Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang melibatkan guru, siswa, dan komponen
lainnya dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Dengan kata lain, pembelajaran
adalah suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar
hubungan timbal balik.
Pada masa ini ada istilah pembelajaran tematik atau bisa juga disebut dengan
pembelajaran terpadu, yaitu pembelajaran yang menggunakan tema tertentu untuk
mengaitkan antara beberapa isi matapelajaran dengan pengalaman kehidupan sehari-hari
peserta didik sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna bagi mereka. Di mana
biasanya pembelajaran tematik itu sendiri digunakan pada kelas bawah yakni kelas 1, 2,
dan 3 SD/MI. Sejauh ini masih banyak kalangan yang kurang bahkan belum tahu
bagaimana sebenarnya latar belakang munculnya pendidikan tematik di jenjang sekolah
dasar.
Oleh karena itu, makalah ini ditulis untuk menjelaskan bagaimana latar belakang
pendidikan tematik.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Teori Bandura ?
2. Apa itu Teori Bruner ?
3. Apa itu Teori Perkembangan Piaget ?
4. Apa itu Teori Pembelajaran Kontruktivisme?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Mengetahui teori bandura
2. Mengetahui teori bruner
3. Mengetahui teori perkembangan piaget
4. Mengetahui teori pembelajaran konstruktivisme
BAB II
PEMBAHASAN

1. Teori Bandura
Pemodelan merupakan konsep dasar teori pembelajaran social dikembangkan oleh
albert bandura. Menurut bandura sebagian besar manusia belajar melalui pengamatan
selektif dan mengingat tingkah laku orang lain. Seseorang belajar teori ini dengan
mengamati tingkah laku orang lain (model). Hasil pengamatan dimantapkan dengan
menghubungkan pengalaman baru dengan pengalaman sebelumnya atau mengulang –
ulang kembali. Dengan jalan ini, memberi kesempatan kepada orang tersebut untuk
mengekspresikan tingkah laku yang dipelajarinya. Berdasarkan pola perilaku tersebut,
selanjutnya bandura mengklasifikasi 4 fase belajar pemodelan yaitu :

a. Fase atensi 
Fase pertama dalam pembelajaran pemodelan memberikan perhatian kepada suatu
model. Pada umumnya seseorang memberikan perhatian pada modelmodel yang menarik,
popular, atau yang dikagumi. Dalan pembelajaran guru yang bertindak sebagai modelnya
harus dapt menjamin agar siswa dapat memberikan perhatian kepada bagian yang penting
dalam pembelajaran. Hal ini dapat dilakukan dengan menyajikan materi pelajaran secara
jelas dan menarik. Memberikan penekanan pada bagian penting. Atau dengan
mendemonstrasikan suatu kegiatan. Disamping suatu model harus memiliki daya tarik.
Misalnya untuk menjelaskan bagian penting bola mata guru harus menyiapkan model
gambar mata. Dengan variasi mata yang beragam sehingga bagian mata tersebut tampak
jelas sehingga siswa termotivasi untuk mempelajarinya.
.
b. Fase retensi 
Fase ini bertanggung jawab pada pengkodean tingkah laku model dan menyimpan
kode-kode itu didalam ingatan (memory jangka panjang). Pengkodean adalah proses
pengubahan pengalaman yang diamati menjadi kode memori. Arti penting dari fase ini
adalah bahwa si pengamat tidak akn mendapat manfaat dari tingkah laku yang diamati
ketika model tidak hadir. Kecuali apabila tingkah laku itu dikode dan disimpan dalam
ingatan untukdi gunakan dalam waktu kemudian.

Untuk memastikan terjadinya retensi jangka panjang guru harus menyiapkan


waktu pelatihan, memungkinkn sisw mengulang keteramilan baru secara bergiliran, baik
secara fisik maupun secara mental. Misalnya mereka dapat memvisualisasikan sendiri
tahap-tahap yang telah didemonstrasikan dalam menggunakan busur atau penggaris
sebelum benar-benar melakukannya.

c. Fase reproduksi 
Difase ini kode-kode dalam memory membimbing penampilan sebenarnya dari
tingkah laku yang diamati. Derajat tinggi dalam pembelajaran mengamati adalah apabila
tindakan terbuka mengikuti pengulangan secara mental. Fase reproduksi dipengaruhi oleh
tingkat perkembangan individu.
Mengizinkan model untuk melihat apakah komponen-komponen urutan tingkah
laku sudah dikuasai oleh sipengamat. Pada fase ini juga hendaknya si model memberikan
umpan balik terhadap aspek-aspek yang sudah benar ataupun pada hal-hal yang masih
salah dalam penampilan.
d. Fase motivasi
Fase ini pengamat termotivasi untuk meniru model, sebab mereka merasa bahwa
dengan berbuat seperti model mereka akan memperoleh penguatan. Memberikan
penguatan untuk suatu tingkah laku tertentu akan memotivasi pengamat untuk berunjuk
perbuatan. Aplikasi fase motivasi didalam kelas dalam pembelajaran pemodelan sering
berupa pujian atau pemberian nilai.

2. Teori Bruner
3. Jerome bruner, seorang ahli psikologi havard adalah salah satu pelopor pengembangan
kurikulum terutama dengan teori yang dikenal dengan pembelajaran penemuan (inkuiri).
Teori bruner yang selanjutnya disebut pembelajaran penemuan. Adalah suatu model
pengajaran yang menekankan pentingnya pemahaman tentang struktur materi (ide kunci).
Dari ssuatu ilmu yang dipelajari, perlunya belajar aktif sebagai dasar dari pemahaman
sebenarnya dan nilai dari berfikir secara induktif dalam belajar (pembelajaran yang
sebenarnya terjadi melalui penemuan pribadi). Menurut bruner, belajar akan lebih
bermakna bagi siswa jika mereka memusatkan perhatiannya untuk memahami struktur
materi yang dipelajari. Untuk memperoleh informasi siswa harus aktif dimana mereka
harus mengidentifikasi sendiri konsep-konsep kunci daripada hanya menerima penjelasan
dari guru. Oleh karena itu guru harus memunculkan masalah yang mendorong siswa
untuk melakukan kegiatan penemuan. Dalam pembelajaran melalui penemuan, guru
memberikan contoh dan siswa bekerja berdasarkan contoh tersebut sampai menemukan
hubungan antar bagian dari struktur materi .
Aplikasi ide-ide bruner dalam pembelajaran menurut Woolfolk (1997 320).
Digambarkan sebagai berikut:
1. Memberikan contoh dan bukan contoh dari konsep yang dipelajari.
2. Membantu siswa mencari hubungan antar konsep.
3. Mengajukan pertanyaan dan membiarkan siswa mencari sendiri jawabannya.
4. Memdorong siswa untuk membuat dugaan yang bersifat intuitif.

4. Teori Perkembangan Jean Piaget


Menurut jen piaget, seseorang anak maju melalui empat tahap perkembangan
kognitif, antara lahir dan dewasa, yaitu tahap sensorimotor, pra operasional, operasi
kongkrit, dan operasi formal,kecepatan perkembangan tiap individu melalui urutan tiap
tahap ini dan tidak ada individu yang meloncati salah satu dari tahap tersebut. Tiap tahap
ditandai dengan munculnya kemampuan-kemampuan intelektual baru yang
memungkinkan orang memahami dunia dengan cara yang semakin kompleks.
Perkembangan sebagian bergantung pada sejauh mana anak aktif memanipulasi
dan berinteraksi aktif dengan lingkungan. Hal ini mengindikasikan bahwa lingkungan
dimana anak belajar sangat menentukan proses perkembangan kognitif anak. Pola
perilaku berpikir yang digunakan anak-anak dan orang dewasa dalam menangani obyek-
obyek didunia tersebut skemata dan pengamatan mereka terhadap suatu benda
mengatakan kepada mereka sesuatu yang hal tentang obyrk tersebut.
Adaptasi lingkungan dilakukan melalui proses asimilasi dan akomodasi menurut slavin,
bahwa asimilasi merupakan penginterprestasikan pengalaman-pengalaman baru dalam
hubungannya dengan skema-skema yang telah ada.
Terbentuknya konsep “kepermanenan obyek” dan kemajuan dari perilaku
refleksif ke perilaku yang mengarah kepada tujuan. Perkembanan kemampuan
mengunakan symbol-simbol untk menyatakan obyek-obyek dunia. Pemikiran masih
egosentris dan sentrasi Perbaikan dalam kemampuan untuk berpikir secara logis.
Kemampuan-kemampuan baru termasuk penggunaan operasi-operasi yang dapat-balik.
Pemikiran tidaklagi sentrasi tetapi desentrasi, dan pemecahan masalah tidakbegitu
dibatasi oleh keegosentrisan.
Pemikiran abstrak dan murni simbolis mungkin dilakukan. Masalah-masalah
dapat dipecahkan melalui penggunaan eksperimentasi sistematis. Sedangkan akomodasi
adalah pemodifa skema-skema yang ada untuk mencocokkannya dengan situasi-situasi
baru. Proses pemulihan kesetimbangan antara pemahaman saat ini danpengalaman-
pengalaman bar disebut ekuilibrasi. Menurut piaget, pembelajaran bergantung pada
proses ini. Saat kesetimbangan terjadi, anak memiliki kesempatan bertumbuh dan
berkembang. Guru dapat mengambil keuntungan ekuilibrasi dengan menciptakan situasi
yang mengakibatkan ketidak seimnangan dan oleh karena itu menimbulkan
keingintahuan siswa.

Tahap sensori motor pada tahap ini perkembanganmental di tandai oleh kemajuan


yang pesat dalam kemampuan bayi mengorganisasikan dan mengkoordinasikan sesasi
melalui gerakan-gerakan dan tidakan fisik.anak dapat sedikit memahami
lingkungannyadengan cara melihat.1 Kemampuan untuk bergaul dengan hal-hal yang
bersifat lebih abstrak yang diperlukan untuk mencernakan gagasan-gagasan dalam
berbagai mata pelajaran akademik umunya baru terbentuk pada usia ketika siswa duduk
di kelas-kelas terakhir sekolah dasar danberkembang lebih lanjut dengan meningkatya
usia. Apabila mereka telah mampu menangani konsep-konsep yang lebih abstrak,
kemudian mereka ada pada posisi untuk mencernapada pemilihan lingkunga secara lebih
rinci, termasuk pemilihan materi pelajaran berdasarkan tapal batas bidang studi yang
mempersyaratkan kemampuan berpikir abstrak.

Selanjutnya menurut piaget bahwa anak-anak membangun snediri schemata-


1
Maulana Afarat Lubis,M.Pd dan Nasran Azizan,M.Pd,pembelajaran tematik sd/mi,(Jakarta:samudra
biru,2019)hlm 37
skemata dari pengalaman sendiri dengan lingkungannya. Di sini peran guru adalah
sebgagai pemberi informasi. Guru perlu menciptakan lingkungan yang kondusif bagi para
siswanya. Pada tahap operasional kongkret siswa mulai untuk dapat memandang “dunia”
secara objektif dan berorietasi secara konseptual. Berpikir secara operasional kongkret
dipandang sebagai tipe berpikir ilmiah. Baik dari hasil penilitian maupun pengalaman
praktis menunjukan bahwa siswa kelas 2 smp (usia 11-15 tahun), sebgaian besar siswa
mulai bergeser dari sekedar menamai, dan mengelompokan benda-benda menuju
kemampuan dalam hal memberikan kesempatan melalui [ersentuhan dengan benda-benda
kongkret dalam pengajaran sains, siswa pada tahap opersional kongkret memulai untuk
variable secara bermakna, dapat memahami dan mencatat data pada tabel, membentuk
dan memahami hubungan sederhana, menggunakan apa yang mereka tahui untuk
membuat inferansi langsung, dan prediksi serta menggeneralisasi, suatu gejala dari
pengalaman yang sering mereka jumpai.

Piaget yakin bahwa pengalaman-pengalaman fisik dan manipulasi lingkungan


penting bagi terjadinya perubahan perkembangan. Selain itu, ia juga berkeyakinan bahwa
interaksi social dengan teman sebaya, khusunya beragumentasi, berdiskusi, membantu
memperjelas peikiran, yang pada akhirnya, membuat pemikiran itu menjadi lebih logis.

Guru dapat menciptakan suatu keadaan atau lingkungan belajar yng meamdai agar
siswa dapat menemukan pengalaman-pengalaman nyata dan terlibat langsung dengan alat
dan media. Peraan guru sangat pentng untuk menciptakan situasi belajar sesuai dengan
teori piaget

Beberapa implikasi teori piaget dala pembelajaran sebagai berikut:

Memfokuskan pada proses berpikir anak, tidak sekedar pada produknya.


Disamping itu dalam pengecekkan kebanaran jawaban siswa, guru harus memahami
proses yang digunakan anak sampai pada jawaban tersebut.
1. Pengenalan dan pengakuan atas peranan anak-anak yang penting sekali dalam insiatif
diri dan keterlibatan aktif dalam kegiatan pembelajaran
2. Penerimaan perbedaan individu dalam kemajuan perembangan. Bahwa seuruh siswa
berkembang melalui urutn perkembangan yang sama namun mereka memperolehnya
pada kecepatan yang berbeda. Oleh karena itu guru harus melakukan upaya khusus
untuk lebih manata kegiatan-kegiatan kelas untuk individu-individu dan kelompok-
kelompok kecil anak-anak dari pada kelompok klasikal. Mengutama peran siswa
dalam inisiatif sendir dan keterlibaan aktif dalam kegiatan pembelajaran. Di dalam
kelas tidak menyajikan pengetahuan jadi melainkan anak didorong untuk menemukan
sendiri pengethuan itu melalui interaksi degan lingkungannya. Oleh karena itu, guru
dituntut untuk memperisapkan beraneka ragam kegitan yang memungkinkan anak
melakukan kegiatan secara langsung.
Dari impilaksi teori piaget diatas, jelaslah guru harus mampu menciptakan
keadaan pembelajaran yang mampu untuk belajar sendiri. Artinya guru tidak
sepenuhnya mengajarkan suatu bahan ajar kepada pembelajar, tetapi guru dapat
membangun pembelajar yang mampu belajar dan terlibat aktif dalam belajar.

3. Teori Pembelajaran Konstruktivism


Teori pembelajaran konstruktivisme merupakan teori pembelajaran kognitif ,yaitu
tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang di pelajari. 2 yang baru dalam psikologi
pendidikan yang menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan
mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan
lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak sesuai lagi. Bagi siswa agar benar-
benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja
memecahkan masalah, menemukan sesuatu untuk dirinya, berusaha dengan susah payah
dengan ide-ide. Menurut teori ini, satu prinsip paling penting dalam psikologi
pendidikan adalah bahwa guru tidak dapat hanya sekedar memberikan pengetahuan
kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan di benaknya. Guru dapat
memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan memberikan siswa kesempatan untuk
memunculkan ide-ide mereka sendiri, dan membelajarkan siswa dengan secara sadar
menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat member siswa anak

2
‘’wikipedia bahasa indonesia’’,https://id.m.wikipedia.org/wiki/konstru ktivisme
tangga yang membawa siswa kepemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa
sendiri yang harus mamanjatnya
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pada pembahasan dapat di simpulkan bahwa teori belajar adalah suatu
teori yang di dalam nya terdapat tata cara pengaplikasikan kegiatan belajar
mengajar antara guru dan siswa,perancangan metode pembelajaran yang akan
dilaksanakan di kelas maupun di luar kelas,namun teori belajar ini tidahlah
semudah yang di kira,dalam prosesnya teori membutuhkan berbagai sumber
sarana yang yang dapat menunjang seperti:lingkungan siswa,kondisi psikologis
siswa,perbedaan tingkat kecerdasan siswa.
Semua unsur ini dapat dijadikan bahan acuan untuk menciptakan suatu
model teori belajaryang di anggap cocok,tifak perlu terpaku dengan kurikulum
yang ada asalkan tujuan dari teori belajar ini sama dengan tujuan pendidikan.
Teori-teori tersebut menjelaskan apa itu belajar dan bagaimana belajar itu terjadi.
Pembelajaran konstruktivisme adalah salah satu pandangan tentang proses
pembelajaran yang menyatakan bahwa dalam proses belajaran yang menyatakan
bahwa dalam proses belajar (pero;ehan pengetahuan) di awali dengan terjadinya
konflik kognitif. konflik kognitif ini hanya dapat di atasi melalui pengetahuan
akan dibangun sendiri oleh anak melalui pengalamannya dari hasil interksi
dengan lingkungannya.menurut teori humanistik belajar dianggap berhasil jika si
pelajarmemahami lingkungannya dan dirinya sendiri.peserta didik dalam proses
belajarnya harus agar lambat laung ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan
sebaik-baiknya.teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut
pandang pelakunya,bukan dari sudut pandang pengamatnya.
B. Saran
Demikian makalah yang telah diselesaikan oleh penulis,semoga makalah ini
bisa bermafaat bagi semua kalangan khususnya bagi pendidik dan calon
pendidik.untuk memperbaiki kualitas,maka penulis mengharap kritik dan saran
agar makalah ini menjadi lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

Trianto, Mengembangkan Model Pembelajaran Tematik. Jakarta: PT Prestasi


Pustakaraya. 2009.

Lubis,,Maulana Arafat dan Azizan, Nashran, pembelajaran tematik sd/mi;implementasi


kurikulum 2013 berbasis hots(higer order thinking skills).Yokyakarta:Samudra Biru. 2019.

Anda mungkin juga menyukai