Anda di halaman 1dari 52

LAPORAN PRAKTEK KERJA

PABRIK ALKOHOL DAN SPIRITUS (PS) MADUKISMO


PT MADUBARU YOGYAKARTA
Periode 23 Januari s.d. 23 Februari 2019

Disusun oleh :
Fadhil Fahmi
I 8316020

PROGRAM STUDI DIII TEKNIK KIMIA


JURUSAN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2019
LAPORAN PRAKTEK KERJA

PABRIK ALKOHOL DAN SPIRITUS (PS) MADUKISMO


PT MADUBARU YOGYAKARTA
Periode 23 Januari s.d. 23 Februari 2019

Disusun oleh :
Fadhil Fahmi
I 8316020

PROGRAM STUDI DIII TEKNIK KIMIA


JURUSAN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2019

i
Halaman Pengesahan
Laporan Praktek Kerja

UNIVERSITAS SEBELAS MARET


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK KIMIA

Nama : Fadhil Fahmi


NIM : I 8316020
Pabrik : PT Madubaru Yogyakarta
Dosen Pembimbing : Dr. Joko Waluyo, S.T., M. T.

Surakarta, Maret 2019


Dosen Pembimbing

Dr. Joko Waluyo, S.T., M.T.


NIP 19860216 2014041 001

ii
Halaman Pengesahan
Laporan Praktek Kerja

UNIVERSITAS SEBELAS MARET


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK KIMIA

Nama : Fadhil Fahmi


NIM : I 8316020
Pabrik : PT Madubaru Yogyakarta
Pembimbing Lapangan : Syamsu Handoyo Kurniawan, S.T.

Mengetahui Yogyakarta, 19 Februari 2019


Kepala PS Madukismo Pembimbing Lapangan

Iwantara, S.T., M.Si. Syamsu Handoyo Kurniawan, S.T.

iii
HALAMAN KONSULTASI
PRAKTEK KERJA
Nama : Fadhil Fahmi
No. Induk Mahasiswa : I 8316020
Kerja Praktek di Pabrik : PT. Madubaru Yogyakarta
Tanggal Mulai : 23 Januari s.d. 23 Februari 2019
Pembimbing : Dr. Joko Waluyo, S.T., M.T.

No. Tanggal Konsultasi Paraf Ket.


Mhs Dosen

 Jumlah konsultasi dengan masing-masing pembimbing minimal sebanyak 8


kali untuk dapat dinyatakan selesai.
Dinyatakan selesai
Tanggal :
Dosen Pembimbing

Dr. Joko Waluyo, S.T., M.T.


NIP 19860216 2014041 001

iv
HALAMAN PRESENSI / JADWAL KEGIATAN PRAKTEK KERJA

Nama : Fadhil Fahmi


NIM : I 8316020
Program Studi /Jurusan : DIII / Teknik Kimia
Fakultas : Teknik
Universitas : Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta
Tempat Praktek Kerja : PT Madubaru Yogyakarta
Waktu Praktek Kerja : 23 Januari s.d. 23 Februari 2018

Paraf
No. Tanggal Kegiatan Lokasi
Mahasiswa Pembimbing

Yogyakarta, 23 Februari 2019


Pembimbing Lapangan

Syamsu Handoyo Kurniawan, S.T.

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena


atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan penulisan
Laporan Praktek Kerja di Pabrik Alkohol dan Spiritus (PS) Madukismo
Yogyakarta.
Selama penyusunan Laporan Praktek Kerja ini kami banyak memperoleh
bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, kami mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Mujtahid Kaavessina, S. T., M. T., Ph.D selaku Ketua Jurusan Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Dr. Dwi Ardiana Setyawardhani, S.T., M.T. selaku Koordinator Dosen
Pembimbing Praktek Kerja.
3. Dr. Joko Waluyo, S.T., M.T. selaku Dosen Pembimbing Praktek Kerja.
4. Iwantara, S.T., M.Si. selaku Kepala PS Maduksimo.
5. Suhadi, S.T. dan Syamsu Handoyo Kurniawan, S.T. selaku Pembimbing
Lapangan PS Maduksimo.
6. Seluruh staf dan karyawan PS Madukismo yang membantu dalam
memperoleh informasi dan data-data.
7. Orang tua dan teman-teman atas doa, dukungan moral, dan material.
8. Seluruh pihak terkait yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu yang telah
membantu dalam penyusunan laporan ini.
Kami menyadari bahwa laporan ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan guna penyempurnaan
laporan ini. Kami berharap semoga laporan ini bermanfaat bagi pembaca.

Surakarta, Februari 2019

Penyusun

vi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... ii
HALAMAN KONSULTASI ........................................................................... iv
KATA PENGANTAR ..................................................................................... vi
DAFTAR ISI .................................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... ix
INTISARI......................................................................................................... x
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pendirian Pabrik ........................................... 1
B. Lokasi Pabrik ......................................................................... 2
C. Bahan Baku dan Produk yang dihasilkan............................... 3
D. Organisasi Perusahaan ........................................................... 5
E. Jaminan Sosial........................................................................ 6
BAB II. DESKRIPSI PROSES
A. Konsep ................................................................................... 8
B. Diagram Alir Proses ............................................................... 8
C. Langkah-langkah Proses ........................................................ 9
BAB III. SPESIFIKASI ALAT
A. Spesifikasi Alat Utama........................................................... 25
B. Spesifikasi Alat Pendukung ................................................... 28
BAB IV. UTILITAS
A. Penyediaan Air ....................................................................... 31
B. Penyediaan Steam................................................................... 32
C. Penyediaan Tenaga Listrik ..................................................... 34
D. Penyediaan Udara Tekan........................................................ 34
BAB V. PENGOLAHAN LIMBAH
A. Jenis Limbah .......................................................................... 36
B. Karakteristik Limbah ............................................................. 37
C. Cara Pengolahan Limbah ....................................................... 37

vii
BAB VI. LABORATORIUM
A. Program Kerja ........................................................................ 40
B. Alat Laboratorium Utama ...................................................... 41
C. Prosedur Analisa .................................................................... 41
BAB VII. PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................ 43
B. Saran ....................................................................................... 43
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
TUGAS KHUSUS

viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar I.1 Lokasi Pabrik ............................................................................ 2


Gambar I.2 Struktur Organisasi ................................................................... 5
Gambar II.1 Diagram Alir Proses Produksi Alkohol PS Madukismo .......... 8
Gambar II.2 Skema Pembuatan Alkohol dan Spiritus .................................. 9
Gambar IV.1 Skema Distribusi Penggunaan Air di PS Madukismo .............. 30
Gambar IV.2 Skema Distribusi Penggunaan Steam di PS Madukismo ......... 30
Gambar IV.3 Skema Pengolahan Air Umpan untuk Boiler ........................... 31
Gambar IV.4 Skema Distribusi Penggunaan Listrik di PS Madukismo ........ 32

ix
INTISARI

FADHIL FAHMI. (2019). “LAPORAN PRAKTEK KERJA PABRIK


ALKOHOL DAN SPIRITUS (PS) MADUKISMO PT MADUBARU
YOGYAKARTA”. PROGRAM STUDI DIII TEKNIK KIMIA, FAKULTAS
TEKNIK, UNIVERSITAS SEBELAS MARET, SURAKARTA.

Pabrik Alkohol dan Spiritus (PS) Madukismo berada dalam satu


lingkungan dengan PT Madubaru yang berbentuk badan hukum Perseroan
Terbatas. Pimpinan tertinggi perusahaan ini yaitu seorang direktur yang langsung
membawahi General Manager dan Kepala Bagian . Pabrik ini terletak di desa
Padokan, kelurahan Tirtonimolo, kecamatan Kasihan, kabupaten Bantul, Daerah
Istimewa Yogyakarta dan menempati area sekitar 30 hektar untuk kegiatan
produksinya.
Bahan baku pembuatan alkohol di PS Madukismo adalah tetes dan ragi
Saccharomyces cereviceae. Tetes diperoleh dari hasil samping PG Madukismo.
Alkohol yang dihasilkan ada 2 jenis, yaitu alkohol prima dan alkohol teknis.
Alkohol prima yaitu alkohol yang mempunyai kadar minimal 95%, sedangkan
alkohol teknis yaitu alkohol dengan kadar minimal 94%. Kapasitas produksi PS
Madukismo sekitar 25.000 liter alkohol per hari yang terdiri dari 22.000 liter per
hari alkohol prima dan 3.000 liter per hari alkohol teknis. Alkohol prima dijual
langsung, sementara alkohol teknis diproses lebih lanjut menjadi spiritus dengan
penambahan minyak tanah, metanol, dan methylen blue. Spiritus hanya diproduksi
jika ada pesanan saja.
PS Madukismo menggunakan metode fermentasi dalam proses
produksinya. Proses ini meliputi proses pemasakan media, pembibitan, peragian
(fermentasi), penyulingan, dan proses methylasi.
Unit utilitas meliputi penyediaan listrik dengan kapasitas 1.200 kW,
penyediaan air sebanyak 90 m3/jam, penyediaan udara bertekanan sebesar 12
m3/jam, dan penyediaan steam dengan kebutuhan sekitar 5 ton/jam
Limbah yang dikeluarkan berupa cair, padat dan gas. Limbah cair terdiri
dari vinasse, luther washer, dan air bekas pencucian tangki. Limbah padat berupa
sludge (endapan sisa peragian), dan limbah gas berupa CO2 yang dihasilkan dari
proses peragian. Limbah vinasse diolah dulu di Unit Pengolahan Limbah Cair
(UPLC) dan dibuat Pupuk Cair.
Laboratorium PS Maduksimo memiliki program kerja pengawasan dan
analisis terhadap mutu produk. Kegiatan analisis yang dilakukan antara lain
pemeriksaan bahan mentah, pemeriksaan produk setengah jadi, pengontrolan
kualitas alkohol, dan pemeliharaan yeast.

x
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Pendirian Pabrik


Pada zaman pemerintahan kolonial Belanda, di sekitar wilayah
Yogyakarta terdapat kurang lebih 17 pabrik gula. Pabrik–pabrik gula tersebut
merupakan hasil karya pemerintahan Hindia Belanda pada masa penjajahan.
Tahun 1942, Jepang menjajah Indonesia dan menguasai 12 pabrik gula yang
tersisa. Saat proklamasi kemerdekaan, pemerintahan Republik Indonesia
merebut semua industri gula dari penjajah Jepang dan kemudian
membumihanguskannya.
Pada tahun 1955, ketika pemerintahan sudah berjalan normal dan
keadaan mulai pulih kembali, Sri Sultan Hamengkubuwono IX memprakarsai
berdirinya kembali pabrik gula dengan tujuan–tujuan:
a. menampung para buruh bekas pabrik gula,
b. meningkatkan dan menambah kesejahteraan dan kemakmuran rakyat,
dan
c. menambah pendapatan pemerintah pusat maupun daerah.
Pabrik Gula dan Pabrik Spiritus Madukismo mulai dibangun pada
tanggal 14 Juni 1955 dengan bentuk perusahaan Perseroan Terbatas (PT)
bernama Pabrik-Pabrik Gula Madubaru PT (P2G Madubaru PT) yang
kemudian diresmikan tanggal 29 Mei 1958 oleh Presiden Soekarno.
Pada tahun 1962, pemerintah melakukan nasionalisasi terhadap
semua perusahaan di wilayah Indonesia dan membentuk suatu badan yang
bernama Badan Pimpinan Umum Perusahaan Perkebunan Negara (BPUPPN)
yang mempunyai tugas membawahi seluruh pabrik–pabrik gula di Indonesia.
Pada tanggal 1 Maret 1962, Sri Sultan Hamengkubuwono IX selaku Presiden
Direktur P2G Madubaru PT, menyerahkan PG Madukismo kepada
pemerintah Republik Indonesia.
Pada tahun 1968, pemerintah RI memberi kesempatan kepada
pabrik-pabrik gula yang bermaksud menarik diri dari BPUPPN. Oleh karena

1
2

itu pada tanggal 3 September 1968 status pabrik kembali menjadi Perseroan
Terbatas dan dinamakan P2G Madubaru PT, yang membawahi PG
Madukismo dan PS Madukismo. Tahun 1978 kepemilikan saham berubah
menjadi 25% dimiliki pemerintah RI dan 75% Sri Sultan Hamengkubuwono
IX. Sejak tanggal 4 Maret 1984 s.d. 3 Maret 2004 dengan persetujuan Sri
Sultan Hamengkubuwono IX selaku pemilik saham terbesar, P2G
MADUBARU PT kembali dikelola oleh pemerintah Republik Indonesia yang
bekerja sama dengan PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI). Maret 2004
hingga sekarang perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas dengan nama
PT Madubaru mempunyai komposisi saham 65% milik Sri Sultan
Hamengkubuwono X dan 35% milik PT RNI.

B. Lokasi Pabrik
Pabrik gula dan spiritus dibangun di bekas pabrik gula Padokan yang
berjarak 5 km di sebelah selatan kota Yogyakarta, tepatnya di kelurahan
Tirtonirmolo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul.
Pabrik spiritus terletak dalam satu komplek dengan PG Madukismo,
dengan fasilitas penunjang berupa rumah dinas, gedung dan perkantoran yang
mempunyai luas lahan 276.000 m2 dengan status HGB (Hak Guna
Bangunan).

Gambar I.1 Lokasi Pabrik


3

C. Bahan Baku dan Produk yang dihasilkan


1. Bahan Baku Utama
a. Tetes
Tetes (molasses) merupakan sirup gula yang tidak mengkristal
setelah melalui proses kristalisasi. Tetes juga merupakan hasil
samping industri gula yang masih mengandung sukrosa.
b. Yeast (Ragi)
Ragi adalah mikroorganisme bersel tunggal, tidak berklorofil, dan
dipasok makanan berupa C, N dan nutrisi untuk pertumbuhannya.
Yeast berukuran antara 5 hingga 20 mikron, dan berkembang biak
dengan cara pembelahan dan fusi. Proses fermentasi selalu
melibatkan mikroorganisme untuk menghasilkan enzim. Enzim
digunakan sebagai biokatalisator yang berfungsi untuk mempercepat
reaksi kimia. Hampir semua fermentasi menggunakan yeast
Saccharomyces cereviceae. Pada pabrik spiritus Madukismo jenis
ragi yang digunakan adalah Saccharomyces cereviceae Jenis D.
2. Bahan Pembantu
a. Pupuk urea [(NH2)2CO]
Urea yang berwujud kristal putih berfungsi sebagai nutrisi untuk
pertumbuhan dan perkembangan yeast. Urea ditambahkan ke dalam
medium fermentasi pada saat pemasakan. Jumlah pemakaian pupuk
urea pada tangki masakan untuk sekali masak adalah 6 kg untuk
masing-masing tangki 3A, 3B, dan 8/1-3.
b. Pupuk NPK
Pupuk NPK berwujud butiran berwarna coklat tua yang berfungsi
sebagai nutrisi untuk pertumbuhan dan perkembangan yeast, yaitu
sebagai sumber nitrogen dan phosphat. Pupuk NPK ditambahkan ke
dalam medium fermentasi pada saat pemasakan. Jumlah pemakaian
pupuk NPK pada tangki masakan untuk sekali masak adalah 6 kg
untuk masing-masing tangki 3A, 3B dan, 8/1-3.
4

c. Asam Sulfat (H2SO4)


Asam sulfat dalam proses produksi digunakan untuk mengatur pH
dan menghidrolisis sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa. Asam
sulfat ditambahkan pada tangki masakan sebanyak 3 liter untuk
masing-masing tangki 3A, 3B, dan 8/1-3 setiap kali masak.
d. TRO (Turkey Red Oil)
TRO berfungsi sebagai anti buih selama proses fermentasi
berlangsung. Jumlah pemakaiannya sebanyak 2 liter untuk setiap
tangki T-26. TRO ditambahkan jika terjadi buih yang hebat pada saat
fermentasi.
e. Superfloc
Superfloc digunakan pada tangki-tangki fermentasi untuk
mengendapkan kotoran, sehingga tidak timbul kerak dalam menara
distilasi. Endapan yang terjadi dikeluarkan setiap dua kali pemakaian
pada setiap tangki. Jumlah pemakaian untuk setiap tangki T-26 yaitu
300 gram yang dilarutkan terlebih dahulu ke dalam 1 liter alkohol,
kemudian ditambahkan 20 liter air.
3. Produk
Kapasitas produksi PS Madukismo sekitar 25.000 liter alkohol
per hari, yang terdiri dari :
a. Alkohol Prima
Alkohol yang mempunyai kadar minimal 95% (v/v) dengan jumlah
kurang lebih 70% dari keseluruhan produk alkohol rata–rata, yang
terutama digunakan untuk kepentingan laboratorium, farmasi, dan
kosmetik. Jumlah alkohol prima yang dihasilkan sekitar 22.000 liter
per hari.
b. Alkohol Teknis
Alkohol dengan kadar minimal 94% dengan jumlah kurang lebih
30% dari keseluruhan produk rata-rata. Alkohol ini selanjutnya
dijadikan spiritus dengan cara penambahan minyak tanah, methanol,
dan methylen blue. Jumlah alkohol teknis yang dihasilkan sebanyak
5

3.000 liter per hari. Sedangkan untuk spiritus hanya diproduksi jika
ada pesanan saja.

D. Organisasi Perusahaan
Struktur organisasi Pabrik Gula dan Pabrik Spiritus Madukismo
bergabung menjadi satu, sebab kedua pabrik tersebut berada di bawah
naungan satu perusahaan yaitu PT Madubaru, seperti di bawah ini :

Direktur

Kabag. SDM- General Kabag. Akt- Kabag.


SPI
Umum Manager Keu Pemasaran

Kabag. Kabag. Kabag.


Kepala PS
Pabrikasi Instalasi Tanaman

Kepala PS

Wakil Kepala
Staf Instalasi Staf Pabrikasi
PS

Pengolahan Pembersihan
Pompa Mesin Listrik Sulingan Peragian Masakan Ketel
Limbah Air

Gambar I.2 Struktur Organisasi


Gambar I.2 menunjukkan struktur organisasi di PG dan PS
Madukismo. Kepala PS di bawah langsung Direktur dan membawahi
beberapa Kasi seperti Staf Instalasi dan Staf Pabrikasi.

1. Tenaga Kerja
Berdasarkan atas sifat hubungan kerja dengan perusahaan, maka
karyawan di PT Madubaru terdiri dari 2 bagian yaitu:
a. Karyawan tetap:
6

1. Karyawan Pimpinan
2. Karyawan Pelaksana

b. Karyawan tidak tetap :


1. Karyawan kontrak waktu tertentu dalam pabrik
2. Karyawan kontrak waktu tertentu luar pabrik
3. Karyawan borong
2. Jam Kerja
Masa suling pabrik spiritus Madukismo selama 24 jam per hari
dan dibagi menjadi 3 shift yaitu:
1. Shift I dengan jam kerja 06.00 – 14.00 WIB
2. Shift II dengan jam kerja 14.00 – 22.00 WIB
3. Shift III dengan jam kerja 22.00 – 06.00 WIB
Penggantian shift (rolling) setiap seminggu sekali. Sedangkan
jam kerja untuk karyawan non shift adalah sebagai berikut:
1. Hari Senin s/d Kamis, jam 06.30 – 15.00 WIB
2. Hari Jumat dan Sabtu, jam 06.30 – 11.30 WIB
Karyawan non shift istirahat satu jam sehari, yaitu dari jam
11.30 – 12.30 WIB. Untuk karyawan yang bekerja di luar jam kerja dan
di luar hari kerja (Minggu/Hari Libur Nasional), perusahaan menghitung
sebagai kerja lembur.

E. Jaminan Sosial
Jaminan sosial karyawan pabrik PT Madubaru berupa:
a. Semua karyawan diikutsertakan dalam program BPJS Ketenagakerjaan
dan BPJS Kesehatan.
b. Ada jaminan hari tua dengan pemberian hak pensiunan untuk karyawan
tetap sebesar 70% gaji pokok.
c. Tersedianya poliklinik yang dilengkapi dengan apotek, dokter dan juru
rawat untuk karyawan dan keluarga.
7

d. Penyediaan rumah dinas untuk karyawan tetap berdasarkan penunjukan


direksi. Untuk karyawan yang tidak mendapatkan rumah dinas oleh
perusahaan diberikan tunjangan pengganti uang sewa,.
e. Karyawan berhak membeli gula tiap bulan dengan harga pokok. Pada
akhir masa giling, karyawan mendapat jatah gula cuma-cuma dengan
jumlah ditentukan oleh perusahaan.
f. Sarana ibadah, sara olahraga dan sarana kesenian.
BAB II
DESKRIPSI PROSES

A. Konsep
Bahan baku pembuatan alkohol di PS Madukismo adalah tetes dan
ragi Saccharomyces cereviceae. Tetes diperoleh dari hasil samping PG
Madukismo. Alkohol yang dihasilkan ada 2 jenis, yaitu alkohol prima dan
alkohol teknis. Alkohol prima yaitu alkohol yang mempunyai kadar minimal
95%, sedangkan alkohol teknis yaitu alkohol dengan kadar minimal 94%.
Proses yang digunakan untuk memproduksi alkohol adalah
fermentasi dengan bantuan ragi Saccharomyces cereviceae dan tetes sebagai
media fermentasi.
Secara umum berlangsung dua tahap reaksi, yaitu:
1. Hidrolisis Sukrosa
Sukrosa sebagai disakarida dihidrolisis oleh air menjadi monosakarida,
yaitu glukosa dan fruktosa. Reaksinya sebagai berikut:
C12 H22 O11 H2 SO4 C6 H12 O6 C H O
+ H2 O → + 6 12 6
sukrosa glukosa fruktosa
2. Pemecahan Glukosa dan Fruktosa
Monosakarida (glukosa dan fruktosa) dari proses hidrolisis menjadi
media fermentasi. Pada proses ini monosakarida diubah menjadi etanol
dengan bantuan yeast Saccharomyces cereviceae..
C6 H12 O6 yeast 2C2 H5 OH
→ + 2CO2
monosakarida etanol

B. Diagram Alir Proses


Diagram Alir Proses pembuatan alkohol di PS Madukismo
ditampilkan pada Gambar II.1.

8
10

DIAGRAM ALIR PROSES PEMBUATAN


ALKOHOL
PS. MADUKISMO

Steam

Air Sungai

Air Bersih

Kondensor Kondensor Kondensor Kondensor Kondensor


MK Voorwarmer MK VK RK NK
Voorwarmer

Pendingin
Hasil

Tangki Pendingin Pendingin


Kandungan Hasil Hasil
Hasil

Voorloop
Column
Feeding
Feeding MK (45 Plate)
MK

Urea, NPK, Sulfat Teknis Prima


Plate 15

Udara Rectifiser
Nachloop
Column
(63 Plate)
Column
(63 Plate)
Bibit
T 22
Maische Maische
Column Column
A B Plate 21
Plate 19
(16 Plate) (16 Plate)
T 25 Plate 15
Plate 12

Tangki Tetes

T 26
Lutter
T 3A T 3B T8 Wasser
9000 Lt 9000 Lt 9000 Lt
Vinasse

CO2

Air Bekas

BFW

Sludge

Gambar II.1 Diagram Alir Proses Produksi Alkohol PS Madukismo

9
10

Tetes Tebu

NPK
Asam Sulfat Air
Urea

Pemasakan

Superflog
Bibit
TRO

Peragian
Air
Media

CO2 Endapan/sludge

Pupuk Organik

Vinase Penyulingan

UPLC

Alkohol Murni Alkohol Teknis

Methylen Blue Minyak tanah


Pucamadu
Sungai Metil Alkohol
(Pupuk Cair Madubaru)
Methylasi

Spiritus

Gambar II.2 Skema Pembuatan Alkohol dan Spiritus

C. Langkah- langkah Proses


Proses pembuatan alkohol dan spiritus yang ditampilkan pada
Gambar II.2 di PS Madukismo terdiri dari beberapa tahap, yaitu:
1. Proses Masakan
2. Proses Pembibitan
3. Proses Peragian (Fermentasi)
4. Proses Penyulingan
5. Proses Methylasi (untuk spiritus)
11

1. Proses Masakan
Proses masakan adalah pembuatan adonan untuk
perkembangbiakan yeast dalam tahap fermentasi. Pembuatan adonan ini
meliputi pengenceran tetes dengan oBrix tinggi menjadi °Brix tertentu,
penambahan nutrien (NPK dan Urea), serta pengaturan pH dengan
penambahan asam sulfat.
Peralatan utama pada stasiun pemasakan terdiri dari:
a. Tangki Ukur Tetes
Terdapat 3 buah tangki ukur tetes, yaitu :
- Tangki ukur AB kapasitas 2.500 liter,
- Tangki ukur 6A kapasitas 2.500 liter, dan
- Tangki ukur 6B kapasitas 2.500 liter.
Pada tangki AB terdapat dinding pemisah vertikal yang membagi
dua bagian, sedangkan pada tangki 6A dan 6B tidak terdapat dinding
pemisah. Tetes dari tangki penimbun diambil secara volumetrik
dengan menggunakan tangki ukur. Tangki ukur AB digunakan untuk
mengisi tangki adonan 3A dan 3B, sedangkan tangki 6A dan 6B
digunakan untuk mengisi tangki 8. Masing-masing tangki ukur
terdapat begel-begel untuk mengetahui volume tetes. 1 begel setara
dengan 100 liter.
b. Tangki Adonan
Terdapat 5 buah tangki adonan, yaitu :
- Tangki adonan 3A kapasitas 9.000 liter
- Tangki adonan 3B kapasitas 9.000 liter
- Tangki adonan 8/1 kapasitas 9.000 liter
- Tangki adonan 8/2 kapasitas 9.000 liter
- Tangki adonan 8/3 kapasitas 9.000 liter
Proses masakan merupakan proses pembuatan adonan yang
terdiri dari dua macam, yaitu :
12

a. Pembuatan Adonan Bibit (Starter)


Proses ini dilakukan pada tangki 3A dan 3B masing-masing dengan
kekentalan 14oBrix dan 18oBrix. Langkah-langkah pembuatan
adonan bibit adalah sebagai berikut:
Pembuatan Adonan Bibit pada Tangki 3A
1. Membersihkan tangki dengan air sebelum digunakan.
2. Mengisi tangki dengan air sebanyak 7.600 liter, kemudian
menyalakan pengaduk.
3. Mengumpankan tetes sebanyak 1.400 liter dari tangki AB
sehingga volume total menjadi 9.000 liter dan kepekatan
14oBrix.
4. Menambahkan 6 kg Urea, 6 kg NPK, dan 3 liter asam sulfat
sehingga pH larutan berkisar 4,8.
5. Mematikan pengaduk ketika adonan telah homogen. Adonan
siap dipompakan ke tangki pembibitan pertama (tangki 22) dan
tangki pembibitan utama (tangki 25).

Pembuatan Adonan Bibit pada Tangki 3B


1. Membersihkan tangki dengan air sebelum digunakan.
2. Mengisi tangki dengan air sebanyak 7.400 liter, kemudian
menyalakan pengaduk.
3. Mengumpankan tetes sebanyak 1.600 liter dari tangki AB
sehingga volume total menjadi 9.000 liter dan kepekatan
18oBrix.
4. Menambahkan 6 kg Urea, 6 kg NPK, dan 3 liter asam sulfat
sehingga pH larutan berkisar 4,8.
5. Mematikan pengaduk ketika adonan telah homogen. Adonan
siap dipompakan ke tangki pembibitan pertama (tangki 22) dan
tangki pembibitan utama (tangki 25).
b. Pembuatan Adonan Fermentasi Utama
13

Proses ini dilakukan pada tangki 8/1, 8/2, dan 8/3 dengan
volume masing–masing 9.000 liter. Tangki 8/1 dan 8/2 digunakan
dalam pembuatan adonan, sedangkan tangki 8/3 hanya digunakan
untuk menyuplai air saja. Langkah-langkah pembuatan adonan
fermentasi utama sebagai berikut:
1. Membersihkan tangki 8/1 dan 8/2 dengan air.
2. Mengisi tangki dengan air sebanyak 3.300 liter, lalu menyalakan
pengaduk.
3. Menambahkan tetes sebanyak 5.700 liter dari tangki 6A ke
tangki 8/1 dan 5.700 liter dari tangki 6B ke tangki 8/2 sehingga
volume total 9.000 liter untuk masing-masing tangki dengan
kepekatan 55Brix.
4. Menambahkan 6 kg Urea dan 6 kg NPK
5. Mematikan pengaduk ketika adonan telah homogen. Adonan
siap dipompakan ke tangki fermentasi utama (tangki 26).
Asam sulfat tidak ditambahkan ke dalam adonan karena
adonan ini akan digunakan dalam fermentasi. Fermentasi
memanfaatkan bantuan mikroba Saccharomyces cereviceae untuk
memecah monosakarida menjadi etanol.
2. Proses Pembibitan
Pembibitan merupakan usaha pembiakkan yeast
(Saccharomyces cereviceae) untuk mendapatkan sel dalam jumlah
tertentu. Jumlah sel yeast harus ditingkatkan agar fermentasi dapat
berjalan cepat dan optimal.
Pembuatan bibit ini dilakukan secara bertingkat yang terdiri
dari:
a. Pembibitan di laboratorium
b. Pembibitan di tangki–tangki starter
c. Pembibitan di tangki pembibitan
Tahap a dan b hanya dijalankan sekali, yaitu pada waktu awal
pabrik spiritus akan mulai produksi atau pada saat tertentu ketika bibit
14

baru yang lebih produktif diperlukan. Sedangkan tahap c dijalankan terus


menerus selama proses produksi.

Pembibitan di Laboratorium
Langkah-langkah pembibitan di laboratorium sebagai berikut:
1. Menyiapkan 6 buah erlenmeyer 50 cc, mengisinya masing-masing
30 cc larutan tetes 6oBrix steril. Setiap 1 liter larutan tetes steril
terkandung 1 gr Urea, 0,3 gr NPK, dan 1 cc asam sulfat sehingga pH
mencapai 4,5 - 5. Laboratorium membuat 2 liter larutan tetes steril,
kemudian mengambil 30 cc untuk masing-masing erlenmeyer.
Memasukkan ke dalam tiap erlenmeyer yeast murni, lalu menutup
dengan kapas (untuk menghindari kontaminasi dari luar) dan
menyimpannya selama 24 jam pada suhu kamar. Timbulnya buih
merupakan tanda bahwa mikroba hidup atau berkembang biak.
2. Memasukkan 1 liter larutan tetes steril 14ºBrix ke dalam erlenmeyer
2 liter sebanyak 6 buah. Kemudian menambahkan nutrien dan asam
sulfat hingga pH mencapai 4,5–5. Untuk 1 liter tetes membutuhkan 1
gr urea, 0,3 gr NPK, dan 1 cc asam sulfat.
3. Setelah 24 jam, memasukkan larutan bibit dari dari langkah (1) ke
langkah (2) sehingga volume masing–masing 1.090 cc. Kemudian
menyimpan larutan dalam inkubator selama 24 jam pada suhu 30ºC.
Larutan ini nantinya digunakan untuk pembibitan di pabrik.

Pembibitan di Tangki Starter


Diperlukan 3 buah tangki, yaitu:
a. Tangki karlsberger (tangki 19)
b. Tangki pembibitan tingkat I (tangki 20)
c. Tangki pembibitan tingkat II (tangki 21)
Langkah–langkah pembuatan bibit di tangki–tangki starter adalah
sebagai berikut:
a. Pembibitan pada Tangki 19
15

- Membersihkan tangki dengan air mendidih sebelum digunakan.


- Mengumpankan 10 liter larutan tetes 14Brix dengan pH 4,8
dari tangki 3A.
- Menambahkan bibit dari laboratorium sebanyak 2 botol masing-
masing 1.090 cc sehingga volume total 12.180 cc atau  12 liter.
- Menyimpan larutan dalam inkubator selama 24 jam pada 28oC -
30ºC sambil dialirkan udara ke dalam media secara pelan selama
 3 jam setiap 5 jam. Pemberian udara saat inkubasi (aerob)
bertujuan membantu perkembangbiakan mikroba dan
menghambat pembentukan alkohol.
- Setelah berumur 24 jam, memindahkan isi tangki ke tangki 20.
b. Pembibitan pada Tangki 20
- Membersihkan dan mensterilkan tangki sebelum digunakan.
- Memasukkan 36 liter tetes 14Brix yang sudah steril.
- Menambahkan seluruh bibit dari tangki 19 sehingga volume
total 48.180 cc atau  48 liter. Larutan didiamkan selama 24 jam
sambil dialiri udara seperti pada langkah (a).
- Setelah 24 jam, memindahkan larutan ke tangki 21.
c. Pembibitan pada Tangki 21
- Mengalirkan seluruh bibit dari tangki 20 ke dalam tangki 21.
- Menambahkan larutan tetes 14Brix sebanyak 432 liter dan pH
4,8 dari tangki 3A sehingga volume total 480.180 cc atau  480
liter. Setelah itu disimpan selama 24 jam dengan aliran udara
seperti langkah (a).
- Memindahkan larutan ke tangki pembibitan pertama (tangki 22).

Pembuatan bibit di tangki pembibitan


Pembuatan bibit ini berlangsung pada tangki pembibitan pertama (tangki
22) dan tangki pembibitan utama (25).
a. Pembibitan pada Tangki 22
16

Tangki 22/1-3 dilengkapi dengan tangki CO2 pada bagian atas serta
pipa-pipa air pendingin yang berupa sparger dan pipa udara
(sprayer) dalam tangki. Pipa pendingin berguna untuk
mempertahankan suhu larutan  30C. Gas CO2 yang terbentuk
dikeluarkan melalui tangki CO2. Kemungkinan adanya alkohol yang
ikut menguap akan terembunkan oleh air pendingin yang ada di
dalamnya. Udara dialirkan lewat sprayer selama 4 jam pada awal
proses. Langkah-langkah pembibitan pada tangki 22 adalah sebagai
berikut :
1. Memasukkan semua bibit dari tangki 21 ke dalam tangki 22/1.
Kemudian menambahkan larutan tetes 14Brix dari tangki 3A
hingga volume total 3.010 liter.
2. Setelah 8 jam, mengalirkan bibit dari tangki 21 lainnya dialirkan
ke tangki 22/2 dan ditambahkan larutan tetes 14Brix dari tangki
3A hingga volume total 3.010 liter.
3. Setelah bibit dalam tangki 22/1 diinkubasi selama 16 jam,
mengambil 350 liter bibit dari tangki ini lalu memindahkannya
ke tangki 22/3. Sisanya dialirkan ke tangki pembibitan utama
(tangki 25/1).
4. Menambahkan 2.660 liter larutan tetes 14Brix dari tangki 3A
ke tangki 22/3 yang berisi 350 liter larutan dari tangki 22/1
sehingga volume total 3.010 liter lalu menginkubasi larutan
selama 16 jam dengan aerasi 4 jam pertama.
5. Delapan jam setelah pemindahan ini, larutan di tangki 22/2 telah
berumur 16 jam. Mengalirkan 350 liter larutan dari tangki 22/2
ke tangki 22/1 yang kosong dan menambahan tetes dari tangki
3A hingga volume 3.010 liter. Sisanya siap dipindahkan ke
tangki 25/2.
Siklus pembibitan secara kontinyu dan semua tangki 22
akan bekerja bergantian serta mengalami masa kosong selama 8 jam.
Aktivitas sel yang mengkonsumsi gula pada larutan tetes
17

ditunjukkan dengan turunnya nilai oBrix sehingga larutan semakin


encer.
b. Pembibitan pada tangki 25
Terdapat 3 buah tangki pembibitan utama yaitu tangki 25/1, 25/2,
dan 25/3. Tangki dilengkapi dengan pipa air pendingin dan sparger
serta tangki CO2 di atasnya. Langkah–langkah pada proses
pembibitan utama adalah sebagai berikut:
1. Membersihkan tangki sebelum digunakan.
2. Mengalirkan 2.660 liter bibit dari tangki 22 secara gravitasi ke
tangki 25/1 dengan kekentalan 4°Brix - 6°Brix.
3. Menambahkan 6.340 liter larutan tetes dari tangki 3A dengan
kekentalan 14°Brix dan 9.000 liter dari tangki 3B dengan
kekentalan 18ºBrix sehingga volume total 18.000 liter dengan
kekentalan berkisar 14°Brix - 18°Brix. Pemberian udara (aerasi)
selama 4 jam pada awal proses dan suhu dijaga tetap pada 28oC–
30oC.
4. Setelah 16 jam, memindahkan seluruh larutan ke tangki peragian
utama (tangki 26).
Setelah 8 jam dari pengisian pertama, tangki 25/2 diisi
dengan cara yang sama. 8 jam kemudian tangki 25/1 telah berusia 16
jam dan siap dialirkan ke tangki 26. Pada saat yang sama tangki 25/3
diisi dengan cara yang sama. Demikian seterusnya, sehingga tiap–
tiap tangki mengalami kosong selama 8 jam. Perubahan suhu, pH,
dan oBrix diamati dan dicatat setiap 2 jam.

3. Proses Peragian (Fermentasi)


Peragian (fermentasi) merupakan inti dari produksi alkohol
karena terjadi proses pengubahan monosakarida (glukosa dan fruktosa)
yang terkandung dalam tetes menjadi alkohol. Proses fermentasi
berlangsung pada kondisi anaerob dengan menggunakan bakteri
18

Saccharomyces cereviceae di dalam tangki peragian. Tangki peragian


utama ada 10 buah dengan kapasitas masing–masing 75.000 liter.
C6 H12 O6 Saccharomyces cereviceae 2C2 H5 OH
→ + 2CO2
monosakarida etanol
Langkah–langkah yang dijalankan pada proses peragian utama
adalah:
1. Memasukkan seluruh bibit dari tangki 25 ke dalam tangki 26.
2. Menambahkan 9.000 liter larutan tetes 55ºBrix dari tangki 8/1 dan
9.000 liter air dari tangki 8/3.
3. Setelah 2 jam, menambahkan 9.000 liter tetes 55ºBrix dari tangki 8/2
dan 9.000 liter air dari tangki 8/3 ke tangki 26.
4. Setelah 2 jam, menambahkan lagi 9.000 liter tetes 55ºBrix dari
tangki 8/1 dan 9.000 liter air dari tangki 8/3 sehingga volume larutan
pada tangki 26 adalah 72.000 liter.
5. Menambahkan air sebanyak 3.000 liter agar volumenya mencapai
75.000 liter. Setelah homogen, mengukur kekentalan larutan sebagai
kekentalan awal.
6. Mengukur perubahan kekentalan (ºBrix), suhu, dan pH setiap 2 jam.
Proses fermentasi berlangsung selama ± 48-50 jam pada setiap
tangki 26. Akhir fermentasi ditandai dengan konstannya kekentalan
larutan tetes yaitu sekitar 7ºBrix.
7. Menambahkan 200 gram superfloc pada larutan tetes untuk
membantu pengendapan dan 100 gram lagi pada sepuluh jam
pertama fermentasi. Superfloc dilarutkan dalam 1 liter alkohol dan
20 liter air.
8. Menambahkan 2 liter TRO untuk mengatasi timbulnya buih akibat
aktivitas yeast.
Aerasi tidak diberikan lagi pada tangki fermentor seperti tangki–
tangki sebelumnya, karena yeast tidak lagi dikembangkan melainkan
hanya melakukan pemecahan monosakarida menjadi etanol.
19

4. Proses Penyulingan
Proses penyulingan merupakan cara untuk memisahkan suatu
campuran yang terdiri dari 2 komponen atau lebih melalui pemanasan
untuk memperoleh produk dengan kemurnian lebih tinggi. Distilasi
merupakan proses pemisahan berdasarkan perbedaan volatilitas
komponen–komponen yang terkandung di dalam larutan. Destilat yang
dihasilkan mengandung lebih banyak komponen yang lebih volatil,
sedangkan residu mengandung lebih banyak komponen dengan volatilitas
rendah. Titik didih alkohol adalah 78,15ºC. Pada suhu tersebut alkohol
akan menguap, sedangkan cairan lainnya yang mempunyai titik didih
yang lebih tinggi akan tertinggal dalam kolom. Dengan metode distilasi
alkohol dipisahkan dari komponen–komponen lain yang terkandung
dalam beslag (cairan hasil fermentasi). Pada unit penyulingan, PS
Madukismo menggunakan empat kolom pemisah, yaitu:
a. Maische Column
b. Voorlop Column
c. Rectifizer Column
d. Nachloop Column
Sistem yang digunakan dalam tiap kolom adalah open steam.
Steam sebagai pemanas mengalami kontak langsung dengan cairan yang
akan disuling. Untuk pemanasan digunakan steam bersuhu 110C dan
bertekanan 0,5 kg/cm2. Panas dari steam akan menguapkan alkohol
setelah tercapai keseimbangan antara fase uap dan fase cair. Uap alkohol
yang dihasilkan, diembunkan dengan menggunakan kondensor dengan
media pendingin air.
a. Maische Column (Kolom Kasar)
PS Madukismo mempunyai dua unit maische column yang
terdiri dari 5 segmen dan tiap segmen mempunyai 4 plate kecuali
pada segmen paling bawah tidak terdapat plate, sehingga jumlah
plate totalnya adalah 16 plate. Pada dua segmen paling bawah diberi
20

isolator untuk mencegah kehilangan panas uap dan penurunan suhu


uap yang masuk karena pengaruh dari luar.
Beslag dari tangki fermentasi utama dengan kadar alkohol
sekitar 10% sebelum masuk ke maische column lebih dulu dialirkan
melalui voorwarmer yang berfungsi sebagai preheater. Di
voorwarmer larutan tetes dipanaskan dengan memanfaatkan panas
dari hasil atas kolom. Sebaliknya larutan beslag juga dimanfaatkan
untuk membantu mendinginkan hasil atas sehingga dapat
mengembunkan sebagian alkohol.
Beslag yang telah mengalami pemanasan awal, ditampung
pada tangki pengatur pemasukan (feeding tank). Fungsi tangki
pemasukan adalah untuk mengatur debit beslag yang masuk agar
konstan. Beslag masuk pada plate paling atas (plate 16) dengan suhu
70C.
Pada maische column terjadi pemisahan alkohol dari beslag,
sehingga diperoleh hasil bawah berupa vinase dengan kadar air 99%
volum yang kemudian dibuang sebagai limbah, serta hasil atas
berupa alkohol muda dengan kadar sekitar 45% - 50% volume pada
90ºC. Hasil atas maische column diumpankan ke voorloop column
untuk pemurnian lebih lanjut.
b. Voorlop Column
Voorloop column berfungsi menghilangkan aldehid yang ada
dalam feed (destilat dari maische colomn). Voorloop column terdiri
dari 12 segmen dan setiap segmen mempunyai 4 plate, kecuali
segmen paling bawah yang hanya mempunyai 1 plate sehingga total
terdapat 45 plate pada kolom ini. Feed masuk pada segmen ke 5 dan
plate ke 15 (dari bawah) dengan kadar alkohol 45% - 50%,
sedangkan steam masuk pada segmen pertama. Aldehid yang
memiliki titik didih 20ºC akan lebih mudah menguap. Penguapan
aldehid akan membawa banyak alkohol sehingga untuk mengontrol
21

agar tidak seluruh uap alkohol terbawa menjadi alkohol teknis, maka
dilakukan refluks.
Hasil bawah voorloop column merupakan alkohol muda
dengan kadar 25% – 30 % yang selanjutnya digunakan sebagai
umpan rectifizer column (kolom pemurnian). Hasil atas berupa uap
alkohol teknis dengan kadar sekitar 94% kemudian dilewatkan
dalam kondensor I dan kondensor II. Sebagian alkohol teknis di-
refluks, sedangkan alkohol yang tidak di-refluks akan masuk pada
pendingin dan selanjutnya ditampung pada tangki penampung
alkohol teknis.
c. Rectifizer Column
Kolom ini terdiri dari 11 segmen dengan 6 plate pada setiap
segmennya kecuali pada segmen paling bawah berisi 3 plate
sehingga total terdapat 63 plate. Umpan dari voorloop column masuk
ke rectifizer column pada segmen ke 3 dan plate ke 15 dengan suhu
82ºC.

Steam dari bawah bertemu dengan umpan yang masuk dari


atas (segmen ke-3). Panas dari steam menyebabkan alkohol menguap
karena adanya kontak panas dari steam. Uap alkohol selanjutnya
masuk ke kondensor yang berjumlah 2 buah. Dalam kondensor, uap
alkohol akan mengalami kondensasi menjadi alkohol prima dengan
kadar minimal 95%. Dari kondensor, alkohol masuk ke dalam
pendingin dan kemudian disimpan ke dalam tangki penyimpanan
alkohol prima.
Pada rectifizer column hasil bawah diperoleh berupa luther
washer dengan kadar 99% air. Luther washer masih bersuhu tinggi,
sehingga untuk menurunkan suhunya dilakukan injeksi air sungai.
Luther washer ditampung dalam sebuah tangki sebelum masuk Unit
Pengolahan Limbah Cair (UPLC).
22

Selain hasil atas berupa alkohol prima, rectifizer column


juga menghasilkan hasil samping berupa alkohol 55% yang keluar
dari segmen ke-4 (plate nomor 16 s.d. 19). Hasil samping
selanjutnya masuk ke nachloop column.
d. Nachloop Column
Nachloop column berfungsi untuk memisahkan alkohol dari
hasil tengah rectifizer column sehingga menjadi alkohol 95% sebagai
hasil atas, air (luther washer) sebagai hasil bawah. Nachloop column
sebanyak satu unit terdiri dari 11 segmen dengan 6 plate pada setiap
segmen, kecuali pada segmen ke 4 yaitu tanpa plate dan segmen
paling bawah yang hanya berisi 3 plate. Total terdapat 63 plate pada
kolom distilasi ini. Umpan masuk ke nachloop column pada segmen
ke-4 dan plate ke 15 pada suhu 83C, sementara steam masuk dari
dasar kolom pada suhu 110C.
Steam memberikan panas sehingga alkohol terpisahkan dari
umpan dalam fase uap. Uap alkohol naik ke atas kemudian
diembunkan dengan kondensor I dan II. Sebagian alkohol di-refluks
dan sebagian disimpan dalam tangki penyimpanan.

5. Proses Methylasi
Tahap akhir pembuatan spiritus adalah proses denaturasi dan
pewarnaan (methylasi). Methylasi merupakan proses pencampuran
alkohol teknis dengan denaturan, filler, dan zat warna tertentu untuk
menghasilkan spiritus. Metanol sebagai denaturan, minyak tanah sebagai
filler, dan methylen blue sebagai pewarna ditambahkan ke dalam alkohol
teknis dengan komposisi tertentu. Pencampuran ini berada di bawah
pengawasan bea cukai.
Pembuatan spiritus menggunakan alkohol teknis dengan kadar
sekitar 94% dari voorloop coloumn. Proses denaturasi adalah
penambahan bahan-bahan tertentu ke dalam alkohol sehingga tidak dapat
digunakan lagi dalam pembuatan minuman keras. Biasanya bahan yang
23

ditambahkan bersifat racun dan sukar untuk dapat dipisahkan.


Penambahan warna bertujuan untuk membedakan bahwa alkohol tersebut
tidak dapat dikonsumsi dan mengandung racun.
Penambahan metanol, minyak tanah, dan pewarna methylen blue
berdasarkan ketentuan bea cukai. Misal untuk membuat spiritus dengan
menggunakan 60.000 liter alkohol 94% digunakan komposisi:
1. Jumlah methanol ditambahkan
1 60.000×94%
= ×
180 50%
= 1.410 liter
2. Jumlah minyak tanah
= 0,4  jumlah methanol
= 0,4  1.410 liter
= 564 liter
3. Jumlah methylen blue
jumlah methanol
= × 96
400
1.410
= × 96
400
= 338,4 gr
Perbandingan alkohol dan bahan–bahan yang ditambahkan adalah
sebagai berikut :
- Alkohol 94% = 60.000 liter
- Minyak tanah = 564 liter
- Methanol = 1.410 liter
- Methylen blue = 338,4 gram
Pencampuran dilakukan di suatu tangki yang dinamakan tangki
methylasi. Tangki tersebut berjumlah dua buah yang masing–masing
mempunyai kapasitas 30.000 liter. Pengadukan dilakukan selama 2 jam
hingga campuran spiritus homogen.
BAB III
SPESIFIKASI ALAT

A. Spesifikasi Alat Utama


1. Tangki Adonan (T-3A/B dan T-8/1-3)
Pabrik Pembuat : VEB Machine Und Apparatebau
Jumlah : 5 unit
Prinsip Kerja : Mencampur tetes, urea, NPK, dan asam sulfat
hingga mencapai oBrix tertentu
Fungsi : Pembuatan adonan untuk pembibitan dan
fermentasi
Bentuk : Silinder tegak tertutup
Kapasitas : 9.000 liter
Dimensi : D = 2 m; T = 3,46 m
Bahan Konstruksi : Plat besi

2. Tangki Pembibitan Pertama (T-22)


Pabrik Pembuat : VEB Machine Und Apparatebau
Jumlah : 3 unit
Prinsip Kerja : Mencampur adonan dengan yeast dalam proses
aerob
Fungsi : Pembiakan awal bibit
Bentuk : Silinder tegak tertutup
Kapasitas : 3.010 liter
Dimensi : D = 1,8 m; T = 2,17 m
Bahan Konstruksi : Plat besi

3. Tangki Pembibitan Utama (T-25)


Pabrik Pembuat : VEB Machine Und Apparatebau
Jumlah : 3 unit

24
25

Prinsip Kerja : Mencampur adonan dengan yeast dalam proses


aerob.
Fungsi : Pembiakan bibit lanjutan sebelum fermentasi
Bentuk : Silinder tegak tertutup
Kapasitas : 18.000 liter
Dimensi : D = 3 m; T = 4,025 m
Bahan Konstruksi : Plat besi

4. Tangki Peragian Utama (T-26)


Pabrik Pembuat : VEB Machine Und Apparatebau
Jumlah : 10 unit
Prinsip Kerja : Fermentasi monosakarida menjadi alkohol
dengan bantuan yeast dalam kondisi anaerob
Fungsi : Fermentor utama
Bentuk : Silinder tegak
Kapasitas : 75.000 liter
Dimensi : D = 4,5 m; T = 5,5 m
Bahan Konstruksi : Plat besi

5. Maische Column (Kolom Kasar)


Pabrik Pembuat : VEB Machine Und Apparatebau
Jumlah : 2 unit
Prinsip Kerja : Memisahkan alkohol dari air berdasarkan
perbedaan volatilitas
Fungsi : Pembentukkan alkohol muda dengan kadar 45%
hingga 50%
Bentuk : Silinder tegak
Jenis : Tray
Dimensi : D = 1,2 m; T = 5,4 m
Bahan Konstruksi : Tembaga
26

6. Voorloop Column
Pabrik Pembuat : VEB Machine Und Apparatebau
Jumlah : 1 unit
Prinsip Kerja : Memisahkan impurities alkohol dari air
berdasarkan perbedaan volatilitas
Fungsi : Penyulingan distilat maische column menjadi
alkohol teknis dengan kadar 94%
Bentuk : Silinder tegak
Jenis : Bubble cap
Dimensi : D = 0,8 m; T = 8,8 m
Bahan Konstruksi : Stainless steel

7. Rectifizer Column (Kolom Prima)


Pabrik Pembuat : VEB Machine Und Apparatebau
Jumlah : 1 unit
Prinsip Kerja : Memisahkan alkohol dari air berdasarkan
perbedaan volatilitas
Fungsi : Penyulingan distilat voorlooop column menjadi
alkohol prima dengan kadar 95%
Bentuk : Silinder tegak
Jenis : Bubble cap
Dimensi : D = 1,25 m; T = 12,12 m
Bahan Konstruksi : Stainless steel

8. Nachloop Column
Pabrik Pembuat : VEB Machine Und Apparatebau
Jumlah : 1 unit
Prinsip Kerja : Memisahkan alkohol dari air berdasarkan
perbedaan volatilitas
Fungsi : Penyulingan hasil samping rectifizer column
menjadi alkohol prima dengan kadar 95%
27

Bentuk : Silinder tegak


Jenis : Bubble cap
Dimensi : D = 0,65 m; T = 12,85 m
Bahan Konstruksi : Tembaga

B. Spesifikasi Alat Pendukung


1. Kondensor Maische Column
Pabrik Pembuat : VEB Machine Und Apparatebau
Jumlah : 2 unit
Prinsip Kerja : Menukar panas dari fluida bersuhu tinggi ke
fluida bersuhu rendah.
Fungsi : Pengembunan distilat maische column
Bentuk : Silinder tegak
Jenis : Shell and tube
Dimensi : D = 0,26 dan 0,4 m; T = 2,8 m dan 2,0 m;
P tube = 1,5 m
Jumlah Tube : 148 tube
Susunan Tube : Triangular pitch
Bahan Konstruksi : Stainless steel

2. Kondensor Voorloop Column


Pabrik Pembuat : VEB Machine Und Apparatebau
Jumlah : 2 unit
Prinsip Kerja : Menukar panas dari fluida bersuhu tinggi ke
fluida bersuhu rendah.
Fungsi : Pengembunan distilat voorloop column
Bentuk : Silinder tegak
Jenis : Shell and tube
Dimensi : D = 0,7 dan 0,4 m; T = 2,8 m dan 2,0 m;
Jumlah Tube : 148 tube
Susunan Tube : Triangular pitch
28

Bahan Konstruksi : Stainless steel

3. Kondensor Rectifizer Column


Pabrik Pembuat : VEB Machine Und Apparatebau
Jumlah : 2 unit
Prinsip Kerja : Menukar panas dari fluida bersuhu tinggi ke
fluida bersuhu rendah.
Fungsi : Pengembunan distilat rectifizer column
Bentuk : Silinder tegak
Jenis : Shell and tube
Dimensi : D = 1,2 dan 0,55 m; T = 2,8 m dan 2,0 m
Jumlah Tube : 122 tube
Susunan Tube : Triangular pitch
Bahan Konstruksi : Tembaga

4. Kondensor Nachloop Column


Pabrik Pembuat : VEB Machine Und Apparatebau
Jumlah : 2 unit
Prinsip Kerja : Menukar panas dari fluida bersuhu tinggi ke
fluida bersuhu rendah.
Fungsi : Pengembunan distilat nachloop column
Bentuk : Silinder tegak
Jenis : Shell and tube
Dimensi : D = 0,65 dan 0,4 m; T = 2,7 m dan 2,0 m
Susunan Tube : Triangular pitch
Bahan Konstruksi : Tembaga

5. Pendingin Voorloop Column


Jumlah : 1 unit
Prinsip Kerja : Menukar panas dari fluida bersuhu tinggi ke
fluida bersuhu rendah.
29

Fungsi : Pendinginan distilat dari voorloop column


Bentuk : Silinder tegak
Jenis : Shell and tube
Dimensi : D = 0,41; T = 1,98 m
Bahan Konstruksi : Tembaga

6. Pendingin Rectifizer Column


Jumlah : 1 unit
Prinsip Kerja : Menukar panas dari fluida bersuhu tinggi ke
fluida bersuhu rendah.
Fungsi : Pendinginan distilat dari rectifizer column
Bentuk : Silinder tegak
Jenis : Shell and tube
Dimensi : D = 0,7; T = 2,7 m
Bahan Konstruksi : Tembaga

7. Pendingin Nachloop Column


Jumlah : 1 unit
Prinsip Kerja : Menukar panas dari fluida bersuhu tinggi ke
fluida bersuhu rendah.
Fungsi : Pendinginan distilat dari nachloop column
Bentuk : Silinder tegak
Jenis : Shell and tube
Dimensi : D = 0,65; T = 2,7 m; P = 2 m
Bahan Konstruksi : Tembaga
BAB IV
UTILITAS

Utilitas merupakan unit proses yang menyediakan bahan penunjang suatu


operasi atau proses sehingga operasi atau proses tersebut dapat berjalan lancar. Di
PS Madukismo terdapat unit-unit utilitas yang meliputi:
1. Pengadaan air,
2. Pengadaan steam,
3. Pengadaan energi listrik,
4. Pengadaan udara tekan

A. Penyediaan Air
Kebutuhan air PS Madukismo dipenuhi dari sungai Winongo yang
terletak kira-kira 1 km sebelah timur pabrik. Air yang dipergunakan dibagi
menjadi dua, yaitu air kali dan air bersih. Air kali berasal dari air sungai yang
telah disaring, sedangkan air bersih merupakan air sungai yang diolah di unit
pembersih air.
Unit pembersih air terdiri dari 2 unit yang digunakan secara
bergantian, dengan kapasitas 80-90 m3/jam. Setiap unit terdiri dari:
1. Tangki saringan pasir
Tangki saringan pasir berfungsi menyaring kotoran-kotoran yang
terdapat dalam air sungai.
2. Tangki hydrophor
Tangki hydrophor berfungsi membuat tekanan dan kecepatan air konstan
dengan tekanan maksimum 4 kg/cm2.
Unit pembersih air juga dilengkapi dengan bak dengan volume 22,5
m3 yang berfungsi sebagai penyedia air proses, MCK, dan lainnya. Juga
terdapat tangki penguras dengan volume 24,915 m3 yang selalu terisi penuh
dengan air bersih. Tangki penguras berfungsi sebagai penyedia air pencuci
untuk tangki-tangki unit pembersih air. Penggunaan air di PS Madukismo
secara sederhana ditampilkan pada Gambar IV.1.

30
31

Air sungai Winongo

Tangki
Penyaring Tangki
Saringan
Air Decarbolite
Pasir

Tangki
Saringan
Arang Aktif

Air untuk proses


Tangki
Pendingin hasil V, N, R
Hydrophor
Pencuci drum alkohol

Pendingin tangki pembibitan


Pendingin tangki masakan
Pendingin tangki peragian
Pendingin unit distilasi
Limbah

Gambar IV.1 Skema Distribusi Penggunaan Air di PS Madukismo

B. Penyediaan Steam
PS Madukismo memiliki satu buah ketel uap untuk pemenuhan
steam, dengan bahan bakar batu bara. Batu bara yang diperoleh dari
Semarang. Jenis ketel uap dengan merk Basuki Pratama Engineering yang
digunakan adalah pipa api dengan dilengkapi ruang bakar. Kondisi uap yang
berasal dari PG Madukismo suhunya sekitar 120ºC-130ºC dengan tekanan
0,5-0,8 kg/cm2. Jumlah pemakaian steam berkisar antara 4-5 ton/jam.
Penggunaan steam di PS Madukismo dapat dilihat pada Gambar IV.2.

Maische Column

Boiler PS Voorloop Column


Distilasi
Madukismo Rectifizer Column
Nachloop Column

Gambar IV.2 Skema Distribusi Penggunaan Steam di PS Madukismo


32

Air Umpan Boiler (Boiler Feed Water)


Air yang digunakan untuk umpan boiler berasal dari sungai
Winongo. Air dari sungai Winongo melalui penyaringan sebelum ditampung
di tangki penampung. Air umpan boiler terlebih dahulu dilunakkan supaya
kontaminan penyebab kerak tidak ikut masuk dalam boiler.
Unit softener berfungsi untuk menghilangkan kesadahan. Pada
tangki softener ditambahkan resin Na+ untuk mengikat Ca2+ (kalsium) dan
Mg2+ (magnesium) yang merupakan komponen pembentuk kerak mineral
CaCO3/MgCO3. Kerak yang menempel pada dinding boiler dapat
menghambat perpindahan panas. Bila konsentrasi Ca dan Mg yang diikat oleh
resin Na+ sudah terlalu banyak, maka akan terjadi kejenuhan dan air menjadi
sadah dengan total hardness CaCO3 di atas 4 ppm. Maka pada tangki softener
harus dilakukan regenerasi dengan NaCl (garam dapur).
Air yang telah mengalami proses kimia dalam tangki softener,
disebut dengan soft-water. Reaksi yang terjadi pada softener adalah sebagai
berikut :
Reaksi Pengikatan Ca2+ dan Mg2+ oleh Resin Na+
CaSO4 + 2 R-Na → R2Ca + Na2SO4
MgSO4 + 2 R-Na → R2Mg + Na2SO4
Reaksi pada Regenerasi
R2Ca + 2 NaCl → 2 R-Na + CaCl2
R2Mg + 2 NaCl → 2 R-Na + MgCl2

Air Sungai

Filter

Bak Penampung

Softener

Air Umpan
Boiler
Gambar IV.3 Skema Pengolahan Air Umpan untuk Boiler
33

C. Penyediaan Tenaga Listrik


Penyediaan listrik di PS Madukismo berasal dari PLN dan PG
Madukismo. PG memiliki 3 buah generator turbin uap dan 2 buah generator
diesel sebagai pembangkit listrik. Generator turbin uap digunakan pada saat
masa giling, sedangkan generator diesel digunakan pada saat masa tidak
giling dan listrik dari PLN mati.
Daya yang dihasilkan tiap generator uap sebesar 1.200 kW.
Penggunaan listrik di PS Madukismo selama 1 jam sekitar 220 kW. Daya ini
digunakan untuk menggerakkan motor-motor pada pabrik, penerangan pabrik,
serta alat-alat elektronik kantor.

D. Penyediaan Udara Tekan


Udara bertekanan digunakan untuk aerasi pembiakan sel-sel yeast
pada tangki-tangki pembibitan. Kebutuhan udara disediakan oleh sebuah
kompresor bertenaga listrik yang terdapat pada stasiun peragian. Sebelum
dialirkan ke tangki pembibitan, udara ditampung dalam tangki kompresor
udara dan dilewatkan pada tangki penyaring udara supaya diperoleh keluaran
berupa udara bersih. Kebutuhan udara untuk aerasi sebesar 12 m3/jam.
BAB V
PENGOLAHAN LIMBAH

Sebagaimana proses produksi pada umumnya, PS Madukismo


menghasilkan limbah yang harus diolah lebih dulu sebelum dibuang. Cara
pengolahan limbah berbeda-beda tergantung jenis dan karakteristik limbah.

A. Jenis Limbah
Limbah yang dihasilkan oleh PS Madukismo, terdiri dari:
1. Limbah Padat
Limbah padat yang dihasilkan merupakan sludge (endapan sisa
peragian). Dalam sehari satu tangki dapat menghasilkan sekitar 5 drum
endapan hasil peragian. Limbah ini dibuang begitu saja tanpa
dimanfaatkan.
2. Limbah Gas
Limbah gas yaitu gas CO2 yang dialirkan dari proses pembibitan dan
peragian. Gas ini langsung dibuang ke udara bebas.
3. Limbah Cair
Limbah cair yang dihasilkan dari PS Madukismo, terdiri dari:
a. Vinase
Vinase merupakan hasil bawah dari maische column (kolom kasar).
Limbah ini tidak langsung dibuang karena mengandung sedikit
alkohol (1%). Vinase dihasilkan dari hasil bawah maische column
dalam jumlah cukup besar dengan COD 120.000 mg/liter, suhu
100oC, pH 4 hingga 5, BOD 50.000 ppm, warna hitam kecoklatan,
dan bersifat korosif. Vinase dialirkan ke Unit Pengolahan Limbah
Cair (UPLC).
b. Luther Washer
Luther washer merupakan hasil bawah dari rectifizer column dan
mempunyai kadar alkohol relatif rendah. Limbah ini langsung
dibuang tanpa pengolahan lebih dulu karena tidak membahayakan.

34
35

c. Air Pencucian
Air bekas pencucian tangki dan drum serta alat-alat lainnya langsung
dibuang tanpa pengolahan lebih dulu.

B. Karakteristik Limbah
Karakteristik limbah dapat ditinjau dari sifat fisik, kimia, dan
biologi. Berikut ini adalah beberapa parameter yang diamati dari limbah PS
Madukismo:
1. Fisik : Warna keruh dan pekat, suhu relatif tinggi, konsisten kental,
berat jenis relatif tinggi (zat organik terlarut), zat padat
tersuspensi, dan terdapat buih.
2. Kimia : pH cenderung rendah dan kandungan senyawa organik.
3. Biologi : Bakteri patogen/ apatogen, fungi, virus, algae.

C. Cara Pengolahan Limbah


Sistem pengolahan yang dipakai dalam mengelola limbah cair
vinasse di PS Madukismo adalah perpaduan antara pengolahan secara fisik,
mekanis, biologis, kimia, dan kimia-fisika. Tahapan pengolahan limbah PS
Madukismo secara garis besar dibagi menjadi 3 tahap :
1. Primary Treatment
2. Secondary Treatment
3. Tertiary Treatment

1. Primary Treatment
Tahap perlakuan ini terdiri dari penyaringan dan pembersihan
limbah dari benda–benda mengapung (seperti sisa serat, sisa potongan
kayu, dan partikel padat. Tahap pertama ini dilakukan untuk memperlancar
proses dan melindungi kerusakan peralatan yang dipakai pada tahap
berikutnya.
36

2. Secondary Treatment
Pada tahap ini digunakan perlakuan kimia dan biologi. Perlakuan
kimia mendahului perlakuan biologi.
a. Perlakuan Kimia
- Sedimentasi dengan bahan kimia pengendap partikel (koagulan)
untuk mengendapkan partikel diskrit dan menurunkan kadar BOD
dan suspended solid.
- Koagulasi dan flokulasi lanjut untuk mengendapkan partikel
mikro yang lolos dari koagulasi sebelumnya.
b. Perlakuan Biologi
Perlakuan limbah secara biologi dilakukan setelah limbah
diolah secara kimia. Pada perlakuan biologi dilakukan netralisasi pH,
yang mana diharapkan pH dalam suasana netral atau sedikit basa (6 –
7,9). Perlakuan biologi memanfaatkan bantuan mikrobakteri untuk
menguraikan limbah. Dalam perlakuan ini dilakukan secara aerob dan
anaerob.
c. Biokontrol
Biokontrol digunakan sebagai uji coba apakah limbah cair
yang dibuang sudah tidak mematikan organisme perairan. Untuk itu
pada bak biokontrol dimasukkan biokontrol meliputi algae dan ikan.

3. Tertiary Treatment
Tahap pengolahan ini bertujuan untuk menghilangkan unsur-
unsur tertentu. Pada proses ini dilakukan:
a. Saringan multimedia, digunakan untuk menangkap partikel-partikel.
b. Adsorbsi, digunakan untuk menyerap bahan-bahan yang belum
mampu diolah pada tahap sebelumnya. Pada tahap adsorbsi ini
digunakan karbon aktif.
c. Actived zeolith digunakan sebagai ion exchange untuk menangkap
ion-ion, baik anion maupun kation.
37

Setelah melalui semua proses diatas, kemudian limbah yang


sudah diolah di proses lanjut menjadi pupuk cair dengan menambahkan
formula tertentu. Pupuk Cair yang dihasilkan mempunyai merk
PUCAMADU yang sebagian besar dipakai untuk tanaman tebu.
BAB VI
LABORATORIUM

A. Program Kerja
Peran laboratorium di suatu industri kimia sangat penting, karena
laboratorium bertugas melakukan analisis terhadap bahan baku hingga
produk. Dengan demikian laboratorium berperan dalam menjaga kualitas atau
mutu produk yang dihasilkan. PS Madukismo mempunyai laboratorium untuk
melakukan pengawasan dan analisis demi terjaganya mutu produk. Adapun
kegiatan analisis di laboratorium PS Madukismo yaitu:
1. Pemeriksaan Bahan Mentah
Bahan mentah yang dimaksud yaitu tetes. Pemeriksaan tetes dilakukan
secara harian dan periodik. Pemeriksaan harian meliputi berat jenis dan
o
Brix. Sementara itu pemeriksaan periodik dilakukan setiap dua minggu
sekali dengan cara mengumpulkan data analisis harian kemudian
dilakukan analisis yang meliputi berat jenis, oBrix, kadar glukosa, dan
kadar sukrosa.
2. Pemeriksaan Produk Setengah Jadi
Pemeriksaan terhadap produk setengah jadi dilakukan setiap dua jam
sekali, yaitu menganalisis oBrix sampel. Selain itu analisis juga dilakukan
terhadap sampel hasil fermentasi sebelum masuk maische column.
3. Pengontrolan Kualitas Alkohol
Pengontrolan kualitas alkohol dilakukan secara harian dan periodik.
Secara harian sampel alkohol dari setiap menara distilasi diambil untuk
dianalisis berat jenisnya. Secara periodik pula yaitu setiap 15 hari
dilakukan analisis total meliputi indeks bias, berat jenis, kadar aldehid,
uji logam berbahaya, sisa penguapan.
4. Pemeliharaan Yeast
Yeast dipelihara dalam media agar-agar dan setiap 2 minggu sekali
dipindahkan ke media agar-agar baru.

38
39

B. Alat Laboratorium Utama


1. Pengaduk gelas dan gelas beker digunakan untuk analisa berat jenis.
2. Refraktometer digunakan untuk melihat nilai oBrix.
3. Alkoholmeter digunakan untuk mengukur kadar alkohol.
4. Eksikator digunakan untuk mengeringkan dan mendinginkan sample.
5. Piknometer digunakan untuk analisa berat jenis.

C. Prosedur Analisa
1. Analisis Berat Jenis dan oBrix
a. Mengambil 15 gram tetes dan menambahkan 135 ml aquades,
mengaduk perlahan dengan pengaduk gelas hingga tetes larut semua.
b. Memasukkan larutan ke dalam piknometer yang bersih dan kering
serta telah diketahui nilai airnya lalu menutupnya.
c. Menimbang piknometer beserta isinya dan mengukur suhunya.
d. Membagi berat larutan dengan nilai airnya diperoleh berat jenis
larutan, lalu mencocokan pada tabel diperoleh oBrix yang belum
terkoreksi.
e. Mencocokkan suhu larutan dengan tabel diperoleh oBrix yang telah
terkoreksi.
2. Analisis Kadar Alkohol
a. Memasukkan sampel sebanyak 1.000 ml ke dalam labu distilasi.
b. Mendistilasi larutan dan menampung distilatnya dalam labu takar
hingga diperoleh volume tepat 500 ml.
c. Mendinginkan distilat dalam lemari es sampai suhu sedikit di bawah
15C.
d. Menggunakan alkoholmeter untuk memperoleh berat jenis pada
15C, kemudian mencocokkan pada tabel untuk mengetahui kadar
alkoholnya.
3. Analisis Berat Jenis
a. Menimbang piknometer yang bersih dan kering dalam keadaan
kosong.
40

b. Mengisi piknometer dengan sampel sampai tanda garis.


c. Memasukkan piknometer beserta sampel di dalamnya ke dalam gelas
beaker berisi es pada suhu 15C selama 30 menit.
d. Mengeringkan piknometer lalu menimbangnya.
e. Membagi beratnya dengan nilai airnya maka diperoleh berat jenis.
4. Pembuatan Media
Bahan-bahan yang digunakan adalah:
- Tetes brix 6 : 1 liter
- Tauge : 250 gram
- Pisang ambon : 5 biji
- Pepton : 10 gram
- Urea : 1gram
- NPK : 0,3 gram
- H2SO4 : 1 ml
- Agar-agar : 2 sachet
- Glukosa : 20 gram
Langkah-langkah pembuatan media sebagai berikut:
a. Menambahkan tetes dengan Urea, NPK, dan H2SO4 serta tauge.
b. Merebus dan menyaring larutan.
c. Menambahkan pisang ambon pada hasil saringan.
d. Merebus dan menyaring kembali, kemudian menambahkan pepton,
glukosa, dan agar-agar.
e. Menuangkan larutan ke dalam tabung reaksi 10 ml, mensterilkannya
dan mendiamkan hingga dingin.
f. Menanam yeast setelah larutan dingin.
BAB VII
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. PS Madukismo menggunakan metode fermentasi dalam proses
pembuatan alkohol. Fermentasi memanfaatkan yeast Saccharomyces
cereviceae dan menggunakan tetes dari PG Madukismo sebagai media
fermentasi.
2. PS Madukismo menghasilkan produk utama alkohol dan spiritus.
Kapasitas produksi 25.000 liter alkohol/hari, yang terdiri dari 22.000 liter
alkohol prima dengan kadar minimal 95% dan 3.000 alkohol teknis
dengan kadar minimal 94%. Alkohol teknis diolah menjadi spiritus
dengan menambahkan denaturan dan zat warna.

B. Saran
1. Penangkapan gas karbon dioksida untuk mengurangi emisi gas rumah
kaca, sekaligus dimanfaatkan untuk industri soda, dry ice, dan pertanian.
2. Perlunya pengolahan limbah cair sesuai dengan AMDAL agar PH, BOD,
COD, dan karakteristik limbah bisa diterima oleh lingkungan dan tidak
mencemari.

41

Anda mungkin juga menyukai