Anda di halaman 1dari 11

BAB II

PEMBAHASAN
Gaya belajar
1.1 Pengertian gaya belajar
Setiap manusia yang lahir di dunia selalu berbeda satu sama lainya. Baik bentuk fisik,
tingkah laku, maupun kebiasaan lainya. Menurut deporter dan hernacky “gaya belajar
merupakan suatu kombinasi bagai mana ia menyerap dan kemudian mengatur serta
mengelola informasi” . menurut fleming dan milis “gaya belajar merupakan kecendrungan
siswa untuk mengadaptasi strategi tertentu dalam gaya belajar nya sebagai bentuk tanggung
jawabnya untuk mendapatkan suatu pendekatan belajar yang sesuai dengan tututan belajar
dan dari dari mata pelajaran”.
Gaya belajar atau learning to style adalah suatu karakteristik kognitif, afektif, dan
perilaku pisikomotorik sebagai indikator yang bertindak relatif stabil untuk pembelajar
merasa saling berhubungan dan beraksi terhadap lingkungan belajar (gobai ,2005;1) gaya
belajar adalah cara yang kita uskai dalam melakukan kegiatan berfikir , memproses dan
mengerti suatu informasi( gunawan,2006;139). Menurut nasution “ gaaya belajar adalah
cara yang konsiten yang di lakukan oleh seorang murid dalam menangkap stimulus atau
informasi, cara mengingat, berfikir dam memecahkan soal. Dalam kamus besar bahasa
indonesia gaya belajar adalah tingkah laku , gerak gerik ,dan sikap. Sedangkan belajar itu
adalah menuntut ilmu.
Dari devenisi di atas dapat di simpulkan bahwa gaya belajar adalah ciri khas yang di
miliki oleh setiap orang dalam memberikan respon terhadap pembelajaran yang di
terimanya. Secara realita gaya belajar seseorang merupakan kombinasi dari beberapa gaya
belajar. Di sini kita mengenal 3 gaya belajar,yaitu: gaya belajar visual ,auditori, dan
kinestetik. Masing – masing gaya belajar terbagi menjadi 2 ,yaitu: bersifat eksternal
( tergantung media luar sebagai sumber informasi)dan bersifat internal ( tergantung pada
kemampuan bagai mana mengelol pikiran dan imajinasi ).
Dalam prakteknya masing- masing siswa mempunyai 3 modalitas gaya belajar tertentu
dan kebanyakan orang cendrung pada salah satu di antara ketiga nya.
1. Visual (belajar dengan cara melihat)
Orang dengan gaya belajar visual senang mengikuti ilustrasi, membaca instruksi,
mengamati gambar-gambar, meninjau kejadian secara langsung, dan sebagainya. Hal ini
sangat berpengaruh terhadap pemilihan metode dan media belajar yang dominan
mengaktifkan indera penglihatan (mata). Artinya,  bukti-bukti  konkret  harus  diperlihatkan
terlebih  dahulu  agar  siswa  paham.  Ciri-ciri  siswa  yang  memiliki gaya  belajar  visual 
adalah  kebutuhan  yang  tinggi  untuk  melihat dan  juga  menangkap  informasi  secara 
visual  sebelum  mereka memahaminya. Gaya belajar secara visual dilakukan seseorang
untuk memperolah informasi seperti melihat gambar, giagram, peta, poster, grafik, dan
sebagainya. Bisa juga dengan melihat data teks seperti tulisan dan huruf.
Siswa  dengan  gaya  belajar  visual lebih  mudah  mengingat  apa yang  mereka  lihat, 
seperti  bahasa  tubuh/ekspresi  muka  gurunya, diagram,  buku  pelajaran  bergambar  dan 
video,  sehingga  mereka  bisa mengerti  dengan  baik  mengenai  posisi/lokasi,  bentuk, 
angka,  dan warna. Siswa  visual  cenderung  rapi  dan  teratur  dan  tidak  terganggu
dengan  keributan  yang  ada,  tetapi  mereka  sulit  menerima instruksi verbal.
Siswa  yang  memiliki  gaya  belajar  visual  menangkap  pelajaran lewat  materi 
bergambar.  Selain  itu,  ia  memiliki  kepekaan  yang  kuat terhadap  warna,  disamping 
mempunyai  pemahaman  yang  cukup terhadap  masalah  artistik.  Hanya  saja  biasanya 
ia  memiliki  kendala untuk  berdialog  secara  langsung  karena  terlalu  reaktif  terhadap 
suara, sehingga  sulit  mengikuti  anjuran  secara  lisan  dan  sering  salah
menginterpretasikan kata atau ucapan.

Ketajaman  visual,  lebih  menonjol  pada  sebagian  orang,  sangat kuat  dalam  diri 
seseorang.  Alasannya  adalah  bahwa “di  dalam  otak terdapat  lebih  banyak  perangkat 
untuk  memproses  informasi  visual daripada semua indera lain”.  Sedangkan menurut
objeknya “masalah penglihatan digolongkan menjadi tiga golongan, yaitu melihat bentuk,
melihat dalam dan melihat warna”.

a) Ciri-ciri gaya belajar visual :
1)       Bicara agak cepat
2)       Mementingkan penampilan dalam berpakaian/presentasi
3)       Tidak mudah terganggu oleh keributan
4)       Mengingat yang dilihat, dari pada yang didengar
5)       Lebih suka membaca dari pada dibacakan
6)       Pembaca cepat dan tekun
7)       Seringkali mengetahui apa yang harus dikatakan, tapi tidak pandai memilih kata-
kata
8)       Lebih suka melakukan demonstrasi dari pada pidato
9)       Lebih suka musik dari pada seni
10)    Mempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal kecuali jika ditulis, dan
seringkali minta bantuan orang untuk mengulanginya

b) Strategi untuk mempermudah proses belajar anak visual :


1. Gunakan materi visual seperti, gambar-gambar, diagram dan peta.
2. Gunakan warna untuk menghilite hal-hal penting.
3. Ajak anak untuk membaca buku-buku berilustrasi.
4. Gunakan multi-media (contohnya: komputer dan video).
5. Ajak anak untuk mencoba mengilustrasikan ide-idenya ke dalam gambar.

c) Cara belajar yang tepat untuk visual:


1. Belajar dari gambar maupun video yang menarik
2. Membaca buku yang tidak hanya tulisan saja tetapi juga memiliki ilustrasi
3. Saat belajar bisa sambil lakukan doodling supaya lebih fokus
4. Gunakan spidol warna-warni saat membuat catatan
5. Membuat mind mapping untuk memudahkan belajar

2. Gaya belajar Auditori (belajar dengan cara mendengar)


Gaya  belajar  auditori  mempunyai  kemampuan  dalam  hal menyerap informasi dari
telinga/pendengaran. Artinya, kita harus mendengar, baru kemudian kita bisa mengingat dan
memahami informasi. Siswa yang mempunyai gaya belajar  auditorial dapat belajar lebih
cepat  dengan menggunakan diskusi  verbal  dan  mendengarkan  apa  yang  guru 
katakan.  Siswa auditorial memiliki kepekaan terhadap musik dan baik dalam aktivitas
lisan,  mereka  berbicara  dengan  irama  yang  terpola,  biasanya pembicara yang fasih,
suka berdiskusi dan menjelaskan segala sesuatu panjang  lebar. Siswa  dengan  tipe  gaya 
belajar  ini  mudah  terganggu dengan keributan dan lemah dalam aktivitas visual.
Metode pembelajaran yang tepat untuk pembelajar model seperti ini  harus 
memperhatikan  kondisi  fisik  dari  pembelajar.  Anak  yang mempunyai  gaya  belajar 
auditori  dapat  belajar  lebih  cepat  dengan menggunakan diskusi verbal dan mendengarkan
apa yang guru katakan. Pikiran auditori kita lebih kuat daripada  yang kita sadari. Telinga
kita terus menerus  menangkap dan  menyimpan informasi auditori, bahkan tanpa  kita 
sadari.  Dan   “ketika  kita   membuat   suara  sendiri  dengan  berbicara, beberapa area
penting di otak kita menjadi aktif”.

a. Ciri-ciri gaya belajar auditori :
1)  Saat bekerja suka bicaa kepada diri sendiri
2)  Penampilan rapi
3)  Mudah terganggu oleh keributan
4)  Belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan dari pada yang
dilihat
5)  Senang membaca dengan keras dan mendengarkan
6)  Menggerakkan bibir mereka dan mengucapkan tulisan di buku ketika membaca
7)  Biasanya ia pembicara yang fasih
8)  Lebih pandai mengeja dengan keras daripada menuliskannya
9)  Lebih suka gurauan lisan daripada membaca komik
10)Mempunyai masalah dengan pekerjaan-pekerjaan yang melibatkan Visual
11)Berbicara dalam irama yang terpola
12)Dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, berirama dan warna suara

b) Strategi untuk mempermudah proses belajar anak auditori :


1. Ajak anak untuk ikut berpartisipasi dalam diskusi baik di dalam kelas maupun di dalam
keluarga.
2.Dorong anak untuk membaca materi pelajaran dengan keras.
3.Gunakan musik untuk mengajarkan anak.
4.Diskusikan ide dengan anak secara verbal.
5.Biarkan anak merekam materi pelajarannya ke dalam kaset dan dorong dia untuk
mendengarkannyasebelum tidur.

c) Cara belajar yang tepat untuk auditori:


1. Dengarkan musik yang disukai
2. Bisa merekam saat guru mengajar lalu dikemudian hari didengarkan kembali
3. Apabila membaca buku, bisa sambil diucapkan dengan suara pelan untuk lebih mudah
mengingat
4. Mendengarkan materi yang diajarkan guru saat di kelas dengan seksama
5. Belajar dengan diskusi bersama teman supaya lebih mudah memahami maupun
mengingat materi

3. Gaya belajar Kinestetik (belajar dengan cara bergerak, bekerja dan menyentuh)

Gaya  belajar  kinestetik  merupakan  aktivitas  belajar  dengan  cara bergerak,  bekerja 
dan  menyentuh.  Pembelajar  tipe  ini  mempunyai keunikan  dalam  belajar  yaitu  selalu
bergerak, aktivitas panca indera,  dan  menyentuh.  Pembelajar  ini  sulit  untuk  duduk 
diam berjam-jam karena  keinginan  mereka  untuk  beraktifitas dan  eksplorasi  sangatlah
kuat. Mereka merasa  bisa  belajar  lebih  baik  jika  prosesnya  disertai kegiatan 
fisik. Siswa  dengan  tipe  ini  suka  coba-coba  dan  umumnya kurang rapi serta lemah
dalam aktivitas verbal.

a) Ciri-ciri gaya belajar kinestetik :
1)     Berbicara perlahan
2)     Penampilan rapi
3)     Tidak terlalu mudah terganggu dengan situasi keributan
4)     Belajar melalui memanipulasi dan praktek
5)     Menghafal dengan cara berjalan dan melihat
6)     Menggunakan jari sebagai petunjuk ketika membaca
7)     Merasa kesulitan untuk menulis tetapi hebat dalam bercerita
8)     Menyukai buku-buku dan mereka mencerminkan aksi dengan gerakan tubuh saat
membaca
9)     Menyukai permainan yang menyibukkan
10)  Tidak dapat mengingat geografi, kecuali jika mereka memang pernah berada di tempat
itu
11)  Menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka Menggunakan kata-kata yang
mengandung aksi

b) Strategi untuk mempermudah proses belajar anak kinestetik:


1. Jangan paksakan anak untuk belajar sampai berjam-jam.
2. Ajak anak untuk belajar sambil mengeksplorasi lingkungannya (contohnya: ajak dia baca
sambil bersepeda, gunakan obyek sesungguhnya untuk belajar konsep baru).
3. Izinkan anak untuk mengunyah permen karet pada saat belajar.
4. Gunakan warna terang untuk menghilite hal-hal penting dalam bacaan.
5. Izinkan anak untuk belajar sambil mendengarkan musik.

c) Cara belajar yang tepat untuk kinestetik:

1. Saat mendapatkan materi belajar, bila memungkinkan segera coba praktikkan


2. Belajar sambil melakukan aktivitas yang melibatkan gerakan, misalnya sambil
berjalan atau sesederhana menjetikkan jari

3. Melakukan eksperimen dari materi yang didapatkan dari guru

4. Bisa mengunjungi tempat yang berhubungan materi di pelajaran, misalnya untuk


pelajaran Sejarah bisa mengunjungi museum

5. Mengikuti ekstrakurikuler seperti seperti KIR (Kelompok Ilmiah Remaja)

1.2 Pengaruh Gaya Belajar Terhadap Prestasi Belajar

Gaya belajar kita pada umumnya ditentukan lewat cara kita menyerap dan mengatur
informasi-informasi dari yang konkret (yang berakar pada pancaindra ragawi, menekan
pada apa yang dapat diamati) hingga yang abstrak (yang berakar dalam emosi dan intuisi,
menekankan perasaan dan ide-ide), kendati kebanyakan orang lebih suka cara khusus. Ini
adalah refleksi pendekatan Piaget dari yang konkret ke yang abstrak dan dari yang sudah
diketahui ke yang belum diketahui.
Glover juga mengatakan bahwa kemampuan kita untuk mengatur informasi adalah
kemampuan mengurutkan (menyimpan informasi secara linier, logis dan tahap demi tahap)
dan acak (menyimpan secara tidak linier, holistic dan keleidoskop), meskipun lagi-lagi
kebanyakan orang mempunyai kesukaanya sendiri. Pada awal tadi telah dijelaskan bahwa
gaya belajar merupakan kunci untuk mengembangkan kinerja dalam pekerjaan, di sekolah,
dan dalam situasi-situasi antarpribadi.

Dengan begitu gaya belajar akan mempengaruhi seseorang dalam menyerap dan
mengolah informasi. Menurut Grinder, pengarang Righting The Education Comveyor Belt,
telah mengajarkan gaya-gaya belajar dan mengajar kepada banyak instruktur. Ia mencatat
bahwa dalam setiap kelompok yang terdiri dari tiga puluh murid, sekitar dua puluh orang
yang mampu belajar secara cukup efektif dengan cara visual, auditorial, dan kinestetik
sehingga mereka tidak membutuhkan perhatian khusus. Dari sisa delapan orang, sekitar
enam orang memilih satu modalitas belajar dengan sangat menonjol melebihi dua modalitas
lainnya. Sehingga setiap saat mereka harus selalu berusaha keras untuk memahami perintah,
kecuali jika perhatian khusus diberikan kepada mereka dengan menghadirkan cara yang
mereka pilih. Bagi orang-orang ini, mengetahui cara belajar terbaik mereka bisa berarti
perbedaan antara keberhasilan dan kegagalan. Dua orang siswa mempunyai kesulitan
belajar karena sebab-sebab eksternal. Dengan mengetahui gaya belajar yang berbeda ini
telah banyak membantu para guru dimanapun untuk dapat mendekati semua atau hampir
semua siswa lainnya dengan menyampaikan informasi dengan gaya yang berbeda-beda.

Begitu juga dengan setiap siswa jika seseorang siswa dapat mengetahui gaya belajarnya
maka akan sangat dapat membantunya dalam belajar dengan optimal kemudian secara
berkelanjutan dapat mempengaruhi siswa tersebut dalam mencapai prestasi belajar yang
lebih baik dibandingkan dengan siswa yang tidak mengetahui gaya belajarnya sendiri.

1.3 Cara Merangsang Modalitas (gaya belajar)

Terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan untuk merangsang modalitas tersebut yaitu

1) Gaya belajar visual

a) Menggunakan kertas tulis dengan tulisan berwarna

b) Menggantungkan grafik di dinding sekeliling ruang kelas yang berisi tentang informasi
penting dalam materi.

c) Mendorong peserta didik untuk menggambarkan informasi yang diterimanya dengan


menggunakan peta pikiran, diagram, tulisan berwarna.

d) Membagikan fase-fase atau garis besar setiap materi pembelajaranyang disampaikan


dengan memberikan ruangan yang kosong untuk menambahkan catatn.

e) Memberikan kode warna untuk tiap-tiap materi yang hendak disampaikan.


f) Mengguankan bahasa yang dapat menciptakan visualisasi pada diri anak. Misalnya:
bayangkanlah bola dunia yang sedang berputar mengelilingi matahari (jika kita sedang
mempelajari jika kita sedang mempelajari revolusi bumi), dan sebagainya.

2)Gaya belajar auditorial

a) Menggunakan variasi vokal (ritme, volume, suara, intonasi) yang digunakan pada saat
menyampaikan materi pelajaran

b) Menggunkan pengulangan dengan cara meminta peserta didik mengulangi kembali


konsep-konsep kunci yang telah dipelajari .

c) Mengembangkan dan mendorong peserta didik untuk membuat “jembatan keledai “


untuk menghapal konsep kunci. Misalnya: warna pelangi adalah “mijikuhibiniu”(merah,
jingga, kuning,hijau, biru, nila, ungu)

d) Mengguankan musik sebagai aba-aba memulai suatu kegiatan.

e) Mendorong peserta didik terutama untuk belajar auditorial untuk mereka, informasi-
informasi penting untuk kemudian didengarkan ulang karena pelajaran auditorial tidak
terlalu senang mencatat.

f) Mengijinkan peserta didik berbicara secara perlahan pada saatsedang mempelajari konsep
yang harus dipahaminya.

3) Gaya belajar kinestetik

a) Menggunakan alat bantu pada saat mengajar untuk menimbulkan rasa ingin tahu dan
menekankan konsep-konsep kunci.

b) Menggunakan simulasi konsep agar setiap peserta didik dapat mengalami sendiri.

c) Mencoba berbicara dengan peserta didik secara pribadi setiap hari, misalnya: ibu senang
kamu sudah terlibat aktif di kelas hari ini”.

d) Memperagakan setiap konsep yang diajarkan dan memberikan kesempatan kepada setiap
setiap peserta didik untuk mencoba mempelajari langkah demi langkah.

e) Melakukan peran pendek dapat membantu peserta didik untuk memahami materi yang
dipelajarinya. Setiap peserta didik didorong untuk membuat peran pendek tentang materi
yang dipelajari.

1.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Gaya Belajar

Menurut David Kolb setiap orang memiliki dan mengembangkan gaya belajar tersendiri
yang dipengaruhi oleh tipe kepribadian, kebiasaan dan habit, serta berkembang sejalan
dengan waktu dan pengalaman. Pola atau gaya belajar tersebut dipengaruhi oleh jurusan
atau bidang yang digeluti, yang selanjutnya akan turut mempengaruhi keberhasilan
seseorang dalam meraih prestasinya dalam belajar. Sedangkan menurut Kolb ada lima
tingkatan berbeda yang mendasari seseorang memiliki gaya belajar tertentu yaitu tipe
kepribadian, jurusan yang dipilih, karier atau profesi yang digeluti, pekerjaan atau peran
yang sedang dilakukan, dan adaptive competencies (kompetensi adaptif).

Faktor-faktor tesebut antara lain:


1. Faktor fisik
2. Faktor emosional
3. Faktor sosiologis
4. Faktor lingkungan.

Berdasarkan faktor-faktor di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian siswa dapat belajar
paling baik dengan cahaya yang terang, sedang sebagian yang lain dengan pencahayaan
yang suram. Ada siswa yang belajar paling baik secara berkelompok, sedangkan yang lain
lagi memilih adanya figur yang otoriter seperti orang tua atau guru, yang lain lagi merasa
bahwa bekerja sendirilah yang paling efektif bagi mereka. Sebagaian orang memerlukan
musik sebagai iringan belajar, sedang yang lain tidak dapat berkonsentrasi kecuali dalam
keadaan ruangan sepi. Ada siswa yang memerlukan lingkungan kerja yang teratur dan rapi,
tetapi yang lain lagi lebih suka menggelar segala sesuatunya supaya dapat dilihat.
Ketika belajar siswa perlu berkosentrasi dengan baik.

Faktor-faktor yang mempengaruhi gaya belajar (Learning Style) Menurut Gordon


Dryden dan Dr. Jeannette Vos, faktor-faktor yang mempengaruhi gaya belajar seseorang
adalah:
1. Lingkungan fisik: suara, cahaya, suhu, tempat duduk, sikap tubuh sangat berpengaruh
pada proses belajar seseorang.
2. Kebutuhan emosional: orang juga memiliki berbagai kebutuhan emosional. Dan emosi
berperanan penting dalam proses belajar. Dalam banyak hal, emosi adalah kunci bagi sistem
memori otak. Muatan emosi dari presentasi dapat berpengaruh besar dalam memudahkan
pelajar untuk menyerap informasi dan ide.
3. Kebutuhan sosial: sebagian orang suka belajar sendiri. Yang lain lebih suka bekerja
bersama seorang rekan. Yang lain lagi, bekerja dalam kelompok. Sebagian anak-anak
menginginkan kehadiran orang dewasa atau senang bekerja dengan orang dewasa saja.
4. Kebutuhan Biologis: waktu makan, tingkat energi dalam sehari, dan kebutuhan movilitas
juga dapat mempengaruhi kemampuan belajar.

Faktor-faktor yang mempengaruhi gaya belajar menurut Joko Susilo yaitu:


1. Faktor alamiah (pembawaan): ada hal-hal tertentu yang tidak dapat diubah dalam diri
seseorang bahkan dengan latihan sekalipun.
2. Faktor lingkungan: ada juga hal-hal yang dapat dilatihkan dan disesuaikan dengan
lingkungan yang terkadang justru tidak dapat diubah.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa gaya belajar seseorang dipengaruhi oleh lima
faktor, yaitu lingkungan fisik, kebutuhan emosional, kebutuhan sosial, kebutuhan biologis,
serta factor alamiah (pembawaan) dan lingkungan.

1.5 Faktor yang Mempengaruhi Belajar Secara Internal dan eksternal


a. faktor internal

Faktor internal yaitu faktor faktor yang berasal dari seseorang sendiri dan dapat
mempengaruhi terhadap belajarnya. Faktor internal dibedakan menjadi tiga yaitu faktor
jasmaniah, faktor kelelahan dan faktor psikologi.
1. Faktor Jasmaniah
Faktor jasmaniah ini terdiri atas dua faktor yang mempengaruhinya antara lain faktor
kesehatan dan cacat tubuh.
Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta bagian-bagiannya/bebas dari
penyakit. Kesehatan adalah keadaan atau hal sehat. Kesehatan seseorang berpengaruh
terhadap belajarnya karena proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan
seseorang terganggu, selain itu juga akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing,
ngantuk jika badannya lemah, kurang darah ataupun ada gangguan-gangguan/kelainan
kelainan alat inderanya serta tubuhnya.
Agar seseorang dapat belajar dengan baik haruslah mengusahakan kesehatan badannya
tetap terjamin dengan cara selalu mengindahkan ketentuan-ketentuan tentang
bekerja,belajar, istirahat, tidur, makan olah raga, rekreasi dan ibadah.
Cacat tubuh adalah faktor yang mempengaruhi belajar berupa sesuatu yang menyebabkan
kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh/badan. Keadaan cacat tubuh juga
mempengaruhi belajar. Siswa yang cacat belajarnya juga terganggu, jika hal ini terjadi maka
hendaknya ia belajar pada lembaga pendidikan khusus atau diusahakan alat bantu agar dapat
menghindari atau mengurangi pengaruh kecacatan itu.
2. Faktor Kelelahan 
Kelelahan pada seseorang walaupun sulit untuk dipisahkan tetapi dapat dibedakan menjadi
dua macam, yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani. Kelelahan jasmani terlihat
dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul kecenderungan untuk membaringkan tubuh
karena terjadi kekacauan substansi sisa pembakaran di dalam tubuh, sehingga darah
tidak/kurang lancar pada bagian-bagian tertentu. Sedangkan kelelahan rohani dapat dilihat
dengan adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan
sesuatu hilang, kelelahan ini sangat terasa pada bagia  kepala dengan pusing-pusing
sehingga sulit untuk konsentrasi seolah-olah otak kehabisan daya untuk bekerja.
Kelelahan baik secara jasmani maupun rohani dapat dihilangkan dengan cara-cara
sebagai berikut:
 Tidur,
 Istirahat,
 Mengusahakan variasi dalam belajar, juga dalam bekerja,
 Menggunakan obat-obatan yang bersifat melancarkan peredaran darah, misalnya obat
gosok,
 Reaksi dan ibadah yang teratur,
 Olahraga secara teratur, dan
 Mengimbangi makan dengan makanan yang memenuhi syarat-syarat kesehatan
(memenuhi empat sehat lima sempurna),
 Jika kelelahan sangat serius cepat-cepat menghubungi seorang ahli, misalnya dokter,
psikiater dan lain-lain.
3. Faktor psikologis 
Faktor psikologis merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi belajar yang terdiri dari
delapan faktor yang mempengaruhinya antara lain faktor intelegensi, perhatian, minat,
bakat, motif, kematangan, kesiapan dan cara belajar.
Faktor Eksternal yang Mempengaruhi Belajar
Faktor eksternal yaitu faktor faktor yang berasal dari lingkungan luar dan dapat
mempengaruhi terhadap belajarnya. Faktor eksternal dibedakan menjadi tiga yaitu faktor
keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat.
1. Faktor Keluarga
Faktor keluarga yang mempengaruhi belajar ini mencakup cara orang tua mendidik, relasi
antara angota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua,
dan latar belakang kebudayaan.
2. Faktor Sekolah 
Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup metode mengajar, kurikulum,
relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu
sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah.
3. Faktor Masyarakat 
Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap belajar siswa.
Pengaruh itu terjadi karena keberadaannya siswa dalam masyarakat. Faktor masyarakat ini
membahas tentang kegiatan siswa dalam masyarakat, dibahas tentang kegiatan siswa dalam
masyarakat, mass media, teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat, yang semuanya
mempengaruhi belajar.

Untuk bisa berkonsentrasi dengan baik, perlu adanya lingkungan yang mendukung belajar
siswa. Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi konsentrasi belajar siswa antara lain:

1. Suara
Tiap siswa mempunyai reaksi yang bebeda-beda terhadap suara, ada yang menyukai belajar
dengan mendengarkan musik lembut, keras ataupun nonton televisi. Ada juga yang
menyukai belajar dalam suasana sepi dan ada juga yang menyukai belajar dalam suasana
ramai dalam belajar kelompok.

2. Pencahayaan
Pencahayaan merupakan faktor yang kurang pengaruhnya kurang dirasakan dibandingkan
pengaruh suara. Hal ini dapat diatur dengan mudah dan pencahayaan yang dibutuhkan siswa
agar dapat berkosentrasi dalam belajar.

3. Temperatur
Tiap siswa juga mempunyai selera yang berbeda-beda. Ada yang suka tempat sejuk, ada
juga yang lebih menyukai tempat yang hangat.

4. Desain belajar
Desain belajar ada dua macam, yaitu desain belajar formal dan belajar desain belajar tidak
formal. Desain formal contohnya  belajar di meja belajar lengkap dengan alat-alatnya,
sedang desain tidak formal belajar dengan santai, duduk di lantai, duduk di sofa ataupun
sambil tiduran.

Kelebihan dan kekurangan gaya belajar

Kelebihan gaya belajar visual (Visual Learners) antara lain:

1. Dapat mengingat detail dan warna dengan sangat baik,


2. Mampu membaca, mengeja, dan menghafal pelajaran dengan baik,

3. Sangat baik dalam mengingat wajah seseorang, tetapi seringkali lupa dengan nama orang
tersebut.

4. Saat menghafal dan memahami suatu informasi, biasanya mereka memvisualisasikan gambar
atau image dalam pikirannya,

5. Umumnya berpenampilan rapi dan baik,

6. Ketika memecahkan masalah cara yang dilakukan oleh anak visual adalah dengan membaca
informasi, serta membuat daftar mengenai masalah atau hambatan apa saja yang ia hadapi.

Kelemahan:

1. Susah belajar dalam suasana yang ramai , ribut dan banyak gangguan,
2. Susah memahami penjelasan guru tanpa disertai dengan gambar atau grafik,

3. Terganggu konsentrasinya saat melihat tampilan (baik penampilan seseorang atau tampilan
suatu informasi) yang menurutnya tidak menarik atau justru jelek.

Kelebihan dari gaya belajar Auditori (Auditory Learners):


1. Jika melakukan presentasi suatu hasil kerja dapat melakukannya dengan baik.
2. Dapat dengan mudah menirukan perkataan orang lain dalam waktu yang singkat.
3. Memiliki tata bahasa yang baik
4. Dengan mudah menghafalkan nama orang lain.
5. Senang berbicara
6. Jika melakukan pembicaraan di depan banyak orang , dapat melakukan dengan
mudah.
7. Jika berbicara iramanya memiliki pola.
Kelemahan:
1. Tidak membaca dengan baik (umumnya membaca dengan pelan).
2. Susah menginggat sesuatu jika membacanya tanpa menggunakan suara.
3. Susah untuk membuat karangan.
4. Susah diam dalam waktunya cukup lama.
5. Mudah terganggu dengan keributan.
Kelebihan dan kelemahan dari gaya belajar kinestetik (Kinesthetic Learners):
1. Umumnya memiliki penampilan yang rapi.
2. Lebih pintar dalam bidang olahraga.
3. Suka dengan pekerjaan yang di lakukan dalam laboratorium.
4. Kerja sama antara mata dan tangan sangat bagus.
Kelemahan:
1. Mudah gelisah dan frustasi dalam mendengarkan sesuatu sambil duduk dalam waktu
yang lama, sehingga membutuhkan sedikit istirahat .
2. Kurang baik dalam melakukan pengejaan kata.
3. Jika membaca menggunakan jari telunjuk .
4. Kurang menguasai dalam bidang geografi.

Anda mungkin juga menyukai