Anda di halaman 1dari 7

Kelompok 2 :

Ahmad Zaidan (235150600111014)


Farhan Rangga Ardiansyah Putra (235150601111019)
Frizqy Zistin Rollin Pandey (235150607111019)
Rizqinda Pusparani (235150607111015)
Sang Suranggana Bagus Maulana (235150600111019)
Zayyana Tsabita Azzahra (235150600111023)

Gaya Belajar

Menurut Bire, dkk. (2014: 168-174), gaya belajar merupakan salah satu yang dimiliki oleh
setiap individu dalam menyerap, mengatur, dan mengolah informasi yang diterima. Gaya
belajar yang sesuai adalah kunci keberhasilan siswa dalam belajar. Penggunaan gaya
belajar yang dibatasi hanya dalam satu gaya, terutama yang bersifat verbal atau auditorial,
tentunya dapat menyebabkan banyak perbedaan dalam menyerap informasi. Oleh karena
itu dalam kegiatan belajar, siswa harus dibantu dan diarahkan untuk mengenali gaya belajar
yang sesuai dengan dirinya sendiri agar hasil belajar bisa maksimal.

Menurut Bobbi De Porter dan Mike Hernacki dalam bukunya yang berjudul “Quantum
learning membiasakan belajar nyaman dan menyenangkan” dijelaskan bahwa Gaya belajar
adalah kata kunci untuk mengembangkan kinerja dalam pekerjaan, disekolah, dan dalam
situasi-situasi antar pribadi. Ketika anda menyadari bagaimana anda dan orang lain
menyerap dan mengolah informasi, anda dapat menjadikan belajar dan berkomunikasi lebih
mudah dengan gaya anda sendiri. Bobby De Porter dan Mike Hemacki, Quantum Learning
nyaman dan menyenangkan (Bandung: Kaifa, 2011), hal. 110-111.

Sedangkan menurut Kemp dalam bukunya Tutik Rachmawati dan Daryanto yang berjudul
“Teori Belajar dan Proses Pembelajaran yang Mendidik”, menyatakan bahwa gaya belajar
adalah cara mengenali berbagai metode belajar yang disukai yang mungkin lebih efektif bagi
peserta didik tersebut. Tutik Rahmawati, Daryanto, Teori Belajar dan Proses Pembelajaran
Yang Mendidik, (Yogyakarta: Gava Media, 2015), hal. 1.

Setiap siswa memiliki karakteristik gaya belajar masing-masing menurut De Poter dalam
bukunya Tutik Rachmawati dan Daryanto yang berjudul Teori Belajar dan Proses
Pembelajaran yang Mendidik. Terdapat 3 modalitas (tipe) dalam gaya belajar yaitu Visual,
Auditori dan Kinestetik. Pelajar visual belajar melalui apa yang mereka lihat. Auditori belajar
dengan cara mendengar, sedangkan kinestetik belajar lewat bergerak dan menyentuh. Tutik
Rahmawati, Daryanto, Teori Belajar dan Proses Pembelajaran Yang Mendidik, (Yogyakarta:
Gava Media, 2015), hal. 17
a. Gaya belajar visual
Peserta didik yang bergaya belajar visual dapat dilihat dari ciri-ciri utama yaitu
menggunakan modalitas belajar dengan kekuatan indra mata. Siswa yang memiliki
gaya belajar visual lebih mudah mengingat apa yang mereka lihat, seperti bahasa
tubuh atau ekspresi muka gurunya, diagram, buku pelajaran bergambar atau video,
sehingga mereka bisa mengerti dengan baik mengenai posisi atau local, bentuk,
angka, dan warna. Terdapat enam ciri-ciri siswa yang mempunyai gaya belajar
visual, dapat dilihat sebagai berikut.
1. Rapi dan teratur
2. Sulit menerima instruksi verbal
3. Teliti terhadap detail
4. Mengingat apa yang dilihat, daripada yang didengar
5. Biasanya tidak terganggu oleh keributan
6. Sering menjawab pertanyaan dengan jawaban singkat ya atau tidak

b. Gaya Belajar Auditorial


Gaya belajar auditorial adalah gaya belajar yang mengandalkan pada pendengaran
untuk bisa memahami dan mengingatnya karakteristik model belajar seperti ini
benar-benar menempatkan pendengaran sebagai alat utama menyerap informasi
atau pengetahuan. Artinya, kita harus mendengarkan terlebih dahulu baru kemudian
bisa mengingat dan memahami informasi yang diperoleh. Siswa yang mempunyai
gaya belajar ini adalah semua informasi hanya bisa diserap melalui pendengaran,
kedua memiliki kesulitan untuk menyerap informasi dalam bentuk lisan secara
langsung, ketiga memiliki kesulitan menulis ataupun membaca. Ibid, hal. 181-182.
Ciri-ciri gaya belajar auditorial adalah sebagai berikut: Ricki Linksman, Cara Belajar
Cepat, (Semarang: Dahara Prize, 2004), halaman 106-109
1. Mudah terganggu oleh keributan
2. Senang membaca dengan keras dan mendengarkan
3. Merasa kesulitan untuk menulis, tetapi hebat dalam bercerita
4. Suka berbicara di depan umum, suka berdiskusi di dalam kelompok, dan
menjelaskan sesuatu panjang lebar.
5. Menyukai musik atau sesuatu yang bernada dan berirama

c. Gaya Belajar Kinestetik


Seperti yang dijelaskan oleh De Porter dan Hernacki dalam bukunya Rachmawati
dan Daryanto Teori Belajar dan Proses Pembelajaran yang mendidik, bahwa orang
yang bergaya belajar kinestetik lebih dekat dengan ciri seperti saat berpikir lebih baik
ketika bergerak atau berjalan, lebih menggerakan anggota tubuh ketika bicara dan
merasa sulit untuk duduk diam. Umumnya orang bergaya belajar kinestetik dalam
menyerap informasi menerapkan strategi fisikal dan ekspresi yang berciri fisik. Tutik
Rahmawati, Daryanto, Teori Belajar dan Proses Pembelajaran Yang Mendidik,
(Yogyakarta: Gava Media, 2015), halaman 19. Ciri-ciri gaya belajar kinestetik adalah
sebagai berikut: Sundayana. 2016. “Kaitan antara Gaya Belajar, Kemandirian
Belajar, dan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa SMP dalam Pelajaran
Matematika”. Mosharafa, Vol. 2 Mei, hal 77.
1. Berbicara dengan perlahan
2. Selalu berorientasi pada fisik dan banyak bergerak
3. Tidak dapat duduk diam untuk waktu lama
4. Belajar melalui manipulasi dan praktik
5. Peka terhadap ekspresi dan bahasa tubuh

Terdapat beberapa strategi atau cara dalam mengajar yang sesuai dengan gaya belajar
visual, yaitu sebagai berikut.
1. Berikanlah buku-buku yang banyak ilustrasi gambar dan warnanya.
2. Perbanyak menggunakan materi visual seperti, gambar-gambar, diagram dan peta,
dan memanfaatkan multimedia atau teknologi.
3. Menggunakan highlighter atau menggarisbawahi bagian-bagian yang penting dari
catatan atau buku cetaknya.
4. Hindarkan “polusi visual” di sekitar tempat mereka belajar. Tipe visual sangat mudah
terganggu konsentrasinya dengan hal-hal yang sifatnya visual.
5. Pastikan buku catatan mereka lengkap dan tidak ketinggalan mencatat. Anak belajar
terutama dari bahan tertulis, seperti catatan.
6. Visualisasikan apa yang sedang mereka ingin ingat. Saat siswa mempelajari
sesuatu, doronglah mereka untuk membayangkan kejadiannya, tidak hanya
mengingat teksnya saja.
7. Mencatat kembali bahan pelajaran. Seorang visual learners cenderung rapi dan suka
hal yang singkat dan jelas.
8. Warna adalah rangsangan utama bagi tipe visual, jadi gunakan sebanyak mungkin
warna untuk menandai tugas/pekerjaan peserta didik.
9. Ajak siswa untuk mencoba mengilustrasikan ide-idenya ke dalam gambar ataupun
tulisan.
10. Menggunakan Mind Map

Strategi atau cara mengajar untuk orang dengan gaya belajar auditorial adalah sebagai
berikut.
1. Guru dapat mengajak siswa untuk ikut berpartisipasi dalam diskusi.
2. Mendorong anak untuk membaca materi pelajaran dengan keras.
3. Menggunakan musik atau dilagukan.
4. Guru dapat menggunakan rekaman dan biarkan anak merekam materi pelajarannya
ke dalam kaset dan dorong anak untuk mendengarkannya sebelum tidur.
5. Menggunakan audio dalam pembelajaran (musik, radio, dll), saat belajar.
6. Sering memberi pertanyaan.
7. Biarkan anak menjelaskan dengan kata-kata daripada tulisan.
8. Menghindarkan “polusi suara”. Anak akan sangat peka terhadap suara dan bunyi
sehingga dapat mengganggu konsentrasi belajarnya.

Adapun cara mengajar untuk orang dengan gaya belajar kinestetik adalah sebagai berikut.
1. Memperbanyak praktik lapangan (field trip).
2. Melakukan demonstrasi atau pertunjukan langsung terhadap suatu proses.
3. Membuat model atau contoh-contoh.
4. Belajar tidak harus duduk secara formal, bisa dilakukan dengan duduk dalam posisi
yang nyaman, walaupun tidak biasa dilakukan oleh murid- murid yang lain.
5. Memperbanyak praktik di laboratorium.
6. Boleh menghafal sesuatu sambil bergerak, berjalan atau mondar- mandir.
7. Perbanyak simulasi dan role playing.
8. Biarkan anak berdiri atau bergerak menggunakan tubuh saat menjelaskan sesuatu.
9. Jangan paksakan anak untuk belajar lama sampai berjam-jam.
10. Izinkan anak untuk mengunyah permen karet pada saat belajar.
11. Dorong siswa menggunakan warna terang untuk menghighlight hal-hal penting
dalam bacaan.
Identifikasi gaya belajar visual, auditorial dan kinestetik membedakan bagaimana kita
menyerap informasi untuk menentukan dominasi otak dan bagaimana siswa memproses
informasi. Model ini awalnya dikembangkan oleh Anthony Gregorc, profesor di bidang
kurikulum dan pengajaran di Universitas Connecticut. Kajian investigatifnya menyimpulkan
adanya dua kemungkinan dominasi otak, yaitu 1) Persepsi konkret dan abstrak; dan 2)
Kemampuan pengaturan secara sekuensial (linear) dan acak (nonlinear). Ini dapat
dipadukan menjadi empat kombinasi kelompok perilaku yang disebut gaya berpikir. Gregorc
menyebut gaya-gaya ini dengan sekuensial konkret, sekuensial abstrak, acak konkret, acak
abstrak. Siswa yang termasuk dalam kategori ”sekuensial”cenderung memiliki dominasi otak
kiri, sedang siswa yang berpikir secara ”acak” biasanya termasuk dalam dominasi otak
kanan.
1. Pemikir Sekuensial Konkret (SK)
Pemikir sekuensial konkret berpegang pada kenyataan dan proses informasi dengan
cara yang teratur, linear, dan sekuensial. Bagi para SK,realitas terdiri dari apa yang
dapat mereka ketahui melalui indra fisik mereka, yaitu indra penglihatan,peraba,
pendengaran, perasa dan penciuman. Mereka memperhatikan dan mengingat
realitas dengan mudah dan mengingat fakta-fakta, informasi, rumus-rumus dan
aturan-aturan khusus dengan mudah. Catatan atau makalah adalah cara baik bagi
orang-orang ini untuk belajar. Pelajar SK harus mengatur tugas-tugas menjadi
proses tahap demi tahap dan berusaha keras untuk mendapatkan kesempurnaan
pada setiap tahap. Mereka menyukai pengarahan dan prosedur khusus. Karena
kebanyakkan dunia bisnis yang sangat baik.
2. Pemikir Sekuensial Abstrak (SK)
Realistis bagi para pemikir sekuensial Abstrak adalah dunia teori metafisis dan
pemikiran abstrak. Mereka suka berpikir dalam konsep dan menganalisa informasi.
Mereka sangat menghargai orang-orang dan peristiwa-peristiwa yang teratur dan
rapi. Adalah mudah bagi mereka meneropong hal-hal penting, seperti titik-titik kunci
dan detail-detail penting. Proses berpikir mereka logis, rasional, dan
intelektual.Aktivitas favorit pemikir sekuensial abstrak adalah membaca dan jika
suatu proyek perlu diteliti, mereka akan melakukannya dengan mendalam. Mereka
ingin mengetahui sebab-sebab di balik akibat dan memahami teori serta konsep.
Biasanya, mereka lebih suka bekerja sendiri daripada berkelompok.
3. Pemikir Acak Konkret (AK)
Pemikir Acak Konkret mempunyai sikap eksperimental yang diiringi dengan perilaku
yang kurang terstruktur. Seperti pemikir sekuensial konkret, mereka berdasarkan
pada kenyataan, tetapi ingin melakukan pendekatan coba-salah (trial and error).
Karenanya, mereka sering melakukan lompatan intuitif yang diperlukan untuk
pemikiran kreatif yang sebenarnya.Mereka mempunyai dorongan kuat untuk
menemukan alternatif dengan mengerjakan segala sesuatu
dengan cara mereka sendiri. Waktu bukanlah prioritas bagi orang-orang AK, dan
mereka cenderung tidak memperdulikannya terutama jika sedang terlibat dalam
situasi yang menarik. Mereka lebih berorientasi pada proses daripada hasil;
akibatnya, proyek-proyek sering kali tidak berjalan sesuai dengan yang mereka
rencanakan karena kemungkinan yang muncul dan yang mengandung eksplorasi
selama proses.
4. Pemikir Acak Abstrak
Pemikir AA mengalami peristiwa secara holistik. Mereka perlu melihat keseluruhan
gambar sekaligus, bukan bertahap. Dengan alasan inilah, mereka akan terbantu jika
mengetahui bagaimana segala sesuatu terhubung dengan keseluruhannya sebelum
masuk ke dalam detail. Orang-orang dengan cara pikir seperti ini bekerja dengan
baik dalam situasi-situasi yang kreatif dan harus bekerja lebih giat dalam situasi yang
lebih teratur. Inilah beberapa cara bagi orang-orang AA untuk memanfaatkan bakat
mereka dengan sebaik-baiknya.

Kesimpulan:
1. Gaya belajar merupakan cara unik yang dimiliki oleh setiap individu dalam
menyerap, mengatur, dan mengolah informasi yang diterima.
2. Pentingnya pengenalan dan pemahaman terhadap gaya belajar masing-masing
individu untuk memaksimalkan hasil belajar.
3. Terdapat tiga modalitas utama dalam gaya belajar, yaitu visual, auditorial, dan
kinestetik.
4. Setiap gaya belajar memiliki ciri-ciri khas yang membedakannya.
5. Strategi pengajaran yang sesuai dengan gaya belajar individu dapat membantu
dalam meningkatkan pemahaman dan kinerja belajar.
6. Ada empat kombinasi kelompok perilaku dalam gaya berpikir yang disebut sebagai
pemikir sekuensial konkret, sekuensial abstrak, acak konkret, dan acak abstrak, yang
dipelajari dari karya Anthony Gregorc.
Dengan memahami dan memperhatikan gaya belajar serta gaya berpikir individu, pendidik
dapat merancang strategi pengajaran yang lebih efektif untuk meningkatkan proses belajar
siswa.
Bukti Proses Diskusi :
Sumber Referensi :

Widayanti, F. D. (2013). Pentingnya mengetahui gaya belajar siswa dalam kegiatan


pembelajaran di kelas. Erudio Journal of Educational Innovation, 2(1).
Bire, dkk. 2014. “ Pengaruh Gaya Belajar Visual, Auditorial, dan Kinestetik Terhadap
Prestasi Belajar SIswa”. Jurnal Kependidikan, Vol.44 November, hal. 168-174.
Bobby De Porter dan Mike Hemacki, Quantum Learning nyaman dan menyengkan
(Bandung: Kaifa, 2011), hal. 110-111
Tutik Rahmawati, Daryanto, Teori Belajar dan Proses Pembelajaran Yang Mendidik,
(Yogyakarta: Gava Media, 2015), hal. 1.
Ricki Linksman, Cara Belajar Cepat, (Semarang: Dahara Prize, 2004),
halaman 106-109

Anda mungkin juga menyukai