Urie Bronfenbrenner merupakan ahli yang mengemukakan teori sistem mengenai ekologi yang menjelaskan perkembangan individu dalam interaksinya dengan lingkungan di luar dirinya yang terus-menerus mempengaruhi segala aspek perkembangan (Hayes dkk, 2017). Teori ekologi menurut Urie Bronfrenbrenner adalah suatu pandangan sosiokultural tentang perkembangan yang mana terdiri dari lima sistem lingkungan. Menurut beliau, teori ekologi menjelaskan perkembangan anak-anak sebagai hasil interaksi antara alam sekitar dengan anak-anak tersebut. Lima system dalam teori ekologi Bronfenbrenner antara lain: a. Mikrosistem, adalah sebuah pola aktivitas, aturan dan hubungan dalam sebuah tata- situasi (setting) seperti rumah, sekolah, tempat kerja dan lingkungan, dimana seseorang berfungsi sebagai tangan pertama dan terjadi dalam seharian. Mikrosistem melibatkan hubungan personal dan bertatapan muka; dan pengaruh dua arah yang mengalir bolak-balik. b. Mesosistem, adalah interaksi antardua atau lebih mikrosistem yang mengandung individu yang sedang berkembang. Sistem tersebut bisa jadi mengandung hubungan antara rumah dengan sekolah (seperti pertemuan orang tua - guru), atau antara keluarga dengan kelompok teman sebaya c. Eksosistem dalam teori ekologi Bronfenbrenner dilibatkan ketika pengalaman- pengalaman dalam setting sosial lain, dimana individu tidak memiliki peran yang aktif, mempengaruhi apa yang individu alami dalam konteks yang dekat. d. Makrosistem, terdiri dari keseluruhan pola kultural, seperti yang dipelajari Mead (1972): nilai dominan, keyakinan, adat, sistem ekonomi dan sosial kultur dan subkultur, yang kemudian melalui berbagai cara tersarikan dalam kehidupan keseharian individu. Sebagai contoh anak Indonesia tidak sama-sama dengan anak Inggris. e. Kronosistem adalah dimensi waktu yang menuntun perjalanan setiap level sistem dari mikro dan makro. Sistem ini juga mencakup berbagai peristiwa hidup yang penting pada individu dan kondisi sosio-kultural. Sumber: Purwandari, Eni. Membangun Karakter melalui Sistem Kontrol Sosial : sebuah Reviu Fenomenologis. https://publikasiilmiah.ums.ac.id/xmlui/bitstream/handle/11617/1526/25_Eni %20Purwandari.pdf?sequence=1&isAllowed=y#:~:text=Teori%20ekologi %20menurut%20Urie%20Bronfrenbrenner,masukan%20kebudayaan%20yang %20berbasis%20luas. https://kumparan.com/radifa-prima/pembelajaran- berdiferensiasi-1zq4HAawoVG/4 2. Teori Multiple Intelligences Teori multiple inteligensi atau kecerdasan majemuk ditemukan dan dikembangkan oleh Howard Gardner, seorang psikolog perkembangan dan professor pendidikan dari Amerika Serikat. Gardner mendefinisikan inteligensi sebagai kemampuan untuk memecahkan persoalan dan menghasilkan produk dalam suatu setting yang bermacam-macam dan dalam situasi yang nyata. Berdasarkan pengertian ini, dapat dipahami bahwa inteligensi bukanlah kemampuan seseorang untuk menjawab soal-soal tes IQ dalam ruang tertutup yang terlepas dari lingkungannya. Akan tetapi inteligensi memuat kemampuan seseorang untuk memecahkan persoalan yang nyata dan dalam situasi yang bermacam-macam. Semakin seseorang terampil dan mampu menyelesaikan persoalan kehidupan yang situasinya bermacam-macam dan kompleks, semakin tinggi inteligensinya. Menurut Gardner, kecerdasan seseorang diukur bukan dengan tes tertulis, tetapi bagaimana seseorang dapat memecahkan problem nyata dalam kehidupan. Ketujuh jenis kecerdasan, yakni:. a. Kecerdasan Verbal-Linguistik Kecerdasan verbal-linguistik adalah kemampuan untuk mengekspresikan diri secara lisan dan tertulis serta kemampuan untuk menguasai bahasa asing. b. Kecerdasan Logis-Matematik Kecerdasan ini menunjuk pada kemampuan untuk mengeksplorasi pola-pola, kategori-kategori dan hubungan dengan memanipulasi objek atau simbol untuk melakukan percobaan dengan cara yang terkontrol dan teratur. Oleh karena itu, orang yang kuat dalam kecerdasan ini sangat senang berhitung, bertanya, dan melakukan eksperimen. c. Kecerdasan Visual-Spasial Kemampuan untuk memahami gambar-gambar dan bentuk. Orang yang memiliki kecerdasan ini cenderung berpikir dengan gambar dan sangat baik ketika belajar melalui film, gambar, video, dan demonstrasi yang menggunakan alat peraga, dan menggambar bentuk dan ruang suatu objek. Mereka juga sangat menyukai aktivitas menggambar, mengecat, mengukir, dan biasa mengungkapkan diri mereka melalui aktivitas seni. Mereka juga sangat baik untuk membaca peta, diagram, dan menyelesaikan teka-teki jigsaw. d. Kecerdasan Berirama-Musik Kecerdasan berirama-musik adalah kapasitas berpikir tentang music seperti mampu mendengar, mengenal, mengingat, dan bahkan memanipulasi pola-pola music. Kecerdasan musik juga meliputi kemampuan memersepsi dan memahami, mencipta dan menyanyikan bentuk-bentukmusikal dan para ahli mengakui bahwa music merangsang aktivitas kognitif dalam otak dan mendorong kecerdasan. e. Kecerdasan Jasmaniah-Kinestetik Kecerdasan jasmaniah-kinestetik adalah kemampuan untuk menggunakan seluruh tubuh dalam mengekspresikan ide, perasaan dan menggunakan tangan untuk menghasilkan atau mentransformasi sesuatu. Orang yang memiliki kelebihan dalam kecerdasan kinestetik cenderung mempunyai perasaan yang kuat dan kesadaran mendalam tentang geraka-gerakan fisik. Mereka juga mampu melakukan tugas dengan baik setelah melihat orang lain melakukannya terlebih dahulu, kemudian meniru dan mengikuti tindakannya. Namun, orang yang memiliki kecerdasan ini sering merasa tidak tenang Ketika duduk dalam waktu yang relatif lama dan bahkan merasa bosan jika segala sesuatu yang dipelajari atau disampaikan tanpa disertai dengan tindakan yang bersifat demonstratif. f. Kecerdasan Interpersonal Kecerdasan interpersonal adalah kemampuan untuk membaca tanda dan isyarat sosial, komunikasi verbal dan non-verbal, dan mampu menyesuaikan gaya komunikasi secara tepat. Orang seperti ini mengetahui bagaimana pentingnya berkolaborasi dengan orang lain, memimpin ketika diperlukan, mengikuti jika memang keikutsertaan sangat diperlukan, bekerja sama dengan orang-orang yang memiliki keterampilan komunikasi yang berbeda-beda. g. Kecerdasan Intrapersonal Kecerdasan intrapersonal merupakan kecerdasan yang bersumber pada pemahaman diri secara menyeluruh guna menghadapi, merencanakan, dan memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi. Pada umumnya, mereka memilih untuk bekerja sendiri dalam menyelesaikan proyek-proyek meskipun kadang-kadang memerlukan perhatian ekstra. h. Kecerdasan Naturalistik Kecerdasan naturalistik adalah kemampuan dalam mengenal dan mengklasifikasi berbagai spesies termasuk flora dan fauna dalam suatu lingkungan. Mereka menyukai subjek, cerita-cerita, dan pertunjukan yang berhubungan dengan binatang dan fenomena alam. Sumber: http://eprints.umsida.ac.id/1534/1/resume%20p.nur.pdf 3. Teori Zone of Proximal Development (ZPD) Menurut Vygotsky, Zone of Proximal Development (ZPD) adalah zona antara tingkat perkembangan actual (independent performance) dan tingkat perkembangan potensial (assisted performance). Tingkat perkembangan aktual tampak dari kemampuan anak menyelesaikan tugas-tugas secara mandiri. Sedangkan tingkat perkembangan potensial tampak dari kemampuan anak menyelesaikan tugas atau memecahkan masalah dengan bantuan orang dewasa. Sumber: Tedjasaputra, Mayke S. 2001. Bermain, Mainan, dan Permainan untuk Pendidikan Usia Dini. Jakarta: Grasindo https://books.google.co.id/books? id=6rk4jujVmFsC&printsec=frontcover&hl=id#v=onepage&q&f=false 4. Learning Modalities Modalitas belajar adalah cara seseorang dalam menyerap informasi melalui indra yang dimilikinya. Cara tercepat bagi otak untuk menyerap informasi, berinteraksi, dan berkomunikasi. Modalitas belajar ini digunakan untuk memanfaatkan gaya belajar siswa, karena pemanfaatan gaya belajar siswa yang tepat berpengaruh kuat terhadap keberhasilan proses belajar siswa. Modalitas belajar terdiri dari tiga macam, yaitu visual, auditorial,dan kinestetik. Tiap-tiap modalitas belajar memiliki ciri-ciri khusus sehingga dapat dipakai sebagai pertimbangan dalam menentukan strategi dalam mengajar. a. Modalitas Belajar Visual Bagi siswa yang bergaya belajar visual, yang memegang peranan penting adalah mata/ penglihatan (visual), dalam hal ini metode pengajaran yang digunakan guru sebaiknya lebih banyak/ dititikberatkan pada peragaan/media, ajak mereka ke obyek- obyek yang berkaitan dengan pelajaran tersebut, atau dengan cara menunjukkan alat peraganya dengan langsung pada siswa atau menggambarkannya di papan tulis. b. Modalitas Belajar Auditorial Siswa yang bertipe auditori mengandalkan kesuksesan belajarnya melalui telinga (alat pendengarannya). Anak yang mempunyai gaya belajar auditori dapat belajar lebih cepat dengan menggunakan diskusi verbal dan mendengarkan apa yang guru katakan. Anak auditori dapat mencerna makna yang disampaikan melalui tone suara, pitch (tinggi rendahnya), kecepatan berbicara dan hal-hal auditori lainnya. c. Modalitas Belajar Kinestetik Anak yang mempunyai gaya belajar kinestetik belajar melalui bergerak, menyentuh, dan melakukan. Anak seperti ini sulit untuk duduk diam berjam-jam karena keinginan mereka untuk beraktifitas dan eksplorasi sangatlah kuat. Siswa yang bergaya belajar ini belajarnya melalui gerak dan sentuhan. Sumber: Budiningsih, Asri. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta, Akbar Zainudin dan Usep Saefurohman, Modalitas Belajar, http://www.maswins.com/-modalitas-belajar-anak.html. http://repository.iainkudus.ac.id/2742/5/5.%20BAB%20II.pdf
Intelijen: Pengantar psikologi kecerdasan: apa itu kecerdasan, bagaimana cara kerjanya, bagaimana kecerdasan berkembang, dan bagaimana kecerdasan dapat memengaruhi kehidupan kita