Anda di halaman 1dari 6

TUGAS TUTORIAL 1

MATA KULIAH PEMBELAJARAN IPA DI SD (PDGK 4202)

NAMA : KHORI APRIZA ANUGRAHENI

NIM : 857964841

UPBJJ-UT YOGYAKARTA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TERBUKA

TAHUN 2022
1. Menurut teori perkembangan kognisi, Piaget membagi tahapan perkembangan
menjadi 4 tahapan. Sebutkan keempat tahapan tersebut. Berikan masing-masing
contoh dari keempat tahapan tersebut yang menunjukkan ciri perkembangan
kemampuan anak pada masing-masing tahapannya !
Jawab :

Piaget membagi tahapan perkembangan menjadi 4 tahapan yaitu sebagai berikut :

a. Tahap Sensori Motor (0 – 2 tahun )


Salah satu ciri khusus anak pada masa ini adalah penguasaan yang Piaget sebut
sebagai konsep objek, suatu pengertian bahwa objek atau bend aitu ada dan
merupakan kekhasan dari benda tersebut, dan akan tetap ada walaupun benda
tersebut tidak tampak atau tidak dapat dipegang/diraba oleh anak. Selain ciri
tersebut, tidak ada Bahasa pada awal tahapan ini tetapi ada permulaan simbolisasi
dimana representasi internal dari benda atau kejadian dihasilkan melalui imitasi.
Ada tiga kemampuan penting yang dicapai anak pada masa sensori motor yaitu :
1) Kemampuan mengontrol secara internal, yaitu terbentuknya control dari dalam
pikirannya terhadap dunia nyata.
2) Perkembangan konsep kenyataan dimana anak akan menyadari bahwa dunia
ini ada dan tetap ada, sehingga anak akan mengetahui bahwa suatu bend aitu
ada.
3) Perkembangan pengertian beberapa sebab dan akibat.

Contohnya : pada awal – awal kelahiran, anak hanya tahu seseorang yang selalu
memberinya asi itu bentuknya seperti itu, lama – lama dia tahu bahwa pada saat
dial apar atau haus mencari sosok ibunya dan kalau dating orang lain dia akan
tetap mencari ibunya, dan akhirnya dia akan tahu bahwa yang sering memberinya
asi itu Namanya ibu.

b. Tahap Pre- Operasional ( 2 – 7 tahun)

Tahapan ini disebut tahapan pre-operasional karena anak tidak akan memiliki
kemampuan berfikir yang operasional sampai anak mencapai usia tujuh tahun dan
kadang kadang disebut sebagai tahapan intuisi. Dikatakan demikian karena pada
tahapan ini intuisi yang dipengaruhi oleh presepsi dan egosentrisme berperan
sangat penting dalam cara berpikir anak. Egosentrisme ini yaitu bahwa anak
memandang sesuatu dari sudut pandangnya sendiri. Selain itu, anak pada usia ini
masih berpikir animism, mereka masih menganggap beberapa benda tak hidup
sebagai benda hidup. Sebagai contoh mereka sering mengatakan bahwa matahari
sebagai benda hidup karena dia bergerak.
Keterbatasan pada tahap ini adalah pada tahapan ini anak belum bisa untuk
menentuka bentuk, jumlah, membuat urutan berseri serta anak berpikir satu – satu
secara berpasangan. Keterbatasan – keterbatasan tersebut membatasi anak pada
tahapan ini dari pengertian – pengertian bentuk, ukuran, waktu dan jumlah. Pada
tahap ini anak kebingungan karena belum mengetahui sebab – sebabnya.
Contohnya :
Anak pada usia ini belum bisa mengerti bahwa jika benda ditebarkan di tempat
yang lebih luas maka jumlahnya akan tetap sama atau tidak akan bertambah,
Piaget menyebutnya dengan konservasi jumlah.
c. Tahap Konkret Operasional (6 atau 7 – 11 atau 12 tahun)
Tahap ini berawal dari anak anak usia 6 atau 7 tahun dan berakhir pada usia 11
tahun. Pada tahap ini, telah terjadi perubahan – perubahan meskipun terbatas.
Perubahan yang sangat penting dan mendasar adalah perubahan dari pemikiran
yang kurang logis ke pemikiran yang lebih logis. Hal ini ditandai dengan adanya
ketentuan -ketentuan atau aturan yang diikuti. Operasi yang mendasari
pemikirannya berdasarkan pada yang konkret dan nayta dapat dilihat, diraba, atau
dirasa dari suatu benda atau kejadian sehingga tahapan ini disebut sebagai tahap
konkret operasional. Anak konkret operasional sudah dapat mekakukan apa yang
Piaget sebut sebagai konservasi.
Anak pada usia ini telah menyadari bahwa jumlah atau volume suatu benda tidak
akan berubah bila tidak terjadi penambahan atau pengurangan, selain perubahan
bentuk atau perubahan ketentuan (aturan). Kemampuan lainnya yaitu kemampuan
untuk menyadari tentang reversible (hal yang dapat dibalik) dan identitas.
Reversibilitas dicirikan bahwa setiap operasi ada satu operasi lain yang
dibalikkan.
Contohnya, operasi penambahan dapat diputarbalikkan dengan operasi
pengurangan; 3 + 4 = 7 atau 7 – 3 = 4. Sedangkan identitas adalah setiap operasi
ada satu operasai lain yang tidak berubah. Contoh identitas operasi penambahan
adalah 0, sehingga 2 + 0 + 0 + 0 = 2, identitas perkalian adalah 1, sehingga 2 x 1 x
1 x 1 = 2.
Pada tahap ini anak juga dapat melakukan pengelompokan atau penggolongan dan
membuat urutan serta kemampuan untuk dapat memecahkan persoalan angka.
Sedangkan keterbatasan pada tahapan ini adalah kenyataan bahwa apa yang
dilakukan oleh anak masih coba – coba dimana percobaan tersebut masih jarang
yang berhubungan antara satu dengan yang lainnya. Kemudian anak pada usia ini
belum dapat mempertimbangkan secara mental kemungkinan yang beragam serta
belum dapat menggunakan ketentuan – ketentuan yang logis.

d. Tahap Formal Operasional ( 11 – 14 atau 15 tahun)

Tahap ini berawal dari anak usia sekitar 11 tahun dan berakhir pada usia 14 atau
15 tahun. Anak pada usia ini telah dapat secara penuh melakukan operasi secara
logis akan tetapi masih mempunyai pengalaman yang terbatas. Mereka dapat
berhubungan dengan masalah – masalah yang bersifat hipotesis dan cara berpikir
mereka telah memasuki suatu set yang formal dari ketentuan – ketentuan yang
logis.
Sebagai contoh seorang anak pada usia formal operasional dihadapkan pada tiga
buah mangkuk transparan yang berisi dua cairan netral dan yang satu berisi
senyawa dasar. Anak tersebut diminta untuk memilih mangkuk mana yang berisi
senyawa dasar dengan menggunakan indikator yang sedikit mungkin. Ada
kemungkinan bahwa anak tersebut berpikir sebagai berikut :
1) Indikator akan mengubah seyawa dasar menjadi berwarna merah muda, ia
akan mencampur Sebagian cairan mangkuk pertama dengan mangkuk kedua
dengan setetes indikator
2) Jika cairan tersebut tidak berubah warna menjadi merah muda, maka akan tahu
bahwa cairan dasar ada pada mangkuk ketiga, tetapi apabila berubah warna
maka akan memberikan tetesan indikator pada mangkuk kesatu.
3) Apabila cairan mangkuk kesatu tidak berubah menjadi merah muda, maka
senyawa dasar ada pada mangkuk kedua. Tetapi apabila mangkuk pertama
berubah menjadi merah muda maka mangkuk pertamalah yang berisi cairan
dasar.
4) Dengan demikian dia dapat menentukan larutan dasar menggunakan tetesan
indikator.

2. Menurut bruner, model yang tepat untuk proses pembelajaran IPA di SD adalah
dengan model discovery teaching and learning. Berikan contoh kegiatan belajar siswa
dalam menerapkan model pembelajaran ini !
Jawab:

Dalam penerapan model discovery teaching and learning, keterlibatan guru dalam
proses pembelajaran ini adalah sebagai penunjuk (guide) dan pengarah bagi siswa
dalam memperoleh informasi, sehingga siswa berperan aktif dalam kegiatan
pembelajaran. Dalam penerapan model penemuan ini umumnya menggunakan barang
– barang yang nyata. Adapun contoh penerapan model pembelajaran ini adalah
sebagai berikut. Pada pembelajaran IPA, siswa kelas 3 SD melakukan pembelajaran
discovery dengan tujuan agar siswa dapat mengenali bagian tumbuhan dan dapat
mengelompokkan tumbuhan berdasarkan pada ciri serta kegunaannya dengan
melakukan pengamatan dan penafsiran. Pelaksanaannya dilakukan dengan membawa
anak anak di halaman sekolah kemudian diberikan satu tanaman utuh dan lengkap
yang terdiri atas akar, batang, daun, dan bunga. Siswa – siswa tersebut kemudian
diarahkan untuk mengamati bagian bagian tumbuhan tersebut, bagaimana bentuknya,
warnanya, dan apa fungsinya. Setelah itu siswa akan menanggapi, guru menerima
seluruh ide atau tangggapan siswa dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengajukan dan menguji idenya sendiri.

3. Jelaskan teori belajar menurut Robert M. Gagne dan David P. Ausubel !


Jawab :
a. Teori belajar Gagne
Menurut Gagne, belajar itu merupakan suatu proses yang memungkinkan
seseorang untuk mengubah tingkah lakunya cukup cepat, dan perubahan tersebut
bersifat relative tetap, sehingga perubahan yang serupa tidak perlu terjadi berulang
kali setiap menghadapi situasi baru. Gagne menggunakan model pemrosesan
informasi yang bertitik tolak pada suatu analogi antara manusia dan computer.
Proses belajar dianggap sebagai transformasi input menjadi output seperti proses
yang lazim terjadi pada sebuah computer.Ada beberapa ciri penting tentang
belajar yaitu :
1) Belajar itu merupakan suatu proses yang dapat dilakukan manusia
2) Belajar menyangkut interaksi antara pembelajar (orang yang belajar) dan
lingkungannya.
3) Belajar telah berlangsung bila terjadi perubahan tingkah laku yang bertahan
cukup lama selama kehidupan orang itu.
b. Teori belajar David P. Ausubel
Inti dari belajar menurut Ausubel adalah belajar bermakna. Belajar bermakna
merupakan suatu proses dikaitkannya informasi baru pada konsep konsep relevan
yang terdapat pada struktur kognitif seseorang. Menurut Ausubel, faktor yang
paling penting yang mempengaruhi belajar adalah apa yang telah diketahui oleh
siswa.informasi baru yang diterima akan disimpan di daerah tertentu dalam otak.
Banyak sel otak yang terlibat dalam penyimpanan pengetahuan tersebut.
Ada dua prinsip yang mengaitkan konsep – konsep yang diperlukan untuk belajar
yaitu diferensisasi progresif dan rekonsiliasi integratif. Dalam diferensiasi
progresif konsep – konsep yang diajarkan dimulai dengan konsep – konsep umum
menuju konsep – konsep khusus. Sedangkan dalam rekonsiliasi integratif, konsep
– konsep atau gagasan – gagasan perlu diintegrasikan dan disesuaikan dengan
konsep – konsep yang telah dipelajari sebelumnya.

4. Jelaskan macam-macam Pendekatan yang dapat digunakan dalam proses


pembelajaran IPA !
Jawab :

Pendekatan adalah cara umum dalam memandang permasalahan atau objek kajian,
sehingga berdampak ibarat seseorang memakai kacamata dengan warna tertentu pada
saat memandang alam sekitar (Raka Joni, 1993). Berikut adalah beberapa contoh
pendekatan yang dapat digunakan dalam pembelajaran IPA :
1) Pendekatan Lingkungan
Pendekatan lingkungan adalah mengajarkan IPA dengan cara pandang bahwa
mengembangkan kebiasaan siswa menggunakan dan memperlakukan lingkungan
secara bijaksana dengan memahami faktor politis, ekonomis, sosial – budaya,
ekologis yang mempengaruhi manusia dalam dan memperlakukan lingkungan
tersebut.
2) Pendekatan Sains – Lingkungan – Teknologi – Masyarakat
Pendekatan Sains – Lingkungan – Teknologi – Masyarakat merupakan cara
pandang bahwa siswa belajar, menyususn pengetahuan, melalui interaksi pribadi
antara pengalaman dengan skema pengetahuannya dengan tujuan agar siswa
memiliki pemahaman tentang aspek sains,teknologi, lingkungan dan masyarakat
yang berguna bagi perkembangan kognitif.
3) Pendekatan Faktual
Menurut Funk dkk. (1977) pendekatan faktual merupakan suatu cara mengajarkan
IPA dengan menyampaikan hasil – hasil penemuan IPA kepada siswa dimana
pada akhir suatu instruksional siswa akan memperoleh informasi penting tentang
IPA.
4) Pendekatan Konseptual
Konsep adalah suatu pendapat yang merupakan rangkaian dari fakta – fakta.
Pendekatan konseptual menyajikan ilustrasi yang lebih konkret daripada
pendekatan factual dimana memungkinkan siswa untuk mengorganisasikan fakta
ke dalam suatu model atau penjelasan tentang sifat alam semesta. Pendekatan ini
menekankan pada penyampaian prosuk atau hasil IPA tidak mengajarkan tentang
proses bagaimana produk tersebut dihasilkan
5) Pendekatan Pemecahan Masalah
Herawati Susilo (1998) mengutip pendapat Meyer (1987) bahwa pendekatan
pemecahan masalah (force field approach) merupakan suatu pendekatan yang
penting. Setiap masalah ,e,iliki daya positif atau daya pendorong yang cenderung
menuju kea rah perubahan positif untuk memperbaiki suatu kondisi atau keadaan.
Oleh karena itu dalam pemecahan masalah perlu adanya proses identifikasi.
6) Pendekatan Nilai
Pendekatan nilai adalah cara mengajarkan IPA dengan menggunakan pandangan
suatu nilai, misalkan terkait moral/etika, yang bersifat universal, nilai yang terkait
dengan kepercayaan/agama, atau nilai yang terkait denganpolitik, sosial, budaya
suatu negara/daerah.
7) Pendekatan Inkuiri
Inkuiri ditandai dengan adanya pencarian jawaban melalui kegiatan intelektual.
Pendekatan ini dimaksudkan untuk mengembangkan sifat ingin tahu, imajinasi,
kemampuan berpikir, sikap dan keterampilan proses. Esler dan Esler (1984)
menggambarkan bahwa suatu pembelajaran dapat dikategorikan menggunakan
pendekatan inkuiri apabila siswa perlu menggali lebih dalam tentang informasi
yang disampaikan guru untuk mendapatkan pemahaman baru dan pemecahan
masalah dimaksudkan untuk mencari jawaban atau generalisasi yang original bagi
siswa.
8) Pendekatan Keterampilan Proses
Menurut Funk dkk. Pendekatan keterampilan proses adalah cara mengajarkan
IPA dengan mengajarkan berbagai keterampilan proses yang biasa digunakan para
ilmuan dalam mendapatkan atau memformulasikan hasil IPA.
9) Pendekatan Sejarah
Pendekatan sejarah adalah cara mengajarkan IPA dengan menyajikan berbagai
penemuan yang dihasilkan oleh para ilmuan/ ahli IPA dan tentang perkembangan
temuan – temuan tersebut dikaitkan dengan ilmu IPA itu sendiri.

5. Sebutkan beberapa pertimbangan dalam memilih dan menentukan macam pendekatan


yang akan digunakan dalam pembelajaran IPA !
Jawab :

Dalam pembelajaran IPA pemilihan pendekatan dilakukan dengan


mempertimbangkan beberapa faktor. Faktor – faktor tersebut antara lain sebagai guru,
kita harus mampu memahami tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan, materi
yang akan disampaikan, sumber, situasi, dan kondisi lingkungan termasuk
pertimbangan tentang kemampuan yang dimiliki oleh guru. Cara untuk meningkatkan
kepekaan mengenai pemilihan pendekatan yang dianggap paling tepat antara lain
dengan memperhatikan ketentuan dari kurikulum yang digunakan, belajar dari buku,
diskusi dengan teman sesame guru, serta melihat dan mendengarkan pengalaman
sesama guru dalam mengajar.

Anda mungkin juga menyukai