Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gula merupakan komoditas strategis karena termasuk dalam salah satu

kebutuhan pokok masyarakat di Indonesia. Sebagai salah satu bahan pangan pokok

masyarakat, konsumsi gula selalu mengalami peningkatan. Ketergantungan

masyarakat terhadap konsumsi gula cukup besar karena kecilnya kecenderungan

untuk mengganti gula tebu dengan gula buatan atau pemanis lainnya. Permintaan

gula nasional akan terus meningkat dari tahun ketahun seiring dengan

meningkatnya jumlah penduduk, pendapatan masyarakat, dan pertumbuhan

industri makanan dan minuman (Sugiyanto, 2007). Pada tahun 2020, jumlah

produksi gula nasional mencapai 2,13 juta ton terdiri dari 1,17 juta ton produksi

pabrik gula swasta dan 0,96 juta ton produksi pabrik gula BUMN (BPS, 2020).

Sedangkan pada tahun 2021, jumlah produksi gula nasional meningkat sebesar 2,35

juta ton yang terdiri dari produksi pabrik gula BUMN sebesar 1,06 juta ton dan

pabrik gula swasta sebesar 1,29 juta ton (BPS, 2021).

Indonesia memiliki sekitar 58 pabrik gula yang masih beroperasi saat ini, 31

diantaranya berada di Jawa Timur. Oleh karena itu, Jawa Timur dikenal sebagai

barometer gula nasional (Magfiroh et al., 2017). Meningkatnya jumlah produksi

gula menyebabkan jumlah limbah cair yang dihasilkan oleh suatu pabrik gula juga

meningkat. Kapasitas giling pada salah satu pabrik gula yang berada di Jawa Timur

pada tahun 2021 sebesar 7.000 ton tebu/hari (7.000 Ton Cane Per Day) dengan

limbah cair yang dihasilkan mencapai 90 sampai 120 m 3/hari pada saat musim

1
giling berlangsung. Rata-rata kapasitas produksi gula di Indonesia pada tahun 2019

sebesar 6.000 sampai 6.250 TCD (Ton Cane Per Day) akan menghasilkan sekitar

80 sampai 90 m3 /hari limbah cair (Rhofita dan Russo, 2019).

Jumlah limbah cair yang dihasilkan oleh suatu pabrik gula cukup tinggi

dikarenakan adanya pemakaian air dalam proses produksi gula yang banyak. Untuk

memproduksi 1 ton gula diperlukan air hingga 22,5 m 3 air (Rhofita dan Russo,

2019). Limbah cair yang dihasilkan biasanya berasal dari unit produksi yang

mengkonsumsi cukup banyak air seperti boiler, kondensor, evaporator, buangan

ketel dan peralatan lain. Sedangkan kegiatan yang menghasilkan banyak limbah

cair seperti proses pencucian, pembersihan lantai pabrik, tumpahan nira, dan lain-

lain (Rhofita dan Russo, 2019).

Anda mungkin juga menyukai