Anda di halaman 1dari 5

1.

Jawaban
a. aspek intelegensi, teori Gardner yang dikutip dari (Utami, Munancar, 1999: 265) dalam
(Anitah, W., Sri 2008: 2.23-2.24) mengatakan bahwa aspek-aspek intelegensi dapat
ditumbuhkan pada setiap siswa diantaranya adalah:
1) intelegensi linguistik yaitu, kemampuan dalam menggunakan bahasa.
2) intelegensi logis-matematis yaitu, kemampuan dalam menjajaki pola-pola dan simbol-
simbol serta kepekaan kemampuan dalam berfikir logis.
3) intelegensi spasial yaitu, kemampuan untuk mengamati secara mental, memanipulasi
bentuk dan objek.
4) intelegensi musik yaitu, kemampuan untuk menikmati, mempertunjukkan musik.
5) intelegensi fisik-kinestetik yaitu, kemampuan untuk menggunakan keterampilan motorik
halus dan kasar dalam olahraga, dan seni.
6) intelegensi intrapribadi yaitu, kemampuan untuk memperoleh akses terhadap
pemahaman perasaan, impian diri sendiri.
7) intelegensi interpribadi yaitu, kemampuan mengamati dan merespon suasana hati dari
orang lain.

Dilihat dari penjelasan diatas maka aspek intelegensi yang berkaitan dengan minat
matematika adalah aspek logis matematis.

b. perkembangan kognitif, menurut Piaget dalam (Anitah, W., Sri 2008: 2.22) mengemukakan
bahwa pada usia sd siswa akan memiliki kemampuan berfikir operasional konkret. pada
tahap ini siswa sudah mampu menyelesaikan tugas-tugas menggabungkan, menghubungkan,
memisahkan, menyusun, menderetkan, melipat, dan membagi.
Tipe belajar siswa
1) Tipe Visual
Tipe belajar visual adalah tipe belajar yang menggunakan gambar, foto, simbol, logo,
diagram dan sejenisnya. Jika kamu adalah siswa yang memiliki kemampuan visual atau
pengamatan yang tajam sehingga mudah apa yang dilihat lebih mudah masuk dan
diserap oleh otak.
2) Tipe Auditori
Tipe yang kedua yaitu auditori dimana kamu lebih mudah mengerti semua hal yang
didengar melalui kedua telinga. Kamu bisa mudah mengingat apa yang dikatakan guru
meskipun mungkin tidak mencatatnya.
3) Tipe Kinestetik
Tipe kinestetik mengandalkan gerakan fisik dalam mempelajari sesuatu. Siswa dengan
tipe belajar kinestetik lebih gampang menyerap pelajaran yang melibatkan gaya gerakan
fisik, sentuhan, tekstur dan juga perabaan. Contohnya olahraga, menari, memainkan
alat musik, menari dan praktek di laboratorium.
4) Tipe Global
Tipe global adalah tipe belajar Ketika para siswa yang mampu memahami persoalan
secara menyeluruh. Siswa tipe ini biasanya memiliki kemampuan untuk memahami
sesuatu secara komprehensif dan keterkaitan yang terjadi antara satu masalah dengan
lainnya. Siswa tipe global umumnya juga cukup mampu dalam memaknai sesuatu yang
tersirat melalui pemahamannya sendiri.
5) Tipe Analitik
Siswa dengan tipe analitik cenderung untuk membuat penilaian terhadap sesuatu secara
runtut, detail, sistematis dan spesifik berdasarkan fakta-fakta yang ada. Setiap tugas
yang diberikan akan dikerjakan dengan fokus yang penuh hingga selesai.
6) Tipe Menulis
Ada lagi tipe siswa yang mudah memahami sesuatu dengan cara menuliskannya. Siswa
tipe ini biasanya suka membuat catatan tentang apapun bukan sebatas pada materi
pelajaran saja. Supaya lebih mudah belajar ketika akan ujian siswa tipe menulis
sebaiknya membuat rangkuman materi pelajaran atau dengan mengerjakan latihan
soal.

Menurut pendapat saya tipe belajar yang cocok untuk mengembangkan aspek kognitif
yaitu tipe belajar analitik dan global karena dengan tipe belajar analitik siswa akan
berpikir secara kritis dan mampu mengembangkan pemikirannya sendiri, sedangkan
tipe global siswa akan diajarkan untuk memahami suatu permasalahan secara
menyeluruh.

2. Tingkatan kelas di sekolah dasar dapat dibagi menjadi dua, yaitu kelas rendah dan kelas tinggi.
Kelas rendah terdiri dari kelas satu, dua, dan tiga, sedangkan kelas-kelas tinggi terdiri dari kelas
empat, lima, dan enam (Supandi, 1992: 44). Di Indonesia, rentang usia siswa SD, yaitu antara 6
atau 7 tahun sampai 12 tahun. Usia siswa pada kelompok kelas rendah, yaitu 6 atau 7 sampai 8
atau 9 tahun. Siswa yang berada pada kelompok ini termasuk dalam rentangan anak usia dini.
Masa usia dini ini merupakan masa yang pendek tetapi sangat penting bagi kehidupan seseorang.
Oleh karena itu, pada masa ini seluruh potensi yang dimiliki anak perlu didorong sehingga akan
berkembang secara optimal.

Karakteristik Pembelajaran Di Kelas Rendah


Pembelajaran di kelas rendah dilaksanakan berdasarkan rencana pelajaran yang telah
dikembangkan oleh guru. Proses pembelajaran harus dirancang guru sehingga kemampuan siswa,
bahan ajar, proses belajar, dan sistem penilaian sesuai dengan tahapan perkembangan siswa. Hal
lain yang harus dipahami, yaitu proses belajar harus dikembangkan secara interaktif. Dalam hal
ini, guru memegang peranan penting dalam menciptakan stimulus respon agar siswa menyadari
kejadian di sekitar lingkungannya. Siswa kelas rendah masih banyak membutuhkan perhatian
karena focks konsentrasinya masih kurang, perhatian terhadap kecepatan dan aktivitas belajar
juga masih kurang. Hal ini memerlukan kegigihan guru dalam menciptakan proses belajar yang
lebih menarik dan efektif.
a. Berkaitan dengan Bahasa contoh kegiatan belajar siswa kelas rendah yaitu
➢ Menyimak dan menceritakan kembali ragam teks sederhana, mendeklamasikan, puisi,
pantun, syair, bermain peran. Pembelajaran dengan pendekatan saintifik dimulai dari
pengamatan. Dengan menyimak, mengamati akan muncul suatu pertanyaan yang
memerlukan jawaban, dan pada akhirnya akan muncul suatu konsep.
➢ Mendiskripsikan benda secara sederhana. Misalnya:
Tentang Sapi.
1. Sapi berkaki empat
2. Sapi bertubuh besar
3. Sapi berwarna putih, coklat, hitam
4. Sapi makanannya rumput
5. Menghasilkan susu dan daging
6. Hidupnya di darat
7. bunyinya, moo
8. Sapi sebagai hewan ternak
9. Sapi hewan yang menyusui
10. Sapi berkembangbiak dengan cara melahirkan
11. Sapintermasuk hewan herbivora (pemakan tumbuhan), dan seterusnya.

b. berkaitan dengan matematika

➢ Mengkomunikasikan gagasan matematika dengan simbol atau


gambar. Mengkomunikasikan gagasan dengan cara mewujudaknya dengan simbol atau
gambar akan merubah sesuatu yang abstrak menjadi konkret, sehingga membantu
pemahaman siswa yang cara pemikirannya masih bersifat konkret.
➢ Membuat, mempraktekan dan menyelesaikan masalah bilangan, pengukuran, atau
bentuk geometri. Sekali lagi praktek merupakan satu kegiatan yang menyenangkan bagi
anak, anak akan bersemangat dan antusias sekali, dan itu akan sangat bermanfaat bagi
perkembangan siswa, terutama perkembangan aspek afektif, kognitif, dan psikomotor.
➢ Membilang atau menyebutkan banyak benda, mengingat penjumlahan dan pengurangan.
Kaitkan segala sesuatunya dengan kehidupan nyata di sekitar siswa, hal tersebut akan
lebih mudah dilakukan anak, karena bilangan, benda yang ada disekitar mereka sudah
dikenal dan nyata adanya.
➢ melakukan operasi penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian dan hubungannya.
Melakukan operasi penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian secara nyata
melalui praktek dan kegiatan secara langsung akan lebih mengesan dan teringat oleh anak
anak. Karenanya jangan bosanbosan seorang guru untuk melakukan praktek dan latihan
pada siswanya.
3. Lingkungan adalah sesuatu gejala alam yang ada disekitar kita, dimana terdapat interaksi antara
faktor biotik (hidup) dan faktor abiotik (tak hidup). Lingkungan menyediakanrangsangan
(stimulus) terhadap individu dan sebaliknya individu memberikan responsterhadap lingkungan.
Dalam proses interaksi itu dapat terjadi perubahan pada diri
individuberupa perubahan tingkah laku.Oemar Hamalik (2004 : 194) dalam teorinya “Kembali ke
Alam” menunjukan betapa pentingnya pengaruh alam terhadap perkembangan pesertadidik.

Menurut Oemar Hamalik (2004: 195) Lingkungan (environment) sebagai


dasar pengajaran adalah faktor kondisional yang mempengaruhi tingkah laku individu dan
merupakan faktor belajar yang penting. Lingkungan yang berada disekitar kita dapatdijadikan
sebagai sumber belajar.

Lingkungan meliputi:
Masyarakat disekeliling sekolah; Lingkungan fisik disekitar sekolah, Bahan bahan yang tersisa atau
tidak dipakai dan bahan
bahan bekas dan bila diolah dapat dimanfaatkan sebagai sumber atau alat bantudalam belajar;
dan Peristiwa alam dan peristiwa yang terjadi dalam masyarakat.Jadi media pembelajaran
lingkungan adalah pemahaman terhadap gejala atau tingkah lakutertentu dari objek atau
pengamatan ilimiah terhadap sesuatu yang ada di
sekitar sebagai bahan pengajaran siswa sebelum dan sesudah menerima materi dari sekolah d
enganmembawa pengalaman dan penemuan dengan apa yang mereka temui di
lingkunganmereka. Dengan adanya pemanfaatan lingkungan sebagai media pembelajaran ini
guru berharap siswa akan lebih akrab dengan lingkungan sehingga menumbuhkan rasa cinta
akan lingkungan sekitarnya.
Langkah awal yang dapat dilakukan (Asnawir & Usman,2002: 109):

1. Menanami halaman sekolah dengan tumbuh-tumbuhan dan bunga-bunga;

2. Membawa tumbuh-tumbuhan dan hewan-hewan kedalam kelas;

3. Mengusahakan mengoleksi rumput-rumputan dan daun-daunan (herbarium),


serangga(insektarium), ikan dan binatang air (aquarium);

4. Menggunakan batu-batuan dan kerang-kerangan, semua ini dapat dijadikan sebagaisumber


pelajaran.

kegiatan mempelajari lingkungan dalam proses belajar mengajar ( Sudjana & Rivai, 2002: 208):

1. Kegiatan belajar lebih menarik dan tidak membosankan siswa duduk di kelas berjam- jam,
sehingga motivasi belajar siswa akan lebih tinggi,
2. Hakikat belajar akan lebih bermakna sebab siswa dihadapkan langsung dengan situasidan
keadaan yang sebenarnya atau bersifat alami,
3. 3.Bahan-bahan yang dapat dipelajari lebih kaya serta lebih faktual sehinggakebenarannya lebih
akurat,
4. Kegiatan belajar lebih komprehensif dan lebih aktif sebab dapat dilakukan
dengan berbagai cara seperti mengamati, bertanya atau wawancara, membuktikan ataumen
demonstrasikan, menguji fakta,
5. Sumber belajar menjadi lebih kaya sebab lingkungan yang dapat dipelajari
bisa beraneka ragam seperti lingkungan social, lingkungan alam, lingkungan buatan, dan lain-
lain, dan Siswa dapat memahami dan menghayati aspek-aspek kehidupan yang ada
dilingkungannya, sehingga dapat membentuk pribadi yang tidak asing dengankehidupan di
sekitarnya, serta dapat memupuk rasa cinta akan lingkungan.

Bentuk laporan hasil penilaian proses dan hasil belajar meliputi aspek kognitif, afektif, dan
psikomotor. Menurut Sudjana (2002 : 45) dalam proses belajar-mengajar, tipe hasil belajar
yangdiharapkan dapat dicapai siswa penting diketahui oleh guru, agar guru dapat merancangatau
mendesain pengajaran secara tepat dan penuh arti. Setiap proses belajar-
mengajarkeberhasilannya diukur dari seberapa jauh hasil belajar yang dicapai siswa,
disampingdiukur dari segi prosesnya. Artinya, seberapa jauh tipe hasil belajar yang dimiliki
siswa.Tipe hasil belajar harus nampak dalam tujuan itulah yang akan dicapai oleh proses belajar-
mengajar.
4. Kegiatan membuka pelajaran tidak mencakup urut-urutan kegiatan rutin seperti menertibkan
siswa, mengisi daftar hadir, menyampaikan pengumuman, menyuruh menyiapkan alat-alat
pelajaran dan buku-buku yang akan dipakai dan lain sebagainya yang tidak berhubungan dengan
penyampaian materi pelajaran. Kegiatan membuka pelajaran ada kaitannya langsung dengan
penyampaian materi pelajaran.
Banyak cara yang dapat digunakan guru untuk menarik perhatian siswa, antara lain seperti
berikut:

a. Gaya mengajar guru.


Guru hendaknya memvariasikan gaya mengajarnya agar dapat menimbulkan perhatian siswa.
Misalnya guru memilih posisi di kelas dan memilih kegiatan yang berbeda dari yang biasanya dia
kerjakan dalam membuka pelajaran. Kali ini ia berdiri di tengah-tengah kelas sambil bertanya pada
siswa tentang kegiatan siswa di rumah yang mungkin ada hubungannya dengan materi yang akan
diajarkan. Pada kesempatan lain mungkin guru berdiri di belakang atau di muka kelas lalu
bercerita dengan ekspresi wajah yang meyakinkan dan nada suara yang menunjukkan rasa
bangga.

b. Penggunaan alat bantu mengajar


Guru dapat menggunakan alat-alat bantu mengajar seperti gambar, model, skema, dan
sebagainya untuk menarik perhatian siswa. Alat-alat bantu mengajar selain dapat menarik
perhatian siswa, dapat pula menimbulkan motivasi dan memungkinkan terjadi kaitan antara hal-
hal yang telah diketahui dengan hal-hal baru yang akan dipelajari. Misalnya dalam mengajarkan
simetri, guru membawa gambar-gambar kupu-kupu, orang, cecak. Kemudian menunjukkan
bangun-bangun datar yang akan ditentukan sumbu simetrinya

c. Pola interaksi yang bervariasi


Variasi pola interaksi guru siswa yang biasa, seperti guru menerangkan siswa mendengarkan, atau
guru bertanya siswa menjawab, hanya dapat menimbulkan rangsangan permulaan saja. Siswa
belum sepenuhnya dapat memusatkan perhatiannya kepada hal-hal yang akan dipelajari. Oleh
karena itu, agar siswa dapat tertarik perhatiannya, guru hendaknya mengadakan pola interaksi
yang bervariasi dalam menyelenggarakan pembelajaran. Seperti misalnya guru memberi perintah
siswa mengerjakan perintah itu, guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya, guru
atau siswa yang lainya menjawab pertanyaan itu, siswa berinteraksi dengan siswa lainnya dalam
diskusi kelompok kecil (buzz-groups) atau dalam suatu eksperimen, guru mengemukakan masalah
yang menarik ke seluruh kelas lalu siswa-siswa diminta mengemukakan pendapat mereka, atau
guru menunnjukkan barang yang bisa ditonton seperti model-model yang ada manfaatnya lalu
siswa diminta untuk melihatnya secara bergiliran baik secara kelompok atau sendiri-sendiri.

Anda mungkin juga menyukai