensial digunakan sebagai
koagulan alami untuk membersihkan air sehingga layak minum.
Kemampuan biji buah kelor sebagai koagulan dibanding koagulan kimia
yang biasa digunakan seperti tawas adalah kemampuannya untuk
mengendapkan berbagai ion logam terlarut dan bakteri-bakteri berbahaya.
Disamping mudah dperoleh di lingkungan sekitar, serbuk biji kelor juga dapat
menurunkan kadar ion Fe, Cu dan Mn. Tetapi kadang biji kelor dianggap
sebelah mata karena dianggap sebagian masyarakat besar tidak berguna dan
tidak mempunyai daya jual beli (Rambe, 2009).
Penambahan koagulan biji kelor kedalam air ternyata dapat mempengaruhi
beberapa parameter air, seperti kesadahan, kekeruhan (tubiditas), padatan
tersuspensi total (TSS), padatan terlarut total (TDS), kadar warna, BOD, COD
serta sedikit pH air (Pandia, 2005).
Munculnya permasalahan ketersediaan air bersih yang sangat kurang
memotivasi penulis untuk melakukan penelitian terhadap ekstrak biji buah
kelor sebagai bahan biokoagulan alternatif yang dapat digunakan di proses
penjernihan air secara sederhana maupun skala besar. Selain karena budi daya


pohon kelor yang dapat dikembangkan dengan efisiensi dana juga dapat
meningkatkan status ekonomi bagi petani kelor dikarenakan kebutuhan akan
biji kelor maupun komponen-komponen lain yang terdapat di pohon kelor
dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan sehar-hari seperti pemanfaatan sebagai
sayuran maupun obat-obatan.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari penelitian ini ialah untuk mengetahui seberapa
besar peranan biji buah kelor sebagai biokoagulan dalam penjernihan air
sederhana.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini ialah untuk mengetahui
kemampuan biji buah kelor dalam proses penjernihan air secara sederhana
sebagai biokoagulan.
2. Tujuan Khusus
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, penelitian ini memiliki
tujuan khusus ialah untuk mengetahui kemampuan biji kelor sebagai
biokoagulan dalam menurunkan tingkat kesadahan, kekeruhan (turbiditas),
Total Suspended Solid (TSS), kadar warna dan COD dalam air.

D. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai masukan
bagi industri perumahan maupun tingkat perumahan dalam pengolahan air
dengan menggunakan biji buah kelor sebagai bahan koagulan yang efisien,
murah serta tepat guna khususnya pada penjernihan air yang dilakukan secara
sederhana.







BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Biji Buah Kelor
Biji buah kelor mengandung senyawa bioaktif rhamnosyloxy-benzil-
isothiocyanate, yang mampu mengadopsi dan menetralisir partikel-partikel
lumpur serta logam yang terkandung dalam limbah suspensi dengan partikel
kotoran melayang dalam air, sehingga sangat potensial digunakan sebagai
koagulan alami untuk membersihkan air dari ion-ion logam terlarut.
Kemampuannya untuk mengadopsi ion besi dalam air semakin besar, demikian
juga usia ternyata ikut menentuakan kemampuan biji kelor untuk mengadopsi
ion-ion besi dalam air. Pengurangan kadar ion besi yang paling besar terjadi
pada penggunaan ukuran butir 180 m dari biji kelor yang berusia muda.
Tanaman tersebut juga dikenal sebagai tanaman drumstick karena
bentuk polong buahnya yang memanjang meskipun ada juga yang menyebut
sebagai horseradishkarena rasa akarnya menyerupai radish. Kelor
(moringa oliefera) termasuk jenis tumbuhan perdu yang dapat memiliki
ketingginan batang 7 -11 meter. Di jawa, kelor sering dimanfaatkan sebagai
tanaman pagar karena berkhasiat untuk obat-obatan. Pohon kelor tidak terlalu
besar. Batang kayunya getas (mudah patah) dan cabangnya jarang tetapi
mempunyai akar yang kuat. Batang pokoknya berwarna kelabu, daunnya
berbentuk bulat telur dengan ukuran kecil-kecil bersusun majemuk dalam satu
tangkai. Kelor dapat berkembang biak dengan baik pada daerah yang
mempunyai ketinggian tanah 300-500 meter di atas permukaan laut.
Bunganya berwarna putih kekuning kuningan dan tudung pelepah
bunganya berwarna hijau. Bunga kelor keluar sepanjang tahun dengan aroma
bau semerbak. Buah kelor berbentuk segi tiga memanjang yang disebut
klentang (Jawa). Buahnya pula berbentuk kekacang panjang berwarna hijau
dan keras serta berukuran 120 cm panjang. Sedang getahnya yang telah
berubah warna menjadi coklat disebut blendok (Jawa). Budidaya tanaman
Moringa atau kelor memerlukan pemeliharaan yang sangat minimal dan dapat


tahan pada musim kering yang panjang. Cepat tumbuh sampai ketinggian 4-10
meter, berbunga, dan menghasilkan buah hanya dalam waktu 1 tahun sejak
ditanam.
Tanaman tersebut tumbuh cepat baik dari biji maupun dari stek, bahkan
bila ia ditanam di lahan yang gersang yang tidak subur. Sehingga baik bila
dikembangkan di lahan-lahan kritis yang mengalami musim kekeringan yang
panjang.
Klasifikasi tanaman kelor adalah sebagai berikut (Cronquist, 1981):
Kingdom : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Subclass : Dilleniidae
Ordo : Capparales
Family : Moringaceae
Genus : Moringa
Spesies : Moringa oleifera Lamk.
Hidayat (2006) menyatakan bahwa konsentrasi protein dari biji kelor
(biji dalam) sebesar 147.280 ppm/gram, dari kulit biji kelor sebesar 15.680
ppm/gram, dan dari kulit biji kelor sebesar 73.547 ppm/gram. Konsentrasi
protein yang tinggi di dalam biji kelor oleh Jahn (1986) dalam Hidayat (2006)
dinyatakan sebagai flokulan polielektrolit kationik alami berbasis polipeptida
dengan berat molekul berkisar antara 6.000-16.000 daltonyang mengandung
tiga asam amino yang sebagaian besar merupakan asam glutamat, metionin,
dan arginin. Kenyataan ini diperkuat oleh LaMer dan Heal(1963) dalam
Hidayat (2006) dinyatakan bahwa biji kelor sebagai polielektrolitdapat
dijadikan sebagai bahan penjernih air dengan cara adsorpsi dan membuat
jembatan antar partikel.

B. Koagulasi dan Flokulasi
Koagulasi dan flokulasi adalah suatu istilah yang berasal dari bahasa
latincoagulare (yang berarti bergerak bersama-sama) dan flokulare (yang
berarti membentuk flok) yang digunakan untuk menjelaskan agresi partikel-


partikel koloid. Koagulasi adalah destabilisasi partikel yang dihasilkan lapisan
ganda bermuatan listrik yang mengelilingi permukaan partikel (Metcalf, 1994),
sehubungan dengan stabilitas koloid dan koagulasi Amirtharajah dan OMelia
(1990) dalam Hidayat (2006) menyatakan bahwa suspensi koloid tidak
mempunyai muatan listrik yang bersih, muatan utama partikel harus
diseimbangkan di dalam sistem itu. Ion bermuatan berlawanan yang berkumpul
di daerah interfasial bersama-sama muatan utama membentuk suatu lapisan
elektrik ganda. Lapisan difusi ini dihasilkan oleh daya tarik elektrostatik ion
yang berlawanan terhadap partikel (counterions), tolakan elektrostatik ion
bermuatan sama sebagai partikel (similions), dan difusi molekuler atau termal
yang berlawanan gradien konsentrasi akibat efek elektrostatik.
Koagulasi merupakan proses destabilisasi koloid dan partikel dalam air
dengan menggunakan bahan kimia (koagulan) yang menyebabkan
pembentukan inti gumpalan (presipitat). Sedangkan flokulasi adalah proses
penggabungan inti flok sehingga menjadi flok yang berukuran lebih besar.
Proses koagulasiflokulasi ini memperbesar ukuran flok sehingga lebih mudah
untuk mengendap. Oleh karena itu, endapan flok yang di dapatkan lebih besar
jumlahnya.

C. Penjernihan air
Air yang ekruh dan kotor dapat dilakukan penejrnihan untuk dapat
dimanfaatkan dalam kebutuhan sehari-hari. Ada beberapa cara yang dapat
digunakan untuk mendapatkan air bersih dengan menggunakan
penyaringan air:
1. Saringan kain katun
2. Saringan kapas
3. Aerasi
4. Saringan pasir lambat
5. Saringan pasir cepat
6. Gravity-Fet filtering system
7. Saringan arang
8. Saringan air sederhana


9. Saringan keramik
10. Saringan cadas
11. Saringan tanah liat
Salah satu metode penjernihan air yang banyak digunakana adalah
penjernihan air menggunakan saringan air sederhana. Penjernihan air secara
sederhana merupakan modifikasi dari saringan pasir arang dan saringan pasir
lambat. Pada penjernihan air model ini menggunakan pasir, kerikil, batu,
arang dari tempurung kelapa dan ijuk dari serabut kelapa (Hendro Darmodjo,
1993: 328). Berikut gambar penjernihan air secara sederhana :
Gambar 3. Penjernihan air secara sederhana atau tradisional
Sumber : yukez.wordpress.com

D. Pencemaran Air
1. Pengertian Pencemaran Air
Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi
kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya dan fungsinya bagi
kehidupan tidak akan tergantikan olehs enyawa lainnya (Rukaesih, 2004:
17).
Pencemaran air adalah peristiwa masuknya zat atau komponen
lainnya kedalam lingkungan perairan sehingga kualitas air terganggu.
Air merupakan kebutuhan vital bagi makhluk hidup (Mikrajudin,
2007: 156).


Kualitas air yang baik harus memenuhi criteria tidak berbau,
tidak berasa, tidak berwarna, dan tidak mengandung mikroorganisme
pathogen (penyebab penyakit). Selain itu juga memiliki BOD
(Biological Oxygen Demand), oksigen terlarut dan pH yang cukup.
Menurut Rukaesih ( 2004: 92), tentang keputusan Menteri
Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup no. 02/MENKLH/1998
Bab 1 Pasal 1, yang dimaksud pencemaran air adalah masuknya atau
dimasukkannya makhluk hidup, zat, energy dan atau komponen lain
kedalam air dan atau berubahnya tatanan air oleh kegiatan manusia atau
oleh proses alam sehingga kualitas air turun sampai ketingkat tertentu
yang menyebabkan air menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi
sesuai dengan peruntukkanya.
Air yang tercemar yaitu air yang mengandung bahan asing
dalam jumlah yang melebihi batas yang telah ditetapkan sehingga air
tersebut tidak dapat digunakan untuk keperluan sehari-hari.
Menurut Rukaesih ( 2004: 93), bahwa sumber air menurut
kegunaannya digolongkan menjadi :
a. Golongan A, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minuman
secara langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu.
b. Golongan B, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku
untuk diolah sebagai air minum dan kebutuhan rumah tangga.
c. Golongan C, yaitu air yang dapat digunakan untuk perikanan dan
peternakan.
d. Golongan D, yaitu air yang dapat dipergunakan untuk keperluan
pertanian dan dapat dimanfaatkan untuk usaha perkotaan, industry,
dan listrik Negara.
2. Indikator Air Bersih dan Tercemar
Menurut Wisnu Arya Wardana (2007: 74), Indikator atau
tanda bahwa air telah tercemar adalah adanya perubahan atau tanda yang
dapat diamati melalui :




a. Adanya perubahan suhu air
Air sungai yang suhunya naik akan mengganggu kehidupan
hewan dan organism air karena kadar oksigen yang terlarut dalam air
akan turun seiring kenaikan suhu. Semakin tinggi kenaikan suhu
air maka semakin sedikit oksigen yang terlarut didalamnya ( Wisnu
Arya Wardhana, 2007: 75).
b. Adanya perubahan pH atau konsetrasi ion hydrogen
Air normal memiliki pH antara 6,5 sampai 7,5. Air dapat
bersifat asam maupun basa, tergantung besar kecilnya pH air (
Wisnu Arya Wardhana, 2007: 75).
c. Adanya perubahan warna, bau dan rasa air
Air limbah dapat larut dalam air maka akan terjadi perubahan
warna air. Air dalam keadaan normal dan bersih tidak akan
berwarna, sehingga tampak bening dan jernih.
Bahan buangan organic dapat menimbulkan bau hal ini karena
mikroba dalam air akan mengubah bahan buangan tersebut
terutama gugus protein. Air yang mempunyai rasa biasanya
diikuti dengan perubahan pH air (Wisnu Arya Wardhana, 2007:
76).
d. Timbulnya endapan, koloidal, dan bahan pelarut
Endapan dan koloida berasal dari bahan buangan padat. Bahan
buangan padat yang tidak larut sempurna akan mengendap dalam
dasar air (Wisnu Arya Wardhana, 2007: 76).

E. Dampak Buruk Air Tercemar
Air yang tercemar yang merupakan air yang tidak mengalami proses
pengelolaa dengan baik dapat menimbulkan dampak buruk bagi makhluk hidup
dan lingkungannya (Arif Sumantri, 2010).. Beberapa dampak buruk tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Gangguan Kesehatan
Air yang tercemar dapatmengandung bibit penyakit yang dapat
menimbulkan penyakit bawaan air (waterborne disease). Selain itu, di


dalam air limbah mungkin juga terdapat zat-zat berbahaya dan beracun
yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan bagi makhluk hidup yang
mengonsumsinya.
Adakalanya, air limbah yang tidak dikelola dengan baik juga dapat
menjadi sarang perkembangbiakan vektor penyakit (seperti, nyamuk, lalat,
kecoa, dan lain-lain).
2. Penurunan Kualitas Lingkungan
Air limbah yang dibuang ke air permukaan (misalya, sungai dan
danau) dapat mengakibatkan pencemaran permukaan air. Sebagai contoh,
bahan organik yang terdapat dalam air limbah bila dibuang langsung ke
sungai dapat menyebabkan penurunan kadar oksigen yang terlarut
(Dissolve Oxygen) di dalam sungai tersebut. Dengan demikian, akan
menyebabkan kehidupan di dalam air yang membutuhkan oksigen akan
terganggu, dalam hal ini akan mengurangi perkembangannya.
Adakalanya, air limbah juga dapat merembes ke dalam air tanah,
sehingga menyebabkan pencemaran air tanah. Bila air tanah tercemar,
maka kualitasnya akan menurun sehingga tidak dapat lagi digunakan
sesuai peruntukannya.
3. Gangguan terhadap Keindahan
Adakalanya air limbah mengandung polutan yang tidak
mengganggu kesehatan dan ekosistem, tetapi mengganggu keindahan.
Contoh yang sederhana adalah air limbah yang mengandung pigmen
warna yang dapat menimbulkan perubahan warna pada badan air
penerima. Walaupun pigmen ini tidak menimbulkan gangguan terhadap
kesehatan, tetapi terjadi gangguan keindahan terhadap badan air penerima.
Kadang-kadang air limbah juga mengandung bahan-bahan yang
bila terurai menghasilkan gas-gas yang berbau. Bila air limbah jenis ini
mencemari badan air, maka dapat menimbulan gangguan keindahan.
4. Gangguan terhadap Kerusakan Benda
Adakalanya ia limbah mengandung zat-zat yang dapat dikonversi
oleh bakteri anaerobik menjadi gas yang agresif seperti H
2
S. Gas ini dapat
mempercepat proses perkaratan pada benda yang terbuat dari besi dan


buangan air kotor lainnya. Dengan cepat rusaknya iar tersebut, maka biaya
pemeliharaan akan semakin besar juga, yang berarti akan menimbulkan
kerugian material.
Untuk menghindari kerugian-kerugian tersebut, air limbah yang dialirkan
ke lingkungan harus memenuhi ketentuan seperti yang dialirkan ke lingkungan
harus memenuhi ketentuan seperti yang disebutkan dalam Baku Mutu Air
Limbah. Apabila air limbah tidak memenuhi ketentuan ini, maka perlu
dilakukan pengolahan air limbah sebelum mengalirkannya ke lingkungan (Arif
Sumantri, 2010). Salah satu upaya yang dapat dilakukan ialah dengan
pemanfaatan sumber daya alam (Bahaking Rama, 2012) yaitu ekstrak biji buah
kelor dalam pengelolaan atau penjernihan air limbah. Dalam QS. Al-Baqarah
(2):22 berisi anjuran untuk memanfaatkan segala hasil bumi dengan sebaik-
baiknya, yang berbunyi:


{22}


Artinya:
Dialah Yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit
sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan
dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; karena itu
janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu
mengetahui

Makna kandugan ayat di atas bahwa segala sesuatu yang ada di muka
bumi ini sengaja Allah ciptaka untuk manusia pergunakan sebagai rezki yang
dapat menunjang kehidupan makhluk hidup. Dengan tiada penyelewengan makna
terhadap tumbuh-tumbuhan yang hidupkan-Nya sebagai yang di sembah
melainkan untuk membantu keberlangsungan hidup manusia. Serta memanfaatkan
kemampuan yang dimiliki untuk mengolah rezki (tumbuh-tumbuhan dan air)
tersebut sebagai salah satu solusi untuk menyelesaikan tantangan kesehatan
lingkungan yaitu penyediaan air bersih untuk semua.



BAB III
KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS
Kerangka berpikir dari penelitian ini ialah sebagai berikut:























Berdasarkan kerangka berpikir, maka hipotesis penelitian yang diajukan
dirumuskan sebagai berikut serbuk biji buah kelor (Moringa oleifera) dapat
digunakan sebagai biokoagulan yang dapat menurunkan tingkat kekeruhan
(turbiditas), kesadahan serta parameter lain seperti TSS, COD, kadar warna dan
pH.

Pohon Kelor
Akar
Batang Daun
Buah dan Biji
Ekstrak Biji (serbuk)
Biokoagulan
Air Limbah
~ Menurunkan kekeruhan
(turbiditas)
~ Menurunkan kesadahan
serta parameter lain
seperti TSS, COD dan
pH.
Flokulasi dan Koagulasi
Penyaringan Air Sederhana
Air Bersih


BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Jenis Penelitian
1. Metode Penelitian Kualitatif
Yaitu sebuah penelitian yang bertujuan untuk memahami
fenomena yang terjadi pada subjek penelitian, seperti prilaku, presepsi,
motivasi, tindakan, dan lain-lain., secara menyeluruh dan secara deskriptif.
Penelitian ini juga dapat dikatakan sebagai penelitian dengan analisis
deskriptif karena dalam melakukan penelitian tidak menggunakan angka-
angka statistic, melainkan penelitian yang berangkat dari fakta-fakta dan
peristiwa yang konkret, baik alamiah maupun rekayasa.
Selain itu penelitian ini juga merupakan penelitian survey, yang
merupakan metode formal untuk memperoleh informasi yang ditempuh
dengan obeservasi terhadap obyek penelitian. Pemelitian ini kurang
mengendalikan control proses penelitiannya, tidak seperti eksperimen,
tetapi biayasanya dapat membuat kesimpulan umum yang tinggi daya
generalisasinya. Penelitian survey tidak hanya digunakan untuk
melukiskan kondisi yang ada tetapi juga untuk membandingkan keadaan
tersebut dengan criteria yang telah ditetapkan atau menilai keefekifan
program.
2. Meode Penelitian Kuantitatif
Penelitian kuantitatif adalah penelitian ilmiah yang sistematis
terhadap bagian dan fenomemena serta hubungan- hubunganya dan tujuan
penelitian ini adalah ngembangkan dan menggunakan model- model
matematis teori- teori atau hipotesis yang berkaitan dengan fenomena alam
dan penelitiaan ini banyak digunakan dalam menyajikan suatu fakta atau
mendiskripsikan statistik untuk menunjukan suatu hubungan antar
variable. Metode ini juga digunakan untuk eksperimental deskripsi,survai
dan menemukan korelasional.
Pada penelitian ini menggunakan korelasi hubungan antara metode
kualitatif dan kuantitatif yang digunakan sebagai sumber acuan dalam
peneltian dan menekankan untuk metode kuantitatifnya. Pada penelitian


ini digunakan bijih daun kelor sebagai pemurnian pada limbah dalam
mengurangi kadar ion besi.

B. Variabel Penelitian
1. Variabel Independen (Bebas)
Variabel bebas atau biasa disebut variabel pengaruh dalam
penelitian ini ialah protein biji kelor (moringa oleifera seed) sebagai
biokoagulan.
2. Variabel Dependen (Terikat)
Variabel terikat atau biasa disebut variabel terpengaruh dalam
penelitian ini ialah proses penjernihan air sederhana terhadap air sungai
Jene Berang.

C. Tempat dan Subjek Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan Juli 2013. Penelitian dilakukan di
Laboratorium Kesehatan Lingkungan UIN Alauddin Makassar dan
Laboratorium Kesehatan Lingkungan Poltekkes Makassar. Subjek dalam
penelitian ini ialah air sungai Jene Berang Kabupaten Gowa Propinsi Sulawesi
Selatan.

D. Teknik Pengumpulan Data
Data yang digunakan terbagi atas dua, yaitu data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh dengan pengukuran dan uji Laboratorium UIN
Alauddin Makassar dan Poltekkes Makassar sedangkan data sekunder
diperoleh dari panduan referensi buku, internet, jurnal, karya tulis ataupun data
dari Kabupaten Gowa.

E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Teknik pengolahan data dilakukan dengan cara editing, coding, tabulating,
proccesing, dan cleaning.



1. Editing, menyeleksi dan mengoreksi data yang dikumpulkan dari hasil
pengukuran pada setiap kali percobaan,
2. Coding, kegiatan merubah data kualitatif menjadi data numerik (angka),
3. Tabulating, penyajian data berupa tabel-tabel hasil penelitian,
4. Proccesing, kegiatan memproses data agar dapat dianalisis. Proses data
dilakukan dengan cara mengentry data penurunan kesadahan air sungai
Jene Berang ke paket komputer.
5. Cleaning, pengecekan data merupakan kegiatan pengecekan kembali data
yang sudah dientry apakah terdapat kesalahan atau tidak.
Analisis data dilakukan secara deskriptif dan analitik. Analisis deskriptif
digunakan untuk mencari presentase penurunan kesadahan air sungai
sebelum dan sesudah perlakuan pada masing-masing variasi konsentrasi
ekstrak serbuk biji buah kelor sedangkan analitik digunakan dalam
hipotesis yang telah dirumuskan.

F. Jadwal Penelitian
Jadwal Penelitian Eksperimen
No. Kegiatan
Waktu Pelaksanaan
Keterangan
Juni Juli Agustus
1. Pengumpulan
bahan referensi

2 Persiapan
penelitian

3 Penelitian-uji
laboratorium

4 Tabulasi dan
analisis data

5 Penyusunan draft
hasil penelitian

6 Pembuatan laporan




G. Daftar Pustaka
Abidin, Didin. 2013. Fakta Air di Bumi.
Arif, Sumantri. 2010. Kesehatan Lingkungan dan Perspektif Islam. Jakarta:
Kencana.
Hidayat, Saleh. 2009. Protein Biji Kelor Sebagai Bahan Aktif Penjernihan Air.
2(2): 12-17
Mukono, H. J. 2008. Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan. Surabaya:
Airlangga Universit Press.
Pandia, Setiaty dan Husin, Amir. 2005. Pengaruh Massa dan Ukuran Biji
Kelor pada Proses Penjernihan Air. 4(2): 26-33.
Rama, Bahaking. 2012. Relasi Diri dengan Lingkungan. Makassar: Alauddin
University Press.
Rambe, Ahmad Mulia. 2009. Pemanfaatan Biji Kelor (Moringa oleifera)
sebagai koagulan alternatif dalam Proses Penjernihan Limbah Cair
Industri Tekstil. Thesis Universitas Sumatera Utara, Medan.
Waluyo, Suyitno Teguh. 1991. Penggunaan Biji Kelor Sebagai Koagulan pada
Proses Penjernihan Air Sederhana.
Yuliastri, Indra Rani. 2010. Penggunaan Serbuk Biji Kelor (Moringa oleifera)
sebagai Koagulan dan Flokulan dalam Perbaikan Kualitas Air Limbah
dan Air Tanah

Anda mungkin juga menyukai